etika di kependidikan dan profesi

Kelompok 1
Nama :

- Dewi Indah Nurmalasari 12211210097
- Euis Yulianti 12211210604

Pendidik Memiliki Tanggung Jawab Terhadap Pelaksanaan dan Hasil
Pekerjaannya
Tugas utama seorang guru diantaranya adalah menciptakan suasana atau
iklim proses pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar
dengan baik dan semangat (Djamarah, 1997: 1).
Menurut Rosmali (2005), tugas seorang guru itu mencakup beberapa hal,
yaitu sebagai berikut:
1. Guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk
pengabdian.
Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan, dan
bidang kemasyarakatan.
2. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih.
Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan
kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan

keterampilan-keterampilan pada siswa.
3. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadi
dirinya sebagai orangtua kedua. Guru harus mampu menarik simpati
sehingga guru tersebut menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun
yang diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswa dalam
belajar.
4. Guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukkan manusia
Indonesia seutuhnya yang berdasarkan Pancasila (Usman, 1998: 7).
Jadi tugas guru yang dimaksud adalah tugas yang terikat oleh dinas
maupun di luar dinas, dan dalam bentuk pengabdian. Sehingga keberadaan guru
merupakan faktor yang tidak mungkin digantikan oleh komponen mana pun
dalam kehidupan bangsa sejak dahulu, karena keberadaan guru bagi suatu bangsa
amatlah penting, apalagi bagi suatu bangsa yang sedang membangun, terlebihlebih bagi keberlangsungan hidup bangsa di tengah-tengah lintasan perjalanan
zaman dengan teknologi yang semakin canggih dan segala perubahan serta

1

pergeseran nilai yang cenderung memberi nuansa kepada kehidupan yang
menuntut ilmu dan seni dalam kadar dinamik untuk dapat mengadaptasikan diri.
Peters dikutip Sudjana (2002:15), menyebutkan tugas dan tanggungjawab

guru, yaitu:
a) guru sebagai pengajar,
b) guru sebagai pembimbing, dan
c) guru sebagai administrator.
Ketiga tugas guru di atas merupakan tugas pokok profesi guru. Dimana
guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan
melaksanakan pengajaran. Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada
tugas, memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang
dihadapinya. Sedangkan guru sebagai administrator kelas pada hakikatnya
merupakan jalinan antara pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya.
Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi pada dasarnya ialah
tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga, dan
meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya. Guru harus sadar bahwa
tugas dan tanggung jawab tidak bisa dilakukan orang lain, kecuali oleh dirinya.
Demikian pula ia harus sadar bahwa dalam melaksanakan tugasnya selalu dituntut
untuk bersungguh-sungguh dan bukan pekerjaan sambilan. Guru harus sadar
bahwa yang dianggap baik dan benar saat ini, belum tentu benar di masa yang
akan datang.
Oleh karena itu guru dituntut agar selalu meningkatkan wawasan dan
pengetahuan, kemampuan dalam rangka pelaksanaan tugas profesinya. Ia harus

peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi khususnya dalam bidang
pendidikan dan pengajaran.
Dunia ilmu pengetahuan tak pernah berhenti tapi selalu muncul hal-hal
yang baru. Guru harus dapat mengikuti perkembangan tersebut, sehingga ia harus
lebih dahulu mengetahuinya dari pada siswa dan masyarakat pada umumnya
Tanggung jawab guru menurut Hamalik (2004: 127), yaitu sebagai
berikut:
1. Guru harus menuntut murid-murid belajar.
2. Turut serta membina kurikulum sekolah.

2

3. Melakukan pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian, watak dan
jasmaniah).
4. Memberikan bimbingan kepada murid.
5. Melakukan diagnosis atas kesulitan-kesulitan belajar dan mengadakan
penilaian atas kemajuan belajar.
6. Menyelenggarakan penelitian.
7. Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif.
8. Menghayati, mengamalkan, dan mengamankan Pancasila.

9. Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan
perdamaian dunia.
10. Turut menyukseskan pembangunan.
Tanggung jawab meningkatkan peranan profesional guru. Bertitik tolak
dari tanggungjawab guru yang telah dikemukakan di atas maka dengan
demikian guru sangat perlu meningkatkan peranan dan kemampuan
profesionalnya. Tanpa adanya kecakapan yang maksimal yang dimiliki oleh
guru maka kiranya sulit bagi guru tersebut mengemban dan melaksanakan
tanggungjawabnya dengan cara yang sebaik-baiknya.
Wijaya dkk. (1994:9), menyebutkan beberapa tanggung jawab yang
memerlukan sejumlah kemampuan yang lebih khusus dari seorang guru, yaitu:
1. Tanggungjawab moral adalah setiap guru harus memiliki kemampuan
menghayati perilaku dan etika yang sesuai dengan moral Pancasila dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah adalah setiap guru
harus menguasai cara belajar-mengajar yang efektif, mampu membuat
satuan pelajaran, mampu dan memahami kurikulum dengan baik, mampu
mengajar dikelas, mampu menjadi model bagi siswa, mampu memberikan
nasihat, menguasai teknik-teknik pemberian bimbingan dan layanan,
mampu membuat dan melaksanakan evaluasi dan lain-lain.

3. Tanggungjawab guru dalam bidang kemasyarakatan adalah turut serta
menyukseskan pembangunan dalam bidang kemasyarakatan, untuk itu
guru harus mampu membimbing, mengabdi kepada dan melayani
masyarakat.
4. Tanggung jawab guru dalam bidang keilmuan, yaitu guru selaku keilmuan
bertanggungjawab dan turut serta memajukan ilmu, terutama ilmu yang
telah menjadi spesialisasinya dengan melaksanakan penelitian dan
pengembangan.

