Negara dan Tenaga Kerja Wanita di Arab S

Negara dan Tenaga Kerja Wanita di Arab Saudi
(Studi Kasus Hukuman Pancung beberapa TKW Indonesia di Arab Saudi Dalam Upaya
Perlindungan Hukum.)

Oleh : Febrianto Syam
Abstraksi
Salah satu hal yang kemudian menjadi perhatian dari pemerintah Indonesia saat
ini adalah persoalan mengenai buruh migrant atau tenaga kerja Indonesia. Para
tki ini menjadi suatu topic yang kemudian cukup besar untuk terus
diperbincangan, apalagi dengan kasus yang tiap harinya kemudian bermunculan
di media baik itu cetak maupun elektronik. Hal diperhatikan dalam tulisan ini
adalah banyaknya kasus yang menimpa tenaga kerja Indonesia terkhusus tenaga
kerja wanita di arab Saudi namun perlindungan yang kemudian dilakukan
Negara hampir dikatakan tidak ada. BNP2TKI yang juga sebagai pemegang
mandate untuk perlindungan justru tidak diberikan keleluasaan dalam bertindak
sehingga menimbulkan tumpang tindih dalam kebijakan dan perlindungan yang
dihasilkan.

Tenaga kerja Indonesia atau yang biasa di singkat dengan TKI adalah salah satu hal yang
cukup menarik dibahas dalam sebuah proses pembangunan bangsa Indonesia. Pasalnya, sebagian
dari seluruh penduduk Indonesia yang saat ini berada diluar negeri sekitar 494.609 Jiwa dari

4.694.484 Jiwa penduduk Indonesia yang saat ini terdata tahun 2012 berada di Arab Saudi.1 Dari
data kemudian bisa dilihat bahwa antusias warga Negara Indonesia yang mencari nafkah di luar
negeri pada tahun 2012 sangat signifikan. Hal ini kemudian menjadi sorotan pula ketika dari data
tersebut terdapat pula kasus-kasus yang menimpa Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri.
Sebagai contoh, beberapa permasalahan yang dialami para TKI selama beberapa tahun terakhir
antara lain: (1) Ruyati, asal bekasi menjadi TKW legal sejak 2008, dihukum pancung pada 17
Juni 2011 karena dituduh membunuh majikan perempuannya pada 2009 di Mekkah, Arab Saudi.

1

www.kpu.go.id tentang data pemilih warga Negara Indonesia di luar negeri tahun 2012 dan data tentang Jumlah
TKI yang berada di Luar Negeri 2012 dari BNP2TKI.

1

Tidak ada pemberitahuan dari Arab Saudi mengenai proses berlangsungnya hukuman. (2)
Sumiati, asal Nusa Tenggara Barat, merupakan TKW legal yang baru empat bulan menjadi TKW
di Arab Saudi melalui jalur resmi mengalami penyiksaan oleh majikannya pada 18 November
2010. Hukuman terhadap majikan dilakukan sepuluh hari setelah kasus dan terungkap ke publik.
Akhirnya tersangka dibebaskan dengan alasan bukti yang tidak kuat. (3) Komalasari, TKW asal

Cianjur, ditemukan meninggal dunia pada 5 November 2010 di Arab Saudi karena disiksa oleh
majikan. Setelah satu tahun semenjak meninggal, jenazah baru dipulangkan ke Indonesia. (4)
Darsem, TKW legal dari Subang, dituduh membunuh majikan pada 2007 dan dijatuhi hukuman
mati. Namun kemudian pada 2011, Darsem mendapat keputusan pemaafan dengan syarat harus
membayar kompensasi senilai dua juta riyal atau sekitar Rp 4,7 miliar.2
Dari kasus-kasus yang kemudian terjadi ini sedikit banyaknya berdampak pada psikologis
masyarakat Indonesia sendiri, mengingat bahwa sebelumnya banyak yang menyatakan bahwa
para TKI kita merupakan salah satu sumber devisa yang hingga kini menunjang perekonomian
yang kemudian dibangun bangsa ini. Melalui berbagai cara yang kemudian ditempuh oleh para
TKI kita baik itu secara formal maupun non formal dilakukan hingga bisa menjadi penghasilan
secara tidak langsung bagi Negara Republik Indonesia. Namun disisi lain, bahwa ternyata dari
jumlah yang cukup besar dan kasus yang cukup banyak timbul terdapat beberapa hal yang
kemudian pula menjadi masalah mengapa TKI kita ini tidak begitu baik tanggapannya dimana
dunia luar. Hal yang ditemukan kemudian bahwa ternyata dari sekian banyak masalah yang
mencuat ke permukaan ternyata dari dalam negeri sendiri memiliki faktor yang cukup dominan
sehingga kasus-kasus kekerasan TKI kemudian bermunculan.

2

Sumber data dari Migrant Care yang kemudian disatukan dengan beberapa data dari DPR RI.


