Tugas PKN Sistem Politik Indonesia Nama

Tugas PKN
Sistem Politik Indonesia

Nama

: ERIKA OKTAVIA P
NURUL ANISA
NOVI YANTI
NURUL SAFITRI

SMK BINA POTENSI
TAHUN AJARAN 2017

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .……………………………………………………………………..
2

BAB I : PENDAHULUAN ….……………………………………………………
3


BAB II : PENDEKATAN TEORI SISTEM POLITIK …... …..……………
5
A. Teori Behavioral Sistem Politik ... ……………………………………….
5
B. Teori Struktural- fungsional Sistem Politik .………………………….…
6
C. Peran Sejarah dalam Sistem Politik di Indonesia ..……………………..
9

BAB III : SISTEM POLITIK INDONESIA ……………………. …………
10
A. Pengertian Sistem Politik …………………………………………………
10
B. Proses Plitik di Indonesia ………..….……………………………………
11

C. Sejarah Sistem Politik di Indonesia .……………………………….…
12
D. Perbedaan sistem Politik di berbagai Negara ………………………..
13


BAB IV : KESIMPULAN……………………………………………………….....
14
LITERATUR

BAB I
PENDAHULUAN
Dalam perspektif sistem, sistem politik adalah subsistem dari sistem sosial.1
Perspektif atau pendekatan sistem melihat keseluruhan interaksi yang ada dalam suatu
system, yakni suatu unit yang relatif terpisah dari lingkungannya dan memiliki
hubungan yang relatif tetap diantara elemen-elemen pembentuknya. Model sistem
politik yang paling sederhana akan menguraikan masukan (input) ke dalam sistem
politik, yang mengubah melalui proses politik menjadi keluaran (output). Dalam
model ini masukan biasanya dikaitkan dengan dukungan maupun tuntutan yang harus
diolah oleh sistem politik lewat berbagai keputusan dan pelayanan publik yang
diberikan oleh pemerintahan untuk bisa menghasilkan kesejahteraan bagi rakyat.
Dalam perspektif ini, maka efektifitas sistem politik adalah kemampuannya untuk
menciptakan kesejahteraan bagi rakyat.

1


Indonesia merupakan bagian dari sistem politik dunia, dimana sistem politik
Indonesia akan berpengaruh pada sistem politik negara tetangga maupun dalam
cakupan lebih luas. Struktur kelembagaan atau institusi khas Indonesia akan terus
berinteraksi secara dinamis, saling mempengaruhi, sehingga melahirkan sistem politik
hanya dimiliki oleh Indonesia. Namun demikian, kekhasan sistem politik Indonesia
belum dapat dikatakan unggul bila kemampuan positif struktur dan fungsinya belum
diperhitungkan sistem politik negara lain.
Akhirnya, mengingat sebegitu luas pembicaraan mengenai sistem politik,
maka layaknya suatu sistem, kami akan ciptakan terlebih dahulu batasan-batasannya,
yaitu mengenalkan kedua pendekatan terhadap sistem politik baru kemudian
menganalisis sistem politik Indonesia. Oleh karena itu terlebih dahulu kami akan
membahas pendekatan sistem politik dari teori behavioral. kemudian dilanjutkan
dengan pembahasan pendekatan sistem politik dari sudut teori struktural-fungsional,
serta pembahasan pada arti penting sejarah dalam mempelajari sistem politik
Indonesia.

BAB II
PENDEKATAN TEORI SISTEM POLITIK
A. Pendekatan Teori Behavioral Sistem Politik

David Easton (1953)2, seorang ilmuwan politik dari Harvard University,
memperkenalkan pendekatan analisa sistem sebagai metode terbaik dalam memahami
politik. Di kalangan ilmuwanpolitik yang menganut tradisi pluralis, teori Easton yang
bersifat abstrak berpengaruh sampai akhir tahun 1960-an.
mengingkari berbicara dengan konteks spesifik.

