Pandangan Siswa terhadap Internalisasi Nilai Tauhidmelalui Materi Termokimia

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Pandangan Siswa terhadap Internalisasi Nilai Tauhidmelalui

Materi Termokimia

  1

  

2

  3

  4 Ayi Darmana Anna Permanasari Sofyan Sauri Yayan Sunarya

  

1 Dosen UNIMED, mahasiswa program doktor Pendidikan IPA. 2,3,4 Dosen SPs UPI

Bandung

email : ayidarmana2013@gmail.com

  

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas kegiatan sosialisasi

internalisasi nilai tauhid dalam materi termokimia pada siswa SMA program percepatan Al-

Azhar Medan Sumatra Utara. Efektifitas didasarkan pada pandangan positif siswa terhadap

internalisasi nilai tauhid melalui materi termokimia (INTMMK). Penelitian melibatkan

semua siswa semester 4 (27 orang) yang telah belajar materi termokimia. Setelah

dilakukan sosialisasi siswa diminta untuk mengisi kuesioner untuk memperoleh gambaran

tentang pandangannya terhadap INTMMK. Kuesioner terdiri dari 5 pernyataan dengan

rubrik 5 skala, telah direview oleh 2 orang ahli. Hasil menunjukkan, skor rata-rata kelas

adalah 19,8 (skor maksimum 25, atau 79,3 dalam skala 100) dengan skor terendah 15 dan

skor tertingi 25. Sedangkan skor rata-rata untuk tiap pernyataan adalah 3,4; 3,7; 4,3; 4,4;

dan 4,0 (skor maksimum 5), masing-masing berturut-turut untuk pernyataan ke-1 sampai ke-

4 yaitu ―nilai tauhid memberikan‖ : pemahaman agama melalui materi termokimia;

pemahaman yang lebih baik pada isi dan nilai-nilai agama yang terkandung dalam materi

termokimia; pemahaman bahwa materi termokimia merupakan bagian dari tanda-tanda

kekuasaan Allah; dorongan kesadaran untuk meningkatkan ibadah kepada Allah; dan

pernyataan ke-

  5 tentang tingkat keperluan ―nilai tauhid dijelaskan dalam materi kimia‖. Dari

27 siswa ada 14 s iswa 51,9 % yang memperoleh skor ≥ 2 , dan 13 siswa 48,2 % yang

memperoleh skor antara ≥ 15 dan < dari 2 . Walaupun korelasi antara pandangan siswa

terhadap INTMMK dengan kemampuan kognitif termokimia adalah rendah ( r = 0,2),

namun temuan ini menunjukkan bahwa kegiatan sosialisasi internalisasi nilai tauhid telah

memberikan kontribusi dalam pembentukan pandangan positif siswa terhadap INTMMK.

  Kata kunci : Sosialisasi, internalisasi nilai tauhid, termokimia PENDAHULUAN bangsa Indonesia bahkan bagi semua umat manusia.

  Allah, Tuhan Yang Maha Esa telah Pemenuhan sumber daya manusia yang menganugrahkan semua yang ada di dunia memiliki kriteria tersebut hanya dapat ini termasuk sumber daya alam yang dicapai melalui pendidikan yang diperuntukan bagi manusia [1]. mengembangkan potensi otak dan hati Pengembangan sumber daya alam sangat nurani. Potensi otak akan menghasilkan memerlukan sumber daya manusia yang sains dan teknologi sedangkan potensi hati memiliki kriteria kualitas otak dan hati nurani akan menghasilkan etika. nurani. Kualitas otak akan memastikan Pengembangan kedua-duanya akan pengembangan sumber daya alam yang menghasilkan sains dan teknologi yang efektif, efesien dan bernilai guna yang beretika (etika sains & teknologi). Sains tinggi, sedangkan kualitas hati nurani akan yang mengandalkan logika hanya akan memastikan pengembangan sumber daya menjadi kebaikan jika pengembangan dan alam akan membawa kesejahtraan lahir dan pemanfaatannya mematuhi etika, yang bathin, material dan spiritual bagi semua

  

Ayi Darmana dkk: Pandangan Siswa terhadap Internalisasi Nilai Tauhidmelalui Materi

Termokimia

  Semirata 2013 FMIPA Unila berbicara ―baik dan buruk‖, ―boleh dan tidak boleh‖.