2

Dalam menjelaskan penyebab keterlambatan pemerintah Indonesia dalam menyelesaikan
permasalahan TKI, maka digunakan konsep koordinasi perlindungan tenaga kerja Indonesia,
urgensi hukum ketenagakerjaan internasional, dan kerjasama bilateral. Undang-Undang RI
Nomor 39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar
Negeri. Dalam Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa PPTKIS bersama pemerintah
memiliki kewajiban untuk melindungi TKI sebelum berangkat, ketika bekerja, dan setelah
pulang ke negara asal. Pemerintah dan PPTKIS melakukan koordinasi dalam melakukan
perlindungan terhadap TKI. Koordinasi dilakukan dengan saling mengerjakan tugas dan
kewajiban masing-masing dengan porsi seimbang serta saling berhubungan atau memberi
informasi. Koordinasi dapat dilakukan antara pemerintah dengan pemerintah, pemerintah dengan
para pejabat, dan pemerintah dengan tenaga kerja. Pertemuan antara pemerintah telah
dilaksanakan Indonesia dengan Arab Saudi dalam beberapa waktu. Pertemuan pemerintah
dengan para pejabat juga dilaksanakan ketika akan merumuskan keputusan atau setelah adanya
permasalahan terhadap TKI. Pertemuan antara stake holder dengan tenaga kerja dilakukan ketika
terjadi permasalahan. Stake holder yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemerintah
Indonesia dan Arab Saudi, Kemlu serta PPTKIS.
Arab Saudi melalui Komite Rekrutmen Nasional pada Dewan Kamar Dagang dan

Industri Arab Saudi memutuskan untuk menghentikan rekrutmen TKI karena Indonesia dianggap
telah gagal memenuhi syarat pengiriman TKI ke Arab Saudi dan meminta Indonesia untuk
menarik seluruh TKI dari Arab Saudi. Keputusan tersebut muncul setelah penilaian pemerintah
Arab Saudi berdasarkan pemberitaan media massa di Indonesia yang mempermasalahkan
berbagai pelanggaran dan penyiksaan yang dialami TKI informal asal Indonesia oleh para
majikannya di Arab Saudi.
3

Langkah yang diambil pemerintah Indonesia melalui rapat dan pertimbangan dalam
menyikapi putusan pemerintah Arab Saudi adalah dengan memperketat proses rekrutmen TKI
agar memenuhi standar perekrutan TKI dan tidak menyetujui permintaan Arab Saudi untuk
menarik seluruh TKI yang sedang bekerja disana. Pemerintah Indonesia juga memberlakukan
moratorium yang berisi pemberhentian pengiriman TKI sektor informal ke Arab Saudi pada
2011. Dalam rapat kabinet terbatas terkait penanganan kasus TKI yang dipimpin oleh Presiden
Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, presiden menyatakan bahwa identifikasi permasalahan
TKI di Arab Saudi oleh pemerintah Indonesia terlambat. Identifikasi kasus yang terlambat juga
akan menyebabkan keterlambatan pemerintah Indonesia dalam merespon, melakukan tindakan
dan merumuskan kebijakan untuk menangani masalah penempatan dan perlindungan TKI.
Dalam tulisan ini akan meneliti alasan-alasan apa saja yang meyebabkan pemerintah Indonesia
dianggap terlambat dalam menangani masalah penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja

Indonesia di Arab Saudi. Selain itu, tulisan ini bertujuan sebagai kritik terhadap pemerintah
Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan TKI di Arab Saudi.3
Di sisi lain kemudian kita bisa melihat bahwa adanya tumpang tindih dalam penempatan
dan perlindungan TKI di luar negeri yang berasal dari internal emerintah Negara Republik
Indonesia dimana masih ada ketidak jelasan struktur dalam pengelolaan yakni adanya dualism
yang kemudian terjadi dalam tubuh sistem sehingga saling tarik menarik kepentingan ini yang
menimbulkan banyaknya kekeliruan yang terjadi. Tarik menarik antara kementerian tenaga kerja
sebagai lembaga Negara yang mengurusi masalah tenaga kerja dengan badan yang kemudian
dibentuk untuk memantau, menempatkan dan melindungi TKI hingga hari ini masih saja terjadi
sehingga akhir dari keputusan yang terkadang saling tarik menarik ini menjadikan tujuan utama
dalam masalah TKI menjadi terbengkalai.
3

Rakasima, Mahmud Fadli, Dkk. 5 Tahun BNP2TKI “Mengabdi Dengan Cinta”. BNP2TKI 2011. Hlm. 260-264

4

Kemudian, melihat beberapa kasus yag kemudian terjadi diluar negeri mengenai TKI
ternyata hampir semua berasal dari tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia. Banyaknya kasus
yang terjadi seperti hukuman pancung dan lainnya di arab Saudi yang mengarah pada TKW

menjadi salah satu analisis yang kemudian perlu dicermati akibat dari berbagai persoalan yang
muncul. Melihat tingginya kekerasan yang terjadi di kalangan ternaga kerja wanita di arab Saudi
kemudian mnejadi inti dari analisa dari penelitian ini. Ada banyaknya TKW yang terkena
hukuman di arab Saudi menjadi salah satu permasalah yang kemudian diangkat dari tulisan ini
terkhusus pada hukuman pancung yang kemudian terjadi di arab Saudi. Tenaga kerja wanita
yang kemudian terkena sanksi di araba Saudi hingga kini terus bertambah dan belum ada solusis
kemudian yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam mengatasi hal tersebut sehingga menjadi
masalah yang krusial dalam membahas masalah ini.
Pembangunan Indonesia
Konsep dasar Negara
Saat ini kita bisa melihat bagaimana sebenranya konsep dari pembangunan yang ingin
dicapai oleh Negara republik Indonesia kemudian tidak begitu signifikan da terarah dimana
kematangan di segala bidang belum Nampak dalam proses pembangunan yang terjadi. Hal yang
semestinya sudah matang seiring dengan pertumbuhan bangsa serta proses kemerdekaan sampai
saat ini belum terasa dalam pembangunan yang dicanangkan. Perencanaan yang kemudian
terbangun hingga kini belum begitu terasa dalam ruang kehidupan sosial, politik dan ekonomi
masyarakat Indonesia.banyaknya

kepentingan yang


kemudian bermain dalam proses

pembangunan dari masa lampau hingga saat ini yang membuat terjadinya beberapa masalah yang