3

Perbedaan pokok antara profesi guru dengan profesi lainnya terletak dalam
tugas dan tanggungjawabnya. Tugas dan tanggungjawab tersebut erat kaitannya
dengan kompetensi atau kemampuan yang disaratkan untuk memangku profesi
tersebut. Kemampuan dasar yang dimaksud adalah kompetensi guru.
Guru

memiliki

tugas


dan

tanggungjawab

yang

beragam

yang

berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas guru dalam proses belajarmengajar

meliputi

bidang

profesi,

bidang


kemanusiaan,

dan

bidang

kemasyarakatan. Sedangkan tanggung jawab guru adalah menuntut siswa untuk
giat belajar, melakukan pembinaan dan bimbingan dan lain-lain.
Untuk itu guru harus memiliki kecakapan dalam membimbing peserta
didik. Di dalam mengajar akan lebih berhasil kalau disertai dengan kegiatan
bimbingan yang banyak berpusat pada kemampuan intelektual, guru perlu
memiliki pengetahuan yang memungkinkan dapat menetapkan

tingkat

perkembangan setiap anak didiknya, baik perkembangan emosi, minat dan
kecakapan khusus maupun dalam prestasi fisik dan sosial.
Dengan demikian tugas dan tanggungjawab guru tidak dapat dibatasi oleh
ruang dan waktu. Dia tidak terikat oleh keterbatasan jam dan kelas untuk

mendidik. Karena proses belajar tidak hanya dilakukan di sekolah namun
dibutuhkan di lingkungan untuk membentuk karakter dan kepribadian siswa, atau
sekurang-kurangnya dapat membentuk landasan yang berarti untuk bekal siswa
selanjutnya.

4

Kelompok 2:
Mia Syarifah Islamiati (1211210119)
Vina Selfiana (12211210948)
Guru Harus Memilki Keadilan Kepada Siapa Saja Yang Menjadi
Haknya
Pendidikan merupakan isu paling hangat di dunia manapun karena
menyangkut penyiapan sumber daya manusia setiap bangsa. Pendidikan menjadi
sangat penting setiap saat karena berhubungan langsung dengan zaman dan
perubahannya yang tiada henti. Itulah mengapa pendidikan dewasa ini sangat erat
hubungannya dengan pesatnya perkembangan ICT. Bagaimana pula guru-guru di
era globalisasi ini harus menyikapinya?
Anak-anak adalah harapan bangsa, untuk itu mereka mempunyai hak
memperoleh pendidikan, sebagaimana diatur dalam Pasal 31 UUD 1945

(amandemen) ayat (1) bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
Bahkan dalam UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Pasal
49 menegaskan bahwa Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh
pendidikan. Dalam pasal ini malah tidak boleh ada satupun hal yang bisa
menghambat anak untuk memperoleh pendidikan. Termasuk di dalamnya
keluarga dan orang tua.
Masalah ketidaksetaraan atau ketidakadilan dalam pendidikan di negara
kita memang lebih mengerucut kepada masalah ketidakmampuan ekonomi
keluarga. Banyak anak yang terpaksa tidak sekolah karena harus bertoleransi
dengan keadaan ekonomi orang tua yang sangat minim, walaupun masalah
berikutnya yang tercipta

juga tidak kalah besar, misalnya : pemerintah

mengadakan kelas RSBI dan SBI tapi justru menciptakan pengkastaan dalam
pendidikan. Sekolah internasional ini membutuhkan biaya tinggi dalam
pelaksanaannya, sehingga hanya keluarga kelas menengah ke atas saja yang
berkesempatan meneguk indahnya pendidikan berkelas internasional. RSBI dan
SBI sendiri banyak dianut dan dilaksanakan justru oleh sekolah negeri milik

pemerintah yang seyogyanya memberikan kesempatan pada wong cilik.

5

UU No. 20 Tahun 2003 Sisdiknas Pasal 5, ayat (1) menjelaskan bahwa
setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu. Untuk itu, jika memang guru bertekad memberikan keadilan bagi
semua anak bangsa, maka guru wajib memberikan mutu terbaik untuk peserta
didik. Mutu yang baik tidak harus dilaksanakan di sekolah mahal.
Adil secara harfiyah bermakna sama. Menurut kamus Bahasa Indonesia,
adil berarti sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak
kepada yang benar, berpegang kepada kebenaran dan yang sepatutnya.
Dalam kontek pengertian tersebut, menjadi guru yang adil berarti guru
harus berpandangan bahwa semua anak didik mempunyai kedudukan yang sama
di hadapannya. Secara umum memperlakukan mereka sama dan tidak membedabedakan. Guru hanya berpihak kepada kepentingan dan kebutuhan anak didik,
bagaimana memberikan “sesuatu” yang bermanfaat bagi kehidupan mereka kelak.
Guru harus berpegang teguh kepada kebenaran dan bertindak atas dasar kepatutan
dan kepantasan. Sebagaimana pepatah dalam bahasa jawa, guru tidak boleh
berlaku “Mban cinde mban siladan”. Maksud dari ungkapan ini adalah, menjadi
guru yang adil berarti guru tidak sepantasnya memperlakukan satu atau beberapa

anak didik secara istimewa dan terhadap yang lainnya biasa-biasa saja bahkan
cenderung tidak memberikan perhatian.
Hakikat Keadilan
Dari banyaknya etimologi dan terminologi tentang adil dapat disimpulkan,
sekurang-kurangnya ada tiga hakikat keadilan. Ketiganya adalah :
1.

Adil dalam pengertian sama (al-musawat)

2.

Adil dalam pengertian keseimbangan (at-tawazun) dan

3.

Adil dalam pengertian “perhatian terhadap hak-hak individu dan
memberikann hak-hak itu kepada setiap pemiliknya.
Agar

menjadi

guru

yang

adil,

setiap

guru

hendaknya

mengimplementasikan 3 hakikat keadilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari
pada saat bersinggungan dengan anak didik.

