Nabi dalam Al Qur an Kajian Tafsir Ayat

Nabi dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Ayat Tentang Nabi dan Kenabian)
Oleh: Ali Thaufan DS
Pendahuluan
Dalam keyakinan kaum muslim, terdapat salah satu keyakinan akan adanya
manusia sempurna pembawa kabar gembira, yakni keyakinan kepada nabi-nabi
Allah. Umat muslim meyakini adanya duapuluh lima nabi sebagaimana yang
termaktub dalam al-Qur’an. Para nabi diutus oleh Allah bukan tanpa alasan,
melainya mereka diutus untuk membawa peringatan dari Allah dan kabar gembira
bagi umatnya.
Masing-masing nabi mengalami cobaan dan perjalanan yang mengharukan.
Keteladanan yang dicontohkan oleh para nabi terekam dari beberapa hadis nabi
Muhammad dan kitab-kitab tarikh. Dalam karyanya yang berjudul Qasas alAnbiya’, Ibn Katsir menyajikan perjalanan hidup para nabi. Semua perjalanan
hidup digambarkan didasarkan dengan penjelasan al-Qur’an. 1 Ternyata, tidak
hanya sarjana muslim saja yang menghasilkan karya-karya yang merekam jejak
para nabi, terutama nabi Muhammad. Para orientalis juga “berbondong-bondong”
menuliskan karya untuk mengulas sejarah dan hidup para nabi.
Makalah ini berusaha membahas secara singkat tentang pengertian nabi, ajaran
para nabi, tugas para nabi dan keistimewaannya, serta posisi nabi Muhammad
sebagai penutup para nabi sebelumnya. Semua keterangan pembahasan penulis
dasarkan pada ayat-ayat al-Qur’an. Untuk menjelaskan ayat tersebut, penulis
menukil berbagai pandangan para mufassir.

Seputar Pengertian Nabi
Pada sub bab awal makalah ini, perlu kiranya penulis paparkan seputar definisi
atau pengertian nabi secara lughawi dan istilahi . Secara bahasa, nabi terdiri dari
kata nun, ba, hamzah, yang berarti mengabarkan. Oleh sebab itu, nabi adalah
orang yang membawa kabar tentang Allah dan ajaranNya.2 Sedangkan secara
istilah, nabi adalah seorang hamba Allah yang secara khusus dipilih dan diberikan
wahyu untuk dia amalkan. Wahyu tersebut adalah kabar gembira yang harus
diamalkan oleh umatnya.
1

Imaduddin Abu al-Fida’ Ismail ibn Katsir, Qasas al-Anbiya’, (Mesir: Dar al-Thaba’ah al-Nasr
al-Islamiyah, 1997)
2
Abi al-Fadl Jamal al-Din Muhammad ibn Makram Ibn Manzur, Lisân al-Arab, (Beirut: Dar
al-Shadir, tt), h. 162

1

Adapun rasul, oleh sebagian para ulama bahasa didefinisikan sebagai manusia
yang diutus oleh Allah kepada segenap manusia dengan membawa risalah. Secara

istilah, rasul adalah hamba Allah yang dipilih dan diberi wahyu serta diutus
kepada kaum yang kafir untuk menyampaikan wahyu Allah tersebut. Al-Dahlawi
menerangkan sebab diutusnya nabi atau rasul adalah karena Allah mengetahui
bahwa suatu masyarakat yang baik adalah terletak pada kepatuhan mereka kepada
Allah semata.3
Nabi, Anbiya’ dan Nubuwah dalam al-Qur’an
Kata al-nabi dalam al-Qur’an terdapat sebanyak 43 kali. Kata nabi dalam bentuk
jama’, yaitu al-Anbiya’ terdapat sebanyak 5 kali. Adapun kata nubuwah yang
berarti kenabian terdapat 5 kali dalam al-Qur’an.4
Kata nabi dalam al-Qur’an berdasarkan tema yang dibicarakan, meliputi: Orangorang munafik yang lari pada saat perang (QS. 2: 246). Allah memberi peringatan
kepada orang-orang ahli kitab yang meragukan kenabian Ibrahim. Allah juga
menegaskan posisi nabi Muhammad (QS. 3: 68). Membesarkan hati orang-orang
yang berperang bersama nabi Muhammad (QS. 3: 146). Nabi tidak akan
menyelewengkan harta rampasan perang (QS. 3: 161). Menceritakan orang-orang
ahli kitab, umat nabi Musa yang menjadikan orang-orang kafir sebagai penolong
(QS. 5: 81). Tiap-tiap nabi memiliki musuh (QS. 6: 112). Cerita nabi Syu’aib yang
didustakan umatnya (QS. 7: 94). Siksa Allah tidak akan pernah menimpa orangorang yang beriman dan mengikuti nabi Muhammad (QS. 7: 157). Dakwah nabi
Muhammad kepada seluruh umat manusia (QS. 7: 158).
Allah pasti akan melindungi nabi (Muhammad) serta kaumnya (QS. 8: 64). Allah
memberi semangat kepada nabi dan kaumnya pada saat berperang (QS. 8: 65).