5

kemudian menjadi akar dari gagalnya pembangunan Indonesia. Seperti yang dikatakan Selo
Soemardjan bahwa
“Seandainya pembangunan dapat terlaksana dengan hanya rencana pembangunan itu
sebagai pedoman, dan seandainya tiada sumber-sumber pembangunan di luar rencana
berpengaruh pada pertumbuhan bangsa, kemajuan dapat dicapai dengan kadar
keseimbangan yang cukup. Namun saying, kenyataan menunjukkan perkembangan yang
berbeda.”4
Hal yang kemudian menjadi problem saat ini yang membuat bangsa ini semakin terpuruk
dan terbelakang. Fungsi Negara dalam upaya sebagai lembaga tertinggi yang mengatur dan
mengendalikan masyarakat pun hingga kini belum juga berjalan dengan baik. Fungsi-fungsi
seperti Negara yang memiliki hak untuk memaksakan kehendak kepada warga atau kelompok
dalam masyarakat dan Negara sebagai pelembagaan dari kepentingan umum maka sangat perlu
ada peran besar yang kemudian bermain dalam lembaga Negara.5
Jacobsen dan Lipman dimana kedua Sarjana Wanita dari belanda juga mengemukakan

dalam buku political science, mereka membedakan tujuan dan fungsi Negara. Menurut mereka
tujuan Negara :
a. Pemeliharaan Ketertiban
b. Memajukan Kesejahteraan individu dan Kesejahteraan umum, dan
c. Mempertinggi moralitas
Mengenai fungsi Negara yang kemudian mereka membedakan atas fungsi essensial,
fungsi jasa dan fungsi perniagaan6
4

Dikutip dari Sudarsono, Juwono. Seri Bunga Rampai no.2 FISIP UI “Pembangunan Politik dan Perubahan
Politik”. PT. Gramedia, Jakarta 1976. Hlm. 158.
5
Pandangan Arief Budiman dalam Buku Teori Negara, PT. Gramedia, Jakarta 1996. Hlm. 2-3
6
Jacoben dan Lipman juga menjelaskan bagian dari fungsi Negara dalam bidang essensial yaitu pemeliharaan
angkatan perang untuk menjaga pertahanan; memelihara kepolisian untuk memberantas kejahatan;dan memelihara

6

Selain sebagai kekuatan utama, Negara juga merupakan lembaga yang berperan dalam

mengelola masyarakatnya yang kemudian bisa melihat dari potensi yang dimiliki sehingga
terjadi pemetaan masyarakat dimana masing-masing masyarakat ini kemudian bekerja ataua
melakukan sesuatu berdasarkan apa yang mereka ketahui atau keahlian mereka.
Pembangunan Politik
Selain Negara yang dalam hal ini begitu penting perannya dalam melihat masalah Tenaga
Kerja Indonesia terkhusus wanita adalah juga kita bias melihat factor lain seperti konsep
pembangunan yang direncanakan oleh Negara dalam merancang kondisi masyarakatnya. Konsep
pembangunan kemudian diniai sangat penting terutama pembangunan politik yang kemudian
akan dilihat kedepannya. Lucian W. Pye kemudian menjelaskan mengenai beberapa aspek yang
kemudian ada dalam proses pembangunan politik suatu Negara yang antara lainnya, (1)
Pembangunan Politik sebagai Prasyarat Pembangunan Ekonomi, (2) Pembangunan Politik
sebagai kehidupan politik khas masyarakat-masyarakat industry, (3) Pembangunan Politik
sebagai Modernisasi Politik, (4) Pembangunan Politik sebagai operasi Negara-kebangsaan, (5)
Pembangunan Politik sebangai Pembangunan Administrasi dan hokum, (6) pembangunan Politik
sebagai Mobilisasi masa dan partisipasi, (7) Pembangunan Politik Sebagai Pembinaan
Demokrasi, (8) Pembangunan Politik sebagai Stabilitas dan Perubahan Tertib, (9) Pembangunan
Politik sebagai mobilisasi dan Kekuasaan, (10) Pembangunan Politik sebagai satu segi dalam
proses perubahan sosail yang multi dimensional.7

pengadilan untuk mengadili pelanggar hukum. Kemudian fungsi jasa yaitu: pembukaan trayek kereta api;

pembangunan jalan; dan pemeliharaan fakir miskin sedang tugas perniagaan antara lain: pencegahan pengangguran;
usaha-usaha perbankan; serta ekspor-impor. I Dewa Gede Atmadja, Ilmu Negara, Setara Press; Malang 2012.
7
Sudarsono, Op.Cit,. Hlm 17-27

