LAJU KERUSAKAN KARANG OLEH BINTANG LAUT

This article should be cited as:
Sala R, T Tururaja, W Semberi. 2011. Laju kerusakan karang oleh bintang laut berduri (Acanthaster planci) di
Perairan Rendani Kabupaten Manokwari. Perikanan dan Kelautan 7(1):35-42.

Laju Kerusakan Terumbu Karang Akibat Bintang Laut Berduri (Acanthaster
planci) di Perairan Rendani Kabupaten Manokwari
Ridwan Sala, Tresia Tururaja, dan Welem Samberi
Jurusan Ilmu Kelautan, FPPK, Universitas Negeri Papua, Manokwari
Jl. Gunung Salju Amban Manokwari 98314
Telp. 0986-211675, Hp 081344042688, 085244334180
email : ridwansala@yahoo.com, tresia_sonya@yahoo.com

ABSTRAK
Kepadatan Acanthaster planci di Perairan Rendani, Manokwari berkisar antara
0.01–0.04% individu/m² sedangkan di Pulau Lemon 0.01–0.02% individu/m². Kelimpahan
individu A. planci pada kedua lokasi ini dapat membahayakan ekosistem terumbu karang
meskipun masih tergolong rendah. Hal ini diduga karena kurangnya jenis-jenis karang
yang disukai oleh A. planci di Rendani dan Pulau Lemon.
Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Rendani Kelurahan Wosi Distrik Manokwari
Barat, Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat pada bulan September-November
2010. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui laju kerusakan terumbu karang

akibat bintang laut berduri (A. planci) terhadap karang jenis Acropora sp., Montipora sp.,
dan Porites sp.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara
pengamatan langsung (observasi lapangan). Variabel-variabel pengamatan yang diamati
adalah luas kerusakan karang Acropora sp., Montipora sp., dan Porites sp.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa luas kerusakan karang Acropora sp. lebih
besar jika dibandingkan dengan Montipora sp. dan Porites sp. Namun luas kerusakan
karang Acropora dan Montipora tidak berbeda jauh. Hal ini diduga A. planci yang lebih
menyukai karang bercabang dari marga Acropora dari pada karang yang berbentuk
bongkahan seperti dari marga Porites.
Kata kunci : Acanthaster planci, Perairan Rendani, laju pemangsaan karang, Manokwari

Pendahuluan
Bintang laut berduri Acanthaster planci merupakan salah satu masalah
besar yang dihadapi dalam pengelolaan terumbu karang. A. planci adalah
pemangsa karang yang paling berbahaya ketika terjadi peledakan populasi
sehingga hampir seluruh karang hidup dimangsa oleh organisme ini.
Acanthaster planci atau bintang laut berduri merupakan salah satu jenis
bintang laut raksasa dengan jumlah duri yang banyak. Pada permukaan tubuh
bagian bawah A. planci mempunyai sebuah mulut tengah yang besar dan

sederetan kaki pipa dengan penghisapnya tersusun sebagai alur pada
masing-masing lengan. Terdapat juga papulae yaitu kantung-kantung kecil yang

berbentuk seperti jari, terdapat dibagian permukaan tubuh dan berfungsi sebagai
alat untuk bernapas dan sirkulasi air (Sukmara dan Rotinsulu, 2001).
Kecepatan tumbuh A. planci pada kondisi normal adalah 26 mm per bulan
untuk individu yang memakan alga. Pertumbuhan individu muda yang memakan
karang mempunyai pertumbuhan yaitu 16.7 mm per bulan. Diameter tubuh A.
planci juga bertambah sesuai pertambahan umur (Moran, 1986).
Menurut Suharsono (1998) kepadatan normal A. planci artinya jumlah yang
belum dianggap berbahaya untuk dapat merusak komunitas karang adalah
berkisar antara 14–20 individu/km². Kepadatan A. planci di Rendani antara 0.01–
0.04 individu/m² sedangkan di Pulau Lemon antara 0.01–0.02 individu/m² (Tappi,
2008). Kelimpahan individu A. planci pada kedua lokasi ini tergolong
membahayakan.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
laju pemangsaan beberapa jenis karang Acropora sp., Montipora sp., dan
Porietes sp. oleh bintang laut berduri A. planci.
Bahan dan Metode
Penelitian ini berlokasi di Rendani, Kelurahan Wosi Distrik Manokwari Barat