  Secara formal Indonesia telah memiliki dan menetapkan rumusan tujuan pendidikan yang dapat mengembangkan kedua potensi tersebut. Tujuan tersebut selain merupakan cita-cita juga merupakan amanat UUD 1945. Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 3 dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal yang sama dalam UUSPN no 20 tahun 2003

  pasal 3, pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

  Berdasarkan uraian di atas, secara yuridis formal Negara Indonesia sudah memiliki tujuan pendidikan yang sangat baik, yang merupakan rumusan standar mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Apabila dicermati lebih dalam, dari semua tujuan pendidikan, yang merupakan tujuan paling penting dan menaungi yang lainnya adalah iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini dapat dipahami selain urutan penyebutannya dalam undang-undang lebih awal juga dapat dipastikan tanpa iman dan taqwa, pencapaian tujuan pendidikan yang lain tidak akan membawa kebaikan bagi umat manusia di dunia apalagi di akhirat. Bahkan ahlak mulia hanya akan terwujud jika ada iman dan taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa.

  Dalam undang-undang tersebut jelas bahwa dimensi yang hendak dicapai dari tujuan pendidikan nasional adalah dimensi lahir-batin, fisik-mental, material-spiritual, dunia-akhirat. Bahkan dimensi hati nurani lebih diutamakan dari dimensi otak. Hal ini karena kemajuan sains dan teknologi yang tingi tetapi iman dan taqwanya rusak maka akibatnya jauh lebih buruk dari pada sebaliknya.

  Di sisi lain Negara Indonesia telah menyelenggarakan pendidikan sejak berpuluh-puluh tahun setelah merdeka, namun demikian tingkat ketercapaian tujuan pendidikan nasional sebagaimana amanat undang-undang masih jauh dari yang diharapkan baik dari sisi pengembangan sumber daya manusia yang ahli, terampil dan cerdas terlebih lagi jika diukur dengan indikator pencapaian iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta ahlak mulia. Bahkan tidak menutup kemungkinan makin banyak kasus-kasus dekadensi moral yang menunjukkan berbanding terbalik atau tidak ada korelasi antara pengembangan otak dengan hati urani atau antara pengembangan kemampuan kognitif dengan iman taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta ahlak mulia. Bahkan ada kecenderungan, dekadensi moral lebih sering terjadi dikalangan orang yang berpendidikan.

  Kenyataan ini menunjukkan telah terjadi ―mismatch‖ dalam dunia pendidikan di Indonesia. Telah terjadi ketidak sesuaian antara harapan dan kenyataan. Salah satu penyebabnya diduga diakibatkan oleh sumber masalah yang utama yaitu pemisahan agama dan sains. Hal ini memicu masalah masalah berikutnya, di antaranya : 1) Sikap apatis guru sains terhadap agama, sebagian guru tidak suka membicarakan sains dengan agama karena dianggap dua hal yang sangat berbeda, berlainan, di mana agama dimulai dengan ‖keyakinan‖ sedangkan sains dimulai dengan ―ketidakyakinan.‖ 2 Sebagian guru menganggap sains bebas nilai. 3) Pada umumnya pemikir, perencana, pelaksana kurikulum terutama para guru tidak mampu/tidak cukup mengerti bagaimana mempersiapkan dan mengajarkan materi sains berbasis nilai moral agama yang dapat mengantarkan siswa memungkinkan

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

  menjadi beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini dikarenakan mereka juga tidak pernah mendapatkan nya selama dipersekolahan. 4) Sangat terbatasnya referensi, baik berupa buku maupun ahli yang dapat dijadikan sebagai rujukan atau model dalam pembelajaran sains berbasis moral yang dapat mengantarkan siswa memungkinkan menjadi beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

  Bagaimana pembelajaran sains dapat berkontribusi pada pencapaian iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sementara pembelajaran sains ―steril‖ dari nilia-nilai agama. Cukup bagi kita bercermin kepada Negara yang sangat maju dalam sains dan teknologi yaitu Amerika, di mana keberhasilan dari sains dan teknologi tersebut hanya berkontribusi terhadap keberhasilan material. Hal ini berarti jika negara Indonesia mengadopsi pengembangan dan pembelajaran sains sebagaimana Amerika maka hasil maksimumnya tidak jauh dari keadaan mereka, yaitu hanya keberhasilan material.