7

Dari masing-masing aspek tersebut yang lebih mendekatkan dengan kasus TKW
Indonesia adalah bagaimana pembangunan itu kemudian dilihat dari sebuah proses menuju
pembangunan ekonomi.
Konsep WID dan GAD
Pendekatan WID (Women In Development) merupakan suatu pendekatan pertama
yang memikirkan peran perempuan dalam pembangunan dan juga sebagai suatu kebijakan dalam
pembangunan. Pendekatan ini mulai dikenal pada tahun 1970 setelah Ester Boseroup
mengeluarkan bukunya yang berjudul Women’s Role and Economic Development yang telah
menyadarkan masyarakat dunia bahwa perempuan sebenarnya berperan penting dalam
pembangunan, karena sebelumnya makna kerja bagi masyarakat dunia adalah suatu pekerjaan
yang tentunya menghasilkan uang.
Istilah ”perempuan dan pembangunan” muncul pada awal tahun 1970an oleh Women’s
Comittee of the Washington D.C. Chapter of the Society for International Development sebagai

bagian dari strategi untuk menarik para pembuat kebijakan di Amerika, karena sebagian besar
kebijakan yang ada didasarkan

pada paradigma modernisasi. 8 Sehingga hal tersebut yang

mendorong diintegrasikannya perempuan dalam pembangunan, agar paradigma kerja tradisional
perempuan setidaknya diakui sebagai bagian dari perekonomian nasional, karena tanpa disadari
perempuan telah menyumbang bagian yang cukup besar dalam pembangunan.
Pendekatan WID mengharuskan perempuan untuk mendapatkan kesempatan yang sama
dengan laki-laki baik dalam hal pendidikan ataupun hal-hal yang berhubungan dengan sisi
produktif perempuan. Dengan adanya asumsi seperti hal tersebut, memicu munculnya kebijakan
8

Julia Cleves Moose, Gender dan Pembangunan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 1996.

8

baru yaitu kebijakan perempuan dalam pembangunan (Women and Development/WAD) yang
tidak hanya menitikberatkan untuk mengintegrasikan perempuan dalam pembangunan namun
juga menganggap perempuan sebagai sosok yang penting dari segi ekonomi maupun pekerjaan
publik atau domestiknya.
Pendekatan WAD (Woman and Development) kemudian mengalami pergeseran menjadi
pendekatan GAD (Gender and Development) dimana pendekatan ini merupakan satu-satunya
pendekatan terhadap perempuan dalam pembangunan yang melihat semua aspek kehidupan dan
semua kerja yang dilakukan perempuan dan menolak upaya apapun untuk menilai rendah
pekerjaan dan mempertahankan keluarga dan rumah tangga. Untuk mempermudah pemahaman
mengenai ketiga pendekatan diatas, maka Wigna (2003) mengelompokkan ketiga pendekatan
tersebut menjadi :
1. WID merupakan usaha praktis yang mencoba mengintegrasikan perempuan kedalam
pembangunan,
2. WAD mempunyai pengertian yang lebih luas dalam memandang ulasan kritis terhadap
perenan perempuan serta pengaruh kebijakan dan proyek pembangunan, dan
3. GAD mempertegas hubungan sosial laki-laki dan perempuan dalam proses
pembangunan.9

9

Nuraeni Prasodjo & Winati Wigna. 2003. Gender dan Pembangunan. Modul Kuliah Program Alih Jenjang CERdDEPDAGRI Level 3 Wing 1 Gd. Fakultas Pertanian, Kampus Institut Pertanian Bogor Darmaga (tidak
dipublikasikan).

9

Negara dan Tenaga Kerja Wanita di Arab Saudi
Ketika melihat beberapa kasus yang sering terdengar melalui media cetak dan elelktronik
yang kemudian membuat miris kondisi kita sebagai bangsa yang besar. Bangsa yang konon
dahulu menjadi bangsa yang memliki lahan yang subur dan sumber daya hasil bumi yang
10

melimpah kemudian berubah menjadi kondisi seperti saat ini dimana seluruh hasil bumi yang
kita miliki justru lebih dikuasai oleh asing disbanding masyarakat pribumi ataupun masayarakat
local setempat dimana hasil alam itu kemudian dikeruk. Ada peran yang kemudian hilang dari
Negara yang selama ini yang seharusnya dijalankan kemudian tidak terlaksana seperti adanya.
Konsep yang kemudian menjelaskan bahwa Negara adalah lembaga yang mengatur apa yang
dimiliki baik itu sumber daya dan lainnya kemudian sulit untuk diakses oleh warga negaranya
sendiri. Pergeseran kemudian muncul dimana Negara tidak lagi sebagai pelindung sekaligus
pemaksa yang sama dengan konsep yang sebelumnya dimana memang dalam suatu
perkembangan politik yang kemudian terbangun tidak secara langsung atau serta merta dibarengi
dengan pertumbuhan ekonomi dalam sebuah komposisi. Hal ini ini kemudian sama seperti yang
diungkapkan Lucian W. Pye dimana pertumbuhan ekonomi masyarakat sangat lambat disbanding
dengan pertumbuhan politik.10 Hal ini kemudian mengakibatkan banyaknya pilihan yang timbul
untuk mencoba mencari nafkah di luar negeri sehingga proses ini kemudian membuat banyaknya
warga Negara terkhusus perempuan menjadi tenaga kerja wanita Indonesia di luar negeri. Hal
yang sama kemudian diungkapkan Bapak Sutarda selaku kelapa Unit laboratorium data BNP2
TKI yang mengatakan:
“Salah satu factor yang kemudian muncul ketika kita melihat persoalan mengenai
besarnya arus tenaga kerja Indonesia keluar negeri adalah karena tidak adanya lapangan
kerja yang kemudian tersedia di dalam negeri, sedang jumlah pencari kerja yang terus
bertambah tiap tahunnya serta tuntutan ekonomi yang kemudian terus menghimpit
kehidupan para tenaga kerja yang juga ingin memiliki penghidupan yang layak seperti
pada umumnya.”11
Kurangnya lapangan kerja yang kemudian timbul di dalam negeri menjadikan hal ini
sebuah pilihan bagi warga Negara untuk mencari kerja keluar negeri. Hal ini kemudian bisa
dilihat dari tabel dibawah bahwa awal dari 2008 silam terjadi perpindahan yang cukup besar
10
11

