Studi AMDAL Dampak Pembangunan Jembatan

Studi Amdal Analisis Dampak Pembangunan Jembatan Suramadu Terhadap Masyarakat di Kawasan Kec.Labang, Kab.Bangkalan- Madura

Paper ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Amdal Pesisir dan Lautan

Oleh:

Ayu Diaztai Dwi Putri 12500601111043 Diah Rinani

12500607111003

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

Pengaruh Pembangunan Jembatan Suramadu Terhadap Masyarakat di Kawasan Kec.Labang, Kab.Bangkalan- Madura

1. Sekilas Tentang Jembatan Suramadu

Jembatan Suramadu adalah Jembatan yang melintasi Selat Madura, yang mana Jembatan ini menghubungkan antara Pulau Jawa (di Surabaya) dan Pulau Madura (di Bangkalan), Indonesia. Jembatan Suramadu yang merupakan Jembatan terpanjang di Indonesia untuk saat ini memiliki panjang sebesar 5.438 meter dengan lebar kurang lebih 30 meter. Jembatan ini menyediakan empat lajur dua arah selebar 3,5 meter dengan dua lajur darurat selebar 2,75 meter. Jembatan ini juga menyediakan lajur khusus bagi pengendara sepeda motor disetiap sisi luar Jembatan. Jembatan Suramadu terdiri dari tiga bagian yaitu jalan layang (causeway), Jembatan penghubung (approach bridge), dan Jembatan utama (main bridge). Perkiraan biaya yang dihabiskan untuk pembangunan Jembatan ini adalah sekitar 4,5 triliun rupiah.

Jembatan Suramadu diresmikan awal pembangunannya oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada tanggal 20 Agustus 2003 dan diresmikan pembukaannya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 10 Juni 2009. Pembuatan Jembatan ini dilakukan dari tiga sisi, baik sisi Bangkalan maupun sisi Surabaya.

Pembangunan Jembatan Suramadu ini diharapkan dapat membuka Wilayah Madura menjadi lebih accessible sehingga mampu meningkatkan perekonomian masyarakatnya. Seperti halnya pembangunan infrastruktur lainnya, pembangunan Jembatan Suramadu pasti menimbulkan dampak sosial, dan ekonomi bagi masyarakt sekitarnya (KPUBPP, 2011).

2. Studi Kasus Pengaruh Adanya Jembatan Suramadu Terhadap Masyarakat di Kawasan Kec.Labang, Kab.Bangkalan- Madura

Kawasan Jembatan Suramadu memiliki potensi sebagai generator pembangkit, namun apabila tidak dikendalikan maka diprediksi akan membawa pengaruh perubahan terhadap pengembangan wilayah di kawasan kaki Jembatan Suramadu dan sekitarnya baik pada sisi Surabaya maupun Bangkalan. Fenomena perubahan tersebut dapat terlihat antara lain dengan menurunnya fungsi bangunan dan kualitas lingkungan.

Pembangunan Jembatan Suramadu yang tujuan utamanya adalah untuk menigkatkan perekonomian masyarakat madura justru memiliki beberapa dampak negatif. Dampak itu sangat dirasakan oleh penduduk warga sekitar tepatnya yang berada di dekat akses Jembatan Suramadu itu sendiri.

Berdasarkan penelitian oleh Septanti dan Wahyu (2007) yang menyatakan bahwa pembangunan Jembatan Suramadu ternyata memberi dampak negatif pada warga yang bermata pencaharian sebagai nelayan khususnya untuk permukiman nelayan di kawasan sekitar kaki Suramadu sisi Surabaya maupun sisi Madura. Dari penelitian tersebut menyatakan bahwa warga yang bermata pencaharian sebagai nelayan mengalami penurunan income karena berkurangnya populasi ikan dan kerang di daerah perairan sekitar Jembatan Suramadu. Selain itu ada juga nelayan yang menyampaikan bahwa adanya penurunan terhadap hasil tangkapan gragu. Adanya penurunan terhadap hasil tangkapan gragu menyebabkan nelayan beralih untuk mencari kerang. Sedangkan disaat hasil tangkapan kerang juga menurun maka nelayan beralih kembali untuk mencari ikan teri bulu ayam untuk bahan ikan asin. Adanya penurunan terhadap hasil tangkapan membuat nelayan kesulitan untuk mendapatkan ikan, sehingga nelayan terpaksa mencari ikan ke wilayah laut yang lebih jauh. Hal ini tentu saja berkaitan dengan bahan bakar yang dibutuhkan oleh nelayan untuk melintasi wilayah laut yang lebih jauh dari wilayah yang biasanya digunakan untuk melaut.

Dampak dari berdirinya Jembatan megah Nasional Suramadu tersebut tidak hanya merugikan masyarakat sekitar kawasan kaki Suramadu Surabaya, tetapi juga memiliki efek yang cukup signifikan bagi tingkat kesejahteraan warga masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan kaki Suramadu Madura tepatnya di kecamatan Labang, Kabupaten Bangkalan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya penurunan terhadap hasil pertanian yang mana petani disini harus merelakan lahannya guna kepentingan pengembangan Jembatan Suramadu. Selain itu masih banyak warga masyarakat yang menjadi pengangguran karena kurangnya lapangan pekerjaan. Yakin (2013), menyarankan bahwa pembangunan industri dan pengembangan objek wisata di wilayah Jembatan Suramadu sisi madura sangat berpotensial untuk peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat madura khususnya masyarakat di Kecamatan Labang dan peningkatkan ketersediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Kecamatan Labang.

3. AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan)

Analisis mengenai dampak Lingkungan (AMDAL) merupakan suatu kajian ilmiah tentang penanganan lingkungan dan berfungsi sebagai instrument pencegahan pencemaran lingkungan. Dalam pembuatan dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) ini, tidak semua pihak yang dapat membuatnya . Dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) ini harus dibuat khusus oleh konsultan yang telah memiliki izin atau yang sudah yang memiliki sertifikasi pembuatan dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) dimana semua konsultan ini telah diuji dan dipilih langsung oleh Kementrian Lingkuangan Hidup (KLH) (Zhuhri, 2015).

Sebagai instrumen pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, AMDAL harus dibuat pada tahap paling dini dalam perencanaan kegiatan pembangunan. Dngan kata lain, proses penyusunan dan proses pengesahan AMDAL harus merupakan bagian dari proses perijininan suatu proyek. Dengan cara ini proyek-proyek dapat disaring seberapa jauh dampaknya terhadap lingkungan. Disisi lain, studi AMDAL Njuga dapat member masukan bagi upaya- upaya untuk meningkatkan dampak positif dari proyek tersebut (Zhuhri, 2015).

