IMAM BONJOL PADANG 1438 H 2017 M

IMPLEMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM UPAYA MENINGKATKAN RESILIENSI PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 4 BATANG ANAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Konsenterasi Bimbingan dan Konseling Islam (BKI)

Oleh:

M. Yasir Arafat Hsb 1314030884 KONSETRASI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) IMAM BONJOL PADANG 1438 H / 2017 M

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Implementasi Bimbingan dan Konseling dalam Upaya Meningkatkan Resiliensi Peserta Didik Kelas VIII SMPN 4 Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman ”.

Selanjutnya shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad Saw.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban bagi seluruh mahasiswa program Strata satu (S.I) yang akan menyelesaikan perkuliahan dan merupakan bagian dari syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd).

Selama proses penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan, motivasi, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Bapak Dr. H. Gusril Kenedi, M. Pd. Serta Bapak/ Ibu Pembantu Dekan I, II dan III.

2. Ibu Dr. Nursyamsi, M.Pd dan Ibu Jum Anidar, S.Ag, M.Pd sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan yang telah memberikan layanan dalam proses penyelesaian skripsi ini. 3. Ibu Jum Anidar, S.Ag, M.Pd. selaku Penasehat Akademik penulis yang selama kuliah telah membimbing penulis dalam bentuk apapun. 4. Bapak Drs. M. Syafwan HB, MA selaku Pembimbing I dan Ibu Dr. Nursyamsi, M.Pd 2. Ibu Dr. Nursyamsi, M.Pd dan Ibu Jum Anidar, S.Ag, M.Pd sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan yang telah memberikan layanan dalam proses penyelesaian skripsi ini. 3. Ibu Jum Anidar, S.Ag, M.Pd. selaku Penasehat Akademik penulis yang selama kuliah telah membimbing penulis dalam bentuk apapun. 4. Bapak Drs. M. Syafwan HB, MA selaku Pembimbing I dan Ibu Dr. Nursyamsi, M.Pd

5. Ibu Nurlina, M.Pd selaku kepala sekolah SMPN 4 Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman.

6. Ibu Widya dan Rafiana selaku Guru bimbingan dan Konseling SMP Negeri 4 Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman.

7. Teman-teman mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan Islam Konsentrasi Bimbingan dan Konseling Islam angkatan tahun 2013 yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis selama dalam mengikuti proses perkuliahan maupun dalam penulisan skiripsi ini. Teristimewa kepada kedua orang tua yang telah membesarkan, mendidik, dan

memberikan kasih sayangnya serta yang telah memberikan motivasi berupa moril maupun materil demi terselesaikannya penulisan skripsi ini. Ayahanda Amansyah Hasibuan, (almh) ibunda Fatma Wati Rambe, ibunda Siti Adong Hasibuan, Bou Erma Hasibuan, Syamsul Bahri Hasibuan, Nur Hikmah Hasibuan, Siti Ulan Hasibuan dan seluruh keluarga besar yang tidak bisa disebut satu persatu namanya. Kemudian kepada Ahmad Dalil Tambak, S.Pd.I, Malim Abdul Aziz Sinaga, Asrullah, Zaimahruddin, Redi Syahputra, Sapri Algafar dan Fefi Mailina yang selalu memberikan motivasi dan arahan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Semoga petunjuk, dorongan, motivasi, bimbingan dan bantuan yang Bapak, Ibu, dan teman-teman berikan menjadi amal ibadah yang mulia dan mendapat balasan yang sesuai dari Allah SWT. Amin Yarabbal ’Alamin.

Menyadari akan keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki, sehingga mungkin terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Karena itu, Menyadari akan keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki, sehingga mungkin terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Karena itu,

Padang, 05 September 2017 M Penulis

M. Yasir Arafat Hsb

NIM. 1314030884

ABSTRAK

M. Yasir Arafat Hsb NIM . 1314030884 “Implementasi Bimbingan Dan Konseling Dalam Upaya Meningkatkan Resiliensi Peserta Didik Kelas

VIII SMP Negeri 4 Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman .” (Skripsi: 2017). Konsentrasi Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) Jurusan Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Fakultas Tarbiyah dan keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang.

Penelitian ini dilatarbelakangi bahwa di SMPN 4 Batang Anai Telah dilaksanakan layanan BK, akan tetapi masih banyak peserta didik yang memiliki resiliensi yang rendah, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk melihat bagaimana proses pelaksanaan BK di SMPN 4 Batang Anai. Karena di SMPN 4 Batang Anai terlihat masih ada peserta didik yang berhenti sekolah, bolos, tidak membuat tugas, melawan kepada guru dan berkelahi di sekolah. Untuk itulah penulis merasa perlu dan penting meneliti resiliensi peserta didik di kelas VIII. Adapun fokus masalah dalam penelitian ini adalah implementasi Bimbingan dan Konseling oleh guru BK dalam upaya meningkatkan resiliensi diri peserta didik kelas VIII SMP Negeri 4 Batang Anai dan dibatasi pada, perencanaan BK dalam meningkatkan resiliensi diri peserta didik, pelaksanaan BKdalam meningkatkan resiliensi diri peserta didikdan Evaluasi dan tindak lanjut pelaksanaan Bimbingan dan Konseling ditinjau dari segi aspek proses dan hasil dalam meningkatkan resiliensi diri peserta didik di kelas VIIISMP 4 Batang Anai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dan tindak lanjut pelaksanaan Bimbingan dan Konseling ditinjau dari segi aspek proses dan hasil dalam meningkatkan resiliensi diri peserta didik di kelas VIIISMP 4 BatangAnai Kabupaten Padang Pariaman.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan Jenis penelitian adalah field Research. Sumber data yang digunakan sumber data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data berupawawancara, observasidan studi dokumentasi.Teknik analisis data berupa reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data yang digunakan berupa teknik pemeriksaan derajat kepercayaan, Teknik pemeriksaan keteralihan dengan cara uraian rinci, teknik pemeriksaan kebergantungan menggunakan cara Auditing Kebergantungan dan Teknik pemeriksaan kepastian dengan cara auditing kepastian.