Pye, Op.Cit,. Hlm. 18
Wawancara dengan Kepala Unit Puslitfo BNP2TKI bapak Sutarda, tanggal 27 Maret 2013 Pukul 12.30 WIB.

11

warga Negara Indonesia ke luar negeri yang dalam hal ini menjadi Tenaga Kerja Indonesia dalam
kurun waktu 2008 namun hal itu kemudian perlahan surut ketika system yang terbangun

12

kemudian semakin baik sehingga terjadi penurunan jumlah TKI yang berangkat keluar negeri.

13

Dari jumlah dari tahun 2008 hingga 2012 meski terdapat penurunan jumlah tenaga kerja
yang berangkat keluar negeri namun ada hal lain yang kemudian masih tersisa dari kondisi ini
dimana masih banyaknya tenaga kerja yang berangkat itu lebih didominasi tenaga kerja wanita
dalam bidang informal. Hal ini kemudian dibenarkan pula oleh Budiman selaku Kasi
perlindungan Bidang Perlindungan dan Penempatan. Beliau mengatakan bahwa:
“Selama ini banyak dari rakyat kita yang berangkat keluar negeri dengan alasan untuk
kepetingan mencari nafkah yang dalam hal ini kemudian mencoba peruntungan di negeri
asing. Namun kemudian hal yang menjadi hal yang perlu diperhatikan bahwa mereka lebih
kepada profesi informal seperti pembantu rumah tangga karena melihat keahlian mereka
yang kemudian terbatas. Hal ini yang menjadikan kualitas persainngan kita dengan tenaga
kerja dari Negara lain seperti Filipina dan lainnya kurang bisa begitu bersaing.”12

12

Wawancara dengan Bapak Budiman selaku Unit Perlindungan TKI di Kantor BNP2TKI Jl. M.T. Haryono Kav 52
tanggal 27 Maret 2013. Pukul 10.12 WIB.

14

Hal ini juga dibuktikan dengan tingginya TKW yang berangkat ke arab Saudi pada tahun
2008 sebanyak 199.359 orang, 2009 sebanyak 251.724 orang, 2010 sebanyak 198.637 orang,
2011 sebanyak 197.037 orang dan 2012 sebanyak 40.655 orang. Dan dari semua data ini adalah
pekerja wanita atau TKW, meski jumlahnya tiap tahun bervariatif namun dari data ini
menunjukkan jumlah yang signifikan TKW kita memilih arab Saudi sebagai tujuan tempat kerja.
Hal juga yang kemudian di benarkan Kepala BNP2TKI yakni bapak Jumhur Hidayat dimana
beliau menjelaskan :
“Salah satu alasan mengapa para tkw ini kemudian lebih banyak memilih bekerja di arab
Saudi antara lain karena alasan agama dimana alasan ini dapat berupa alasan umroh lalu
tinggal dan menjadi TKW di arab atau memang dengan alasan kerja yang legal dari
kami.”13
Banyaknya kemudian cara TKW untuk menuju ke arab Saudi menjadi salah satu masalah
yang juga sangat sulit untuk mencegahnya warga Negara kita menuju arab Saudi. Karena alasan
ibadah dan lainnya kemudian menjadikan sulitnya mengawasi arus perjalanan para TKW illegal
keluar negeri khususnya Arab Saudi.
Upaya Perlindungan Negara
Sebagian besar TKW yang resmi kemudian mudah untuk di pantau oleh Negara dimana
bukan hanya dari BNP2TKI dan PPTKIS yang dalam hal ini adalah penyelenggara resmi
perjalanan tenaga kerja ke luar negeri. Meski demikian masih banyak terjadi hal-hal yang
kemudian menimbulkan masalah terhadap tenaga kerja wanita pada khususnya. Bahkan ada yang
sampai mengalami hukuman pancung di Arab Saudi. Masalah yang beraneka macam sebagai
alasan hukuman pancung ini juga banyak sehingga perlu penanganan khusus dari perwakilan
Indonesia yang dalam hal ini kedutaan luar negeri di arab Saudi dalam pendampingan hukum
13

Wawancara dengan Kepala BNP2TKI Bapak Jumhur Hidayat di kantor BNP2TKI Jl. M.T. Haryono Kav. 52
Tanggal 4 April 2013, Pukul 19.00 WIB.