  Dengan demikian untuk meningkatkan kontribusi relatif pembelajaran sains terhadap pencapaian tujuan pendidikan nasional terutama dimensi iman dan taqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa serta ahlak mulia maka menghadirkan aspek spiritual keagamaan dalam pembelajaran sains adalah suatu kemestian. Banyak kajian- kajian yang mengisyaratkan tentang pentingnya menghadirkan aspek spiritual keagamaan pada sains untuk memastikan sains akan memiliki kontribusi yang lebih besar terutama kepada kehidupan yang lebih bermakna, perdamaian, kesejahtraan dan kebahagiaan lahir dan bathin.

  Menghadirkan aspek spiritual keagamaan melalui penanaman nilai-nilai agama tidak akan mengurangi bobot ilmiah dari sains, bahkan akan memastikan tercapainya pemahaman yang lebih komprehensip terhadap hakikat sains itu sendiri. Sains dapat dipahami bukan saja dari segi empiris tetapi juga dari segi metafisik, bukan saja dari segi rasio tetapi hati hurani. Pemahaman terhadap suatu penomena bukan saja dipahami berdasarkan teori-teori sains tetapi juga berdasarkan wahyu. Bukankah pada dasarnya sains merupakan produk pengembangan dari tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada di alam (ayat kauliyah). Dengan demikian pasti kedua-duanya akan makin saling menguatkan. Bukankah menghadirkan aspek wahyu pada sains akan meningkatkan pemahaman terutama dari beberapa hal yang bersumber dari keterbatasan sains, akan memberikan spirit dan motivasi, mengarahkan mana yang boleh dan mana yang tidak, mana yang baik dan buruk. Demikian juga sebaliknya bukankah menghadirkan sains pada agama akan meningkatkan pemahaman terhadap agama itu sendiri, sekurang-kurangnya sains dalam batas tertentu berkontribusi untuk mengurangi tingkat dogmatis.

  Permasalahannya sekarang bagaimana mengembangkan model yang tepat agar memasukkan nilai-nilai tauhid pada materi sains atau kimia dapat memberikan manfaat yang besar bagi tertanamnya keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan yang maha Esa. Kekeliruan dalam memasukkan nilai-nilai ini dapat berakibat sebaliknya, bukannya kebaikan tetapi keburukan yang dapat berupa pengkaburan konsep sains dan atau konsep agama itu sendiri. Secara teoritis ada beberapa kaidah dalam memasukkan atau mengintegrasikan nilai-nilai agama kepada materi sains, di antaranya

  ―tidak memaksakan‖, tidak Dalam penelitian ini telah dilakukan kegiatan sosialisasi internalisasi nilai-nilai tauhid dalam materi termokimia pada siswa SMA program percepatan Al-Azhar Medan Sumatra Utara. Untuk memperoleh informasi tentang efektifitasnya, diakhir sosialisasi siswa diminta untuk mengisi kuesioner yang menggambarkan teantang pandangannya terhadap internalisasi Nilai tauhid. Nilai tauhid dipilih karena

  

Ayi Darmana dkk: Pandangan Siswa terhadap Internalisasi Nilai Tauhidmelalui Materi

Termokimia

  Pernyataan

  5

  9

  23

  1

  10

  24

  1

  11

  25

  1 Rata-rata/ Tingkat

  INTMMK 19,8 79 % Tabel 2 Tingkat INTMMK untuk tiap

  No Pernyataan “Nilai Tauhid” Skor rata- rata ( max 5) Tingkat

  Semirata 2013 FMIPA Unila merupakan nilai yang paling utama dalam ajaran islam, selain itu tauhid yang berarti ―meng-Esakan llah‖ Tuhan Yang Maha Esa dipandang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional maupun tujuan pembelajaran kimia. Sosialisasi ini sangat diperlukan, mengingat walaupun SMA Al Azhar menjalankan dua kurikulum yaitu Depag dan Diknas namun kedua-duanya baru dijalankan secara bersama-sama belum pada tahap integra si atau ―two in one.

