PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) KOTA BLITAR

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) KOTA BLITAR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S. Pdi)

Oleh: SITI JUAIRIAH NIM. 02110216 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG 2006

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) KOTA BLITAR SKRIPSI

Oleh: SITI JUAIRIAH NIM. 02110216

Telah Disetuji Oleh: Dosen Pembimbing

Prof. Dr. HM. Djunaidi Ghony NIP. 150 042 031

Tanggal, 02 Januari 2007

Mengetahui Dekan Fakultas Tarbiyah

Prof. Dr. HM. Djunaidi Ghony NIP. 150 042 031

Halaman Pengesahan

PERSEMBAHAN

Teriring rasa syukur kepada Allah SWT. skripsiku ini ku persembahkan kepada orang-orang yang sangat berarti dalam hidupku:

Ayahku Mujio dan Ibundaku Murtiah Yang dengan jerih payahnya mengasuh dan mendidikku mulai dari kecil hingga sekarang ini, Yang selalu menyayangiku setulus hati, serta berkat doa dan restunya aku

bisa menyelesaikan skripsiku ini. Semoga ananda bisa menjadi anak yang bisa dibanggakan

Kakeku Nenekkku

Yang selalu mendoakan, memberikan nasehat serta menyayangiku. Semoga aku bisa

menjadi cucu yang dapat kakek dan nenek banggakan Kakakku Asmawati

Yang selalu memberikan kasih sayang dan perhatian kepadaku. Aku sangat menyayangimu

Adikku Amanah dan adek Amin Kalian adalah penyemangatku, yang membuat canda tawa di dalam hari-hariku. Aku sangat menyayangi kalian Teman-teman Pagar Nusa Angkatan 02

Semoga persaudaraan ini tidak akan putus sampai dikaherat nanti Untuk adik-adikku semua semoga Skripsi ini bermanfaat bagi kalian

Untuk seseorang yang selalu memberi semangat dan selalu tersenyum untukku tanks

banget semoga aku bisa menjadi yang terbaik untukmu Teman-temanku angkatan 2002,

Semoga kita dapat mengamalkan ilmu yang telah kita peroleh dengan baik

MOTTO

" Ya Tuhan kami anuger ahkan kepada kami ist r i-ist r i kami dan ket ur unan kami sebagai penyenang hat i (kami) dan j adikanlah kami imam bagi or ang-or ang yang ber t aqwa ".

(Al-Fur qon: 74)

Prof. Dr. HM. Djunaidi Ghony Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang

NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal : Skripsi Siti Juairiah Malang, 02 Januari 2007 Lamp : 4 eksemplar

Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang di

Malang

A ssalamu'alaikum W r. W b. Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi ini mahasiswa tersebut di bawah ini: Nama

: Siti Juairiah

: Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah Terhadap Motivasi belajar Siswa MAN Kota Blitar

Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan. W assalamu'alaikum W r. W b.

Pembimbing

Prof. Dr. HM. Djunaidi Ghony NIP. 150 042 031

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 02 Januari 2007

Siti Juairiah

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul: “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah Terhadap Motivasi belajar Siswa MAN Kota Blitar”.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. yang telah yang telah membimbing umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang yaitu dinul Islam.

Dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini penulis tidak akan terlepas dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini izinkanlah kami menghaturkan ungkapan terima kasih yang paling dalam kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Ungkapan terimakasih ini kami sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Malang.

2. Bapak Prof. Dr. HM. Djunaidi Ghony, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas

Islam Negeri Malang.

3. Bapak Drs. Moh Padil, M. Ag selaku ketua Jurusan Pendidikan Islam Universitas

Islam Negeri Malang.

4. Bapak Prof. Dr. HM. Djunaidi Ghony selaku dosen pembimbing yang dengan sabar

membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibuku yang selalu memberikan doa, dorongan, motivasi, perhatian serta

nasihat-nasihat dengan penuh kasih sayang,

6. Bapak Drs. Hasyim Asy'ari selaku Kepala MAN Kota Blitar, yang telah memberikan izin kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Segenap Dewan Guru, Staf dan siswa MAN Kota Blitar, penulis ucapkan terima

kasih atas kerja samanya dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kakakku dan kedua adikku yang telah memberikan perhatian, kasih sayang serta

semangat sehingga terselesainya skripsi ini.

9. Serta semua pihak yang telah memberikan bantuan demi terselesainya skirpsi ini.

Semoga Allah SWT. Membalas semua amal kebaikan atas bantuan yang telah diberikan kepada kami Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua yang membacanya. Amiin.

Malang, 02 Januari 2007

Penulis

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi…………

4. Fungsi Motivasi dalam Belajar……………………….

C. Pengaruh Gaya Kepemimpina Kepala Madrasah Terhadap Motivasi Belajar Siswa………………………………………… 56 BAB III. Lokasi Penelitian A.Latar Belakang Obyek

63 B.Jenis Penelitian…………………………..

63 C.Data dan Sumber Data…………………………………

64 D.Populasi dan Sampel…………………………………..

65 E.Instrumen Penelitian………………………………….

68 F.Pengumpulan Data…………………………………….

69 G.Metode Analisis Data…………………………….. ….

71 BAB IV Paparan Dan Analisis Hasil Data.. A.Latar Belakang Obyek Penelitian…………………………

75 B.Paparan dan Analisis Data Gaya Kepemimpinan Kepala

Madrasah yang Demokratis dalam memotivasi Belajar Siswa . 82

C. Paparan Data dan Analisis Data Faktor-Faktor yang Mempenngaruhi Motivasi Belajar Siswa………………………

D. Paparan dan Analisis Data Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah Terhadap motivasi Belajar Siswa……………………...87 . BAB V PENUTUP………………………………………………………..93 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

ABSTRAK

Juairiah, Siti, 2002. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di MAN Kota Blitar, Skripsi, Jurusan Pendidikan Islam, Fakultas TArbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, Dosen Pembimbing: Prof. Dr. M. Djunaidi Ghoni

