Hubungan Karakteristik dan Tingkat Pengetahuan Petugas Imunisasi terhadap Praktik Penyimpanan dan Transportasi Vaksin Imunisasi di Tingkat Puskesmas Kota Padang Tahun 2014

http://jurnal.fk.unand.ac.id

Artikel Penelitian

Hubungan Karakteristik dan Tingkat Pengetahuan Petugas
Imunisasi terhadap Praktik Penyimpanan dan Transportasi
Vaksin Imunisasi di Tingkat Puskesmas Kota Padang Tahun
2014
Nadia Rahmah1 , Putri Sri Lasmini2, Rahmatini3

Abstrak
Rantai dingin sangat penting dipertahankan selama distribusi dan penyimpanan vaksin untuk mencapai
efektifitas vaksin. Petugas Imunisasi di layanan primer harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik
mengenai transportasi dan penyimpanan vaksin. Penelitian dilaksanakan di seluruh puskesmas Kota Padang pada
Maret 2014, dengan menggunakan desain cross sectional. Jumlah sampel adalah 21petugas imunisasi dengan teknik
total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan observasi. Hasil penelitian
didapatkan responden dengan pengetahuan yang baik tentang penyimpanan dan transportasi vaksin sebesar 61,9%
dan praktik penyimpanan dan transportasi vaksin di Puskesmas yang baik sebesar 61,9%. Berdasarkan uji statistik,
didapatkan tidak adanya hubungan umur, tingkat pendidikan, masa kerja dan pengalaman pelatihan petugas imunisasi
dengan praktik penyimpanan dan transportasi vaksin di Puskesmas tetapi terdapat hubungan pengetahuan petugas
dengan praktik. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa tidak terdapatnya hubungan karakteristik petugas

imunisasi dengan praktik penyimpanan dan transportasi vaksin dan terdapatnya hubungan bermakna antara
pengetahuan petugas dengan praktik penyimpanan dan transportasi vaksin di Puskesmas Kota Padang.
Kata kunci: karakteristik, pengetahuan, penyimpanan, transportasi vaksin

Abstract
Preserving the cold chain during distribution and storage is critical to achieve the effectiveness of the vaccine.
Immunization workers in primary health care should have a good knowledge and understanding about the handling
and storage of the vaccine. The experiment was conducted in all health centers Padang in 2014 March, using a crosssectional design. Total samples 21 immunization workers with total sampling. The data was collected using
questionnaires and observation. The results showed respondents with good knowledge about vaccine storage and
handling of 61.9% and vaccine storage and handling practices in health centers of 61.9% which is good. Based on
statistical tests, found no rellation between age, education, years of working and training experience of immunization
workers with vaccine storage and handling practices in health care but a significant correlation between knowledge
with practice. Based on the results of the study concluded that the absence of the relations between characteristic
immunization workers with vaccine storage and handling practices and a significant correlation between knowledge
workers with practical storage and handling of vaccines at the health center of Padang.
Keywords: characteristics, knowledge, storage, handling of vaccines
Affiliasi penulis: 1. Pendidikan Dokter FK UNAND (Fakultas

Korespondensi: Nadia Rahmah, Email :


Kedokteran Universitas Andalas Padang), 2. Bagian Obstetri dan

n_nadiarahmah@yahoo.com Telp: 085263012277

Ginekologi FK UNAND, 3.Bagian Farmakologi FK UNAND

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(3)

917

http://jurnal.fk.unand.ac.id

dapat digunakan dan kerugian finansial terhadap

PENDAHULUAN
dikenal

vaksin tersebut dapat diminimalkan. Dalam General

sebagai Pengembangan Program Imunisasi (PPI) atau


Recommendations on Immunization, The Advisory

Expanded Program on Immunization (EPI) merupakan

Committee

salah satu upaya preventif yang telah terbukti sangat

merekomendasikan vaksin yang terkena paparan suhu

efektif menurunkan angka kesakitan dan angka

melebihi dari batasan dan secara tidak sengaja

kematian serta kecacatan pada bayi dan balita.