  INTMM K (%) 1 memberikan pemahaman agama melalui materi termokimia

  3,4

  68 2 memberikan pemahaman yang lebih baik pada isi dan nilai-nilai agama yang terkandung dalam materi termokimia

  3,7

  74 3 memberikan pemahaman bahwa materi termokimia merupakan bagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah 4,3

  86 4 mendorong kesadaran untuk meningkatkan ibadah kepada Allah

  4,4

  88 5 perlu dijelaskan saat guru mengajar kimia

  4,0

  80 Rata-rata 19,8

  79

  22

  8

  3

  21

  Penelitian ini merupakan kegiatan sosialisasi internalisasi nilai tauhid pada materi termokimia yang melibatkan 27 siswa SMA program percepatan Al Azhar Medan Sumatra Utara. Kegiatan ini dilakukan bulan otober 2012 pada awal semester 4, selama tiga kali pertemuan dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, masing-masing selama 60 menit. Materi sosialisasi meliputi : makna tauhid, tauhid dan kimia, internalisasi nilai- nilai tauhid dalam materi termokimia. Setelah kegiatan sosialisasi berakhir siswa diminta mengisi kuesioner untuk memperoleh gambaran tentang pandangannya terhadap Internalisasi Nilai Tauhid melalui Materi Termokimia (INTMMK). Kuesioner terdiri dari 5 pernyataan dengan rubrik 5 skala, telah direview oleh 2 orang ahli.

  Pandangan siswa terhadap internalisasi nilai tauhid melalui materi termokimia (INTMMK) merupakan gambaran dari tingkat internalisasi nilai tauhid yang terjadi pada dirinya. Dalam tabel 1 di bawah ini disajikan perolehan skor.

  Berdasarkan tabel 1 di atas, perolehan skor rata-rata siswa (19,8) atau rata-rata tingkat INTMMK (79 %). Hasil ini cukup memuaskan, mengingat kegiatan ini baru

  No Skor (max 25) Jumlah

  Siswa

  1

  15

  1

  2

  16

  1

  3

  17

  3

  4

  18

  4

  5

  19

  4

  6

  20

  3

  7

METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

  dilakukan selama tiga kali pertemuan (3 x Tabel 1 Skor dan Berdasarkan Jumlah responden 60 menit). Perolehan rentang skor terendah 15 (60 %) sampai mencapai maksimum 25 (100 %), menunjukkan 100 % responden memiliki respon yang positif terhadap kegiatan sosialisasi, sehingga kegiatan ini dapat dianggap efektif walaupun masih dapat ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi. Ada 14 siswa dari 27 siswa (51,9 %) yang memperoleh skor ≥ 2 dan 13 siswa dari 27 48,2 % yang memperoleh skor antara ≥ 15 dan < dari 20. Hal ini berarti siswa sebanyak 51,9 % memiliki tingkat INTMMT ≥ 8 %.

  Siswa yang terbiasa dengan dua kurikulum (Depag dan Diknas) sangat mudah untuk menerima dan memandang sangat positif terhadap nilai tauhid yang diinternalisasikan dalam materi termokimia.

  Adapun untuk masing-masing pernyataan, diperoleh hasil sebagaimana disajikan dalam tabel 2 berikut ini :

  Dari tabel 2 memberikan informasi bahwa skor rata-rata terendah 3,4 (tingkat

  INTMMK 68 %) untuk pernyataan no 1, dan tertinggi 4,4 (tingkat INTMMK 88 %) untuk pernyataan no 4. Dari pernyataan no 1 sampai no 4 skor rata-rata memiliki kecenderungan naik (dari 3,4 sampai 4,4 ) dan pada pernyataan no 5 turun kembali (4,0).

  Berdasarkan hasil tersebut nampaknya pembahasan lebih bermanfaat jika lebih menekankan kepada kecenderungan/relatif pandangan siswa berdasarkan perolehan skor rata-rata tiap pernyataan dan bukan membahas atau menjawab kenapa ―besarannya sejumlah tertentu‖, karena pada dasarnya skor semua pernyataan (1-5) sudah cukup ―memadai‖.

  Untuk membahas kecenderungan ini maka akan dilihat terlebih dahulu untuk pernyataan 1

  Pernyataan no 1 merupakan pandangan siswa yang menunjukkan pemahaman atau

  keyakinan nya bahwa melalui kegiatan

  sosialisasi tersebut dirinya memahami nilai-nilai agama. Siswa meyakini melalui materi termokimia dapat memahami nilai agama. Jika pemahaman siswa berdasarkan pengakuannya ini akan diverifikasi maka harus diukur kemampuannya dalam menjelaskan kaitan antar konsep-konsep termokimia berdasarkan ayat al-quran yang bersesuaian, mengungkapkan hikmah berdasarkan sudut pandang islam. Jadi pernyataan no 1 merupakan pengakuan siswa/klaim tentang pemahaman materi termokimia berdasarkan sudut pandang islam terutama sudut pandang tauhid.

