KONSEP DASAR BELAJAR Psikologi Pendidika

I.

PENDAHULUAN
“it is a mistake to think that the practice of my art has become easy to me. I assure you, dear
friend, no one has given so much care to the study of composition as I. There is scarcely a
famous master in music whose work I have not frequently and diligently studied”
(Wolfgang Amadeus Mozart: 1756).1
Belajar merupakan kunci yang paling vital dari setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa
belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu
mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin Ilmu yang berkaitan dengan upaya
kependidikan, misalnya psikologi pendidikan dan psikologi belajar. Karena begitu pentingnya
arti belajar maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen psikologi belajar pun diarahkan
pada pencapaian pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia
itu.
Konsep dasar belajar merupakan perubahan perilaku manusia manusia. Perubahan dan
Kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar.
Disebabkan karena kemampuan belajarlah manusia dapat berkembang lebih jauh dari makhluk
lainya.
Belajar umumnya adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti berhasil atau
gagalnya pencapaian pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa

keluarga baik ketika berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Oleh karena itu pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk dan
manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi
mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan
mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik. 2

II.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan tema pada makalah yang kami susun, maka kami menyimpulkan lima rumusan
masalah yang perlu dibahas yaitu:
A. Apa saja definisi dari belajar?
B. Bagaimana proses dan tahapan belajar?
C. Bagaimanakah cara-cara belajar yang baik?
D. Apakah prinsip-prinsip dalam belajar?
E. Apa saja saran yang perlu diketahui untuk membiasakan belajar yang optimal dan efisien?

III.

PEMBAHASAN

A. Definisi Belajar
Belajar (Ing: to study) berasal dari kata benda dasar ajar artinya petunjuk yang
diberikan kepada seseorang supaya diketahui. Dengan demikian belajar mempunyai
1 Wikiquote, Wolfgang Amadeus Mozart, dalam en.m.wikiquote.org, diakses pukul 12:26, sabtu 5 April

2014
2 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Wacana Ilmu, 1999), hal. 59

1

beberapa arti yaitu berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih dan berubah tingkah
laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. 3
Skinner, seorang pakar teori belajar dalam buku Educational Psychology berpendapat
bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung
secara progresif. Pendapat ini diungkapkan dengan pernyataan ringkasnya, bahwa belajar
adalah: “…a proces of progressive behaviour adaptation ”. Berdasarkan eksperimennya,
Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal
apabila belajar diberi penguat (reinforcer). 4
Hintzman dalam bukunya The Pshycology of Learning and Memory berpendapat
bahwa: “learning is a change in organism due to experience which can affect the organism’s

behaviour”. Jadi dalam pandangan Hintzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman
dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme.
Dalam penjelasan selanjutnya, Hintzman menambahkan bahwa pengalaman hidup
sehari-hari dalam bentuk apa pun sangat memungkinkan untuk diartikan sebagai belajar.
Alasannya, sampai batas tertentu pengalaman hidup juga berpengaruh besar terhadap
pembentukan kepribadian organisme yang bersangkutan. Mungkin inilah dasar pemikiran
yang mengilhami gagasan everyday learning yang dipopulerkan oleh Profesor John B.
Biggs.5
Biggs sendiri mendefinisikan belajar menjadi tiga macam rumusan, yaitu rumusan
kuantitatif, rumusan institusional dan rumusan kualitatif. Dalam rumusan-rumusan ini kata
seperti perubahan dan tingkah laku tidak lagi disebut secara eksplisit mengingat kedua
istilah ini menjadi kebenaran umum yang diketahui semua orang yang terlibat dalam proses
pendidikan.
Secara kuantitatif, belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan
kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut
berapa banyak materi yang dikuasai siswa.
Secara institusional, belajar dipandang sebagai proses validasi terhadap penguasaan
siswa atas materi-materi yang telah mereka pelajari. Ukurannya adalah semakin baik mutu
mengajar yang dilakukan guru maka akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang
kemudian dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai.

