BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Rita Nirmala Tesis Pdf.rar

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak adalah generasi masa depan suatu bangsa. Pembentukan generasi masa depan bangsa yang kuat, cerdas, kreatif, dan produktif, merupakan tanggung jawab semua pihak. Tumbuh kembang anak secara optimal dalam semua aspek (jasmani, mental, pemikiran) berarti harus mendapatkan perhatian semua pihak yakni: orang tua, sekolah dan lingkungan masyarakat. Kebijakan pemerintah ikut menyukseskan terwujudnya suatu generasi bangsa yang kuat, cerdas, kreatif, dan produktif.

Pendidikan Agama Islam di sekolah berfungsi untuk: (1). Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan terlebih dahulu dalam lingkungan keluarga. (2). Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. (3). Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui Pendidikan Agama Islam. (4). Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik Pendidikan Agama Islam di sekolah berfungsi untuk: (1). Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan terlebih dahulu dalam lingkungan keluarga. (2). Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. (3). Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui Pendidikan Agama Islam. (4). Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik

(5). Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif budaya asing yang

akan dihadapinya sehari-hari. (6). Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan tidak nyata), sistem dan fungsionalnya, dan. (7). Penyaluran siswa untuk mendalami pendidikan agama ke jenjang yang lebih tinggi. 1

Berdasarkan fungsinya tersebut maka tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaan kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Hal ini juga sejalan dengan firman Allah Swt dalam Qs. Shaad/38:29, yaitu:

1 Budimansyah Dasim, Model Pembelajaran PAI (Portofolio; Bandung: Genesindo, 2003), h. 1.

Terjemahan:

Kitab (Al- Qur’an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayat-Nya agar orang-orang yang berakal

sehat mendapat pelajaran. 2

Al-Qu r’an diturunkan dan diimplementasikan isinya secara menyeluruh. Orang yang mempergunakan akalnya yang sehat tentu akan mengakui kebenaran isinya dan akan mengakui bahwa Al- Qur’an

itu bimbingan dari Allah. 3 Tuntutan perbaikan kualitas pembelajaran khususnya bidang Pendidikan Agama Islam dari sisi pemahaman agama sudah baik, akan tetapi yang perlu diperhatikan apakah pengetahuan agama tersebut dapat diimplementasikan siswa sehari-hari. Salah satunya adalah implementasi melalui pelaksanaan ibadah dalam hal ini salat. Khususnya siswa Sekolah Menengah Pertama di Kota Manado terlihat dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Islam secara umum sangat antusias, namun yang perlu diperhatikan bagaimana implementasi dari pengetahuan agama tersebut dalam bentuk pengamalan ibadah. Hal ini yang menjadi tujuan akhir dari pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada tingkat Sekolah Menengah Pertama.

2 Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Duta Ilmu Surabaya, 2006), h. 651.

3 Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Tafsirnya, Jilid VIII, QS.Shaad/38:29 (Semarang: PT. Citra Effhar, 1993), h. 393.

Penelitian Roviqo, menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara Pendidikan Agama Islam dengan pengamalan nilai-nilai Islami siswa. Terdapat kesamaan dengan penelitian ini yaitu berkaitan dengan membangun kualitas Pendidikan Agama Islam yang pada akhirnya siswa dapat mengamalkan nilai-nilai agama tersebut dalam kehidupan sehari-

hari. 4 Demikian pula, penelitian Arif Oktiana menunjukkan bahwa Pendidikan Agama Islam di lingkungan sekolah mempengaruhi perilaku beragama siswa. Jadi, lingkungan sekolah berperan dalam upaya peningkatan kualitas pengamalan siswa dalam mengamalkan agama di

lingkungan keluarga masing-masing. 5

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi awal terlihat bahwa pengamalan ibadah siswa khususnya pada tingkat Sekolah Menengah Pertama dinilai masih kurang, terlihat dibeberapa sekolah ketika sudah waktunya untuk menunaikan salat Zuhur masih banyak siswa yang tidak melaksanakannya, kebanyakan siswa melaksanakan salat ketika ada guru piket atau guru yang mengarahkan siswa tersebut. Hal ini

4 Roviqo, Hubungan Pendidikan Agama Islam dengan Pengamalan Nilai-Nilai Islami Siswa (Studi Penelitian di SMPN 10 Kota Tangerang Selatan), Jurnal. Vol.8 No.

56 tahun 2009. UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta:www.syarifhidayatullah.go.id di- download tanggal 12 Mei 2016

5 Arif Oktiana, Pengaruh Pendidikan Agama Islam di Lingkungan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat terhadap Perilaku Beragama Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9

Yogyakarta, Jurnal, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta: www.uinSunankalijaga.go.id . di- download tanggal 22 Mei 2016 Yogyakarta, Jurnal, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta: www.uinSunankalijaga.go.id . di- download tanggal 22 Mei 2016

kebanyakan siswa tidak melaksanakan salat. 6

Berdasarkah hasil wawancara awal dengan beberapa guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Menengah Pertama di Kota Manado diperoleh hasil bahwa dari aspek penilaian rata-rata pada kategori baik (80-100). Namun dari aspek pengamalan ibadah siswa dianggap masih kurang, indikasinya banyak anak-anak Sekolah Menengah Pertama yang terlibat dalam tawuran pada setiap kelurahan di Kota Manado. Di samping itu juga pada waktu-waktu salat terutama Zuhur dan Asar ketika berkumandang azan masih banyak siswa yang tidak terpanggil untuk menunaikan salat. Hal ini menunjukkan bahwa pengamalan ibadah siswa khusus Sekolah Menengah Pertama masih kurang. Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler berupa tadzkir belum dapat