Kaum pluralis

Sedangkan ilmuwan politik

kontemporer berkeinginan untuk menciptakan teori umum dengan melihat masalah
lebih konstekstual.

2 Easton “The Political system” (1964), hlm. 52-54

Perbedaan satu sistem politik dengan sistem politik lainnya dapat dipisahkan
melalui tiga dimensi: polity,3 politik,4 dan policy (kebijakan).5 Easton berpendapat
bahwa definisi politik dari ketiga dimensi ini terbukti lebih efektif, terutama untuk
memahami realitas politik dalam upaya memberikan pendidikan politik.
Easton memandang sistem politik sebagai tahapan pembuatan keputusan yang

memiliki batasan dan sangat luwes (berubah sesuai kebutuhan). Model sistem politik
terdiri dari fungsi input, berupa tuntutan dan dukungan; fungsi pengolahan
(conversion); dan fungsi output sebagai hasil dari proses sistem politik, lebih jelasnya
seperti berikut ini:
Tahap 1 : Di dalam sistem politik akan terdapat “tuntutan” untuk “output” tertentu
(misal: kebijakan), dan adanya orang atau kelompok mendukung tuntutan
tersebut.
Tahap 2 : Tuntutan-tuntutan dan kelompok akan berkompetisi (“diproses dalam
sistem”), memberikan jalan untuk pengambilan keputusan itu sendiri.
Tahap 3 : Setiap keputusan yang dibuat (misal: kebijakan tertentu), akan berinteraksi
dengan lingkungannya.
Tahap 4 : Ketika kebijakan baru berinteraksi dengan lingkungannya, akan
menghasilkan tuntutan baru dan kelompok dalam mendukung atau
menolak kebijakan tersebut (“feedback”).
Tahap 5 : Kembali ke tahap 1.
Keuntungan metode ini terdapat pada keistimewaannya menggabungkan
berbagai aspek dan elemen politik ke dalam teori analisa sistem.

Proses


penggabungan akan membuka peluang untuk melembagakan aneka realitas politik
yang rumit dan kemudian mensistemasikannya dalam sistem, tanpa melupakan politik
yang sifatnya multidimensi.
Namun demikian, teori Easton memiliki beberapa kelemahan, antara lain
karena:
3

Polity diambil dari dimensi formal politik, yaitu, struktur dari norma, bagaimana prosedur
mengatur institusi mana yang semestinya ada dalam politik.
4 Politik dari dimensi prosedural lebih mengarah pada proses membuat keputusan, mengatasi konflik,
dan mewujudkan tujuan dan kepentingan. Dimensi ini melingkupi beberapa isu klasik yang
berkaitan dengan ilmu politik, seperti siapa yang dapat memaksakan kepentingannya? mekanisme
seperti apa yang berlangsung dalam menangani konflik? Dan sebagainya.
5 Policy sebagai dimensi politik, melihat substansi dan cara pemecahan masalah berikut pemenuhan
tugas yang dicapai melalui sistem administratif, menghasilkan keputusan yang mengikat bagi semua.

1. Sifatnya yang mutlak;
2. Teori menjunjung tinggi kestabilan, kemudian gagal menjelaskan mengapa
sistem dapat hancur atau konflik;
3. teori menolak setiap kejadian atau masukan dari luar yang akan mendistorsi

sistem.

Dengan kata lain, pendangan Easton menyarankan bahwa setiap

sistem politik dapat diisolasi dari yang lainnya (lihat otonomi, kedaulatan);
4. Teori ini mengingkari keberadaan suatu negara;
5. Teori bersifat mekanistik, dengan demikian melupakan diferensiasi sistem
yang timbul akibat variasi.6

B. Pendekatan Teori Struktural-Fungsional Sistem Politik
Di tahun 1970-an, ilmuwan politik Gabriel Almond dan Bingham Powell
memperkenalkan pendekatan struktural-fungsional untuk membandingkan sistem
politik (comparative politics). Mereka berargumen bahwa memahami suatu sistem
politik, tidak hanya melalui institusinya (atau struktur) saja, melainkan juga fungsi
mereka masing-masing. Keduanya juga menekankan bahwa institusi-institusi tersebut
harus ditempatkan ke dalam konteks historis yang bermakna dan bergerak dinamis,
agar pemahaman dapat lebih jelas. Almond (1999) mendefinisikan sistem sebagai
suatu obyek, memiliki bagian yang dapat digerakan, berinteraksi di dalam suatu
lingkungan dengan batas tertentu.