Dalam proses pengerjaan AMDAL salah satu proses awal yang perlu ditelusuri adalah proses Screening atau penapisan/penyaringan. Proses penapisan atau sering juga disebut sebagai proses seleksi wajib AMDAL merupakan proses untuk menentukan apakah suatu rencana usaha/kegiatan memerlukan AMDAL atau tidak. Dengan adanya penapisan ini maka suatu kegiatan atau rencana proyek dapat memperkirakan sendiri jenis kegiatan mana yang memerlukan AMDAL.

Setelah melakukan proses penapisan (screening) lalu dilanjutkan dengan prose pelingkupan (Scoping). Dalam AMDAL proses pelingkupan ini merupakan peroses untuk menemukan atu menetapkan dampak penting dari suatu kegiatan

pembangunan atau proyek terhadap suatu lingkungan. Proses pelingkungan bertujuan untuk membatasi dalam analisis dampak mengenai lingkungan pada hal yang penting saja sehingga natinya dapat diambil keputusan dari dampak penting yang teridentifikasi.

4. Rencana Kegiatan Pembangunan Jembatan Suramadu

Rencana kegiatan yang dilakukan dalam pembangunan Jembatan Suraadu ini dibagi menjadi tigas bgaian, yaitu prakonstruksi, konstruksi, dan Rencana kegiatan yang dilakukan dalam pembangunan Jembatan Suraadu ini dibagi menjadi tigas bgaian, yaitu prakonstruksi, konstruksi, dan

4.1 Tahap Prakonstruksi

Tahap prakonstruksi adalah rencana yang dilakukan pada saat sebelum proyek pembangunan Jembatan Suramadu berjalan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap prakonstruksi Pembangunan Jembatan Suramadu terdiri dari survey lokasi dan melihat kelayakan wilayah yang tepat akan digunakan untuk pengembangan proyek Jembatan Suramadu. Langkah selanjutnya adalah melakukan permohonan izin kepada masyarakat setempat khususnya masyarakat yang tinggal di Kec.Labang Kab.Bangkalan dan masyarakat yang tinggal di daerah pesisir Surabya dengan mensosialisasikan akan didirikannya Jembatan yang menghubungkan pulau Madura dengan Pulau Jawa yang dikenal sebagai Jembatan Suramadu.

Terkait dalam proyek pembangunan Jembatan Suramadu yang membutuhkan lahan yang luas untuk akses menuju jembatannya nanti maka pada tahap prakonstruksi ini perlu dilakukan negoisasi terhadap pembebasan lahan yang pada saat itu merupakan lahan milik warga masyarakat setempat. Setelah mendapatkan lahan yang dibutuhkan maka dilakukan perancangan terhadap Jembatan yang akan didirikan dan penetapan upah untuk para pekerja pembangunan Jembatan Suramadu.

4.2 Tahap Konstruksi

Tahap konstruksi merupakan rencana kegiatan yang dilakukan saat pembangunan Jembatan Suramadu berlangsung. Pada awal pembangunan Jembatan, pemerintah terlebih dahulu melaksanakan operasi pembersihan

ranjau untuk mengantisipasi kejadian yang tak diinginkan pada tahap awal pembangunan, mengingat selat Madura merupakan daerah medan ranjau paska perang dunia ke 2. Dengan adanya kegiatan pembersihan ranjau tersebut mengakibatkan akitifitas nelayan menjadi terganggu.

Pada Proyek Pembangunan Jembatan Suramadu digunakan metode konstruksi cable stayed . Jembatan cable stayed merupakan jembatan dengan struktur yang mempunyai sederetan kabel lurus dan memikul elemen horisontal kuku (misalnya balok atau rangka batang). Pada metode cable stayed yang dilakukan saat tahap konstruksi ini terbagi lagi menjadi beberapa pelaksanaan pekerjaan yang terdiri dari : Pada Proyek Pembangunan Jembatan Suramadu digunakan metode konstruksi cable stayed . Jembatan cable stayed merupakan jembatan dengan struktur yang mempunyai sederetan kabel lurus dan memikul elemen horisontal kuku (misalnya balok atau rangka batang). Pada metode cable stayed yang dilakukan saat tahap konstruksi ini terbagi lagi menjadi beberapa pelaksanaan pekerjaan yang terdiri dari :

b. Pelaksanaan Pekerjaan Bore Pile, yang meliputi :  Pemasangan Casing Baja.  Pengeboran sampai kedelaman yang diinginkan.  Pemasangan tulangan Pengecoran lubang bored pile dengan beton.

c. Pelaksanaan Pekerjaan Pile Cap  Setelah pekerjaan bored pile selesai dikerjakan, semua komponen platform yang menumpu ke steel casing di bongkar.  Caisson baja yang berfungsi sebagai bekisting bawah pile cap kemudian dipasang.  Pengecoran lapisan sealing concrete untuk menahan masukkan air laut ke pile cap Pemasangan tulangan pile cap.  Pengecoran beton pile cap yang dilakukan tiga lapis.

d. Pelaksanaan Pekerjaan Pylon  Konstruksi dasar pylon dan lengan bawah dari pylon.  Instalasi elevator pada pylon.  Konstruksi balok pengikat pylon bagian bawah.  Konstruksi lengah pylon di tengah.  Konstruksi balok pengikat tengah.  Konstruksi lengan atas pylon.  Konstruksi balok pengikat atas.

e. Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Atas  Pemasangan struktur bantu sementara di atas pile cap.  Pemasangan segmen girder baja pertama dengan crane barge,

hubungan antara segmen dengan pylon dibuat tetap (fix) untuk sementara.

 Pemasangan cantilever crane pada lantai jembatan untuk mengakat segmen berikutnya.  Pemasangan girder baja dengan menggunakan cantilever crane diikuti dengan penenganan kabel.

 Pemasangan pelat lantai jembatan pada segmen pertama dan kedua dilanjutkan dengan pengecoran sambungan.  Pemasangan girder baja selanjutnya dengan menggunakan cantilever crane diikuti dengan peregangan kabel. Pada saat bersamaan dipasang pilar sementara di dekat pilar V.

Berdasarkan analisa penelitian milik Hidayat (2011), tipe pilon atau menara yang dipasang untuk Jembatan Suramadu adalah tipe Diamond. Pada pemasangan Gelagar untuk Jembatan Suramadu digunakan Double Box Girder baja komposit yang akan memberikan kekakuan torsi yang lebih baik dan mudah dilakukan oleh para pekerja. Pemasangan kabel pada tahap konstruksi dipilih tipe Double plane, hal ini dilakukan mengingat lebar jembatan cable stayed Suramadu adalah 30 meter.

4.3 Tahap Pasca Konstruksi

Tahap pasca konstruksi meliputi kegiatan yang dilakukan setelah berdirinya Jembatan Suramadu. Kegiatan tersebut meliputi pembersihan bahan material bangunan Jembatan Suramadu yang ada di lingkungan sekitar dan pembayaran upah para pekerja juga dilakukan setelah berdirinya Jembatan Suramadu. Setelah diyakinin semua kondisi yang di Jembatan Suramadu telah aman maka dilakukan peresmian Jembatan Suramadu oleh presiden Republik Indonesia sebagai Jembatan terpanjang yang ada di Indonesia pada saat zaman peresmiannya.