Adapun pengertian balajar secara kualitatif adalah proses memperoleh arti-arti dan
pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia disekeliling siswa. Belajar dalam
pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk
memecahkan masalah-masalah yang sedang dan akan dialami siswa.
Berdasarkan berbagai pendapat para pakar yang telah diuraikan di atas, secara umum
belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif

3 Kamus Besar Bahasa Indonesia
4 Reinforcer meliputi eksternal berupa lingkungan dan internal berupa motivasi diri.
5 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Wacana Ilmu, 1999), hal. 60

2

menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
B.

kognitif.6
Proses dan Tahapan Belajar
Proses berasal dari bahasa Latin processus yang berarti berjalan kedepan. Kata ini
mempunya konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada suatu tujuan. Reber

mengatakan dalam psikologi belajar, proses berarti cara atau langkah-langkah khusus yang
dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapai nya hasil-hasil tertentu. Jadi,
proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan proses perubahan perilaku kognitif, efektif dan
psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti
berorientasi kearah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya. 7
Menurut Arno F. Wittig (1981) dalam bukunya Psychology of Learning, setiap proses
belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan yaitu:
1.
Tahap penerimaan informasi
2.
Tahap penyimpanan informasi
3.
Tahap memanggil kembali informasi
Storage

Recall

Acquisition
Response
Pada tingkatan pertama seorang siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus dan

melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru.
Pada tahap ini terjadi pula asimilasi antara pemahaman dengan perilaku baru dalam
kesulurahan perilakunya. Proses penerimaan dalam belajar merupakan tahap yang paling
mendasar. Kegagalan dalam tahap ini akan mengakibatkan kegagalan pada tahap-tahap
berikutnya.
Pada tingkatan penyimpanan, seorang siswa secara otomatis akan mengalami proses
penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang mereka peroleh ketika dalam tahap
penerimaan informasi. Peristiwa ini sudah tentu melibatkan fungsi short term dan long term
memori.
Pada tingkatan terakhir, peserta didik akan mengaktifkan kembali fungsi-fungsi sistem
memorinya seperti ketika menjawab pertanyaan atau menyelesaikan masalah. Tahap ini pada
dasarnya adalah upaya atau peristiwa mental dalam mengungkapkan dan memproduksi
kembali informasi yang tersimpan dalam memori sebagai respons yang sedang dihadapi. 8
Menurut Albert Bandura (1977), seorang behaviouris moderat penemu teori social
learning, bahwa setiap proses belajar (terutama belajar social dalam menggunakan model)
terjadi dalam tahapan peristiwa berikut:
1. Attentional Phase
2. Retention Phase
3. Reproduction Phase
4. Motivation Phase

6 Ibid. hal. 65
7 Ibid. hal. 98
8 Ibid. hal. 99

3

Impuls
attention

Response
retention

reproduction

motivation

Tahap-tahap di atas berawal dari adanya peristiwa stimulus atau sajian perilaku model
dan berakhir dengan penampilan atau kinerja (performance) tertentu sebagai hasil belajar
seorang siswa. Dalam bukunya, Social Learning Theory, Albert Bandura sebagaimana yang
dikutip oleh Pressly dan McCormic (1995:217-218) menguraikan tahapan-tahapan tersebut

seperti tahapan-tahapan di bawah ini.
Tahap Perhatian. Pada tahap pertama ini para siswa pada umunya memusatkan perhatian
pada objek materi atau perilaku model yang lebih menarik terutama karena keunikannya
dibanding dengan materi atau dengan perilaku lain yang sebelumnya telah mereka ketahui.
Untuk menarik perhatian para peserta didik, guru dapat mengekspresikan suara dengan
intonasi khusus ketika menyajikan pokok materi atau bergaya dengan mimik tersendiri
ketika menyajikan contoh perilaku tertentu.
Tahap Penyimpanan. Dalam tahap ini informasi berupa materi dan contoh perilaku
model itu ditangkap, diproses dan disimpan dalam memori. Para peserta didik lazimnya
akan lebih baik dalam menangkap dan menyimpan segala informasi yang disampaikan atau
perilaku yang dicontohkan apabila disertai penyebutan atau penulisan nama, istilah dan
label yang jelas serta contoh perbuatan yang akurat.
Tahap Reproduksi. Segala bayangan atau kode-kode simbolis yang berisi informasi
pengetahuan dan perilaku yang telah tersimpan dalam memori peserta didik itu diproduksi
kembali. Untuk mengidentifikasi tingkat penguasaan para peserta didik, guru dapat
menyuruh mereka membuat atau melakukan lagi apa yang telah mereka serap.
Tahap Motivasi. Tahap terakhir dalam proses terjadinya belajar atau pembelajaran adalah
tahap penerimaan dorongan yang dapat berfungsi sebagai reinforcement. Pada tahap ini,
guru dianjurkan untuk memberi pujian, hadiah, atau nilai tertentu kepada peserta didik yang
kinerjanya memuaskan. Sementara mereka yang belum menunjukkan kinerja yang

memuaskan perlu diyakinkan akan arti penting penguasaan materi atau perilaku yang
disajikan guru bagi kehidupan mereka. Seiring dengan upaya ini, ada baiknya ditunjukkan
pula bukti-bukti kerugian orang yang tidak menguasai materi tersebut. 9
C.

