Kecemasan dan Depresi pada Masa Kanak ka

MAKALAH
KECEMASAN DAN DEPRESI
PADA MASA KANAK-KANAK DAN REMAJA
Untuk memenuhi tugas akhir Mata Kuliah Umum Bahasa
Indonesia

Disusun oleh:
Vivit Ida Cahyuni Hartono

1511417001

JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Tahun 2017

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya lah saya mampu menyelesaikan tugas makalah dengan judul
“Kecemasan dan Depresi pada Masa Kanak-kanak dan Remaja” ini dengan

tepat waktu.
Saya selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Surahmat, S.Pd, M.Hum selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Umum
Bahasa Indonesia rombel 046.
Saya menyadari bahwa masih terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini, oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati, mengharap kritik dan saran dari pembaca serta
Bapak/Ibu Dosen demi meningkatkan wawasan dan mutu kualitas makalah ini dan berguna di
masa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan mampu menjadi tambahan koleksi
makalah-makalah dalam perpustakaan khususnya dalam Mata Kuliah Bahasa Indonesia.
Untuk itu saya selaku penyusun makalah ini mengucapkan terima kasih.

Semarang, 01 Desember 2017

Vivit Ida Cahyuni Hartono
NIM 1511417001

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...........................................................................................4
1.2 Rumusan
Masalah.....................................................................................................5
1.3 Tujuan.......................................................................................................................5
1.4 Manfaat.....................................................................................................................5
BAB II. LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Kecemasan..............................................................................................6
2.2 Pengertian Depresi....................................................................................................6
BAB III. PEMBAHASAN
3.1

Gangguan

Kecemasan

akan


Perpisahan....................................................................8
3.2

Perspektif

tentang

Gangguan

Kecemasan

di

Masa

Kanak-

kanak..............................8
3.3


Depresi

pada

Masa

Kanak-kanak

dan

Remaja..........................................................9
3.4 Korelasi dan Penanganan Depresi pada Masa Kanak-kanak dan Remaja..............10
BAB IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan.............................................................................................................13
4.2 Saran.......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................15

3

BAB I

PENDAHULUAN
4.3 Latar Belakang Masalah
Kecemasan dan ketakutan merupakan ciri normal pada masa kanak-kanak, seperti
halnya pada kehidupan orang dewasa. Ketakutan anak-anak terhadap gelap atau binatang
kecil merupakan hal biasa dan akan menghilang dengan sendirinya. Kecemasan dianggap
tidak normal bila berlebihan dan menghambat fungsi akademik dan sosial atau menjadi
sangat menyusahkan. Anak-anak, seperti juga orang dewasa, dapat mengalami berbagai jenis
gangguan kecemasan yang dapat didiagnosis, termasuk fobia spesifik, fobia sosial, gangguan
kecemasan menyeluruh, dan gangguan mood, termasuk depresi mayor dan gangguan bipolar.
Walaupun gangguan-gangguan ini dapat berkembang pada setiap usia.
Anak-anak dapat pula menunjukkan pola penolakan terhadap interaksi sosial yang
lebih umum yang merupakan ciri kepribadian menghindar. Walaupun anak-anak yang secara
sosial menolak atau memiliki gangguan kecemasan sosial dapat memiliki hubungan yang
hangat dengan anggota keluarga, mereka cenderung pemalu dan menarik diri dari orang lain.
Penolakan mereka terhadap orang-orang di luar anggota keluarga dapat mempengaruhi
perkembangan sosial mereka dengan teman sebaya. Selain itu, rasa tertekan yang mereka
alami saat berkumpul dengan anak-anak lain di sekolah dapat mempengaruhi kemajuan
akademik mereka. Menderita gangguan kecemasan sosial selama masa remaja atau dewasa
awal akan meningkatkan kemungkinan untuk berkembangnya gangguan depresi di kemudian
hari.