6

Implentasi Adil Dalam Proses Menjadi Guru Yang Adil
Keadilan tidak hanya harus ditegakkan dalam dunia hukum dan
pemerintahan. Keadilan dapat ditegakberdirikan di mana saja, tak terkecuali
dalam dunia pendidikan. Dan dalam dunia pendidikan, salah satu pilar penegak
keadilan adalah guru. Maka, menjadi guru yang adil adalah sebuah keniscayaan.
Agar dapat menjadi guru yang adil maka tiga hakikat keadilan
sebagaimana yang tersebut sebelumnya harus diimplementasikan dalam proses
pembelajaran dengan anak didik.
1. Perlakukan yang sama
Anak didik mempunyai hak diperlakukan sama oleh guru. Oleh karenanya
guru harus bertindak dengan tidak membedakan di antara anak didiknya dalam hal
kesempatan mendapatkan ilmu. Laki-laki atau prempuan, kaya atau miskin,
sempurna atau berkebutuhan khusus, kota atau desa, dan sebagainya mempunyai
hak yang sama dalam hal mendapatkan memperoleh pembelajaran yang maksimal
dari guru.
Termasuk dalam kontek ini, guru harus tidak membeda-bedakan asal usul
suku, ras, agama dan golongan anak didik. Apapun warna kulitnya, berasal dari
suku dan ras apapun mereka, mempunyai keyakinan dan agama apapun yang
dianut serta dari golongan manapun, anak didik berhak mendapat pembelajaran
apapun dari guru tanpa pengecualian.
Untuk menjadi guru yang adil maka langkah pertama adalah memberikan
pembelajaran kepada seluruh siswa tanpa kecuali dengan kualitas yang sama.
2. Adil dalam keseimbangan
Proses pembelajaran bertujuan menghasilkan output yang sebaik-baiknya.
Siapapun anak didik yang terlibat dalam proses pembelajaran diharapkan menjadi
lulusan yang berkualitas. Dalam kontek inilah, adil dalam keseimbangan dapat
diterapkan oleh guru yang ingin menjadi guru yang adil.
Anak didik tidak mempunyai kecerdasan yang sama. Masing-masing dari
mereka memiliki tingkat kecerdasan dan daya tangkap yang bervariasi. Bahkan di

7

antara mereka ada anak yang tergolong berkebutuhan khusus. Terhadap mereka,
tentu guru harus memberikan “perlakuan khusus”.
Kepada anak didik yang mempunyai daya tangkap dan kecerdasan rendah,
siapapun yang ingin menjadi guru yang adil, maka ia harus memberikan perhatian
lebih dan memberikan pembelajaran dengan intensitas dan kualitas yang lebih
pula.

Mereka

harus

diperlakukan

“berbeda”

dengan

anak-anak

yang

berkecerdasan tinggi. Demikian juga terhadap anak-anak berkebutuhan khusus.
Dibutuhkan kesabaran, ketelatenan dan keuletan yang cukup dalam memberikan
pembelajaran kepada mereka.
3. Adil dalam hak-hak individu
Anak didik diciptakan Allah dengan segala keberbedaan antara satu dan
yang lainnya. Mereka mempunyai potensi, bakat, minat dan kecenderungan yang
berbeda. Tentu saja dalam kontek ini, hak-hak yang harus mereka dapatkan
menjadi berbeda. Oleh karenanya, guru sesuai kemampuan harus dapat
memfasilitasi segala keberbedaan yang dimiliki anak didik.
Dengan memberikan fasilitas yang memadai maka anak didik akan
berkembang sesuai dengan potensi, bakat, minat dan kecenderungan mereka.
Mengarahkan anak didik agar berkembang namun tidak sesuai dengan potensi,
bakat, minat dan kecenderungan merupakan tindakan memaksakan kehendak dan
tindakan ketidakadilan.
Untuk anak didik SLTA, memberikan banyak pilihan jurusan adalah
bentuk keadilan dalam kontek ini. Anak didik diberi kebebasan untuk memilih
jurusan sesuai potensi yang dimiliki adalah tindakan adil. Guru memberikan
bimbingan secukupnya agar anak didik tepat dalam jalur potensi yang dimiliki.
Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah dipaparkan, dapat diambil kesimpulannya
sebagai berikut:
1.

Menurut kamus Bahasa Indonesia, adil berarti sama berat, tidak berat sebelah,
tidak memihak, berpihak kepada yang benar, berpegang kepada kebenaran
dan yang sepatutnya.

8

2.

Menjadi guru yang adil berarti guru harus berpandangan bahwa semua anak
didik mempunyai kedudukan yang sama di hadapannya.

3.

Implentasi adil dalam proses menjadi guru yang adil yaitu: memberikan
perlakuan yang sama, adil dalam keseimbangan, dan adil dalam memberikan
hak-hak indiviu.

Kelompok 4:
Bustanul firdaus

( 12211210046)

M. Ghazian Lutfi

(12211210101)

MENDIDIK AGAR EFECTIVE HARUS DI JIWAI DENGAN NILAI –
NILAI YANG HIDUP DALAM LINGKUNGAN PROFESI ITU SENDIRI.
Cara Mendidik Efektif
Tujuan akhir pendidikan adalah terbentuknya karakter, yaitu mengetahui yang
benar dan bertindak mulia. Mendidik dan mengajar yang efektif adalah mendidik
yang dapat membangun karakter. Seoarng pendidik akan mendidik dengan efektif
jika pendidik menguasai materi pelajaran yang akan di ajarkannya, memnetukan
strategi pembelajaran dengan kebutuhan perkembangan siswa, membuat desain
pembelajaran, ahli dalam memotivasi, ahli dalam berkomunikasi, bekrja secara
efktif denagn siswa yang berasal dari latar belakang kultur yang berlainan,
menguasai teknologi, memiliki komitmen dan motivasi.
Richard Dunne & Ted Wragg (1996) dalam bukunya “Effective Teaching”
menyatakan bahwa “Pembelajaran efektif (effective teaching) adalah jantungnya
sekolah efektif atau sekolah yang berhasil mencapai tujuannya. Di bagian
pengantar buku tersebut di atas, Anwar Jasin menyatakan bahwa “Mutu hasil
pendidikan sebagian besar ditentukan oleh mutu kegiatan belajar mengajar. Mutu
profesional guru harus terlihat pada kemampuannya mengelola kelas dan
mengajar secara efektif dalam arti dia mampu membelajarkan para siswa
menguasai bahan pelajaran yang diberikannya sesuai dengan tuntutan kurikulum”.