Kata Kunci: Gaya Kepemimpinan, Motivasi Belajar

Gaya kepemimpinan seorang pemimpin atau manajer biasanya dipakai sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Salah satu pendekatan yang digunakan untuk mempelajari kesuksesan pemimpian yaitu dengan mempelajari gaya yang akan melahirkan berbagai tipe atau gaya kepemimpinan. Berdasarkan sifat dan cara-cara pemimpin atau pelaksanaannya dan mengembangkan kegiatan kepemimpinan dalam lingkungan kerja yang dipimpin: gaya kepemimpinan otokratis/ otoriter, gaya kepemmimpinan laissez-fire, dan gaya kepemimpinan demokratis.Untuk memilih gaya kepemimpinan yang akan digunakan perlu dipertimbangkan berbagai factor yang mempengaruhi: (1) factor dalam organisasi, (2) factor pimpinan manajer, (3) factor bawahan, (4) factor situasi penugasan. # #

Motivasi belajar merupakan satu kebutuhan dalam belajar yang sangat penting yang tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan belajar. Motivasi belajar ada yang berasal dari diri sendiri yang biasa disebut motivasi intrinsic, ada juga yang berasal dari luar diri yang mana munculnya membutuhkan rangsangan dari luar yang biasa disebut dengan motivasi ekstrinsik.

Penelitian ini dilakukan di MAN Kota Blitar yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan kepala madrasah terhadap motivasi belajar siswa. Untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini metode mengumpulan data yang digunakan adalah tehnik angket, interview, observasi dan dokumen. Sedangkan pengambilan sample mengunakan random sampling yaitu siswa kelas II MAN Kots Bliar yang berjumlsh 156 siswa. Uji validitas menggunakan tehnik korelasi product moment dari person. Sedangkan uji relibialitas mengunakan tehnik alpha dengan bantuan computer. Selanjutnya untuk mengetahui hasil data yang dikumpulkan di lakukan perhitungan dengan menggunakan tehnik product moment.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan (1) ada pengaruh antara gaya kepemimpinan otokrasi terhadap motivasi belajar, dengan koefisien korelasi 0.262 %. (2) ada pengaruh gaya kepemimpinan laissez-fire terhadap motivasi belajar, dengan koefisien korelasi 0.927 %. (3) ada pengaruh gaya kepemimpinan demokratis terhadap motivasi belajar, dengan koefisien korelasi 0.589 %. Sedangkan sumbangan efektif

penelitian sebesar (r 2 x 100 % =24 % ).

Berdasarkan data yang terkumpul dan analisis didapatkan hasil yang signifikan ( F =16.033, P< 0.005 ) artinya semakin tinggi gaya kepemimpinan maka motivasi belajar semakin baik dan sebaliknya.

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kepala sekolah sebagai penanggung jawab dalam lembaga pendidikan yang dia pimpin memiliki tugas yang tidak ringan. Sebab baik buruknya lembaga tersebut tidak lepas dari pengawasan kepala sekolah.

Kepemimpinan dibidang pendidikan juga memiliki pengertian bahwa pemimpin harus memiliki keterampilan dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan, dan menggerakkan orang lain yang ada hubungannya dengan pelaksanaan dan pengembangan pendidikan dan pengajaran ataupun pelatihan agar segenap kegiatan dapat berjalan secara efektif dan efisien yang pada gilirannya akan mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan. # #

Dikatakan juga bahwa sebagai pemimpin pendidikan kepala sekolah menghadapi tanggung jawab yang berat, untuk itu ia harus memiliki persiapan memadai. Fungsi utama kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan adalah menciptakan situasi belajar mengajar sehingga guru-guru dapat mengajar dan murid dapat belajar dengan baik # # .

Didalam kepemimpinan ada 3 unsur yang saling berkaitan yaitu: unsur manusia, unsur sarana, unsur tujuan. Untuk dapat memperlakukan ketiga unsur tersebut secara seimbang seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan atau kecakapan dan keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan kepemimpinan. Pengetahuan dan keterampilan ini dapat diperoleh dari pengalaman belajar secara teori ataupun dari pengalaman di dalam praktek selama menjadi pemimpin. Namun secara tidak di sadari seorang pemimpin dalam memperlakukan ketiga unsur tersebut dalam rangka Didalam kepemimpinan ada 3 unsur yang saling berkaitan yaitu: unsur manusia, unsur sarana, unsur tujuan. Untuk dapat memperlakukan ketiga unsur tersebut secara seimbang seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan atau kecakapan dan keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan kepemimpinan. Pengetahuan dan keterampilan ini dapat diperoleh dari pengalaman belajar secara teori ataupun dari pengalaman di dalam praktek selama menjadi pemimpin. Namun secara tidak di sadari seorang pemimpin dalam memperlakukan ketiga unsur tersebut dalam rangka

Adapun gaya gaya kepemimpinan yang pokok atau di sebut ekstrem ada 3 yaitu: (!). Otokratis (2). Laizzes faire dan (3). Demokratis. # #

Sedangkan Graves di Stanford University memberikan laporan mengenai 4 tipe-tipe kepemimpinan yaitu: (1). Tipe autoritarian (2). Tipe laizzes-fire (3). Tipe Demokratis (4). Tipe Pseudo demokratis.

a. Tipe Otokrasi/ Otoriter

Otokrasi berasal dari kata oto yang berarti sendiri dan kratos berarti pemerintah. Jadi otokrasi adalah mempunyai pemerintah dan menentukan sendiri. # #

Otokrasi merupakan Pemerintahan atau kekuasaan yang dipegang oleh seseorang yang berkuasa secara penuh dan tidak terbatas masanya. Sedangkan yang memegang kekuasaan di sebut otokrat yang biasanya di jabat oleh pemimpin yang berstatus sebagai raja atau yang menggunakan sistem kerajaan. # # Sedangkan di lingkungan sekolah bukan raja yang menjadi pemimpin akan tetapi kepala sekolah yang memiliki gaya seperti raja yang berkuasa mutlak dan sentral dalam menentukan kebijaksanaan sekolah.

