BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang - Implementasi Metode Sorogan untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Quran pada Peserta Didik Madrasah Tsanawiyah Raudhatul Islamiyah

43

Implementasi Metode Sorogan untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca
Al-Quran pada Peserta Didik Madrasah Tsanawiyah Raudhatul Islamiyah
di Pontianak.
M ahasisw a
Ari W ibow o

Pembimbing I
Eli

Pembimbing II
M . Alias

ABSTRAK
Proses pelaksanaan metode sorogan di Madrasah Tsanawiyah Raudhatul
Islamiyah di Pontianak dengan metode sorogan dapat diterapkan pada materi
surah pendek. Oleh karena itu, proses pelaksanaan metode sorogan berjalan
dengan baik dan lancar pada tindakan siklus I dan II dapat di atasi dengan
melakukan proses latihan secara berulang-ulang dan mengikutsertakan peserta
didik dalam menilai kemampuan membaca surah pendek pilihan. Kemampuan

membaca al-Quran di Madrasah Tsanawiyah Raudhatul Islamiyah di Pontianak
pada siklus I diperoleh nilai rata-rata kemampuan membaca surah pendek peserta
didik sebesar 66,43 dengan kategori penilaian baik. Sedangkan pada siklus II
diperoleh nilai rata-rata sebesar 79,91 dengan kualifikasi nilai baik. Pengaruh
penggunaan metode sorogan terhadap peningkatan kemampuan membaca alQuran di Madrasah Tsanawiyah Raudhatul Islamiyah di Pontianak pada siklus I
kemampuan membaca surah pendek memperoleh nilai rata-rata 66,43 yang
dikategorikan baik dan kemampuan peserta didik dalam membaca surah pendek
pada siklus II memperoleh nilai rata-rata 70,91 yang dikategorikan baik sebesar
13,48 yang diperoleh dari D = 70,91 – 57,43= 13,48.

BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
Hasil pengamatan di Madrasah Tsanawiyah Raudhatul Islamiyah,
menunjukkan bahwa metode yang diterapkan oleh guru belum dapat
mengaktifkan peserta didik untuk ikut berpartisipasi dalam pembelajaran,
walaupun guru sudah memberi kesempatan bertanya, peserta didik hanya
menerima materi pelajaran dari guru saja sehingga pembelajaran menjadi
kurang aktif. Keaktifan peserta didik diperlukan dalam proses pembelajaran,
karena pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh beberapa sekolah,
metode pembelajarannya mengkondisikan peserta didik dengan disibukkan

oleh kegiatan yang kurang perlu seperti mencatat bahan pelajaran yang sudah
ada dalam buku, guru lebih suka memaksakan kehendaknya dalam
pembelajaran, ada juga guru untuk memudahkan kerjanya meminta salah satu
peserta didik mencatat di papan tulis, kemudian peserta didik yang lain
mencatat apa yang dicatat di papan tulis, sedangkan guru yang bersangkutan
istirahat di ruang guru atau duduk di kelas asik dengan kegiatan sendiri.
Kemampuan membaca al-Quran dari hasil observasi yang peneliti
lakukan, di antara 25 orang peserta didik kelas VII yang diamati peneliti,

44

terdapat 15 orang peserta didik yang melakukan kesalahan dalam membaca alQuran, 10 orang peserta didik sudah bisa membaca al-Quran dengan sempurna
walaupun dibantu saat pembelajaran membaca al-Quran apalagi hal ini terjadi
pada peserta didik Madrasah Tsanawiyah, jika ada kesalahan pada saat peserta
didik membaca al-Quran, guru harus segera membetulkan kesalahan yang
terjadi.
Kegiatan pembelajaran tersebut di atas, membuat peserta didik merasa
bosan dan jenuh mengikuti pembelajaran. Permasalahan dalam kegiatan
proses belajar mengajar di kelas antara lain:
1. Lemahnya kemampuan membaca peserta didik terhadap materi pelajaran