Cara Belajar yang Baik
Setiap peserta didik yang ingin berhasil dalam belajarnya pasti akan berusaha agar
tujuannya bisa tercapai. Berbagai usaha dapat dilakukan untuk memperoleh hasil yang
maksimal. Usaha untuk memperoleh hasil yang maksimal pada intinya adala belajar dengan
cara yang baik, sesuai, tepat dan efektif. Namun model belajar setiap orang bisa berbedabeda karena pengalaman keberhasilan seseorang dalam studinya tidak selalu sama persis.

9 Ibid. hal. 100-102

4

Maka disini akan disampaikan hal yang umumnya saja tentang hal yang perlu diperhatikan
untuk cara belajar dengan baik, di antaranya adalah:
1. Mempunyai Fasilitas dan Perabotan Belajar.
Orang yang belajar tanpa dibantu dengan fasilitas tidak jarang mendapatkan
hambatan dalam menyelesaikan kegiatan belajar. Karenanya fasilitas tidak bisa

diabaikan dalam masalah belajar.
Fasilitas dan perabot belajar yang dimaksud tentu saja berhubungan dengan
masalah materiil berupa kertas, pensil, buku catatan, meja dan kursi, mesin ketik
(sekarang umumnya komputer), kertas karbon dan sebagainya.
2. Mengatur Waktu Belajar
Pelajar tidak bisa membagi waktunya akan menghadapi kebingungan, pelajaran
apa yang harus dipelajari hari ini atau esok hari. Mahasiswa akan merasakan waktu
yang terlalu sempit untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan masalah
belajar.dengan demikian, pelajar atau mahasiswa jangan sekali-kali mengabaikan
masalah pembagian waktu ini, sekiranya ingin menjadi orang yang sukses studi.
3.

Menguasai Bahan Pelajaran.
Setelah sekolah atau kuliah, jangan lupa untuk mengulangi bahan pelajaran di
rumah atau di asrama. Apa yang guru / dosen jelaskan tidak mesti semuanya terkesan
dengan baik. Tentu ada kesan-kesan yang masih samar-samar dalam ingatan.
Pengulangan sangat membantu untuk memperbaiki semua kesan yang masih samarsamar itu untuk menjadi kesan-kesan yang sesungguhnya, yang tergambar jelas dalam
ingatan.

4.


Menghafal bahan pelajaran.
Menghafal bahan pelajaran merupakan salah satu kegiatan dalam rangka
penguasaan bahan.

5. Membaca buku
Kegiatan membaca adalah kegiatan yang paling banyak dilakukan selama
menuntut ilmu di sekolah atau di perguruan tinggi.
6. Membuat ringkasan dan ikhtisar.
Bagian kegiatan yang tidak kalah pentingnya dari semua kegiatan belajar adalah
membuat ringkasan atau ikhtisar. Kegiatan ini dilakukan dengan sadar dan dengan
5