6 Mu’minawati, Guru PAI, Wawancara Pribadi dengan rekan guru MGMP PAI Kota Manado. Tanggal 8 Juni 2016.

dilaksanakan dengan baik, hanya sebahagian kecil siswa-siswa yang terlibat dalam kegiatan tadzkir, sehingga untuk memberikan kesadaran dan pencerahan terhadap siswa tersebut belum dapat dilaksanakan

dengan baik. 7 Dari permasalahan-permasalahan sebagaimana uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian pengaruh antara, hasil belajar Pendidikan Agama Islam, dan pengalaman ekstrakurikuler tazkir terhadap pengamalan ibadah siswa. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Manado dan difokuskan pada tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama. Penelitian ini menguraikan pengaruh hasil belajar Pendidikan Agama Islam, dan pengalaman ekstrakurikuler tazkir terhadap pengamalan ibadah siswa khususnya siswa pada tingkat Sekolah Menengah Pertama di Kota Manado. Hal ini penting karena pada tingkatan Sekolah Menengah Pertama merupakan tahap perkembangan siswa di mana dibutuhkan penanaman karakter melalui pengamalan ibadah, yang relevansi dengan pengajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Konsep dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bukan hanya pada aspek pengetahuan, melainkan juga bagaimana pengimplementasian atau pengamalan ibadah siswa tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

7 Sulastri Dai, Guru PAI, Wawancara Pribadi dengan rekan guru MGMP PAI Kota Manado, Tanggal 15 Juni 2016.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka diidentifikasi beberapa permasalahan, yaitu:

1. Hasil belajar agama siswa. Berkaitan dengan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada tingkat Sekolah Menengah Pertama, secara rata-rata masih pada kategori baik, namun ada beberapa siswa yang masih perlu dibina. Masih banyak siswa yang pada ulangan harian dapat mengisi soal dengan baik, akan tetapi pada ulangan semester ataupun kenaikan kelas seringkali mempunyai nilai yang rendah, hal ini menjadi indikasi bahwa hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam masih rendah.

2. Pengamalan ibadah siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Manado. Terlihat masih banyak siswa yang belum melaksanakan ibadah dengan baik, di mana ketika pelaksanaan salat Zuhur masih banyak siswa yang tidak melaksanakan salat secara berjamaah.

3. Ekstrakurikuler Tadzkir. Ekstrakurikuler tadzkir merupakan program- program yang dilaksanakan oleh sekolah, yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi siswa mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan sebagai ajang silaturahmi antar teman. Selama ini di sekolah-sekolah hanya menganggap bahwa kegiatan tadzkir ini 3. Ekstrakurikuler Tadzkir. Ekstrakurikuler tadzkir merupakan program- program yang dilaksanakan oleh sekolah, yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi siswa mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan sebagai ajang silaturahmi antar teman. Selama ini di sekolah-sekolah hanya menganggap bahwa kegiatan tadzkir ini

C. Batasan Masalah

Permasalahan penelitian ini dibatasi pada Pengaruh Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam dan Pengalaman Ekstrakurikuler Tadzkir terhadap Pengamalan Ibadah Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Manado.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam tesis ini adalah

1. Apakah terdapat pengaruh hasil belajar Pendidikan Agama Islam terhadap pengamalan ibadah siswa Sekolah Menengah Pertama di Kota Manado?

2. Apakah terdapat pengaruh pengalaman kegiatan ekstrakurikuler tadzkir terhadap pengamalan ibadah siswa Sekolah Menengah Pertama di Kota Manado?

3. Apakah secara simultan terdapat pengaruh hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan pengalaman kegiatan ekstrakurikuler tadzkir 3. Apakah secara simultan terdapat pengaruh hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan pengalaman kegiatan ekstrakurikuler tadzkir

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh hasil belajar Pendidikan Agama Islam terhadap pengamalan ibadah siswa Sekolah Menengah Pertama di Kota Manado.

2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh pengalaman ekstrakurikuler tadzkir terhadap pengamalan ibadah siswa Sekolah Menengah Pertama di Kota Manado.

3. Untuk menguji dan menganalisis secara simultan pengaruh hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan pengalaman ekstrakurikuler tadzkir terhadap pengamalan ibadah siswa Sekolah Menengah Pertama di Kota Manado.

F. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Praktis

a. Sebagai bahan pertimbangan yang dapat digunakan oleh sekolah-sekolah di Kota Manado untuk meningkatkan kualitas ibadah bagi siswa muslim

b. Sebagai bahan pertimbangan yang dapat digunakan oleh sekolah-sekolah di Kota Manado untuk meningkatkan kualitas b. Sebagai bahan pertimbangan yang dapat digunakan oleh sekolah-sekolah di Kota Manado untuk meningkatkan kualitas

c. Sebagai bahan pertimbangan yang dapat digunakan oleh sekolah-sekolah di Kota Manado untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler tadzkir

2. Kegunaan Teoretis

a. Sebagai pengembangan ilmu Pendidikan Agama Islam, berkaitan dengan pengamalan ibadah siswa baik di rumah maupun di sekolah

b. Sebagai pengembangan ilmu pendidikan Agama Islam, berkaitan dengan hasil belajar pada siswa Sekolah Menengah Pertama tentang mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

c. Sebagai pengembangan ilmu pendidikan Agama Islam, berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler tadzkir pada tingkat Sekolah Menengah Pertama.

BAB II KAJIAN TEORETIK

A. Deskripsi Teori

1. Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. 8 Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan

berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. 9 Benjamin S. Bloom dalam Dimyati dan Mudjiono menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:

a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.