Perencanaanimplementasi BK dalam upaya meningkatkan resiliensi peserta didik, yaituidentifikasikebutuhanpesertalayanan sesuai dengan need assesment ,

subyeklayanan, kelengkapkanadministrasidanwaktupelaksanaan. Dari pelaksanaan implementasi BKterlihat bahwa guru BK belum menggunakan keseluruhan teori yang ada dalam upaya meningkatkan resiliensipeserta didik, untuk menutupi kekurangan itu, guru BK cukup bijak dan kreatif dengan menambahkan teori sendiri untuk meningkatkan resiliensi peserta didik. Evaluasi dan tindak lanjut berupa membuat daftar cek tingkah laku yang akan dirubah peserta didik.

menetapkanmateri,

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu wadah di mana individu dapat mengembangkan potensi diri. Selain itu pendidikan juga dilakukan secara terencana sehingga pendidikan yang dilaksanakan dapat mewujudkan amanat Undang-undang Republik Indonesia Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 ”

Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2

Tujuan pendidikan tidak akan terealisasikan dengan maksimal dan optimal, apabila peserta didik tidak dalam keadaan baik, baik itu secara fisik dan psikis. Tentu saja peserta didik akan mengalami permasalahan- permasalahan yang dipenuhi pengalaman yang tidak mengenakkan. Itulah yang membuat program bimbingan dan konseling di sekolah sangat diperlukan dan memiliki andil yang cukup besar dalam dunia pendidikan.

1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional , h. 2

2 Ibid,

Bimbingan dan konseling adalah proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal. Rochman Natawidjaya dalam Juntika Nurihsan mengartikan bimbingan dan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada

umumnya. 3 Di dalam pengertian Undang-undang di atas, bahwa ada beberapa hal

yang harus dikembangkan pada diri peserta didik, yaitu: potensi diri, kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia dan keterampilan. Untuk itu apabila hal tersebut dapat dikembangkan secara baik pada peserta didik, maka akan membentuk resilien (ketahanan diri) pada peserta didik dalam mengatasi permasalahan hidup dan terbebas dari terganggunya proses belajar peserta didik.

Jadi untuk mendukung perkembangan hal di atas, maka didukung dengan diberikannya layanan Bimbingan dan Konseling, agar memberikan kontribusi dalam mewujudkan atau melaksanakan amanat Undang-undang yang telah disebutkan sebelumnya. Selain itu, menggali dan mengembangkan potensi serta membangun kemandirian dalam diri individu juga merupakan hal yang menjadi tujuan Bimbingan dan Konseling.

3 Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan. Landasan dan Bimbingan dan Konseling. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009) h. 6

Tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu individu dalam rangka menemukan pribadinya sehingga mampu memahami kelebihan dan kekurangan dirinya, dapat menerima dan menyikapi secara positif dan akhirnya dapat mengembangkan dan mengaktualisasikan dirinya lebih lanjut

dalam kehidupan sosialnya. 4 Berdasarkan penjelasan teori di atas, jelaslah bahwa Bimbingan dan

Konseling di sekolah sangat diperlukan dalam mengembangkan potensi serta membangun diri peserta didik yang memiliki kekuatan spritual, pengendalian diri, kepribadian, serta kemandirian dalam hidup. Akan tetapi tidak dapat dinafikan bahwa berbagai permasalahan peserta didik di sekolah, seperti stress yang dialami peserta didik selama menghadapi kehidupannya selama masa sekolah.

Sebagian adversity (pengalaman-pengalaman yang penuh penderitaan) bersumber dari situasi eksternal seperti kebakaran, gempa bumi, banjir, musim kering, bom, perang atau kekerasan, sebagian bersumber dari dalam lingkungan keluarga seperti perceraian, penganiayaan, pengabdian, kehilangan

pekerjaan, tempat tinggal atau orang yang dicintai. 5 Sumber lainnya berasal dari diri individu sendiri seperti rasa takut

terhadap penolakan, kehilangan cinta, rasa bersalah, kegagalan dan penyakit.

4 Rifda El Fiah. Bimbingan dan Konseling Perkembangan. (Lampung: Press Yogyakarta, 2015 h. 16

5 Sri MulyaniNasution. Resiliensi Daya Pegas Menghadapi Trauma Kehidupan.(Medan: USU Press, 2011), h. 1

Kemampuan manusia untuk bangkit dari pengalaman negatif, bahkan menjadi lebih kuat selama menjalani proses penanggulangannya dinamakan resiliensi. 6

Upaya membantu perkembangan anak dan siswa yang lebih baik serta mengatasi stres sekolah yang banyak mereka alami. Apalagi disadari betapa anak-anak dan siswa yang hidup pada era modern sekarang ini semakin membutuhkan kemampuan resiliensi untuk menghadapi kondisi-kondisi kehidupan abad 21 yang penuh dengan perubahan-perubahan yang sangat cepat. Perubahan-perubahan yang sangat cepat tersebut tidak jarang

menimbulkan dampak yang tidak menyenangkan bagi individu atau siswa. 7

Untuk menghadapi kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan tersebut, sejumlah ilmuwan, peneliti, dan praktisi dibidang sosial dan perilaku, memandang perlu untuk membangun resiliensi. Resiliensi dianggap sebagai kekuatan dasar yang menjadi pondasi dari semua karakter positif dalam membangun kekuatan emosional dan psikologis seseorang. Tanpa adanya resiliensi, tidak akan ada keberaniaan, ketekunan, tidak ada rasionalitas, tidak

ada insight. 8 Bahkan resiliensi diakui sangat menentukan gaya berpikir dan

keberhasilan peserta didik dalam hidupnya, termasuk keberhasilan dalam belajar di sekolah. Ketika menyikapi kesulitan hidup, manusia menggunakan bermacam-macam pilihan. Ada yang negatif, seperti menjadi individu yang pesimis, frustasi, putus asa hingga bunuh diri. Namun, ada juga individu yang

