GAMBARAN PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS (1)

HALAMAN PENGESAHAN

Dengan ini menerangkan bahwa Laporan Kegiatan Magang Mahasiswa Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman dengan judul GAMBARAN PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG TAHUN 2016, yang disusun oleh:

Nama : Yesinta Bella Savitri NIM

: G1B013087 telah disetujui dan disahkan pada tanggal Januari 2017.

Purwokerto, Januari 2017

Pembimbing lapangan Pembimbing Akademik Magang

(Yuli Kurniasih P. SKM. M.KES.) (Agnes Fitria W,S.KM,M.Sc) NIP. 19740718 200212 2006

NIP. 19830702 201012 2 003

Mengetahui, Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat FIKES UNSOED

(Arif Kurniawan, SKM., MKes.) NIP. 197802192001121002

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Kegiatan Pelaksanaan Magang.............................................................31

DAFTAR GAMBAR

Halaman

35

Gambar 4.1 Struktur Organisasi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Verifikasi Kelurahan STBM Kota Semarang Lampiran 2. Dokumentasi Lampiran 3. Identitas Peserta PKL Lampiran 4. Daftar Kegiatan Harian Peserta PK Lampiran 5. Lembar Konsultasi dan Bimbingan Laporan PKL (PL) Lampiran 6. Lembar Konsultasi dan Bimbingan Laporan PKL

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang. Dampak yang diharapkan terjadi peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional tahun 2009). Pelaksanaan pembangunan kesehatan harus dilakukan secara berkesinambungan agar dapat meningkatkan status kesehatan masyarakat. Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya yang tersirat dalam UU RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pada awalnya hanya menitikberatkan pada upaya kuratif kemudian secara berangsur-angsur berkembang ke arah keterpaduan upaya kesehatan untuk seluruh masyarakat dengan mengikutsertakan masyarakat secara luas yang mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang bersifat terpadu dan berkesinambungan.

Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapat perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Buruknya kondisi sanitasi akan berdampak negatif di aspek-aspek kehidupan, mulai dari turunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat, meningkatnya jumlah kejadian diare Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapat perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Buruknya kondisi sanitasi akan berdampak negatif di aspek-aspek kehidupan, mulai dari turunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat, meningkatnya jumlah kejadian diare

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) atau dikenal juga dengan nama Community Lead Total Sanitation (CLTS) merupakan program pemerintah dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta mengimplementasikan komitmen pemerintah untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar berkesinambungan dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015. Upaya sanitasi berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3 Tahun 2014 yang disebut Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yaitu meliputi Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS), Cuci Tangan Pakai Sabun, Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga, Pengamanan Sampah Rumah Tangga dan Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (Kemenkes RI, 2014). Pelaksanaan program STBM dimulai dari pilar pertama yaitu Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS). Fokus pertama dilakukan pada Stop BABS karena pilar tersebut berfungsi sebagai pintu masuk menuju sanitasi total serta merupakan upaya untuk memutus rantai kontaminasi kotoran manusia terhadap air baku minum, makanan, dan lainnya (Ditjen PP dan PL, 2011).

Menurut Chandra (2007), Buang air besar sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah, udara, makanan, dan perkembangbiakan lalat. Sesuai dengan model ekologi, ketika lingkungan buruk akan menyebabkan penyakit. Penyakit yang dapat terjadi akibat kontaminasi tersebut antara lain tifoid, paratiroid, disentri, diare, kolera, penyakit cacing, hepatitis viral, dan beberapa penyakit infeksi gastrointestinal lain, serta infeksi parasit lain. Upaya untuk memutus terjadinya penularan penyakit dapat dilaksanakan dengan memperbaiki sanitasi lingkungan. Tersedianya jamban merupakan usaha untuk memperbaiki sanitasi dasar dan dapat memutus rantai penularan penyakit (Suparmin, 2002)

Jamban merupakan tempat yang aman dan nyaman untuk digunakan sebagai tempat buang air besar. Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang mencegah kontaminasi ke badan air, kontak antara manusia dan tinja, bau yang tidak sedap, membuat tinja tidak dapat dihinggapi serangga, serta binatang lainnya, dan konstruksi dudukannya dibuat dengan baik, aman, dan mudah dibersihkan (WSP-EAP, 2009).

Program STBM ini lebih menekankan pada perubahan perilaku kelompok masyarakat dengan pemicuan menggunakan metode Metodology Participatory Assesmant Participatory Hygiene And Sanitation Transformasi (MPAPHAST). Pemicuan dilaksanakan dengan cara fasilitasi kepada masyarakat dalam upaya memperbaiki keadaan sanitasi di lingkungan mereka hingga mencapai kondisi Open Defecation Free (ODF). Kondisi ODF ditandai dengan 100% masyarakat telah mempunyai akses BAB di jamban sendiri, Program STBM ini lebih menekankan pada perubahan perilaku kelompok masyarakat dengan pemicuan menggunakan metode Metodology Participatory Assesmant Participatory Hygiene And Sanitation Transformasi (MPAPHAST). Pemicuan dilaksanakan dengan cara fasilitasi kepada masyarakat dalam upaya memperbaiki keadaan sanitasi di lingkungan mereka hingga mencapai kondisi Open Defecation Free (ODF). Kondisi ODF ditandai dengan 100% masyarakat telah mempunyai akses BAB di jamban sendiri,

Menurut catatan Buku Saku Sanitasi Kota Semarang pada tahun 2013 tercatat persentase penduduk yang memanfaatkan jamban yaitu sebesar 76,11% sedangkan tahun 2014 yaitu 76%, diketahui bahwa persentase tersebut mengalami penurunan. Sedangkan untuk indikator cakupan pemanfaatan air bersih pada juga mengalami penurunan dari 78,55 pada tahun 2013 menjadi 77% di tahun 2014. Penurunan tersebut harus di atasi agar derajat kesehatan terus meningkat, jika tidak maka angka kesakitan dan angka kematian di kota Semarang dapat meningkat setiap tahunnya. Dinas Kesehatan merupakan suatu instansi yang mempunyai tugas melaksanakan sebagaian urusan rumah tangga daerah dalam bidang kesehatan untuk menunjang tercapainya usaha kesejahteraan masyarakat di bidang kesehatan dan melaksanakan tugas pembantuan sesuai dengan bidang tugasnya.

Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan (Fikes) Jurusan Kesehatan Masyarakat merupakan wadah pendidikan bagi mahasiswa di lingkungan Universitas

Jenderal Soedirman yang mempunyai visi menghasilkan lulusan yang menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan, serta mampu bersaing dalam pasar kerja global guna mewujudkan masyarakat yang berperilaku hidup sehat. Sehubungan dengan pencapaian visi tersebut, maka salah satu program yang dilaksanakan adalah Praktik Kerja Lapangan (PKL). PKL atau magang merupakan program intrakulikuler dalam bentuk kegiatan belajar di lapangan yang merupakan wahana bagi mahasiswa untuk menambah pengetahuan, keterampilan, pengalaman serta sebagai pembelajaran mengenal dunia kerja. Kegiatan magang di Dinas Kesehatan Kota Semarang ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran pelaksanaan program STBM di Dinas Kesehtan Kota Semarang serta ingin menambah pengalaman dan kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan. Berdasarkan latar belakang tersebut, pada kegiatan magang ini mahasiswa tertarik untuk mempelajari tentang berlangsungnya kegiatan STBM dalam bidang kesehatan lingkungan dengan mengambil judul “Gambaran program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2016 ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah “Bagaimana gambaran proses pelaksanaan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Dinas Kesehatan Kota Semarang pada tahun 2016”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu melaksanakan latihan kerja di Dinas Kesehatan Kota Semarang khususnya di Bidang Kesehatan Lingkungan untuk mengetahui gambaran umum berjalannya program STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) tahun 2016 yang dilakukan oleh Bidang Kesehatan Lingkungan di Dinas Kesehatan Kota Semarang.

2. Tujuan Khusus Tujuan khusus kegiatan magang ini adalah:

a. Mengetahui bagaimana akses sanitasi layak Kota Semarang tahun 2016.

b. Mengetahui bagaimana program STBM Kota Semarang di Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2016.

c. Mengetahui capaian desa yang sudah masuk kriteria ODF tahun 2016.

D. Manfaat

1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Semarang

a. Institusi memperoleh bantuan pemikiran, tenaga, serta dapat memanfaatkan tenaga magang sesuai dengan kebutuhan di unit kerjanya.

b. Laporan magang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber informasi mengenai gambaran STBM di Kota Semarang.

c. Menciptakan sarana kerja sama antara institusi tempat magang dan perserta magang dalam rangka meningkatkan pengetahuan khususnya dalam program STBM.

2. Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat

a. Menjalin kerja sama dengan Bidang Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Semarang sehingga dapat mendukung pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

b. Memperoleh informasi tentang kondisi nyata di dunia kerja yang berguna bagi penembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

c. Memperoleh umpan balik dari institusi tempat magang dalam rangka pengembangan kurikulum agar lebih sesuai dengan kebutuhan di lapangan.

3. Bagi Mahasiswa

a. Mendapatkan pengalaman nyata terkait dengan aplikasi ilmu kesehatan masyarakat khususnya bidang kesehatan lingkungan.

b. Memperoleh pemahaman dan keterampilan di bidang Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Semarang.

c. Mendapatkan pengetahuan, pengalaman, dan pembelanjaran mengenai penerapan STBM dalam program kegiatan Dinas Kesehatan Kota Semarang.

d. Mendapatkan permasalahan apa saja yang ada dalam program STBM sehingga dapat digunakan sebagai referensi bahan penelitian dalam rangka penulisan tugas akhir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Program Kesehatan

1. Pengertian program Program dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung pengertian “rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha (dalam ketatanegaraan, perekonomian, dan sebagainya) yang akan dijalankan”. Sedangkan Arikunto dan Jabar (2004) mendefinisikan program sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Pendapat berikutnya masih menurut Arikunto dan Jabar (2004) bahwa “program terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan dan saling menunjang dalam rangka mencapai suatu tujuan”. Di dalam Arikunto dan Jabar (2004) ada tiga pengertian penting dan perlu ditekankan dalam menentukan program, yaitu:

a. Realisasi atau implementasi suatu kebijakan

b. Terjadi dalam waktu relatif lama, bukan kegiatan tunggal tetapi jamak dan berkesinambungan

c. Terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang

2. Pengertian Kesehatan Pengertian Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) tahun 1948 menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai “suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan”. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan (Kemenkes, 2009), kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.Menurut WHO, kesehatan ibu adalah kesehatan perempuan selama kehamilan, persalinan dan pasca melahirkan.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan (Kemenkes, 2009), kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.

3. Pengertian Kesehatan Lingkungan Kesehatan lingkungan merupakan bagian dari dasar-dasar kesehatan masyarakat modern yang meliputi terhadap semua aspek manusia dalam hubungannya dengan lingkungan, dengan tujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan nilai-nilai kesehatan manusia pada tingkat setinggi-

tingginya dengan jalan memodifisir tidak hanya faktor sosial dan lingkungan fisik semata-mata, tetapi juga terhadap semua sifat-sifat dan kelakkan- kelakuan lingkungan yang dapat membawa pengaruh terhadap ketenangan, kesehatan dan keselamatan organisme umat manusia (Mulia, 2005). Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Menurut Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.