  Perolehan skor untuk pernyataan no 1 ini cukup baik, walaupun paling rendah dibanding dengan 4 nomor yang lainnya. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut : walaupun mereka diyakini sangat tertarik dengan kegiatan ini namun karena pernyataan no 1 memerlukan pengetahuan yang rinci tentang termokimia dan kaitannya dengan nilai-nilai tauhid

  • – 4, hal ini karena pernyataan- pernyataan tersebut merupakan hirarki dari sisi tingkat urgensinya/pentingnya yang susuai dengan harapan. Hal ini berarti pernyataan no 4 merupakan hal yang paling penting (inti). Kita berharap pernyataan no 4 ini memiliki tingkat internalisasi tertinggi dan hal ini ternyata sesuai dengan hasil yang diperoleh. Hasil ini mengindikasikan bahwa kegiatan sosialisasi yang dilakukan dalam waktu yang relatif singkat telah berhasil mendorong motivasi siswa untuk meningkatkan beribadah kepada Allah. Walaupun baru merupakan pengakuan siswa tetapi hal ini sudah cukup memberikan informasi bahwa kegiatan sosialisasi yang pada dasarnya menginternalisasikan nilai-nilai tauhid pada materi ajar termokimia telah berhasil memberikan kontribusi yang relatif lebih besar menuju pencapaian tujuan utama pendidikan nasional dan tujuan pembelajaran kimia SMA/MA yaitu iman dan taqwa serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

  

Ayi Darmana dkk: Pandangan Siswa terhadap Internalisasi Nilai Tauhidmelalui Materi

Termokimia

  Semirata 2013 FMIPA Unila sehingga siswa belum dapat mencapainya dalam batas waktu yang telah ditentukan.

  Dalam pengetahuan umum hirarki akan menunjukkan urutan prasyarat, hal ini berarti tingkat pengetahuan atau pemahaman konsep yang baru akan ditentukan oleh pemahaman konsep sebelumnya atau dengan kata lain ketidak mampuan dalam memahami suatu konsep akan membawa akibat ketidak mampuan pada konsep berikutnya. Namun demikian tidaklah berarti hirarki itu harus ditunjukkan dengan perolehan nilai hasil pengukuran yang makin rendah ataupun makin tinggi.

  Dalam kasus penelitian ini pemahaman terhadap pernyataan no 1 hingga pernyataan no 4 ternyata mengalami kenaikan. Informasi ini sangat mendukung berdasarkan 2 alasan. Pertama, alasan bahwa pernyataan no 1 sampai pernyataan no 4 merupakan hirarki sehingga pemahaman untuk pernyataan no 1 yang sudah cukup baik akan berpengaruh terhadap pemahaman pernyataan no 2, 3 dan 4 yang makin baik. Kedua, alasan bahwa temuan data ini sesuai dengan hirarki dari segi tujuan, di mana tujuan utama kegiatan ini adalah agar dengan internalisasi nilai tauhid tersebut timbul motivasi siswa untuk menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa dengan diwujudkan dalam bentuk ―meningkatkan beribahdah kepada Tuhan Yang Maha Esa‖.

  Tujuan utama pembelajaran melalui sosialisasi ini adalah agar siswa memiliki motivasi yang kuat untuk beribadah/mengabdi kepada Allah Tuhan Yang maha Esa. Pernyataan no 1 sampai no 3 seyogyanya merupakan pentahapan untuk menunjukkan hal yang positif pada pernyataan no 4. Jadi harapan kita pandangan siswa harus sangat positif pada pernyataan no 4. Bahkan tidak perlu dibandingkan dengan pandangan pada pernyataan sebelumnya dalam hal skor (pernyataan no 1,2 dan 3). Boleh jadi pandangan pada pernyataan no 1, 2 dan 3 lebih positif atau justru kurang positif dari pandangan siswa yang terungkap dari pernyataan 4. Kedua keadaan ini menjadi tetap absah. Pada prinsipnya pernyataan no 4 harus positif karena pernyataan no 4 ini merupakan pernyataan utama dari pernyataan yang lain (no 1,2, dan 3 bahkan no 5). Hal ini dapat diilustrasikan, siswa memiliki pemahaman yang rendah, sedang dan tinggi terhadap nilai-nilai islam yang ada pada materi termokimia, namun semangat untuk beribadahnya kuat maka hal itu dianggap sudah sampai pada tujuan.