Sedangkan sistem politik merupakan suatu

kumpulan institusi dan lembaga yang berkecimpung dalam merumuskan dan
melaksanakan tujuan bersama masyarakat ataupun kelompok di dalamnya.
Seperti telah disampaikan sebelumnya, teori ini merupakan turunan dari teori
sistem Easton dalam konteks hubungan internasional. Artinya pendekatan strukturalfungsional merupakan suatu pandangan mekanis yang melihat seluruh sistem politik
sama pentingnya, yaitu sebagai subyek dari hukum “stimulus dan respon” yang sama
—atau input dan output. Pandangan ini juga memberikan perhatian cukup terhadap
karakteristik unik dari sistem itu sendiri.
Pendekatan struktural-fungsional sistem disusun dari beberapa komponen
kunci, termasuk kelompok kepentingan, partai politik, lembaga eksekutif, legislatif,
birokrasi, dan peradilan. Menurut Almond, hampir seluruh negara di jaman moderen
ini memiliki keenam macam struktur politik tersebut. Selain struktur, Almond
6

memperlihatkan bahwa sistem politik terdiri dari berbagai fungsi, seperti sosialisasi
politik, rekrutmen, dan komunikasi.
Sosialisasi politik merujuk pada bagaimana suatu masyarakat mewariskan
nilai dan kepercayaan untuk generasi selanjutnya, biasanya melibatkan keluarga,
sekolah, media, perkumpulan religius, dan aneka macam struktur politik yang

membangun, menegakan, dan mentransform pentingnya perilaku politik dalam
masyarakat. Dalam terminologi politik, sosialisasi politik merupakan proses, dimana
masyarakat menanamkan nilai-nilai kebajikan bermasyarakat, atau prinsip kebiasaan
menjadi warga negara yang efektif. Rekrutmen mewakili proses dimana sistem politik
menghasilkan kepentingan, pertemuan, dan partisipasi dari warga negara, untuk
memilih atau menunjuk orang untuk melakukan aktifitas politik dan duduk dalam
kantor pemerintahan. Dan komunikasi mengacu pada bagaimana suatu sistem
menyampaikan nilai-nilai dan informasi melalui berbagai struktur yang menyusun
sistem politik.7
Dalam sistem politik Almond, kedudukan pemerintah sangat vital, mulai dari
membangun dan mengoperasikan sistem pendidikan, menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat, sampai terjun dalam peperangan. Untuk melaksanakan tugas
tersebut, pemerintah memiliki lembaga-lembaga khusus yang disebut struktur, seperti
parlemen, birokrasi, lembaga administratif, dan pengadilan, yang melakukan fungsi
khusus pula, sehingga pemerintah dapat dengan leluasa merumuskan, melaksanakan,
dan menegakan kebijakan.
Pengetahuan mengenai keenam macam struktur politik tersebut belum dapat
menerangkan sistem politik apapun, selain memperlakukannya sebagai entitas yang
berdiri sendiri, namun belum mencapai tahap interaksi. Untuk itu, lingkungan perlu
tercipta lebih dahulu sebagai konteks memahami keberadaan struktur politik,