Adapun Secara sederhana, gaya kepemimpinan kepala sekolah yang bertipe otokrasi sebagai berikut:

a. Keputusan dan kebijakan selalu dibuat pemimpin, dimana gaya kepemimpinan yang selalu sentral dan mengabaikan asas musyawarah mufakat.

b. Pengawasan dilakukan secara ketat yaitu pengawasan kepala sekolah yang tidak memakai prinsip partisipasi, akan tetapi pengawasan yang bersifat menilai dan meghakimi

c. Prakarsa berasal dari pemimpin yaitu gaya kepala sekolah yang merasa pintar dan merasa bertanggungjawab sendiri atas kemajuan sekolah

d. Tidak ada kesempatan untuk memberi saran, dimana gaya kepala sekolah merasa orang yang paling benar dan tidak memiliki kesalahan.

e. Kaku dalam bersikap yaitu kepala sekolah yang tiidak bisa melihat situasi dan kondisi akan tetapi selalu memaksakan kehendaknya. # #

Kepala sekolah yang otoriter biasanya tidak terbuka, tidak mau menerima kritik, dan tidak membuka jalan untuk berinteraksi dengan tenaga pendidikan. Ia hanya memberikan interuksi tentang apa yang harus dikerjakan serta dalam menanamkan disiplin cenderung menggunakan paksaan dan hukuman. # #

1. Tipe Laissez-Faire

Kepala sekolah sebagai pemimpin bertipe laissez faire menghendaki semua komponen pelaku pendidikan menjalankan tugasnya dengan bebas. Oleh karena itu tipe kepemimpinan bebas merupakan kemampuan mempengeruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan diserahkan pada bawahan. Karena arti lassez sendiri secara harfiah adalah mengizinkan dan faire adalah bebas. Jadi pengertian laissez-faire adalah memberikan kepada orang lain dengan prinsip kebebasan, termasuk bawahan untuk melaksanakan tugasnya dengan bebas sesuai dengan kehendak bawahan dan tipe ini dapat dilaksanakan di sekolah yang memang benar benar mempunyai Kepala sekolah sebagai pemimpin bertipe laissez faire menghendaki semua komponen pelaku pendidikan menjalankan tugasnya dengan bebas. Oleh karena itu tipe kepemimpinan bebas merupakan kemampuan mempengeruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan diserahkan pada bawahan. Karena arti lassez sendiri secara harfiah adalah mengizinkan dan faire adalah bebas. Jadi pengertian laissez-faire adalah memberikan kepada orang lain dengan prinsip kebebasan, termasuk bawahan untuk melaksanakan tugasnya dengan bebas sesuai dengan kehendak bawahan dan tipe ini dapat dilaksanakan di sekolah yang memang benar benar mempunyai

Adapun ciri-ciri khusus laissez faire yaitu:

1. Pemimpin kurang bahkan sama sekali tidak memberikan sumbangan ide, konsep, pikiran dan kecakapan yang dimilikinya.

2. Pemimpin memberikan kebebasan mutlak kepada stafnya dalam menentukan segala

sesuatu yang berguna bagi kemajuan organisasinya tanpa bimbingan darinya. # #

Dari gaya kepemimpinan laissez-faire diatas dalam kontek pendidikan indonesia sangat sulit untuk dilaksanakan karena keadaan pendidikan kita masih mengalami beberapa gendala mulai dari masalah pendanaan, sumber daya manusia, kemandirian, dan lain sebagainya. Menurut Imam Suprayogo, Tipe kepemimpinan ini sangat cocok sekali untuk orang yang betul-betul dewasa dan benar-benar tau apa tujuan dan cita-cita bersama yang harus dicapai. # #

3. Tipe Demokratis

Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan berdasarkan demokrasi yang pelaksanaannya disebut pemimpin partisipasi (partipative leadership). Kepemimpinan partisipasi adalah suatu cara pemimpin yang kekuatannya terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok. # # Secara sederhana, gaya

kepemimpinan kepala sekoalah bertipe demokratis dapat diperjelas sebagai berikut:

1. Wewenang tidak mutlak, artinya segala yang menjadi hak kepala sekolah

dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dasar hukumnya.

2. Bersedia melimpahkan tugasnya pada orang lain dengan sistem pembagian kerja yang jelas maupun sistem pendelegasian.

3. Keputusan yang dibuat bersama, artinya segala kebijakan yang dibuat sekolah merupakan tanggung jawab bersama.

4. Komunikasi berlangsung timbal balik

5. Pengawasan secara wajar yang tidsak mengunakan prinsip otokrasi yang cenderung menilai dan menghakimi. Akan tetapi pengawasan yang bersifat pengembangan dan mendidik.

6. Banyak kesempatan untuk menyampaikan saran kepada sekolah. # #

Adanya gaya kepemimpinan kepala sekolah yang bermacam-macam tersebut diharapkan mampu sebagai agen perubahan dalam sekolah sehingga mempunyai peran aktif dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah maka kepala sekolah sebagai pimpinan harus mempunyai kemampuan leadership yang baik. Kepemimpinan yang baik adalah kepala sekolah yang mampu dan dapat mengola semua sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. # #

Pengaruh pemimpin itu dapat memperkembangkan hubungan manusia yang lebih baik dapat mempengaruhi pertumbuhan sikap-sikap yang positif daripada individi-individu yang dipimpinnya. Dan yang paling penting ialah pengaruh kepemimpinannya sangat menentukan bagaiman kualitas kegiatan kerjasama dan kualitas hasil yang dapat di capai oleh kegiatan kerjasama dalam situasi group itu. # #

Respon anak terhadap situasi situasi sekolah tidak ada yang sama karena adanya perbedaan dalam banyak segi. Perbedaan itu tidak hanya pada prilaku tapi juga pada tingkat perkembangan dan pertumbuhan serta tingkat potensialnya. # #

Menurut Philip R.Everson, pada hakekatnya perbedaan-perbedaan individu Menurut Philip R.Everson, pada hakekatnya perbedaan-perbedaan individu

Banyak sekali, bahkan sudah umum orang menyebut dengan “motif” untuk menunjukan mengapa orang itu berbuat sesuatu. Menurut Mc. Donald, Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang siswa misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu biasanya bermacam-macam, mungkin ia tidak senang, mungkin sakit, lapar, ada problem pribadi dan lain-lain. Hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi perubahan energi, tidak terangsang efeksinya untuk melakukan sesuatu karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar. Keadaan semacam ini perlu dilakukan daya upaya yang dapat menemukan sebab-musababnya dan kemudian mendorong seorang siswa itu mau melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan, yakni belajar. Dengan kata lain siswa itu perlu diberikan rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya.

Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Perannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. # # Menurut Woodworth dan Marques motif adalah suatu Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Perannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. # # Menurut Woodworth dan Marques motif adalah suatu

Banyak bakat anak tidak berkembang karena tidak diperolehnya motivasi yang tepat. Jika seorang siswa mendapatkan motivasi yang tepat, maka lepaslah tenaga yang luar biasa, sehingga tercapai hasil yang semula tidak terduga. # #

Memotivasi belajar penting artinya dalam proses belajar siswa, karena fungsinya yang mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar. # #

Studi keberhasilan kepala sekolah menunjukkan bahwa kepala sekolah adalah seseorang yang menentukan titik pusat dan irama suatu sekolah. Bahkan lebih jauh study tersebut menyimpulkan bahwa keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah.

Beberapa diantara kepala sekolah di lukiskan sebagai orang yang memiliki harapan tinggi bagi para staff dan para siswa. Kepala sekolah adalah mereka yang mengerti tugas-tugas mereka dan menentukan irama bagi sekolah mereka. Hal ini menunjukan betapa penting peranan kepala sekolah dalam menggerakkan kehidupan sekolah mencapai tujuan yaitu: Kepala sekolah berperan sebagai kekuatan sentral yang menjadi kekuatan penggerak kehidupan sekolah, dan kepala sekolah harus memahami tugas dan fungsi mereka demi keberhasilan sekolah serta memiliki kepedulian kepada staff dan siswa.

Gaya kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang penting dalam peningkatan motivasi belajar siswa. Hal ini karena kepala sekolah merupakan figur ideal yang jadi panutan bagi para bawahanya. Maka muncul pertanyaan gaya kepemimpinan kepala sekolah yang seperti apa yang dapat mempengaruhi motivasi Gaya kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang penting dalam peningkatan motivasi belajar siswa. Hal ini karena kepala sekolah merupakan figur ideal yang jadi panutan bagi para bawahanya. Maka muncul pertanyaan gaya kepemimpinan kepala sekolah yang seperti apa yang dapat mempengaruhi motivasi

Sebagai motivator kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat memberikan motivasi kepada para tenaga pendidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat di tumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan penghargaan secara efektif dan penyediaan sumber belajar melalui pengembangan pusat sumber belajar.

Namun demikian dari semua paparan diatas gaya kepemimpinan kepala sekolah belum begitu jelas terutama dalam memotivasi belajar siswa.Sehubungan dengan masalah tersebut maka penyusun tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Gaya

Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Motivasi Belajar Siswa MAN Kota Blitar”

A. Ruang lingkup Pembahasan

Dalam penelitian ini sengaja peneliti membatasi ruang lingkup pembahasan yang meliputi: Gaya kepemimpinan kepala madrasah demokratis dalam memotivasi belajar siswa, Faktor-faktor apa yang mempengaruhi motivsi belajar siswa, serta Pengaruh Gaya kepemimpinan Kepala Madrasah terhadap memotivasi belajar siswa di MAN Kota Blitar

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan diatas, maka dapatlah dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan kepala madrasah dalam memotivasi belajar siswa di di MAN Kota Blitar

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi motivsi belajar siswa di MAN Kota Blitar

3. Pengaruh gaya kepemimpinan kepala madrasah terhadap motivasi belajar siswa di

MAN Kota Blitar

A. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan kepala madrasah dalam memotivasi belajar siswa di di MAN Kota Blitar

2. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa yang mempengaruhi motivsi belajar siswa di

MAN Kota Blitar

3. Untuk mengetahui Pengaruh Gaya kepemimpinan Kepala Madrasah terhadap memotivasi belajar siswa di MAN Kota Blitar

A. Manfaat Peneliltian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Lembaga, sebagai sumbangan pemikiran penyusun dalam upaya pelaksanaan kepemimpinan dalam memotivasi belajar siswa di MAN Kota Blitar

2. Ilmu pengetahuan, sebagai informasi dan pertimbangan penyusun apabila nanti terjun dalam lapangan kepemimpinan pendidikan madrasah

3. Peneliti, untuk menambah khazanah pengetahuan tentang kepemimpinan kepala

madrasah dalam memotivasi belajar siswa.

A. Metedelogi Penelitian

4. Penentuan Populasi

Sebelum melakukan penelitian penulis mengambil langkah yang diperlukan dalam hal ini sebagai langkah pertama yaitu penentuan populasi Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian. 1 4 Sedangkan menurut Sutrisno Hadi populasi adalah “semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu

hendak digeneralisasikan. 1 5

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa populasi adalah individu dari keseluruhan subyek penelitian yang dijadikan sarana penelitian guna memperoleh data. Dalam hal ini populasinya adalah kepala sekolah, metode pengumpulan data, dan siswa.

2. Tehnik Penngumpulan Data Metode yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama yang relevan dan obyektif. Dalam penelitian ini adalah:

1. Metode Observasi Metode observasi adalah pengamatan yang dilakukan terhadap fenomena-fenomena yang diteliti. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang letak dan keadaan geografis sekolah, sarana dan prasarana pendidikan, keadaan sekolah dan murid serta kepemimpinan kepala madrasah dalam proses pendidikan, meliputi gaya kepemimpinan kepala sekolah dan perannya dalam 1. Metode Observasi Metode observasi adalah pengamatan yang dilakukan terhadap fenomena-fenomena yang diteliti. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang letak dan keadaan geografis sekolah, sarana dan prasarana pendidikan, keadaan sekolah dan murid serta kepemimpinan kepala madrasah dalam proses pendidikan, meliputi gaya kepemimpinan kepala sekolah dan perannya dalam

4. Metode Interview Metode Interview sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan, yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari wawancara (interviewee). 1 6 Interview dapat dipandang sebagai teknik pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis berlandaskan pada tujuan umum penyelidikan. 1 7

Berarti yang dimaksud interview adalah usaha mengumpulkan informasi dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan, untuk dijawab secara lisan pula, secara langsung dengan tatap muka (face to face relationship) antara si pencari unformasi dengan sumber informasi, antara peneliti dengan responsen secara sistematis berdasarkan pada tujuan peneliti.