tujuan tertentu. Kegiatan membuat ringkasan atau ikhtisar ini biasanya seseorang
lakukan setelah dia selesai membaca buku, suatu bab, atau sub bab tertentu. Kegiatan
membuat ringkasan atau ikhtisar ini tidak lain adalah kegiatan yang berupaya untuk
memadatkan isi dengan landasan kerangka dasarnya dan menghilangkan pikiranpikiran jabaran.
7. Mengerjakan tugas
Selama menuntut ilmu di lembaga-lembaga pendidikan formal, baik pelajar atau
mahasiswa tidak akan pernah melepaskan diri dari keharusan mengerjakan tugas-tugas
studi. Tugas-tugas itu pun dapat mengasah pemahaman para pelajar atau mahasiswa
akan materi yang telah diajarkan.
8. Memanfaatkan Perpustakaan
Perpustakaan sebagai wadah berhimpunnya sejumlah literatur (buku) yang
diperuntukkan bagi mereka yang haus ilmu. dengan begitu, maka perpustakaan terkesan
menyenangkan dan menyejukkan bagi yang melihat dan mendengarnya. Perpustakaan
identik dengan dunia pendidikan. Maka sudah seharusnya fungsi perpustakaan
dimaksimalkan. Namun menurut pemakalah, ada baiknya perpustakaan itu sendiri tidak
digunakan untuk tempat belajar, karena adanya keramaian pengunjung yang biasanya
sesuai dengan banyaknya buku. Perpustakaan dijadikan tempat mengambil informasiinformasi dalam buku-buku. Sedang tempat belajar baiknya berada di tempat yang
tidak terlalu ramai bahkan sunyi tenang. Misalnya didekat pancuran air dan tempat
yang rimbun pepohonan, dengan bunyi air yang khas insya Allah bisa meningkatkan
daya pikir dan berada ditempat yang kaya oksigen bisa membuat suasana menjadi
sejuk dan membantu kinerja otak yang membutuhkan oksigen.10
Dr. Rudolf Pintner mengemukakan bagaimana cara-cara belajar yang baik sebagai berikut:
1. Jangka waktu belajar
Dari berbagai percobaan ternyata jangka waktu belajar yang produktif seperti
menghafal, mengetik, mengerjakan soal hitungan dan sebagainya adalah antara 20-30
menit. Jangka waktu yang lebih dari itu untuk belajar yang benar-benar memerlukan
konsentrasi perhatian relatif kurang atau tidak produktif.
Jangka waktu tersebut tidak berlaku bagi mata pelajaran yang memerlukan
2.

pemanasan, seperti sejarah, filsafat dan sebagainya.
Pembagian waktu belajar
Belajar yang terus menerus dalam jangka waktu yang lama tanpa istirahat tidak
efisien dan tidak efektif. Sehingga dalam hal ini pembagian waktu belajar sangat
diperlukan. Hukum Jost yang sampai sekarang diakui kebenarannya yaitu 30 menit 2

10 Syaiful Bahri Djamarah. Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Hal. 40

6

kali sehari dalam 6 hari lebih baik dan efektif dari pada sekali belajar selama 6 jam
3.

tanpa berhenti.
Membatasi kelupaan
Bahan pelajaran yang telah kita pelajari sering kali mudah dilupakan. Maka untuk
menghindari kelupaan bahkan lupa sama sekali, dalam belajar perlu diadakan review
untuk mengingat kembali bahan yang telah dipelajari. Adanya review ini sangat
penting, terutama bagi bahan pelajaran yang sangat luas dan memakan waktu beberapa
semester untuk mempelajarinya.11

D. Prinsip-Prinsip dalam Belajar
1.

Kematangan jasmani dan rohani
Salah satu prinsip belajar adalah harus mencapai kematangan jasmani dan rohani
sesuai dengan tingkatan yang dipelajarinya. Kematangan jasmani yaitu telah sampai
pada batas minimal umur serta kondisi fisiknya telah cukup kuat untuk melakukan
kegiatan belajar. Kematangan rohani artinya telah memiliki kemampuan secara
psikologis untuk melakukan kegiatan belajar. Misalnya kemampuan berpikir, ingatan,
fantasi, dan sebagainya.

2.

Memiliki kesiapan
Setiap orang yang hendak melakukan kegiatan belajar harus memiliki kesiapan
yakni dengan kemampuan yang cukup baik fisik, mental maupun perlengkapan belajar.
Kesiapan fisik berarti memiliki tenaga yang cukup dan kesehatan yang baik, sementara
kesiapan mental, memiliki niat dan motivasi yang cukup untuk melakukan kegiatan
belajar. Belajar tanpa kesiapan fisik, mental dan perlegkapan akan banyak mengalami
kesulitan, akibatnya tidak memperoleh hasil belajar yang baik.

3.

Memahami tujuan
Setiap orang belajar harus memahami apa tujuannya, kemana arah tujuan itu dan
apa manfaat bagi dirinya. Prinsip ini sangat penting dimiliki oleh orang belajar agar
proses yang dilakukannya dapat cepet selesai dan berhasil. Belajar tanpa memahami
tujuan dapat menimbulkan kebingungan pada orang yang hilan kegairahan, tidak
sistematis, atau asal ada saja. Orang yang belajar tanpa tujuan ibarat kaal berlayar tanpa
tujuan terombang - ambing tak tentu arah yang dituju sehingga akhirnya bisa terlanggar
kbatu karang atau terdampar ke suatu pulau.

