Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kare

PENINGKATAN
PRODUKSI,
PRODUKTIVITAS DAN
MUTU TANAMAN
TAHUNAN

PEDOMAN TEKNIS
PENGEMBANGAN TANAMAN
KARET
TAHUN 2013

DIREKTORAT JENDERAL
PERKEBUNAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
DESEMBER 2012

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman
Tahunan

KATA
PENGANTAR

Pengembangan
perkebunan
karet
memberikan
peranan
penting
bagi
perekonomian nasional, yaitu sebagai
sumber devisa, sumber bahan baku
industri,
sumber
pendapatan
dan
kesejahteraan masyarakat serta sebagai
pengembangan pusat- pusat pertumbuhan
perekonomian di daerah dan sekaligus
berperan
dalam
pelestarian
fungsi

lingkungan hidup.
Kegiatan Perluasan Tanaman Karet Rakyat
Non Revitalisasi
di
Wilayah
Perbatasan,
Pasca Konflik dan Bencana
Alam, dimaksudkan untuk mendukung
program percepatan perluasan karet rakyat
di wilayah perbatasan, pasca konflik dan
bencana alam yang merupakan salah satu
upaya untuk pengentasan kemiskinan
melalui peningkatan pendapatan yang pada
gilirannya
dapat
meningkatkan
kesejahteraan petani dan juga dapat
mengamankan wilayah tapal batas antara
Indonesia dan Malaysia.
Dalam rangka terwujudnya pemahaman

dan persepsi yang sama untuk pelaksanaan
kegiatan Perluasan Tanaman Karet Rakyat
tahun 2013, maka perlu disusun buku
Pedoman Teknis kegiatan tersebut yang
Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun
2013 iii

i

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman
Tahunan
diharapkan dapat digunakan sebagai acuan

bagi penanggung jawab kegiatan baik di
Pusat
maupun
Daerah.
Selanjutnya
pedoman ini dijabarkan lebih rinci dalam
Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) di tingkat


iv

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet
Tahun 2013

ii

Provinsi dan Petunjuk Teknis (JUKNIS) di
tingkat
Kabupaten/Kot
a.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu
tersusunnya pedoman ini, semoga dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta,

Desember

2012
Direktur Jenderal Perkebunan

Ir. Gamal Nasir,
MS
NIP. 19560728 198603 1 001

DAFTAR ISI
KATA
i
iii
iv
I.
1

II.
5

DAFTAR
DAFTAR


Halaman
PENGANTAR
ISI
LAMPIRAN
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Sasaran Nasional
C. Tujuan
PENDEKATAN

1
4
5
PELAKSANAAN

KEGIATAN

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan

B. Spesifikasi Teknis
III.
11

PELAKSANAAN

KEGIATAN

A. Ruang Lingkup
B. Pelaksana Kegiatan
C. Lokasi, Jenis dan Volume
D. Simpul Kritis

11
13
14
15

IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN
BANTUAN


16

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN
DAN PENDAMPINGAN

17

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

18

VII. PEMBIAYAAN

21

VIII. PENUTUP
vi

5


9

21

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet
Tahun 2013

iv

LAMPIRAN

22

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun
2013 v

iii

DAFTAR

LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Lokasi Kegiatan Perluasan
Tanaman Karet di Wilayah
Spesifik Tahun 2013
……………… 22
Lampiran 2. Lokasi Kegiatan
Peremajaan
Tanaman
Karet
Tahun 2013 ………………………….. 23

I.
PENDAHULUA
N
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kedua
penghasil karet alam di dunia (sekitar 28
persen dari produksi karet dunia di

tahun
2010),
sedikit di belakang
Thailand
(sekitar
30
persen).
Pengembangan karet Indonesia dalam
kurun waktu 3 dekade mengalami
pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam
kurun waktu lima tahun terakhir,
peningkatan
ekspor
karet
cukup
signifikan, dari volume ekspor tahun
2002 sebesar 1.496 ribu ton senilai US$
1.038 juta meningkat menjadi 2.100
ribu ton pada
tahun 2009 Sedangkan dari aspek
penyerapan tenaga kerja, pertanaman
karet mampu menyerap lebih dari 2 juta
tenaga kerja, belum termasuk tenaga
kerja yang terserap dalam berbagai sub
sistem lainnya.
Tanaman karet merupakan tanaman
tahunan yang mampu memberikan
manfaat dalam pelestarian lingkungan,
terutama dalam hal penyerapan CO2
dan penghasil O2. Bahkan ke depan,
Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun
2013
1

tanaman karet merupakan sumber kayu
yang potensial yang dapat mensubtitusi
kebutuhan kayu hutan alam yang dari
tahun
ke
tahun
ketersediaannya
semakin menurun.