5. Metode Analisa Analisa data dalam suatu penelitian merupakan bagian yang sangat penting, karena dengan analisis ini data yang ada akan nampak manfaatnya terutama dalam memecahkan masalah penelitian untuk mencapai tujuan akhir penelitian.

Untuk data kuantitatif digunakan analisis statistic. Sedangkan untuk data kualitatif di gunakan tehnik desdkriktif.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk lebih mempermudah pembahasan dalam penulisan ini peneliti menulis mensistematikan pembahasan dalam beberapa sub bab sebagai berikut BAB I : Pendahuluan

Merupakan gambaran yang secara umum menjelaskan mengenai latar Merupakan gambaran yang secara umum menjelaskan mengenai latar

BAB II : Kajian teori Membahas mengenai kajian teori yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian yaitu tentang pengertian kepemimpinan, gaya kepemimpinan kepala madrasah dalam memotivasi belajar siswa yang terdiri dari 3 sub bab yaitu kepemimpinan kepala madrasah, motivasi belajar dan pengaruh gaya kepemimpinan kepala madrasah terhadap motivasi belajar siswa

BAB III : Metodelogi Penelitian Berisi tentang penjelasan mengenai variabel-variabel yang mendukung penyelesaian masalah, tentang obyek penelitian, populasi, sample, metode pengumpulan data dan analisa data yang berfungsi untuk memperoleh gambaran tentang permasalahn dari obyek yang diteliti

BAB IV : Hasil Penelitian Yang meliputi latar belakang obyek penelitian, pemaparan dan analisa data BAB V :

Kesimpulan dan Saran Dalam BAB ini akan diuraikan kesimpulan dari keseluruahn hasil penelitian yang telah dilakukan dan juga berisi tentang saran-saran yang berhubungan dengan topik pembahasan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kepemimpinan Kepala Madrasah

1. Pengertian Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam bahasa inggris kepemimpinan sering disebut leader dari akar kata to lead dan kegiatannya disebut kepemimpinan atau leadership. Dalam kata kerja to lead tersebut terkandung dalam beberapa makna yang saling berhubungan erat yaitu, bergerak lebih cepat, berjalan ke depan, mengambil langkah petama, berbuat paling dulu, mempelopori, mengarahkan pikiran atau pendapat orang lain, membimbing, menuntun menggerakkan orang lain lebih awal, berjalan lebih depan, mengambil langkah pertama, berbuat paling dulu, mempelopori suatu tindakan, mengarahkan pikiran atau pendapat, menuntun dan menggerakkan orang lain melalui pengaruhnya. # #

Sedangkan menurut istilah kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas individu atau group untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dalam situasi yang telah ditetapkan. Dalam mempengaruhi aktifitasnya individu pemimpin menggunakan kekuasaan, kewenangan, pengaruh, sifat dan karakteristik, dan Tujuannya adalah meningkatkan produktivitas dan moral kelompok. # #

Dalam Islam istilah kepemimpinan sering diidentikkan dengan istilah khilafah dan orangnya di sebut kholifah dan Ulil Amri yang orangnya di sebut Amir (pemegang kekuasaan). # #

J. Reberu dalam dasar-dasar Kepemimpinan memberikan definisi tentang kepemimpinan. Kepemimpinan adalah kesanggupan menggerakkan sekelompok J. Reberu dalam dasar-dasar Kepemimpinan memberikan definisi tentang kepemimpinan. Kepemimpinan adalah kesanggupan menggerakkan sekelompok

Dirawat mendeskripsikan kepemimpinan adalah: Kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat

mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, dan kalau perlu memaksa orang lain agar ia menerima pengaruh untuk selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian sesuatu maksud dan tujuan. # #

Sedangkan Marjiin Syam dalam bukunya “Kepemimpinan dalam Organisasi” mendeskripsikan: Kepemimpinan adalah keseluruhan tindakan guna mempengaruhi serta menggerakkan orang dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan, atau proses pemberian bimbingan (pimpinan), tauladan dan pemberian jalan yang mudah (fasilitas) dari pada pekerjaan orng-orang yang terorganisir formal. # #

Dari beberapa definisi di atas tampak beberapa hal penting yaitu:

1. Kepemimpinan dilihat sebagai serangkaian proses atau tindakan

2. Adanya tujuan yang hendak dicapai bersama

3. Fungsi kepemimpinan itu adalah untuk mempengaruhi, menggerakkan orang lain dalam kegiatan atau usaha bersama

4. Kegiatan atau proses memimpin untuk antar beberapa pemberian contoh atau bimbingan kegiatan atau usaha yang terorganisasi

5. Kegiatan tersebut berlangsung dalam organisasi formal Kepemimpinan juga diterjemahkan ke dalam istilah : sifat-sifat prilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi, hubungan kerja sama antar kedudukan dari suatu jabatan administrasi. # #

Berbagai pengertian tentang arti kepemimpinan di atas dapat diambil pengetian secara comprehensive yaitu bahwa pemimpin adalah pribadi yang memiliki kecakapan khusus atau superioritas tertentu, sehingga dia memiliki kewibawaan dan kekuasaan untuk menggerakkan orang lain, sera dia harus berpengetahuan yang luas, dan ber-visi jauh ke depan sera memenuhi syarat-syarat tertentu dan mampu mempengaruhi kegiatan-kegiatan anggota dari kelompok.

Istilah kepemimpinan pendidikan mengandung dua pengetian, dimana kata “Pendidikan” menerangkan dilapangan apa dan dimana kepemimpinan itu berlangsung, dan sekaligus menjelaskan pula sifat atau, ciri-ciri kepemimpinan. Dengan demikian kepemimpinan pendidikan merupakan perpaduan antara konsep kepemimpinan dan pendidikan yang keduanya mempunyai pengertian sendiri-sendiri, yang pada akhirnya terpadu dalam bentuk keilmuan yang menunjukkan ciri-ciri khusus dari suatu bentuk kepemimpinan secara umum.