Kita mungkin berpikir bahwa masa kanak-kanak merupakan masa paling
bahagia dalam kehidupan. Sebagian besar anak-anak dilindungi oleh orang tua mereka dan
tidak dibebani oleh tanggung jawab orang dewasa. Dari perspektif dewasa lanjut, tubuh anakanak tampak terbuat dari karet dan bebas rasa sakit, mreka tampaknya punya tenaga yang
tidak terbatas. Di samping adanya stereotip tentang masa kanak-kanak yang bahagia, depresi
klinis bisa saja terjadi pada anak-anak dan remaja.

4

1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1.2.1 Mengapa gangguan kecemasan akan perpisahan dirasakan oleh anak-anak dan
remaja?
1.2.2 Bagaimanakah perspektif tentang gangguan kecemasan di masa kanak-kanak?
1.2.3 Mengapa depresi dapat menyerang anak-anak dan remaja?
1.2.4 Bagaimanakah korelasi dan penanganan depresi pada masa kanak-kanak dan
remaja?
1.3 Tujuan
Sehubungan dengan makalah ini penulis ingin memaparkan tentang gangguan
kecemasan dan depresi yang menyerang anak-anak dan remaja, menyebutkan perspektif

tentang gangguan tersebut, penyebab, serta korelasi dan penanganan gangguan kecemasan
dan depresi dengan maksud agar dapat membantu mengurangi penderita gangguan
kecemasan dan depresi utamanya pada masa kanak-kanak dan remaja karena gangguan ini
dapat mempengaruhi perkembangannya menuju tahap berikutnya.
1.4 Manfaat
Makalah ini memberikan pengetahuan akan gangguan mental yang dapat menyerang
anak-anak dan ramaja yaitu kecemasan dan depresi, makalah ini dapat membantu orang tua
untuk mengidentifikasi apakah dalam diri anak mereka memiliki gangguan kecemasan dan
kecenderungan depresi atau tidak. Karena mengetahui lebih dini dapat mempermudah anak
untuk terbebas dari gangguan tersebut sehingga mereka tidak sampai antisosial dan merasa
tertekan pada banyaknya situasi yang datang.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Kecemasan

5

Teori Psikodinamik Freud (1993) mengungkapkan bahwa kecemasan merupakan
hasil dari konflik psikis yang tidak disadari. Kecemasan menjadi tanda terhadap ego

untuk mengambil aksi penurunan cemas. Ketika mekanisme diri berhasil, kecemasan
menurun dan rasa aman datang lagi. Namun bila konflik terus berkepanjangan, maka
kecemasan ada pada tingkat tinggi.
Menurut teori perilaku, Kecemasan berasal dari suatu respon terhadap stimulus
khusus (fakta), waktu cukup lama, seseorang mengembangkan respon kondisi untuk
stimulus yang penting. Kecemasan tersebut merupakan hasil frustasi, sehingga akan
mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang di inginkan.
Menurut Post (1978), kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak
menyenangkan, yang ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti ketegangan,
ketakutan, kekhawatiran dan juga ditandai dengan aktifnya sistem syaraf pusat.
Menurut Lefrancois (1980) menyatakan bahwa kecemasan merupakan reaksi emosi
yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan ketakutan. Hanya saja, menurut
Lefrancois, pada kecemasan bahaya bersifat kabur, misalnya ada ancaman, adanya
hambatan terhadap keinginan pribadi, adanya perasaan-perasaan tertekan yang muncul
dalam kesadaran.
Kartono (1981) mengungkapkan bahwa neurosa kecemasan ialah kondisi psikis
dalam ketakutan dan kecemasan yang kronis, sungguhpun tidak ada rangsangan yang
spesifik.