diberikan, maka pemberian vaksin harus diulang.5,6

Program


imunisasi

nasional

yang

on

Immunization

Practices

(ACIP)

Imunisasi yang termasuk dalam PPI adalah imunisasi

Reaksi simpang yang dikenal sebagai Kejadian

dasar lengkap yang diberikan pada bayi usia 0 – 9


Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau Adverse Events

bulan yaitu imunisasi BCG, polio, DTP, campak dan

Following Immunization (AEFI) adalah kejadian medik

hepatitis

yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek

B.1

Keberhasilan program imunisasi tergantung

vaksin ataupun efek samping vaksin. Persepsi awam

pada dua hal yaitu tingginya tingkat cakupan vaksinasi

dan juga kalangan petugas kesehatan, menganggap


dan vaksin yang efektif. Mempertahankan rantai dingin

semua kelainan dan kejadian yang dihubungkan

selama distribusi dan penyimpanan sangat penting

dengan imunisasi sebagai reaksi alergi terhadap

dalam mencapai efektifitas vaksin. Penyimpanan

vaksin. Sesuai telaah laporan KIPI oleh Vaccine

sebagian besar vaksin umumnya direkomendasikan

Safety Committee, Institute of Medicine (IOM) USA

pada suhu 2°C-8°C dan tidak boleh terkena suhu

menyatakan bahwa kejadian KIPI tersering akibat


beku. Semakin lama vaksin terpapar panas atau

imunisasi adalah akibat kesalahan prosedur dan teknik

dingin yang berlebihan, semakin mengurangi potensi

pelaksanaan (programmatic errors). Masalah program

vaksin tersebut. Jika rantai dingin vaksin tidak

dan teknik pelaksanaan imunisasi meliputi kesalahan

dipelihara dengan baik, semua potensi vaksin akan

program penyimpanan, pengelolaan dan tata laksana

hilang dan vaksin tidak dapat digunakan. Vaksin dapat

pemberian vaksin.1


dikategorikan sebagai heat sensitive atau freeze

Tahun 2009 cakupan imunisasi di Ulumanda

sensitive. Vaksin heat sensitive termasuk vaksin hidup

Kabupaten Majene Sulawesi Barat adalah 0%, dan di

dilemahkan (live attenuated) yang stabil pada suhu

Puskesmas Majene ditemukan vaksin yang rusak

beku tapi kehilangan potensi setelah terpapar suhu di

sebelum digunakan. Vaksin telah ditempatkan dalam

atas kisaran yang direkomendasikan. Vaksin golongan

pendingin


freeze

tambahan

distribusi sampai pada proses penyimpanan, sehingga

berupa garam aluminium yang akan mengendap saat

kondisi vaksin menjadi tidak stabil dan tidak layak

terpapar suhu beku, sehingga dapat merusak bahan

digunakan lagi. Berdasarkan data tahun 2010, sekitar

tambahan dan potensi vaksin.2-5

397 botol vaksin dilaporkan rusak dan 105 botol vaksin

sensitive


menggunakan

bahan

Pemberian vaksin yang salah dapat menambah
jumlah pasien yang menderita penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (PD3I). Kegagalan untuk

tetapi

dilaporkan

kesalahan

kadaluarsa,

terjadi

sehingga


dimulai

dari

tidak

dapat

tanggung

jawab

digunakan.7
Kualitas

vaksin

adalah

mematuhi prosedur penyimpanan dan penanganan

bersama semua pihak, mulai dari produksi sampai

dapat

sehingga

pemberian vaksin. Rantai vaksin dijaga mulai dari

menghasilkan respon imun yang tidak adekuat dan

distribusi langsung dari produsen ke gudang vaksin

perlindungan terhadap penyakit yang dapat dicegah

Depkes RI, dialokasikan ke Dinkes provinsi, dari

dengan vaksin tidak tercapai secara optimal.6

Dinkes provinsi didistribusikan ke Dinkes kabupaten /

mengurangi

Adanya

potensi

laporan

vaksin,

mengenai

vaksin

yang

kota, setelah itu distribusi dari kabupaten / kota ke

disimpan secara tidak benar, sehingga memerlukan

Puskesmas.