Allah memberitahukan cara memberlakukan tawanan kepada nabi (Muhammad)
(QS. 8: 67). Allah memberitahukan cara memberlakukan tawanan kepada nabi
(Muhammad) (QS. 8: 70). Azab bagi orang-orang yang menyakiti nabi
(Muhammad) (QS. 9: 61). Perintah kepada nabi (Muhammad) untuk memerangi
orang-orang kafir dan munafik (QS. 9: 73). Larangan bagi nabi dan orang-orang
mukmin mendo’akan orang-orang kafir (QS. 9: 113). Allah menerima taubah nabi,
kaum Muhajirin dan Anshar (QS. 9: 117). Semua nabi mendapat godaan dari setan
(QS. 22: 52). Allah menciptakan musuh bagi para nabi (QS. 25: 31). Perintah

3

Syah Waliyullah al-Dahlawî, Hujjah Allâh al-Bâligha, (Beirut: Dâr al-Jîl, 2005), vol. 1, h.

156
4

Muhammad Fuad Abdu al-Baqi, Mu’jam Mufahras li al-Faz al-Qur’an al-Karim, (Kairo: Dar
al-Hadis, 1364 H), h. 686

2


kepada nabi agar bertakwa kepada Allah dan tidak menuruti keinginan orangorang kafir (QS. 33: 1).
Nabi sebagai manusia yang paling utama (QS. 33: 6). Bantuan Allah kepada nabi
dan umatnya pada perang Ahzab (QS. 33: 13). Ketetapan Allah kepada istri nabi
(Muhammad) (QS. 33: 28). Peringatan bagi para istri nabi (Muhammad) agar
tidak berlaku keji (QS. 33: 30). Perintah bagi para istri nabi (Muhammad) untuk
menjadi perempuan yang tegar (QS. 33: 32). Tentang pernikahan nabi
(Muhammad) dengan Zainab. Pada ayat ini sekaligus diterangkan perbedaan
antara anak kandung dan angkat (QS. 33: 38). Nabi (Muhammad) sebagai
pembawa kabar gembira (QS. 33: 45). Perempuan yang dibolehkan menjadi istri
nabi (Muhammad) (QS. 33: 50). Adab bertamu kepada nabi Muhammad (QS. 33:
53). Alam semesta bersalawat kepada nabi Muhammad (QS. 33: 56). Perintah
nabi kepada para perempuan untuk memanjangkan jilbab / menutup aurat (QS. 33:
59).
Allah menegaskan bahwa Dia telah mengutus nabi-nabi (QS. 43: 6). Para nabi
mendapat cobaan, diperolok-olok (QS. 43: 7). Etika bicara kepada dan pada saat
bersama nabi (QS. 49: 2). Perintah Allah kepada nabi (Muhammad)
memerlakukan perempuan yang datang kepadanya dengan baik / semestinya (QS.
60: 12). Etika menceraikan istri yang disampaikan Allah kepada nabi Muhammad
(QS. 65: 1). Teguran kepada nabi Muhammad pada saat nabi tidak melakukan halhal yang semestinya dihalalkan bagi suami istri (meminum madu untuk

menyenangkan istri) (QS. 66: 1). Tentang sedikit kerenggangan istri nabi (Hafsah
dan Aisyah) (QS. 66: 3). Perintah taubah kepada hamba-hamba Allah (QS. 66: 8).
Perintah kepada nabi (Muhammad) untuk memerangi orang-orang kafir dan
munafik (QS. 66: 9).
Kata anbiya yang merupakan bentuk jama’ dari nabi disebutkan dalam: QS. AlBaqarah [2]: 91 tentang Sikap orang Yahudi terhadap para rasul dan kitab-kitab
yang diturunkan Allah; QS. Ali Imran [3]: 112 tentang kemurkaan Allah kepada
orang-orang ahli kitab karena telah mendustakan para nabi dan membunuh
mereka; QS. Ali Imran [3]: 181 tentang azab Allah bagi orang-orang yang
mencelaNya dan membunuh nabiNya; QS. Al-Nisa’ [4]: 155 tentang kutukan
Allah kepada orang-orang kafir yang telah membunuh para nabi dan tidak
mengimani keterangan Allah; QS. Al-Maidah [5]: 20 tentang nabi Musa yang
mengingatkan kaumnya bahwa Allah telah memberi mereka nikmat dan
menurunkan para nabi kepada mereka.
Kelima ayat di atas menjelaskan bagaimana posisi dan peran para nabi-nabi Allah.
Mereka berupaya mengeluarkan kaumnya dari kegelapan. Dari kelima ayat di

3

atas, tiga ayat memberikan keterangan bahwa nabi-nabi Allah dibunuh oleh orangorang kafir. Ayat ini memperlihatkan betapa perjuangan para nabi menegakkan
ajaran Allah, meski maut yang mereka hadapi.

Sedangkan kata nubuwah terdapat dalam: QS. Ali Imran [3]: 79 tentang nabi yang
menyuruh umatnya menyembah Allah, bukan meneymbah dirinya sendiri; QS.
Al-‘An’am [6]: 89 tentang hikmah dan kenabian yang diberikan Allah kepada
para nabi untuk disampaikan kepada umatnya; QS. Al-‘Ankabut [29]: 27 tentang
anugrah kenabian kepada Ibrahim, Ishak dan Ya’kub; QS. Al-Jastiyah [45]: 16
menerangkan tentang bani Israil yang mengingkari kenabian nabi Muhammad,
padahal mereka telah mengetahui bukti-bukti kenabiannya; QS. Al-Hadid [57]: 26
tentang kenabian nabi Nuh dan Ibrahim serta menjadikan keturunan dari
keduanya sebagai nabi.
Jika dicermati dari lima ayat di atas, kata nubuwah disandingkan dengan hikmah
sebanyak dua ayat, dan kelima ayat disandingkan dengan kata al-Kitab. Hal ini
menunjukkan bahwa kenabian selalu dibuktikan dengan adanya kitab yang dibawa
para nabi sebagai tuntunan umatnya. Sekaligus menerangkan bahwa kenabian
adalah hikmah dari Tuhan.
Islam Sebagai Ajaran Para Nabi
Dari pengertian singkat di atas, setidaknya dapat dipahami bahwa nabi adalah
seorang yang diutus oleh Allah untuk menyampaikan ajaran-ajaran Allah kepada
umat manusia. Adapaun ajaran yang disampaikan nabi adalah islam (berpasrah
kepada Allah). Ajaran islam para nabi dijelaskan dalam banyak ayat al-Qur’an
seperti:


