Kebebasan Pers di Indonesia dan Proses P

Kebebasan Pers di Indonesia dan Proses
Pembuatan Berita di Stasiun Televisi
* Studi Kasus TransTV
Oleh Satrio Arismunandar
Makalah untuk diskusi di acara Focus Group Discussion Pengembangan Pers yang diadakan
oleh Pusat Studi Kebijakan Publik, Sabtu, 26 November 2005, di Hotel Atlantik, Jakarta.
===================================================================

Gerakan reformasi 1998 yang menjatuhkan rezim otoriter Soeharto, telah mendorong
lahirnya kembali kebebasan pers di Indonesia. Berbagai hambatan untuk menerbitkan media
cetak lewat SIUPP telah dicabut. Berbagai stasiun televisi swasta bermunculan. Saat ini ada
lebih dari 10 stasiun TV bisa dinikmati warga Jakarta, mulai dari stasiun yang melakukan
siaran nasional maupun lokal.
Dalam kaitan itu, saya bermaksud menyampaikan makalah tentang proses pembuatan
berita di stasiun televisi, dengan menggunakan Trans TV – tempat saya bekerja – sebagai
studi kasus. Dengan makalah ini, diharapkan kita dapat mengenal lebih jauh bagaimana media
massa di Indonesia, khususnya media TV, memanfaatkan iklim kebebasan pers yang telah
ada, dan jika dimungkinkan, mengembangkannya lebih jauh untuk kemaslahatan masyarakat.
Proses pembuatan berita di TransTV pada prinsipnya tak banyak berbeda dengan
proses yang berlangsung di banyak stasiun TV lain. Di TransTV telah dibuat semacam
prosedur operasional standar (SOP) dalam pembuatan berita, untuk menjaga kualitas berita

yang dihasilkan oleh Divisi News. Sebagai stasiun televisi baru berdiri selama dua tahun,
SOP ini relatif juga belum lama disusun, dan mungkin juga belum diterapkan secara
sempurna. Meski demikian, Divisi News TransTV berupaya menerapkannya, sambil terus
menerus menyempurnakan di sana-sini.
Pertama, perlu diingat bahwa jantung operasional sebuah Divisi News adalah rapat
redaksi. Rapat redaksi adalah kegiatan rutin, yang penting bagi pengembangan dan
peningkatan kualitas tayangan berita dari stasiun TV bersangkutan.
1

Sasaran Rapat Redaksi:

1. Untuk mengkoordinasikan kebijakan redaksi dan liputan.
2. Untuk menjaga kelancaran komunikasi antar staf redaksi.
3. Untuk memecahkan masalah yang timbul sedini mungkin.
4. Untuk menghasilkan tayangan yang berkualitas.

Kebijakan tentang Rapat Redaksi:

1. Kepala Divisi News mengadakan rapat mingguan dengan seluruh producer, asisten
producer, koordinator juru kamera dan koordinator presenter, untuk membahas

rencana

dan/atau

masalah

institusional

yang

berkaitan

dengan

liputan/re-

daksi/perusahaan.
2. Selain rapat mingguan yang dipimpin Kepala Divisi News, ada juga rapat mingguan
yang dilakukan oleh sejumlah program mingguan yang ada (misalnya: Fenomena,
Lacak, Sisi Lain, dan Jelajah). Rapat ini biasanya bertujuan untuk: mengkoordinasikan

rencana dan gagasan liputan; mencari solusi atas masalah yang muncul; dan
mengevaluasi tayangan dan hasil liputan minggu sebelumnya.
3. Selain rapat mingguan, ada rapat harian yang dilakukan oleh masing-masing program
buletin (program berita harian, seperti: Reportase, Good Morning, dan Jelang Siang).
Tujuannya adalah untuk: mengkoordinasikan rencana dan gagasan liputan; menjaga
kesinambungan materi liputan antar program pada hari itu; mengevaluasi tayangan
dan hasil liputan hari itu; dan mencari solusi atas masalah yang muncul hari itu.

SOP dalam Pembuatan Item Berita:

Sasaran:

1. Untuk menyeragamkan kebijakan dan prosedur pembuatan berita dengan proses
digital (tapeless editing), atau dengan Tape/Linear .

2

2. Untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan peralatan.
3. Untuk menghasilkan dan menayangkan berita yang berkualitas.


Kebijakan:

1. Setiap personel Trans News didorong untuk mengajukan ide/gagasan berita untuk
dibahas dalam rapat redaksi.
2. Rapat perencanaan dilakukan setiap hari.
3. Para Producer terkait wajib hadir dalam rapat redaksi.
4. Seluruh proses pasca produksi dikerjakan melalui server.
5. Evaluasi harian dilakukan sekitar setengah jam setelah penayangan program berita.
6. Hasil evaluasi dituangkan dalam bentuk tertulis untuk bahan referensi Divisi News.

Prosedur (Digital/ Tapeless Editing):

1. Producer Program menghimpun gagasan berita yang didapat dari kru melalui riset,
temuan lapangan, informasi, dan sebagainya, untuk dibahas dalam rapat redaksi.
2. Agenda berita, rundown, serta penugasan dibahas dalam rapat redaksi. Rapat juga
dihadiri oleh reporter, juru kamera,

periset, asisten produksi, dan koordinator

peliputan.