Puskesmas

vaksin pengganti dan melakukan imunisasi kembali.

penyimpanan terakhir vaksin sebelum pemberian

Jika prosedur penyimpanan dan distribusi vaksin telah

vaksin terhadap sasaran.Proses produksi di pabrik

dilakukan secara benar kekhawatiran tentang apa

umumnya memiliki prosedur khusus sesuai dengan

yang harus dilakukan pada vaksin yang sudah tidak

ketentuan

GMP

(Good

merupakan

Manufacturing

tempat

Practices)

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(3)

918

http://jurnal.fk.unand.ac.id

dibawah

pengawasan NRA (National

Regulatory

Authority) setempat. Oleh karena itu monitoring

Tabel 1. Karakteristik petugas imunisasi Puskesmas
Karakteristik Petugas

No.

Imunisasi

kualitas pengelolaan vaksin lebih ditujukan pada
pengelolaan vaksin di gudang penyimpanan vaksin di

1.

Puskesmas.4,8,9
2.

mengelola

rantai

vaksin.

Tenaga

kesehatan di layanan primer harus paham benar
mengenai

transportasi

dan

penyimpanan

3.

4.

ada

penelitian

21

100,0

4,8

a.

Sarjana

1

b.

Diploma

20

95,2

21

100,0

16

76,2

a.

≥ 1 tahun

b.

< 1 tahun

5

23,8

21

100,0

17

81,0

Pengalaman Pelatihan

terhadap kualitas pengelolaan vaksin.10,11
belum

28,6

Total

penelitian sebelumnya bahwa pengetahuan petugas

ini

71,4

6

Masa Kerja :

sampai vaksin itu diberikan. Didapatkan dari hasil

Saat

15

> 45 tahun

Total

vaksin

merupakan salah satu faktor risiko yang berpengaruh

≤ 45 tahun

b.

Tingkat Pendidikan :

harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang
dalam

a.

Total

tahap pemberian. Pada penyedia layanan primer
baik

%

Umur :

tingkat primer sampai di unit pelayanan seperti
Rantai dingin harus tetap terjaga sampai pada

f

tentang

a.

Pernah

b.

Belum

Total

4

19,0

21

100,0

penyimpanan dan transportasi vaksin imunisasi di
Puskesmas Kota Padang, oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian tentang hubungan karakteristik

Pada

umumnya

seluruh

responden

telah

dan tingkat pengetahuan petugas imunisasi terhadap

memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, yaitu tamatan

praktik penyimpanan dan transportasi vaksin imunisasi

diploma dan sarjana. Sebanyak 16 responden (76,2%)

di tingkat puskesmas Kota Padang tahun 2014.

telah bekerja di Puskesmas sebagai petugas imunisasi
selama lebih dari 1 tahun dan 17 responden (81,0%)

METODE

telah mendapatkan pelatihan mengenai penyimpanan

Penelitian ini dilakukan di seluruh puskesmas di

dan transportasi vaksin imunisasi.

Kota Padang dari Januari 2014 sampai Maret 2014.
Subjek dalam penelitian ini sebanyak 22 orang yang
merupakan

petugas

imunisasi

puskesmas

yang

memenuhi kriteria inklusi. Pemilihan subjek dilakukan
secara

total

sampling.

Pengambilan

data

Baik

menggunakan kuesioner dan observasi. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner
dan penilaian observasi. Data yang diperoleh diolah

61,9%
(13
orang)

38,1%
(8
orang)

Kurang

dengan menggunakan sistem komputerisasi kemudian
dianalisis dengan uji chi-square.