5. Rona Lingkungan Awal

Kondisi lingkungan awal merupakan kondisi alami yang sudah ada di suatu wilayah sebelum adanya pembangunan di wilayah tersebut. Kondisi lingkungan awal yang ada di wilayah Kab.Bangkalan sebelum adanya Jembatan Suramadu dapat dilihat dari dua aspek sebagai berikut :

5.1 Sosial Ekonomi

Kondisi perekonomian khususnya pendapatan daerah kabupaten Bangkalan sebelum adanya jembatan Suramadu menunjukkan angka yang positif. Setiap tahun terjadi peningkatan sebesar 5 – 6 persen. Berdasarkan hasil penelitian Hotijah (2010), terhadap pendapatan daerah Kab.Bangkalan menunjukkan adanya perkembangan dari segi jumlah perusahaan industri kecil, jumlah tenaga kerja, serta nilai produksi dari tahun 2002 sampai dengan 2009

(sebelum pengoperasian jembatan Suramadu) yang mengalami peningkatan tiap tahunnya Tabel 1. Perkembangan pendapatan daerah Kabupaten Bangkalan tahun 2002 –

Pendapatan daerah

Tahun Perkembangan

(Juta Rupiah)

Sumber : Buku Bangkalan dalam Angka dalam Hotijah (2010) Kondisi sosial ekonomi juga berkaitan dengan pendapatan masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada hasil laut yakni sebagai nelayan. kondisi perekonomian nelayan baik yang tinggal di daerah pesisir Madura dan pesisir Surabaya yang ada di sekitar kaki Suramadu sisi Surabaya pada awalnya masih dapat dikatakan normal. Hal tersebut ditandai dengan masih aktifnya nelayan untuk melaut karena sumberdaya perikanan yang masih melimpah sebelum adanya proyek pembangunan Jembatan Suramadu. Melimpahnya sumberdaya perikanan merupakan faktor penunjang utama terciptanya kesejahteraan masyarakat, terutama bagi warga masyarakat pesisir Madura maupun Surabaya yang bermatapencaharian sebagai nelayan.

5.2 Sosial Budaya

Sebelum adanya Jembatan Suramadu keadaan sosial budaya Masyarakat khsusnya di sisi Madura sangatlah primitif, hal ini disebabkan sulitnya akses transportasi untuk menuju kota besar seperti Surabaya. Sedangkan tranportasi itu sendiri merupakan urat nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial-budaya bagi masyarakat yang mendiami suatu wilayah. Adanya kesulitan transortasi tersebut menyebabkan masyarakat Madura tidak terlalu mengikuti perkembangan zaman karena jauhnya akses menuju kota metropolitan yang pada saat itu hanya mengandalkan kapal ferry di di pelabuhan Ujung Sebelum adanya Jembatan Suramadu keadaan sosial budaya Masyarakat khsusnya di sisi Madura sangatlah primitif, hal ini disebabkan sulitnya akses transportasi untuk menuju kota besar seperti Surabaya. Sedangkan tranportasi itu sendiri merupakan urat nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial-budaya bagi masyarakat yang mendiami suatu wilayah. Adanya kesulitan transortasi tersebut menyebabkan masyarakat Madura tidak terlalu mengikuti perkembangan zaman karena jauhnya akses menuju kota metropolitan yang pada saat itu hanya mengandalkan kapal ferry di di pelabuhan Ujung

Selain adanya tradisi pulang kampung, keadaan sosial budaya dalam masyarakat Madura khususnya Kab.Bangkalan sebelum adanya Jembatan Suramadu adalah hampir tidak pernah mengalami kasus yang negatif (peredaran narkoba). Dengan demikian dapat dikatakan pula bahwa budaya yang dianut oleh masyarkat Madura adalah budaya yang benar-benar dijaga kearifannya oleh masyarakatnya dari turun-temurun.

6. Penapisan (Screening) Studi Kasus

Dari studi kasus yang telah dijelaskan maka dapat diketahui dampak penting yang bisa merugikan banyak masyarakat maupun biota-biota yang ada di perairan di sepanjang selat Madura. Dampak penting ini dipilih berdasarkan kriteria yang tercantum dalam UU. Nomor 32 tahun 2009 pasal 22 (2).Berdasarkan kriteria dampak penting yang telah disebutkan di UU. Nomor 32 tahun 2009 pasal 22 (2) maka dapat diambil dampak penting dari studi kasus mengenai pembangunan Jembatan Suramadu adalah sebagai beikut :

1. Jumlah manusia yang terkena dampak Pembangunan Jembatan Suramadu baik pada masa prakonstruksi, konstruksi, maupun pasca konstruksi memiliki dampak langsung terhadap

penduduk, baik yang ada pada wilayah sekitar kaki Suramadu bagian Surabaya dan Kec.Labang, Kab.Bangkalan, Madura. Jumlah manusia atau penduduk Kab.Bangkalan yang merasakan dampaknya secara langsung pasca pembangunan Jembatan Suramadu ditunjukkan dengan adanya penurunan jumlah tenaga kerja yang drastis pada tahun 2007 sebesar 1770 orang dari 3784 pada tahun sebelumnya, padahal perkembangan jumlah perusahaan industri kecil, jumlah tenaga kerja serta nilai produksinya rata- rata meningkat dari tahun 2002 hingga 2008 (sebelum diopersikannya penduduk, baik yang ada pada wilayah sekitar kaki Suramadu bagian Surabaya dan Kec.Labang, Kab.Bangkalan, Madura. Jumlah manusia atau penduduk Kab.Bangkalan yang merasakan dampaknya secara langsung pasca pembangunan Jembatan Suramadu ditunjukkan dengan adanya penurunan jumlah tenaga kerja yang drastis pada tahun 2007 sebesar 1770 orang dari 3784 pada tahun sebelumnya, padahal perkembangan jumlah perusahaan industri kecil, jumlah tenaga kerja serta nilai produksinya rata- rata meningkat dari tahun 2002 hingga 2008 (sebelum diopersikannya

Penurunan jumlah tenaga kerja pasca pengoperasian jembatan Suramadu, yakni pada tahun 2009 yang ditandai pula dengan penurunan nilai produksi merupakan akibat dari matinya beberapa industri kecil pasca pengoperasian jembatan Suramadu. Turunnya jumlah perusahaan industri sekitar 50 persen mengakibatkan menurunnya jumlah pekerja di perusahaan industri kecil dengan persentase yang hampir sama.Namun keadaan mulai membaik pada tahun 2010 perusahaan industri mulai tumbuh kembali dan penyerapan tenaga yang bekerja di perusahaan industri juga merangkak naik (Hotijah, 2010).