Kabupaten Manokwari Propinsi Papua Barat pada bulan September-November
2010. Perairan Rendani merupakan daerah yang memiliki ekosistem perairan
yang lengkap yaitu ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang.
Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu masker dan snorkel,
refraktometer, GPS, meteran, plastik transparan, kurungan, thermometer, dan
perahu. Pengambilan data parameter fisik perairan seperti suhu, dan salinitas
dilakukan bersamaan pada saat pengambilan sampel pada lokasi pengamatan.
Dalam penelitian ini objek yang diamati adalah luasan karang yang
dimakan oleh A. planci. A. planci yang digunakan dalam pengamatan memiliki
ukuran berat dan diameter tubuh yang tidak terlalu jauh berbeda. Ukuran
diameter tubuh A. planci berkhisar antara 90-115 mm dengan berat badan
475-510 g (Tabel 1).

Tabel 1. Berat badan dan diameter tubuh A. planci yang dijadikan sampel
No
1
2
3
4
5

6
7
8
9

Spesies Berat badan A.planci (g)
1
475
2
480
3
480
4
496
5
510
6
497
7
499

8
490
9
496

Diameter badan A planci (mm)
90
93
95
97
115
98
100
95
97

Karang yang digunakan sebagai obyek pengamatan terdiri dari 3 spesies
yakni Acropora sp., Montipora sp. dan Porites sp.

Metode

Pengumpulan data karang dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pemilihan objek sampel karang yang diamati yaitu meliputi tiga jenis karang
dari marga Acropora sp, Montipora sp, Porietes sp. Pemilihan ketiga sampel
yang

diamati didasarkan karena ketiga jenis karang tersebut merupakan

jenis karang yang disukai oleh A. planci sebagai makanannya (Tapii, 2008).
2. Meletakkan A. planci diatas permukaan karang yang diamati. A. planci yang
dipilih memiliki ukuran yang hampir seragam.
3 Mengurung A. planci dengan kurungan untuk menghindari A planci berpindah
kepada objek karang yang lain. Kurungan tersebut berbentuk empat persegi
dengan ukuran panjang, 100 cm, lebar 100 cm dan tinggi 70 cm dengan
rangka besi beton dan penutup rangka dari bahan jaring multifilament 1 mm
dengan ukuran mata jaring 2,5 cm (Gambar 1).

Gambar 1. Bentuk kurungan yang digunakan dalam pengamatan
untuk mengurung A. planci
4. Waktu pengamatan yang dilakukan setiap 24 jam (1 hari sekali pengamatan)
pada jam 08.00 wit.

5. Pengukuran untuk luasan karang yang dimakan dilakukan setiap hari selama
11 hari.
Teknik pengukuran kerusakan karang oleh A. planci
1.

Pengukuran luas kerusakan permukaan karang oleh A. planci
Pengukuran luas permukaan karang yang dirusak oleh A. planci dilakukan

terhadap semua karang yang menjadi objek penelitian. Untuk mempermudah
pengukuran luasan karang yang dimangsa oleh A.planci digunakan plastik
transparan yang diletakkan pada luasan permukaan karang yang telah dimakan
oleh A planci. Langkah selanjutnya dibuat garis mengikuti luasan karang yang
telah dimakan, sehingga pengukurannya tidak harus dilakukan di dalam air
melainkan di darat.

2.