) ‫نونقاملوا مكومنوا مهوفدا أ نشو ن ننصانرى تنشهتنمدوا مقشل بنشل كمل لننة كإبشنراكهينم نحكنيففا نونما نكانن كمنن ال شممششكرككينن‬
‫ب‬
‫(مقوملوا آ ننم لننا كبالل لنكه نونما أ من شكزنل كإل نيشننا نونما أ من شكزنل كإنلى كإبشنراكهينم نوكإشسنماكعينل نوكإشس ن‬135
‫حانق نوينشعمقو ن‬
‫نوال شأ نشسنباكط نونما مأوكتني ممونسى نوكعينسى نونما مأوكتني الن لنكب لميونن كمشن نر كبلكهشم نلا ن منفكلرمق بنيشنن أ ننحدد كمن شمهشم‬
(136) ‫حمن ل نمه ممشسلكممونن‬
‫نون ن ش‬
“Dan mereka berkata: ‘hendaklah kamu menjadi penganut Yahudi dan Nasrani,
niscaya kamu mendapat petunjuk’. Katakanlah: ‘tidak, melainkan (kami
mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah Ibrahim dari golongan orang
musyrik’. Katakanlah: ‘kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan
kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismâil, Ishâq, Ya’qûb dan
cucunya, dan apa yang diberikan kepada nabi-nabi Tuhannya. Kami pun tidak

4

membeda-bedakan seseorang diantara mereka dan kami hanya tunduk dan patuh
kepada-Nya.”5
Ayat di atas, tidak menyebut agama para nabi sebelum Muhammad dengan agama

Islâm. Tetapi ketundukan dan kepasrahan mereka terhadap Allah menunjukkan
keberislaman mereka (menjadi Muslim). Ayat di atas juga diperjelas kembali
dalam ayat lain

‫ب‬
‫عل نيشننا نونما أ من شكزنل ن‬
‫مقشل آ ننم لننا كبالل لنكه نونما أ من شكزنل ن‬
‫عنلى كإبشنراكهينم نوكإشسنماكعينل نوكإشس ن‬
‫حانق نوينشعمقو ن‬
‫حمن ل نمه‬
‫نوال شأ نشسنباكط نونما مأوكتني ممونسى نوكعينسى نوالن لنكب لميونن كمشن نر كبلكهشم نلا ن منفكلرمق بنيشنن أ ننحدد كمن شمهشم نون ن ش‬
‫خاكسكرينن‬
‫( نونمشن ينبشتنكغ ن‬84) ‫ممشسلكممونن‬
‫غيشنر ال شكإشسنلاكم كديفنا نفل نشن يمشقبننل كمن شمه نومهنو كفي ال شآ نكخنركة كمنن ال ش ن‬
(85)
“Katakanlah: ‘Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan
kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismâil, Ishâq, Ya’qûb, dan
anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Mûsa, Isa dan para nabi dari Tuhan
mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan hanya
kepada-Nyalah kami menyerahkan diri’. Barang siapa mencari agama selain

agama Islâm, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya,
dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”6
Beberapa ayat di atas menunjukkan adanya keterhubungan agama Islâm sebagai
ajaran Nabi Muhammad dengan ajaran Nabi Ibrahim serta nabi-nabi lainnya yang
menunjukkan kepasrahan dan mengesakan Allah. Al-Qur’an memberikan isyarat
bahwa pada setiap kaum, Allah akan menurunkan utusan untuk patuh dan berserah
padaNya.7 Hal ini semakin menguatkan bahwa nabi-nabi yang diutus Allah
sebelum Muhammad juga mengajarkan islâm dan menjadi seorang muslim.
Ajaran kepasrahan (islâm) kepada Tuhan Yang Esa yang diserukan Nabi
Muhammad juga diserukan jauh sebelumnya, yakni oleh Nabi Musa. “Berkata
Musa: ‘Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkallah
kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri (muslim)”. 8 Pun
demikian dengan nabi Isa yang dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa kaumnya
menyatakan kemusliman mereka.
“Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia:
‘Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama)
5

Surah Al-Baqarah: 135-136
Surah Ali Imran: 84-85

7
Sûrah al-Ra’d: 7
8
Sûrah Yunus: 84
6

5

Allah?’ Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: ‘Kamilah penolongpenolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa
sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri.”9
Ibn Abbas meriwayatkan bahwa persaksian dan kepasrahan kepada Allah telah
dilakukan oleh para nabi terdahulu. Riwayat Ibn Abbâs semakin menguatkan
bahwa ajaran-ajaran nabi sebelum Muhammad adalah islâm (kepasrahan pada
Allah).10 Inti ajaran para nabi adalah menyeru pada ketauhidan. Meninggalkan
bentuk-bentuk tuhan ciptaan manusia itu sendiri.
Selain ayat-ayat diatas, al-Qur’an juga memberikan keterangan terkait ajaran nabi
Nuh. Ayat yang menerangkan adanya hubungan mendasar antara ajaran islâm
Nabi Muhammad dengan nabi Nuh adalah:
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkanNya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang
telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama

dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang
musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama
itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya
orang yang kembali (kepada-Nya).”11
Ayat selanjutnya:
“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami
telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan
Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Ismâ’il, Ishâk, Ya’qûb dan
anak cucunya, Isâ, Ayyûb, Yûnus, Harun dan Sulaimân. Dan Kami berikan Zabur
kepada Daûd”12
“Dan Kami telah menganugerahkan Ishâk dan Ya’qûb kepadanya. Kepada
keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu
(juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebahagian dari keturunannya (Nuh)
yaitu Daûd, Sulaimân, Ayyûb, Yûsuf, Musa dan Harun. Demikianlah Kami
memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik, dan Zakaria, Yahya, Isa
dan Ilyâs. Semuanya termasuk orang-orang yang saleh, dan Ismâil, Alyasa’,
Yûnus dan Luth. Masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di
9

Ali Imrân: 52
Abî Thâhir ibn Ya’qûb al-Fairuzi Abadi, Tanwîr al-Mu’bâs min Tafsîr Ibn Abbâs, (Bairut:
Dâr al-Fikr, 2001), h. 52
11
Sûrah Al-Syura: 13
12
Sûrah Al-Nisa’: 163
10

6

masanya), Dan Kami lebihkan (pula) derajat sebahagian dari bapak-bapak mereka,
keturunan dan saudara-saudara mereka. Dan Kami telah memilih mereka (untuk
menjadi nabi-nabi dan rasul-rasul) dan Kami menunjuki mereka ke jalan yang
lurus.”
Bahkan lebih jauh lagi, al-Qur’an memberi keterangan bahwa ajaran islâm Nabi
Muhammad pun telah ada sejak Âdam. Berikut ayat yang menerangkannya:
“Sesungguhnya Allah telah memilih Âdam, Nûh, keluarga Ibrahim dan keluarga
Imrân melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)”13
Ayat-ayat di atas memang tidak secara khusus menyebut ajaran para nabi –
sebelum Muhammad- dengan islâm. Namun keterangan al-Qur’an menunjukkan
bahwa ajaran pasrah (islâm) tidak saja berasal dari Nabi Ibrahim, tetapi jauh
sebelumnya yakni Nabi Nuh dan Âdam. M. Quraish Shibab, juga menjelaskan:
“Agama, atau ketaatan pada-Nya, ditandai oleh penyerahan diri secara mutlak pada
Allah SWT. Islâm dalam arti penyerahan diri adalah hakikat yang ditetapkan Allah
dan diajarkan oleh pada nabi sejak Nabi Âdam hingga Nabi Muhammad SAW.” 14

Ibn Taimiyah menegaskan bahwa sebaik-baiknya agama adalah islâm. Hal itu ia
dasarkan pada Sûrah al-Nisa: 125.
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia
mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi
kesayangan-Nya.”
Tugas Nabi Serta Keistimewaanya
Diutusnya seorang nabi oleh Allah bukan tanpa maksud dan tujuan. Allah
memiliki tujuan tersendiri pada saat mengutus para nabi kepada umatnya. Dalam
ayat-ayat al-Qur’an, Allah menerangkan bahwa diutusnya nabi adalah untuk
memberi kabar gembira dan peringatan Allah.
Surah al-Baqarah ayat 213

‫ن‬
‫حكلق‬
‫نكانن ال لننامس أ م لنمفة نواكحندفة نفبننع ن‬
‫ب كبال ش ن‬
‫ث الل لنمه الن لنكبكليينن ممبنكلشكرينن نوممن شكذكرينن نوأن شنزنل نمنعمهمم ال شككنتا ن‬
‫حك منم بنيشنن ال لنناكس كفينما اشختنل نمفوا كفيكه نونما اشختنل ننف كفيكه كإ لنلا ال لنكذينن مأومتومه كمشن بنشعكد نما نجانءتشمهمم‬
‫لكين ش‬
13

Sûrah Ali Imrân: 33
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta:
Lentera Hati, 2007), cet-7, vol, 2, h. 40
14

7

‫حكلق كبكإشذكنكه نوالل لنمه ينشهكدي نمشن‬
‫ال شبن كيلننا م‬
‫ت بنشغفيا بنيشن نمهشم نفنهندى الل لنمه ال لنكذينن آ ننممنوا لكنما اشختنل نمفوا كفيكه كمنن ال ش ن‬
‫يننشامء كإنلى كصنرادط ممشستنكقيدم‬
“Manusia itu adalah umat yang satu (setelah timbul perselisihan), maka Allah
mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama
mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang
perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu
melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah
datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara
mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada
kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan
Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang
lurus.”
Ayat di atas menerangkan bahwa pada mulanya umat manusia adalah satu ( ‫أ م ل نمفة‬
‫)نواكحندفة‬, sejak masa nabi Adam hingga nabi Nuh. Tetapi kemudian berpecah belah

‫ن‬
akibat dari perselisihan. ( ‫ختنل نمفوا‬
‫حك منم بنيشنن ال لنناكس كفينما ا ش‬
‫حكلق لكين ش‬
‫ب كبال ش ن‬
‫نوأن شنزنل نمنعمهمم ال شككنتا ن‬
‫ )كفيكه‬Lalu Allah menurunkan rasulnya dengan membawa kitab sebagai kabar
gembira agar mereka bersatu.15
Selain pada ayat di atas, Allah juga menerangkan tujuan pengutusan nabi untuk
membawa kabar gembira pada surah al-Nisa ayat 165