al-Quran disebabkan tenaga guru dianggap sebagai satu-satunya sumber
informasi utama dalam proses pembelajaran dan metode yang digunakan
kurang bervariatif karena guru cenderung menggunakan metode ceramah
dalam menyampaikan materi pelajaran.
2. Peserta didik kurang aktif dalam proses pembelajaran dikarenakan
kurangnya minat dan motivasi belajar karena didominasi metode ceramah
hal tersebut ditandai dengan banyaknya peserta didik yang tidak mau
membaca apabila disuruh oleh guru, peserta didik cenderung malas
mengikuti pelajaran al-Quran dengan tandai seringnya tidak masuk
sekolah pada saat pelajaran al-Quran dan bahkan ada yang bolos sekolah.
3. Guru dalam mengajar kurang mampu meningkat kemampuan membaca
peserta didik, karena dalam pelaksanaan pembelajaran guru lebih
cenderung membaca dan siswa disuruh mengikuti bacaan saja.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti
tentang: Implementasi metode sorogan untuk meningkatkan kemampuan
membaca al-Quran pada peserta didik Madrasah Tsanawiyah Raudhatul
Islamiyah di Pontianak.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka masalah
umum dalam penelitian ini adalah ”Bagaimana implementasi metode sorogan

untuk meningkatkan kemampuan membaca al-Quran pada peserta didik
Madrasah Tsanawiyah Raudhatul Islamiyah di Pontianak. Dari masalah
penelitian tersebut dapat dijabarkan dalam sub-sub masalah penelitian di
antaranya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pelaksanaan metode sorogan di Madrasah Tsanawiyah
Raudhatul Islamiyah di Pontianak?
2. Bagaimana kemampuan membaca al-Quran di Madrasah Tsanawiyah
Raudhatul Islamiyah di Pontianak?
3. Apakah penggunaan metode sorogan berpengaruh terhadap peningkatan
kemampuan membaca al-Quran di Madrasah Tsanawiyah Raudhatul
Islamiyah di Pontianak?
C. Tujuan Penelitian
Setiap tindakan tentunya memerlukan tujuan, adapun tujuan yang ingin
dicapai dari masalah ini adalah untuk menggali informasi seakurat mungkin
sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai dengan maksimal, di antara
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang:

45

1. Proses pelaksanaan metode sorogan di Madrasah Tsanawiyah Raudhatul

Islamiyah di Pontianak.
2. Kemampuan membaca al-Quran di Madrasah Tsanawiyah Raudhatul
Islamiyah di Pontianak.
3. Pengaruh penggunaan metode sorogan terhadap peningkatan kemampuan
membaca al-Quran di Madrasah Tsanawiyah Raudhatul Islamiyah di
Pontianak.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan dari tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
diharapkan dapat menjadi sebuah penelitian yang mampu memberikan
manfaat baik secara teoritis maupun praktis, di antaranya adalah:
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai khasanah
pengetahuan Islam yang dapat dijadikan bahan bacaan, rujukan, kajian
atau perbandingan keilmuan serta diharapkan memiliki arti penting bagi
penelitian yang menitik beratkan pada implementasi metode sorogan untuk
meningkatkan kemampuan membaca al-Quran pada peserta didik
Madrasah Tsanawiyah Raudhatul Islamiyah di Pontianak .
2. Secara Praktis
a. Bagi para pendidik (guru), sebagai masukan dalam memecahkan
segala problem yang dihadapi dalam proses pembelajaran.

b. Bagi peneliti, membuka wawasan berpikir dan cakrawala ilmu
pengetahuan serta meningkatkan mutu ataupun kualitas di dalam hasil
penelitian maupun pembelajaran.
c. Bagi Fakultas Agama Islam, diharapkan dapat bermanfaat sebagai
bahan referensi dan khazanah ilmu pengetahuan juga dapat dijadikan
sumber praktis dalam meningkatkan kurikulum Tarbiyah.
E. Definisi Operasional
Depenisi operasional (definition of term) perlu dirumuskan, hal ini
dilakukan untuk menghindari kesalahan persepsi atau salah menafsirkan
konsep atau pengertian yang diungkapkan oleh peneliti. Selain itu, defenisi
operasional perlu secara eksplisit disebutkan dalam rancangan suatu
penelitian, karena merupakan rumusan secara operasional tentang variabel
penelitian.
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda dan menghindari agar
tidak terjadi kekeliruan dalam memahami dan menginterpretasikan penelitian
ini, maka perlu dilakukan penjelasan variabel sebagai berikut:
1. Metode sorogan adalah cara yang sigtimatis yang dilakukan oleh peserta
didik dengan menunjukkan tugas yang telah dilaksanakan di hadapan guru.
2. Kemampuan membaca al-Quran adalah kemampuan peserta didik dalam
membaca al-Quran sesuai dengan makharijul huruf dan tajwid yang tepat.