Teknik Perhitungan Luas Kerusakan

Gambar 2. Contoh teknik pengukuran luas kerusakan

Perhitungan luas kerusakan dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai
berikut (Gambar 2) :
1. Daerah yang rusak yang tergambar di plastik transparan, dibagi atas
beberapa bagian yang sama, (sumbu x).
2. Kemudian diukur panjang bagian yang kearah sumbu Y.
3. Data

hasil

pengukuran

tersebut

selanjutnya

dianalisis

dengan

menggunakan rumus luas kerusakan untuk mengetahui luas kerusakan.

Rumus tersebut merupakan model integral, dimana semakin kecil nilai X
maka

hasil

perhitungan

akan

semakin

mendekati

luasan

yang

sebenarnya. Dalam penelitian ini digunakan jarak X maksimum adalah 2
mm.
Luas kerusakan


Metode analisa data
Data kerusakan karang oleh A. planci dianalisis menggunakan uji-t untuk
melihat perbedaan laju kerusakan antara ketiga jenis karang yang diamati. Laju
kerusakan karang oleh A. planci ditampilkan secara grafik untuk melihat pola
kerusakan berdasarkan waktu, selain itu dilakukan uji statistik (uji-t).

Hasil Dan Pembahasan
Gambaran Keadaan Oseanografi Lokasi Penelitian
Kondisi

oseanografi

merupakan

salah

satu

faktor


yang

sangat

mempengaruhi pertumbuhan karang dan A. planci adalah salah satu organisme
yang hidupnya sangat bergantung pada ekosistem terumbu karang. Hasil
pengukuran kondisi oseanografi salinitas dan suhu di lokasi penelitian
ditampilkan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Pengukuran Parameter Fisik dan Kimia Perairan Rendani
STASIUN

Posisi

Suhu °C

Salinitas %

1

00 50' 06.5" LS

; 134 03' 057" BT

32,0

36

2

00 ˚54’04,7” LS

; 134 03' 031" BT

32,0

36

3

00˚ 54’044” LS

; 134 03' 033" BT

31,6

36

4

00 ˚54’ 041” LS

; 134 03' 036" BT

31,0

35

5

00˚ 54’043” LS

; 134 03' 042" BT

31,0

35

6

00˚ 54’085” LS

; 134 03 126 " BT

31,4

35

7

00 ˚54’019” LS

; 134 03' 074 " BT

31,2

34

8

00˚ 53’451” LS

; 134 03' 074" BT

31,1

34

9

00 ˚53’514” LS

; 134 03' 126 " BT

31,2

34

Pengukuran suhu pada stasiun 1-9 menunjukkan kondisi suhu di perairan
perairan Rendani cukup baik atau berada dalam keadaan normal untuk
pertumbuhan karang yaitu antara 31–32°C. Kisaran suhu di sekitar Teluk Doreri,
Manokwari yaitu 30.3-31.3°C (Ayhuan dan Yuanike, 2008), 30-31°C (Talakua,
2009). Batas toleransi bagi suhu A. planci yaitu 14-33°C (Moran, 1990).

Salinitas di perairan Rendani bervariasi antara 34-36‰. Salinitas terendah
terdapat pada stasiun 7-9 (34‰), diduga akibat lokasinya dekat dengan telaga
sehingga ada aliran air tawar yang masuk kedalam perairan. Salinitas tertinggi
terdapat pada stasiun 1-3 (36‰). Salinitas di Perairan Rendani dan Pulau Lemon
berkhisar 32-36‰ (Tapi, 2008). Dengan demikian dapat dikatakankan bahwa
salinitas yang ada di Rendani termasuk dalam kategori baik untuk pertumbuhan
karang.
Perkembangan luas kerusakan karang oleh A. Panci
Dampak peledakan populasi A. planci di ekosistem terumbu karang dapat
parah dan tahan lama. Banyak faktor yang berdampak pada ukuran dan tingkat
peledakan populasi A. planci. Penyebab pasti peledakan tersebut belum
diketahui dengan pasti dan mungkin sebenarnya bervariasi, tergantung pada
faktor-faktor