‫عكزيفزا‬
‫مرمسفلا ممبنكلشكرينن نوممن شكذكرينن لكئن لنلا ين م‬
‫عنلى الل لنكه مح لن‬
‫جةة بنشعند ال لمرمسكل نونكانن الل لنمه ن‬
‫كونن كلل لنناكس ن‬
‫نحككيفما‬
“(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi
peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah
diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Al-Maraghi menjelaskan bahwa Allah telah mengutus para rasulNya seperti
dikisahkan, untuk memberi kabar gembira bagi orang-orang yang beriman.
Mereka –orang-orang yang beriman- akan mendapat pahala besar yang abadi.
Melalui ayat ini, Allah sekaligus memberi peringatan bagi orang-orang kafir. Ayat
ini akan menjawab pertanyaan orang-orang kafir saat mereka bertanya “Mengapa
Tuhan tidak mengutus rasul?”.16
15

Abi Muhammad al-Husain ibn Mas’ud al-Baghawi, Tafsîr al-Baghawi Ma’âlimu al-Tanzîl,
(Riyadh: Dar al-Thaiyyibah, 1412 H), vol. 1, h. 243
16
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsîr al-Maraghî, (Mesir: Maktabah Musthafa, 1946), vol. 6,
h. 23.

8

Pengutusan rasul Allah untuk memberi peringatan juga diterangkan pada surah
Ibrahim ayat 5.

‫نول ننقشد أ نشرنسل شننا ممونسى كبآ ننياكتننا أ نشن أ نشخكرشج نقشونمنك كمنن ال لمظل منما ك‬
‫ت كإنلى ال لمنوكر نونذ كك لشرمهشم كبأ ن لنياكم الل لنكه كإ لنن‬
‫كودر‬
‫ت لكك م ل كل نص لنبادر نش م‬
‫كفي نذلكنك ل نآ ننيا د‬
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat
Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): ‘Keluarkanlah kaummu dari gelap
gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari
Allah.’ Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur.”
(‫ )نول ننقشد أ نشرنسل شننا ممونسى‬Ayat ini menerangkan kisah nabi Musa yang diutus Allah
untuk mengeluarkan kaumnya dari kegelapan menuju cahaya. ( ‫م الل ل نكه‬
‫)نونذ كك لشرمهشم كبأ ن لنيا ك‬
Musa diperintahkan agar mengingatkan kaumnya atas nikmat Allah sebagaimana
telah diberikan pula kepada para nabi sebelumnya. Musa juga diperintahkan
kepada orang-orang yang kafir kepada Allah akan siksa dan azabnya. Musa
sendiri pernah mengalami kehidupan yang penuh derita, yakni ketika masa
Fir’aun yang memperbudak bani Israil. Tetapi, Musa juga pernah merasakan
nikmat yang luar bisa ketika ia menyelamatkan bani Israil dari para musuhnya
dengan membelah lautan.17
Kenabian adalah sesuatu yang istimewa yang diberikan Allah kepada hamba
pilihannya. Kenabian adalah pilihan Allah. Seseorang tidak akan dapat menempuh
jalan menuju etape atau tingkat kenabian, walaupun dengan segala upaya dalam
ibadahnya. Kenabian adalah kehendak Allah semata. Pada ayat 74 surah Ali Imran
diterangkan

‫ختن لمص كبنرشحنمكتكه نمشن يننشامء نوالل لنمه مذو ال شنفشضكل ال شنعكظيكم‬
‫ين ش‬
“Allah menentukan rahmat-Nya (kenabian) kepada siapa yang dikehendaki-Nya
dan Allah mempunyai karunia yang besar”
Pada ayat ini dijelaskan bahwa rahmat Allah kepadanya nabiNya adalah karunia
Allah semata. Rahmat Allah juga diberikan kepada semua hambanya. Tidak
terbatas pada golongan tertentu. Allah memberikan rahmat atas kehendaknya,
bukan seperti yang dikatakan oleh bani Israil bahwa rahmat Allah hanya terbatas

17

Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsîr al-Maraghî, vol. 13, h. 129.

9

kepada mereka saja. Oleh sebab itu, Allah berhak pula mengutus nabiNya kepada
bangsa yang dikehendaki.18
Pada ayat lain, Allah menegaskan bahwa kenabian semata-mata pilihan Allah.
Allah berfirman dalam surah al-Hajj: 75

‫الل لنمه ينشصنطكفي كمنن ال شنمنلاكئك نكة مرمسفلا نوكمنن ال لنناكس كإ لنن الل لننه نسكميةع بنكصيةر‬
“Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan
sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

dari

manusia;

Al-Thabari menjelaskan bahwa menurut sebagian riwayat ayat ini turun tatkala
orang-orang musyrik bertanya “Apakah diutus kepada kami seorang nabi?”. Maka
ayat ini memberi jawaban atas mereka –orang-orang musyrik.19 Al-Baghawi
menerangkan kata (‫ )ال شنمنلاكئك نكة‬dalam ayat ini dengan menyebut nama-nama
malaikat seperti Jibril, Mikail, Israfil dan seterusnya. Demikian pula pada saat
menerangkan kata (‫)مرمسفلا‬, bahwa Allah telah memilih manusia sebagai utusannya
(rasul) seperti Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad serta nabi-nabi yang lain.20
Allah juga menjelaskan pada surah al-Anbiya ayat 73.

