KEBIJAKAN FASILITAS TRANSPORTASI KERETA api

KEBIJAKAN FASILITAS TRANSPORTASI KERETA API
UNTUK MASYARAKAT DIFABEL
Dosen Pembimbing :
Dr. Sarwono, MSi
Disusun Oleh :
Trinandha Yudha I
(115030107111088)

ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
APRIL 2014

Tahap tahap kebijakan public
1. Penyusunan agenda
Penyusunan agenda adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam
realitas kebijakan publik. Dalam proses inilah ada ruang untuk memaknai apa yang
disebut sebagai masalah publik dan agenda publik perlu diperhitungkan. Jika sebuah isu
telah menjadi masalah publik, dan mendapatkan prioritas dalam agenda publik, maka isu
tersebut berhak mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu lain.
Dalam penyusunan agenda juga sangat penting untuk menentukan suatu isu publik yang

akan diangkat dalam suatu agenda pemerintah. Isu kebijakan (policy issues) sering
disebut juga sebagai masalah kebijakan (policy problem). Policy issues biasanya muncul
karena telah terjadi silang pendapat di antara para aktor mengenai arah tindakan yang
telah atau akan ditempuh, atau pertentangan pandangan mengenai karakter permasalahan
tersebut. Menurut William Dunn (1990), isu kebijakan merupakan produk atau fungsi
dari adanya perdebatan baik tentang rumusan, rincian, penjelasan maupun penilaian atas
suatu masalah tertentu. Namun tidak semua isu bisa masuk menjadi suatu agenda
kebijakan.
Maka dari itu penyusunan agenda dari permasalahan yang ada pada bidang
pelayanan publik khususnya pelayanan di bidang transportasi. Setiap warga Negara
berhak mendapatkan pelayanan termasuk penyandang cacad (difabel), saat ini warga
Negara Indonesia lebih cenderung menggunakan kereta api ekonomi dengan asumsi
biaya yang lebih terjangkau. Namun jika dilihat dari fasilitasnya, kereta api ekonomi
hanya memiliki fasililtas standar bagi penumpang kereta api umum. Tetapi pelayanan dan
sarana bagi penyandang cacat (difabel), ibu hamil, dan lanjut usia masih bisa dikatakan
belum maximal.
2. Formulasi Kebijakan
Masalah-masalah diatas dapat didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan
masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau
pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk

dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing slternatif

bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.
Perumusan kebijakannya mengadopsi konsep good governance yaitu Good governance
merupakan proses penyelenggaraan kekuasaan dalam menyediakan barang dan jasa
publik (public goods dan services.). Pada sisi lain, pemerintah sebagai lembaga negara
yang mengemban misi pemenuhan kepentingan publik dituntut pula pertanggungjawaban
terhadap publik yang dilayaninya, artinya pemerintah lokal harus menjalankan
mekanisme pertanggungjawaban atas tindakan dan pekerjaannya kepada publik yang
acapkali disebut menjalankan prinsip akuntabilitas (accountability). Perumusan kebijakan
ini juga melibatkan multi stakeholder, yaitu :
1. Pemerintah
Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan
menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah tertentu. secara teoritis
sedikitnya ada tiga fungsi utama yang harus dijalankan oleh pemerintah tanpa
memandang tingkatannya, yaitu fungsi pelayan masyarakat (public service
function), fungsi pembangunan (development function) dan fungsi
perlindungan (protection function)
hal yang terpenting dari ketiga fungsi tersebut adalah pemerintah dapat
mengelola fungsinya agar dapat menghasilkan barang dan jasa (pelayanan)

yang ekonomis, efektif, efisien dan akuntabel kepada seluruh masyarakat
yang membutuhkannya. selain itu, pemerintah dituntut untuk menerapkan
prinsip equity dalam menjalankan fungsi-fungsi tadi. artinya pelayanan
pemerintah tidak boleh diberikan secara diskriminatif. pelayanan diberikan
tanpa memandang status, pangkat, golongan dari masyarakat dan semua
warga masyarakat mempunyai hak yang sama atas pelayanan-pelayanan
tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Kementrian Perhubungan
dalam hal ini pemerintah menggandeng kementrian perhubungan khususnya
perhubungan darat dalam rangka perumusan kebijakan. dan kewenangan
dalam penyelenggaraan perkeretaapian

3. Expert di bidang insfrastruktur
Expert di bidang insfrastruktur dalam hal ini termasuk


ahli konstruksi,
adalah penyedia jasa orang perseorangan atau badan usaha yang
dinyatakan ahli yang profesional di bidang pelaksanaan jasa
konstruksi yang mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk

mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau
bentuk fisik lain;



ahli teknologi informasi dan
Teknologi Informasi dilihat dari secara luas adalah suatu teknologi
yang digunakan untuk mengolah data termasuk juga memproses,
mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam
berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas yaitu
informasi yang relevan atau sesuai tepat waktu digunakan untuk
keperluan pribadi serta bisnis dan pemerintahan yang merupakan
informasi yang strategis dalam pengambilan keputusan.