2.2 Pengertian Depresi

Menurut Rice PL (1992), depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional
berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan
berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang secara dominan muncul adalah
perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan.
Menurut Kusumanto (1981) depresi adalah suatu perasaan kesedihan yang
psikopatologis, yang disertai perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan,
berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang
sangat nyata sesudah bekerja sedikit saja, dan berkurangnya aktivitas. Depresi dapat
merupakan suatu gejala, atau kumpulan gejala (sindroma).
Menurut Kartono (2002) depresi adalah kemuraman hati (kepedihan, kesenduan,
keburaman perasaan) yang patologis sifatnya. Biasanya timbul oleh; rasa inferior, sakit
hati yang dalam, penyalahan diri sendiri dan trauma psikis. Jika depresi itu psikotis
sifatnya, maka ia disebut melankholi.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa depresi
adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh
6

proses mental meliputi berpikir, berperasaan dan berperilaku seseorang, muncul perasaan
tidak berdaya dan kehilangan harapan¸yang disertai perasaan sedih, kehilangan minat
dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan

mudah lelah yang sangat nyata dan berkurangnya aktivitas.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Gangguan Kecemasan akan Perpisahan
7

Merupakan hal normal bila anak-anak menunjukkan kecemasan bila mereka
dipisahkan dari pengasuh mereka. Menurut Mary Ainsworth (1989) yang meneliti
tentang perkembangan perilaku kelekatan, mencatat bahwa kecemasan akan perpisahan
adalah ciri normal dari hubungan antara anak dan pengasuh yang dimulai sejak tahun
pertama. Perasaan aman yang dihasilkan oleh ikatan kelekatan, tampaknya mendorong
anak-anak untuk mengeksplorasi lingkungan mereka dan secara progresif menjadi
mandiri dari pengasuhnya.
Gangguan kecemasan akan perpisahan (separation anxiety disorder) didiagnosis
jika kecemasan akan perpisahan tersebut persisten dan berlebihan atau tidak sesuai
dengan tingkat perkembangan anak. Jadi, anak usia 3 tahun seharusnya dapat mengikuti
perkembangan prasekolah tanpa merasa mual dan muntah karena cemas. Anak usia 6
tahun seharusnya dapat mengikuti sekolah dasar tanpa rasa ketakutan yang terus-menerus
bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi kepadanya atau orang tuanya. Anak-anak dengan

gangguan ini cenderung terikat dengan orang tua. Anak-anak tersebut dapat
mengemukakan kecemasan tentang kematian dan memaksa seseorang untuk menemani
saat mereka tidur. Ciri lain dari gangguan ini mencakup mimpi buruk, sakit perut, mual
dan muntah ketika mengantisipasi perpisahan. Gangguan ini dapat berlangsung sampai
dewasa yang dapat menyebabkan perhatian yang berlebihan pada keselamatan anak-anak
dan pasangan serta kesulitan menoleransi perpisahan apapun dari mereka.
Pada tahun-tahun sebelumnya, gangguan kecemasan akan perpisahan
biasanyadisebut fobia sekolah. Namun, gangguan ini juga dapat terjadi pada usia
prasekolah. Saat ini sebagian besar kasus di mana anak-anak menolak untuk pergi ke
sekolah dipandang sebagai bentuk dari kecemasan akan perpisahan. Akan tetapi pada
masa remaja, penolakan hadir ke sekolah sering kali dihubungkan dengan masalah
akademik dan sosial, sehingga label gangguan kecemasan akan perpisahan tidak dapat
digunakan.
Perkembangan dari gangguan ini sering muncul setelah adanya kejadian hidup
yang menekan, seperti kondisi sakit, kematian anggoa keluarga atau binatang
kesayangan, atau perubahan sekolah atau rumah.
3.2 Perspektif tentang Gangguan Kecemasan di Masa Kanak-kanak
Pemahaman teoritis tentang kecemasan yang berlebihan pada anak-anak sampai
batas tertentu sejalan dengan gangguan kecemasan pada masa dewasa. Teoretikus
psikoanalisis berpendapat bahwa kecemasan-kecemasan dan ketakutan pada masa kecil
seperti yang terjadi pada orang dewasa melambangkan konflik-konflik yang tidak
disadari. Teoretikus kognitif memfokuskan pada peran bias-bias kognitif yang mendasari
reaksi kecemasan. Sebagai dukungan terhadap model kognitif, para peneliti menemukan
bahwa anak-anak yang sangat cemas menunjukkan bias-bias kognitif dalam mengolah
informasi, seperti menginterpretasikan situasi-situasi yang ambigu sebagai sesuatu yang
8