3. Hasil rapat redaksi dituangkan dalam notulen. Rapat juga membuat lembar penugasan
yang menjadi acuan Producer Program dan Koordinator Peliputan.
4. Producer Program dapat membuat TOR, yang akan menjadi panduan penugasan
reporter, juru kamera, dan periset, serta memberikan TOR tersebut kepada tim yang
bertugas.
5. Jika dibutuhkan grafis untuk mendukung tampilan berita yang ditayangkan,
permohonan grafis, foto, dan animasi pendukung berita diajukan oleh Producer
Program atau Associate Producer kepada Tim Grafis. Grafis yang dihasilkan oleh tim
tersebut lalu dimasukkan ke dalam server.

3

6. Reporter dan juru kamera mengimplementasikan penugasan, dengan melakukan
liputan di lapangan. Tim lapangan tersebut juga wajib mengembangkan dan
memperkaya informasi. Periset membantu mengumpulkan data pendukung untuk
diberikan kepada reporter.
7. Dalam perjalanan kembali ke studio, reporter dan juru kamera dapat mendiskusikan
hasil liputan dengan Producer yang bersangkutan. Draft naskah dan shot list juga
disiapkan.
8. Juru kamera memindahkan rekaman shot list ke dalam browsing server. Setelah itu –

untuk kepentingan bank data-- ia juga wajib membuat log sheet dari semua hasil
rekaman gambar yang dibuat. Kaset dan log sheet kemudian diserahkan kepada
Perpustakaan.
9. Berdasarkan gambar dan grafis yang sudah tersedia dalam server, Reporter membuat
skrip dan first edit.
10. Associate Producer dan Producer Program memeriksa dan memperbaiki first edit.
11. Reporter melakukan dubbing untuk narasi.
12. Dari craft editing server , Editor membuat final edit.
13. Dari item-item berita yang sudah masuk ke dalam server, Producer Program
menyusun rundown akhir untuk keperluan tayang.

Dalam kasus adanya gangguan komputer atau server, ada juga SOP untuk pembuatan item
berita dengan Tape/Linear. Dari segi sasaran dan kebijakan, tidak ada perbedaan prinsip
dengan SOP pembuatan item berita Digital/Tapeless Editing. Perbedaannya hanya pada
prosedur teknis pasca liputan lapangan.

Prosedur (dengan Tape/Linear):

1. Sesudah melakukan liputan di lapangan, Reporter dan juru kamera mendiskusikan
hasil liputan dengan Producer Program atau Associate Producer yang bersangkutan.

Keputusan akhir mengenai angle dan content ditentukan dalam rapat kecil tersebut.

4

2. Juru kamera wajib membuat log sheet/ shot list sekembali dari liputan. Log sheet dan
kaset master diserahkan kepada reporter, untuk pembuatan naskah dan proses editing.
Copy log sheet juga diberikan kepada Associate Producer.
3. Reporter menyerahkan naskah kasar (draft) kepada Associate Producer untuk
diperiksa.
4. Associate Producer memeriksa kelengkapan laporan dan mengedit naskah. Jika
diperlukan, Associate Producer dapat meminta grafis pendukung dari Tim Grafis dan
menyerahkannya kepada Reporter.
5. Reporter membawa naskah yang sudah disetujui dan kaset master/ file/ grafis ke ruang
edit, untuk memulai proses dubbing dan editing. Juru kamera mendampingi proses
editing.
6. Kaset hasil editing diserahkan Reporter kepada Associate Producer.
7. Seusai proses editing, kaset master/ file/ grafis berikut log sheet dibawa editor ke
Perpustakaan untuk dimasukkan ke dalam inventory.
8. Producer Program (atau biasanya dibantu Asisten Produksi) mengumpulkan dan
memeriksa naskah serta kaset-kaset hasil editing dari Associate Producer, untuk

dicocokkan dengan rundown final. Jika semua lengkap, rundown, naskah, dan kasetkaset tersebut dibawa ke ruang Master Control dan Program Director. Copy rundown
dan naskah juga diberikan kepada Anchor/Presenter.

Untuk menghasilkan tayangan berita yang baik, proses pembuatan berita itu harus didukung
oleh sarana dan perlengkapan yang memadai. Sayangnya, justru itu yang menjadi kelemahan
TransTV saat ini. Sampai saat ini, kondisi perlengkapan untuk Divisi News belum mencapai
kondisi ideal.

Jakarta, November 2005
* Satrio Arismunandar adalah News Producer di Trans TV, mengetuai Program Sisi Lain.
Pernah menangani berita pagi dan berita petang Trans TV. Sebelum bekerja di Trans TV,
pernah menjadi jurnalis di Harian Pelita (1986-1988), Harian Kompas (1988-1995), Majalah
D&R (1997-2000), dan Harian Media Indonesia (2000-2001). Juga menjadi pengurus pusat
Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) 2005-2007.

5

Biodata Penulis:
* Satrio Arismunandar adalah anggota-pendiri Aliansi Jurnalis Independen atau AJI (1994), Sekjen AJI (199597), anggota-pendiri Yayasan Jurnalis Independen (2000), dan menjadi DPP Serikat Buruh Sejahtera Indonesia
(SBSI) 1993-95. Pernah menjadi jurnalis Harian Pelita (1986-88), Kompas (1988-1995), Majalah D&R (19972000), Harian Media Indonesia (2000-Maret 2001), Produser Eksekutif Divisi News Trans TV (Februari 2002Juli 2012), dan Redaktur Senior Majalah Aktual – www.aktual.co (sejak Juli 2013). Alumnus Program S2

Pengkajian Ketahanan Nasional UI ini sempat jadi pengurus pusat AIPI (Asosiasi Ilmu Politik Indonesia) 20022011.

Kontak Satrio Arismunandar:
E-mail: satrioarismunandar@yahoo.com; arismunandar.satrio@gmail.com
Blog pribadi: http://satrioarismunandar6.blogspot.com
Mobile: 081286299061

6

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24