4. Pengertian Sanitasi Lingkungan

a. Higiene Hygiene adalah suatu ilmu kesehatan yang mencakup seluruh faktor yang membantu atau mendorong adanya kehidupan yang sehat baik perorangan maupun melalui masyarakat (Mukono, 2006). Sedangkan menurut Azwar (2000). Hygiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan.

b. Sanitasi Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subjeknya, misalnya menyediakan b. Sanitasi Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subjeknya, misalnya menyediakan

Menurut UU RI No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air, dan udara, penanganan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi, dan kebisingan, pengendalian faktor penyakit, dan penyehatan atau pengamanan lainnya. Melihat luasnya ruang lingkup kesehatan lingkungan, sangatlah diperlukan adanya multi disiplin kerja agar kegiatannya dapat berjalan dengan baik. Misalnya diperlukan tenaga ahli di bidang air bersih, ahli kimia, ahli biologi, ahli teknik dan sebagainya (Mukono, 2006).

Hygiene dan sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik, biologis, sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan (Entjang, 2000). Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat untuk perbaikan sanitasi lingkungan, Hygiene dan sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik, biologis, sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan (Entjang, 2000). Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat untuk perbaikan sanitasi lingkungan,

Hygiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari untuk mendukung perilaku hidup sehat dan bersih. Misalnya hygiene sudah baik karena petugas mau mencuci tangan dengan bersih memakai sabun sebelum dan sesudah menangani pasien, tetapi jika keadaan sanitasi lingkungan buruk misalnya karena tidak tersedianya air bersih yang cukup maka mencuci tangan tidak dapat dilakukan dengan baik dan sempurna.

B. Program STBM

1. Pengertian dan Tujuan STBM Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut STBM merupakan pendekatan dan paradigma baru pembangunan sanitasi di Indonesia yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat dan perubahan perilaku. STBM ditetapkan sebagai kebijakan nasional berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/MENKES/ SK/IX/2008 untuk mempercepat pencapaian MDGs tujuan 7C, yaitu mengurangi hingga setengah penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi pada tahun 2015. Tahun 2014, Kepmenkes ini diganti dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.3 Tahun 2014 tentang STBM. Adapun tujuan penyelenggaraan STBM adalah untuk mewujudkan perilaku masyarakat yang higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Diharapkan pada tahun 2025, Indonesia bisa mencapai sanitasi total untuk seluruh masyarakat, sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Indonesia.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 STBM, singkatan dari Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, merupakan pendekatan untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Metode pemicuan dalam STBM tersebut dilakukan dengan menggunakan metode CLTS (Irwantoro, 2012). Pendekatan STBM diadopsi dari hasil uji coba Community Led Total Sanitation (CTS) yang telah sukses dilakukan di beberapa lokasi proyek air minum dan sanitasi di Indonesia, khususnya dalam mendorong kesadaran masyarakat untuk mengubah perilaku buang air besar sembarangan (BABS) menjadi buang air besar di jamban yang higienis dan layak. Perubahan perilaku BAB merupakan pintu masuk perubahan perilaku santasi secara menyeluruh. Atas dasar pengalaman keberhasilan CLTS, pemerintah menyempurnakan pendekatan CLTS dengan aspek sanitasi lain yang saling berkaitan yang ditetapkan sebagai 5 pilar STBM, yaitu (1) Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS), (2) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), (3) Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT), (4) Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PS- RT), dan (5) Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT) (Kemenkes, 2014).

Dimana menurut Kar (2008), CLTS merupakan suatu pendekatan terintegrasi yang digunakan untuk mencapai keberhasilan dan mendukung status ODF. Dimana pihak luar yang memberikan fasilitasi, tidak memberikan pendidikan kepada anggota masyarakat selama proses pemicuan tersebut berlangsung. Melainkan melakukan kegiatan fasilitasi dengan proses menyemangati dan memberdayakan masyarakat setempat.

2. Lima Pilar STBM Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima pilar akan mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik serta mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat. Pelaksanaan STBM dalam jangka panjang dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik, dan dapat mendorong tewujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan (Kemenkes RI, 2014).

a. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) Suatu kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan. Perilaku SBS diikuti dengan pemanfaatan sarana sanitasi yang saniter berupa jamban sehat. Saniter merupakan kondisi fasilitas sanitasi yang memenuhi standar dan persyaratan kesehatan yaitu:

1) Tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia; dan

2) Dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebar penyakit pada pemakai dan lingkungan sekitarnya ( Kemenkes RI, 2014). Jamban sehat efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit.

Jamban sehat harus dibangun, dimiliki dan digunakan oleh keluarga dengan penempatan (di dalam rumah atau di luar rumah) yang mudah dijangkau oleh penghuni rumah (Kemenkes RI, 2014).

Standar dan persyaratan kesehatan bangunan jamban terdiri dari :

1) Bangunan atas jamban (dinding dan atau atap) Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai dari gangguan cuaca dan gangguan lainnya.

2) Bangunan tengah jamban Terdapat 2 (dua) bagian bangunan tengah jamban, yaitu:

a) Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine) yang saniter dilengkapi oleh konstruksi leher angsa. Pada konstruksi sederhana (semi saniter), lubang dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa, tetapi harus diberi tutup.

b) Lantai Jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin dan mempunyai saluran untuk pembuangan air bekas ke Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL).