2

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet
Tahun 2013

Pengembangan perkebunan karet yang
dilakukan pada wilayah-wilayah bukaan
baru terbukti telah menjadi penggerak
perekonomian wilayah dengan berbagai
multiplier
effect.
Data
empiris
membuktikan bahwa dengan banyaknya
pengembangan perkebunan karet di
wilayah baru yang sebelumnya terpencil
telah berubah dan berkembang menjadi
pusat perekonomian baru.
Di masa depan, permintaan akan karet
alami dan karet sintetik masih cukup
signifikan,
karena
didorong
oleh
pertumbuhan industri otomotif
yang
tentunya
memerlukan
ban yang
berbahan baku karet sintetik dan karet
alami. Harga karet sintetik yang terbuat
dari
minyak
bumi
akan
sangat
berfluktuasi terhadap perubahan harga
minyak dunia.
Demikian pula dengan harga karet alam
yang akan tergantung pada harga
minyak dunia oleh karena karet alami
dan karet sintetik adalah barang yang
saling
melengkapi
(complementary
goods). Terlebih dengan penggunaan
minyak bumi sebagai sumber energi
untuk pengolahan kedua jenis karet
tersebut, maka tentunya harga karet
alami
dan
karet
sintetik
sangat
tergantung dengan kondisi harga minyak

dunia.

Dengan semakin meningkatnya industri
otomotif di kawasan Asia, dan kawasan
lain di dunia diharapkan hal ini juga
meningkatkan permintaan akan karet
alami.
Namun
demikian
manakala
dililhat dari sisi usaha budidaya tanaman
karet seluas 3.445 ribu Ha, sekitar 2.934
ribu Ha (85%) merupakan perkebunan
rakyat dengan kondisi kebun sebagian
besar merupakan tanaman karet tua
yang kurang terawat (tidak dipupuk),
menggunakan benih asalan, mutu bokar
yang rendah sehingga menghasilkan
produktivitas yang masih jauh dibawah
potensi normal. produktivitas kebun
yang diolah oleh pengusaha kecil/petani
sekitar 30 persen lebih rendah dari
perkebunan swasta besar/BUMN. Hal ini
mempunyai dampak pada profitabilitas
dari rantai nilai perkebunan secara
keseluruhan.
Pada tahun 2011 produktivitas Kebun
Karet Rakyat baru mencapai 926
Kg/Ha/Tahun bila dibandingkan dengan
perkebunan Negara telah mencapai
1.327 Kg/Ha/Tahun dan Perkebunan
Besar Swasta mencapai 1.565
Kg/Ha/Tahun.
Guna
mendukung
keberhasilan
pengembangan karet rakyat, maka
pada
tahun
2012
pemerintah

melanjutkan
upaya
peningkatan
produktivitas melalui Perluasan Karet
Rakyat di wilayah perbatasan, pasca

konflik dan bencana alam
serta
peremajaan karet sebagai salah satu
kegiatan untuk petani
karet
yang
belum
mampu
akses kepada
perbankan atau sumber pembiayaan
lainnya.
Berkaitan dengan pelaksanaan pengembangan karet
tahun 2013, dipandang
perlu disusun
Pedoman
Teknis
Pengembangan Karet tahun 2013 yang
dapat digunakan sebagai acuan dalam
pelaksanaan
kegiatan
tersebut
di
lapangan.
B. Sasaran Nasional
Sasaran
Nasional
dalam
rangka
pengembangan sub sektor perkebunan
secara
berkelanjutan
dilaksanakan
melalui
meningkatan peran serta pemerintah
melalui penyaluran
bantuan
benih
untuk
Pengembangan Karet Rakyat
yang
mampu mendorong partisipasi petani
secara optimal yang dapat membawa
perubahan
dan
dinamisasi
kesejahteraan
petani dan pada
akhirnya
akan
meningkatkan
produktivitas
karet
secara

nasional.