tertentu. Saat ini ada dianggap penyebab terjadinya peledakan

tersebut yaitu dengan adanya penghapusan predator. Menurut pandangan ini
penurunan angka kematian melalui perburuan predator seperti ikan dan kerang
(yaitu triton raksasa) memungkinkan A. planci dewasa dapat bertahan dan
membangun dalam jumlah yang banyak diterumbu. Sebagai contoh beberapa
penelitian telah menunjukkan bahwa perburuan predator merupakan faktor
penentu penting bagi tingkat kelangsungan hidup A. planci dewasa (Keesing
dan Halford, 1992).
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan di Perairan Rendani
diketahui bahwa pada dasarnya A. planci tidak memangsa karang secara aktif
setiap hari dan proses makannyapun tidak terus berada pada tempat awal
dimana hewan tersebut mulai melakukan aktifitas makannya tetapi akan
berpindah pada posisi tempat makan yang lainnya.
Nilai rata-rata luas kerusakan karang yang diakibatkan oleh aktifitas
pemangsaan A. planci terhadap jenis karang Acropora sp. mulai dari hari
pertama yaitu tanggal 14/09/2010 hingga hari terakhir pada tanggal 24/09/2010
dimana sebelas hari pengamatan terjadi peningkatan luasan kerusakan pada
jenis karang Acropora sp. (Gambar 3). Pada pengamatan hari pertama luas
kerusakan adalah 2000 mm² ± 280 mm² dan setelah sebelas hari kerusakannya
menjadi 11544 mm² ± 1083 mm².

Luas kerusakan terumbu karang akibat pemangsaan A. planci terhadap
jenis karang Montipora sp selama pengamatan, terjadi peningkatan luasan
kerusakan jenis karang Montipora (Gambar 4). Pada pengamatan hari pertama
kerusakan adalah 2633 mm² ± 91 mm² dan setelah sebelas hari kerusakan

14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000

9/1

9/1

4/2
01
0
9/1
5/2
01
0
9/1
6/2
01
0
9/1
7/2
01
0
9/1
8/2
01
0
9/1
9/2
01
0
9/2
0/2
01
0
9/2
1/2
01
0
9/2
2/2
01
0
9/2
3/2
01
0
9/2
4/2
01
0

0
3/2
01
0

Luas Kerusakan (mm 2)

menjadi 10051 mm² ± 3000 mm².

Tanggal pengamatan

Gambar 3. Perkembangan rata-rata dan standar deviasi oleh kerusakan karang
Acropora sp. oleh A. planci selama sebelas hari pengamatan.

Gambar 4.

Perkembangan rata-rata dan standar deviasi kerusakan karang
Montipora sp oleh A. planci selama sebelas hari pengamatan.

Luas kerusakan karang akibat A. planci terhadap karang jenis Porites sp
selama pengamatan, terjadi peningkatan luasan kerusakan jenis karang Porites
(Gambar 5). Pada pengamatan hari pertama kerusakan 934 m² ± 674 m² dan
setelah sebelas hari kerusakan menjadi 4457 mm² ± 1063 mm².

Gambar 5. Perkembangan rata-rata dan standar deviasi kerusakan karang
Porites sp oleh A. planci selama sebelas hari pengamatan.
Perilaku makan dari A. planci terhadap jenis karang yang diamati selama di
lapangan diketahui perbedaan besar luasan kerusakan dari karang tersebut.
Perbedaan luas kerusakan dari ketiga jenis karang yang diamati menunjukkan
besar luasan yang berbeda. Perbedaan luasan makan pada karang tersebut di
dasarkan pada kesukaan makan dari A. planci terhadap jenis karang yang
dimakan.
Berdasarkan hasil pengamatan (Gambar 6), diketahui bahwa laju
kerusakan karang yang disebabkan oleh A. planci terhadap tiga jenis karang
yaitu Acropora sp, Montipora sp. dan Porites sp. tidak sama antara jenis karang
satu dengan lainnya dimana laju kerusakan karang Acropora sp. lebih cepat dari
Montipora sp. dan Porites sp. Namun laju kerusakan antara karang Acropora sp.
dan Montipora sp. tidak berbeda jauh. Jika dibandingkan dengan Porites sp.
dimana laju kerusakan Porites lebih lambat. Rata-rata laju kerusakan Acropora
sp. adalah 1049.1 ± 98,5 mm²/hari, Montipora sp. adalah 955,7 ± 342,7 mm²/hari
dan Porites sp. adalah 405,2 ± 96,6 mm²/hari.