Kepemimpinan pendidikan juga berarti sebagai bentuk kemampuan dalam proses mempengaruhi, menggerakkan, memotivasi, mengkoordinir orang lain yang ada hubungannya dengan ilmu pendidikan dan pengajaran agar supaya kegiatan yang dijalankan dapat lebih efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran. # #

Kepemimpinan dibidang pendidikan juga memiliki pengertian bahwa pemimpin Kepemimpinan dibidang pendidikan juga memiliki pengertian bahwa pemimpin

Sedangkan kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat dimana terjadi ineraksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. # #

Adapun istilah kepala sekolah berasal dari dua kata kepala dan sekolah. Kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin. Sedangkan sekolah diarikan sebuah lembaga yang didalamnya terdapat aktivitas belajar mengajar. Sekolah juga merupakan lingkungan hidup sesudah rumah, di mana anak tinggal beberapa jam, tempat tinggal anak yang pada umumnya pada masa perkembangan, dan lembaga pendidikan dan tempat yang berfungsi mempersiapkan anak untuk menghadapi hidup. # #

Dengan demikian kepala sekolah adalah seorang tenaga professional atau guru yang diberikan tugas untuk memimpin suau sekolah dimana sekolah menjadi tempat interaksi antara guru yang memberi pelajaran siswa yang menerima pelajaran, orang tua sebagai harapan, pengguna lulusan sebagai penerima kepuasan dan masyarakat umum sebagai kebanggaan. # #

Kepemimpinan sering diidentikan dengan otoritas, wewenang, pengaruh dominasi, dan tentu saja materi. Wajar jika banyak morang mengira kepemimpinan hanya hanya dikitari dengan hal-hal yang menyenangkan. Dan banyak orang berambisi Kepemimpinan sering diidentikan dengan otoritas, wewenang, pengaruh dominasi, dan tentu saja materi. Wajar jika banyak morang mengira kepemimpinan hanya hanya dikitari dengan hal-hal yang menyenangkan. Dan banyak orang berambisi

Kepala sekolah sebagai pemimpin di sebuah lembaga pendidikan, didalam kepemimpinanya ada beberapa unsur yang saling berkaitan yaitu: unsur manusia, unsur sarana, unsur tujuan. Untuk dapat memperlakukan ketiga unsur tersebut secara seimbang seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan atau kecakapan dan keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan kepemimpinan. Pengetahuan dan keterampilan ini dapat diperoleh dari pengalaman belajar secara teori ataupun dari pengalaman di dalam praktek selama menjadi kepala sekolah

2. Tipe-Tipe Kepemimpinan

Konsep seorang pemimpin pendidikan tentang pemimpinnan dan kekuasan yang memproyeksikan diri dalam bentuk sikap, tingkah laku dan sifat kegiatan pemimpinan yang dikembangkan dalam lembaga pendidikan atau unit administrasi pendiikan yang dipimpinnya akan mempengaruhi situasi kerja, mempengaruhi kerja anggota staff, sifat hubungan-hubungan kemanusian diantara sesama, dan akan mempengaruhi kwalitas hasil kerja yang mungkin dapat dicapai oleh lembaga atau uit administrasi pendidikan

tersebut # # Ditinjau dari pelaksanaan tugas maka kepala sekolah dalam menjalankan

kepemimpinannya dikenal dengan 3 tipe kepemimpinan yang masing-masing dapat di jelaskan sebagai berikut:

a.Tipe Otokrasi/ Otoriter

Otokrasi berasal dari kata oto yang berarti sendiri dan kratos berarti Otokrasi berasal dari kata oto yang berarti sendiri dan kratos berarti

Otokrasi merupakan Pemerintahan atau kekuasaan yang dipegang oleh seseorang yang berkuasa secara penuh dan tidak terbatas masanya. Sedangkan yang memegang kekuasaan di sebut otokrat yang biasanya di jabat oleh pemimpin yang berstatus sebagai raja atau yang menggunakan sistem kerajaan. # # Sedangkan di lingkungan sekolah bukan raja yang menjadi pemimpin akan tetapi kepala sekolah yang memiliki gaya seperti raja yang berkuasa mutlak dan sentral dalam menentukan kebijaksanaan sekolah.

Adapun Secara sederhana, gaya kepemimpinan kepala sekolah yang bertipe otokrasi sebagai berikut:

1. Keputusan dan kebijakan selalu dibuat pemimpin, dimana gaya kepemimpinan yang selalu sentral dan mengabaikan asas musyawarah mufakat.

2. Pengawasan dilakukan secara ketat yaitu pengawasan kepala sekolah yang tidak memakai prinsip partisipasi, akan tetapi pengawasan yang bersifat menilai dan meghakimi

3. Prakarsa berasal dari pemimpin yaitu gaya kepala sekolah yang merasa pintar

dan merasa bertanggungjawab sendiri atas kemajuan sekolah

4. Tidak ada kesempatan untuk memberi saran, dimana gaya kepala sekolah merasa orang yang paling benar dan tidak memiliki kesalahan.

5. Kaku dalam bersikap yaitu kepala sekolah yang tiidak bisa melihat situasi dan

kondisi akan tetapi selalu memaksakan kehendaknya. # #

Jadi tipe otoriter, semua kebijaksanaan “policy” semuanya di tetapkan pemimpin, sedangkan bawahan tinggal melaksanakan tugas. Semua perintah, Jadi tipe otoriter, semua kebijaksanaan “policy” semuanya di tetapkan pemimpin, sedangkan bawahan tinggal melaksanakan tugas. Semua perintah,

Pemimpin otokrasi, dalam membawa pengikutnya ketujuan dan cita-cita bersama, memegang kekuasaan yang ada pada gaya secara mutlak. Dalam gaya ini pemimpin sebagai penguasa dan yang dipimpin sebagai yang dikuasai. Termasuk dalm gaya ini adalah pemimpin yang mengatakan segala sesuatu harus dikerjakan oleh pengikutnya. Yang dilakukan oleh pemimpin model ini, hanyalah membei perintah, aturan, dan larangan. Para pengikutnya harus tunduk, taat dan melaksanakan tampa banyak pertanyaan. Dalam gaya ini, mereka yang dipimpin dibiasakan setia kepada perintah dan dengan betul-betul kritis, dimana kesempatan mereka yang dipimpin dibawah kekuasaan orang yang memimpin. # #