Gambar 1. Distribusi pengetahuan petugas imunisasi
tentang penyimpanan dan transportasi vaksin

HASIL
Karakteristik petugas imunisasi tersebut dapat
dilihat pada Tabel 1 menggambarkan

Gambar

1

menunjukkan

bahwa

dari

21

responden

responden sebanyak 13 responden (61,9%) memiliki

berumur ≤ 45 tahun sebanyak 15 responden (71,4%)

pengetahuan tentang penyimpanan dan transportasi

dan >45 tahun sebanyak 6 responden (28,6%).

vaksin imunisasi yang baik dan sebanyak 8 responden

Berdasarkan hasil penelitian dari 21 responden rata-

(38,1%) memiliki pengetahuan kurang.

rata responden berumur 40 tahun.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(3)

919

http://jurnal.fk.unand.ac.id

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa dari

38,10%
(8 orang)

15 petugas imunisasi yang berusia ≤ 45 tahun,
sebanyak 9 petugas (60,0%) yang memiliki praktik

Baik

baik dan 6 petugas (40,0%) yang memiliki praktik

Buruk

buruk. Sebaliknya, dari 6 petugas yang berusia lebih
dari 45 tahun, sebanyak 4 petugas (66,7%) yang

61,90%
(13
orang)
Gambar

2.

Distribusi

memiliki praktik baik dan sebanyak 2 petugas (33,3%)
yang memiliki praktik buruk. Hasil uji statistik chi-

praktik penyimpanan dan

square test dengan fisher’s exact test diperoleh nilai
P= 1,000 (P > 0,05) dapat disimpulkan bahwa tidak

transportasi vaksin di puskesmas Kota Padang

terdapat

pengaruh

yang

signifikan

antara umur

21

petugas imunisasi dengan praktik penyimpanan dan

Puskesmas sebanyak 13 Puskesmas (61,9%) memiliki

transportasi vaksin imunisasi di tingkat puskesmas

praktik yang baik dalam penyimpanan dan transportasi

Kota Padang.

Gambar

2

menunjukkan

bahwa

dari

Tabel 2 memperlihatkan bahwa hanya satu

vaksin imunisasi dan praktik yang buruk sebanyak 8

petugas imunisasi tamatan sarjana dan memiliki

puskesmas (38,1%).

praktik baik. Dari 20 petugas imunisasi tamatan
2. Hubungan karakteristik dan pengetahuan

diploma, 12 petugas (60,0%) yang memiliki praktik

petugas imunisasi terhadap praktik penyimpanan dan

baik dan 8 petugas (40,0%) yang memiliki praktik

transportasi vaksin imunisasi

buruk.Dalam hal ini, uji statistik chi-square tidak dapat

Tabel

Praktik
Variabel

Baik
F

%

Buruk
f

diperoleh nilai p sebab ada satu kotak tabel dengan

Total

%

p
f

%

nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga Actual
Count (F0) sebesar 0 (Nol). Dapat disimpulkan bahwa
tidak

Umur
≤ 45 th

9

60,0

6

40,0

15

100

> 45 th

4

66,7

2

33,3

6

100

Jumlah

13

61,9

8

38,1

21

100

terdapat

pendidikan

pengaruh

petugas

yang

imunisasi

signifikan

antara

dengan

praktik

penyimpanan dan transportasi vaksin imunisasi di
1,000

tingkat puskesmas Kota Padang, hal ini disebabkan
karena

Pendidikan

hampir

keseluruhan

petugas

imunisasi

merupakan tamatan diploma.