C. Tujuan
Tujuan kegiatan pengembangan karet tahun
2013 yaitu:
a. Percepatan
peremajaan
karet
rakyat didaerah sentra-sentra
produksi
dan pelaksanaan
perluasan karet rakyat di wilayah
perbatasan, eks Proyek PIR dan
wilayah konflik, wilayah tertinggal
dan daerah bencana alam.
b. Peningkatan
produksi
dan
produktivitas karet rakyat.
c. Peningkatan
pendapatan
masyarakat
melalui pengembangan
karet
rakyat, memperluas kesempatan
dan peluang
kerja.
d. Pemanfaatan lahan diantara karet
untuk dengan tanaman sela
e. Menjaga kelestarian lingkungan hidup.
II.

PENDEKATAN PELAKSANAAN

KEGIATAN A. Prinsip Pendekatan
Pelaksanaan Kegiatan
1. Pendekatan pelaksanaan
pengembang
dilakukan
an

kegiata
nmelalu
i

pendekatan teknis seperti yang
dilakukan
selama ini dan pendekatan sosial
budaya yang mampu merangsang
perubahan sikap,
perilaku
dan
peran serta petani

yang disinergiskan dengan program
pembangunan
dan pengembangan
Pertanian di Kabupaten/Kota;
2.

Daerah
sasaran
pengembangan karet :

kegiatan

a. Daerah sasaran
peremajaan
karet rakyat adalah daerah sentra
produksi karet yang diutamakan
pada daerah yang
pertanaman
karetnya
sudah tua/rusak/bahan
tanamnya
tidak unggul dan
produksinya rendah.
b. Daerah sasaran perluasan karet
adalah wilayah spesifik
yaitu
wilayah perbatasan, pasca konflik,
pasca/rawan
bencana, rawan
sosial dan daerah miskin atau
tertinggal;
c.

3.

Demplot
karet
merupakan
percontohan
mengenai
pemanfaatan
lahan
diantara
tanaman
karet
pada
saat
peremajaan, dengan jarak tanam
yang disesuaikan (20 x 3 mm ).

Petani atau kelompok tani sasaran
adalah petani /pekebun/ kelompok
tani didaerah sasaran seperti pada

butir
1,
yang
telah
diseleksi.
Selanjutnya Calon Petani (CP) yang
telah
diseleksi
ditetapkan
oleh

Pemerintah
Daerah
(Bupati)
setempat atau Kepala Dinas yang
membidangi perkebunan Kabupaten
setempat;
4. Calon Lahan (CL), adalah lahan
milik petani seperti pada butir 2, yang
tidak dalam sengketa dan secara
teknis
memenuhi
persyaratan
agroklimat;
5. Kriteria Calon Petani dan Calon Lahan
(CP/CL) dapat diatur lebih rinci dalam
Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) yang
disusun oleh
Provinsi
sesuai
dengan kondisi wilayah yang ada,
kemudian diatur secara spesifik
dalam Petunjuk Teknis (JUKNIS) oleh
Kabupaten/Kota sesuai kondisi
petani dan budaya setempat;
6. Standar Teknis:
a. Peremajaan
karet
dilakukan
pada kebun atau pertanaman
karet yang produksinya rendah
dengan kriteria:
1) Kondisi tanaman tua/rusak/
tidak menggunakan
bahan
tanaman
unggul
.
2) Tingkat kerusakan bidang
sadap minimal 60%.

3) Produksi per ha dibawah batas
minimum nilai ekonomis.

a) Kerapatan tanaman kurang dari
100 pohon/ha atau melebihi
800 pohon/ha.
b. Perluasan karet dilaksanakan pada
daerah-daerah secara
agroklimat
sesuai
untuk
pengembangan
Perluasan Tanaman Karet
dengan
kriteria
sebagai berikut
1) Di
utamakan
di
wilayah perbatasan,
pasca
konflik dan bencana alam;
2) Pengadaan benih karet unggul
bermutu
;
3) Pengawalan
pelaksanaan
kegiatan oleh petugas Dinas
yang membidangi perkebunan,
baik di
tingkat Provinsi maupun
Kabupaten serta oleh petugas
pusat.
7. Paket bantuan merupakan hibah
dan pelaksanaan pengadaan benih
karet (siap tanam) dan atau saprodi
lainnya mengacu kepada
PEDOMAN
PENGADAAN
DAN
PENGELOLAAN
BARANG
DAN
JASA LINGKUP SATKER
DITJEN
PERKEBUNAN
TAHUN
2013
yang
dikeluarkan
oleh Direktorat Jenderal

Perkebunan Kementerian Pertanian.
Sedangkan
khusus
untuk
demplot tumpang sari karet
dengan tanaman
pangan mendapat bantuan paket penuh;

8.