  Adapun secara kuantitatif, kurang tingginya perolehan skor untuk pernyataan no 1, diduga karena beberapa keterbatasan. Keterbatasan tersebut dapat bersumber dari berbagai hal, di antaranya dari proses penyajiannya yang mungkin terlalu singkat sehingga siswa hanya memahami secara global dan belum memahami secara detil. Demikian juga dari faktor materi yang merupakan hal yang baru, karena baru mereka tertarik walaupun belum memahami hakikat sebenarnya. Selain itu dapat juga karena pengaruh penyaji, yang belum begitu mengenal secara tepat tentang karakteristik dan pemahaman awal siswanya.

  Untuk pernyataan No 2, dimaksudkan untuk mengungkapkan ―apakah siswa merasa lebih memahami termokimia, bukan saja dari sudut ilmiah tetapi juga dari sudut pandang agama, bukan saja dari aspek logika tetapi dari hati nurani, bukan saja memahami tentang energi dan fungsinya tetapi juga memahami siapa yang menciptakan energi, apa pesan agama/Tuhan Yang Maha Esa berkenaan dengan energi ? Pernyataan ini akan menjadi inisitor menuju terbentuknya generasi hasil belajar yang beriman dan bertaqwa setelah melalui pengaguman akan Kebesaran Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan tujuan pembejalajar kimia di SMA/MA [6].

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

  Dari tabel 2 di atas, pernyataan no 2 ini mendapatkan skor rata-rata 3,7 atau tingkat INTMMK sebesar 74 %. Perolehan ini lebih baik dari pernyataan no 1. Dilihat dari tingkat kekomplekannya, perolehan skor untuk pernyataan No 2 seharusnya lebih rendah dari skor pernyataan no 1, namun kenyataannya bahkan lebih besar. Pandangan siswa yang lebih positif pada pernyataan no 2 diduga lebih diakibatkan karena siswa lebih melihat dari aspek bahwa internalisasi nilai tauhid pada materi termokimia telah memberi kesan kepada para siswa, di mana para siswa merasa telah memperoleh pemahamanan secara umum mengenai nilai-nilai agama selain memahami termokimianya. Berbeda dengan pernyataan no 1 siswa merasa harus memahami keseluruhannya secara rinci.

  Untuk pernyataan no 3, diperoleh skor yang lebih tinggi dari skor pernyataan no 1 dan 2. Pernyataan no 3 ini benar-benar ingin mengungkapkan pandangan siswa yang berupa sikap bukan pemahaman sebagaimana pernyataan no 1 dan 2. Pemahaman yang cukup baik dari pernyataan no1 dan meningkat di pernyataan no 2 akan menghantarkan pada pandangan yang lebih positif pada pernyataan no 3, yaitu kesadaran bahwa termokimia merupakan bagian dari tanda- tanda kekuasaan Allah. Kesadaran ini yang diharapkan memicu kekaguman kepada Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan sumber energi yang dipelajari dalam termokimia dan bukan kekaguman kepada energi ataupun kepada alam. Diharapkan akan timbul kesadaran untuk bersyukur dan meningkatkan kesadaran serta motivasi untuk meningkatkan ibadah yang mencerminkan iman dan taqwanya.

  Pernyataan no 4 sebagaimana yang telah kita bahas di atas, pernyataan ini secara hirarki benar-benar merupakan pernyataan dengan hirarki tertinggi. Hasil penelitian menunjukkan diperoleh skor tertinggi. Oleh karena itu sangat sesuai dengan harapan. Dalam pernyataan no 4 siswa mengungkapkan pandangannya bahwa mereka sangat ingin lebih taat, ingin meningkatkan ibadah (berhasrat menjadi orang yang bertaqwa). Walaupun siswa berpandangan bahwa dirinya hanya memahami secara garis besar tentang sebagaimana yang diajukan dalam pernyataan no 1 namun pemahaman tersebut sudah cukup membangkitkan semangat yang tinggi untuk meningkatkan ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa (88 %).