9

Pengertian pembelajaran efektif bukanlah sesuatu yang sederhana atau tentu
tidak memadai lagi jika hanya diartikan sebatas transfer of knowledge, justru
menjadi penting ketika diartikan sebagai pembelajaran konstruktivistik yang lebih
berorientasi pada siswa (student centries). Dalam arti, peserta didik atau si belajar
menjadi pusat pembelajaran. Sementara teaching-learning berada melingkari
peserta didik tersebut. Keberhasilan teaching learning tergantung pada; (1)
enabling environment; (2) knowledge infrastructure; (3) human and physical
resource, and (4) school management and governance. Akhirnya hal tersebut di
atas sangat ditentukan oleh sebuah kebijakan pendidikan.
Pendapat senada menyatakan bahwa, “Mutu pendidikan ditentukan oleh
“Effective Teaching and Learning (ETL)”. ETL itu sendiri dipengaruhi oleh; (1)
teacher supply, training, and profesional development support;(2) school
leadership internal organization and culture; (3) quality assurance and support
system; (4) accountability mechanisms and processes, including school
governence; (5) the physical environment of the school; (6) the curriculum and
it’s assessment:instructional aid; (7) links and partnerships with parent and the
community; and (8) the well-being attendance and motivation of all pupils.
Santrok (2007) mengemukakan bahwa untuk enjadi guru yang efektif
perlu di perhtaikan beberapa hal:
1. Pengajaran yang efektif mensyaratkan agar guru menguasai secara utuh
ilmu yang diajarkannya, contohnya guru fisika harus menguasai seluruh materi
fisika yang diajarkannya.
2. Memperluas perspektif, guru harus yakin bahwa dirinya dapat menjadi
guru yang efektif sebagaimana diinginkannya, contohnya guru fisika harus
memiliki kepercayaan diri ketika mendidik murid-murid.
3. Guru perlu meningkatkan diri secara terus menerus, contoh; guru fisika
terus belajar dan berlatih untuk meningkatkan ilmunya.
John W. Santrock menyatakan bahwa ada dua hal utama yang harus
dikuasai guru, yaitu;

10

1. Pengetahuan dan Keahlian Professional meliputi;
 Penguasaan terhadap Materi Pelajaran
Guru yang efektif harus memiliki pengetahuan, fleksibel dan memahami
materi pelajaran yang di ampu. Penguasaan subjek materi tidak hanya mencakup
fakta, istilah dan konsep umum, tetapi mencakup pengetahuan tentang dasar-dasar
pengorganisasian materi, mengaitkan berbagai gagasan, cara berfikir dan
berargumentasi, pola perubahan dalam satu mata pelajaran, dan kemampuan untuk
mengaitkan satu gagasan dari suatu disiplin ilmu ke disipiln ilmu lainnya.
 Strategi Pengajaran.
Kontruktivisme menekankan agar individu secara aktif menyusun dan
membangun

(to

construct)

pengetahuan

dan

pemahamannnya.

Menurut

pandangan konstruksivis, guru bukan sekedar memberi informasi ke pikiran aank,
akan tetapi guru mendorong anak untuk mengeksplorasi dunia mereka,
menemukan pengetahuan, merenung, dan berpikir secara kritis. Konstruksivis
juga menekankan pada kolaborasi, anak-anak saling bekerja sama untuk
menegtahui dan memahami materi pelajaran.
 Penetapan Tujuan dan Keahlian Perencanaan Intruksioal.
Guru yang efektif tidak sekadar mengajar di kelas, baik ia menggunakan
prespektif tradisional maupun konstruksivis. Namun, guru harus menentukan
tujuan pengajaran dan menyusun rencana pembelajaran untuk mencapai tujuan
pengajaran tersebut. Guru juga harus menyusun kriteria tertentu agar sukses. Guru
secara matang menyusun rencana instruksional, mengorganisasikan pelajaran agar
siswa meraih hasil maksimal dari kegiatan belajarnya. Dalam menyusun rencana
pembelajaran, guru harus memikirkan tentang cara agar pelajaran bias menantang
sealigus menarik.
 Keahlian Manajemen Kelas.
Aspek penting lain untuk menjadi guru yang efektif adalah kemampuan
menjaga kelas agar tetap aktif bersama dan mengorientasikan kelas/siswa ke

11

tugas-tugas yang telah dipersiapkan guru untuk mengaktifkan siswa. Guru yang
efektif membangun dan mempertahankan lingkungan belajar yang kondusif. Agar
lingkungan belajar optimal, guru perlu senantiasa meninjau ulang strategi
penataan dan prosedur pengajaran, pengorganisasian kelompok, monitoring, dan
mengaktifkan kelas, serta menangani tindakan siswa yang mengganggu kelas.
 Keahlian Motivasional.
Guru yang efektif memiliki strategi yang baik untuk memotivasi siswa agar
mau belajar. Para ahli psikologi pendidikan semakin percaya bahwa motivasi ini
paling baik didorong dengan memberi kesempatan siswa untuk belajar di dunia
nyata, agar setiap siswa berkesempatan menemukan sesuatu yang baru dan sulit.
Guru yang efektif mengetahui bahwa siswa akan termotivasi saat mereka bias
memilih sesuatu yang sesuai dengan minatnya. Guru yang baik akan memberi
kesempatan kepada siswa untuk berpikir kreatif dan mendalam untuk proyek
mereka sendiri.
 Keahlian Komunikasi.
Sisi lain yang tak kalah pentingnya dalam mengajar adalah keahlian dalam
berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal, memahami
komunikasi nonverbal dari siswa, dan mampu memecahkan konflik secara
konstruktif. Keahlian komunikasi bukan hanya penting untuk bukan hanya
penting untuk mengajar, tetapi juga untuk berinteraksi dengan orangtua siswa.
Guru yang efektif menggunakan keahlian komunikasi yang baik saat mereka
berbicara dengan siswa, orangtua, administrator, dan lainnya, serta memiliki gaya
komunikasi asertif bukan agresif.
 Bekerja secara Efektif dengan Siswa dari Latar Belakang Kultural
Berbeda.
Guru yang efektif mampu mendorong siswanya untuk menjalin hubungan
positif dengan siswa yang berbeda, membimbing siswa untuk berpikir secara
kritis tentang isu kultural dan etnis, menanamkan sikap saling menerima, dan
bertindak sebagai mediator kultural.