6 Ibid, h. 2

7 Desmita. Psikologi PerkembanganPeserta Didik: Panduan Bagi Orang Tua dan Guru

SD, SMP dan SMA (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 198

dalam Memahami

8 Ibid ., h. 199 8 Ibid ., h. 199

Individu dianggap sebagai seseorang yang memiliki resiliensi jika mereka mampu untuk secara cepat kembali kepada kondisi sebelum trauma dan terlihat kebaldariberbagai peristiwa-peristiwa kehidupan yang negatif. Dalam hal ini, resiliensi dianggap sebagai kekuatan dasar yang menjadi pondasi semua karakter positif dalam membangun kekuatan emosional dan

psikologikal seseorang. 9 Pada dasarnya, setiap individu memiliki potensi yang sangat besar

untuk dapat menjalani dan menghadapi setiap tantangan yang ada dalam kehidupannya. Kemampuan individu untuk berpikir dan belajar dari lingkungan, menjadikan ia sosok yang tangguh dalam menghadapi keadaan seperti apapun, termasuk ketika ia berada di tengah-tengah keluarga yang serba kekurangan atau penuh keprihatinan. Hampir semua orang pernah merasakan kesedihan, kekecewaan, kegagalan karena kehidupan yang dijalaninya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, atau harapan yang telah diperoleh tiba-tiba sirna karena kejadian yang tidak terduga. Termasuk remaja, dimana remaja adalah individu yang sedang dalam masa peralihan dari anak- anak menuju masa dewasa, yang pastinya merupakan masa yang penting bagi

perkembangan individu. 10 Saat remaja, anak mulai dituntut untuk lebih mandiri. Pada fase ini pola

kepribadian anak mulai terlihat. Masa remaja yang sering dikenal sebagai masa

9 Ibid . 10 Ibid, h 201 9 Ibid . 10 Ibid, h 201

Firman Allah SWT, dalam al-Quran Surah al-Baqarah ayat 155:

Artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan padamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada

orang- 11 orang yang sabar.” (Q.S. al-Baqarah:155)

Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya bahwa: Allah SWT, memberitahukan bahwa Dia akan menguji hamba-hamba-

Nya. Terkadang Dia memberikan ujian berupa kebahagiaan dan pada saat yang lain , Dia juga memberikan ujian berupa kesusahan, seperti rasa takut dan kelaparan. Karena orang yang sedang dalam keadaan lapar dan takut, ujian pada keduanya akan sangat terlihat jelas. Ujian lain berupa kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Semua hal itu

adalah bagian dari ujian dari Allah SWT, kepada hamba-hamba-Nya. 12

11 Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahnya.(Bandung: Diponegoro, 2010) h. 24

12 Abdullah bin Muhammad. Tafsir Ibnu Katsir Jilid I. Penerjemah: M. Abdul Ghoffar.

Jelaslah bahwa setiap manusia di dunia ini akan mendapatkan masalah dalam menjalani kehidupan. Begitu pulalah masalah yang akan dialami oleh peserta didik dalam menempuh pendidikan di sekolah, masalah belajar, sosial, pergaulan remaja yang dapat memicu stress apabila tidak dihadapi dengan baik dan tepat. Resiliensi diri peserta didik menentukan penyelesaian terhadap masalah yang mereka alami.

Pada pemaparan fenomena yang telah dijelaskan di atas, dapat dilihat dengan jelas bahwa hidup dengan berada dalam situasi yang serba kekurangan dan penuh keprihatinan, tidak menjadikan mereka sosok individu yang patah semangat. Dari keadaan yang seperti itulah mereka bangkit, pantang menyerah dan optimis bahwa masa depan mereka akan menjadi lebih baik. Mereka menunjukkan, bahwa meski dalam keadaan hidup yang memprihatinkan seperti itu mereka tetap dapat berprestasi. Dengan kata lain, adanya resiliensi dalam diri individu, dapat membuat individu mampu untuk menghadapi atau melewati keadaan yang tidak menyenangkan (kesulitan) yang ada. Dimana hal tersebut dapat memotivasi diri individu untuk mencari solusi dan terus bekerja keras untuk meningkatkan keadaannya kearah yang lebih baik. Masa remaja disebut sebagai masa goncangan yang ditandai dengan konflik dan suasana hati.

Masa remaja dikatakan sebagai usia yang bermasalah dengan masalah- masalah yang dihadapi. Masa remaja merupakan masa yang penuh dengan idealisme, komitmen terhadap tujuan, nafsu, perasaan dan revolusi. Dimana

(Bogor: Pustaka Imam Syafi‟i, 2004) h. 305-306 (Bogor: Pustaka Imam Syafi‟i, 2004) h. 305-306

dapat meraih masa depan yang cerah, bukan keterpurukan. 13 Remaja harus memiliki kemampuan untuk mengontrol atau mengatur

diri untuk tetap efektif di dalam tekanan yang menerpa, hal ini disebut dengan emotion regulation 14 . Selain itu, remaja harus memiliki kemampuan untuk

tetap positif memandang masa depan dan bersikap realistis dalam perencanaannya. 15

Grotberg menyatakan bahwa sumber resiliensi berasal dari dukungan eksternal (Ihave), mengembangkan kekuatan batin (Iam), dan interpersonal dan keterampilan pemecahan masalah (Ican), serta sosial-status ekonomi juga

berdampak signifikan pada tingkat resiliensi. 16 Holaday dan McPhearson dalam Issacson menyatakan beberapa karakteristik individu yang resilien yang

dapat mempengaruhi adalah kemampuan untuk bangkit kembali, good-natured personality , fokus pada bakat, otonomi, tanggung jawab, kesabaran, optimisme, kemampuan memecahkan masalah, tujuan hidup, kreativitas,

moral, rasa ingin tahu, copingskills,empati dan religiusitas. 17

13 Hurlock, E.B. PsikologiPerkembangan:SuatuPendekatanSepanjangRentangKehidupan (EdisiKelima).Jakarta:Erlangga, 2009, h. 157

14 Jakcson,RdanWatkin,C.TheResilienceinventory:Sevenessentialskillsforovercoming life‟s obstaclesanddetermininghappiness .SelectionandDevelopmen.2000, h. 15

15 Ibid. 16 Grotberg,EH.ResilienceProgramsforChildreninDisaster.AmbulatoryChildHealth.2001,h

76 17 Issacson, B., CharacteristicsAndEnhancementOfResiliencyIn YoungPeople.AResearch

Paper. TheGraduateSchool,UniversityofWisconsin-Stout.Issacson,2002, h. 29

Bahkan resiliensi diakui sangat menentukan gaya berpikir dan keberhasilan peserta didik dalam hidupnya, termasuk keberhasilan dalam

belajar di sekolah. 18 Pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan untuk

bangkit dari segala permasalahan atau tekanan yang ada dalam hidup ini sangat dibutuhkan oleh masing-masing individu. Salah satu individu yang membutuhkan kemampuan resilien adalah peserta didik di sekolah. Di mana mereka selalu dihadapkan dengan banyaknya persoalan hidup, perceraian orang tua, lemahnya ekonomi keluarga, hinaan teman sebaya, tugas sekolah, dan berbagai permasalahan lainnya yang dihadapi. Tentu dengan berbagai permasalahan yang dihadapi akan memberikan tekanan bagi individu, juga membuat mereka stress dalam menjalaninya. Bagi individu yang memiliki kemampuan resilien yang baik tentunya sedikit demi sedikit akan dapat melalui permasalah dan bangkit dari keterpurukan yang dihadapinya. Akan tetapi bagi peserta didik yang kemampuan resiliennya rendah, tentunya akan terpaku dengan permasalahn yang ada dan semakin terpuruk serta sulit untuk bangkit kembali.