Sarjana

1

100

0

0

1

100

Diploma

12

60,0

8

40,0

20

100

Jumlah

13

61,9

8

38,1

21

100

≥ 1 th

9

56,3

7

43,7

16

100

< 1 th

4

80,0

1

20,0

5

100

Jumlah

13

61,9

8

38,1

21

100

Pernah

10

58,8

7

41,2

17

100

Belum

3

75,0

1

25,0

4

100

Jumlah

13

61,9

8

38,1

21

100

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa dari
-

16 petugas imunisasi yang sudah bekerja lebih dari 1
tahun, sebanyak 9 petugas (56,3%) yang memiliki

Masa Kerja

praktik baik dan 7 petugas (43,7%) yang memiliki
praktik buruk. Sebaliknya, dari 5 petugas yang masa
0,606

kerja kurang dari 1 tahun, sebanyak 4 petugas
(80,0%) yang memiliki praktik baik dan sebanyak 1

Pelatihan

petugas (20,0%) yang memiliki praktik buruk. Hasil uji
statistik chi-square test dengan fisher’s exact test
1,000

diperoleh nilai P = 0,606 (P > 0,05) dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

Pengetahuan

masa

Baik

11

84,6

2

15,4

13

100

Kurang

2

25,0

6

75,0

8

100

Jumlah

13

61,9

8

38,1

21

100

kerja

petugas

imunisasi

dengan

praktik

penyimpanan dan transportasi vaksin imunisasi di
0,018

tingkat puskesmas Kota Padang.
Dari 17 petugas imunisasi yang telah mendapat
pelatihan pengelolaan vaksin, sebanyak 10 petugas

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(3)

920

http://jurnal.fk.unand.ac.id

(58,8%) yang memiliki praktik baik dan tujuh

Pengetahuan adalah hasil tahu dari seseorang

petugas (41,2%) yang memiliki praktik buruk. Empat

yang

petugas yang belum mendapat pelatihan, sebanyak

penginderaan

tiga petugas (75,0%) yang memiliki praktik baik dan

Seseorang dengan pengetahuan yang cukup dapat

sebanyak 1 petugas (25,0%) yang memiliki praktik

memahami sesuatu itu baik atau buruk, sehingga

buruk.Hasil uji statistik chi-square test dengan fisher’s

dapat dikatakan bahwa pengetahuan dapat me-

exact test diperoleh nilai p = 1,000 (p > 0,05) dapat

nentukan perilaku seseorang. Dalam hal ini dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang

dinyatakan bahwa pengetahuan dapat menentukan

signifikan

perilaku petugas imunisasi dalam melakukan praktik

imunisasi

antara

pengalaman

dengan

praktik

pelatihan

petugas

penyimpanan

dan

terjadi

penyimpanan

setelah

orang

terhadap

dan

tersebut

suatu

transportasi

melakukan

objek

tertentu.

dengan

benar. 12

transportasi vaksin imunisasi di tingkat puskesmas

Menurut Kristini dalam penelitiannya pada tahun 2008

Kota Padang.

menyatakan bahwa pengetahuan merupakan faktor

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa dari

risiko

yang

berpengaruh

terhadap

kualitas

13 petugas imunisasi yang memiliki pengetahuan baik,

pengelolaan vaksin. Petugas dengan pengetahuan

sebanyak 11 petugas (84,6%) yang memiliki praktik

kurang mempunyai risiko 3,7 kali menyebabkan

baik dan 2 petugas (15,4%) yang memiliki praktik

kualitas pengelolaan vaksin menjadi buruk dibanding

buruk. Sebaliknya, dari 8 petugas yang memiliki

petugas dengan pengetahuan baik.13 Hasil penelitian

pengetahuan kurang, sebanyak 2 petugas (25,0%)

Carlos dan Bjune yang dilakukan pada tahun 2007 di

yang memiliki praktik baik dan sebanyak 6 petugas

Niassa, didapatkan bahwa terdapat pengetahuan dan

(75,0%) yang memiliki praktik buruk.Hasil uji statistik

praktik yang buruk dalam mengelola vaksin imunisasi

chi-square test dengan fisher’s exact test diperoleh

di pusat pelayanan primer.14

nilai p = 0,018 (p > 0,05) dapat disimpulkan bahwa

Berdasarkan

hasil

penelitian

menunjukan

terdapat pengaruh yang signifikan antara pengetahuan

praktik rata-rata puskesmas adalah baik. Namun ada

petugas imunisasi dengan praktik penyimpanan dan

satu penilaian mengenai praktik penyimpanan dan

transportasi vaksin imunisasi di tingkat puskesmas

transportasi vaksin imunisasi ditemukan kurang dari

Kota Padang.