BAB II Landasan Teori
A. Metode Sorogan
1. Pengertian Metode Sorogan

46

metode sorogan adalah cara guru mengajar dengan mengumpulkan
peserta didik, kemudian peserta didik melakukan antri atau bergiliran
menghadap guru untuk membaca atau menghafal pelajarannya.
2. Kelebihan dan Kelemahan Metode Sorogan
Sebagaimana metode-metode lainnya, metode sorogan juga memiliki
kelebihan-kelebihan. Adapun kelebihan-kelebihan metode sorogan, antara
lain:
a. Terjadi hubungan yang erat dan harmonis antar guru dengan
murid.
b. Memungkinkan bagi seorang guru untuk mengawasi, menilai dan
membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid.
c. Murid mendapatkan penjelasan yang pasti tanpa harus mereka
tentang interpretasi suatu kitab karena berhadapan dengan guru
secara langsung yang memungkinkan terjadinya Tanya jawab.

d. Guru dapat mengetahui secara pasti kualitas yang telah dicapai
muridnya.
e. Peserta didik yang IQ-nya tinggi akan cepat menyelesaikan
pelajaran (kitab), sedang yang IQ-nya rendah membutuhkan
waktu yang cukup lama (Armai Arief, 2002:151).
Selanjutnya menurut Suyono Darnoatmodjo (2012) kelebihan metode
sorogan adalah “Individu diajar langsung sehingga dapat diketahui secara
pasti kemampuannya dan jika ada kesulitan dapat segera ditangani”.
Selain kelebihan, kelemahan-kelemahan metode sorogan, di
antaranya:
a. Tidak efisien karena hanya menghadapi beberapa murid (tidak lebih
dari 5 orang), sehingga kalau menghadapi murid yang banyak metode
ini kurang begitu tepat.
b. Membuat murid cepat bosan karena ini menuntut kesabaran,
kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi.
c. Murid kadang hanya menangkap kesan verbalisme semata terutama
mereka yang tidak mengerti terjemahan dari bahasa tertentu (Armai
Arief, 2002: 151).
Suyono Darnoatmodjo (2012) juga mengungkapkan bahwa
kelemahan metode sorogan adalah “Membutuhkan pengelolaan yang

intensif dengan sistem pemantauan peserta didik yang sistematis,
membutuhkan kesabaran, ketelatenan, kedisiplinan baik guru maupun
peserta didiknya, mataeri tidak dapat ditentukan bersama tingkat
pencapaian ketuntasan belajarnya”.
3. Pelaksanaan Metode Sorogan
Fatchan (1998) (dalam Suyono Darnoatmodjo, 2012) mengatakan
bahwa pelaksanaan metode sorogan sebagai berikut:
a. Peserta didik disodori suatu materi pelajaran oleh Kyai atau Ustadz
(pembantu Kyai).
b. Peserta didik/peserta didik mempelajari materi hingga dapat dikuasai
secara perorangan (individual approach).

47

c.

Guru/Ustadz membagi kelompok yang jumlahnya antara 3–20 peserta
didik setiap angkatan.

Jadi pembelajaran dengan system ini peserta didik dapat bertatap

muka, bertanya jawab langsung, berdialog sebanyak-banyaknya dengan
guru. Sehingga peserta didik yang satu dengan lainnya membutuhkan
waktu yang berbeda, karena kecepatan pemahaman materi untuk masingmasing peserta didik berbeda.
B. Kemampuan Membaca al-Quran
1. Pengertian Kemampuan
Pengertian “baca” dalam judul penelitian ini secara khusus merujuk
pada kemampuan membaca al-Quran peserta didik pada pelajaran alQuran Hadits, sesuai dengan mata pelajaran yang peneliti ampu selaku
guru di kelas VII MTs Raudhatul Islamiyah.
4. Teknik Membaca Al-Quran
Teknik atau cara membaca al-Quran menurut Abdullah Asyafii
(2002: 12-59) mengemukakan cara membaca al-Quran sebagai berikut:
a. Membaca dengan Maharijul Huruf
b. Membaca Sesuai Tanda Baca
c. Membaca dengan Mad
C. Pengaruh Metode Sorogan Terhadap Kemampuan Membaca al-Quran.
Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur
manusiawi adalah sebagai sesuatu proses dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran. Guru dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar
bergairah bagi anak didik. Dengan seperangkat teori dan pengalamannya guru
gunakan untuk mempersiapkan program pembelajaran dengan baik dan