12

 Keahlian Teknologi.
Guru yang efektif mampu mengembangkan keahlian teknologi dan
mengintegrasikan komputer ke dalam proses belajar mengajar di kelas,
menggunakan alat komunikasi melalui komputer seperti internet, mendesain
media pembelajaran berbasis komputer, serta menggunakan media ICT lainnya
untuk keperluan pembelajaran.
2. Komitmen dan Motivasi.
Menjadi guru yang efektif membutuhkan komitmen dan motivasi. Aspek ini
mencakup sikap yang baik dan perhatian kepada siswa. Guru yang efektif
memiliki kepercayaan diri terhadap kemampuannya dan tidak membiarkan emosi
negatif melunturkan motivasi dirinya.
Cara mendidik efktif terletak pada kunci-kunci berikut ini:
A. Proses belajar mengajar yang menyenangkan
Belajar yang menyenangkan tentu saja akan membuat anak tertarik dan tidak
akan membuat mereka jenuh. Terutama bagi anak usia dini. Lebih baik untuk
menunda kegiatan belajar apabila kita belum bisa menciptakan suasana
menyenangkan bagi anak. Karena apabila kita memaksa anak untuk belajar dalam
situasi yang menegangkan, hal itu dapat membuat anak frustasi dan menjadi tidak
mau belajar, karena merasa trauma dan ketakutan. Pemaksaan bahkan bisa
melumpuhkan sel syaraf yang terdapat di otak anak. Setiap pendidik pasti
mengharapkan agar anak mendapatkan hasil belajar yang optimal, dan hal itu
hanya akan didapatkan apabila anak mempunyai ketertarikan pada apa yang kita
ajarkan. Caranya yaitu dengan belajar sambil bermain, bercerita,bernyanyi dan
lain sebagainya.
B. Kasih Sayang
“Kasih sayang melahirkan kecerdasan”, hasil dari sebuah penelitian telah
membuktikan bahwa pembentukan otak dan perasaan sangat terikat erat pada
kasih sayang yang diberikan kepadanya semasa ia berada di dalam kandungan

13

sampai kasih sayang yang ia dapatkan setelah ia lahir dan tumbuh dewasa. “Autis”
adalah salah satu contoh sebagai akibat dari kurangnya kasih sayang. (Autis
terjadi akibat kurang terhubungkannya syaraf –syaraf di pusat otak yang berisi
emosi yang mengisi gerakan rasional dan pikiran logis). Hilangnya perasaan cinta
pada awal kehidupan juga dapat melemahkan kekuatannya dan membuat
pengaruh yang fatal pada otak. Pernyataan ini diperkuat oleh hasil penelitian
bahwa ukuran otak anak yang jarang tersiram kasih sayang dan jarang diajak
bermain lebih kecil 30% daripada anak normal pada usia yang sama.
C. Disiplin
Disiplin merupakan salah satu elemen penting agar terciptanya efektifitas
belajar. Namun disiplin juga harus diterapkan secara konsisten dan ber”sinergi”.
Konsisten atau istiqomah diperlukan dalam proses penerapan disiplin. Hilangnya
konsistensi akan menghancurkan upaya kita dalam menegakkan disiplin.Satu
contoh ,misalnya kita menginginkan satu bentuk tertentu pada sebuah pohon. Kita
dapat membentuknya dengan mengikat dahan pohon tersebut dengan tali atau
kawat. Namun bayangkan apa yang akan terjadi apabila dalam waktu yang singkat
kita telah membuka ikatan itu ? tentu dahan pohon yang diikat tadi akan kembali
seperti keadaan semula, bahkan mungkin akan bergerak lebih jauh dari posisi
semula. Akan tetapi dengan kesabaran dan ketelatenan kita akan mendapatkan
hasil yang sesuai dengan keinginan kita. Itulah sebabnya kenapa pendidikan anak
harus dilakukan secara bertahap, sedikit demi sedikit sampai anak memahami apa
yang kita ajarkan. Karena pendidikan adalah sebuah proses yang sangat panjang
dan tak berujung. Selanjutnya kita akan menjelaskan tentang arti dari kata
“sinergi”. Sinergi adalah satu bentuk penyatuan energi dari semua pihak yang
berkepentingan, dalam hal ini yaitu kerjasama yang berkesinambungan antara
orang tua,pihak sekolah serta lingkungan (kakek nenek, saudara, teman bermain,
dll). Artinya pendidikan bukan hanya merupakan tanggung jawab orang tua saja,
atau tanggung jawab sekolah saja, akan tetapi telah menjadi tanggung jawab
bersama,sehingga dalam pelaksanaan disiplinpun harus ada koordinasi yang baik
dari semua pihak.
D. Hukuman dan Ganjaran

14

Hukuman dapat diterapkan apabila anak tidak mematuhi aturan yang telah
disepakati / tidak disiplin, dengan tujuan agar anak tidak mengulangi
perbuatannya.
Ganjaran / hadiah diberikan kepada anak ketika anak berhasil melakukan
perbuatan yang baik (menurut norma agama ataupun norma yang berlaku di
masyrakat), dengan tujuan untuk memotivasi anak agar mereka mempertahankan
bahkan meningkatkan perilaku baiknya menjadi lebih baik.