15

para tenaga kerja wanita yang tertimpa masalah. Faktor seperti kurang pahamnya para TKW
dalam berbahasa Arab, etos kerja mereka yang kurang begitu disenangi oleh pengguna jasa,
hingga tindakan seperti penganiayaan yang dilakukan tenaga kerja yang kemudian menjadi kunci
sebab dijatuhkannya mereka ke dalam proses hukum di sana. Dari pihak pemerintah pun juga
sebenarnya telah berupaya untuk mendampingi hingga menyelesaikan persoalan TKW ini,
namun kemudian ada hal yang menjadi perhatian dalam penanganannya yakni prosedur hukum
yang beralaku kemudian di arab Saudi memiliki perbedaan. Yang Nampak mencolok adalah
mekanisme pendampingan kuasa hukum yang kemudian bisa menjadi pendamping hukum TKW
dimana dalam aturan arab Saudi adalah berasal dari warga Negara Arab Saudi sendiri dan ini
kemudian sifatnya keharusan untuk diikuti. Kewajiban untuk menggunakan tenaga hukum warga
Arab Saudi ini terkadang menjadi anggapan yang kurang menyenangkan dari kita selaku Negara
yang menjadi pengirim, meskipun biaya yang dikeluarkan ditanggung Negara namun kuasa
hukum yang mesti digunakan adalah kuasa hukum berketurunan arab Saudi. Fungsi KBRI
kemudian dimana mereka harus menyiapkan pengacara yang berasal dari arab Saudi yang
menjadi kekhawatiran. Hal ini kemudian sama dirasakan oleh pihak di BNP2TKI. Mereka
terkadang ragu dengan apa yang dilakukan para kuasa hukum yang mendampingi para TKW
Indonesia ketika sedang menghadapi kasus. Bahkan menurut Bapak Henry Prajitno Selaku
kepala Unit Crisis Centre BNP2TKI mengatakan :
“Bukan kami tidak percaya akan proses hukum yang terjadi pada TKW kami di arab Saudi
namun yang kami takutkan adalah adanya keberpihakan hukum yang kemudian dilakukan
oleh kuasa hukum yang kami pilih sehingga berdampak kemudian pada proses hukum yang
dijalani oleh TKW kita di luar negeri.”14

14

Wawancara dengan Kepala Crisis Centre BNP2TKI, Bapak Henry Prajitno di Kantor BNP2TKI Jl. M.T. Haryono
Kav. 52 Tanggal 4 April 2013. Pukul 13.10 WIB

16

Berdasarkan pendapat tersebut kemudian dapat disimpulkan sementara bahwa proses
hukum yang kemudian berjalan di Arab Saudi, kurang begitu diyakini kemudian oleh pemerintah
selaku pihak yang mengurusi TKW Indonesia yang sedang dapat proses hukum.
Keterkaitan kemudian antara Negara, TKW Indonesia dan Perempuan adalah hal yang
kemudian dapat dianalisa berdasarkan data yang ada dimana hal yang kemudian banyak
dipermasalahkan dalam negeri ini bisa di selesaikan dengan mekanisme yang jelas. Negara yang
dalam hal ini memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan memberikan penghidupan yang layak
pada warga negaranya harus kemudian berperan aktif dalam proses kebijakan yang sifatnya
umum mengenai lowongan kerja. Hal yang mnejadi kunci yang harus dilakukan oleh Negara
adalah membuka lapangan kerja dalam negeri guna mengurangi pengangguran dalam negeri dan
arus perpindahan warga Negara sebagai Tenaga kerja keluar negeri. Seperti pada sector industri
local dalam negeri dimana harusnya ada perekrutan tenaga kerja dalam negeri dalam proses
pengelolaannya. Dan menggunakan kemampuan para ahli dalam negeri guna menciptakan segala
bentuk perkembangan sehingga tidak lagi ada tenaga kerja dalam negeri yang memiliki
kemampuan khusus seperti para professor dan ahli untuk mencari kerja keluar negeri hanya
karena tenaga dan pemikiran mereka tidak begitu dilirik didalam negeri. Seperti yang dijelaskan
kemudian Jacoben dan Lipman bahwa Negara harus menyediakan kemudian lapangan kerja
untuk menghindari meningkatnya pengangguran. Aktifnya Negara untuk turut campur dalam
bidang tersebut dengan maksud agar dapat menjamin kehidupan yang layak bagi warga
negaranya hal ini kemudian menjadi sorotan Mac Iver dalam melihat Fungsi ekonomi suatu
Negara dalam buku “Web of Government”.15 Ketika melihat hal ini kemudian menjelaskan
bahwa pembangunan yang kemudian terjadi di Indonesia pada saat ini tidak hanya melemah
15