mengancam, mengharapkan hasil yang negatif, dan meragukan kemampuan mereka
dalam berhadapan dengan situasi bermasalah.
Teoretikus belajar menyatakan bahwa munculnya kecemasan menyeluruh dapat
menyentuh tema-tema yang luas, seperti ketakutan akan penolakan atau kegagalan yang
dibawa pada berbagai situasi. Ketakutan terhadap penolakan atau self-perception yang
tidak adekuat dapat digeneralisasikan pada hampir seluruh area interaksi sosial dan
prestasi. Coyle (2001) berpendapat bahwa faktor genetis dapat pula memegang peranan
dalam kecemasan akan perpisahan dan gangguan kecemasan lain..
Apa pun penyebabnya, anak-anak yang merasakan cemas secara berlebihan dapat
terbantu melalui teknik-teknik penanganan kecemasan seperti dihadapkan pada stimuli
yang menimbulkan fobia secara bertahap dan melakukan relaksasi. Teknik-teknik
kognitif seperti menggantikan self-talk yang menimbulkan kecemasan dengan self-talk
yang bersifat coping masalah juga membantu. Penanganan dengan obat-obatan
fluvoxamine, suatu SSRI (selective serotonin-reuptake inhibitor) juga memperlihatkan
efek-efek terapeutik yang baik dalam menangani anak-anak dan remaja dengan berbagai
tipe gangguan kecemasan.
3.3 Depresi pada Masa Kanak-kanak dan Remaja
Anak-anak dan remaja dapat menderita gangguan mood, termasuk gangguan
bipolar dan depresi mayor. Seperti orang dewasa yang depresi, anak-anak dan remaja ini
memiliki perasaan tidak berdaya, pola berpikir yang lebih terdistorsi, kecenderungan
untuk menyalahkan diri sendiri sehubungan dengan kejadian-kejadian negatif, serta selfesteem, self-confidence, dan persepsi akan kompetensi yang lebih rendah dibandingkan
teman-teman sebayanya yang tidak depresi. Mereka sering melaporkan adanya episode
kesedihan dan menangis, merasa apatis, sulit tidur, lelah dan kurang nafsu makan. Mereka
juga mempunyai pikiran-pikiran untuk bunuh diri dan bahkan mencoba untuk bunuh diri.
Namun, depresi pada anak-anak juga memiliki ciri yang berbeda, seperti menolak masuk
sekolah, takut akan kematian orang tua, dan terikat pada orang tua. Depresi juga dapat
tersamarkan oleh perilaku yang tampaknya tidak berhubungan langsung dengan depresi.
CD, masalah akademik, keluhan fisik, dan bahkan hiperaktivitas dapat bersumber dari
depresi yang tidak disadari. Diantara para remaja, agresivitas dan perilaku seksual yag
berlebihan juga dapat menjadi tanda adanya depresi.
Satu hal yang harus kita ketahui yaitu bahwa anak-anak atau remaja yang depresi
mungkin gagal untuk melabel perasaan mereka sebagai depresi. Mereka mungkin tidak
melaporkan perasaan sedih walaupun mereka tampak sedih bagi orang lain dan
menangis. Sebagian dari masalahnya adalah perkembangan kognitif. Anak-anak biasanya
tidak mampu mengenali perasaan-perasaan internal sampai mencapai usia 7 tahun.
Mereka mungkin tidak dapat mengidentifikasikan perasaan negatif pada dirinya,
termasuk depresi, sampai usia remaja. Bahkan para remaja mungkin tidak menyadari
bahwa apa yang mereka alami adalah depresi.
9