2. Luas wilayah persebaran dampak Dampak dari pembangunan Jembatan Suramadu terhadap lingkungan sekitar tidak terlalu meluas, hanya mencangkup bagian kaki Jembatan saja dan akses menuju jalan tol Jembatan yang lahannya didapatkan dari jual beli lahan milik penduduk sekitar terutama wilayah di bagian Kab.Bangkalan. Wilayah yang diperkirakan terkena dampak dibangunnya Jembatan Suramadu adalah Kecamatan Tambaksari, Bulak dan Kenjeran di Surabaya, Kecamatan Labang, Tragah dan Burneh di Kabupaten Bangkalan Madura, serta alur Selat Madura yang merupakan sarana lalu lintas dan sumber mata pencaharian nelayan.

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung Dampak negatif yang ditimbulkan dari pembangunan Jembatan Suramadu akan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, seperti tetap

menurunnya jumlah penumpang kapal ferry dan tidak kembalinya populasi ikan maupun kerang yang dulunya ada di perairan tepatnya bawah Jembatan Suramadu

4. Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak Pada saat konstruksi atau pembangunan Jembatan Suramadu memberikan dampak yang sangat merugikan terhadap nelayan, karena banyaknya bahan material yang masuk kedalam perairan menyebabkan 4. Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak Pada saat konstruksi atau pembangunan Jembatan Suramadu memberikan dampak yang sangat merugikan terhadap nelayan, karena banyaknya bahan material yang masuk kedalam perairan menyebabkan

5. Kumulatif dampak Untuk kumulatif dampak dari adanya Jembatan Suramadu itu sendiri tidak terlalu menyebabkan dampak yang berkepanjangan. Hal ini disebabkan banyaknya dampak positif yang diperoleh setelah dibangunnya Jembatan Suramadu, diantaranya adalah bertambahnya Income perkapita rata-rata per tahun di Bangkalan dan semakin lancarnya transportasi yang melintasi dua pulau (pulau Madura dan Jawa) sehingga dapat menigkatkan kegiatan ekonomi.

6. Berbalik atau tidaknya dampak (reversible or irreversible impact) Adanya pembangunan Jembatan Suramadu yang awalnya memiliki banyak dampak negatif namun dengan setelah berdirinya Jembatan Suramadu memberikan beberapa dampak positif sehingga dampak negatifnya dapat dipulihkan, seperti bertambahnya Income perkapita rata-rata per tahun di Bangkalan sebanyak 93,63 %. Hal ini dikarenakan semakin lancarnya transportasi yang dapat meningkatkan kegiatan ekonomi.

Namun ada juga dampak yang tidak berbalik menguntungkan atau tidak dapat dipulihkan, seperti jumlah penumpang kapal ferry yang akan tetap tidak mengalami kenaikan kecuali di waktu-waktu tertentu setelah adanya Jembatan Suramadu. Menurunnya pendapatan Industri Jasa Penyeberangan di Selat Madura yang ditandai dengan menurunnya jumlah penumpang ferry secara drastis (mencapai hingga 40%).

7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Pembangunan Jembatan Suramadu memberikan dampak positif yang dirasakan masyarakat Desa Sukolilo Barat Kec. Labang Kab. Bangkalan dari segi pendidikan yang ditandai dengan munculnya dua sekolah negeri baru yakni SMK dan SMP. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya usaha untuk membangun SDM yang berkualitas. Dampak positif lain yang dirasakan adalah masyarakat di Desa Sukolilo Barat Kec. Labang yang mendapatkan training, workshop dan sosialisasi khususnya kepada nelayan dalam rangka Pembangunan Jembatan Suramadu memberikan dampak positif yang dirasakan masyarakat Desa Sukolilo Barat Kec. Labang Kab. Bangkalan dari segi pendidikan yang ditandai dengan munculnya dua sekolah negeri baru yakni SMK dan SMP. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya usaha untuk membangun SDM yang berkualitas. Dampak positif lain yang dirasakan adalah masyarakat di Desa Sukolilo Barat Kec. Labang yang mendapatkan training, workshop dan sosialisasi khususnya kepada nelayan dalam rangka

7. Pelingkupan (Scoping) Studi Kasus

Setelah dilakukannya proses penapisan (screening) dalam analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) maka proses selanjutnya adalah proses pelingkupan (Scoping). Pada tahap pelingkupan ini dilakukan penetapan terhadap dampak penting yang ditimbulkan dari adanya Jembatan Suramadu.

7.1 Identifikasi Dampak Potensial

Dalam melakukan identifikasi dampak potensial ini dilakukan analisa dampak yang terjadi berdasarkan 3 komponen, yakni ditinjau dari komponen biogeofisik, sosial ekonomi, dan sosial budaya. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing komponen tersebut :

7.1.1 Komponen Biogeofisik

a. Perubahan Bentuk Lahan Adanya kegiatan pembangunan di suatu wilayah pasti akan menimbulkan perubahan pada bentuk lahan. Adanya perubahan bentuk lahan tersebut sangat mempengaruhi ekosistem yang ada disekitar lingkungan pembangunan. Berikut adalah penjelasan mengenai perubahan bentuk lahan berdasarkan jenis kegiatan pembangunan : Konstruksi : Kegiatan pembukaan lahan untuk jalur transportasi sehingga

memudahkan askes menuju Jembatan Suramadu.

b. Penurunan Kualitas Air Laut Adanya kegiatan pembangunan yang berada di sekitar lingkungan pesisir pasti akan menyebabkan penurunan kualitas air laut yang ada di sekitar tempat pembangunan. Dampak dari penurunan kualitas air laut tersebut sangat mempengaruhi kelangsugan hidup dari biota aquatik yang tinggal di dalamnya. Berikut adalah penjelasan mengenai penurunan kualitas air laut berdasarkan jenis kegiatan pembangunan : Konstruksi

: Masuknya meterial bahan bangunan ke dalam laut menyebabkan kekeruhan air dan terganggunya kelangsungan hidup biota yang ada di dalam perairan di bawah Jembatan Suramadu. Dengan demikian maka ekosistem dari biota laut : Masuknya meterial bahan bangunan ke dalam laut menyebabkan kekeruhan air dan terganggunya kelangsungan hidup biota yang ada di dalam perairan di bawah Jembatan Suramadu. Dengan demikian maka ekosistem dari biota laut

Pasca Konstruksi : Akumulasi dari pembuangan bahan material bangunan yang tidak disengaja meyebabkan kualitas air semakin memburuk.

c. Penurunan Kualitas Udara Bersih Pembangunan Jembatan Suramadu nantinya akan menyebabkan adanya perubahan terhadap kualitas udara bersih yang ada di wilayah sekitar pembangunan. Kualitas udara merupakan faktor penting yang perlu ditinjau perubahannya, karena semua makhluk hidup membutuhan udara yang bersih dan sehat untuk kenyamanan kelangsungan hidupnya. Berikut adalah penjelasan mengenai penurunan kualitas udara bersih berdasarkan jenis kegiatan pembangunan : Konstruksi

: Adanya pencemaran udara dari bahan material bangunan dan kegiatan transportasi di sekitar proyek pembangunan.