Gambar 6. Laju kerusakan karang Acropora sp. Montipora sp. Dan Porites sp
oleh A. planci selama 11 hari pengamatan
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji-t terhadap
luas rata-rata kerusakan akibat A. planci terhadap ketiga jenis karang Acropora
sp. dan Montipora sp. selama sebelas hari pengamatan tidak berbeda nyata
(p>0,05). Sedangkan perbandingan laju kerusakan akibat A. planci terhadap
karang jenis Acropora sp dan Porites sp selama sebelas hari pengamatan
berbeda nyata (p < 0,05). Hal yang sama, perbandingan rata-rata kerusakan
akibat pemangsaan A. planci terhadap karang jenis Montipora sp. dan Porites sp.
selama sebelas hari pengamatan berbeda berbeda nyata (p < 0,05).
Hasil penelitian tersebut diatas menunjukkan bahwa pada dasarnya A
planci lebih menyukai karang bercabang dari marga Acropora sp. dan Montipora
sp. untuk dimakan. Diduga karena pada saat A. planci memangsa polip karang,
hewan ini menggunakan lengannya untuk berpegangan dan menempel kuat
pada karang yang dimangsa sehingga A. planci

menempel lebih kuat pada

karang bercabang dari marga Acropora sp. dan Montipora sp. dari pada karang
yang berbentuk bongkahan besar dari marga Porites..
Perilaku makan oleh A. planci dipelajari pada terumbu di Great Barrier Reef
antara Juni 1986 dan Desember 1987. Kesukaan makan A. planci yang paling
umum didefinisikan oleh perbandingan antara karang yang dicari dan karang
yang menjadi tetangga terdekatnya. Kesukaan makan tersebut dihitung dengan
menggunakan pendekatan baru, model Bradley-Terry, dan Acropora sp adalah
genus yang paling disukai diatas Porites sp. Ketika makan di Acropora, A. planci

menunjukkan kesukaan makan untuk karang tersebut. Secara keseluruhan,
temuan ini relatif konsisten di semua terumbu yang disurvei, menunjukkan bahwa
kesukaan makan pada A. planci sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
kepadatan bintang laut atau ukuran, waktu, atau kedalaman (De’ath dan Moran
1998 ) .
Kesukaan makan dari A. planci dikaji dalam serangkaian percobaan
laboratorium berbasis makan dimana A. planci disediakan beberapa jenis karang
yang berbeda. Urutan dimana karang yang dikonsumsi kemudian digunakan
untuk memastikan kesukaan makan dari A. planci dari hasil percobaan ini
menunjukkan bahwa jenis karang yang paling disukai adalah jenis karang dari
marga Acropora sp, kemudian diikuti oleh Montipora undata, dan damicornis
Pocillopora. A. planci juga mengkonsumsi Lobata goniopora, Fungites fungia,
Retiformes goniastrea, dan Kaktus pavona namun hanya setelah semua
Acropora dan Montipora (Family Acroporidae) sudah habis dimakan (Pratchett,
2005).
Dengan adanya hasil dari percobaan ini maka memperkuat temuan-temuan
dari studi sebelumnya, dimana karang dari keluarga Acroporidae lebih disukai di
atas semua karang lainnya tetapi studi ini menegaskan bahwa bintang laut ini
juga dapat membedakan antara karang yang berbeda. Namun, sebagian besar
karang akhirnya dikonsumsi, menunjukkan bahwa ketika makanan terbatas
(selama peledakan populasi) A. planci cenderung mengkonsumsi hampir semua
jenis karang yang berbeda (Pratchett, 2005).