Banyaknya permasalahan yang dapat membuat peserta didik terpuruk sehingga membuat peserta didik tersebut tidak dapat memaksimalkan potensi yang ada dalam dirinya. Selain itu dengan keterpurukan yang dialami oleh peserta didik akan membuat peserta didik tidak mampu bangkit kembali dan memperbaiki diri dari sebelumnya, sehingga akan berdampak pada hasil

18 Desmita,Op.cit., h. 199 18 Desmita,Op.cit., h. 199

Allah SWT, berfirman Q.S. al-Baqarah 153:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta

orang-orang yang sabar. 19 ” (Q.S. al-Baqarah 153) Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa:

Setelah menyampaikan penjelasan mengenai perintah bersyukur, Allah SWT, menjelaskan makna sabar dan bimbingan untuk memohon pertolongan melalui kesabaran dan shalat. Karena sesungguhnya seorang hamba itu adakalanya ia mendapatkan nikmat, kemudian mensyukurinya atau ditimpa bencana kemudian bersabar atasnya. Allah SWT, juga menerangkan bahwa sebaik-baik sarana yang dapat membantu dalam menjalani berbagai musibah adalah kesabaran dan shalat. “Dan mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat.” Kesabaran itu ada dua macam. Pertama, sabar dalam meninggalkan berbagai hal yang diharamkan dan perbuatan dosa. Kedua, sabar dalam berbuat ketaatan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ada juga kesabaran jenis ketiga, yaitu kesabaran dalam menerima dan menghadapi berbagai macam musibah dan cobaan. Sebagaimana dikemukakan oleh Abdur Rahman bin Zaid bin Aslam mengenai dua pintu kesabaran, yaitu menjalankan hal-hal yang disukai Allah SWT, meskipun terasa berat bagi jiwa dan raga. Kedua sabar dalam menghindari hal-hal yang dibenci oleh Allah SWT, meskipun sangat diinginkan oleh hawa nafsu. Jika seseorang telah melakukan hal itu, maka ia benar-benar termasuk orang-orang sabar yang insya Allah

akan memperoleh keselamatan. 20

19 Departemen Agama RI. Op.Cit. h. 23 20 Abdullah bin Muhammad. Op.Cit. h. 305-307

Di dalam ajaran agama Islam, apabila kita mendapatkan masalah dalam kehidupan, yang harus dihadapi dan diselesaikan. Selain ikhtiar dan bersabar, seseorang itu juga dianjurkan untuk bertawakkal kepada Allah SWT. agar dapat kemudahan dan pertolongan dari Allah sebagai Tuhan semesta alam. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Q.S. at-Taubah ayat 129:

Artinya: Jika mereka berpaling (dari keimanan), Maka Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. hanya kepada- Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy

yang agung." 21 (Q.S. at-Taubah ayat 129) Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya bahwa:

Demikianlah Allah SWT. memerintahkan Rasulullah SAW dengan ayat ini, yaitu firman-Nya ”jika mereka berpaling.” Yaitu berpaling dari apa yang engkau bawa kepada mereka, berupa syari‟at yang agung, suci, sempurna dan menyeluruh. “maka katakanlah: cukuplah Allah bagiku, tidak ada Ilah selain Dia.” Maksudnya adalah Allah telah cukup menjadi pelindungku, tidak ada Ilah selain Dia, kepada- Nya aku bertawakkal. Dan firman-Nya: “Dan Dia adalah Rabb yang memiliki „Arsy yang agung.” Maksudnya, Allah adalah Raja dan Pencipta segala sesuatu. Karena Allah adalah Rabb pemilik „Arsy yang agung, yang merupakan atap bagi semua makhluk termasuk di dalamnya langit, bumi dan seisinya. Semuanya itu berada di bawah

„Arsy dan di bawah kendali kekuasaan Allah SWT. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, kekuasaan-Nya berlaku pada segala sesuatu dan Allah pelindung segala sesuatu. 22

Demikian jelaslah bahwa dalam menjalani kehidupan itu dipenuhi dengan berbagai banyak persoalan hidup. Begitu pulalah anak remaja (peserta didik) dalam kehidupan sehari-harinya pasti menemukan masalah-masalah

21 Departemen Agama RI. Op.Cit. h. 207 22 Abdullah bin Muhammad. Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 4. Op.Cit h. 236-237 21 Departemen Agama RI. Op.Cit. h. 207 22 Abdullah bin Muhammad. Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 4. Op.Cit h. 236-237

Maka dari itu setiap manusia tidak boleh berputus asa, sesuai dengan firman Allah SWT, dalam Q.S. Yusuf ayat 87 :

Artina: “Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat

Allah, melainkan kaum yang kafir". (Q.S. Yusuf:87) 23

Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya bahwa: Allah SWT, memberitakan tentang Ya‟qub, bahwa dia menyuruh

anak-anaknya agar pergi ke mana saja di muka bumi ini untuk mencari berita tentang Yusuf dan saudaranya, Bunyamin. Kata

“tahassus” dipakai dalam mencari berita kebaikan, sedang “tajassus” dipakai dalam mencari berita keburukan. Dia membangkitkan semangat, memberi kabar gembira dan menyuruh mereka agar tidak putus asa dari rahmat Allah dan agar terus menerus berharap dan memohon kepada Allah supaya tercapai maksud dan tujuan mereka, karena hanya orang-orang kafirlah yang putus asa dan harapan dari

Allah SWT. 24

23 Departemen Agama RI. h, 245 24 Ibid, h 450

Penjelasan Ibnu Katsir di atas agar manusia tidak pernah berputus asa dari rahmat Allah SWT, bahkan Allah juga mengatakan bahwa hanya orang kafir lah yang berputus asa dari rahmat Allah. Begitu juga peserta didik dalam menjalani kehidupannya baik di rumah, sekolah, dan lingkungan masyarakat jangan berputus asa dan menyerah, semua itu harus di lalui dan dihadapi dengan usaha dari dalam diri. Bertekad untuk menjadi lebih baik lagi.