‫( نونجنعل شننامهشم أ نكئ لنمفة ينشهمدونن كبأ نشمكرننا‬72) ‫ب نناكفل نفة نومكل نجنعل شننا نصالككحينن‬
‫نونونهبشننا ل نمه كإشس ن‬
‫حانق نوينشعمقو ن‬
‫ن‬
‫خيشنرا ك‬
(73) ‫عاكبكدينن‬
‫ينشهمدونن كبأ نشمكرننا نوأشونحيشننا كإل نيشكهشم كفشعنل ال ش ن‬
‫ت نونكامنوا ل نننا ن‬
“Dan Kami telah memberikan kepada-nya (Ibrahim) lshak dan Ya'qub, sebagai
suatu anugerah (daripada Kami). Dan masing-masingnya Kami jadikan orangorang yang saleh. Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin
yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada,
mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan
hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah.”
Pada ayat di atas dijelaskan bahwa para nabi yakni Ibrahim, Ishak, Ya’qub
diangkat oleh Allah menjadi orang-orang yang saleh ( ‫ن‬
‫)نومكل نجنعل شننا نصالككحي ن‬. Lalu
dengan kesalehan tersebut, Allah menjadikannya sebagai pemimpin. ( ‫جنعل شننامهشم‬
‫نو ن‬

‫ )أ نكئ لنمفة‬Allah telah menjadikan mereka yakni nabi Ibrahim, Ishak, Ya’qub sebagai
18

Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsîr al-Maraghî, vol. 3, h. 183.
Abû Ja’far Muhammad ibn Jarîr al-Thabarî, Jamî’ al-Bayân an Takwil Ay al-Qur’ân, (Kairo:
Dar al-Hijrah, 2001), vol 16, h. 638
20
al-Baghawi, Tafsîr al-Baghawi Ma’âlimu al-Tanzîl, vol. 5, h. 400
19

10

pemimpin bagi umatnya. Mereka –para nabi- menyeru pada kebaikan, taat kepada
Allah dan menjalankan segala perintahnya.21
Dari uraian di atas, penulis mencermati bahwa tugas utama para nabi adalah
memberi peringatan pada kaumnya yang mendustakan ajaran Allah. Mereka –para
kaum nabi- diluruskan kembali atas kehadiran para nabi-nabi Allah. Para nabi
memiliki keistimewaan disisi Allah. Ia adalah manusia-manusia pilihan Allah.
Mereka dijadikan sebagai pemimpin suatu kaum untuk membawa kaumnya
kepada jalan tauhid.
Tentang Muhammad dan Kenabiannya
Sebagai nabi pembawa risalah Islam, Muhammad ibn Abdullah telah tercatat
dalam sejarah peradaban sebagai orang yang punya pengaruh besar terhadap
sebuah perubahan. Ayahnya bernama Abdu Allah dan ibunya bernama Aminah.
Karena pengaruhnya yang sedemikian besar, maka tidak mengherankan jika umat
Islam sangat mengagungkan. Dalam diri nabi Muhammad terdapat kesempurnaan
sifat dan sikap. Ia teladan yang wajib diteladani oleh seluruh umat manusia di
jagat raya. Pengakuan atas kesempurnaannya tidak hanya dari kalangan Muslim,
tetapi juga umat Nasrani dan Yahudi. Meski banyak pula yang mencercanya.
Setiap tanggal 12 Rabi’u al-Awwal, umat Muslim sedunia memperingati hari
lahirnya.22 Peringatan tersebut bukan tanpa alasan. Tentu saja sebagai representasi
dari rasa cinta umat Islam terhadapnya. Lantunan sahdu salawat tersanjung untuk
Muhammad Sang Kekasih Tuhan. Momentum peringatan hari lahir Nabi
Muhammad, atau yang sering disebut Mawlid Nabi adalah titik tolak untuk
membangkitkan semangat umat Muslim agar berpegang pada ajaran yang ia
bawa; sebagai wujud cinta umat pada Nabinya; serta berharap agar kelak
dipertemukan dengannya di hari akhir. Bagi umat Islam Indonesia, peringatan
Mawlid Nabi atau yang sering disebut muludan menjadi bumbu ekspresi
keagamaan tersendiri.
21

al-Thabarî, Jamî’ al-Bayân an Takwil Ay al-Qur’ân, (Kairo: Dar al-Hijrah, 2001), vol 16, h.

317.
22

Tentang kelahiran nabi Muhammad telah banyak diulas oleh para ulama. Jumhur ulama
mencatat kelahiran Muhammad pada 12 Rabi’i al-Awwal tahun “Gajah” di kota Makkah. Lihat:
Ali ibn Ahmad ibn Sa’id ibn Hazm, Jawâmi’ al-Sîrah wa Khamsa Rasâil al-Ukhra li Ibn Hazm,
Ihsan Abbas (editor), (Mesir: Dar al-Ma’arif, 1900), h. 5. Namun demikian, ada beberapa sumber
yang menyatakan bahwa kelahiran nabi Muhammad bukan pada bulan 12 Rabi’i al-Awwal, tetapi
tanggal 9. Bahkan beberapa sumber menyebutkan bahwa Muhammad lahir pada 13 Muharram,
dan adapula yang menyebut pada bulan Ramadhan. Lihat: M. Quraish Shihab, Membaca Sirah
Nabi Muhammad SAW; dalam Sorotan al-Qur’an dan Hadits-Hadits Shahih, (Ciputat: Lentera
Hati, 2014), h. 211. Tentang perbedaan hari kelahiran nabi Muhammad juga diulas oleh Yahya ibn
Said, dalam: Muhammad ibn Abdu Allah ibn Yahya ibn Said, al-Sirah al-Nubuwah al-Musamma
‘Uyûn al-Atsar, (Beirut: Muasasah ‘Izu al-Din Li al-Thaba’ah, 1986), vol 1, h. 39