  Adapun untuk pernyataan no

  5 dimaksudkan untuk mengungkapkan apakah siswa memandang perlu bahwa nilai-nilai tauhid di internalisasikan dalam materi kimia secara keseluruhan. Pernyataan no 5 ini tidak dapat dikatakan hirarki, karena boleh jadi bagi siswa yang merasa ―kurang perlu‖ mungkin bukan tidak memiliki sikap positif tapi lebih mempertimbangkan tergantung materi atau kontennya, walaupun pada umumnya para siswa memandang perlu sehingga perolehan skornya tinggi (4,0). Perolehan skor yang tinggi ini memberikan informasi bahwa para siswa sangat tertarik dengan kegiatan sosialisasi dan merasa perlu untuk dilanjutkan pada materi-materi kimia yang lainnya.

  Berdasar kan korelasinya terhadap kemampuan termokimia yang rendah (r = 0,2), hal ini menunjukkan bahwa sikap atau pandangan tidak selalu ditentukan atau dipengaruhi oleh kemampuan kognitif. Walaupun sangat mungkin untuk kasus tertentu sikap atau pandangan yang paling positif akan berkorelasi dengan kemampuan kognitif yang paling tinggi, namun secara umum tidak berlaku, ternyata banyak yang hanya memahami secara global, secara garis besar namun memiliki sikap atau pandangan yang sangat baik atau bahkan ―ekstrim‖. Bukankah sudah menjadi keyakinan umum bahwa orang yang melakukan bom bunuh diri umumnya memiliki latar belakang ilmu pengetahuan

  

Ayi Darmana dkk: Pandangan Siswa terhadap Internalisasi Nilai Tauhidmelalui Materi

Termokimia

  atau pemahaman agama yang tidak kimia, baik melalui integrasi konsep kimia mendalam tetapi memiliki semangat yang dan tauhid maupun sebagai pengantar yang sangat tinggi. berfungsi sebagai spirit atau motivasi

  Rendahnya korelasi ini juga maupun sebagai penutup yang berfungsi mengindikasikan bahwa sosialisasi nilai- untuk memberi arahan dan nasehat. nilai tauhid ini sangat berhasil dalam memotivasi siswa terutama dari kelompok DAFTAR PUSTAKA siswa yang berkemampuan rendah dalam termokimia sehingga para siswa memiliki Departemen Agama.(1989). Al-Quran dan pandangan yang sangat positif terhadap terjemahannya, QS 2:29 . Jakarta :

  INTMMK , tidak terbedakan antara siswa Departemen Agama RI yang memiliki kemampuan kognitif rendah Blanch, A. (2007). Integrating Religion and maupun tinggi.

  Spirituality in Mental Health: The Promise and the Challenge. Psychiatric Rehabilitation Journal , 30(4), 251-260.

KESIMPULAN DAN SARAN

  Reich, H. K. (2012). How coudl we get to a more peaceful and sustainable human Kegiatan sosialisasi internalisasi nilai

  World society ? The role of Science and tauhid melalui materi termokimia sangat Religion. Zygon : Journal of Religion efektif berdasarkan hasil pandangan siswa

  & Science , 47 (2), 308-321

  terhadap internalisasi nilai tauhid melalui materi kimia yang positif dengan tingkat Darmana, A. (2012). Internalisasi Nilai internalisasi rata-rata 79 %. Selain itu,

  Tauhid dalam Pembelajaran Sains.Media kegiatan ini jug dapat memotivasi pendidikan : Jurnal pendidikan Islam, kelompok siswa yang memiliki kemampuan 27 (1), 66- 84 kognitif termokimia rendah sehingga tidak

  Darmana, . 2 13 . ―Internalisasi Nilai- terbedakan dengan kelompok siswa yang Nilai Agama Islam Dalam Pembelajaran memiliki kemampuan kognitif tinggi dalam Kimia di SMA Plus Al Azhar Medan hal memberikan kontribusi terhadap Sumatra Utara ―. Makalah pada perolehan rata-rata tigkat internalisasi nilai Seminar nasional IPA IV UNNES, tauhid yang tinggi. Semarang. Sosialisasi nilai tauhid disarankan dapat dilakukan dalam waktu bersamaan dengan

  Depdiknas. (2010). Pengembangan penanaman konsep kimianya. Internalisasi

  Pendidikan Budaya dan Karakter

  nilai tauhid hendaknya dilakukan secara , Jakarta :

  Bangsa : Pedoman Sekolah

  terus menerus dalam keseluruhan konsep Depdiknas.

  Semirata 2013 FMIPA Unila