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa umumnya A. planci di perairan Rendani lebih menyukai
karang bercabang dari marga Acropora sp. dan Montipora sp. Rata-rata luas
kerusakan karang bercabang dari marga Acropora sp. adalah 1049,5.±98,5
mm²/hari dan Montipora sp. adalah 955,7±342,7 mm²/hari lebih besar luas
kerusakannya jika dibandingkan dengan karang yang berbentuk bongkahan dari
marga Porites sp, 405,2 ± 96,6 mm²/hari.
DAFTAR PUSTAKA
Ayhuan, H.V & K. Yuanike. 2008. Kajian Kualitas Air pada Beberapa Estuari di
Perairan Teluk Doreri Manokwari. Jurnal Perikanan dan Kelautan
Manokwari 4(1):65-72.
De'ath, G. and P. J. Moran. 1998. Factors affecting the behaviour of crown-ofthorns starfish (Acanthaster planci L.) on the Great Barrier Reef: 2:
Feeding preferences. J. Exp. Mar. Biol. Ecol 220:107–126
Keesing, J.K, and A.R. Halford. 1992. Field measurement of survival rates of
juvenile planci: techniques and preliminary results. Mar Ecol Prog Ser 85:
107-114.
Moran, P.J. 1986. The Acanthaster Phenomenon Oceanorg. Mar. Bio. Ann Rev.
24:379 – 480.
Moran, 1990. Distribusi of Acanthaster planci Outbreks On The Greet Barrier
Reef. Between 1966 and 1989. Coral Reef 9;97 – 103.
Pratchett, M. S. 2005. Dynamics of an outbreak population of Acanthaster planci
at Lizard Island, northern Great Barrier Reef (1995–1999). Coral Reefs
24:453–462.
Suharsono, 1998. Kesadaran Masyarakat Tentang Terumbu Karang. Jakarta.
Sukmara, A. A. J dan C. Rotinsulu, 2001. Panduan Pemantauan Terumbu
Karang Berbasis Masyarakat. Proyek Pesisir.
Talakua, S. 2009. Komunitas Makroalga dan Lamun di Pesisir Pantai Arowi
Kabupaten Manokwari. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Manokwari. 5 (1 )
: 81-92.
Tappi, A. 2008. Kerusakan Karang Akibat Bintang Laut Berduri A.planci Di
Perairan Rendani dan Pulau Lemon Kabupaten Manokwari (skripsi)
Manokwari Fakultas Peternakan, Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Negeri Papua (tidak di publikasikan).

Dokumen yang terkait

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

PENGARUH SUBSTITUSI AGREGAT HALUS DENGAN PASIR LAUT TERHADAP KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN SEMEN PCC

5 68 1

ANALISIS YURIDIS TENTANG PENGHAPUSAN ATAS MEREK DAGANG "SINKO" DARI DAFTAR UMUM MEREK OLEH DIREKTORAT JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (Studi Putusan Pengadilan Niaga No. 03/Merek/2001/PN.Jkt.Pst)

0 23 75

ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

2 18 16

ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN OLEH OKNUM POLISI DALAM PUTUSAN NOMOR 136/PID.B/2012/PN.MR (PUTUSAN NOMOR 136/PID.B/2012/PN.MR)

3 64 17

PENGAWASAN OLEH BADAN PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA BAGI INDUSTRI (Studi di Kawasan Industri Panjang)

7 72 52

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Waway Karya Lampung Timur Tahun Pela

7 98 60

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN TINGGI TANJUNG KARANG PERKARA NO. 03/PID.SUS-TPK/2014/PT.TJK TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI DANA SERTIFIKASI PENDIDIKAN

6 67 59

PENGHAMBATAN LAJU KOROSI PADA BAJA KARBON C-Mn STEEL MENGGUNAKAN INHIBITOR EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA)

17 118 62