ahli teknik industry
Teknik industri terkait perancangan, perbaikan, dan instalasi sistem
terintegrasi seperti orang, material, informasi,peralatan, dan energi
dan dibangun atas pengetahuan dan keahlian khusus dalam

bidangmatematika, fisika, dan ilmu sosial bersama-sama dengan
prinsip dan metode analisis rekayasadan desain untuk menetapkan,
memprediksi, dan mengevalusi hasil yang akan dicapai dari
suatusistem.Dari definisi tersebut di atas dapat ditarik beberapa hal
pokok: bahwa Teknik Industriadalah disiplin engineering/teknik
bukan science dikarenakan Teknik Industri menanganipekerjaanpekerjaan perancangan (design), perbaikan (improvement), dan
penginstalasian (installation) dan juga menangani masalah
manusianya

Melalui signal problem memunculkan issue yang disebarkan melalui sistem informasi yang ada
seperti koran atau internet

Sitem media

Expert, Birokrasi, Pemerhati

Summit meeting

Good Governance, Multi stakeholder


Rumusan dan Implementasi kebijakan

3. Adopsi / legitimasi Kebijakan
Kementerian Perhubungan telah menetapkan Standard Pelayanan Minimum untuk
Angkutan Orang dengan Kereta Api. Penetapan tersebut berdasarkan PM nomor 9 tahun 2011.
Standar Pelayanan Minimum adalah ukuran minimum pelayanan yang harus dipenuhi oleh
penyedia layanan dalam memberikan pelayanan kepada pengguna jasa.
Permenhub tentang Standar Pelayanan MInimum memberikan kewajiban kepada Penyelenggara
Prasarana dan Penyelenggara Sarana untuk memenuhi SPM. Penyelenggara Prasarana wajib
memenuhi SPM di Stasiun Kereta Api, Penyelenggara Sarana wajib memenuhi SPM dalam
Perjalanan. SPM dalam Perjalanan dibedakan untuk Kereta Api Antar Kota dan Kereta Api
Perkotaan.

Beberapa kriteria yang harus ada berdasarkan SPM di stasiun kereta api antara lain: informasi
yang jelas dan mudah dibaca, loket, ruang tunggu, tempat ibadah, toilet dan tempat parkir,
fasilitas kemudahan naik/turun penumpang, fasilitas penyandang cacat dan fasilitas kesehatan
dan fasilitas keselamatan dan keamanan.
SPM dalam Perjalanan dibedakan dalam dua jenis perjalanan yaitu Kereta Api Antar Kota dan
Kereta Api Perkotaan. SPM untuk Kereta Api Antar Kota meliputi :
a. pintu dan jendela;

b. tempat duduk dengan konstruksi tetap yang mempunyai sandaran dan nomor tempat
duduk,
c. toilet dilengkapi dengan air sesuai dengan kenbutuhan
d. lampu penerangan
e. kipas angin
f. rak bagasi
g. restorasi
h. informasi stasiun yang dilewati/disinggahi secara berurutan
i. fasilitas khusus dan kemudahan bagi penyandang cacat, wanita hamil, anak di bawah 5
(lima) tahun, orang sakit dan orang lanjut usia
j. fasilitas kesehatan, keselamatan dan keamanan
k. nama dan nomor urut kereta
l. informasi gangguan perjalanan kereta api
m. ketepatan jadwal perjalanan kereta api
berdasarkan PM nomor 9 tahun 2011 point i. bahwa Kereta api harus memiliki fasilitas khusus
dan kemudahan bagi penyandang cacat, wanita hamil, anak di bawah 5 (lima) tahun, orang sakit
dan orang lanjut usia. Maka Kebijakan yang ada harus diperbaiki dan dilaksanakan seperti
halnya :

Context :



Fasilitas Kereta Api

Assumption :


Persamaan HAK masyarakat difabel (berkebutuhan Khusus)



Meningkatkan kualitas kereta api dan akses perekonomian

Action :


Menambah serta memperbaiki gerbong kereta api khusus difabel




Peran pemerintah dalam mengalokasikan dana transportasi



Meningkatkan kualitas tenaga kerja kereta api



Meningkatkan kualitas kereta api

Consequences :


Meningkatnya mutu dan kualitas kereta api yang dapat bermanfaat bagi masyarakat
normal maupun difabel

4. Evaluasi Kebijakan
Dengan kebijakan yang telah ada dan telah diperbaiki. Maka setelah di implementasikan di
pelayanan publik khususnya pelayanan di bidang transportasi kereta api akan dilakukan evaluasi
terhadap kebijakan tersebut.