3) Bangunan Bawah Merupakan bangunan penampungan, pengolah dan pengurai kotoran atau tinja yang berfungsi mencegah terjadinya pencemaran 3) Bangunan Bawah Merupakan bangunan penampungan, pengolah dan pengurai kotoran atau tinja yang berfungsi mencegah terjadinya pencemaran

a) Tangki septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai penampungan limbah kotoran manusia (tinja dan urine). Bagian padat dari kotoran manusia akan tertinggal dalam tangki septik, sedangkan bagian cairnya akan keluar dari tangki septik dan diresapkan melalui bidang atau sumur resapan. Jika tidak memungkinkan dibuat resapan maka dibuat suatu filter untuk mengelola cairan tersebut.

b) Cubluk, merupakan lubang galian yang akan menampung limbah padat dan cair dari jamban yang masuk setiap harinya dan akan meresapkan cairan limbah tersebut ke dalam tanah dengan tidak mencemari air tanah, sedangkan bagian padat dari limbah tersebut akan diuraikan secara biologis. Bentuk cubluk dapat dibuat bundar atau segiempat, dindingnya harus aman dari longsoran, jika diperlukan dinding cubluk diperkuat dengan pasangan bata, batu kali, buis beton, anyaman bambu, penguat kayu dan sebagainya (Kemenkes RI, 2014).

b. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) CTPS merupakan perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.

1) Langkah-langkah CTPS yang benar : 1) Langkah-langkah CTPS yang benar :

b) Gosokkan sabun pada kedua telapak tangan sampai berbusa lalu gosok kedua punggung tangan, jari jemari, kedua jempol, sampai semua permukaan kena busa sabun.

c) Bersihkan ujung-ujung jari dan sela-sela di bawah kuku.

d) Bilas dengan air bersih sambil menggosok-gosok kedua tangan sampai sisa sabun hilang.

e) Keringkan kedua tangan dengan memakai kain, handuk bersih atau kertas tisu atau mengibas-ibaskan kedua tangan sampai kering.

2) Waktu penting perlunya CTPS, antara lain:

a) Sebelum makan

b) Sebelum mengolah dan menghidangkan makanan

c) Sebelum menyusui

d) Sebelum memberi makan bayi atau balita

e) Sesudah buang air besar arau kecil

f) Sesudah memegang hewan atau unggas

3) Kriteria Utama Sarana Cuci Tangan Pakai Sabun

a) Air bersih yang dapat dialirkan

b) Sabun

c) Penampungan atau saluran air limbah yang aman (Kemenkes RI, 2014).

c. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT) PAMM-RT merupakan suatu proses pengolahan, penyimpanan dan pemanfaatan air minum dan pengelolaan makanan yang aman di rumah tangga ( Kemenkes RI, 2014). Tahapan kegiatan dalam PAMM-RT, yaitu:

1) Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga

a) Pengolahan air baku Apabila air baku keruh perlu dilakukan pengolahan awal:

(1) Pengendapan dengan gravitasi alami (2) Penyaringan dengan kain (3) Pengendapan dengan bahan kimia atau tawas

b) Pengolahan air untuk minum Pengolahan air minum di rumah tangga dilakukan untuk mendapatkan air dengan kualitas air minum. Air untuk minum harus diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan kuman dan penyakit melalui: (1) Filtrasi (penyaringan), contoh: biosand filter, keramik filter

dan sebagainya. (2) Klorinasi, contoh: klorin cair, klorin tablet dan sebagainya. (3) Koagulasi dan flokulasi (penggumpalan), contoh : bubuk

koagulan (4) Desinfeksi, contoh: merebus, sodis (Solar Water Disinfection) koagulan (4) Desinfeksi, contoh: merebus, sodis (Solar Water Disinfection)

dengan kran. (2) Air minum sebaiknya disimpan diwadah pengolahannya. (3) Air yang sudah diolah sebaiknya disimpan dalam tempat yang

bersih dan selalu tertutup. (4) Minum air dengan menggunakan gelas yang bersih dan kering atau tidak minum air langsung mengenai mulut/wadah kran. (5) Letakkan wadah penyimpanan air minum di tempat yang

bersih dan sulit terjangkau oleh binatang. (6) Wadah air minum dicuci setelah tiga hari atau saat air habis, gunakan air yang sudah diolah sebagai air bilasan terakhir.

d) Hal penting dalam PAMM-RT (1) Cucilah tangan sebelum menangani air minum dan mengolah

makanan siap santap. (2) Mengolah air minum secukupnya sesuai dengan kebutuhan

rumah tangga. (3) Gunakan air yang sudah diolah untuk mencuci sayur dan buah siap santap serta untuk mengolah makan siap santap. (4) Tidak mencelupkan tangan ke dalam air yang sudah diolah

menjadi air minum.

(5) Secara periodik meminta petugas kesehatan untuk melakukan pemeriksaan air guna pengujian laboratorium.

d. Pengelolaan Makanan Rumah Tangga Makanan harus dikelola dengan baik dan benar agar tidak menyebabkan gangguan kesehatan dan bermanfaat bagi tubuh. Cara pengelolaan makanan yang baik yaitu dengan menerapkan prinsip higiene dan sanitasi makanan. Pengelolaan makanan di rumah tangga, walaupun dalam jumlah kecil atau skala rumah tangga juga harus menerapkan prinsip higiene sanitasi makanan. Prinsip higiene sanitasi makanan:

1) Pemilihan bahan makanan Pemilihan bahan makanan harus memperhatikan mutu dan kualitas serta memenuhi persyaratan yaitu untuk bahan makanan tidak dikemas harus dalam keadaan segar, tidak busuk, tidak rusak atau berjamur, tidak mengandung bahan kimia berbahaya dan beracun serta berasal dari sumber yang resmi atau jelas. Untuk bahan makanan dalam kemasan atau hasil pabrikan, mempunyai label dan merek, komposisi jelas, terdaftar dan tidak kadaluwarsa.