Berkenaan dengan hal yang telah dipaparkan sebelumnya, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kemampuan resiliensi diri peserta didik adalah dengan memaksimalkan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling oleh guru BK untuk menyelesaikan permasalah yang dihadapi oleh peserta didik tentunya diperlukan pelaksanaan layanan yang dilaksanakan oleh guru BK dengan berbagai layanan yang dapat diterapkan sesuai dengan permasalahan yang dialami oleh peserta didik. Dalam hal ini, guru harus mampu mencari dengan saksama kekuatan-kekuatan di dalam diri (inner strength) siswa, yang bisa di gunakan untuk menemukan akar permasalahan dan lebih mengedepankan kekuatan-kekuatan tersebut kepada

peserta didik. 25 Menurut Winkel Guru Bimbingan dan Konseling adalah: seorang guru

yang dipilih diantara guru-guru untuk memperoleh keahlian tambahan dalam bidang bimbingan dan konseling. 26 Maksudnya adalah seorang guru

Bimbingan dan Konseling tidak hanya memberikan materi dalam lokal tetapi

25 Ibid, h. 208-210 26 Winkel, op.cit, h. 41 25 Ibid, h. 208-210 26 Winkel, op.cit, h. 41

maupun masalah pribadi. 27 Berdasarkan observasi yang dilakukan di sekolah SMP Negeri 4

Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman, terlihat bahwa banyak peserta didik yang mempunyai kemampuan resilien yang kuat dan banyak pula yang lemah kemampuan resiliensinya. Bagi peserta didik yang memiliki kemampuan resilien yang kuat terlihat mampu untuk bangkit dari kegagalan yang dihadapi seperti ketika mendapatkan nilai yang tidak baik dengan segala tugas sekolah, tuntutan ekonomi keluarga dan hinaan teman sebaya. Ada juga peserta didik yang menangis, marah dan bahkan bolos sekolah untuk menghindari hinaan teman sebaya sebagai anak yang lahir dari keluarga broken home, dan ada juga menghindar dari tugas yang diberi guru mata pelajaran dan juga wali kelas. Ada juga terlihat siswa yang berhenti sekolah dan melakukan sesuatu yang sangat menyimpang seperti melakukan percobaan bunuh diri di dalam kelas dengan memotong urat nadi tangan, kejadian ini terjadi pada peserta didik yang berinisial (S), pada saat jam istirahat pukul 09: 50 WIB, tindakan ini dilakukan (S) akibat marah kepada teman-temannya, guru mata pelajaran dan wali kelas yang selalu merendahkannya.

Peserta didik IS mengatakan bahwa

“Kehidupan dalam keluarganya sangat berpengaruh dalam proses belajar di sekolah. IS menjelaskan lagi bahwa keluarganya termasuk keluarga yang kurang mampu sehingga antara ayah dan ibunya sering

27 DewaKetutSukardi, Seri PemanduOrganisasiAdministrasi BK Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h .68 27 DewaKetutSukardi, Seri PemanduOrganisasiAdministrasi BK Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h .68

Peserta didik SY mengatakan bahwa

“Di sekolah tidak merasa betah dan mudah bosan, tidak suka bergaul dengan teman kelas karena malu dengan kondisi keluargannya yang

broken home. 29

Peserta didik RS mengatakan bahwa

“Sering tidak masuk sekolah (bolos) akibat terlambat datang ke sekolah, lebih memilih singgah ditepi rel kereta api dan tidak meneruskan untuk hadir di sekolah. RS mengaku terlambat akibat jarak antara rumah dan sekolah cukup jauh, sedangkan uang saku untuk berangkat sekolah hanya cukup untuk beli jajanan di kantin

sekolah saja. 30

Peserta didik AN mengatakan bahwa “Malas belajar di kelas, tidak pernah buat tugas, pakaian sekolah yang

robek-robek. AN mengaku tidak pernah ditanya oleh kedua orang tuanya bagaimana keadaan belajarnya di sekolah. 31

Peserta didik AP mengatakan bahwa

“Harus semangat dalam belajar, bisa membahagiakan kedua orang tua, walau keadaan ekonomi keluarga bukan dari orang kaya. Tetapi untuk

belajar harus tetap di utamakan. 32

Ibu Sri Gustina mengatakan bahwa “Banyaknya persoalan yang dihadapi peserta didik disebabkan

berbagai banyak hal, diantaranya adalah perceraian orang tua, ekonomi keluarga yang lemah dan kurangnya perhatian yang didapatkan anak. Banyak anak-anak yang kesekolah hanya membawa satu buku tulis

28 IS. VIII. SMP N 04 Batang Anai, wawanca langsung. Padang Pariaman, tanggal 22 Maret 2017

29 SY. VIII. SMP N 04 Batang Anai, wawanca langsung. Padang Pariaman, tanggal 22 Maret 2017

30 RS. VIII. SMP N 04 Batang Anai, wawanca langsung. Padang Pariaman, tanggal 22 Maret 2017

31 AN. VIII. SMP N 04 Batang Anai, wawanca langsung. Padang Pariaman, tanggal 22 Maret 2017

32 AP. VIII. SMP N 04 Batang Anai, wawanca langsung. Padang Pariaman, tanggal 22 Maret 2017 32 AP. VIII. SMP N 04 Batang Anai, wawanca langsung. Padang Pariaman, tanggal 22 Maret 2017

Pada umumnya guru Bimbingan dan Konseling bisa membantu individu kearah yang lebih baik dalam merubah sikap dalam permasalahan yang ada pada dirinya. Guru Bimbingan dan Konseling diharapkan memiliki pengetahuan yang lebih mengenai kehidupan peserta didik. Untuk itulah perlunya layanan diberikan kepada peserta didik.

Kemudian untuk mengetahui klasifikasi tingkat resiliensi peserta didik, guru Bimbingan dan Konseling bisa melihat dari indikator yang ada, sesuai dengan teori yang telah dibuat oleh para ahli. Desmita menyebutkan ada tujuh indikator bahwa seseorang itu dapat dikatakan resilien, yaitu sebagai berikut:

1. Initiative (inisiatif), yang terlihat dari upaya mereka melakukan eksplorasi terhadap lingkungan mereka dan kemampuan individual untuk mengambil peran/bertindak.