sistematis.
Metode merupakan salah satu komponen pembelajaran yang menempati
peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satunya adalah
metode sorogan. Metode sorogan adalah sorogan adalah sekelompok murid
mendengarkan seorang guru membaca, menerjemahkan, mendengarkan dan
menerangkan sering kali mengulas buku-buku Islam dalam bahasa Arab.
Setiap murid memperhatikan bukunya sendiri dan membuat catatan-catatan
tentang buah pikiran yang sulit. Metode sorogan ini merupakan metode yang
dapat mengaktifkan peserta didik dalam belajar, karena peserta didik harus
memfokuskan perhatiannya terhadap materi pelajaran yang diajarkan.
Metode merupakan komponen pembelajaran yang harus digunakan oleh
guru, karena tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak
menggunakan metode pembelajaran. Hal tersebut berkaitan dengan
pendapatnya Syaiful Sagala (2008:201) “Apabila guru tidak mengenal metode
pembelajaran, maka jangan diharap dapat melaksanakan proses pembelajaran
dengan sebaik-baiknya”. Suryosubroto (2009: 140) menjelaskan bahwa
“Makin tepat metode yang digunakan oleh guru, maka semakin efektif pula
pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan”. Namun ada bererapa
faktor lain yang berperan dalam menentukan efektifnya metode pembelajaran
yaitu faktor guru dan faktor peserta didik serta situasi belajar.

48

Pendapat tersebut di atas, dalam penggunaan metode terkadang guru
harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas, jumlah anak didik
mempengaruhi penggunaan metode. Tujuan instruksional adalah pedoman
yang mutlak dalam pemilihan metode. Guru dalam menyampaikan pelajaran,
tanpa memperhatikan pemakai metode justru akan mempersulit bagi guru
dalam mencapai tujuan pengajaran. Pengalaman membuktikan bahwa
kegagalan pengajaran salah satunya disebabkan oleh pemilihan metode yang
kurang tepat. Kelas yang kurang bergairah dan kondisi anak didik yang kurang
kreatif dikarenakan penentuan metode yang kurang sesuai dengan sifat bahan
dan tidak sesuai dengan tujuan pengajaran.
Kaitannya dengan proses belajar mengajar, motivasi merupakan faktor
yang sangat besar pengaruhnya pada proses belajar peserta didik, tanpa adanya
motivasi maka proses belajar peserta didik akan sukar berjalan dengan lancar.
Motivasi adalah syarat mutlak dalam belajar, hal ini berarti proses mengajar.
Dalam proses belajar mengajar para guru perlu mendisain motivasi yang tepat
terhadap anak didik agar para anak didik itu belajar atau mengeluarkan potensi
belajarnya dengan baik memperoleh hasil yang maksimal.
Penggunaan metode yang tepat dan bervariasi akan menciptakan suasana
belajar mengajar yang efektif. Penggunaan satu metode lebih cenderung
menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang membosankan bagi anak didik.
Jalan pengajaranpun tampak kaku. Anak didik terlihat kurang bergairah
belajar. Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi guru dan anak
didik. Akhirnya dapat dipahami bahwa metode dan motivasi mempunyai
peran yang penting adalah proses belajar mengajar. Guru dapat menggunakan
metode yang tepat dan bervariasi dalam mengajar.
Pada umumnya sistem nilai yang ditentukan dunia pendidikan ialah
pencapaian hasil belajar. hasil belajar ini selanjutnya dijadikan patokan prilaku
yang harus dicapai peserta didik. Dengan menetapkan hasil belajar sebagai
patokan guru selalu berusaha agar peserta didik mencapai patokan tersebut.
Sudah barang tentu tidak semua peserta didik berhasil mencapai prestasi yang
telah ditetapkan, akan dipandang sebagai peserta didik yang tidak atau kurang
mempunyai kemampuan usaha.
Hasil belajar selain dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam individu
juga dipengaruhi oleh faktor dari lingkungan. Untuk mencapai hasil belajar,
diperlukan sifat dan tingkah laku seperti aspirasi yang tinggi, aktif
mengerjakan tugas-tugas, kesiapan belajar, sedangkan sifat dan ciri-ciri yang
dituntut dalam kegiatan belajar itu hanya terdapat pada individual yang
mempunyai disiplin tinggi, sedangkan yang mempunyai disiplin rendah ciriciri tersebut tidak ada sehingga akan menghambat dalam kegiatan belajarnya.
Jadi secara teoritis, sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang
dicapai peserta didik. Dengan disiplin, setiap pelajaran akan dilakukan secara
efektif dan efisien. Suatu kegiatan dikatakan efektif, bila kegiatan ini
mempunyai dampak atau pengaruh. sedangkan dikatakan efisien jika hal
maksimal dapat dicapai dengan usaha.
Jika seseorang telah memiliki motivasi dan kebiasaan baik, maka setiap
usaha yang dilakukan akan memberikan hasil yang memuaskan. Motivasi