Pasca Konstruksi : Peningkatan transportasi di Kab. Bangkalan berpotensi meningkatnya pula kadar emisi karbon, sehingga dapat menimbulkan pencemaran udara.

7.1.2 Komponen Sosial Ekonomi

a. Perubahan Pendapatan Masyarakat Pembangunan Jembatan Suramadu menyebabkan adanya perubahan terhadap pendapatan masyarakat yang tinggal di lingkungan sekitar. Berikut adalah penjelasan mengenai perubahan pendapatan masyarakat berdasarkan jenis kegiatan pembangunan : Prakonstruksi

: Adanya jual beli lahan milik masyarakat oleh pemerintah dengan harga yang tidak terlalu sesuai dengan keinginan masyarakat setempat.

Konstruksi : Penurunan pendapatan nelayan dan petani yang disebabkan karena migrasinya sebagian besar populasi ikan dan kerang, serta para petani yang masih belum mendapatkan lahan penggantinya untuk bercocok tanam. Hal demikian menyebabkan pendapatan mereka sangat menurun dari keadaan biasanya.

Pasca Konstruksi : Adanya peningkatan pendapatan bagi masyarakat yang berjualan sebagai pedagang kaki lima di sekitar jalan akses menuju Jembatan Suramadu. Income perkapita rata-rata per tahun di Bangkalan telah bertambah sebanyak 93,63 %. Hal ini disebabkan semakin lancarnya transportasi yang juga akan meningkatkan kegiatan ekonomi.

Namun di sisi lain setelah adanya Jembatan suramadu dapat memeberikan dampak negatif seperti bangkrutnya MPU karena penumpang lebih memilih akses jalan yang mudah dijangkau dengan melintasi Jembatan Suramadu. Sehingga pemiliki MPU yang berada di daerah Kamal mengalami kebangkrutan. Serta turunnya jumlah penumpang kapal ferry secara drastis karena akses melalui Jembatan Suramadu lebih efisiensi terhadap waktu, sehingga para pegawai yang bekerja di pelabuhan mengalami jadwal kerja yang tidak seefektif seperti sebelumnya.

b. Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha Dari adanya pembangunan Jembatan Suramadu dapat memberikan dampak positif terhadap masyarakat lingkungan sekitar. Dampak positif tersebut dapat ditunjukkan dengan adanya kesempatan kerja dan peluang untuk berusaha menacri pendapatan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Berikut adalah penjelasan mengenai adanya kesempatan kerja danp berusaha berdasarkan jenis kegiatan pembangunan : Konstruksi

: Perektrutan buruh untuk membantu dalam pengangkutan material, transportasi dan buruh bangunan.

Pasca Konstruksi : Masyarakat sekitar mendapatkan lahan untuk membuka usaha seperi berjualan di sekitar jalan akses menuju Jembatan Suramadu.

7.1.3 Komponen Sosial Budaya

a. Sikap Masyarakat Terhadap Proyek Pembangunan Jembatan Suramadu akan menyebabkan masuknya budaya yang ada di luar pulau Madura ke dalam masayrakat Madura sehingga akan mengubah sikap masyarakatnya. Masyarakat Madura terkenal dengan a. Sikap Masyarakat Terhadap Proyek Pembangunan Jembatan Suramadu akan menyebabkan masuknya budaya yang ada di luar pulau Madura ke dalam masayrakat Madura sehingga akan mengubah sikap masyarakatnya. Masyarakat Madura terkenal dengan

: Masyarakat madura terutama Kab.Bangkalan masih berperilaku berdasarkan budaya agama yang dianutnya, sehingga masalah-masalah negatif masih sangat jarang terjadi. Misalnya kasus pencurian, pembunuhan, maupun pengedaran narkoba. Selain itu sebelum adanya Jembatan Suramadu, masyarakat Madura masih sering menggunakan teknologi yang tradisional dalam melakukan aktivitasnya.

Pasca Konstruksi : Masuknya budaya luar Pulau Madura yang tidak dapat disaring oleh masayarakat Madura terutama kalangan remaja. Hal tersebut ditunjukkan dengan banyak timbulnya kasus mengenai perampokan yang disertai dengan pembunuhan (begal) dan pengedaran narkoba.

b. Ketenangan Masyarakat Setiap adanya kegiatan pembangunan pasti akan selalu menimbulkan dampak. Misalnya saja mengganggu ketenangan masyarakat yang awalnya aman dan tenteram namun setelah adanya suatau pembangunan mungkin berpotensi akan merubah ketenangan yang diperoleh masyarakat pada saat sebelum diadakannya pembangunan. Berikut adalah penjelasan mengenai perubahan terhadap ketenangan masayarakat sekitar pembangunan Jembatan Suramadu berdasarkan jenis kegiatan pembangunan : Konstruksi

: Ketidaknyamanan kelangsungan hidup warga msyarakat sekitar kawasan pembangunan proyek yang disebabkan adanya suara bising dari alat bangunan yang dipakai untuk pembangunan jembatan.

Pasca Konstruksi : semakin banyaknya alat transportasi yang melintasi Jembatan Suramadu sehingga dapat menimbulkan keramaian di jalan raya seperti kendaraan yang melintasi kecamatan Burneh – Bangkalan.

Dampak potensial yang berpengaruh pada komponen lingkungan selengkapnya adalah sebagai berikut : Tabel 2. Identifikasi Dampak Kegiatan Pembangunan Jembatan Suramadu

Terhadap Masyarakat Kec.Labang, Kab.Bangkalan – Madura

Tahap Tahap No

Tahap

Komponen Lingkungan

Prakonstr

Pasca Konstruksi

uksi

Konstruksi

Komponen Biogeofisik

1 Perubahan bentuk lahan √

2 Penurunan Kualitas Air Laut √ √

3 Penurunan Kualitas Udara Bersih √ √

Komponen Sosial Ekonomi

1 Perubahan Pendapatan Masyarakat

2 Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha √ √

Komponen Sosial Budaya

1. Sikap Masyarakat Terhadap Proyek

2. Ketenangan Masyarakat √ √

7.2 Evaluasi Dampak Potensial

Dari tabel 2 dapat diketahui macam-macam dampak potensial yang ditimbulkan dari pembangunan Jembatan Suramadu. Berikut adalah hasil evaluasi dari masing-masing dampak potensial berdasarkan 3 komponen :

a. Komponen Biogeofisik

1. Perubahan bentuk lahan Adanya proyek pembangunan Jembatan Suramadu menyebabkan adanya perubahan bentuk lahan sdi sekitar jalan akses menuju Jembatan Suramadu arah dari Kab.Bangkalan. Lahan tersebut pada awalnya merupakan lahan milik masyarakat yang digunakan untuk bercocok tanam, namun setelah diumumkannya proyek pembangunan Jembatan Suramadu maka lahan milik rayat terpaksa untuk dijual. Maka dari itu adanya jual beli lahan tersebut menimbulkan perubahan bentuk lahan yang awalnya merupakan lingkungan persawahan kini menjadi jalan akses menuju Jembatan Suramadu khususnya dari arah Kab. Bangkalan.