2. Independence (independen), yang terlihat dari kemampuan seseorang menghindar atau menjauhkan diri dari keadaan yang tidak menyenangkan dan otonomi dalam bertindak.

3. Insight (berwawasan), yang terlihat dari kesadaran kritis seseorang terhadap kesalahan atau penyimpangan terjadi dalam lingkungannya atau bagi orang dewasa ditunjukkan dengan perkembangan persepsi tentang apa yang salah dan menganalisis mengapa ia salah.

4. Relationship (hubungan), yang terlihat dari upaya seseorang menjalin

33 Sri Gustina. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Pariaman, 17 Oktober 2016 33 Sri Gustina. Guru Bimbingan dan Konseling .kelas VIII SMPN 4 BatangAnai, wawancara langsung , Pariaman, 17 Oktober 2016

5. Humor (humor), yang terlihat dari kemampuan seseorang mengungkapkan perasaan humor di tengah situasi yang menegangkan atau mencairkan suasana kebekuan.

6. Creativitas (kreativitas) yang ditunjukkan melalui permainan-permainan kreatif dan pengungkapan diri.

7. Morality (moralitas), yang ditunjukkan dengan pertimbangan seseorang tentang baik dan buruk, mendahulukan kepentingan orang lain dan

bertindak integritas. 34 Berdasarkan pemaparan teori dan permasalahan yang disebutkan,

maka penulis tertarik untuk mendalaminya melalui penelitian ilmiah dengan fokus penelitian implementasi Bimbingan dan Konseling oleh guru BK dalam upaya meningkatkan resiliensi diri peserta didik kelas VIII SMP Negeri 4 Batang Anai.

B. Fokus Masalah Fokus masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi Bimbingan dan Konseling dalam upaya meningkatkan resiliensi peserta didik kelas VIII SMP Negeri 4 Batang Anai?

C. Batasan Masalah Penelitian Batasan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Perencanaan Bimbingan dan Konseling yang diberikan oleh guru BK dalam meningkatkan resiliensi peserta didik di kelas VIII SMPN 4 Batang Anai.

34 Desmita,Op.cit.,h. 203

2. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling yang oleh guru BK dalam meningkatkan resiliensi peserta didik di kelas VIII SMPN 4 Batang Anai.

3. Evaluasi dan tindak lanjut pelaksanaan Bimbingan dan Konseling ditinjau dari segi proses dalam meningkatkan resiliensi peserta didik di kelas VIII SMPN 4 Batang Anai.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui:

1. Perencanaan Bimbingan dan Konseling yang diberikan oleh guru BK dalam meningkatkan resiliensi peserta didik di kelas VIII SMPN 4 Batang Anai.

2. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling yang diberikan oleh guru BK dalam meningkatkan resiliensi peserta didik di kelas VIII SMPN 4 Batang Anai.

3. Evaluasi dan tindak lanjut pelaksanaan Bimbingan dan Konseling ditinjau dari segi proses dalam meningkatkan resiliensi peserta didik di kelas VIII SMPN 4 Batang Anai.

E. Penjelasan Judul Resiliensi adalah Menurut Reivich K. dan Shatte A., resilensi merupakan kemampuan untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian yang berat atau masalah yang terjadi dalam kehidupan. Bertahan dalam keadaan tertekan, dan bahkan berhadapan dengan kesengsaraan atau E. Penjelasan Judul Resiliensi adalah Menurut Reivich K. dan Shatte A., resilensi merupakan kemampuan untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian yang berat atau masalah yang terjadi dalam kehidupan. Bertahan dalam keadaan tertekan, dan bahkan berhadapan dengan kesengsaraan atau

menghilangkan, bahkan mengubah pengalaman tidak menyenangkan termasuk bencana alam maupun buatan manusia. Resiliensi membantu individu yang hidup dalam kondisi atau pengalaman buruk dengan meningkatkan harapan dan keyakinan yang memadai untuk fungsi sosial dan

pribadi yang lebih efektif. 36 Implementasi secara etimologi adalah penerapan dan pelaksaan.

Pertemuan kedua ini bermaksud mencari bentuk tentang hal yang disepakati dulu. 37

Bimbingan dan konseling adalah proses membantu individu untuk mencapai perkembangan yang optimal. 38

Guru Bimbingan dan Konseling adalah guru yang dipilih dari sekolah untuk membantu peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan peserta didik tersebut. Disamping keahliannya di bidang studi tertentu sesuai

spesialisasi keahliannya. 39 Peserta Didik SMP adalah anggota masyarakat yang melanjutkan

pendidikan pada tingkat sekolah menengah pertama.

35 Reivich,K.danShatte,A.,TheResiliencyFactor:7KeystoFindingYourInnerStrengthand OvercomingLife‟sHurdles,(NewYork:ThreeRiversPress,2002),h.1

36 Grotberg, E. H., 2001, Loc.cit. 37 KBBI. (Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2006), h. 235 38 Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan. Loc. Cit

39 DewaKetutSukardi, op.cit., h.68

Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang dimaksud dengan judul penelitian ini adalah melihat penerapan (proses) kinerja guru BK dalam upaya meningkatkan resiliensi diri peserta didik.

BAB II LANDASAN TEORETIS

A. Tinjauan Resiliensi

1. Pengertian Resiliensi

Secara etimologi kata resiliensi diadaptasi dari bahasa Inggris yaitu reciliency, yang berarti gaya pegas, daya kenyal, kegembiraan, keuletan, ketahanan dan daya lentur. Resiliensi digunakan untuk menggambarkan bagian positif dari perbedaan individual dalam respons seseorang terhadap

stres dan keadaan yang merugikan (adversity). 40 Secara umum resiliensi didefinisikan beberapa ahli sebagai berikut:

a. Shoon menyimpulkan bahwa resiliensi merupakan proses dinamis dimana individu menunjukkan fungsi adaptif dalam menghadapi adversity yang berperan penting bagi dirinya.

b. Benard mendefenisikan resiliensi sebagai kemampuan untuk bangkit dengan sukses walaupun mengalami situasi penuh resiko yang tergolong parah.

c. Grothberg mendefinisikan resiliensi sebagai kemampuan manusia untuk menghadapi, mengatasi, mendapatkan kekuatan dan bahkan mampu mencapai transformasi diri setelah mengalami adversity.

d. Reivich dan Shatte mengatakan bahwa resiliensi merupakan mind-set yang memungkinkan manusia mencari berbagai pengalaman dan memandang hidupnya sebagai suatu kegiatan yang sedang berjalan.