Seluruh tahapan kegiatan yang
dilakukan oleh petani
melalui
Kelompok Tani dilaksanakan dengan
bimbingan oleh Petugas Daerah yang
ditunjuk.

B. Spesifikasi Teknis
Spesifikasi teknis benih karet yang
digunakan adalah klon unggul bermutu
dalam polybag dengan kriteria sebagai
berikut:
1.

Klon anjuran untuk wilayah kering
(curah
hujan
rata-rata
3.000
mm/tahun),
klon
yang
direkomendasikan:
RRIC 100 sesuai Keputusan
Menteri
Pertanian
No.
17/Kpts/TP.240/1/1995.
4. Klon anjuran batang bawah yaitu AVROS
2037, GT 1, LCB 1320, PR 228, PR
300, PB
260, RRIC 100, BPM 24 dan PB
330.
5. Klon anjuran batang atas:
- Klon penghasil lateks : IRR 104,
IRR
112, IRR 118, IRR 220, BPM 24, PB
260, PB 330 dan PB 340.
- Klon penghasil lateks-kayu : IRR 5,
IRR
39, IRR 42, IRR 107, IRR 119, dan RRIC
100.
6. Klon-klon yang direkomendasikan
pada periode sebelumnya seperti GT
1, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303,
RRIM 600, RRIM
712, bukan berarti tidak boleh
ditanam,
tetapi dapat digunakan dengan
beberapa pertimbangan antara lain
dengan
memperhatikan
kondisi
agroekosistem, bentuk produk yang
Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun
4703 4703

diharapkan dan luas areal yang sudah
ditanami klon tersebut
7. Ukuran polybag sesuai ketentuan teknis.

47 Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet
04 Tahun 2013

III. PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan pengembangan
karet meliputi peremajaan karet rakyat,
perluasan karet rakyat di wilayah
perbatasan, pasca konflik dan bencana
alam dan demplot tumpang sari karet
dengan tanaman pangan meliputi:
1.
Kegiatan
Pusat
Pelaksanaan kegiatan perluasan
karet rakyat
di Pusat (Direktorat
Jenderal
Perkebunan), meliputi :
a. Pelaksanaan
workshop
dan penyusunan pedoman;
b.
Sosialisasi,
koordinasi,
bimbingan,
pengawalan,
monitoring dan evaluasi yang
diwujudkan
dalam
bentuk perjalanan
dinas
ke
provinsi dan
kabupaten pelaksana kegiatan
ini;
c. Menyusun Laporan Akhir Kegiatan
2.
Kegiatan
Provinsi
a. Menetapkan
Tim
Pembina
dan
Menyusun Petunjuk Pelaksanaan;

b. Melakukan sosialisasi ke Kabupaten
dalam
rangka
menyamakan
persepsi tentang
pelaksanaan
kegiatan Peremajaan Karet Rakyat;

c.

Membahas
penetapan
Calon
Petani dan Calon Lahan (CP/CL);

d. Memonitor proses penetapan Calon
Petani dan Calon Lahan (CP/CL);
e. Melakukan konsultasi, Koordinasi,
bimbingan,
pembinaan
dan
pengawalan kegiatan
Peremajaan Karet Rakyat;
f. Melakukan monitoring dan evaluasi;
g.

Menyusun
perkembangan
bulan.

kegiatan

laporan
setiap

3. Kegiatan Kabupaten
a. Menetapkan
SATKER,
Pejabat
KPA, P2K, Bendahara, Tim Teknis,
dan lain- lain yang
terkait
dengan kegiatan
Tugas
Pembantuan
oleh
Bupati/Walikota;
b. Menyusun Petunjuk Teknis (Juknis);
c. Melakukan
sosialisasi
kepada Pemerintah Daerah
(Pemda)
dan petani calon
penerima bantuan dalam rangka
menyamakan persepsi tentang
kegiatan Peremajaan Karet Rakyat;
d. Membahas
penetapan
Calon
Petani dan Calon Lahan (CP/CL);

e. Melakukan
penetapan
Calon
Petani dan Calon Lahan (CP/CL);

f.