Atmadja, Op.Cit,. Hlm. 57

17

pada sector ekonomi yang mana Negara menjadi lesu atas kondisi ekonomi namun juga dari
struktur SDM masyarakat. Faktor lainnya adalah birokrasi yang kemdian bekerja dalam sistem
yang ada saat ini dimana kematangan birokrasi secara menyeluruh masih jauh dari harapan.
Memang pada dasarnya birokrasi diharapkan mampu menjalankan suatu pekerjaan secara
maksimal karena birokrasi telah diisi oleh para profesional. Gagasan tentang maksimalisasi tugas
pemerintahan sudah ada sejak masa lalu. Banyak ahli percaya bahwa konsep yang mirip dengan
birokrasi telah dipakai di masa lampau seperti pada pemerintahan Romawi, Mesir kuno, atau
Cina kuno dimana ketika itu para pejabat kerajaan diseleksi dengan sistem ujian, senioritas dan
keahlian.16 Dalam kaitannya kemudian dengan perempuan, bahwa salah satu faktor yang
kemudian menjadi kendala adalah bagimana posisi partisipasi perempuan dalam pembangunan
saat ini. Bukan hanya dari segi kuantitas tapi segi kualitas serta aksi yang mereka lakukan.
Seperti yang kemudian Shirin Rai jelaskan mengenai pandangan Najwa Chowdhry bahwa
konsep pembangunan yang kemudian ada di negara dunia ketiga itu juga melibatkan peran
kelompok yang mengatas namakan pembangunan serta perempuan untuk coba lepas dari sitgma
dan ikut berpartisipasi dalam merumuskan masalah serta solusi yang memungkinkan perempuan
untuk lepas dari konsep partriarkhi yang selama ini dibangun pada diri mereka. 17 Peran
perempuan belum secara utuh keluar dari budaya partriarkhi yang ada dikarenakan belum
sepenuhnya kondisi indonesia melibatkan perempuan secara utuh dalam pengambilan keputusan.
Dengan standar kuota yang menjadi aturan dalam sistem tetap tidak memberikan hasil positif
meskipun sebagian besar dari itu memliki nilai lebih yang baik seperti adanya sekarang
perwakilan perempuan di parlemen, dan beberapa tokoh perempuan ikut serta dalam proses
pengambilan kebijakan yang berhubungan dengan perempuan sendiri. Meskipun jumlahnya
16

B. Setiono, Jaring Birokrasi Tinjauan dari Aspek Politik dan Administrasi, Gugus Press, Bekasi, 2002. Hlm. 22.
Shirin Rai, Gender and The Political Economy of Development: From Nationalism to Globalization. University
Of essex, 2002. Hlm 56.
17

18

belum signifikan namun sedikit lebih maju dari saat sebelumnya dimana perempuan dengan
kondisi yang lebih kepada pendamping para suami (Konco Wingking), telah lebih baik.
Hal yang kemudian terjadi di indonesia terkhusus masalah Tenaga Kerja Wanita adalah
bahwa dalam setiap proses perekrutan yang dilakukan kemudian tidak dilakukan dengan baik
oleh negara, yang disebabkan kerumitan sistem yang kemudian tersusun. Sehingga hasil yang
kemudian terjadi adalah banyaknya tenaga kerja yang kualitasnya masih jauh dari standar yang
diinginkan. Hal yang sama diungkapkan Shirin Rai bahwa dalam membangun ekonomi suatu
negara utamanya negara ketiga harus ada pemahaman yang sama kemudian dimiliki oleh
warganya yang mana pemahaman tersebut tidak membedakan antara pria dan wanita demi
tercapainya pembangunan sosial ekonomi dan politik.18 Dan faktor tersesbut diakui oleh seluruh
narasumber yang mana menjelaskan kemudian bahwa yang menjadi sumber kerusakan sistem
yang kemudian berjalan adalah karena BNP2TKI tidak sepenuhnya di berikan wewenang untuk
mengelola sistem yang ada sehingga proses yang dihasilkan menjadi sedikit terbengkalai seperti
pada sistem pendidikan tenaga kerja yang sebenarnya harus memenuhi standar seperti 210 jam
untuk TKW tujuan Arab Saudi yang kemudian tidak terealisasi sebagaimana menstinya yang
terjadi hanyalah proses pendidikan tenaga kerja sebatas penyuluhan yang berakibat fatal.19
Yang kemudian disayangkan oleh semua lapisan adalah bagaimana kemudian tidak
berfungsi secara baiknya peran negara yang ada selama ini sangat jauh berbeda dengan apa yang
menjadi konsep negara yang dijelaskan oleh para pemikir sebelumnya yang kemudian hal ini

18

Ibid,. Hlm. 59-60
Rangkuman beberapa wawancara dari para pegawai BNP2TKI serta Kepala BNP2TKI yang kemudian
membenarkan tindakan tersebut. Hal yang kemudian membuat lembaga ini menjadi tidak berdaya karena
keterlibatan unit pemerintah lainnya yang begitu jauh seperti Departemen Tenaga Kerja serta Departemen Luar
Negeri.
19

19

tidak juga mampu dibenahi saat ini. Banyaknya persoalan yang kemudian timbul, kini tak
mampu lagi di urusi oleh para elit yang entah apa dan bagaimana mereka bekerja.
Peran para perempuan yang selalu tidak begitu direspon oleh para kaum lelaki hingga
terkadang gerakan perempuan ini tidak begitu diperhatikan kemudian menjadi kunci sebenarnya
rusaknya sistem yang kemudian di gunakan oleh bangsa ini.