8 Sudjana Nana, Penilain Hasil Proses Belajar Mengajar (Edisi V; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 3.

9 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 26.

b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.

c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.

d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian terkecil.

e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program.

f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya,

kemampuan menilai hasil ulangan. 10

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan- kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan

10 Dimyati dan Mudjiono, Loc.cit,. h. 27.

menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Hasil belajar yang dicapai oleh para pelajar menggambarkan hasil usaha yang dilakukan oleh guru dalam memfasilitasi dan menciptakan kondisi kegiatan belajar mereka. Oleh sebab itu, untuk mengetahui seberapa jauh tujuan itu tercapai, ia perlu mengetahui

tipe hasil belajar yang akan dicapai melalui kegiatan mengajar. 11 Guru yang ingin menyempurnakan pengajarannya perlu mengevaluasi pengajaran itu sehingga diketahui perubahan apa yang seharusnya diadakan. Salah satu jalan yang sangat penting untuk melakukan hal itu adalah mengevaluasi hasil belajar yang telah dicapai oleh pelajar. Dengan demikian dua kegiatan tersebut tidak bisa dipisahkan satu dari yang lainnya. Artinya evaluasi terhadap guru seharusnya tidak dipisahkan dari evaluasi terhadap hasil belajar. Implikasinya, jika guru ingin memiliki dasar yang memadai untuk menentukan kualitas pengajarannya, ia harus

melakukan evaluasi terhadap hasil belajar secara teliti. 12 Belajar agama sangat penting bagi remaja. Pada saat seperti ini, remaja membutuhkan pegangan yang kukuh untuk menentukan

11 Suparta dan Herry Noer Aly, Op.cit,. h. 52.

12 Ibid,. h. 221.

sikap. Berhikmat kepada agama akan memberikan pegangan dan dukungan moral yang remaja butuhkan untuk melalui masa ini. 13 Ditinjau dari segi bahasa (Etimologi) secara umum dalam bahasa Arab kata pendidikan biasa disebut dengan tarbiyah. Penggunaan istilah tarbiyah berasal dari kata rabb. Kata rabb menurut Abul A’la Al-Maududi, yang dikutip Ramayulis dalam Ilmu Pendidikan Islam yaitu terdiri dari dua huruf “ra” dan “ba” tasydid yang merupakan pecahan dari kata tarbiyah yang berarti pendidikan,

pengasuhan, dan kemampuan. 14

Istilah lain dari pendidikan adalah ta’lim, Menurut Dr. Abdul Fattah Jalal, pengarang “Min al-Usuul at-Tarbawiyah fii al-Islam” merupakan pross yang terus menerus diusahakan manusia sejak lahir, sehingga satu segi telah mencakup aspek kognisi dan pada segi lain tidak mengabaikan aspek afeksi dan psikomotor, yang menjadi dasar pandangnya pada hal tersebut bahwa Rasulullah Saw diutus sebagai Mu’alim (pendidik), dan Allah menegaskan posisi

13 Husni Thoyar, Pendidikan Agama Islam Untuk SMP Kelas IX (Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Dikbud, 2011), h.10.

14 Wahyu Hidayat, Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dan efeknya Terhadap Pengamalan Ibadah Siswa (Studi Kasus di SMP Attaqwa 06 Bekasi) (Jakarta:

Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 8.

Rasulullah Saw itu dalam Qs. Al-Baqarah/2:151, yaitu:

Terjemahan: Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul

(Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan ayat-ayat Kami, menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu Kitab (Al- Qur’an) dan Hikmah (Sunah), serta mengajarkan apa yang

belum kamu ketahui. 15

Pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk meningkatkan (mempengaruhi) si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu memikul tanggung jawab moril dari segala perbuatannya. Orang dewasa yang dimaksud disini harus diakui haknya oleh si anak didik dan mendapat kepercayaan untuk

mencapai hasil baik dalam usahanya. 16

Pendidikan menurut Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

15 Departemen Agama RI, Alqur’an dan Terjemahannya, Loc. Cit,. h. 29.

16 Wahyu Hidayat, Loc.cit,. h. 10.

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan secara sadar baik dalam bentuk formal dan non formal untuk perkembangan anak didik dan peranannya dimasa yang akan datang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan penuh atau hasil belajar, yaitu:

a. Bakat untuk mempelajari sesuatu Bakat misalnya intelegensi, mempengaruhi prestasi belajar. Korelasi antara bakat, misalnya untuk matematika dan prestasi untuk bidang studi itu setinggi 70. Hasil itu akan tampak jika kepada murid dalam suatu kelas diberikan metode yang sama dan waktu belajar yang sama. Atas kenyataan itu timbul kepercayaan pada guru bahwa matematika, ilmu pengetahuan alam, dan lain-lain hanya dapat dikuasai oleh sebagian dari murid-murid saja, yaitu mempunyai bakat khusus untuk mata pelajaran yang bersangkutan itu saja.

b. Mutu Pengajaran Pengajaran klasik tidak dapat ditiadakan karena akan menimbulkan kerugian bagi kepentingan anak sebagai individu b. Mutu Pengajaran Pengajaran klasik tidak dapat ditiadakan karena akan menimbulkan kerugian bagi kepentingan anak sebagai individu

mencoba menyesuaikan pengajarannya dengan kemampuan anak rata-rata, yaitu kepada anak yang sedang. Ia tahu bahwa ia terpaksa menghambat kemajuan anak-anak yang cepat serta mengabaikan anak-anak yang lambat yang kian lama kian jauh ketinggalan.

c. Kesanggupan untuk memahami pengajaran Jika murid tidak dapat memahami apa yang dikatakan atau disampaikan oleh guru, atau bila guru tidak dapat berkomunikasi dengan murid, maka besar kemungkinan anak murid tidak dapat menguasai mata pelajaran yang diajarkan oleh guru itu.

d. Ketekunan Ketekunan itu nyata dari jumlah waktu yang diberikan oleh murid untuk belajar mempelajari sesuatu memerlukan jumlah waktu tertentu. Jika anak memberikan waktu yang kurang daripada yang diperlukannya untuk mempelajarinya, maka ia tidak akan menguasai bahan itu sepenuhnya. Dengan waktu belajar dimaksud jumlah waktu yang digunakannya untuk kegiatan belajar, yaitu mempelajari sesuatu secara aktif.