40 Desmita. Psikologi PerkembanganPeserta Didik: Panduan Bagi Orang Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP dan SMA (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2011), h. 199

Resiliensi memberi rasa percaya diri untuk mengambil tanggung jawab baru dalam pekerjaan, tidak malu untuk mendekati seseorang yang ingin dikenal, mencari pengalaman yang akan memberi tantangan untuk mempelajari tentang diri sendiri dan berhubungan lebih dalam dengan orang lain. Aplikasi resiliensi ini dinamakan reaching out. Dengan reaching out kehidupan menjadi lebih kaya, hubungan dengan

seseorang menjadi lebih dalam dan dunia seakan lebih luas. 41

Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa resiliensi (daya lentur, ketahanan) adalah kemampuan atau kapasitas insani yang dimiliki seseorang, kelompok atau masyarakat yang memungkinkannya untuk menghadapi, mencegah, meminimalkan dan bahkan menghilangkan dampak-dampak yang merugikan dari kondisi yang tidak menyenangkan atau mengubah kondisi kehidupan yang menyengsarakan menjadi suatu hal yang wajar untuk diatasi.

Bagi mereka yang resilien, resiliensi membuat hidupnya menjadi lebih kuat. Artinya, resiliensi akan membuat seseorang berhasil menyesuaikan diri dalam berhadapan dengan kondisi yang tidak menyenangkan, serta dapat mengembangkan kompetensi sosial, akademis dan vikasional sekalipun berada di tengah kondisi stress hebat yang

inheren 42 dalam kehidupan dewasa ini.

41 Sri Mulyani Nasution. Resiliensi Daya Pegas Menghadapi Trauma Kehidupan.(Medan: USU Press, 2011), h. 4

42 Desmita.Psikologi Perkembangan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h, 97

Menurut Emmy E. Werner sejumlah ahli tingkah laku menggunakan istilah resiliensi untuk menggambarkan tiga fenomena, yaitu:

a) Perkembangan positif yang dihasilkan oleh anak yang hidup dalam konteks beresiko tinggi (high risk), seperti anak yang hidup dalam kemiskinan kronis atau perlakuan kasar orang tua.

b) Kompetensi yang dimungkinkan muncul di bawah tekanan yang berkepanjangan, seperti peristiwa-peristiwa di sekitar perceraian orang tua mereka

c) Kesembuhan dari trauma, seperti ketakuatan dari peristiwa perang saudara dan komps konsentrasi. 43

2. Sifat Dasar Resiliensi

Manusia memiliki empat penggunaan dasar resiliensi, yaitu:

a. Sebagian individu harus mengaplikasikan persediaan resiliensinya untuk mengulangi (to evercome) hambatan pada masa kanak-kanaknya.

b. Bagi semua orang, resiliensi dibutuhkan untuk melewati (to steer through)adversity yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Hidup dipenuhi stres dan percekcokan, akan tetapi, bila individu memiliki resiliensi, maka ia tidak akan membiarkan kesengsaraan hidup mengganggu produktivitas dan kesejahteraannya.

c. Individu bergantung pada persediaan resiliensinya. Seseorang dapat sekaligus merasa helppless dan tidak mampu melanjutkan hidupya, atau

43 Desmita. Op.Cit. h. 201 43 Desmita. Op.Cit. h. 201

d. Penggunaan resiliensi yang ke-empat melebihi keinginan individu untuk melindungi dan mempertahankan diri. Individu memiliki target untuk menemukan makna baru dan tujuan hidup serta membuka diri terhadap pengalaman baru dan tantangan yang dapat diaplikasikan pada resiliensi. Individu memiliki kemampuan untuk keluar (to reach out) sehingga

dapat melakukan apapun yang mampu ia lakukan. 44 Sifat resiliensi di atas membantu menjelaskan bagaimana manusia

menggunakan resiliensi untuk menghadapi adversity dalam hidupnya. Individu memiliki kemampuan untuk keluar dan melakukan apapun yang

mampu ia lakukan. 45

3. Ciri-ciri dan Karakteristik Resiliensi

Ciri-ciri orang yang resilien menurut Bernard dalam buku Desmita Psikologi Perkembangan, yaitu:

a. Social competence (kompetensi sosial) Kemampuan untuk memunculkan respons yang positif dari orang lain, dalam artian mengadakan hubungan-hubungan yang positif dengan orang dewasa dan teman sebaya.

b. Problem solving skills (keterampilan pemecahan masalah) Perencanaan yang memudahkan untuk mengendalikan diri sendiri dan memanfaatkan akal sehatnya untuk mencari bantuan dari orang lain.

44 Sri Mulyani. Op.Cit. h. 5 45 Ibid 44 Sri Mulyani. Op.Cit. h. 5 45 Ibid

d. A Sense Of Purpose Dan Future(kesadaran akan tujuan dan masa depan) Kesadaran akan tujuan-tujuan, aspirasi pendidikan, ketekunan (persistence) , pengharapan dan kesadaran akan suatu masa depan yang

cemerlang (bright). 46 Sementara itu, Wolins dalam Desmita Psikologi Perkembangan

mengemukakan tujuh karakteristik sebagai tipe orang yang resilien, yaitu:

8. Initiative (inisiatif), yang terlihat dari upaya mereka melakukan eksplorasi terhadap lingkungan mereka dan kemampuan individual untuk mengambil peran/bertindak.

9. Independence (independen), yang terlihat dari kemampuan seseorang menghindar atau menjauhkan diri dari keadaan yang tidak menyenangkan dan otonomi dalam bertindak.

10. Insight (berwawasan), yang terlihat dari kesadaran kritis seseorang terhadap kesalahan atau penyimpangan terjadi dalam lingkungannya atau bagi orang dewasa ditunjukkan dengan perkembangan persepsi tentang apa yang salah dan menganalisis mengapa ia salah.