49

berarti berusaha untuk mentaati segala ketentuan yang dalam prestasi belajar
dapat dicapai dengan baik, jika ada ketaatan terhadap ketentuan ketetapan
tersebut. Sehingga dapat dikatakan, jika termotivasi terhadap ketentuan maka
akan diperoleh hasil belajar yang maksimal.
Belajar dengan motivasi yang terarah menghindarkan diri dari rasa malas
dan menimbulkan kegairahan peserta didik dalam belajar, yang pada akhirnya
dapat meningkatkan daya kemampuan belajar peserta didik. Dengan demikian
keberhasilan peserta didik akan mudah tercapai dengan baik dan memuaskan.
Motivasi adalah kunci sukses keberhasilan.
Pada dasarnya kemampuan membaca al-Quran merupakan akibat dari
bentuk belajar terutama belajar yang berdisiplin sehingga dari berbagai uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa metode dan kemampuan membaca al-Quran
masing-masing saling berhubungan, sehingga semakin tepat metode
pembelajaran yang digunakan guru, semakin baik pula kemampuan peserta
didik dalam membaca al-Quran.
D. Mata Pelajaran Al-Quran Hadis
1. Pengertian Al-Quran Hadis
Al Qur’an Hadis merupakan unsur mata pelajaran Agama Islam pada
madrasah yang memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang AlQuran dan Hadits sebagai sumber ajaran agama Islam (Silabus, 2012:2).
2. Karakteristik dan Fungsi Mata Pelajaran Al-Quran Hadis
Dari keberadaannya tersebut implikasi dalam proses pembelajarannya
tersebut harus menekankan keutuhan dan keterpaduan antara ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik. Mata pelajaran qur’an hadis pada
Madrasah Tsanawiyah memiliki tiga karakteristik yaitu:
a. Membaca (menulis) yang merupakan unsur penerapan ilmu tajwid
b. Menterjemahkan makna (tafsiran) yang merupakan pemahaman,
interpretasi ayat dan Hadis dalam memperkaya khazanah intelektual
c. Menerapkan isi kandungan ayat/hadis yang merupakan unsur
pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari (Silabus, 2012:2).
3. Pendekatan Pembelajaran
Cakupan materi pada setiap aspek diktembangkan dalam suasana
pembelajaran yang terpadu, meliputi:
a. Keimanan, mendorong peserta didik untuk mengembagkan pemahaman
dan keyakinan tentang adanya Allah Swt sebagai sumber kehidupan.
b. Pengamalan, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan dan
merasakan hasil-hasil pengamalan isi Al Qur’an dan Hadis dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Pembiasaan, membiasakan sikap dan prilaku yang baik sesuai dengan
ajaran Islam.
d. Rasional, mengfungsikan rasio peserta didik sehinga isi dan nilai-nilai
yang ditanamkan mudah difahami.
e. Emosional, menggugah perasaan atau emosi peserta didik dalam
menghayati kandungan Al-Quran dan Hadis sehingga lebih terkesan.
f. Fungsional, menyajikan materi pelajaran yang memberikan manfaat
nyata bagi peserta didik dalam kehidupan.