e. Waktu yang tersedia untuk belajar Dalam sistem pendidikan kita kurikulum dibagi dalam bahan yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, misalnya untuk satu semester atau satu tahun. Guru dapat menguraikannya menjadi tugas bulanan dan mingguan. Maksudnya ialah agar bahan yang sama dikuasai oleh semua murid dalam jangka waktu yang sama. Dapat dipahami bahwa waktu yang sama untuk bahan yang sama tidak akan sesuai bagi

semua murid berhubung dengan perbedaan individual. 17 Pendidikan Agama Islam harus mengacu atau memperhatikan perkembangan siswa dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Untuk itu dalam mengembangkan materi Pendidikan Agama Islam setidaknya mengacu pada:

a. Mengacu pada sumber-sumber standar belajar Agama Islam, antara lain: Al- Qur’an standar Departemen Agama Republik Indonesia, kitab Hadis standar, Ensiklopedi Islam, dan berbagai sumber acuan lain yang telah diakui kevalidannya.

b. Penyusunan buku ini menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Student Centered Education. Pendekatan ini menjadikan kehidupan sehari-hari siswa sebagai

17 Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar (Cet. X; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), h. 38.

media belajar untuk menemukan konsep, sekaligus penerapan konsep yang ditemukan siswa. Dengan demikian, proses pembelajaran akan lebih bermakna.

c. Setiap konsep diikuti dengan kegiatan yang mengarah pada kecakapan hidup (Life Skill) bagi siswa. Setiap konsep yang ditampilkan selalu diikuti dengan satu bentuk kegiatan yang menunjang tingkat penguasaan siswa akan materi yang dipelajari. Cakupan kegiatan yang ditampilkan pun cukup luas, mulai dari berdiskusi, praktik, mengamati, meneliti, membuat laporan, dan lain sebagainya.

d. Menyajikan materi terkini. Hal ini penting agar siswa tidak tertinggal perkembangan terkini terkait materi yang dipelajari. Disajikan dengan tampilan yang menarik dengan filosofi pembelajaran yang terarah. Hal ini terlihat dalam pemilihan rubrik

yang memuat pesan tertentu kepada siswa. 18

Isi pendidikan Islam selanjutnya ialah:

a. Amal saleh, saling mengingatkan agar menaati kebenaran (isi ini sejalan dengan ilmu yang bertujuan menyingkap hakikat dan mencari kebenaran).

18 Karwadi, Umi Baroroh, Sukiman, Sutrisno, Pendidikan Agama Islam Untuk Kelas SMP/MTs Kelas VIII (Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan

Nasional, 2011), h. IV.

b. Saling mengingatkan agar menetapi kesabaran (isi ini melambangkan

karena kesabaran merupakan inti akhlak yang disebut di dalam Al- Qur’an lebih dari seratus kali).

pendidikan

akhlak,

c. Isi pendidikan Islam yang terakhir adalah pendidikan sosial, mencakup kerja sama dalam menumbuhkan keimanan dan amal saleh serta saling mengingatkan agar menaati kebenaran dan

menetapi kesabaran. 19

2. Kegiatan Ekstrakurikuler Tadzkir Istilah ekstrakulikuler secara etimolog i terdiri dari “ekstra” dan “kurikuler”. Ekstra artinya tambahan di luar yang seharusnya dikerjakan. Sedangkan kurikuler berkaitan dengan kurikulum, yaitu perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada suatu lembaga tertentu. Akan tetapi mengingat pengertian kurikulum mengalami banyak perkembangan, maka kurikulum tidak lagi hanya sekedar jumlah mata pelajaran yang harus dilalui melainkan program yang disiapkan suatu lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan tertentu. Program itu berisi rumusan rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran, dan cara yang digunakan sebagai

19 Suparta Herry Noer Aly, Op.cit,. h. 102.

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai

tujuan pendidikan tertentu. 20

Pendidikan di sekolah secara umum menyelenggarakan 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran yang sudah terstruktur dan terjadwal. Sedangkan pendidikan melalui mata pelajaran yang terstruktur dan terjadwal sesuai dengan standar isi, termasuk kegiatan intrakurikuler. Adapun kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam di sekolah adalah kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilakukan di luar jam pelajaran intrakurikuler, yang dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah untuk lebih memperluas pengetahuan, wawasan, kemampuan, meningkatkan dan menerapkan nilai pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler yang dituangkan dalam standar kompetensi kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia. Dalam panduan pengembangan diri yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat. Pengertian ekstrakurikuler yang terdapat pada

20 Hafid Anwar, 2013, Pengembangan Ekstrakulikuler Pendidikan Agama Islam diSekolah,

Artikel: http://anwarhapid.blogspot.co.id/2013/01/pengembangan- ekstrakulikuler-pendidikan.html . di-upload 20 Juni 2016, h.1

Peraturan Menteri Agama No 16 tahun 2010 bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah upaya pemantapan dan pengayaan nilai-nilai dan norma serta pengembangan kepribadian, bakat dan minat peserta didik pendidikan agama yang dilaksanakan di luar jam

intrakurikuler dalam bentuk tatap muka atau non tatap muka. 21 Berikut merupakan beberapa alasan betapa pentingnya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tadzkir di sekolah: Pertama, Kegiatan ekstrakurikuler dapat mengembangkan bakat yang dimiliki oleh peserta didik sekolah tersebut. Contoh, jika peserta didik memiliki bakat musik dapat bergabung dalam kegiatan musik sekolah seperti marching band, atau band sekolah. Sebab tujuan pertama dari kegiatan ini adalah memberi tempat dan mengembangkan bakat yang dimiliki oleh peserta didik. Sehingga bakat dan minat peserta didik dapat ditampung, dikembangkan dan dikoordinasi dengan tepat.

Kedua, Kegiatan ekstrakurikuler dapat memperluas pergaulan remaja. Misalnya peserta didik menekuni kegiatan basket, ketika terdapat pertandingan dengan sekolah lain, maka hal tersebut merupakan peluang peserta didik untuk mendapatkan teman baru.