Melakukan
konsultasi,
koordinasi, bimbingan, pembinaan,
pendampingan
dan
fasilitasi
kegiatan Peremajaan Karet Rakyat;

g. Melakukan monitoring dan evaluasi;
h.

Menyusun laporan pelaksanaan
untuk
disampaikan ke
Dinas
Perkebunan Provinsi dan Pusat.

B. Pelaksana
Kegiatan
Pelaksana kegiatan
Rakyat adalah :

Pengembangan

Karet

a. Perkebunan
Kabupaten
:
menyusun
petunjuk
teknis,
perencanaan,
pelaksanaan
dan
pengawalan Petani / kelompok tani :
melaksanakan
kegiatan penanaman
di masing-masing lahan/kebunnya.
b.
Dinas
yang
membidangi
/pendampingan
serta
monitoring/evaluasi.
c. Dinas
yang
membidangi
Perkebunan
Provinsi:
menyusun
petunjuk pelaksanaan, perencanaan,
pelaksanaan dan pengawalan/pendampingan serta monitoring/
evaluasi.
d. Direktorat Jenderal
Perkebunan :

melakukan penyusunan, pembahasan
dan sosialisasi pedoman umum,
koordinasi,
pengawalan/pendampingan dan pengen-

dalian/pengawasan
monitoring/
evaluasi
.

serta

C. Lokasi, Jenis dan Volume
a.

Peremajaan karet rakyat tahun
2013, dilaksanakan di Provinsi dan
Kabupaten/Kota,
dengan
bantuan
berupa bibit 550 batang/ha termasuk
sisipan dan sarana produksi lainnya
dengan
luasan
masing-masing
seperti pada Lampiran1.
b. Perluasan
karet
rakyat
di
wilayah perbatasan, pasca konflik
dan bencana
alam tahun 2012, dengan bantuan
bibit
unggul 550 batang/ha dan sara
produksi lainnya, dilaksanakan di 5
Provinsi dan 10
Kabupaten/Kota (Lampiran
2);
c. Demplot
tumpang
sarai
karet
dengan tanaman pangan, dengan
bantuan berupa bibit karet
unggul, sarana produksi
lainnya dan bibit tanaman pangan
di Kabupaten tanah laut Provinsi
Kalimantan Selatan.

D. Simpul
kritis
1)

Koordinasi
antara
Direktorat
Tanaman Tahunan, petugas Dinas
Provinsi,
Dinas
Kabupaten,
Puslit/Balit/Instansi
terkait,
dan
petugas lapang.

2) Pemilihan lokasi/CPCL diusahakan
lokasi yang mudah dijangkau dan di
monitor oleh
petugas,
sehingga memudahkan pengadaan
dan pengiriman bahan tanaman
serta evaluasi kegiatan ke daerah
tersebut.
3) Ketepatan bahan tanaman (benih
karet) yang disalurkan merupakan
klon unggul, dengan pertimbangan
bahwa benih merupakan
salah
satu faktor kunci keberhasilan
kegiatan
pengembangan tanaman karet;
4) Ketepatan
waktu
pengadaan
dan pengiriman bahan
tanaman
untuk
pengembangan
tanaman
tahunan,
sehingga
tidak
menyebabkan keterlambatan.
5)

Teknologi budidaya yang akan
diterapkan harus sesuai dengan baku
teknis serta kondisi di lapangan.

6)

Penetapan
waktu,
frekuensi,
parameter
pengamatan
untuk
meningkatkan produktivitas tanaman
tahunan.

7) Ketersediaan sarana dan prasarana
yang akan digunakan sebagai paket
teknologi
budidaya
tanaman
tahunan diusahakan tepat waktu dan

tepat sasaran.

IV.

PROSES PENGADAAN DAN
PENYALURAN BANTUAN.
Proses pengadaan dan penyaluran
kegiatan
pengembangan
karet
dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut :
a.

b.

c.

d.

e.

Berdasarkan
Keputusan
Bupati/Walikota
atau
Kepala
Dinas/Badan Lingkup Pertanian atau
pejabat yang ditunjuk tentang
Penetapan
Kelompok
Sasaran,
dilakukan proses pengadaan benih
karet unggul
bermutu
bersertifikat siap tanam.
Prosedur
pengadaan
mengacu
pada Perpres 54
Tahun
2010
berikut
perubahannya
serta
Pedoman
Pengadaan
dan
Penatausahaan
Barang
Lingkup
Satker Ditjen. Perkebunan Tahun
2013.
Kontrak pengadaan benih karet
tersebut telah
ditandatangani
paling lambat
akhir triwulan I tahun 2013.
Penyaluran benih karet siap tanam
dan atau saprodi lainnya kepada
petani paling lambat menjelang
awal musim hujan tahun 2013.
Penyaluran benih dan saprodi
tersebut kepada
petani
dengan dibuat berita acara serah

terima barang sebagaimana format
yang telah ditetapkan.