Kepala sekolah yang otoriter biasanya tidak terbuka, tidak mau menerima kritik, dan tidak membuka jalan untuk berinteraksi dengan tenaga pendidikan. Ia hanya memberikan interuksi tentang apa yang harus dikerjakan serta dalam menanamkan disiplin cenderung menggunakan paksaan dan hukuman. # #

Kepala sekolah yang otoriter berkeyakinasn bahwa dirinyalah yang bertanggung jawab atas segala sesuatu, menganggap dirinya sebagai orang ang paling berkuasa, dan paling mengetahui berbagai hal. Ketika dalam rapat sekolah pun ia menentukan berbagai kegiatan secara otoriter, dan yang dangat dominan Kepala sekolah yang otoriter berkeyakinasn bahwa dirinyalah yang bertanggung jawab atas segala sesuatu, menganggap dirinya sebagai orang ang paling berkuasa, dan paling mengetahui berbagai hal. Ketika dalam rapat sekolah pun ia menentukan berbagai kegiatan secara otoriter, dan yang dangat dominan

Pada situasi kepemimpinan pendidikan seperti ini dapat di bayangan suasana kerja yang berlangsung di dalam kelompok tersebut bagaimana hubungan-hubungan kemanusian yang berlangsung dan bagaimna konflik-konflik antara pemimpin dan bawahan-bawahan dan antara anggota-anggota staff kerja itu sendiri. Penyelidikan yang dilakukan oleh Leppit seorang ahli kepemimpinan berkesimpulan bahwa konflik-konflik dan sikap-sikap atau tindakan agresif yang terjadi dalam suatu lembaga di bawah pemimpin seorang pemimpin otoriter kurang lebih 30 kali sebanyak yang timbul dari pada dalam suasana kerja yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang demokratis. # #

Tipe kepemimpinan pendidikan yang otoriter dengan segala vareasi dan bentuknya yang lebih samar-samar, sangat mengingkari usaha-usaha pencapaian tujuan lembaga pendidikan secara maksima. Oleh karena potensi-potensi yang sebenarnya ada dan dimiliki oleh masing-masing staf kerja tidak terbangkit,tidak tergugah dan tidak tersalurkan secara bebas dan kreatif. Penekanan kemampuan dan poitensi riil dan kreatif daripada individu-individu ynag dipimpin itu sejak dari proses penetapan “policy” umum sampai pada pelaksanna program kerja lembaga dimana pikiran-pikiran dan “skill” inisiatif-inisiatif yang konstruktif-kreatif tidak termanfaatkan secara baik. Suasana kerjasams yang dinamis dan kreatif dikalangan angota-anggota staff yang akan memudahkan pemecahan setiap problema yang Tipe kepemimpinan pendidikan yang otoriter dengan segala vareasi dan bentuknya yang lebih samar-samar, sangat mengingkari usaha-usaha pencapaian tujuan lembaga pendidikan secara maksima. Oleh karena potensi-potensi yang sebenarnya ada dan dimiliki oleh masing-masing staf kerja tidak terbangkit,tidak tergugah dan tidak tersalurkan secara bebas dan kreatif. Penekanan kemampuan dan poitensi riil dan kreatif daripada individu-individu ynag dipimpin itu sejak dari proses penetapan “policy” umum sampai pada pelaksanna program kerja lembaga dimana pikiran-pikiran dan “skill” inisiatif-inisiatif yang konstruktif-kreatif tidak termanfaatkan secara baik. Suasana kerjasams yang dinamis dan kreatif dikalangan angota-anggota staff yang akan memudahkan pemecahan setiap problema yang

Seseorang dengan gaya kepemimpianan seperti ini umumnya merasa menang sendiri karena mempunyai keyakinan ia tahu apa yang harus dilakukannya dan merasa jalan pikirannya paling benar. Dalam situasi kerja sama, ia berusaha mengambil peran sebagai pengambil keputusan dan mengharapkan orang lain mendukung ide dan gagasannya, Ia tidak ingin dibantu apalagi dalam menentukan apa yang seharusnya ia lakukan. # #

Tipe otokrasi ini apabila diterapkan dalam dunia pendidikan tidak tepat karena dalam dunia pendidikan, kritik saran dan pendapat orang lain itu sangat perlu untuk diperhatikan dalam rangka perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan. .

1. Tipe Laissez-Faire

Kepala sekolah sebagai pemimpin bertipe laissez faire menghendaki semua komponen pelaku pendidikan menjalankan tugasnya dengan bebas. Oleh karena itu tipe kepemimpinan bebas merupakan kemampuan mempengeruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan diserahkan pada bawahan. Karena arti lassez sendiri secara harfiah adalah mengizinkan dan faire adalah bebas. Jadi pengertian laissez-faire adalah memberikan kepada orang lain dengan prinsip kebebasan, termasuk bawahan untuk melaksanakan tugasnya dengan bebas sesuai dengan kehendak bawahan dan tipe ini dapat dilaksanakan di sekolah yang memang benar benar mempunyai sumber daya manusia maupun alamnya dengan baik dan mampu merancang semua Kepala sekolah sebagai pemimpin bertipe laissez faire menghendaki semua komponen pelaku pendidikan menjalankan tugasnya dengan bebas. Oleh karena itu tipe kepemimpinan bebas merupakan kemampuan mempengeruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan diserahkan pada bawahan. Karena arti lassez sendiri secara harfiah adalah mengizinkan dan faire adalah bebas. Jadi pengertian laissez-faire adalah memberikan kepada orang lain dengan prinsip kebebasan, termasuk bawahan untuk melaksanakan tugasnya dengan bebas sesuai dengan kehendak bawahan dan tipe ini dapat dilaksanakan di sekolah yang memang benar benar mempunyai sumber daya manusia maupun alamnya dengan baik dan mampu merancang semua

Pemimpin laissez-faire merupakan kebalikan dari kepemimpinan otokratis, dan sering disebut liberal, karena ia memberikan banyak kebebasan kepada para tenaga pendidikan untuk mengambil langkah-langkah sendiri dalam menghadapi sesuatu # # . Jika pemimpin otokratis mendominasi, maka tipe pemimpin laissez-faire ini menyerahkan persoalan sepenuhnya pada anggota.