2. Penurunan Kualitas Air Laut Dampak dari adanya pembangunan Jembatan Suramadu menyebabkan kualitas air laut yang ada di sekitar area proyek menjadi tercemar. Hal ini disebabkan oleh masuknya material bangunan ke dalam air secara tidak sengaja. Penurunan kualitas air laut menyebabkanya terganggunya ekosistem biota aquatik sehingga nantinya berdampak pada warga masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada hasil laut.

3. Biota aquatik Menurunnya kualitas air laut menyebabkan ekosistem biota aquatik menjadi terganggu, hal ini mendrong biota untuk bermigrasi ke wilayah perairan yang lebih tenang dan lebih aman untuk kelangsungan hidupnya. Sehingga adanya Jemabatan Suramadu memiliki potensi mengusir populasi ikan dan kerang yang ada di area bawah Jembatan Suramadu.

4. Penurunan Kualitas Udara Bersih Sebelum adanya proyek Pembangunan Jembatan Suramadu kualitas udara bersih masih banyak tersedia karena tidak tercemarnya jalan raya oleh alat transportasi. Namun pada saat konstruksi pembangunan Jembatan Suramadu wilayah yang ada di sekitar proyek pembangunan menjadi tercemar terutama semakin sedikitnya kesediaan udara bersih yang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar, Kec. Labang Kab. Bangkalan. Setelah selesainya Jembatan Suramadu dibangun maka jumlah akan alat transportasi yang melintasi wilayah Kab. Bangkalan semakin meningkat sehingga warga masyarakat Kec.Burneh sering merasakan dampak dari polusi kendaraan.

b.Komponen Sosial Ekonomi

1. Pendapatan Masyarakat Saat tahap kegiatan konstruksi pemangunan Jembatan Suramadu ada beberapa dampak yang merugikan masyarakat sekiar kususnya para nelayan. Dampak tersebut ditunjukkan dengan menurunnya hasil penangkapan nelayan karena banyaknya populasi ikan maupun kerang yang bermigrasi ke wilayah yang lebih jauh. Sehingga nelayan harus melaut dengan rute yang lebih jauh dari rute yang bisanya. Selain itu adanya penurunan hasil panen petani karena banyak lahan yang 1. Pendapatan Masyarakat Saat tahap kegiatan konstruksi pemangunan Jembatan Suramadu ada beberapa dampak yang merugikan masyarakat sekiar kususnya para nelayan. Dampak tersebut ditunjukkan dengan menurunnya hasil penangkapan nelayan karena banyaknya populasi ikan maupun kerang yang bermigrasi ke wilayah yang lebih jauh. Sehingga nelayan harus melaut dengan rute yang lebih jauh dari rute yang bisanya. Selain itu adanya penurunan hasil panen petani karena banyak lahan yang

Selain ada dampak negatif terhadap perekonomian masyarakat, adanya Jembatan Suramadu menyebabkan Income perkapita rata-rata per tahun di Bangkalan bertambah sebanyak 93,63 %. Hal ini disebabkan semakin lancarnya transportasi yang juga akan meningkatkan kegiatan ekonomi.

2. Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha Proyek pembangunan Jembatan Suramadu berpotensi untuk membuka lapang pekerjaan bagi masyarakat pengangguran. Hal tersebut ditunjukkan pada tahap kegiatan prakonstruksi dan knstruksi,dimana adanya pelibatan tenaga kerja yang diambil sebagian dari masyarakat lokal untuk mengangkut material bangunan misalnya. Pasca operasi Jembatan Suramadu terjadi pertumbuhnya aktivitas perekonomian di sekitar Jembatan Suramadu karena adanya pedagang kaki lima (PKL).

c. Komponen Sosial Budaya

1. Sikap Masyarakat Terhadap Proyek Sikap masyarakat Kec. Labang Kab. Bangkalan – Madura terhadap proyek pembangunan Jembatan Suramadu pada awalnya tidak

terlalu menyetujui adanya pembangunan Jembatan di sekitar wilayah pemukimannya. Namun setelah dilakukan pendekatan melalui sosialisasi pengembangan proyek Jembatan Suramadu akhirnya warga masyarakat sekitar setuju dengan adanya pembangunan Jembatan Suramadu. Pada tahap prakonstruksi masyarakat madura terutama Kab.Bangkalan masih berperilaku berdasarkan budaya agama yang dianutnya, sehingga masalah-masalah negatif masih sangat jarang terjadi. Misalnya kasus pencurian, pembunuhan, maupun pengedaran narkoba. Selain itu terlalu menyetujui adanya pembangunan Jembatan di sekitar wilayah pemukimannya. Namun setelah dilakukan pendekatan melalui sosialisasi pengembangan proyek Jembatan Suramadu akhirnya warga masyarakat sekitar setuju dengan adanya pembangunan Jembatan Suramadu. Pada tahap prakonstruksi masyarakat madura terutama Kab.Bangkalan masih berperilaku berdasarkan budaya agama yang dianutnya, sehingga masalah-masalah negatif masih sangat jarang terjadi. Misalnya kasus pencurian, pembunuhan, maupun pengedaran narkoba. Selain itu

2. Ketenangan Masyarakat Ketenangan masyarakat merupakan kunci kenyamanan dalam hidup bermasyarakat. Sebelum adanya proyek pembangunan Jembatan Suramadu kondisi ketenangan masyarakat pada awalnya adalah aman dan tenteram. Tetapi hal tersebut berbeda dengan diselenggarakannya pembangunan Jembatan Suramadu yang akan merubah ketenangan hidup yang diperoleh masyarakat . Pada saat tahap kegiatan konstruksi terjadi ketidaknyamanan kelangsungan hidup warga masyarakat sekitar kawasan pembangunan proyek yang disebabkan adanya suara bising dari alat bangunan yang dipakai untuk pembangunan jembatan. Pasca dibangunnya Jembatan Suramadu semakin banyaknya alat transportasi yang melintasi Jembatan Suramadu sehingga dapat menimbulkan keramaian di jalan raya seperti kendaraan yang melintasi kecamatan Burneh – Bangkalan.