misalnya negara Indonesia seperti ilustrasi berikut ini.8
Interaksi tiap bagian dalam struktur akan memunculkan kekhasan corak dan
perilaku dalam menyikapi lingkungannya, yang disebut fungsi. Tidak ada dua negara
identik dalam menjalankan fungsi tiap struktur, seperti halnya Amerika Serikat dan
Cina memiliki parlemen, namun cara kerja parlemen mereka amatlah berlainan. Agar
lebih jelas, interaksi antar berbagai fungsi dalam struktur kelembagaan di dalam
7
8 Almond, Strom (1999)

sistem politik Indonesia dengan sistem politik negara lain dapat disimak pada ilustrasi
berikut:
Struktur harus dikaitkan dengan fungsi, sehingga kita dapat memahami
bagaimana fungsi berproses dalam menghasilkan kebijakan dan kinerja.

Fungsi

proses terdiri dari urutan aktifitas yang dibutuhkan dalam merumuskan kebijakan dan
implementasinya dalam tiap sistem politik, antara lain: artikulasi kepentingan,
agregasi kepentingan, pembuatan kebijakan, dan implementasi dan penegakan
kebijakan. Proses fungsi perlu dipelajari karena mereka memainkan peranan dalam

mengarahkan pembuatan kebijakan.

Sebelum kebijakan dirumuskan, beberapa

individu ataupun kelompok dalam pemerintahan atau masyarakat harus memutuskan
apa yang mereka butuhkan dan harapkan dari politik. Proses politik dimulai ketika
kepentingan tersebut diungkapkan atau diartikulasikan.9
Agar bekerja efektif, proses harus memadukan tuntutan (agregasi) ke dalam
alternatif pilihan, seperti pajak lebih tinggi atau rendah atau jaminan sosial lebih
tinggi atau kurang, dimana dukungan politik dapat dimobilisasi. Alternatif pilihan
kebijakan kemudian disertakan. Siapapun yang mengawasi pemerintahan akan
mendukung salah satu, baru kemudian pembuatan kebijakan mendapatkan legitimasi.
Kebijakan harus ditegakkan dan diimplementasikan, dan apabila ada yang
mempertanyakan ataupun melanggar harus melalui proses pengadilan.10

C. Peran Penting Sejarah dalam Sistem Politik Indonesia
Pentingnya sejarah juga diakui oleh para Indonesianis (ahli Indonesia) seperti
Herbert Feith, dalam mempelajari sistem politik Indonesia. Dalam mengaplikasikan
sejarah dalam sistem politik Indonesia, Feith menggunakan teori sistem strukturalfungsional dengan empat pendekatan, antara lain:
1. Masa sebelum tahun 1950-an, mempelajari Indonesia dari sudut politik dan
administrasi kolonial, termasuk organisasi dan perjuangan politik kaum
bumiputra,
2. Masa pemerintahan Soekarno, tahun 1950-an sampai pertengahan tahun 1960an, ahli politik Indonesia asal Amerika Serikat, J. Kahin, menawarkan konsep
baru dengan berfokur pada tingkah laku politik kaum bumiputera dalam
gerakan nasionalisme dan revolusi,
9 Ibid, Almond, Strom
10 Almond, Strom, p. 40.

3. Masa setelah tahun 1960-an, dengan tokohnya Clifford Geertz, mempelajari
sifat-sifat dari tingkah laku politik anggota masyarakat yang lebih luas.
Konsep Geertz mengaplikasikan pendekatan sosio-kultural terhadap budaya
masyarakat jawa dan kaitannya dengan partai politik, melahirkan konsep
“politik aliran,”
4. Feith pada akhirnya menggabungkan pendekatan Kahin dengan “mempelajari
perkembangan tingkah laku politik elit Indonesia dalam kerangka sejarah,
dengan analisa semi-fungsional terhadap pertanyaan pokok, mengapa
lembaga-lembaga politik Barat tidak berjalan dengan baik dan akhirnya
berantakan.”11