50

g. Keteladanan, menjadikan guru dan komponen madrasah lainnya sebagai
teladan dan cerminan dari individu yang mengamalkan isi Al-Quran
dan Hadis (Silabus, 2012:4).
4. Penilaian
a. Penilaian yang dilakukan merupakan pengumpulan informasi kemajuan
belajar peserta didik secara utuh baik aspek pengetahuan, sikap dan
keterampilan.
b. Teknik dan instrumen hendaknya dapat mengukur dengan tepat
kemampuan dan usaha belajar peserta didik.
c. Penilaian dilakukan dengan tes dan non tes.
d. Pengukuran terhadap ranah sikap/afektif, dapat dilakukan dengan
menggunakan cara non tes. Seperti skala penilaian, observasi dan
wawancara.
e. Penilaian terhadap ranah keterampilan/psikomotor dengan tes
perbuatan. Dapat menggunakan lembar pengamatan atau instrumen
lainnya (Silabus, 2012:5).
Secara umum penilaian dalam proses pembelajaran Al Qur’an Hadis
dapat dilihat pada buku Pedoman Khusus Al Qur’an Hadis.

E. Kerangka Berpikir
Guru
Sebelum
Diterapkan

Menerapkan

Setelah
Diterapkan

Metode Sorogan

Kemampuan Membaca
al-Quran

Gambar 1. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, dapat dijelaskan bahwa guru
mata pelajaran al-Quran Hadis menerapkan metode sorogan yang telah
dirancang untuk digunakan dalam pembelajaran al-Quran Hadis kelas VII.
Untuk melihat sejauh mana pengaruh metode sorogan terhadap
kemampuan membaca al-Quran.
F. Hipotesis Tindakan
Berangkat dari indikasi masalah dan landasan teori dikemukakan
hipotesis tindakan yaitu: Jika penggunaan metode sorogan dilaksanakan
dengan baik dan benar dalam proses pembelajaran, maka kemampuan
membaca al-Quran pada peserta didik akan meningkat.

51

BAB III Metode Penelitian
A. Metode, Bentuk dan Pendekatan Penelitian
Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang digunakan, maka bentuk
penelitian yang sesuai yaitu penelitian survey. Menurut Sugiyono (2004:3)
penelitian survey adalah “Penelitian yang dilakukan pada populasi besar
maupun kecil. Tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang
diambil dari populasi tersebut, sehingga diketemukan kejadian-kejadian relatif
distribusi dan hubungan-hubungan antar variabel, sosiologis maupun
psikologis”.
Setiap penelitian yang dilakukan membutuhkan pendekatan yang tepat
dan akurat. Sehingga penelitian ini dapat memperoleh hasil yang maksimal.
Untuk itu memilih pendekatan harus sesuai dengan masalah dan tujuan
penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif. Menurut Subana dan Sudrajat, (2005:13-25) ”Penelitian kualitatif
cenderung dipakai untuk mengkaji objek berdasarkan pertanyaan-pertanyaan
yang muncul”. Menurut Bodgan dan Taylor dalam Moleong (2004:4)
penelitian kualitatif adalah ”Sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriftip berupa kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati”.
B. Setting Penelitian
Lokasi penelitian ini yaitu di MTs Raudhatul Islmiyah yang beralamat di
Jl. Pal X. Adapun mata pelajaran yang dijadikan pelaksanaan tindakan adalah
mata pelajaran al-Quran yang disajikan dalam 1 jam pelajaran (2 X 35 menit)
dalam 1 minggu yang dilaksanakan setiap hari Kamis pukul 13.45 - 14.30
Wiba oleh Bapak Mansur, selaku guru mata pelajaran al-Quran Hadis.
Sedangkan kelas yang dijadikan sebagai tindakan adalah peserta didik kelas
VII yang berjumlah 25 orang yang telah ditetapkan oleh sekolah berdasarkan
pertimbangan permasalahan efektivitas pembelajaran dan kemudahan dalam
pelaksanaan tindakan.
C. Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas VII semester I yang
berjumlah 25 orang peserta didik terdiri dari 13 anak laki-laki dan 12 anak
perempuan pada tahun ajaran 2012/2013.
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian merupakan suatu hal yang
sangat penting guna memperoleh data yang sesuai masalah penelitian. Sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu tentang
implementasi metode sorogan untuk meningkatkan kemampuan membaca alQuran pada peserta didik Madrasah Tsanawiyah Raudhatul IslamiyahDi
Pontianak , sehingga dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa
teknik dan alat pengumpulan data, yaitu:
1. Observasi (Pengamatan)
2. Teknik Pengukuran
3. Dokumentasi
E. Indikator Kinerja