Lamanya episode depresi mayor pada anak-anak dan remaja kira-kira 11 bulan,
tetapi episode individual bisa berlangsung sampai dengan 18 bulan pada beberapa kasus.
Depresi dengan tingkat sedang dapat bertahan sampai beberapa tahun dan amat
mempengaruhi prestasi sekolah dan fungsi sosial. Depresi pada remaja diasosiasikan
dengan meningkatnya risiko terjadinya episode depresi mayor di masa mendatang dan
percobaan bunuh diri pada dewasa. Sekitar tiga dari empat anak yang mengalaminya lagi
di masa depan.
Anak-anak yang depresi juga kurang memiliki berbagai keterampilan, termasuk
keterampilan akademik, atletik, dan sosial. Mereka merasa kesulitan untuk
berkonsentrasi di sekolah sehingga sulit untuk meningkatkan nilai mereka. Mereka
sering menyimpan sendiri perasaan-perasaan mereka dan menyebabkan orang tua tidak
tidak menyadari masalah yang terjadi dan kemudian mencari pertolongan. Perasaanperasaan negatif juga dapat diekspresikan dalam bentuk kemarahan, cemberut, atau
perasaan tidar sabar sehingga mengakibatkan konflik dengan orang tua yang selanjutnya
memperpanjang masa depresi.
Depresi pada anak-anak jarang terjadi dengan sendirinya. Mereka umumnya
mengalami gangguan psikologis lain, terutama gangguan keemasan. Gangguan makan
juga sering terjadi pada remaja depresi, paling tidak pada remaja perempuan. Secara
keseluruhan, depresi masa kanak-kanak meningkatkan kesempatan anak untuk
mengembangkan gangguan psikologis lain paling tidak dalam 20 bagian. Persentase
yang cukup besar dari remaja depresi antara 20% sampai 40% nantinya akan
mengembangkan gangguan bipolar.
3.4 Korelasi dan Penanganan Depresi pada Masa Kanak-kanak dan Remaja
Depresi dan perilaku bunuh diri pada anak-anak sering kali berhubungan dengan
masalah dan konflik keluarga. Anak-anak yang dipaparkan pada kejadian-kejadian yang
menimbulkan stres pada keluarga, seperti konflik orang tua atau pengangguran, memiliki
risiko yang lebih tinggi untuk mengalami depresi, terutama pada anak-anak yang lebih
muda. Kejadian-kejadian yang menimbulkan stres dan kurangnya dukungan sosial dari
teman dan keluarga juga mempengaruhi remaja yang kemudian menjadi depresi. Depresi
pada masa dewasa dapat dipicu oleh kejadian-kejadian seperti konflik dengan orang tua
dan ketidakpuasan dengan nilai-nilai di sekolah. Pada anak perempuan, gangguan pola
makan dan ketidakpuasan pada tubuh setelah masa pubertas sering kali memprediksi
siapa yang akan mengembangkan depresi mayor selama masa remaja. Menariknya,
hubungan antara kehilangan orang tua pada masa kanak-kanak dengan depresi pada masa
kanak-kanak atau remaja ternyata tidak konsisten; sebagian penelitian menunjukkan
hubungan tetapi yang lainnya tidak.
Dengan semakin matangnya anak-anak dan meningkatnya kemampuan kognitif
mereka, faktor-faktor kognitif, seperti cara atribusi, tampaknya memainkan peran yang
10