BAB III
SISTEM POLITIK INDONESIA
A. Pengertian sistem Politik
1. Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan
terorganisasi.
2. Pengertian Politik
Politik berasal dari bahasa yunani yaitu “polis” yang artinya Negara kota.
Pada awalnya politik berhubungan dengan berbagai macam kegiatan dalam
Negara/kehidupan Negara.12
Istilah politik dalam ketatanegaraan berkaitan dengan tata cara pemerintahan,
dasar dasar pemerintahan, ataupun dalam hal kekuasaan Negara. Politik pada

11 Arbi Sanit, Sistem Politik Indonesia: Penghampiran dan Lingkungan (Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial &
FIS-UI, 1980), hal. 4-5.
12 Mariam Budiarjo, dkk, “Dasar-dasar ilmu Politik”, Gramedia, 2003, hlm. 8

dasarnya menyangkut tujuan-tujuan masyarakat, bukan tujuan pribadi. Politik
biasanya menyangkut kegiatan partai politik, tentara dan organisasi kemasyarakatan.13
Dapat disimpulkan bahwa politik adalah interaksi antara pemerintah dan
masyarakat dalam rangka proses pembuatan kebijakan dan keputusan yang mengikat
tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.
3. Pengertian Sistem Politik
Menurut Drs. Sukarno, sistem politik adalah sekumpulan pendapat, prinsip,
yang membentuk satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain untuk mengatur
pemerintahan serta melaksanakan dan mempertahankan kekuasaan dengan cara
mengatur individu atau kelompok individu satu sama lain atau dengan Negara dan
hubungan Negara dengan Negara.14
Sistem Politik menurut Rusadi Kartaprawira adalah Mekanisme atau cara
kerja seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik yang berhubungan satu
sama lain dan menunjukkan suatu proses yang langggeng
4. Pengertian Sistem Politik di Indonesia
Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan
berbagai kegiatan dalam Negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan umum
termasuk proses penentuan tujuan, upaya-upaya mewujudkan tujuan, pengambilan
keputusan, seleksi dan penyusunan skala prioritasnya.
Politik adalah semua lembaga-lembaga negara yang tersebut di dalam
konstitusi negara ( termasuk fungsi legislatif, eksekutif, dan yudikatif ). Dalam
Penyusunan keputusan-keputusan kebijaksanaan diperlukan adanya kekuatan yang
seimbang dan terjalinnya kerjasama yang baik antara suprastruktur dan infrastruktur
politik

sehingga

memudahkan

terwujudnya

cita-cita

dan

tujuan-tujuan

masyarakat/Negara. Dalam hal ini yang dimaksud suprastruktur politik adalah
Lembaga-Lembaga Negara. Lembaga-lembaga tersebut di Indonesia diatur dalam
UUD 1945 yakni MPR, DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden, Mahkamah Agung,
Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial. Lembaga-lembaga ini yang akan membuat
keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kepentingan umum.

13 Murshadi “Ilmu Tata Negara; untuk slta kelas III” Rhineka Putra, bandung, 1999, hlm. 31
14 Lihat dalam wikipedia berbahasa Indonesia-pengertian-sistem-politik

Badan yang ada di masyarakat seperti Parpol, Ormas, media massa,
Kelompok kepentingan (Interest Group), Kelompok Penekan (Presure Group),
Alat/Media Komunikasi Politik, Tokoh Politik (Political Figure), dan pranata politik
lainnya adalah merupakan infrastruktur politik, melalui badan-badan inilah
masyarakat dapat menyalurkan aspirasinya. Tuntutan dan dukungan sebagai input
dalam proses pembuatan keputusan. Dengan adanya partisipasi masyarakt diharapkan
keputusan yang dibuat pemerintah sesuai dengan aspirasi dan kehendak rakyat.