50% puskesmas yang melaksanakan dengan benar,
yaitu

ketersediaan

termostat

yang

diletakkan di sela antara kotak vaksin. Penyebab hal

PEMBAHASAN
Berdasarkan

mengenai

hasil

penelitian

menunjukkan

ini adalah rusak atau tidak tersedianya termostat di

tingkat pengetahuan rata-rata responden adalah baik.

puskesmas,

sehingga

Beberapa

menggunakan

pengukur

pertanyaan

dalam

kuesioner

tentang

puskesmas
suhu

dari

hanya

lemari

es.

pengetahuan penyimpanan dan transportasi vaksin

Puskesmas yang tidak memiliki termostat sebanyak 7

imunisasi

petugas

puskesmas dan puskesmas dengan termostat rusak

imunisasi yang menjawab dengan benar. Pertanyaan

sebanyak 5 puskesmas. Penelitian ini sejalan dengan

tersebut adalah mengenai kegunaan indikator VVM,

yang dilakukan oleh Widsanugron pada tahun 2011 di

fungsi Freeze Tag, vaksin yang dapat disimpan dalam

Thailand, tentang pengetahuan dan praktik petugas

suhu 0oC, masa penyimpanan vaksin polio setelah

kesehatan terkait pengembangan program imunisasi.

dibuka, klasifikasi vaksin menurut cara pembuatannya

Dalam praktik pengelolaan sistem rantai dingin di

dan

pelayanan kesehatan primer didapatkan hasil praktik

suhu

ditemukan

kurang

penyimpanan

dari

vaksin.

50%

Kemungkinan

penyebab hal ini adalah kurang terpaparnya petugas

yang benar 78,3%.11

imunisasi dengan teori – teori mengenai vaksin

Perilaku adalah hasil antara stimulus (faktor

imunisasi, kurangnya kesadaran petugas imunisasi

eksternal) dengan respons (faktor internal). Menurut

untuk

vaksin

WHO yang dikutip Notoadmodjo dalam menganalisis

imunisasi dan tidak tersedianya alat seperti freeze tag

perilaku seseorang, ada beberapa faktor yang dapat

di Puskesmas sehingga petugas tidak mengetahui

mempengaruhi perilaku seseorang yaitu pemikiran

fungsi dari alat tersebut.

dan perasaan, pengetahuan, kepercayaan, sikap,

memahami

praktik

penyimpanan

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(3)

921

http://jurnal.fk.unand.ac.id

tokoh penting sebagai panutan dan sumber daya
fasilitas.12

seperti

penelitiannya

tahun

2006

menyatakan bahwa pendidikan tidak berhubungan

penelitiannya pada tahun 2008, ada beberapa faktor

secara signifikan terhadap kinerja petugas vaksinasi di

yang

Kabupaten Aceh Timur. Pendidikan petugas pengelola

vaksin

mempengaruhi

program

Kristini

pada

dalam

dapat

Menurut

Mukhlis

kualitas

imunisasi

pengelolaan

diantaranya

yaitu

cold chain di Puskesmas di Kota Padang rata–rata

pengetahuan petugas yang kurang mempunyai risiko

sudah

31,6 kali menyebabkan kualitas vaksin menjadi buruk,

pengelolaan dan penyimpanan vaksin sebaiknya

mempunyai pedoman pengelolaan vaksin, lemari es

sesuai standar.15

yang tidak khusus, mempunyai termometer dalam
lemari

es,

komitmen

kesalahan

transportasi

vaksin,

dan

petugas.13

memenuh

standar,

sehingga

dalam

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa
Puskesmas yang melaksanakan praktik yang baik
terbanyak pada petugas imunisasi yang sudah bekerja