lebih besar dalam perkembangan depresi. Anak-anak kelas 6 atau SMP yang mengadopsi
gaya penjelasan yang lebih tidak berdaya atau pesimistis (mengatribusikan kejadiankejadian negatif pada penyebab internal, stabil dan umum, serta mengatribusikan
kejadian-kejadian positif pada penyebab eksternal, tidak stabil, dan khusus) lebih besar
kemungkinannya untuk mengembangkan depresi dibandingkan mereka yang memiliki
gaya penjelasan yang lebih otimistik. Para peneliti juga menemukan bahwa remajaremaja yang depresi cenderung memiliki sikap yang lebih disfungsional dan mengadopsi
gaya penjelasan yang lebih tidak berdaya daripada teman sebayanya yang tidak depresi.
Seperti hal nya orang dewasa, anak-anak dan remaja depresi cenderung mengadopsi gaya
kognitif yang ditandai oleh sikap negatif terhadap diri sendiri dan masa depan. Secara
keseluruhan, perubahan kognisi pada anak-anak yang depresi meliputi hal-hal berikut:
2.4.1 Mengharapkan yang terburuk
2.4.2 Membesar-besarkan konsekuensi dan kejadian-kejadian negatif
2.4.3 Mengasumsikan tanggung jawab pribadi untuk hasil yang negatif, walaupun tidak
beralasan
2.4.4 Secara selektif hanya memperhatikan aspek-aspek negatif dari berbagai kejadian
Walaupun terdapat hubungan antara faktor kognitif dan depresi, masih belum
diketahui apakah anak-anak menjadi depresi karena pola berpikir depresi atau depresi
yang menyebabkan perubahan-perubahan pada pola berpikir. Faktor genetis juga
tampak memainkan peran dalam menjelaskan simtom depresi, paling tidak diantara
remaja. Walaupun demikian, peran genetis pada anak-anak masih perlu diteliti lebih
lanjut.
Remaja perempuan menghadapi risiko yang lebih besar untuk mengalami
depresi dibandingkan laki-laki, mungkin karena umumnya mereka menghadapi lebih
banyak tantangan sosial dibandingkan remaja laki-laki seperti tekanan untuk
mempersempit minat mereka dan melakukan aktivitas-aktivitas yang feminin.
Perempuan yang mengadopsi gaya coping di mana anak-anak dan remaja memperoleh
pelatihan keterampilan sosial. Misalnya, belajar bagaimana memulai percakapan atau
berteman untuk meningkatkan kemungkinan memperoleh reinforcement sosial. Terapi
ini biasanya juga mencakup pelatihan dalam keterampilan pemecahan masalah dan
cara-cara untuk meningkatkan frekuensi dari aktivitas yang menyenangkan serta
mengubah gaya berpikir depresi. Di samping itu, terapi keluarga dapat bermanfaat
dalam membantu keluarga dalam memecahkan konflik-konflik dan mengatur kembali
hubungan mereka sehingga anggota keluarga dapat menjadi lebih suportif satu sama
lain.
Kita sebaiknya tidak berasumsi bahwa karena antidepresan efektif dalam
menangani depresi pada orang dewasa, obat ini juga akan efektif dan aman bagi anakanak. Walaupun demikian, antidepresan tipe SSRI, seperti Prozac, cukup menjanjikan
dalam mengatasi depresi pada anak-anak dan remaja. Litium juga digunakan dan
umumnya memberikan hasil yang baik dalam mengatasi anak-anak dan remaja dengan
gangguan bipolar.

11

BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Gangguan kecemasan akan perpisahan (separation anxiety disorder) didiagnosis jika
kecemasan akan perpisahan tersebut persisten dan berlebihan atau tidak sesuai dengan tingkat
perkembangan anak. Gangguan ini dapat berlangsung sampai dewasa yang dapat
menyebabkan perhatian yang berlebihan pada keselamatan anak-anak dan pasangan serta
12