B. Proses Politik Di Indonesia
Sejarah Sistem politik Indonesia dilihat dari proses politiknya bisa dilihat dari
masa-masa berikut ini:15
-

Masa prakolonial

-

Masa kolonial (penjajahan)

-

Masa Demokrasi Liberal

-

Masa Demokrasi terpimpin

-

Masa Demokrasi Pancasila

-

Masa Reformasi

C. Sejarah Sistem Politik di Indonesia
Sejarah Sistem Politik Indonesia bisa dilihat dari proses politik yang terjadi di
dalamnya. Namun dalam menguraikannya tidak cukup sekedar melihat sejarah
Bangsa Indonesia tapi diperlukan analisis sistem agar lebih efektif. Dalam proses
politik biasanya di dalamnya terdapat interaksi fungsional yaitu proses aliran yang
berputar menjaga eksistensinya. Adapun pelaku perubahan politik bisa dari elit
politik, atau dari kelompok infrastruktur politik dan dari lingkungan internasional.
Perubahan ini besaran maupun isi aliran berupa input dan output. Proes mengkonversi
input menjadi output dilakukan oleh penjaga gawang (gatekeeper).
Terdapat 5 kapabilitas yang menjadi penilaian prestasi sebuah sistem politik :
1. Kapabilitas Ekstraktif, yaitu kemampuan Sumber daya alam dan sumber daya
manusia. Kemampuan SDA biasanya masih bersifat potensial sampai kemudian
digunakan secara maksimal oleh pemerintah. Seperti pengelolaan minyak tanah,
pertambangan yang ketika datang para penanam modal domestik itu akan

15 Lihat Nugroho Notosusanto, “Sejarah Nasional Indonesia”, Balai Pustaka, 2008, hlm. 14-28

memberikan pemasukan bagi pemerintah berupa pajak. Pajak inilah yang
kemudian menghidupkan negara.
2. Kapabilitas Distributif. SDA yang dimiliki oleh masyarakat dan negara diolah
sedemikian rupa untuk dapat didistribusikan secara merata, misalkan seperti
sembako yang diharuskan dapat merata distribusinya keseluruh masyarakat.
Demikian pula dengan pajak sebagai pemasukan negara itu harus kembali
didistribusikan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.
3. Kapabilitas Regulatif (pengaturan). Dalam menyelenggaran pengawasan tingkah
laku individu dan kelompok maka dibutuhkan adanya pengaturan. Regulasi
individu sering memunculkan benturan pendapat. Seperti ketika pemerintah
membutuhkan maka kemudian regulasi diperketat, hal ini mengakibatkan
keterlibatan masyarakat terkekang.
4. Kapabilitas simbolik, artinya kemampuan pemerintah dalam berkreasi dan secara
selektif membuat kebijakan yang akan diterima oleh rakyat. Semakin diterima
kebijakan yang dibuat pemerintah maka semakin baik kapabilitas simbolik sistem.
5. Kapabilitas responsif, dalam proses politik terdapat hubungan antara input dan
output, output berupa kebijakan pemerintah sejauh mana dipengaruhi oleh
masukan atau adanya partisipasi masyarakat sebagai inputnya akan menjadi
ukuran kapabilitas responsif. kapabilitas dalam negeri dan internasional. Sebuah
negara tidak bisa sendirian hidup dalam dunia yang mengglobal saat ini, bahkan
sekarang banyak negara yang memiliki kapabilitas ekstraktif berupa perdagangan
internasional. Minimal dalam kapabilitas internasional ini negara kaya atau
berkuasa (superpower) memberikan hibah (grants) dan pinjaman (loan) kepada
negara-negara berkembang.