11. Relationship (hubungan), yang terlihat dari upaya seseorang menjalin hubungan dengan orang lain.

46 Desmita. Op.Cit. h. 202

12. Humor (humor), yang terlihat dari kemampuan seseorang mengungkapkan perasaan humor di tengah situasi yang menegangkan atau mencairkan suasana kebekuan.

13. Creativitas (kreativitas) yang ditunjukkan melalui permainan- permainan kreatif dan pengungkapan diri.

14. Morality (moralitas), yang ditunjukkan dengan pertimbangan seseorang tentang baik dan buruk, mendahulukan kepentingan orang

lain dan bertindak integritas. 47 Henderson dan Milstein menyebutkan 12 karakteristik internal

resiliensi, yaitu:

a. Kesedian diri untuk melayani orang lain

hidup, mencakup keterampilan mengambil keputusan dengan baik, tegas, keterampilan mengontrol impuls-impuls dan problem solving

b. Menggunakan

keterampilan-keterampilan

c. Sosiabilitas, kemampuan untuk menjadi seorang teman, kemampuan untuk membentuk hubungan-hubungan yang positif.

d. Memiliki perasaan humor

e. Lokus kontrol internal

f. Otonomi, independen

g. Memiliki pandangan yang positif terhadap masa depan

h. Fleksibilitas

i. Memiliki kapasitas untuk terus belajar

47 Ibid, h. 203 47 Ibid, h. 203

Kemudian, berdasarkan consensus dari sejumlah peneliti dan praktisi yang terlibat aktif dalam pengembangan resiliensi, The International Resilience Project merumuskan ciri-ciri atau sifat-sifat seorang yang resilien dalam tiga kategori, yaitu: 1) external supports and resources, 2) internal personal strengths, 3) social, interpersonal skills.

Dalam perkembangan selanjutnya, ketiga kategori yang digunakan untuk menggambarkan karakteristik dan sifat-sifat seorang yang resilien tersebut digunakan istilah-istilah pengganti. Sebagai pengganti istilah karakteristik external supports and resources, digunakan istilah I HAVE, pengganti istilah karakteristik internal, personal strengths, digunakan

istilah I‟AM, dan pengganti istilah karakteristik sosial, interpersonal skills digunakan istilah I CAN.

Sejumlah ahli percaya bahwa pemberdayaan ketiga karakteristik ( I HAVE, I AM, I CAN) inilah yang memungkinkan seseorang, termasuk siswa, dapat bertahan dalam mengatasi kondisi-kondisi adversity serta

mengembangkan resiliensinya. 49 a)

I HAVE (Aku Punya) Karakteristik resiliensi yang bersumber dari pemaknaan siswa

terhadap besarnya dukungan dan sumber daya yang diberikan oleh

48 Ibid, 49 Ibid,

h. 204 h. 204

1) Trusting relationships

2) Access to health, education, welfare and security services

3) Emotional support outside the family

4) Structure and rules at home

5) Parental encouragement of autonomy

6) Stable home environment

7) Role models

8) Religious organizations (morality) b)

I AM ( Aku ini) Merupakan karakteristik resiliensi yang bersumber dari

ketakutan pribadi (personal strengths) yang dimiliki oleh siswa. Sumber I AM ini memiliki beberapa kualitas yang memberikan sumbangan bagi pembentukan resiliensi, yaitu:

1) Sense of being lovable

2) Autonomy

3) Appealing temperament

4) Achievement oriented

5) Self esteem

6) Hope, faith, belief of God, morality, trust

7) Empathy and altruism

8) Locus of control

c)

I CAN (Aku Dapat) Merupakan karakteristik resiliensi yang bersumber dariapa saja yang dapat dilakukan oleh siswa sehubungan dengan keterampilan-

keterampilan sosial dan interpersonal. Keterampilan-keterampilan ini meliputi:

5) Problem solving

6) Impulse control

7) Seeking trusting relationships

8) Social skills

9) Intellectual skills Resiliensi merupakan hasil kombinasi dari faktor-faktor I HAVE, I AM, dan I CAN tersebut. Untuk menjadi seorang yang resiliensi tidak cukup hanya memiliki satu karakteristik saja, melainkan harus ditopang oleh karakteristik-karakteristik lain. Misalnya, seorang siswa mungkin dicintai (I HAVE), tetapi jika ia tidak mempunyai kekuatan dalam dirinya

(I AM) atau tidak memiliki keterampilan-keterampilan interpersonal dan sosial ( I CAN), maka ia tidak dapat menjadi seorang yang resilien. 50

Demikian juga, seorang siswa mungkin mempunyai harga diri (I AM), tetapi jika ia tidak mengetahui bagaimana berkomunikasi dengan orang lain atau memecahkan masalah (I CAN) dan tidak ada orang yang

membantunya ( I HAVE), maka ia tidak menjadi resilien. 51 Oleh sebab itu, untuk menumbuhkan resiliensi siswa, ketiga

karakteristik tersebut harus saling berinteraksi satu sama lain. Interaksi ketiga karakteristik tersebut sangat dipengaruhi oleh kualitas lingkungan

sosial, termasuk rumah, sekolah dan masyarakat, dimana siswa hidup. 52

4. Keterampilan Resiliensi

Pola pikir yang tidak resilien membuat seseorang berpegang teguh pada keyakinan yang salah tentang dunia dan memiliki problem solving yang merusak energy emosional dan sumber daya resiliensinya.Karena resiliensi bukan sifat bawaan dan faktor genetis, maka melalui pelatihan

seseorang dapat meningkatkan resiliensinya. 53 Adapun tujuh keterampilan khusus agar menjadi resilien, yaitu:

a. Learning your ABCS/Pelajari ABC yang ada pada diri Kita harus mendengarkan pikiran kita, mampu mengidentifikasi apa yang akan kita katakan pada diri sendiri ketika berhadapan dengan

50 Ibid, h. 205 51 Ibid, 52 Ibid, 53 Sri Mulyani, Op.Cit. h, 15 50 Ibid, h. 205 51 Ibid, 52 Ibid, 53 Sri Mulyani, Op.Cit. h, 15

b. Avoiding Thinking Traps (hindari hambatan dalam berpikir) Kita harus mengidentifikasi kebiasaan dalam merespon permasalahan dan bagaimana mengoreksinya.

c. Detecting iceberg (deteksi gunung es) Mampu mengidentifikasi deep belief yang kita miliki dan menentukan kapan hal tersebut membantu dan kapan hal tersebut menjerumuskan kita.