kesulitan menoleransi perpisahan apapun dari mereka. Gangguan kecemasan akan perpisahan
biasanya disebut fobia sekolah. Namun, gangguan ini juga dapat terjadi pada usia prasekolah.
Perkembangan dari gangguan ini sering muncul setelah adanya kejadian hidup yang
menekan, seperti kondisi sakit, kematian anggota keluarga atau binatang kesayangan, atau
perubahan sekolah atau rumah.
Depresi pada anak-anak memiliki ciri yang berbeda, seperti menolak masuk sekolah,
takut akan kematian orang tua, dan terikat pada orang tua. Depresi juga dapat tersamarkan
oleh perilaku yang tampaknya tidak berhubungan langsung dengan depresi seperti masalah
akademik, keluhan fisik, dan bahkan hiperaktivitas dapat bersumber dari depresi yang tidak
disadari. anak-anak atau remaja yang depresi mungkin gagal untuk melabel perasaan mereka
sebagai depresi. Anak-anak biasanya tidak mampu mengenali perasaan-perasaan internal
sampai mencapai usia 7 tahun. Mereka mungkin tidak dapat mengidentifikasikan perasaan
negatif pada dirinya, termasuk depresi, sampai usia remaja. Bahkan para remaja mungkin
tidak menyadari bahwa apa yang mereka alami adalah depresi.
Anak-anak yang depresi juga kurang memiliki berbagai keterampilan, termasuk
keterampilan akademik, atletik, dan sosial. Mereka merasa kesulitan untuk berkonsentrasi di
sekolah sehingga sulit untuk meningkatkan nilai mereka. Depresi pada anak-anak jarang
terjadi dengan sendirinya. Mereka umumnya mengalami gangguan psikologis lain, terutama
gangguan kecemasan. Gangguan makan juga sering terjadi pada remaja depresi, paling tidak
pada remaja perempuan. Depresi dan perilaku bunuh diri pada anak-anak sering kali
berhubungan dengan masalah dan konflik keluarga. Anak-anak yang dipaparkan pada
kejadian-kejadian yang menimbulkan stres pada keluarga, seperti konflik orang tua atau
pengangguran, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami depresi, terutama pada
anak-anak yang lebih muda.
Walaupun terdapat hubungan antara faktor kognitif dan depresi, masih belum
diketahui apakah anak-anak menjadi depresi karena pola berpikir depresi atau depresi yang
menyebabkan perubahan-perubahan pada pola berpikir. Faktor genetis juga tampak
memainkan peran dalam menjelaskan simtom depresi, paling tidak diantara remaja. Remaja
perempuan menghadapi risiko yang lebih besar untuk mengalami depresi dibandingkan lakilaki, mungkin karena umumnya mereka menghadapi lebih banyak tantangan sosial
dibandingkan remaja laki-laki seperti tekanan untuk mempersempit minat mereka dan
melakukan aktivitas-aktivitas yang feminin.
4.2 Saran
Untuk dapat meminimalisir terjadinya gangguan kecemasan dan depresi pada anakanak dan remaja, peran orang tua dan guru di sekolah sangatlah dibutuhkan. Paling tidak
mereka punya kepekaan yang tinggi terhadap buah hati dan anak didik mereka agar dapat
mengidentifikasi lebih dini apabila mulai muncul ciri-ciri dan gejala gangguan kecemasan
maupun depresi pada anak-anak dan remaja.

13

DAFTAR PUSTAKA



Adiarto, Rio. 2012. “Teori Kecemasan”. http://psikologi-bidar-riops11.blogspot.com/2012/12/teori-kecemasan.html. Diakses pada 15 Desember 2017.
Ainy, Dara. 2011. “Gangguan Kecemasan”.
http://kuliahpsikologiabnormal.blogspot.com/2011/12/gangguan-kecemasan.html.
Diakses pada 15 Desember 2017.

14




Sasrawan, Hadi. 2012. “Depresi”. Hedisasrawan.blogspot.com/2012/12/depresiartikel-lengkap.html?m=1. Diakses pada 16 Desember 2017.
Nevid, Jefrey S, Spencer A. Rathus dan Beverly Greene. 2003. Psikologi Abnormal.
Edisi Kelima. Jilid 2. Diterjemahkan oleh Tim Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia. Jakarta: Erlangga.

15

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24