D. Perbedaan sistem politik di berbagai Negara
1. Sistem Politik Di Negara Komunis
Bercirikan pemerintahan yang sentralistik, peniadaan hak milk pribadi,
peniadaan hak-haak sipil dan politik, tidak adanya mekanisme pemilu yang terbuka,
tidak adanya oposisi, serta terdapat pembatasan terhadap arus informasi dan
kebebasan berpendapat
2. Sistem Politik Di Negara Liberal

Bercirikan adanya kebebasan berpikir bagi tiap individu atau kelompok;
pembatasan kekuasaan; khususnya dari pemerintah dan agama; penegakan hukum;
pertukaran gagasan yang bebas; sistem pemerintahan yang transparan yang
didalamnya terdapat jaminan hak-hak kaum minoritas
3. Sistem Politik Demokrasi Di Indonesia
Sistem politik yang didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur, dan
kelembagaan yang demokratis. Adapun sendi-sendi pokok dari sistem politik
demokrasi di Indonesia adalah :
1. Ide kedaulatan rakyat
2. Negara berdasarkan atas hukum
3. Bentuk Republik
4. Pemerintahan berdasarkan konstitusi
5. Pemerintahan yang bertanggung jawab
6. Sistem Pemilihan langsung
7. Sistem pemerintahan presidensiil

BAB V
KESIMPULAN
Indonesia adalah negara kesatuan berbentuk republik, dengan memakai
system demokrasi, di mana kedaulatan berada di tangan rakyat oleh rakyat untuk
rakyat. Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensil, di mana Presiden
berkedudukan sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Sistem politik
Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan berbagai kegiatan dalam
Negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan umum termasuk proses
penentuan tujuan, upaya-upaya mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan, seleksi
dan penyusunan skala prioritasnya.
Konstitusi Negara Indonesia adalah Undang-undang Dasar (UUD) 1945, yang
mengatur kedudukan dan tanggung jawab penyelenggara negara; kewenangan, tugas,
dan hubungan antara lembaga-lembaga negara (legislatif, eksekutif, dan yudikatif).

UUD 1945 juga mengatur hak dan kewajiban warga negara. Lembaga legislatif terdiri
atas Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Lembaga Eksekutif terdiri atas Presiden, yang dalam menjalankan tugasnya dibantu
oleh seorang wakil presiden dan kabinet. Di tingkat regional, pemerintahan provinsi
dipimpin oleh seorang gubernur, sedangkan di pemerintahan kabupaten/kotamadya
dipimpin oleh seorang bupati/walikota. Lembaga Yudikatif menjalankan kekuasaan
kehakiman yang dilakukan oleh Mahkamah Agung (MA) sebagai lembaga kehakiman
tertinggi bersama badan-badan kehakiman lain yang berada di bawahnya. Fungsi MA
adalah melakukan pengadilan, pengawasan, pengaturan, memberi nasehat, dan fungsi
adminsitrasi. Saat ini UUD 1945 telah mengalami beberapa kali amandemen, yang
telah

memasuki

tahap

amandemen

keempat.

Amandemen

konstitusi

ini

mengakibatkan perubahan mendasar terhadap tugas dan hubungan lembaga-lembaga
negara.

LITERATUR


Amir Taat Nasution, “Kamus Politik Nasional”, Energie, 1953



Arbi Sanit, “Sistem Politik Indonesia: Penghampiran dan Lingkungan”,
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial & FIS-UI, 1980



Assosiasi Ilmu Politik Indonesia, “Jurnal Ilmu Politik”, Gramedia, 1986



Theda Scokpol, “States and Social Revolutions” New York: Cambridge
University Press, 1979



Mariam Budiarjo, dkk, “Dasar-dasar ilmu Politik”, Gramedia, 2003



Murshadi “Ilmu Tata Negara; untuk SLTA kelas III”, Rhineka Putra, bandung,
1999



Nugroho Notosusanto, “Sejarah Nasional Indonesia”, Balai Pustaka, 2008



Nazaruddin, “Profil Budaya Politik Indonesia”, Pustaka Utama, 1991



Nazaruddin Sjamsuddin, “Dinamika Politik Indonesia”, Gramedia Pustaka
Utama, 1993



Sukarna, “Sistem Politik Indonesia, Jilid 4”, Mandar Maju, 1993

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Partisipasi Politik Perempuan : Studi Kasus Bupati Perempuan Dalam Pemerintahan Dalam Kabupaten Karanganyar

3 106 88