11

Tanda-tanda bahwa Muhammad akan hadir sebagai nabi pembawa risalah Allah
telah terlihat jauh sebelum kelahirannya. Ramalan orang ahli kitab menyebutkan
akan hadirnya Muhammad. Pada saat Siti Aminah mengandung, ia merasakan halhal aneh. Aminah mendapat bisikan dari langit bahwa anak yang sedang
dikandung adalah manusia pilihan. Bahkan nama Muhammad pun adalah pilihan
dari bisikan tersebut. Pada hari kelahiran Muhammad, rumah Siti Aminah seakan
mengeluarkan cahaya yang terang.23
Sebagai seorang yang mulia, nabi Muhammad pun terlahir dari keturunan yang
mulia. Beberapa sumber riwayat menyebut nasab nabi Muhammad sampai kepada
nabi Ismail dan Ibrahim, bahkan hingga nabi Adam. 24 Tentu, ini merupakan
pilihan dari Allah. Bahwa setiap nabi yang diutusNya adalah seorang mulia, dari
keturunan yang mulia pula.
Kenabian nabi Muhammad diawali dengan kebiasaan nabi yang gemar bertahannus. Nabi gemar menyendiri. Pada masa-masa menjelang kenabian ia
seringkali bermimpi. Mimpi tersebut adalah merupakan pembukaan sebelum
akhirnya ia mendapat wahyu pertama, surah al-‘Alaq ayat 1-5. Dalam
penyendiriannya ia terkaget-kaget dengan datangnya wahyu Allah tersebut
melalui malaikat Jibril. Ia pun segera kembali kerumah. Sesampainya dirumah ia
sampaikan peristiwa yang dialaminya dengan penuh kecemasan. Sang istri
Khadijah pun menenangkan hati nabi.25
Didalam al-Qur’an, kisah tentang nabi Muhammad amat sangat banyak. Penulis
mencoba membatasi ayat-ayat yang berkenaan tentang nabi Muhammad seperti
terdapat dalam surah berikut ini: tentang orang-orang Yahudi dan Nasrani telah
mengenal nabi Muhammad tetapi mereka menyembunyikannya (QS. 2: 146);
Muhammad adalah rasul yang diutus setelah para rasul sebelumnya (QS. 3: 144);
Muhammad dijadikan saksi (QS. 4: 41); Allah membesarkan hati nabi
Muhammad agar tidak bersedih karena kemusyrikan orang-orang Makkah (QS.
26: 3); nabi Muhammad bukanlah bapak dari laki-laki, melainkan seorang rasul
Allah. Ayat ini menerangkan tentang anak angkat dan anak kandung (QS. 33: 40);
sifat nabi Muhammad dalam kitab taurat dan injil (QS. 48: 29) dan teguran Allah
ketika nabi Muhammad bermuka masam (QS. 80: 1-4).

23
Yahya ibn Said, al-Sirah al-Nubuwah al-Musamma ‘Uyûn al-Atsar, vol 1, h. 45. Lihat pula
dalam: M. Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW, h. 200
24
Ali ibn Ahmad ibn Sa’id ibn Hazm, Jawâmi’ al-Sîrah wa Khamsa Rasâil al-Ukhra li Ibn
Hazm, h. 2.
25
Yahya ibn Said, al-Sirah al-Nubuwah al-Musamma ‘Uyûn al-Atsar, vol 1, h. 116

12

Pada surah al-Baqarah ayat 2, Allah menginformasikan bahwa sejatinya orangorang Yahudi dan Nasrani telah mengenal sosok Muhammad, nabi Allah. Tetapi
mereka ingkar akan hal itu.

‫ن‬
‫ح لنق نومهشم‬
‫ب ينشعكرمفون نمه ك ننما ينشعكرمفونن أ نبشننانءمهشم نوكإ لنن نفكريفقا كمن شمهشم ل نينك شتمممونن ال ش ن‬
‫ال لنكذينن آتنيشننامهمم ال شككنتا ن‬
‫ينشعل نممونن‬
“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al-Kitab (Taurat dan
Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan
sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal
mereka mengetahui.”
Dari redaksi ayat di atas menunjukkan bahwa kenabian Muhammad telah
termaktub dalam kitab Taurat dan Injil. Al-Maraghi menjelaskan bahwa seorang
pendeta Yahudi bernama Abdul Allah ibn Salam menyatakan bahwa ia telah
mengenal Muhammad dari keterangan kitab sucinya. Bahkan ia mengatakan jika
lebih mengenal Muhammad dari pada anaknya sendiri. Tetapi justru keterangan
dari kitab-kitab terdahulu tersebut diingkari oleh para ahli kitab itu sendiri. 26 Dari
informasi ayat ini, dapat dipastikan bahwa Muhammad memiliki keistimewaan
dari para nabi-nabi sebelumnya. Termaktubnya nama Muhammad dalam kitab
suci mereka menunjukkan bahwa Muhammad telah diakui kenabiannya oleh para
nabi.
Pada ayat lain juga diterangkan bahwa Muhammad adalah rasul yang diutus
setelah para rasul sebelumnya, pada surah Ali Imran ayat 144