7.3 Hasil Proses Pelingkupan Dampak Penting Hipotetik

Setelah dilakukan evaluasi terhadap potensi damapak dari kegiatan pembangunan Jembatan Suramadu maka dapat diperoleh dampak hipotetik sebagai berikut :

a. Komponen Biogeofisik  Kualitas Air Laut  Biota aquatik  Kualitas Udara Bersih a. Komponen Biogeofisik  Kualitas Air Laut  Biota aquatik  Kualitas Udara Bersih

c. Komponen Sosial Budaya  Sikap Masyarakat Terhadap Proyek

Setelah diketahui dampak hipotetik yang ditimbulkan dari pembangunan Jembatan Suramadu maka diperoleh dampak penting yang benar-benar harus diperhatikan baik pada tahapan prakonstruksi, konstruksi, maupun pasca konstruksi. Berikut adalah dampak yang harus di prioritaskan kelangsungannya :

Klasifikasi dan prioritas

 Perubahan sosial ekonomi masyarakat  Pembenahan kualitas air dan udara bersih

Hasil Proses Pelingkupan Bagan Alir Dampak Penting Hipotetik

Pembangunan Jembatan Suramadu

Kualitas udara

Kualitas air laut

Kesempatan kerja

Ketenangan masyarakat

Kesehatan terganggu

Migrasi biota aquatik

Pendapatan masyarakat

Kelangkaan biota

Kesejahteraan masyarakat

Sikap Masyarakat Terhadap Proyek

Bagan 1. Bagan Alir Dampak Penting Hipotetik

7.4 Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian

Batas wilayah studi rencana pembangunan Jembatan Suramadu meliputi:

7.4.1 Wilayah Studi

a. Batas Proyek

Batas proyek adalah ruang dimana rencana kegiatan Pembangunan Jembatan Suramadu berjalan, yaitu pada sisi Kab. Bangkalan – Madura meliputi Kecamatan Labang Kabupaten Bangkalan provinsi Jawa Timur dan pada sisi Surabaya meliputi Kecamatan Kenjeran Kabupaten Surabaya provinsi Jawa Timur . Proyek Pembangunan Jembatan Suramadu membutuhkan panjang Jembatan sebesar 5.438 meter dengan lebar kurang lebih 30 meter

b. Batas Ekologi

Batas ekologi dari pembangunan Jembatan Suramadu adalah batas yang masih dipengaruhi persebaran dampak melalui air, udara, dan tanah. Persebaran pencemaran lingkungan adalah wilayah pemukiman di sekitar wilayah proyek pembangunan Jembatan Suramadu, yakni untuk sisi Kab. Bangkalan – Madura meliputi Kec. Labang Kab. Bangkalan dan untuk sisi Surabaya meliputi Kec. Kenjeran Kab. Surabaya.

c. Batas Sosial

Batasan sosial merupakan ruang di sekitar wilayah rencana proyek yang terdapat berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai yang sudah ada dan diperkirakan akan mengalami perubahan dinamika sosial akibat dari berlangsungnya proyek Pembangunan Jembatan Suramadu. Kemungkinan yang akan terkena dampak perubahan dinamika sosial akibat adanya pembangunan Jembatan Suramadu ini adalah penduduk masyarakat yang berdomisili di sekitar wilayah proyek yaitu pada sisi Kab. Bangkalan – Madura meliputi Kec. Labang Kab. Bangkalan dan pada sisi Surabaya meliputi Kec. Kenjeran Kab. Surabaya.

d. Batas Administrasi

Batas administrasi rencana kegiatan pembangunan Jembatan Suramadu adalah sebagai berikut :

 Untuk sisi Bangkalan – Madura Desa

: Sukolilo Barat Kecamatan : Labang Kabupaten : Bangkalan Provinsi

: Jawa Timur

 Untuk Sisi Surabaya Kecamatan : Kenjeran Kabupaten : Surabaya Provinsi

: Jawa Timur

7.4.2 Batas Waktu Kajian

Batas waktu kajian kegiatan AMDAL pembangunan Jembatan Suramadu berkisar selama 6 (enam) tahun, mulai dari kegiatan pesiapan pembangunan, pengumpulan, dan analisis data, analisis dan perumusan dampak, hingga penyelesaian dan pengumpulan laporan data hasil pembangunan.

7.5 Prakiraan Dampak Penting

Kegiatan pembangunan Jembatan Suramadu dapat memberikan dampak pada komponen lingkungan yang ada di Kec. Labang Kab.Bangkalan – Madura. Besaran dampak akan dievaluasi dengan menggunakan metode matriks leopold. Matriks leopold merupakan metode yang dirancang untuk meganalisis dampak lingkungan pada berbagai proyek konstruksi yang berada di suatu wilayah. Metode ini memberikan informasi mengenai hubungan dan pengaruh suatu aktivitas atau kegiatan.

Matriks Leopold merupakan interaksi antara komponen kegiatan dengan komponen lingkungan. Langkah dalam matriksi ini adalah menentukan besarnya dan pentingnya dampak yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan proyek. Berikut adalah skala besarnya dampak dan pentingnya dampak yang akan disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 3. Skala Besaran Dampak

No. Skala

Persentasi

Keterangan Dampak

1. 1 10% - 20%

Sangat Kecil

Sangat Besar

Tabel 4. Skala Pentingnya Dampak

No. Skala

Keterangan Dampak

1. 1 Sangat Tidak Penting

2. 2 Tidak Penting

3. 3 Sedang

4. 4 Penting

5. 5 Sangat Penting

Setelah mengetahui skala besaran dan pentingnya dampak, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis dampak yang terjadi yang berhubungan erat dengan tahap kegiatan dan lingkungan sekitar. Berikut ini adalah hasil analisis dampak pada setiap tahap kegiatan yang dilakukan dalam Pembangunan Jembatan Suramadu,

Tabel 5. Prakiraan Dampak Besar Pada Setiap Tahapan Kegiatan

Aktivitas Proyek

Tahap

No

Tahap Prakonstruksi

Tahap Konstruksi

Pasca

Konstruksi Komponen Lingkungan

Komponen Biogeofisik

1 Perubahan bentuk lahan

2 Penurunan Kualitas Air Laut

3 Penurunan Kualitas Udara Bersih

Komponen Sosial Ekonomi

1 Perubahan Pendapatan Masyarakat

2 Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha

Komponen Sosial Budaya

1 Sikap Masyarakat Terhadap Proyek

2 Ketenangan Masyarakat

xx

5. Pembuatan Jembatan Tahap Prakonstruksi

Keterangan :