Ketiga, Kegiatan sekolah ini, efektif dalam usaha pencegahan kenakalan remaja. sebab remaja tidak memiliki waktu untuk

21 Hafid Anwar, Loc.cit,. h. 2.

memikirkan hal-hal yang kurang bermanfaat. Selain itu peserta didik juga memiliki lingkungan pergaulan yang sehat dan mendapat pengawasan serta pembimbingan yang baik.

Keempat, Kegiatan ini, akan semakin mengasah bakat kreatif remaja. Misalnya peserta didik yang mengikuti kelas seni tari modern, biasanya mereka akan mencoba membuat koreografi tarian modern sendiri.

Kelima, Kegiatan sekolah ini, bila ditekuni akan berbuah prestasi yang dapat dibanggakan. Bukan hanya dapat dibanggakan bagi peserta didik tersebut tetapi juga bagi sekolah yang bersangkutan, seperti popularitas sekolah semakin baik. Sedangkan bagi peserta didik, prestasi tersebut dapat membuahkan beasiswa peserta didik, meningkatkan rasa percaya diri, dan dapat menarik perhatian lawan jenisnya, hingga menjadi seorang idola remaja.

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang

berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah. 22

22 Hafid Anwar, Loc.cit,. h. 2.

Salah satu kegiatan ekstrakurikuler di sekolah adalah kegiatan tadzkir. Kata tadzkir secara umum memiliki arti yang sama dalam beberapa konteks, yakni dengan arti “peringatan”. Baik dalam penyebutan bersamaan dengan kata-kata ayat ( ةيا ), kata-kata yang disebutkan sebelum atau sesudahnya, al-Quran ( نارقلا) , wa’dun (دعو),

ataupun makna tersirat yang menyertai kata tadzkir. 23 Peringatan disini juga beragam bentuknya, seperti:

a. Peringatan akan ayat-ayat (tanda-tanda kebesaran) Allah, hal ini berarti kita diperintah untuk memperhatikan dengan seksama terhadap tanda-tanda tersebut.

b. Mengingatkan bahwa Al-Quran adalah peringatan, hal ini berarti kita diperintah untuk mempelajari Al-Quran karena dalam Al- Quran itu terdapat sumber pengetahuan dan solusi pemecahan masalah dalam kehidupan.

c. Peringatan akan peristiwa terdahulu, hal ini mengajarkan kepada kita untuk tidak bersikap dan bertindak seperti umat terdahulu yang mendustakan para Nabi yang datang pada mereka.

d. Peringatan akan janji Allah, mengingatkan pada kita untuk meyakini bahwa apa yang dijanjikan oleh Allah itu pasti

23 Sakinah, Kaidah Dlamir, Ta’nis, dan Tadzkir, Artikel: www.konsep tadzkir.co.id. (di- download pada tanggal 26 Juni 2016), h. 3.

terlaksana, dan kita tidak boleh ragu sedikitpun akan janji-janji

Allah tersebut. 24

Memilih teman yang baik adalah sesuatu yang tak bisa dianggap remeh. Karena itu, Islam mengajarkan agar kita tak salah dalam memilihnya. Untuk itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ُلُجَّرلا - َّل َم َو َس ْي ىه ُالل ى َص َّل َّىبَِّنلا َّنَأ َةَرْ يَرُه ىبَِأ ْنَع وبأو يذمترلا هاور( ُلىلاَُيُ ْنَم ْمُكُدَحَأ ْرُظ ْنَ يْلَ ف ىهىليىلَخ ىنيىد ىَلَع

Terjemahan:

Dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi Saw bersabda : Seseorang itu mengikuti agama temannya. Oleh karena itu, kamu harus hati-hati terhadap temanmu. (H.R. At.Tirmidzi dan Abu Dawud).

Sudah dapat dipastikan, bahwa seorang teman memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap temannya. Teman bisa mempengaruhi agama, pandangan hidup, kebiasaan dan sifat-sifat seseorang. Jadi hal inilah yang melatarbelakangi pentingnya untuk pelaksanaan tadzkir. Diharapkan pelaksanaan tadzkir akan

24 Sakinah, Loc.cit,. h. 4.

25 Abu Dawud Sulaiman Bin al Sijistani, Sunan Abi Dawud, Bab Man Ya’muru an Yajlisa Juz 4 (Beirut : Dar al Kitab al “Arabiyy, t.th), h. 407 25 Abu Dawud Sulaiman Bin al Sijistani, Sunan Abi Dawud, Bab Man Ya’muru an Yajlisa Juz 4 (Beirut : Dar al Kitab al “Arabiyy, t.th), h. 407

Fungsi ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah Pertama dalam hal ini kegiatan tadzkir, yaitu 26 :

a. Pembinaan, yaitu membentuk perilaku Islami dalam kehidupan sehari-hari dan memberikan bantuan klinis bagi peserta didik yang mengalami kesulitan dalam penguasaan kompetensi Pedidikan Agama Islam;

b. Pengembangan, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk mendukung perkembangan personal peserta didik melalui perluasan bakat, minat, dan kreativitas;

c. Sosial, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan tanggung jawab sosial keagamaan peserta didik. Kompetensi sosial dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperluas pengalaman, praktik keterampilan sosial, dan internalisasi nilai moral dan nilai sosial keagamaan;

d. Rekreatif, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dalam suasana rileks, menggembirakan, dan menyenangkan sehingga menunjang proses perkembangan peserta didik. Kegiatan

26 Haedari, Pedoman Ekstrakurikuler PAI SMP (Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler PAI SMP). (Jakarta: Direktorat Pendidikan Agama Islam. 2015.), h. 3 26 Haedari, Pedoman Ekstrakurikuler PAI SMP (Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler PAI SMP). (Jakarta: Direktorat Pendidikan Agama Islam. 2015.), h. 3

e. Persiapan karier, yaitu untuk mengembangkan kesiapan karier peserta didik melalui pengembangan kapasitas dan kompetensi PAI.