‫عنقاكبك مشم‬
‫عنلى أ ن ش‬
‫ت أ نشو مقكتنل ان شنقل نبشتمشم ن‬
‫ت كمشن نقبشلككه ال لمرمسمل أ ننفكإشن نما ن‬
‫ح لنمةد كإل نرمسوةل نقشد نخل ن ش‬
‫نونما مم ن‬
‫جكزي الل لنمه ال لنشاكككرينن‬
‫عكقبنيشكه نفل نشن ينمض لنر الل لننه نشيشفئا نونسين ش‬
‫عنلى ن‬
‫ب ن‬
‫نونمشن ينن شنقلك ش‬
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu
sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu
berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia
tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan
memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”
Penulis kiranya perlu menggarisbawahi kalimat ( ‫ن‬
‫ت كم ش‬
‫ح لنمةد كإل نرمسوةل نقشد نخل ن ش‬
‫نونما مم ن‬
‫ )نقبشلككه ال لمرمسمل‬yang dapat dimaknai sebagai Muhammad adalah rasul diantara rasulrasul lainnya yang telah diturunkan Allah kepada umatnya masing-masing.
Peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat ini, munurut beberapa ulama tafsir
26

Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsîr al-Maraghî, vol. 2, h. 13.

13

adalah pada saat terjadi perang Uhud. Pada saat orang-orang Yahudi beranggapan
bahwa Muhammad telah mati, Umar marah dan akan memenggal kepala orangorang yang mengatakan nabi telah mati. Ayat ini berarti menerangkan bahwa nabi
Muhammad adalah manusia biasa yang dapat mati dalam peperangan, jika Allah
menghendaki.27
Dalam pandangan sufistik, nabi Muhammad memiliki tempat yang paling mulia
diantara para nabi sebelumnya. Menurut Sahl al-Tustari sebagaimana dikutip
Anwar Syarifuddin menerangkan bahwa Allah menciptakan Adam dari tanah yang
penuh kemuliaan, yaitu dari cahaya Muhammad.28 Hal ini berarti bahwa
sesungguhnya Allah telah mempersiapkan akan adanya nabi yang paling mulia,
yakni Muhammad jauh sebelum kelahirannya.
Sebagai manusia sempurna, jalan hidup nabi tidak berjalan mulus. Ia mengalami
cacian dan cercaan orang-orang kafir yang memusuhinya. Dalam sebuah ayat
dikisahnya saat nabi bersedih karena kemusyrikan orang-orang Makkah, seperti
tercantum dalam surah al-Syuara’ ayat 3

‫كومنوا ممشؤكمكنينن‬
‫ل ننعل لننك نباكخةع ن نشفنسنك أ ن لنلا ين م‬
“Apakah kamu (muhammad) akan melakukan bunuh diri karena bersedih akibat
kaummu tidak mau beriman”
Meski nabi Muhammad sebagai manusia sempurna, tetapi ia pernah mendapat
teguran dari Allah atas sikapnya, sebagaimana dalam surah ‘Abasa ayat 1-4

‫( أ نشو ين لنذك لنمر نفتنن شنفنعمه الكلذك شنرى‬3) ‫( نونما يمشدكرينك ل ننعل لنمه ين لنز لنكى‬2) ‫عنمى‬
‫( أ نشن نجانءمه ال شأ ن ش‬1) ‫عبننس نوتننو لنلى‬
‫ن‬
(4)
“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang
buta kepadanya, tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari
dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi
manfaat kepadanya?”
Menurut beberapa mufassir, ayat ini turun berkenaan dengan Ibnu Ummi Maktum
yang buta yang datang kepada Rasulullah saw. Lalu berkata: “Berilah petunjuk
27

Wahbah Zuhaili, al-Tafsîr al-Munîr fî al-‘Aqîdah wa al-Syari’ah wa al-Manhaj, (Beirut: Dar
al-Fikr, 2009), vol 2, h. 438. Lihat sebab turunnya ayat dalam: Jalâluddin Abi Abdu al-Rahman alSuyuti, Lubâb al-Nuqûl fi Asbâb al-Nuzûl, (Beirut: al-Kitab al-Tsaqafiah, 2002), h. 64
28
Anwar Syarifuddin, “Memaknai Alam Semesta: Simbolisasi Kosmik dalam Ontologi Mistik
Sahl ibn Abd Allah al-Tustari”, dalam Jurnal Refleksi, vol. IX, No. 2, 2009, h. 228

14

kepadaku ya Rasul.” Pada saat waktu itu Rasulullah saw. sedang menghadapi para
pembesar kaum musyrikin Quraisy, sehingga Rasulullah berpaling daripadanya
dan tetap menghadapi pembesar-pembesar Quraisy. Ummi Maktum berkata:
“Apakah yang saya katakan ini mengganggu tuan?” Rasul menjawab: “Tidak.”29
Penutup
Simpulan dari makalah ini adalah: para nabi adalah utusan Allah yang
diperintahkan untuk mengeluarkan manusia dari jurang kemusyrikan. Para nabi
adalah manusia-manusia pilihan Allah dan Allah telah memberi mereka
keistimewaan. Keistimewan para nabi antara lain adalah diangkat derajat
keimanannya; dijadikan sebagai pemimpin; dan para nabi dibelaki kitab Allah dan
hikmahNya. Kenabian para nabi kemudian ditutup dengan lahirnya nabi terakhir
yakni Muhammad. Sebagai nabi terakhir, nabi Muhammad memiliki
keistimewaan tersendiri, salah satu adalah kabar kenabiannya yang termaktub
dalam kitab suci sebelumnya. Selainnya itu, Allah beserta seluruh alam bersalawat
kepadanya.

29

al-Suyuti, Lubâb al-Nuqûl fi Asbâb al-Nuzûl, h. 286

15