V.

PEMBINAAN,
PENGENDALIAN,
PENGAWALAN DAN
PENDAMPINGAN
1. Pembinaan
Pembinaan
dalam
kegiatan
pengembangan
karet
dilakukan
secara berkelanjutan
sehingga
kelompok
tani/gapoktan
penerima
bantuan
mampu mengembangkan usahanya
secara mandiri. Untuk itu diperlukan
dukungan dana pembinaan yang
bersumber dari APBD.
2. Pengendalian
Pengendalian
kegiatan
Pengembangan
Karet Rakyat dilakukan dengan tujuan
untuk
mencegah
terjadinya
penyimpangan
(tidak
sesuai
dengan
perencanaan) dalam pelaksanaan.
Oleh
karena
itu,
pengendalian
dilakukan sejak
perencanaan
hingga
pelaksanaan.
3. Pengawalan dan Pendampingan
Kegiatan
Pengembangan
Karet

Rakyat tidak hanya menyediakan
bantuan benih,
namun termasuk bimbingan dan
pengawalan/pendampingan
oleh
Pemerintah
Pusat,
Provinsi
dan
Kabupaten
melalui
unit
teknis
seperti
Dinas
yang
membidangi
Perkebunan.

Bimbingan
dan
pengawalan/pendamping- an meliputi
koordinasi
antara
Dinas
yang
membidangi Perkebunan Kabupaten
ke lokasi, pengawalan di tingkat
petani
secara
periodik
dan
berkesinambungan
oleh
petugas
lapang (sejak penyiapan benih,
penanaman hingga pemeliharaan).
VI.
MONITORING, EVALUASI DAN
PELAPORAN
Monitoring,
evaluasi
dan
pelaporan
mengacu kepada
Keputusan
Menteri
Pertanian Nomor:
31/Permentan/OT.140/3/2010,
tanggal
19
Maret 2010 tentang Pedoman sistem
pemantauan, evaluasi dan pelaporan
pembangunan
pertanian.
Dinas
yang
membidangi perkebunan kabupaten dan
provinsi wajib melakukan monitoring,
evaluasi dan pelaporan secara berjenjang
dilaporkan kepada Direktorat
Jenderal
Perkebunan,
dengan
ketentuan
sebagai
berikut:
1. Jenis pelaporan
a.
SIMONEV yang
meliputi:

Kemajuan
pelaksanaan
kegiatan sesuai indikator kinerja;
x Perkembangan
kelompok
sasaran dalam
pengelolaan
kegiatan
lapangan
berikut
realisasi fisik dan keuangan;
x

x Permasalahan yang dihadapi
dan upaya
penyelesaian
di
tingkat Kabupaten dan Provinsi;
x
Format
laporan
menggunakan format yang telah
ditentukan;
b. Laporan
perkembangan
fisik
yang sesuai tahapan pelaksanaan
kegiatan
dengan
materi
meliputi:
nama
petani/kelompok
tani,
desa/kecamatan/kabupaten, luas
areal (target dan realisasi), waktu
pelaksanaan,
perkembangan,
kendala dan permasalahan, upaya
pemecahan masalah.
c. Laporan
Akhir
Kegiatan
yang menyangkut
seluruh
pelaksanaan kegiatan ini.
2. Waktu penyampaian laporan:
a. SIMONEV
dibuat
per
bulan
dengan ketentuan:
x
Pelaporan
dinas
yang
membidangi
perkebunan
kabupaten
ditujukan
kepada
provinsi,
disampaikan
paling
lambat
setiap tanggal 5 bulan laporan.
x
Pelaporan
dinas
yang

membidangi
perkebunan
provinsi
ditujukan
kepada
Direktorat
Tanaman Tahunan
Direktorat
Jenderal