4.

Memiliki kesungguhan

11 M. Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), Hal. 114-115

7

Orang yang belajar harus memiliki kesungguhan untu melaksanakannya. Belajar
tanpa kesungguhan akn memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Selain itu akan
banyak waktu dan tenaga terbuang dengan percuma. Sebaliknya, belajar dengan
sungguh – sungguh serta tekun akn memperoleh hasil yang maksimal dan penggunaan
waktu yang efektif. Prinsip kesungguhan sangat penting artinya. Biarpun seseorang itu
sudah memiliki kematangan, kesiapan serta mempuyai tujuan yang konkret dalam
melakukan kegiatan belajarnya, tetapikalu tidak bersungguh- sungguh, belajar asal ada
saja, bermals-malas, akibatnya tidak memperoleh hasil yang memuaskan.
5.

Ulangan dan latihan
Prinsip yang tak kalah pentingnya adalah ulangan dan latihan. Seseuatu yang
dipelajari perlu diulang agar meresap dalam otak, sehingga dikusai sepenuhnya dan
sukar dilupakan. Sebaliknya belajar tanpa diulang hasilnya akan kurang memuaskan.
Bagaimanapun pintarnya seseorang harus mengulang pelajarannya atau berlatih sendiri
dirumah agar bahan-bahan yang dipelajari tambah meresap dalam otak, sehingga tahan
lama dalam ingatan. Mengulang pelajaran adalah salah satu cara untuk membantu
berfungsinya ingatan.12

E. Saran-saran untuk membiasakan belajar yang optimal dan efisien.
Berikut ini adalah saran-saran yang dikemukakan Crow dengan singkat dan terinci
untuk mencapai hasil belajar yang efisien:
1. Miliki dahulu tujuan belajar yang pasti.
2. Usahakan adanya tempat belajar yang memadahi.
3. Jaga kondisi fisik jangan sampai mengganggu konsentrasi dan keaktifan mental.
4. Rencanakan dan ikutilah jadwal untuk waktu belajar.
5. Selingilah belajar itu dengan waktu-waktu istirahat yang teratur.
6. Carilah kalimat-kalimat topik atau inti pengertian dari setiap paragrap.
7. Selama belajar gunakan metode pengulangan dalam hati (silent recitation).
8. Lakukan meode keseluruhan (whole methode) bilamana mungkin.
9. Usahakan agar dapat membaca cepat tetapi cermat.
10. Buatlah catatan-catatan atau rangkuman yang tersusun rapi.
11. Adakan penilaian terhadap kesulitan bahan untuk dipelajari lebih lanjut.
12. Susunlah dan buatlah pertanyaan-pertanyaan yang tetap, dan usahakan / cobalah untuk
13.
14.
15.
16.
17.

menemukan jawabannya.
Pusatkan perhatian dengan sungguh-sungguh pada waktu belajar.
Pelajari dengan teliti tabel-tabel, grafik-grafik dan bahan ilustrasi lainnya.
Biasakanlah membuat rangkuman dan kesimpulan.
Buatlah kepastian untuk melengkapi tugas – tugas belajar itu.
Pelajari baik-baik yang dikemukakan oleh pengarang, dan tenanglah jika diragukan

kbenarannya.
18. Analisis kebiasaan belajar yang dilakukan, dan cobalah untuk memperbaiki kelemahankelemahannya.13
12 M. Dalyono. Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Hal. 51-54
13 M. Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), Hal. 120-121

8

IV.

KESIMPULAN
Hakikat belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif
menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif. Perubahan dan tingkah laku menjadi dua mainstream utama di mana seseorang dapat
dikatakan telah mengalami proses pembelajaran.
Sebagai negara yang akan maju dengan pendidikan ini maka belajar mempunyai arti penting
dalam kehidupan berbangsa dan bertanah air, seperti dalam cita-cita bangsa nomor dua yaitu
Mencerdaskan Kehidupan Bangsa. Maka jelaslah bahwa suatu keberhasilan individu, kelompok
bahkan negara dapat terwujud dengan suatu ajaran pendidikan yang dinamakan dengan belajar.

V.

PENUTUP
Demikianlah yang dapat kami paparkan mengenai materi Konsep Dasar Belajar dan PrinsipPrinsip Belajar, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan yang kiranya belum kami
ketahui. Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi kesempurnaan makalah ini dan sekaligus makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pada khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.

9