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa

lebih dari 1 tahun, sebanyak 9 petugas (56,3%). Dari

praktik penyimpanan dan transportasi vaksin yang

hasil uji statistik chi-square test dengan fisher’s exact

baik terbanyak pada kelompok umur ≤ 45 tahun

test diperoleh nilai p = 0,606 (p > 0,05) dapat

(60,0%). Dari hasil uji statistik chi-square test dengan

disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang

fisher’s exact test diperoleh nilai p = 1,000 (p > 0,05)

signifikan antara

dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh

dengan praktik penyimpanan dan transportasi vaksin

yang signifikan antara umur petugas imunisasi dengan

imunisasi di tingkat Puskesmas Kota Padang. Hal ini

praktik

menunjukan

penyimpanan

dan

transportasi

vaksin

masa

bahwa

kerja

praktik

petugas

imunisasi

penyimpanan

dan

imunisasi. Hal ini menunjukkan bahwa umur tidak

transportasi vaksin di Puskesmas dengan petugas

benar-benar mempengaruhi petugas imunisasi untuk

yang masa kerja lebih dari satu tahun tidak benar-

melakukan praktik yang benar. Terdapat 6 orang

benar berbeda dengan petugas dengan masa kerja

(40,0%) petugas imunisasi berumur ≤ 45 tahun yang

kurang dari satu tahun. Terdapat tujuh petugas

memiliki praktik buruk. Hal ini mungkin disebabkan

(43,7%) dengan masa kerja lebih dari satu tahun yang

karena kurangnya pengetahuan petugas imunisasi

memiliki

tentang

vaksin

disebabkan karena kurangnya pengetahuan petugas

dapat

imunisasi tentang penyimpanan dan transportasi

mempengaruhi. Menurut penelitian Mukhlis Kristiani

vaksin imunisasi. Mukhlis menyatakan bahwa masa

pada tahun 2006 menyatakan bahwa umur tidak

kerja tidak ada hubungan secara signifikan terhadap

berhubungan

kinerja

kinerja petugas vaksinasi di Kabupaten Aceh Timur.

Timur.

Meskipun masa kerja petugas cukup bervariasi ini

Meskipun umur petugas cukup bervariasi ini tidak

tidak terlalu berpengaruhi terhadap penyimpanan

terlalu berpengaruh terhadap penyimpanan vaksin

vaksin dalam cold chain maupun sarana penyimpanan

dalam cold chain / rantai dingin maupun sarana

lainnya.15

penyimpanan

imunisasi

petugas

atau

dan

transportasi

faktor-faktor

secara

vaksinasi

lain

signifikan
di

yang

terhadap

Kabupaten

Aceh

penyimpanan lain.15

praktik

buruk.

Hal

ini

kemungkinan

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa dari

Tabel 2 menunjukkan bahwa hampir seluruh

puskesmas dengan praktik yang baik terbanyak pada

petugas imunisasi merupakan tamat-an diploma,

petugas imunisasi yang telah mendapat pelatihan

sehingga uji statistik tidak dapat dilakukan sebab ada

pengelolaan vaksin, sebanyak 10 petugas (58,8%).

satu kotak tabel dengan nilai frekuensi kenyataan

hasil uji statistik chi-square test dengan fisher’s exact

sebesar 0 (Nol). Sehingga dapat disimpulkan bahwa

test diperoleh nilai p = 1,000 (p > 0,05) dapat

dalam

disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang

penelitian

ini

tingkat

pendidikan

petugas

imunisasi tidak dapat diukur dan tidak dapat diketahui

signifikan

pengaruh

imunisasi

tingkat

pendidikan

dengan

praktik

antara
dengan

pengalaman
praktik

pelatihan

petugas

penyimpanan

dan

penyimpanan dan transportasi vaksin imunisasi di

transportasi vaksin imunisasi di tingkat puskesmas

Puskesmas.