Kelompok 5
Adnan hidayat
Rahmat iskandar
GURU HARUS BERPEGANG PADA RUMUSAN ATURAN ATAU
NORMA DALAM MENGEMBAN PROFESI

Pengertian Etika
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat diperlukan suatu sistem atau
pedoman yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bargaul atau
berhubungan antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Sistem pengaturan
pergaulan tersebut dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, adat, dan
lain-lain. Secara etismologis, kata etika berasal dari bahasaa Yunani “ethos”, yang
artinya adat kebiasaan atau watak kesusilaan. Sedangkan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (edisi ke-empat), etika diartikan sebagai ilmu tentang apa yang
baik dan apa yang buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Etika
memuat tentang apa yang harus dilakukan, apa yang tidak boleh dilakukan, apa
yang baik, dan apa yang buruk. Dengan adanya etika perilaku-perilaku baik diatur
berdasarkan nilai-nilai moral yang berlaku dalam masyarakat.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia.
Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui

15

rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk
mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada
akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang
perlu kita lakukan dan yang pelru kita pahami bersama bahwa etika ini dapat
diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, etika dapat dibagi menjadi
beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya. Dengan
demikian, etika dapat diartikan sebagai kumpulan nilai-nilai moral yang dianut
oleh masyarakat tertentu setelah melalui pengkajian secara kritis. Ada dua macam
etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan buruknya
prilaku manusia.
1. Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis
dan rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam
hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai
dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
2. Etika Normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap
dan pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini
sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus
memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan. Etika
normatif dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Etika Umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana
manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis,
teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi
manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu
tindakan. Etika umum dapat dianalogkan dengan ilmu pengetahuan, yang
membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
2. Etika Khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam
bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud seperti bagaimana
kita mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan
khusus yang kita lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral
dasar. Penerapan itu juga dapat berwujud sperti bagaimana kita menilai perilaku
diri sendiri dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang
dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis. Selain

16

itu, penerapan lainnya adalah cara bagaimana manusia mengambil suatu
keputusan atau tindakan, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya.
Etika khusus dibagi lagi menjadi dua bagian:
1). Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia
terhadap dirinya sendiri.
2). Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola
perilaku manusia sebagai anggota umat manusia.
Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat
dipisahkan satu sama lain, karena kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan
sebagai anggota umat manusia saling berkaitan. Etika sosial menyangkut
hubungan manusia dengan manusia baik secara langsung maupun secara
kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadap pandanganpandangana dunia dan idiologi-idiologi maupun tanggung jawab umat manusia
terhadap lingkungan hidup. Berikut adalah contoh etika sosial.
a.

Sikap terhadap sesama

b.

Etika profesi

c.

Etika politik

d.

Etika lingkungan

e.

Etika idiolog

Dengan demikian etika profesi merupakan cabang dari etika khusus yang
merupakan produk dari etika sosial.
Prinsip-prinsip etika profesi
1. Tanggung jawab. Etika profesi harus bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan profesi dan hasilnya, serta bertanggungjawab terhadap
dampak dari profesi terhadap masyarakat.
2. Keadilan. Etika profesi dapat menjamin hak siapa saja.
3. Otonomi. Setiap kaum profesional memiliki dan diberi hak kebebasan
dalam menjalankan profesinya. Namun, dibatasi oleh tanggung jawab dan
komitmen profesional dan tidak mengganggu kepentingan umum.
4. Integritas moral yang tinggi. Komitmen pribadi yang tinggi menjadi
keluhuran suatu profesi.

17

Kode Etik Profesi
Secara harfiah, kode etik adalah sumber etika, aturan, sopan santun, atau
suatu hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu
pekerjaan. Menurut Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 tentang pokok-pokok
kepegawaian. Pasal 28 undang-undang ini dengan jelas menyatakan bahwa
“pegawai negeri sipil mempunyai kode etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku
dan perbuatan di dalam dan di luar kedinasaan.” Dalam penjelasan undangundang tersbut dinyatakan bahwa dangan adanya kode etik ini, pegawai negeri
sipil sebagi aparatur Negara, abdi Negara, dan abdi masyarakat mempunyai
pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam melaksanakan tugasnya dan
dalam pergaulan hidup sehari-hari. Dari uraian tersebut terlihat bahwa kode etik
profesi adalah norma-norma, pedoman sikap, tingkah laku yang harus diindahkan
oleh setiap anggota profesi didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam
hidup di masyarakat .
Tujuan Kode Etik Profesi
Pada dasarnya tujuan merumuskan kode Etik dalam suatu profesi adalah
untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri.
Menurut E. Mulyasa (2009: 44-45), secara umum tujuan mengadakan kode etik
adalah sebagai berikut.
a.

Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.

Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak
luar atau masyarakat, agar mereka jangan sampai memandang rendah atau remeh
terhadap profesi yang bersangkutan. Oleh karena itu, setiap kode etik suatu profesi
akan melarang berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota profesi yang
dapat mencermakan nama baik profesi terhadap dunia luar. Dari segi ini, kode etik
juga sering kali disebut kode kehormatan.

b.

Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya.

Kesejahteraan yang dimaksud yaitu meliputi kesejahteraan lahir (atau
material) maupun kesejahteraan batin ( spiritual atau mental). Dalam hal

18

kesejahteraan batin para anggota profesi, kode etik umumnya memberi petunjukpetunjuk kepada para anggotanya untuk melaksanakan profesinya.
c.

Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.

Tujuan lain kode etik profesi dapat juga berkaitan dengan peningkatan
kegiatan pengabdian profesi, sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan
mudah

mengetahui

tugas

dan

tanggung

jawab

pengabdiannya

dalam

melaksanakan tugasnya.
d.

Untuk meningkatkan mutu profesi.

Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik juga memuat norma-norma
dan anjuran agar para anggota profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu
pengabdian para anggotanya.
e.

Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.

Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, maka diwajibkan setiap
anggota untuk secara aktif berpartisipasi dalam membina organisasi profesi dan
kegiatan-kegiatan yang di rancang organisasi.
Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan suatu profesi
menyusun kode etik adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga
dan memelihara kesejahteraan para anggota.menjadi pedoman perilaku,
meningkatkan pengabdian aggota profesi, dan meningkatkan mutu profesi dan
mutu organisasi profesi.
Penetapan Kode Etik
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang
berlaku dan mengikat para anggotanya. Penetapan kode etik lazim dilakukan pada
suatu kongres organisasi profesi. Dengan demikian, penetapan kode etik tidak
boleh dilakukan oleh seorang secara perorangan, melainkan harus dilakukan oleh
orang-orang yang diutus untuk dan atas nama anggota-anggota profesi dari
organisasi tersebut. Maka jelas bahwa orang-orang yang bukan dan tidak menjadi
anggota profesi tersebut, tidak dapat dikenakan aturan yang ada dalam kode etik
tersebut. Kode etik suatu profesi hanya akan mempunyai pengaruh yang kuat
dalam menegakkan disiplin di kalangan profesi tersebut, jika semua orang yang
menjalankan profesi tersebut tergabung (menjadi anggota) dalam organisasi
profesi yang bersangkutan. Apabila setiap orang yang menjalankan profesi suatu

19

profesi secara otomatis tergabung di dalam suatu organisasi atau ikatan
profesional, maka barulah ada jaminan bahwa profesi tersebut dapat dijalankan
secara murni dan baik, Karena setiap anggota profesi yang melakukan
pelanggaran terhadap kode etik dapat dikenakan sanksi.
Kode Etik Profesi Guru Indonesia
Kode etik guru Indonesia adalah norma dan asas yang disepakati dan
diterima oleh guru-guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam
melaksakan tugas sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga negara.
Adapun tujuan mengapa kode etik guru harus ditaati, ialah agar:
1.

Para guru memiliki pedoman dalam dalam bertingkah laku sebagai

pendidik.
2.

Para guru dapat becermin diri mengenai tingkah lakunya.

3.

Para guru dapat menjaga perilaku.

4.

Guru dengan cepat akan memperbaiki diri apabila melakukan

kesalahan.
5.

Agar guru menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat umum.

Kode etik guru Indonsia ditetapkan dalam suatu kongres, yaitu kongres
PGRI XIII di Jakarta pada tahun 1973, kemudian disempurnakan dalam kongres
PGRI XVI tahun 1989 di Jakarta. Adapun kode etik Guru Indonesia yang telah
disempurnakan adalah sebagai berikut.
Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa, dan negara, serta kemanusiaan pada
umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada Undang-undang
Dasar 1945, turut bertanggungjawab atas terwujdunya cita-cita Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab itu, Guru
Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan mendominasi dasardasar sebagai berikut:
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai
bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.

20

4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar-mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat di sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab
bersama terhadap pendidikan.
6. Guru

secara

pribadi

dan

bersama-sama

mengembangkan

dan

meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijakan Pemerintah dalam bidang
pendidikan.
Berkaitan hubungan guru dengan peserta didik, orang tua/wali,
masyarakat, sekolah, profesi, organisasi profesi, dan pemerintah, maka dibuatlah
nilai-nilai operasional yang harus dijalannkan oleh guru sebagai berikut.
Hubungan Guru dengan Peserta Didik:
1. Guru berprilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas mendidik,
mengajar,

membimbing,

mengarahkan,

melatih,

menilai,

dan

mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.
2. Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati, dan
mengamalkan hak-hak dan kewajibannya sebagai individu, warga sekolah,
dan anggota masyarakat.
3. Guru mengakui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara
individual dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.
4. Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakannya
untuk kepentingan proses kependidikan.
5. Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus
berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana sekolah

21

yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien
bagi peserta didik.
6. Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih
sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar
batas kaidah pendidikan.
7. Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang
dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.
8. Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk
membantu

peserta

didik

dalam

mengembangkan

keseluruhan

kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya.
9. Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali
merendahkan martabat peserta didiknya.
10. Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara
adil.
11. Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi
kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya.
12. Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh
perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.
13. Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta
didiknya

dari

kondisi-kondisi

yang

menghambat

proses

belajar,

menimbulkan gangguan kesehatan, dan keamanan.
14. Guru tidak membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk alasan-alasan
yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum,
kesehatan, dan kemanusiaan.
15. Guru tidak menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya kepada
peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial, kebudayaan,
moral, dan agama.
16. Guru tidak menggunakan hubungan dan tindakan profesional dengan
peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.

22

Hubungan Guru dengan Orangtua/Wali Murid:
1. Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien
dengan orangtua/wali siswa dalam melaksanakan proses pendidikan.
2. Guru memberikan informasi kepada orangtua/wali secara jujur dan
objektif mengenai perkembangan peserta didik.
3. Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang
bukan orangtua/walinya.
4. Guru

memotivasi

orangtua/wali

siswa

untuk

beradaptasi

dan

berpartisipasi dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.
5. Guru bekomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai
kondisi dan kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada
umumnya.
6. Guru menjunjung tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasi
denganya berkaitan dengan kesejahteraan, kemajuan, dan cita-cita anak
atau anak-anak akan pendidikan.
7. Guru tidak melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan
orangtua/wali siswa untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.
Hubungan Guru dengan Masyarakat:
1. Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif, dan
efisien dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan
pendidikan.
2. Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembangkan dan
meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
3. Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
4. Guru bekerjasama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan
prestise dan martabat profesinya.
5. Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan
masyarakat

berperan

aktif

dalam

pendidikan

dan

meningkatkan

kesejahteraan peserta didiknya.

23

6. Guru mememberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai
agama, hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan
masyarakat.
7. Guru tidak membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya kepada
masyarakat.
8. Guru tidak

menampilkan

diri

secara ekslusif dalam kehidupan

bermasyarakat.
Hubungan Guru dengan Sekolah dan Rekan Sejawat:
1. Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi
sekolah.
2. Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam
melaksanakan proses pendidikan.
3. Guru menciptakan suasana sekolah yang kondusif.
4. Guru menciptakan suasana kekeluargaan di didalam dan luar sekolah.
5. Guru menghormati rekan sejawat.
6. Guru saling membimbing antar sesama rekan sejawat.
7. Guru menjunjung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan
kesejawatan dengan standar dan kearifan profesional.
8. Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan juniornya untuk
tumbuh secara profesional dan memilih jenis pelatihan yang relevan
dengan tuntutan profesionalitasnya.
9. Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan
pendapat-pendapat profesional berkaitan dengan tugas-tugas pendidikan
dan pembelajaran.
10. Guru membasiskan-diri pada nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan
dalam setiap tindakan profesional dengan sejawat.
11. Guru memiliki beban moral untuk bersama-sama dengan sejawat
meningkatkan keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalankan tugastugas profesional pendidikan dan pembelajaran.
12. Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang dari
kaidah-kaidah agama, moral, kemanusiaan, dan martabat profesionalnya.