Kesimpulan
Sangat susah ketika kita ingin melihat bagaimana sebenarnya proses yang baik terjadi
dalam negara indonesia dari sektor ke sektor dimana masih banyak kesalahan yang kemudian
terbangun dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan warga negara selama ini. Yang lebih
mengerucut kemudian masalah TKW Indonesia yang hingga kini belum pernah mengarah ke
tujuan yang baik. Sistem yang dikembangkan lebih kepada pola kuantitas dan mengesampingkan
kualitas TKW. Hal ini juga dilihat bahwa kesalahan negara dari banyaknya TKW yang teraniaya
di Arab Saudi maupun negara lainnya karena kurangnya lapangan kerja yang baik di dalam
negeri sehingga para TKW ini kemudian memilih untuk ke luar negeri meskipun sebenarnya
pilihan ini cukup sulit untuk nantinya mereka jalani serta resiko yang akan mereka hadapi
kemudian.
Peran negara yang selama ini nampak hanya pada prosedural pengiriman tanpa
mengutamakan keamanan warga negara dan perlindungan mereka selama bekerja di luar negeri
yang menyebabkan banyaknya TKW yang menjadi korban. Adanya pula gesekan antara institusi
pemerintah yang kemudian juga menambah panjang rumit masalah yang ditimbulkan menjadi
salah satu juga akibat dari kekacauan negara dalam melaksanakan sistem yang ada.

20

Keterlibatan lebih jauh perempuan dalam memperjuangkan nasib kaum mereka yang
tertindas tidak begitu diperhatikan kemudian oleh para wakil rakyat dan pejabat pemerintah yang
dinilai hanya sebagai gerakan biasa karena konsep partriarkhi yang mereka pegang teguh
kemudian dalam sistem yang mereka jalankan hingga kini.
Upaya pemerintah untuk membuka lapangan kerja dalam negeri sampai saat ini tidak
pernah terealisasi sehingga pilihan para warga negara untuk berjuang mencari nafkah ke luar
negeri manjadi pilhan meskipun besarnya resiko dan tantangan yang akan mereka hadapi
kemudian. Serta belum sepenuh hatinya lembaga perwakilan rakyat menjalankan fungsi dan
tugas sebagai perwakilan hingga hari in yang juga merupakan salah satu faktor dari sekian
banyak masalah yang kemudian timbul di bangsa ini.
Tidak adanya solusi yang pemerintah berikan saat ini bukti bahwa tidak ada keseriusan
dalam mengelola negara dan melindungi warga negara yang bekerja di luar negeri. Namun disisi
lain pemerintah selaku mengatakan bahwa TKW Indonesia adalah pahlawan devisa negara tapi
hingga kini belum ada mekanisme atau cara khusus dalam mendampingi dan melindungi warga
negaranya diluar negeri.
Bahan Bacaan :
Atmadja, I Dewa Gede. Ilmu Negara. Setara Press; Malang, 2012.
Budiman, Arief. Teori Negara: Negara, Kekuasaan dan Ideologi. PT. Gramedia Pustaka Utama;
Jakarta, 1996.
Bashin, Kamla dan Nighat Said Khan, Persoalan Pokok mengenai Feminisme dan Relevansinya,
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1995.
Care, Migrant. Sikap Migrant Care Terhadap problematika Buruh migrant Indonesia. Migrant
Care; Jakarta, 2009.
21

Chaniago, Andrinof A. Gagalnya Pembangunan: Membaca Ulang Keruntuhan orde Baru.
LP3ES; Jakarta 2012.
Mar’iyah, Chusnul & Nur Alia Pariwita. Reading Kit Perempuan, Politik dan Negara Volume I.
FISIP UI; Depok, 2010.
Moose, Julia Cleves. Gender dan Pembangunan. Pustaka Pelajar; Yogyakarta, 1996.
Munandar, Haris. Pembangunan Politik, Situasi Global dan Hak Asasi di Indonesia. PT.
Gramedia Pustaka Utama; Jakarta, 1994.
Rai, Shirin. Gender and The Political Economy of Development: From Nationalism to
Globalization. University Of essex; 2002
Rakasima, Mahmud Fadli. Dkk. 5 Tahun Badan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia: Mengabdi dengan Cinta. BNP2TKI; Jakarta, 2011.
Razavi, Shahrashoub & Carol miller. Jurnal: From WID to GAD: Conceptual Shifts in the
Women and Development Discourse. UNDP; 1995.
Robinson, Richard. Soeharto & Bangkitnya Kapitalisme Indonesia. Komunitas Bambu; Depok,
2012.
Prasodjo, Nuraeni & Winati Wigna. 2003. Gender dan Pembangunan. Modul Kuliah Program
Alih Jenjang CERd-DEPDAGRI Level 3 Wing 1 Gd. Fakultas Pertanian, Kampus Institut
Pertanian Bogor Darmaga (tidak dipublikasikan).
Setiono, Jaring Birokrasi Tinjauan dari Aspek Politik dan Administrasi. Gugus Press; Bekasi,
2002.
Sjamsuddin, Nasaruddin. Integrasi Politik di Indonesia. PT. Gramedia; Jakarta, 1989.
Sudarsono, Juwono. Pembangunan Politik dan Perubahan Politik. PT. Gramedia; Jakarta, 1976.

22

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24