Pada tipe kepemimpinan laissez faire ini sang pemimpin praktis tidak memimpin, # sebab ia membiarkan kelompoknya berbuat semau sendiri. #

Dalam rapat sekolah, kepla sekolah menyerahkan segala sesuatu kepada para tenaga kependidikan, baik penentuan tujuan, prosedur pelaksanaan, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan, serta sarana dan prasarana yang akan digunakan. Kepala sekolah bersifat pasif, tidask ikut terlibat langsung dengan tenaga pendidikan, dan tidak mengambil inisiatif apapun. Kepala sekolah yang memiliki laissez-faire biasanya memposisikan diri sebagai penonton, meskipun ia mberada ditengah-tengah para tenaga pendidikan dalam rapat sekolah, karena ia menganggap pemimpin jangan rerlalu banyak mengemukakan pendapat, agar tidak mengurangi hak dan kebebasan anggota. # #

Kedudukan pemimpin hanya sebagai simbul dan formalitas semata, karena dalam realitas kepemimpinan yang dilakukan dengan memberikan kebebasan sepenuhnya kepada orang yang dipimpinnya (bawahan) untuk berbuat dan mengambil keputusan secara perorangan. Disini seorang pemimpin mempunyai keyakinan bahwa dengan memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahan, maka usahanya akan cepat berhasil. # #

Dalam suasana kerja yang dihasilkan oleh kepemimpinan pendidikan semacam itu, tidak dapat dihindarkan timbulnya berbagai ekses negatif, misalnya berupa konflik-konflik kesimpang siuran kerja dan kesewenang-wenangan oleh karena masing-masing individu memunyai kehendak yang berbeda-beda menuntut untuk dilaksanakan sehingga akibatnya masing-masing adu argumentasi, adu kekuasaan dan adu kekuatan serta persaingan yang kurang sehat diantara anggota disamping itu karena pemimpin sama sekali tidak berperan menyatukan,

mengarahkan, mengkoordinir serta menggerakkan anggotanya. # #

Adapun ciri-ciri khusus laissez faire yaitu:

1. Pemimpin kurang bahkan sama sekali tidak memberikan sumbangan ide, konsep, pikiran dan kecakapan yang dimilikinya.

2. Pemimpin memberikan kebebasan mutlak kepada stafnya dalam menentukan segala

sesuatu yang berguna bagi kemajuan organisasinya tanpa bimbingan darinya. # #

Baik prestasi-prestasi kerja yang bisa dicapai oleh setiap individu, maupun kelompok secara keseluruhan, tidak bisa diharapkan mencapai tingkat maksimal, oleh karena tidak semua anggota staff pelaksana kerja itu memiliki kecakapan dan keuletan serta ketekunan kerja sendiri tampa piminan, bimbingan, dorongan, dan koordinansi yang kontinyu dan sisitematis daripada pimpinannya. Pada pihak lain lembaga kerja itu hampir sama sekali tidak memberikan sumbangn ide-ide, konsepsi-konsepsi, pikiran-pikiran dan kecakapan yang ia miliki yang justru sangat dibutuhkan oleh suatu lembga kerjasama yang dinamis dan kreatif # #

Dari gaya kepemimpinan laissez-faire diatas dalam kontek pendidikan indonesia sangat sulit untuk dilaksanakan karena keadaan pendidikan kita masih Dari gaya kepemimpinan laissez-faire diatas dalam kontek pendidikan indonesia sangat sulit untuk dilaksanakan karena keadaan pendidikan kita masih

Beberapa sebab timbulnya “laissez faire” dalam kepemimpinan pendidikan indonesia antara lain:

a. Karena kurangnya semangat dan kegairahan kerja si pemimpin sebagai penanggung jawab utama dari pada sukses tidaknya kegiatan kerja suatu lembaga

b. Karena kurangnya kemampuan dan kecakapan pemimpin itu sendiri. Apalagi jika ada bawahan yang lebih cakap, lebih berbakat memimpin dari pada dirinya, sehingga si pemimpin cenderung memilih alternatif yang paling aman bagi dirinya dan prestise jabatan menurut anggapannya, yaitu dengan memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada setiap anggota staff, kepada kelompok sebagai satu kesatuan, untuk menetapkan “policy” dan program serta cara-cara kerja menurut konsepsi masing-masing yang dianggap baik dan tepat oleh mereka sendiri.

c. Masalah sulitnya komunikasi, misalnya karena letak sekolah yang terpencil jauh dari kantor P dan K tersebut terpaksa mencari jalan sendiri-sendiri, sehingga sistem pendidikan atau tata cara kerjanya, mungkin sangat menyimpang atau sangat terbelakang jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang banyak c. Masalah sulitnya komunikasi, misalnya karena letak sekolah yang terpencil jauh dari kantor P dan K tersebut terpaksa mencari jalan sendiri-sendiri, sehingga sistem pendidikan atau tata cara kerjanya, mungkin sangat menyimpang atau sangat terbelakang jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang banyak

3. Tipe Demokratis

Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan berdasarkan demokrasi yang pelaksanaannya disebut pemimpin partisipasi (partipative leadership). Kepemimpinan partisipasi adalah suatu cara pemimpin yang kekuatannya terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok. # #

Kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis merupakan kepemimpinan yang menganggap dirinya bagian dari kelompok pelaku sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat umum, dimana kepala sekolah tidak selalu membuat keputusan dan kebijakan menurut dirinya sendiri, akan tetapi melalui musyawarah mufakat dan dialog dengan asas mufakat. Sebagaimana tertuang dalam al-Qur'an surat as-Syuura:

38 Artinya: “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruhan Tuhannya

dan mendirikan Sholat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka” (QS. Asy-Syuura: 38). # #