b. Laporan
Perkembangan
Fisik
dibuat per triwulan, ditujukan
kepada Direktorat
Tanaman
Tahunan
Direktorat
Jenderal
Perkebunan, disampaikan paling
lambat setiap tanggal
5 bulan
laporan.
c. Laporan
Akhir
ditujukan
kepada Direktorat
Tanaman
Tahunan Direktorat
Jenderal
Perkebunan,
disampaikan paling lambat tanggal 31
Desember 2013.
VII.
PEMBIAYAAN
Kegiatan Pengembangan
Karet Rakyat
Tahun anggaran 2013 dibiayai oleh dana
APBN melalui DIPA Direktorat Jenderal
Perkebunan Tugas Pembantuan (TP) Provinsi
atau Kabupaten.
VIII.
PENUTUP
Dengan
terlaksananya
Pengembangan Karet Rakyat,

kegiatan
diharapkan

dapat mendorong percepatan pertumbuhan
ekonomi wilayah, kesejahteraan petani di
wilayah spesifik, serta serta
menjaga
wilayah perbatasan dari penjarahan negara
lain.

Diharapkan dukungan semua pihak terkait,
baik
pusat
maupun
daerah
untuk
keberhasilan
pelaksanaan
kegiatan
pengembangan tanaman karet.
Jakarta,
Desember 2012
Direktur Jenderal
Perkebunan
Ir. Gamal Nasir,
MS
NIP. 19560728 198603 1
001

Lampiran 1. Lokasi Pelaksanaan
Pengembangan Karet
Rakyat di Wilayah
Spesifik Tahun 2013
PROVINSI

KABUPATEN

VOLUME
1,240.00

1

2

3

4

5

ACEH

KEPRI

KALBAR

KALTIM

PAPUA

1

Nagan Raya

2

Pidie Jaya

3

Natuna

4

Karimun

5

Sambas

6

Kapuas Hulu

7

Bengkayang

8

Penajam Paser Utara

9

Kutai Barat

10

Merauke

100.00
150.00

150.00
100.00
140.00
150.00
100.00

100.00
100.00

150.00

Ha

Ha
Ha

Ha
Ha
Ha
Ha
Ha

Ha
Ha

Ha

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun
4715 4715

23

Lampiran 2. Lokasi Kegiatan Peremajaan Tanaman
Karet Rakyat Tahun 2013
PROVINSI

1

2

3

ACEH

SUMBAR

RIAU

KABUPATEN

VOLUM
E
9,653

Ha

1

Aceh Timur

150

Ha

2

Aceh Jaya

100

Ha

3

Pasaman

100

Ha

4 Dharmas
Raya
5 Sijunjung

100

Ha

100

Ha

6

Kampar

100

Ha

7

Rohil

100

Ha

Meranti

100

5

KEPRI

8

Bintan

100

Ha

6

JAMBI

9

Sarolangun

800

Ha

10

Batanghari

800

Ha

11

Muaro Jambi

600

Ha

12

Tebo

600

Ha

13

Merangin

600

Ha

14

Bungo

600

Ha

15

Kerinci

218

Ha

7

SUMSEL

16

Muara Enim

125

Ha

Musi Rawas
Kota
18
Prabumulih
19 OKI

250

Ha

100

Ha

125

Ha

20

120

Ha

17

OKU

Bengkulu
Tengah
22 Rejang
Lebong
21

8

9

10

11

12

LAMPUNG

BABEL

BANTEN

Ha

100

Ha

23
Lampung
24 Waykanan

100

Ha

200

Ha

25

Bangka
Bangka
26
Tengah

150

Ha

150

ha

27

Lebak

100

Ha

28

Pandeglang

100

Ha

JABAR

KALBAR

100

Sukabumi

Ha

29

Cianjur

100

Ha

30

Garut

100

Ha

31

Sumedang

100

Ha

32

Melawi

125

Ha

33

Sintang

150

Ha

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun
4717 4717

25

13

14

KALTENG

KALSEL

Kotawaringin
Barat
35 Kapuas
Kotawaringin
36
Timur
37 Pulang Pisau
34

100

Ha

100

Ha

100

Ha

100

Ha
Ha

38

Gunung Mas

100

39

Barito Timur

100

Hulu
40
Sungai
41 Tabalong

150

Ha

340

Ha

42

Banjar

200

Ha

43

Kotabaru

150

Ha

44

Tanah laut

100

Ha

45

Balangan

150

Ha

46

Tapin

150

Ha

15

KALTIM

47

Kutai
Kartanegara

100

Ha

16

SULSEL

48

Bulukumba

250

ha