Tujuan Ekstrakurikuler tadzkir pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, yaitu:

a. Meningkatkan kemampuan sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.

b. Mengembangkan bakat dan minat peserta didik dalam pembinaan kepribadian muslim.

c. Mewujudkan budaya keberagamaan (religious culture) pada tingkat satuan pendidikan.

d. Meningkatkan syi’ar Islam. Prinsip penyelenggaraan ekstrakurikuler tadzkir mata pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Pertama, yaitu 27 :

a. Bersifat individual, yaitu dikembangkan sesuai dengan potensi, bakat, dan minat peserta didik masing-masing.

b. Bersifat wajib, bagi peserta didik yang belum menguasai

kompetensi Pendidikan Agama Islam tertentu.

27 Haedari, Loc.cit,. h. 3 27 Haedari, Loc.cit,. h. 3

d. Partisipasi aktif, yaitu menuntut keikutsertaan peserta didik

secara penuh sesuai dengan minat dan pilihan masing-masing.

e. Menyenangkan, yaitu dilaksanakan dalam suasana yang

menggembirakan bagi peserta didik.

f. Membangun etos kerja, yaitu dikembangkan dan dilaksanakan

dengan prinsip membangun semangat peserta didik untuk berusaha dan bekerja dengan giat dan baik.

g. Kemanfaatan sosial, yaitu dikembangkan dan dilaksanakan bagi peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat.

h. Bernuansa Islami, yaitu penyelenggaraan ekstrakurikuler

dilandasi dengan nilai-nilai Islam.

Format Kegiatan Ekstrakurikuler tadzkir, yaitu 28 :

a. Individual, yaitu kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam

format yang diikuti oleh peserta didik secara perorangan.

b. Kelompok, yaitu kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam

format yang diikuti oleh kelompok-kelompok peserta didik.

c. Klasikal, yaitu kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format yang diikuti oleh peserta didik dalam satu kelas.

28 Haedari, Loc.cit,. h. 5 28 Haedari, Loc.cit,. h. 5

e. Lapangan, yaitu kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format yang diikuti oleh seorang atau sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar sekolah atau kegiatan lapangan.

Penyelenggara kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam adalah satuan pendidikan. Adapun pembina kegiatan adalah guru Pendidikan Agama Islam dibantu oleh guru bidang studi yang beragama Islam atau tenaga pengajar yang memiliki kompetensi dan bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah.

3. Pengamalan Ibadah Siswa Pengamalan mempunyai arti proses, perbuatan, cara mengamalkan, melaksanakan, pelaksanaan penerapan, proses (perbuatan) menunaikan kewajiban, tugas. 29 Dalam Al-Quran banyak ayat-ayat yang mendorong manusia untuk beramal soleh seperti yang terkandung dalam Qs. Al Hajj/22:50, yaitu:

29 Fatih Alam, Pendidikan Agama Islam (Edisi Revisi; Yogyakarta: Bunga Rampai, 2011), h. 2.

Terjemahan: Maka orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan,

mereka memperoleh ampunan dan rejeki yang mulia. 30

Pengamalan (ibadah) dalam agama Islam hanya diperuntukan bagi Tuhan semata-mata. Ibadah merupakan tujuan penciptaan manusia sebagaimana ditegaskan dalam Al- Qur’an Qs. Adz- Dzariyat/51:56 sebagai berikut:

Terjemahan: Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan agar mereka

beribadah kepada-Ku. 31

Dalam pengertian ibadah dan hakikatnya, bahwa ibadah disyaratkan dari dua perkara, yaitu:

a. Mengerjakan setiap perkara yang disyariatkan Allah dan mengikuti apa yang diserukan oleh Rasul-Nya, meliputi segala perintah dan larangan-Nya yang dihalalkan dan yang diharamkan. Inilah perkara yang mendekati unsur taat dan tunduk kepada Allah.

30 Departeman Agama RI, Loc.cit,. h.470.

31 Departemen Agama RI, Ibid,. h.756.

b. Mengeluarkan ketetapan ini (yang disyariatkan) dari hati untuk mencintai Allah Ta’ala praktis dalam keberadaan dirinya tiada seorang pun yang lebih patut dicintai selain Allah saja. Dia adalah dzat yang mempunyai Al-Fadlil (anugerah) dan Al-Ishan (kebaikan) yang menciptakan manusia. Dia diciptakan untuk manusia, segala sesuatu yang ada di bumi, padanya dicukupkan segala kenikmatan, baik yang lahir maupun yang batin. Dia menciptakan manusia sebaik-baiknya ciptaan dan memberinya rupa sebaik-baik rupa, manusia diberikan kemuliaan dan anugerah melebihi kemuliaan dan anugerah yang diberikan pada

makhluk Tuhan yang lain. 32

Islam mempunyai tujuan yang jelas dan tertentu, yaitu: menyiapkan individu untuk dapat beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Dan tak perlu dinyatakan lagi bahwa totalitas agama Islam tidak membatasi pengertian ibadah pada salat, saum dan haji, tetapi setiap karya yang dilakukan seorang muslim dengan

niat untuk Allah semata merupakan ibadah." 33

Pengenalan Allah dengan cara yang sederhana. Pada periode ini dikenalkan kepada anak tentang Allah 'azza wajalla dengan cara

32 Yuli Setyaningsih, Pendidikan Agama Islam (Edisi Pertama; Yogyakarta: Gemar Membaca, 2009), h. 27.

33 Syaikh Yusuf Muhammad al-Hasan, Pendidikan Anak Dalam Islam (E-Book Serial Keluarga Islami, 2012), h. 9.

yang sesuai dengan pengertian dan tingkat pemikirannya. Diajarkan kepadanya:

a. Bahwa Allah Esa, tiada sekutu bagi-Nya.