2) Penyimpanan bahan makanan Menyimpan bahan makanan baik bahan makanan tidak dikemas maupun dalam kemasan harus memperhatikan tempat penyimpanan, cara penyimpanan, waktu atau lama penyimpanan dan suhu penyimpanan. Selama berada dalam penyimpanan harus 2) Penyimpanan bahan makanan Menyimpan bahan makanan baik bahan makanan tidak dikemas maupun dalam kemasan harus memperhatikan tempat penyimpanan, cara penyimpanan, waktu atau lama penyimpanan dan suhu penyimpanan. Selama berada dalam penyimpanan harus

3) Pengolahan makanan Empat aspek higiene sanitasi makanan sangat mempengaruhi proses pengolahan makanan, oleh karena itu harus memenuhi persyaratan, yaitu :

a) Tempat pengolahan makanan atau dapur harus memenuhi persyaratan teknis higiene sanitasi untuk mencegah risiko pencemaran terhadap makanan serta dapat mencegah masuknya serangga, binatang pengerat, vektor dan hewan lainnya.

b) Peralatan yang digunakan harus tara pangan (food grade) yaitu aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan (lapisan permukaan peralatan tidak larut dalam suasana asam atau basa dan tidak mengeluarkan bahan berbahaya dan beracun) serta peralatan harus utuh, tidak cacat, tidak retak dan mudah dibersihkan.

c) Bahan makanan memenuhi persyaratan dan diolah sesuai urutan prioritas Perlakukan makanan hasil olahan sesuai persyaratan higiene dan sanitasi makanan, bebas cemaran fisik, kimia dan bakteriologis.

d) Penjamah makanan dan pengolah makanan berbadan sehat, tidak menderita penyakit menular dan berperilaku hidup bersih dan sehat

4) Penyimpanan makanan matang Penyimpanan makanan yang telah matang harus memperhatikan suhu, pewadahan, tempat penyimpanan dan lama penyimpanan. Penyimpanan pada suhu yang tepat baik suhu dingin, sangat dingin, beku maupun suhu hangat serta lama penyimpanan sangat mempengaruhi kondisi dan cita rasa makanan matang.

5) Pengangkutan makanan Dalam pengangkutan baik bahan makanan maupun makanan matang harus memperhatikan beberapa hal yaitu alat angkut yang digunakan, teknik atau cara pengangkutan, lama pengangkutan dan petugas pengangkut. Hal ini untuk menghindari risiko terjadinya pencemaran baik fisik, kimia maupun bakteriologis.

6) Penyajian makanan Makanan dinyatakan layak santap apabila telah dilakukan uji organoleptik atau uji biologis atau uji laboratorium, hal ini dilakukan bila ada kecurigaan terhadap makanan tersebut. Adapun yang dimaksud dengan:

a) Uji organoleptik yaitu memeriksa makanan dengan cara meneliti dan menggunakan 5 (lima) indera manusia yaitu dengan melihat (penampilan), meraba (tekstur, keempukan), mencium (aroma), a) Uji organoleptik yaitu memeriksa makanan dengan cara meneliti dan menggunakan 5 (lima) indera manusia yaitu dengan melihat (penampilan), meraba (tekstur, keempukan), mencium (aroma),

b) Uji biologis yaitu dengan memakan makanan secara sempurna dan apabila dalam waktu 2 (dua) jam tidak terjadi tanda-tanda kesakitan, makanan tersebut dinyatakan aman.

c) Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui tingkat cemaran makanan baik kimia maupun mikroba. Untuk pemeriksaan ini diperlukan sampel makanan yang diambil mengikuti standar atau prosedur yang benar dan hasilnya dibandingkan dengan standar yang telah baku.

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada penyajian makanan yaitu tempat penyajian, waktu penyajian, cara penyajian dan prinsip penyajian. Lamanya waktu tunggu makanan mulai dari selesai proses pengolahan dan menjadi makanan matang sampai dengan disajikan dan dikonsumsi tidak boleh lebih dari 4 (empat) jam dan harus segera dihangatkan kembali terutama makanan yang mengandung protein tinggi, kecuali makanan yang disajikan tetap dalam keadaan suhu hangat. Hal ini untuk menghindari tumbuh dan berkembangbiaknya bakteri pada makanan yang dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan (Kemenkes RI, 2014).

e. Pengamanan Sampah Rumah Tangga Tujuan Pengamanan Sampah Rumah Tangga adalah untuk menghindari penyimpanan sampah dalam rumah dengan segera e. Pengamanan Sampah Rumah Tangga Tujuan Pengamanan Sampah Rumah Tangga adalah untuk menghindari penyimpanan sampah dalam rumah dengan segera

1) Reduce yaitu mengurangi sampah dengan mengurangi pemakaian barang atau benda yang tidak terlalu dibutuhkan. Contoh:

a) Mengurangi pemakaian kantong plastik.

b) Mengatur dan merencanakan pembelian kebutuhan rumah tangga secara rutin misalnya sekali sebulan atau sekali seminggu.

c) Mengutamakan membeli produk berwadah sehingga bisa diisi ulang.

d) Memperbaiki barang-barang yang rusak (jika masih bisa diperbaiki).

e) Membeli produk atau barang yang tahan lama.