Kota Padang. Hal ini menunjukan bahwa pe-ngalaman

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(3)

922

http://jurnal.fk.unand.ac.id

Pelatihan

tidak

benar-benar

menunjukan

pengaruh terhadap praktik yang benar. Hal ini dapat

bahwa pengetahuan mempengaruhi praktik dalam
pemeliharaan rantai dingin.17
Dari hasil penelitian Carlos dan Bjune pada

disebabkan karena petugas tidak mengulang kembali
materi-materi yang telah didapatkan dan petugas

tahun 2007 dalam

merasa cukup dengan hanya mengikuti satu pelatihan.

kesehatan layanan primer harus memiliki pengetahuan

Hasil ini sejalan dengan penelitian Bell et al yang

yang baik untuk mengelola vaksin agar kualitas vaksin

menemukan tidak ada perbedaan bermakna pada

tetap terjaga mulai dari tempat produksi. Hasil

kelompok

dengan

penelitian di Niassa, didapatkan bahwa terdapat

pelatihan). 16

pengetahuan dan praktik yang buruk dalam mengelola

dan/atau

vaksin imunisasi di pusat pelayanan primer.14 Hasil

dilakukan

penelitian dari Yuan et al, didapatkan juga hubungan

pelatihan sesuai dengan modul latihan petugas

yang sama antara pengetahuan dan praktik di

imunisasi. Pelatihan teknis diberikan kepada petugas

pelayanan kesehatan primer di Toronto. Dengan hasil

imunisasi di puskesmas, rumah sakit dan tempat

7 tenaga kesehatan (6%) dengan pengetahuan baik

pelayanan lain, petugas cold chain di semua tingkat.

dan 11 (10%) praktik penyimpanan yang benar,

Pelatihan manajerial diberikan kepada para pengelola

sehingga dari hasil penelitian dapat disimpulkan

kasus

(mendapat

pelatihan)

kelompok terkontrol (tidak mendapatkan
Untuk

meningkatkan

ketrampilan

petugas

pengetahuan
imunisasi

perlu

imunisasi dan supervisor di semua

tingkat.8

Mukhlis

membandingkan petugas pada

bahwa terdapat pengetahuan tenaga kesehatan yang

dalam penelitiannya pada tahun 2006 menyatakan

kurang

bahwa pelatihan petugas tidak ada hubungan secara

transportasi vaksin yang tidak sesuai di praktik

signifikan terhadap kinerja petugas vaksinasi di

pelayanan kesehatan primer.18

Kabupaten

Aceh

Timur.

Dengan

pengetahuan

praktik

dalam

penyimpanan

dan

peningkatan

kemampuan petugas dalam pengelolaan vaksin akan
meningkatkan

dan

petugas

KESIMPULAN

dalam

Lebih

dari

separuh

responden

memiliki

pengelolaan vaksin, sehingga penyimpanan vaksin

pengetahuan yang baik mengenai penyimpanan dan

sesuai standar dan dapat mencegah terjadinya

transportasi di tingkat Puskesmas kota Padang.

kejadian ikutan pasca

imunisasi.15

Lebih dari separuh Puskesmas memiliki praktik

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
persentase praktik penyimpanan dan transportasi

yang baik mengenai penyimpanan dan transportasi di
tingkat Puskesmas kota Padang.

vaksin yang baik lebih banyak pada petugas imunisasi

Tidak adanya hubungan yang bermakna antara

dengan pengetahuan baik (61,9%) dibandingkan

umur petugas imunisasi dengan praktik penyimpanan

dengan yang memiliki pengetahuan kurang (38,1%).

dan transportasi di tingkat Puskesmas kota Padang

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan adanya
hubungan

yang

signifikan

antara

Tidak adanya hubungan yang bermakna antara

pengetahuan

tingkat pendidikan petugas imunisasi dengan praktik

petugas imunisasi dengan praktik penyimpanan dan

penyimpanan dan transportasi di tingkat Puskesmas

transportasi vaksin imunisasi di tingkat Puskesmas

kota Padang

kota Padang tahun 2014 dengan nilai p

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24