b. Bahwa Dialah Pencipta segala sesuatu. Pencipta langit, bumi, manusia, hewan, pohon-pohonan, sungai dan lain-lainnya. Pendidik dapat memanfaatkan situasi tertentu untuk bertanya kepada anak, misalnya ketika bejalan-jalan di taman atau padang, tentang siapakah Pencipta air, sungai, bumi, pepohonan dan lain-lainnya, untuk menggugah perhatiannya kepada keagungan Allah.

c. Cinta kepada Allah, dengan ditunjukkan kepadanya nikmat- nikmat yang dikaruniakan Allah untuknya dan untuk keluarganya. Misalnya, anak ditanya: Siapakah yang memberimu pendengaran, penglihatan serta akal? Siapakah yang memberimu kekuatan dan kemampuan untuk bergerak? Siapakah yang memberimu rezeki dan makanan untukmu dan keluargamu? Demikianlah, ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang nyata dan dianjurkan agar cinta dan syukur kepada Allah atas nikmat yang banyak ini. Metode ini disebutkan dalam Al Qur'an, dalam banyak ayat Allah menggugah minat para hamba- Nya agar memperhatikan segala nikmat yang dikaruniakan-Nya.

Tujuan pendidikan merupakan masalah sentral dalam proses pendidikan. Hal itu disebabkan oleh fungsi-fungsi yang dipikulnya, yaitu:

a. Tujuan pendidikan mengarahkan perbuatan mendidik. Fungsi ini menunjukkan pentingnya perumusan dan pembatasan tujuan pendidikan secara jelas. Tanpa tujuan yang jelas, proses pendidikan akan berjalan tidak efektif dan tidak efisien, bahkan tidak menentu dan salah dalam menggunakan metode, sehingga tidak mencapai manfaat.

b. Tujuan pendidikan mengakhiri usaha pendidik. Apabila tujuannya telah tercapai, maka berakhir pula usaha tersebut. Usaha yang terhenti sebelum tujuannya tercapai, sesungguhnya belum dapat disebut berakhir, tetapi hanya mengalami kegagalan yang antara lain disebabkan oleh tidak jelasnya rumusan tujuan pendidik.

c. Tujuan pendidikan disatu sisi membatasi lingkup usaha suatu pendidikan, tetapi disisi lain mempengarhui dinamikanya. Hal ini disebabkan pendidikan merupakan usaha berproses yang di dalamnya usaha-usaha pokok dan usaha-usaha parsial saling terkait. Tiap-tiap usaha memiliki tujuannya masing- masing. Usaha pokok memiliki tujuan yang lebih tinggi dan c. Tujuan pendidikan disatu sisi membatasi lingkup usaha suatu pendidikan, tetapi disisi lain mempengarhui dinamikanya. Hal ini disebabkan pendidikan merupakan usaha berproses yang di dalamnya usaha-usaha pokok dan usaha-usaha parsial saling terkait. Tiap-tiap usaha memiliki tujuannya masing- masing. Usaha pokok memiliki tujuan yang lebih tinggi dan

d. Tujuan pendidikan memberi semangat dan dorongan untuk melaksanakan pendidikan. Hal ini berlaku juga pada setiap perbuatan. Sebagai contoh: seorang diperintah untuk berjalan di jalan tertentu tanpa dijelaskan kepadanya mengapa ia harus menempuh jalan itu atau tanpa diberi kesempatan untuk memilih jalan lain. Dengan perintah yang demikian, barangkali orang itu akan berjalan ragu-ragu, akibatnya ia akan berjalan lamban. Lain halnya apabila dijelaskan kepadanya bahwa di jalan itu ia akan mendapatkan kebun yang indah serta pemiliknya seorang yang ramah dan suka mengajak orang-orang yang lewat untuk makan bersamanya, sementara kebetulan ia sedang lapar, tentu ia akan

menempuh jalan itu dengan penuh semangat. 34 Tujuan

tujuan pengajaran, menggambarkan bentuk tingkah laku atau kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki pelajar setelah proses belajar mengajar. Merumuskan tujuan khusus secara jelas berdasarkan tingkah laku

instruksional,

disebut

34 Suparta dan Herry Noer Aly, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Amisco, 2002), h. 81.

yang dapat diamati dan diukur sangat penting. Terdapat beberapa alasan mengapa tujuan perlu dirumuskan secara khusus:

a. Membatasi tugas dan menghilangkan segala kekaburan dan kesulitan di dalam penafsiran.

b. Menjamin dilaksanakannya proses pengukuran dan penilaian yang tepat, dan karenanya dapat membantu didalam menetapkan kualitas dan efektifitas pengalaman belajar.

c. Memungkinkan guru dan pelajar dapat membedakan diantara macam dan kelompok tingkah laku yang berbeda-beda, dan karenanya dapat membantu mereka dalam memutuskan strategi yang paling optimal untuk keberhasilan belajar.

d. Merupakan suatu rangkuman yang lengkap untuk pelajaran yang akan diberikan dan dapat berfungsi sebagai pedoman awal untuk belajar. 35 Ilmu pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi tentang proses kependidikan yang didasarkan pada nilai-nilai filosofis ajaran Islam berdasarkan Al- Qur’an dan Sunah Nabi Muhammad Saw, dengan redaksi yang sangat singkat ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Dua definisi ilmu pendidikan Islam tersebut, selain menjelaskan karakteristiknya,

35 Suparta dan Herry Noer Aly, Loc.cit,. h.86.

secara implisit menunjukkan adanya dua konsep yang melandasi rancang bangun ilmu pendidikan Islam yaitu konsep education

academic dan konsep paedagogic. 36

Ilmu pendidikan Islam yang berkarakter Islam itu adalah ilmu pendidikan yang sejalan dengan nilai-nilai luhur yang terdapat di dalam Al- Qur’an dan Sunah. Karakter ajaran Islam yang selanjutnya menjadi karakter ilmu pendidikan

Islam tersebut menjadi pembeda antara ilmu pendidikan yang berasal dari barat dengan ilmu pendidikan Islam. 37 Penekanan pendidikan Islam pada “bimbingan”, “bukan pengajaran” yang mengandung konotasi otoritatif pihak pelaksana pendidikan, katakanlah guru. Dengan bimbingan sesuai dengan ajaran-ajaran Islam, maka anak didik mempunyai ruang gerak yang cukup luas untuk mengaktualisasi segala potensi yang dimilikinya. Disini sang guru lebih berfungsi sebagai fasilitator atau penunjuk jalan kearah penggalian potensi anak didik. Dengan demikian guru bukanlah segala-galanya, sehingga cenderung menganggap anak didik bukan apa-apa, selain manusia yang masih kosong yang perlu

36 Nata Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam Dengan Pendekatan Multidisipliner (Cet. II; Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 13.