2) Reuse yaitu memanfaatkan barang yang sudah tidak terpakai tanpa mengubah bentuk. Contoh:

a) Sampah rumah tangga yang bisa dimanfaatkan seperti koran bekas, kardus bekas, kaleng susu, wadah sabun lulur dan sebagainya. Barang-barang tersebut dapat dimanfaatkan sebaik mungkin misalnya diolah menjadi tempat untuk menyimpan tusuk gigi, perhiasan dan sebagainya.

b) Memanfaatkan lembaran yang kosong pada kertas yang sudah digunakan, memanfaatkan buku cetakan bekas untuk perpustakaan mini di rumah dan untuk umum.

c) Menggunakan kembali kantong belanja untuk belanja berikutnya.

3) Recycle yaitu mendaur ulang kembali barang lama menjadi barang baru. Contoh:

a) Sampah organik bisa dimanfaatkan sebagai pupuk dengan cara pembuatan kompos atau dengan pembuatan lubang biopori.

b) Sampah anorganik bisa di daur ulang menjadi sesuatu yang bisa digunakan kembali, contohnya mendaur ulang kertas yang tidak digunakan menjadi kertas kembali, botol plastik bisa menjadi tempat alat tulis, bungkus plastik detergen atau susu bisa dijadikan tas, dompet dan sebagainya.

c) Sampah yang sudah dipilah dapat disetorkan ke bank sampah terdekat.

Kegiatan Pengamanan Sampah Rumah Tangga dapat dilakukan dengan:

1) Sampah tidak boleh ada dalam rumah dan harus dibuang setiap hari

2) Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah dan atau sifat sampah.

3) Pemilahan sampah dilakukan terhadap 2 (dua) jenis sampah, yaitu organik dan nonorganik. Untuk itu perlu disediakan tempat 3) Pemilahan sampah dilakukan terhadap 2 (dua) jenis sampah, yaitu organik dan nonorganik. Untuk itu perlu disediakan tempat

4) Pengumpulan sampah dilakukan melalui pengambilan dan pemindahan sampah dari rumah tangga ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu.

5) Sampah yang telah dikumpulkan di tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu diangkut ke tempat pemrosesan akhir (Kemenkes RI, 2014).

f. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga Proses pengamanan limbah cair yang aman pada tingkat rumah tangga untuk menghindari terjadinya genangan air limbah yang berpotensi menimbulkan penyakit berbasis lingkungan. Untuk menyalurkan limbah cair rumah tangga diperlukan sarana berupa sumur resapan dan saluran pembuangan air limbah rumah tangga. Limbah cair rumah tangga yang berupa tinja dan urine disalurkan ke tangki septik yang dilengkapi dengan sumur resapan. Limbah cair rumah tangga yang berupa air bekas yang dihasilkan dari buangan dapur, kamar mandi dan sarana cuci tangan disalurkan ke saluran pembuangan air limbah (Kemenkes RI, 2014).

Prinsip Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga adalah:

1) Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur dengan air dari jamban

2) Tidak boleh menjadi tempat perindukan vektor

3) Tidak boleh menimbulkan bau

4) Tidak boleh ada genangan yang menyebabkan lantai licin dan rawan kecelakaan

5) Terhubung dengan saluran limbah umum, got atau sumur resapan. (Kemenkes RI, 2014).

3. Metode STBM Dalam pelaksanaannya, STBM tidak menggunakan metode penyuluhan seperti yang biasa dilakukan oleh program kesehatan lainnya. STBM menggunakan pemicuan yang menggunakan metode participatory rural appraisal (PRA) dan berprinsip pada pendekatan CLTS (Kar, 2008). Dengan menggunakan metode PRA, masyarakat dapat menganalisa perilaku higiene dan profil sanitasinya masing-masing. Misalnya saja dalam pemicuan pilar satu (berhenti buang air besar sembarangan) masyarakat dapat menganalisa sampai pada luasnya buang air besar di tempat terbuka dan penyebaran kontaminasi dari kotoran ke mulut yang memperburuk keadaan setiap orang. Untuk memfasilitasi masyarakat dalam menganalisa perilaku higiene dan profil sanitasinya, ada beberapa instrumen yang biasanya diterapkan dalam pendekatan CLTS.

Instrumen tersebut antara lain jalan kaki transect, pemetaan tempat BABS, dan perhitungan jumlah kotoran manusia. Jalan kaki transect merupakan kegiatan berkeliling di wilayah desa bersama dengan anggota masyarakat untuk mengetahui jamban sehat yang telah dimiliki masyarakat dan tempat masyarakat melakukan kegiatan BAB. Keberadaan orang yang

berasal dari luar komunitas yang melihat tempat BABS (bahkan kotoran yang berceceran) akan menimbulkan perasaan malu dalam diri masyarakat. Kemudian pemetaan tempat BABS dilakukan dengan menggambarkan kondisi wilayah tempat tinggal oleh seluruh warga dalam satu komunitas dan digambarkan juga tempat-tempat terbuka yang biasanya digunakan sebagai tempat buang air besar. Dengan pemetaan tersebut, perhatian para warga akan tertuju pada jarak yang harus ditempuh untuk mencari tempat buang air, segi keamanan, dan alur kotoran yang telah mereka buang dapat mencapai badan air terdekat dan mengontaminasi badan air tersebut. Lalu yang terakhir, perhitungan jumlah kotoran manusia bertujuan untuk membantu fasilitator dalam mengilustrasikan besarnya masalah sanitasi yang dihadapi yang akan berpengaruh pada timbulnya penyakit.