Tahap Konstruksi

1. Mobilisasi alat dan bahan material

6. Pemasangan komponen jembatan

1. Perijinan lokasi

2. Mobilisasi tenaga kerja

2. Survey lokasi

3. Operasi pembersihan ranjau di

Tahap Pasca Konstruksi

3. Pemetaan lokasi

lingkungan laut

1. pembersihan

bahan material

4. studi kelayakan

4. Pembukaan lahan sebagai jalan

bangunan

akses

2. peresmian Jembatan Suramadu

Tabel 6. Prakiraan Dampak Besar dan Penting Pembangunan Jembatan Suramadu

Aktivitas Proyek

Tahap

Tahap Pra

No

Tahap Konstruksi

Pasca

Konstruksi

Komponen Lingkungan Konstruksi

Komponen Biogeofisik

1 Perubahan bentuk lahan

2 Penurunan Kualitas Air Laut

3 Penurunan Kualitas Udara Bersih

Komponen Sosial Ekonomi

1 Perubahan Pendapatan Masyarakat

2 Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha

Komponen Sosial Budaya

1 Sikap Masyarakat Terhadap Proyek

2 Ketenangan Masyarakat

5. Pembuatan Jembatan Tahap Prakonstruksi

Keterangan :

Tahap Konstruksi

1. Mobilisasi alat dan bahan material

6. Pemasangan komponen jembatan

1. Perijinan lokasi

2. Mobilisasi tenaga kerja

2. Survey lokasi

3. Operasi pembersihan ranjau di

Tahap Pasca Konstruksi

3. Pemetaan lokasi

lingkungan laut

1. pembersihan

bahan material

4. studi kelayakan

4. Pembukaan lahan sebagai jalan

bangunan

akses

2. peresmian Jembatan Suramadu

Dari analisis tabel yang dipaparkan sebelumnya maka setiap tahap kegiatan pembangunan Jembatan Surmadu memiliki persentase dampak yang berbeda, berikut akan dijabarkan persentasi besarnya dampak yang ditimbulkan dari Pembangunan Jembatan Suramadu berdasarkan tahap kegiatannya :

1. Tahap Kegiatan Prakonstruksi Berdasarkan porsi nilai besaran dampak yang diberikan dalam tabel 6 menunjukkan bahwa tahap kegiatan prakonstruksi menyumbang dampak sebesar 40-80%, yang mana pada tahap kegiatan pra konstruksi ini lebih banyak mendatangkan dampak positif seperti masih kentalnya budaya masyarakat Madura terutama di daerah Kab. Bangkalan sehingga masyarakat masih jauh dari kasus kejahatan.

2. Tahap Kegiatan Konstruksi Berdasarkan porsi nilai besaran dampak yang diberikan dalam tabel 6 menunjukkan bahwa tahap kegiatan konstruksi menyumbang dampak sebesar 40-80%, yang mana pada tahap kegiatan konstruksi lebih menimbulkan banyak dampak negatif. Dampak negatif tersebut lebih banyak ditimbulkan pada saat kegiatan mobilisasi alat dan bahan material bangunan Jembatan Suramadu sehingga banyak menimbulkan perubahan pada lingkungan sekitar seperti adanya perubahan kualitas air laut, penurunan kualitas udara bersih, dan pendapatan nelayan yang semakin berkurang.

3. Tahap Kegiatan Pasca Konstruksi Berdasarkan porsi nilai besaran dampak yang diberikan dalam tabel 6 menunjukkan bahwa tahap kegiatan pasca konstruksi menyumbang dampak

sebesar 60-90%, yang mana pada tahap kegiatan pasca konstruksi menimbulkan dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnyanya ditunjukkan adanya peningkatan pendapatan masyarakat pasca berdirinya Jembatan, hal ini disebabkan karena terciptanya aktivitas ekonomi di sekitar jalan akses menuju Jembatan Suramadu. Sedangkan dampak negatif yang diberikan berupa sreing terjadinya kasus kejahatan di daerah pelososk Kab. Bangkalan sehingga banyak kasus perampokan yang disertai dengan pembunuhan (begal) dan pengedaran narkoba, selain itu terganggunya ketenangan masyarakat akibat banyaknya kendaraan transportasi yang sebesar 60-90%, yang mana pada tahap kegiatan pasca konstruksi menimbulkan dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnyanya ditunjukkan adanya peningkatan pendapatan masyarakat pasca berdirinya Jembatan, hal ini disebabkan karena terciptanya aktivitas ekonomi di sekitar jalan akses menuju Jembatan Suramadu. Sedangkan dampak negatif yang diberikan berupa sreing terjadinya kasus kejahatan di daerah pelososk Kab. Bangkalan sehingga banyak kasus perampokan yang disertai dengan pembunuhan (begal) dan pengedaran narkoba, selain itu terganggunya ketenangan masyarakat akibat banyaknya kendaraan transportasi yang

Dari penjelasan mengenai dampak potensial dan analisa pada tabel diatas dapat diketahui bahwa dampak positif yang sangat penting yang ditimbulkan dari pembangunan Jembatan Suramadu adalah sebagai berikut :

1. Adanya perubahan pendapatan masyarakat setelah berdirinya Jembatan Suramadu. Perubahan ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan terhadap pendapatan masyarakat khususnya masyarakat di Kec.Labang, Kab.Bangkalan – Madura yang membuka usaha sebagai pedagang kaki lima. Di sisi lain Income perkapita rata-rata per tahun di Bangkalan telah bertambah sebanyak 93,63 %. Hal ini disebabkan semakin lancarnya transportasi yang juga akan meningkatkan kegiatan ekonomi.

2. Setelah berdirinya Jembatan Suramadu, masyarakat Kec.Labang Kab.Bangkalan – Madura memiliki peluang untuk membuka usaha di sekitar akses jalan menuju Jembatan Suramadu, misalnya sebagai pedagang kaki lima (PKL). Dengan demikian adanya kesempatan kerja dan peluang berusaha menjadi jalan alternatif bagi ibu rumah tangga nelayan untuk mencari pendapatan selain bergantung pada hasil nelayan yang semakin menurun.

3. Pada masa prakonstruksi budaya yang ada di masyarakat Madura masih tertata rapi dan tidak terpengaruh dengan budaya dari luar pulau Madura yang lebih condong pada budaya yang lebih modern.

Selain dampak positif ada pula dampak negatif yang sangat penting yang ditimbulkan dari pembangunan Jembatan Suramadu, yakni :

1. Adanya perubahan bentuk lahan yang digunakan untuk pembukaan lahan sebagai jalan akses menuju Jembatan Suramadu. Lahan yang awalnya merupakan lahan persawahan milik masyarakat sekitar kini menjadi jalan

raya sebagai akses menuju Jembatan Suramadu.

2. Penurunan kualitas air laut yang disebabkan karena adanya mobilisasi alat dan bahan material yang digunakan dalam pembangunan Jembatan Suramadu. Adanya kegiatan tersebut menyebabkan laut menjadi tercemar sehingga ekosistem biota aquatik menjadi terganggu.