37 Nata Abuddin, Loc.cit,. h. 110.

diisi. Guru menghormati anak didik sebagai individu yang memiliki

berbagai potensi. 38

Jika kita renungi hakikat ibadah, kita pun yakin bahwa perintah beribadah itu pada hakikatnya berupa peringatan, memperingatkan kita menunaikan kewajiban terhadap Allah yang telah melimpahkan karunia-Nya.

Ibadah itu, mensyukuri nikmat Allah. Atas dasar inilah tidak diharuskan baik oleh syari’at. maupun oleh akal beribadat kepada selain Allah, karena Allah sendiri yang berhak menerimanya, lantaran Allah sendiri yang memberikan nikmat yang paling besar kepada kita, yaitu hidup, wujud dan segala yang berhubungan

dengan-Nya. 39

Meyakini benar, bahwa Allah yang telah memberikan nikmat, maka mensyukuri Allah itu wajib, salah satunya dengan beribadah kepada Allah, karena ibadah adalah hak Allah yang harus dipatuhi.

Untuk mengetahui ruang lingkup ibadah ini tidak terlepas dari pemahaman terhadap pengertian itu sendiri. Ibadah mencakup semua bentuk cinta dan kerelaan kepada Allah Swt, baik dalam

38 Azra Azyumardi, Pendidikan Islam “Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru” (Cet. IV; Jakarta: Logos. Wacana Ilmu, 2002), h. 6.

39 Ash Shiddiqy, Hasby. Kuliah Ibadah. Cetakan Pertama (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra. 2000) h. 10 39 Ash Shiddiqy, Hasby. Kuliah Ibadah. Cetakan Pertama (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra. 2000) h. 10

terhadap azab), dan lain sebagainya. 40

Ruang lingkup ibadah yang dikemukakan Ibnu Taimiyah di atas cakupannya sangat luas, bahkan menurut beliau semua ajaran agama itu termasuk ibadah. Bilamana diklasifikasikan kesemuanya

dapat menjadi beberapa kelompok saja, yaitu 41 :

a. Kewajibaban-kewajiban atau rukun-rukun syariat seperti salat, puasa, zakat dan haji.

b. Yang berhubungan dengan (tambahan dari) kewajiban- kewajiban di atas dalam bentuk ibadah-ibadah sunah seperti zikir, membaca Al- Qur’an, doa dan istigfar.

40 Rahmat Ritonga, Ensiklopedia Islam. Jilid 4 (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. 1993), h. 340

41 Ibid,. h. 342 41 Ibid,. h. 342

d. Akhlak insaniyah, (bersifat kemanusiaan), seperti benar dalam berbicara, menjalankan amanah dan menepati janji.

e. Akhlak rabbaniyah (bersifat ketuhanan), seperti mencintai Allah Swt, dan Rasul-rasul-Nya, takut kepada Allah Swt, ikhlas dan sabar terhadap hukum-Nya

Hal ini dapat dikatakan lebih khusus lagi ibadah dapat diklasifikasikan menjadi ibadah umum dan ibadah khusus. Ibadah umum mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, yaitu mencakup segala amal kebajikan yang dilakukan dengan niat ikhlas dan sulit untuk mengemukakan sistematikanya. Tetapi ibadah khusus ditentukan oleh syara’ (Nash), bentuk dan caranya. Oleh karena itu dapat dikemukakan sistematikanya secara garis besar sebagai berikut: Thaharah, Salat, Penyelenggaraan jenazah, Zakat, Puasa, Haji dan Umrah, Iktikaf, Sumpah dan Kafarat, Nazar, Qurban dan

Aqiqah. 42 Ibadah mempunyai tujuan pokok dan tujuan tambahan. Tujuan pokoknya adalah menghadapkan diri kepada Allah yang Maha Esa

42 Rahmat Ritonga, Loc.cit,. h. 352 42 Rahmat Ritonga, Loc.cit,. h. 352

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian Roviqo, berjudul Hubungan Pendidikan Agama Islam dengan Pengamalan nilai-nilai Islam Siswa Studi Penelitian di SMPN 10 Kota Tangerang. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara Pendidikan Agama Islam dengan pengamalan nilai-nilai Islami siswa. Ada kesamaan dengan penelitian ini yaitu berkaitan dengan membangun kualitas Pendidikan Agama Islam yang pada akhirnya siswa dapat mengamalkan nilai-nilai agama tersebut

dalam kehidupan sehari-hari. 43

Penelitian Arif Oktiana, yang berjudul Pengaruh Pendidikan Agama Islam di lingkungan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat Terhadap

43 Roviqo, Hubungan Pendidikan Agama Islam dengan Pengamalan Nilai-Nilai Islami Siswa (Studi Penelitian di SMPN 10 Kota Tangerang Selatan). Jurnal. Vol.8 No.

56 tahun 2009. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta: www.syarifhidayatullah.go.id (di- upload tanggal 12 Mei 2016).

Perilaku Beragama Siswa Kelas VIII SMP Negeri Yogyakarta. Intinya Pendidikan Agama Islam di lingkungan sekolah mempengaruhi perilaku beragama siswa. Jadi lingkungan sekolah berperan dalam upaya peningkatan kualitas pengamalan siswa dalam mengamalkan agama di

lingkungan keluarga masing-masing. 44