Maka dengan pendekatan CLTS tersebut dapat timbul perasaan jijik dan malu di antara masyarakat. Dan secara kolektif mereka akan menyadari dampak buruk dari buang air besar di tempat terbuka sehingga dengan kesadaran ini mereka akan tergerak untuk memprakarsai tindakan lokal secara kolektif untuk memperbaiki keadaan sanitasi di dalam komunitasnya sendiri (Kar, 2008).

C. Definisi ODF

1. Pengertian ODF Open Defecation Free (ODF) adalah kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan, Pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sangat berpengaruh pada penyebaran penyakit 1. Pengertian ODF Open Defecation Free (ODF) adalah kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan, Pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sangat berpengaruh pada penyebaran penyakit

2. Karakteristik Desa ODF (Open Defication Free) Satu komunitas/masyarakat dikatakan telah ODF jika :

a. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban dan membuang tinja/kotoran bayi hanya ke jamban.

b. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar.

c. Tidak ada bau tidak sedap akibat pembuangan tinja/kotoran manusia.

d. Ada peningkatan kualitas jamban yang ada supaya semua menuju jamban sehat.

e. Ada mekanisme monitoring peningkatan kualitas jamban.

f. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk mencegah kejadian BAB di sembarang tempat.

g. Ada mekanisme monitoring umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai 100% KK mempunyai jamban sehat.

h. Di sekolah yang terdapat di komunitas tersebut, telah tersedia sarana jamban dan tempat cuci tangan (dengan sabun) yang dapat digunakan murid-murid pada jam sekolah.

i. Analisa kekuatan kelembagaan di Kabupaten menjadi sangat penting untuk menciptakan kelembagaan dan mekanisme pelaksanaan kegiatan yang efektif dan efisien sehingga tujuan masyarakat ODF dapat tercapai

3. Verifikasi ODF Verifikasi ODF merupakan proses memastikan status ODF suatu komunitas masyarakat yang menyatakan bahwa secara kolektif mereka telah bebas dari perilaku buang air besar sembarangan. Adapun batasan bahwa suatu komunitas masyarakat telah dapat dikatakan ODF apabila:

a. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban yang sehat dan membuang tinja/kotoran bayi hanya ke jamban yang sehat (termasuk di sekolah).

b. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar.

c. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk mencegah kejadian BAB di sembarang tempat.

d. Ada mekanisme monitoring yang dibuat masyarakat untuk mencapai 100 persen KK mempunyai jamban sehat.

e. Ada upaya atau strategi yang jelas dan tertulis untuk dapat mencapai Total Sanitasi.

BAB III METODE PELAKSANAAN

A. Rencana Kegiatan Kegiatan magang yang dilaksanakan selama 1 bulan

Tabel 3.1 Kegiatan Pelaksanaan Magang

Januari 2017 No

Kegiatan

(minggu ke-)

1 Orientasi Tempat Kerja, meliputi:

a. Mengetahui struktur organisasi, tugas, dan fungsi serta wewenang Dinas Kesehatan Kota Semarang

2 Mengikuti dan ikut membantu kegiatan di

Dinas Kesehatan Kota Semarang

3 Mengetahui gambaran berjalanya program STBM, target program yang

dicapai, rencana program STBM pada tahun 2016 di Dinas Kesehatan Kota Semarang

4 Melakukan pengumpulan data primer maupun sekunder terkait program STBM

a. Data primer yang diperoleh dengan wawancara pada pelaksanaan

kegiatan.

b. Data sekunder berupa data-data yang diperlukan untuk laporan kegiatan magang, meliputi: Profil Kesehatan RI 2016, Profi Kesehatan Kota Semarang tahun 2016, Data STBM Indonesia, data jumlah keterjangkauan, target dan persentase capaian program tahun 2016.

5 Menyusun laporan magang serta konsultasi dengan dosen pembimbing.

B. Lokasi Kegiatan

Lokasi : Dinas Kesehatan Kota Semarang Alamat : Jl. Pandanaran No. 79 Semarang 50241

Telp. (024) 8415269 – 8318070/ Fax. (024) 8318771

Unit

: Kesehatan Lingkungan

C. Waktu Kegiatan

Kegiatan magang dilaksanakan pada tanggal 16 Januari – 17 Februari 2017

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Analisis Situasi Umum Institusi Magang Magang mahasiswa periode 2017 bertempat di Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Semarang. Analisis situasi umum institusi magang yakni :

a. Dinas Kesehatan Kota Semarang Dinas Kesehatan Kota Semarang memiliki kedudukan, visi, misi, tugas pokok dan fungsi, serta struktur organisasi sebagai berikut:

1) Kedudukan

a) Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah

b) Kepala Dinas Kesehatan diangkat dan diberhentikan oleh Walikota dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

2) Visi Terwujudnya Pelayanan Kesehatan Masyarakat Kota Semarang Yang terbaik se-Jawa Tengah Tahun 2021

3) Misi

a) Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan sumber daya manusia kesehatan yang handal dan berpotensi a) Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan sumber daya manusia kesehatan yang handal dan berpotensi

c) Mengembangkan kemitraan dan menggerakkan masyarakat untuk hidup sehat

d) Mengebangkan keunggulan teknologi informasi

4) Tugas Pokok dan Fungsi

a) Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan dan pengendalian dibidang kesehatan

b) Pembinaan umum dibidang kesehatan meliputi pendekatan peningkatan (pomotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif), pemulihan (rehabilitatif) dan berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan Gubernur Jawa Tengah.

c) Pembinaan operasional, pengurusan tata usaha termasuk pemberian rekomendasi dan perijinan sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Walikota.

d) Pembinaan pengendalian teknis dibidang upaya pelayanan kesehatan dasar dan upaya kesehatan rujukan berdasarkan kebijaksanaan teknis ayang ditetapkan oleh menteri kesehatan.

e) Penetapan angka kredit bagi petugas kesehatan.

f) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan bidang tugasnya.