52

Dalam peneltian ini yang menjadi indikator keberhasilan tindakan yang
akan dilakukan adalah yang berhubungan dengan kinerja guru dan peserta
didik, yaitu sebagai berikut.
Tabel 3.1
Indikator Keberhasilan
Aspek
No
1 Keaktifan peserta
didik
dalam
pembelajaran

2

3

Pencapaian
75%

Ketepatan
dalam
menerapkan
langkah-langkah
metode sorogan
Ketuntasan
Hasil
Belajar

80%

75%

Cara Mengukur
Format Observasi yang dilihat:
1. Aktivitas
peserta
didik
mendengarkan
penjelasan
guru.
2. Aktvitas
peserta
didik
menghafal materi.
3. Aktivitas
peserta
didik
mencari pasangan kartu.
Format
observasi
untuk
mengamati kelengkapan langkahlangkah yang ditetapkan sesuai
urutan langkah
Melakukan evaluasi hasil belajar
dengan menggunakan evaluasi.
Peserta didik yang memperoleh
lebih besar/sama 75 dinyatakan
tuntas.

F. Analisis Data
Adapun analisa data yang peneliti lakukan diawali dengan sebuah
perencanaan dalam pengumpulan dari data hasil penelitian yang telah
dikumpulkan kemudian dianalisa, untuk tahap selanjutnya data tersebut
disajikan dan ditarik satu kesimpulan.
Proses analisa data dapat digambarkan sebagai berikut:
Pengumpulan data

Penyajian Data

Reduksi data

Penarikan Kesimpulan

G. Tahapan Penelitian
Model yang dikemukakan Kurt Lewin (dalam Basuki Wibawa, 2004: 13)
bahwa konsep inti PTK ialah bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat
langkah, yaitu: Perencanaan (Planning), aksi atau tindakan (Acting), observasi
(Observing), dan refleksi (Reflecting).

53

BAB IV Paparan Data Dan Pembahasan Penelitian
A. Kemampuan membaca surah pendek peserta didik pada Pra PTK di dalam
proses pembelajaran materi membaca al-Quran, diperoleh nilai sebesar 57,43
dan nilai perolehan tersebut masuk dalam kategori kurang. Sehingga peneliti
memutuskan untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas. Hal tersebut
beralasan karena kemampuan praktek yang diperoleh peserta didik tersebut
masih dapat ditingkatkan ke taraf yang optimal. Untuk itu peneliti melakukan
tindakan, dengan menggunakan metode sorogan pada siklus I. Hasilnya
diperoleh nilai rata-rata kemampuan membaca surah pendek peserta didik
sebesar 66,43 dengan kategori penilaian baik. Kemudian peneliti
melaksanakan tindakan pada siklus II dengan catatan memperbaiki
kelemahan dan kekurangan yang dilakukan pada siklus I. Hasilnya diperoleh
nilai sebesar 79,91 dengan kualifikasi nilai baik.
B. Proses pelaksanaan metode sorogan berjalan dengan baik dan lancar pada
tindakan siklus I dapat di atasi dengan melakukan proses latihan secara
berulang-ulang dan mengikutsertakan peserta didik dalam menilai
kemampuan membaca surah pendek pilihan.
C. BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil tindakan dan pengamatan yang telah dilakukan pada
penelitian tindakan kelas ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
beriku:
1. Proses pelaksanaan metode sorogan di Madrasah Tsanawiyah Raudhatul
Islamiyah di Pontianak dengan metode sorogan dapat diterapkan pada
materi surah pendek. Oleh karena itu, proses pelaksanaan metode sorogan
berjalan dengan baik dan lancar pada tindakan siklus I dan II dapat di
atasi dengan melakukan proses latihan secara berulang-ulang dan
mengikutsertakan peserta didik dalam menilai kemampuan membaca surah
pendek pilihan
2. Kemampuan membaca al-Quran di Madrasah Tsanawiyah Raudhatul
Islamiyah di Pontianak pada siklus I diperoleh nilai rata-rata kemampuan
membaca surah pendek peserta didik sebesar 66,43 dengan kategori
penilaian baik. Sedangkan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar
79,91 dengan kualifikasi nilai baik.
3. Pengaruh penggunaan metode sorogan terhadap peningkatan kemampuan
membaca al-Quran di Madrasah Tsanawiyah Raudhatul Islamiyah di
Pontianak pada siklus I kemampuan membaca surah pendek memperoleh
nilai rata-rata 66,43 yang dikategorikan baik dan kemampuan peserta didik
dalam membaca surah pendek pada siklus II memperoleh nilai rata-rata
70,91 yang dikategorikan baik sebesar 13,48 yang diperoleh dari D =
70,91 – 57,43= 13,48.