24

13. Guru tidak mengeluarkan pernyataan-keliru berkaitan dengan kualifikasi
dan kompetensi sejawat atau calon sejawat.
14. Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan
merendahkan marabat pribadi dan profesional sejawatnya.
15. Guru tidak mengoreksi tindakan-tindakan profesional sejawatnya atas
dasar

pendapat

siswa

atau

masyarakat

yang

tidak

dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya.
16. Guru tidak membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk pertimbanganpertimbangan yang dapat dilegalkan secara hukum.
17. Guru tidak menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung atau tidak
langsung akan memunculkan konflik dengan sejawat.
Hubungan Guru dengan Sejawat:
1. Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi.
2. Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pendidikan
dan mata pelajaran yang diajarkan.
3. Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya.
4. Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
menjalankan

tugas-tugas

profesional

dan

bertanggungjawab

atas

konsekuensinya.
5. Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggungjawab, inisiatif
individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya.
6. Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan
merendahkan martabat profesionalnya.
7. Guru tidak menerima janji, pemberian, dan pujian yang dapat
mempengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan profesionalnya.
8. Guru tidak mengeluarkan pendapat dengan maksud menghindari tugastugas dan tanggungjawab yang muncul akibat kebijakan baru di bidang
pendidikan dan pembelajaran.

25

Hubungan Guru dengan Organisasi Profesinyaa (sekolah):
1. Guru menjadi anggota organisasi profesi guru dan berperan serta secara
aktif dalam melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan
kependidikan.
2. Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang
memberikan manfaat bagi kepentingan kependidikan.
3. Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat
informasi dan komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru dan
masyarakat.
4. Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
menjalankan tugas-tugas organisasi profesi dan bertanggungjawab atas
konsekuensinya.
5. Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk
tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan
profesional lainnya.
6. Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang dapat
merendahkan martabat dan eksistensi organisasi profesinya.
7. Guru tidak mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu untuk memperoleh
keuntungan pribadi dari organisasi profesinya.
8. Guru tidak menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai organisasi profesi
tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Hubungan Guru dengan Pemerintah:
1. Guru

memiliki

komitmen

kuat

untuk

melaksanakan

program

pembangunan bidang pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam UUD
1945, UU tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang tentang
Guru dan Dosen, dan ketentuan perundang-undangan lainnya.
2. Guru membantu program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan yang
berbudaya.
3. Guru berusaha menciptakan, memelihara dan meningkatkan rasa persatuan
dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.

26

4. Guru tidak menghindari kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah atau
satuan pendidikan untuk kemajuan pendidikan dan pembelajaran.
5. Guru tidak melakukan tindakan pribadi atau kedinasan yang berakibat
pada kerugian negara.
Kesimpulan
Guru harus berpegang pada rumusan norma dalam mengemban profesi.
Karena seorang guru akan berinteraksi langsung dengan murid, masyarakat,
sesama guru, maupun organisasi profesinya dan pemerintah. Dimana ada aruran
dan norma berlaku yang harus dipatuhi. Ada sanksi bilamana guru melanggar
aturan. Guru juga memberikan contoh kepada murid dan kemungkinan akan
diikuti oleh murid. Guru harus sesuai dengan tujuan kode etik profesi.

Kelompok

: 06

Nama

: Diah Wulandari

12211210915

Nurhabibah

12211210914

TOLAK UKUR PERBUATAN PENDIDIKAN YANG SUKSES
Konsep belajar menurut UNESCO, menuntu setiap satuan pendidikan
untuk dapat mengembangkan empat pilar pendidikan baik untuk sekarangdan
masa depan, yaitu : (1) learning to know (belajar untuk mengetahui), (2) learning
to do (belajar untuk melakukan sesuatu) dalam hal ini peserta didik dituntut untuk
terampil dalam melakukan sesuatu, (3) learning to be (belajar untuk menjadi
seseorang), dan (4) learning to live together (belajar untuk menjalani kehidupan
bersama).
Dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah
laku pada seseorang yang asalnya tidak tahu menjadi tahu, yang asalnya tidak
mempunyai keterampilan menjadi mempunyai keterampilan, dan yang asalnya

27

tidak dapat mengerjakan sesuatu menjadi bisa mengerjakan sesuatu yang
semuanya itu merupakan hasil dari pengalaman atau interaksi dengan lingkungan
yang dilakukan secara sengaja. Dengan demikian, perubahan-perubahan yang
terjadi pada peserta didik sebagai akibat dari proses belajar mengajar tersebut
merupakan hasil dari belajar atau dengan kata lain disebut hasil belajar.
Keberhasilan belajar merupakan prestasi peserta didik yang dicapai dalam
proses belajar mengajar. Untuk mengetahui keberhasilan belajar tersebut terdapat
beberapa indikator yang dapat diketahui bahwa proses belajar mengajar tersebut
dianggap berhasil atau tidak. Maka indikator keberhasilan belajar peserta didik
dapat diketahui dari kemampuan daya serap peserta didik terhadap bahan
pengajaran yang telah diajarkan serta dari perbuatan atau tingkah laku yang telah
digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh peserta didik, baik secara
individual maupun kelompok.
Penilaian Keberhasilan Belajar
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar peserta
didik dapat dilakukan dengan menggunakan tes prestasi belajar, tes merupakn
suatu

teknik

atau

cara

yang

digunakan

dalam

rangka

melaksanakan

kegiatanpengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24