Struktur Organisasi 5) Struktur Organisasi

Gambar 4.1 Struktur Organisasi

Kepala Dinas Kepala Dinas

: dr. Widoyono, MPH : dr. Widoyono, MPH

Sekretaris Sekretaris

: dr. Sarwoko, MMR : dr. Sarwoko, MMR

Ka Bidang Kesehatan Masyarakat Ka Bidang Kesehatan Masyarakat : Ir. Purwati Susantini, M. Kes : Ir. Purwati Susantini, M. Kes Ka Bidang SDK Ka Bidang SDK

: drg. Yuli Normawati : drg. Yuli Normawati

araKa Bidang P2P Ka Bidang P2P : dr. Mada Gautama, M. Kes : dr. Mada Gautama, M. Kes Ka Bidang Pelayanan Kesehatan Ka Bidang Pelayanan Kesehatan

: dr. Lilik Faridah

Ka Sub Bag Umum & Kepegawaian : Sutjiati Indah, SH,SE Ka Sub Bag Umum & Kepegawaian : Sutjiati Indah, SH,SE Ka Sub Bag Keuangan Ka Sub Bag Keuangan

: Kusmayadi, SE, M. Kes : Kusmayadi, SE, M. Kes

Ka Sub Bag Perencanaan & Evaluasi : Sri Sumarni, SKM, M.Kes Ka Seksi Kesehatan Ibu & Anak

: Harmoko, S. Kep, M.H Ka Seksi Gizi

: Dien Hasanah, SKM Ka Seksi Kesling & Promkes

: Yuli Kurniasih P, SKM, M. Kes Ka Seksi SDMK

: Drs. Budi Mulyono, M. Kes Ka Seksi Kefarmasian &Pembekal- : drg. Rajendra Mada S

an Kesehatan Ka Seksi Informasi & Pengendalian : dr. Sri Maharsi

Sarana Kesehatan Ka Seksi Pengendalian Penyakit TVZ : Ahmad Suwardi, SKM, MPH Ka Seksi Pengendalian Penyakit TMS : dr. Sidah Ayu O Ka Seksi P2ML

: Maryati, SKM, M. Kes Ka Seksi Jaminan Kesehatan & Ke- : Endang S, SKM, M. Kes

mitraan Ka Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan :dr. Kurnia Rizqa Akbar Ka Seksi Pelayanan Kesehatan Primer : dr. Fina Lutfiya R

& Tradisional

2. Hasil Kegiatan Jumlah penduduk Kota Semarang mencapai 1,57 juta jiwa pada tahun 2015. Angka ini terus meningkat dan pada tahun 2016 telah mencapai 1.776.618 jiwa. Secara umum jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Pada tahun 2015, untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 99 penduduk laki-laki. Sampai dengan tahun 2016, jumlah kecamatan dan kelurahan di kota Semarang tidak mengalami

perubahan, terbagi menjadi 16 kecamatan dan 177 kelurahan. Enam belas kecamatan tersebut meliputi kecamatan Semarang Tengah, Semarang Utara, Semarang Timur, Semarang Selatan, Semarang Barat, Gayamsari, Candisari, Gajah Mungkur, Genuk, Pedurungan, Tembalang, Banyumanik, Gunungpati, Mijen, Ngaliyan, dan Tugu. Dari 16 kecamatan yang ada, kecamatan Mijen luas terbesar (57,55 km2) dan Kecamatan Gunungpati (54,11 km2), dimana sebagian besar wilayahnya berupa persawahan dan perkebunan. Sedangkan kecamatan dengan luas terkecil adalah Semarang Selatan (5,93 km2) dan kecamatan Semarang Tengah (6,14 km2) (Profil Kesehatan Kota Semarang, 2016).

Lingkungan merupakan salah satu variabel yang perlu mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Menurut Permenkes nomor 3 tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disingkat STBM adalah pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan. Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut pilar STBM adalah perilaku higienis dan saniter yang digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ini merupakan kondisi dimana masyarakat atau komunitas tidak buang air besar sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makan yang aman, Lingkungan merupakan salah satu variabel yang perlu mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Menurut Permenkes nomor 3 tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disingkat STBM adalah pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan. Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut pilar STBM adalah perilaku higienis dan saniter yang digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ini merupakan kondisi dimana masyarakat atau komunitas tidak buang air besar sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makan yang aman,

Berdasarkan Profil Keesehatan Kota Semarang tahun 2016 mengenai program STBM menyangkut pilar pertama yaitu Stop BABS, jumlah persentase capaian program Stop BABS yaitu sebesar 61,49% meliputi 107 desa/kelurahan dari total keseluruhan 177 kelurahan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari STBM Indonesia, kemajuan jamban sehat di Provinsi Jawa Tengah yaitu 81,54% dengan baseline atau data sanitasi dasar sebesar 69,24%. Selain itu untuk data cakupan STBM pada tahun 2016 yaitu sebesar 98,35% sedangkan pada tahun 2015 sebesar 97,92%. Indikator yang digunakan dalam data ini yaitu meliputi data dasar jamban sehat permanen, jamban sehat semi permanen, sharing atau numpang, OD atau BABS (Buang Air Besar Sembarangan). Sedangkan untuk desa yang dinyatakan sebagai Desa STBM yaitu sejumlah 114 desa/kelurahan dengan presentase 58,16% pada tahun 2016.