54

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dilakukan di atas, maka penulis megajukan
saran-saran sebagai berikut :
1. Diharapkan kepada tenaga pendidik dapat menerapkan metode sorogan
yang divariasikan dengan pemberian hadiah, karena pembelajaran ini
merupakan alternatif yang baik dikembangkan untuk mengatasi masalah
rendahnya atau kurangnya kemampuan membaca al-Quran peserta didik di
dalam kelas khususnya pada materi surah pendek pilihan.
2. Penggunaan metode sorogan seyogianya dapat dijadikan sebagai alternatif
dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan peserta didik
dalam membaca al-Quran yang lebih baik.
3. Di harapkan guru berkolaborasi mengadakan Penelitian Tindakan Kelas
berikutnya untuk mengatasi masalah yang dirasakan terhadap hasil belajar
peserta didik di kelas sebagai pengembangan terhadap potensi diri dan
profesi.
4. Untuk menumbuhkan motivasi dan semangat peserta didik dalam belajar,
guru perlu menggunakan metode sorogan pada mata pelajaran materi alQuran yang bervariasi dalam proses belajar mengajar, dan guru sebaiknya
dapat memilih pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan materi
pelajarannya di dalam kelas.
5. Pada penelitian-penelitian disarankan agar bisa mengkolaborasikan dan
memvariasikan metode sorogan dengan metode atau strategi yang lainya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Asyafii, 2002. Pembelajaran Tajwid. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Armai Arief, 2002. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Renika Cipta.
Arikunto, Suharsimi, 2002. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Renika Cipta.
Al-Hafidz, Ahsin W. 2005. Metode Menghapal Al-Quran. Jakarta: Balai Pustaka.
D Hidayat, dkk, 1991. Belajar Ilmu Tajwid. Jakarta: Rajawali Press.
Effendi, Chairil, 1993. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Renika Cipta.
Hasbullah, 2006. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Indeks.
Hadi, Sutrisno, 2001. Metode Penelitian Research. Jakarta: Renika Cipta.
Hasan Alwi, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Indeks.
Hajmy, 2010. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Aneka Ilmu.
Margono, 2004. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Renika Cipta.
Nawawi, Hadari, 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Rozak, Abd, 2010. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rasyid, Harun, 2000. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Ilmu Sosial dan
Agama. Pontianak : Kopma STAIN.
Ramayulius, 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Renika Cipta.
Susilo, 2007. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suryosubroto, 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Renika Cipta.
Silabus, 2012. Mata Pelajaran Al-Quran Hadis. Jakarta.

55

Syaiful Sagala, 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu
Memecahkan Masalah Problematika Belajar Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Syaiful Nuri, 2007. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Al-Fabeta.
Soehartano, 1999. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Renika Cipta.
Suyono
Darnoatmodjo,
2012.
http:
//
psiko-malangraya.
blogspot.com/2010/05/definisi-perilaku.html.
Yuliani Indrawati, 2007. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Indeks.
Wiriaatmadja, 2007. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Dokumen yang terkait

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Diskriminasi Daun Gandarusa (Justicia gendarrusa Burm.f.) Asal Surabaya, Jember dan Mojokerto Menggunakan Metode Elektroforesis

0 61 6

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15