Membangun Generasi Emas 2045 yang Dibeka
Membangun Generasi Emas 2045 yang Dibekali Keterampiln Abad 21
Penyiapan generasi emas dilakukan dengan membekali peserta didik dengan mempelajaran
yang menuntut peserta didik mampu menjawab tantangan dan memecahkan permasalahan
secara mandiri dengan difaislitasi oleh guru melalui pembelajaan yang menerapkan model
dan/atau metode pembelajaran yang pilih sesuai dengan pendekatan saintifik atau
pendekatan lain yang relevan dengan karakteristik materi pembelajaran dan mata pelajaran.
Model dan/atau metode pembelajaran tersebut berpotensi dapat penumbuhan karakter.,
meningkatkan kemampuan HOTS peserta didik, , 4C, dan penguatan budaya literasi.
1. Penguatan Pendidikan karakter (PPK)
Kualiatas peserta didik beradaptasi pada lingkungan yang dinamis melalui penguatan
lima nilai utama karakter, yaitu, religios, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas,
yang didertai kebijakan-kebijakan menorong terwujudnya lima nilai utama tersebut. Nilainilai utama tersebut diwujudkan dalam sikap, moral dan perilaku dan kebijakan sebagai
berikut:
Religius ditunjukkan melalui sikap beriman, bertaqwa, menjaga selalu sikap bersih,
tolerasi, dan cinta lingkungan. Kebijakan yang sesuai dengan nilai religius adalah
perayaan hari-hari besar
keagamaan, anti kekerasan, kegiatan kerohanian dan
menambah wawasan keagamaan.
Nasionalis diwujudkan melaui gerakan cinta tanah air, memiliki semangat kebangsaan,
serta menghayati kebhinekaan. Penumhuhan karakter nasionalis ini dapat dilakukan
melalui kebijakan bela negara, deradikalisasi, membangun daerah-daerah terdepan
Indonesia memali program Guru Garis Depan (GGD), kegiatan seniman masuk sekolah
belajar bersama Maestro, kegiatan OSN, O2SN, dan FLS2N.
Mandiri ditunjukkan melalui kerja keras, kreatif, disiplin, berani dan pembelajar. Programprogram yang dapat menumbuhkan kemandirian diantaranya adalah Gerakan itersi
Sekolah, meningkakan kinerja kepala sekolah sebagai manajer, revitaslisasi vokasi,
pemenuhan dan perbaikan sarana prasarana satuan pendidikan di Indonesia.
Gotong royong merupakan nilai utama yang menjadi ciri bangsa Indonesia dalam bentik
kerjasama, solidaritas dalam kebaikan, saling tolong menolong antar warga, dan
menunjukkan sikap kekeluargaan.kebijakan yang mendukung sikap gotong royong
1
diantaranya Kartu Indonesia Pintar, sekoalh lia hari kerja sebagai bentuk kepedulian
pemerintah agar erdapat cukup waktu berkumpul keluarga serta adanya komite sekolah
yang menjadi wadah kepedulian orang tua peserta didik dan sekolah.
Integritas adalah sikap kejujuran, keteladanan, kesantunan dan sikap cinta pada
kebenaran. Berbagai kebijakan untuk memunjukkan integritas diantaranya adalah
pelaksanaan kegiatan belajar 8 jam sehari, pendidikan anti korupsi, adanya indeks
integritas ujian nasional dan gerakan sekolah aman.
Implementasi dari PPK pada kurikulum 2013 dilakukan melalui :
a. PPK Melalui Pengintegrasian PPK dalam kurikulum
Pengintegrasian
PPK
dalam
kurikulum
mengandung
arti
bahwa
pendidik
mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK ke dalam proses pembelajaran dalam setiap
mata pelajaran. Pembelajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai utama karakter
dimaksudkan untuk menumbuhkan dan menguatkan pengetahuan, menanamkan
kesadaran, dan mempraktikkan nilai-nilai utama PPK. Pendidik dapat memanfaatkan
secara optimal materi yang sudah tersedia di dalam kurikulum secara kontekstual
dengan penguatan nilai-nilai utama PPK.
Langkah-langkah
menerapkan
PPK
melalui
pembelajaran
terintegrasi
dalam
kurikulum, dapat dilaksanakan dengan cara:
1)
melakukan analisis KD melalui identifikasi nilai-nilai yang terkandungdalam
materi pembelajaran;
2)
mendesain RPP yang memuat fokus penguatan karakter denganmemilih metode
pembelajaran dan pengelolaan (manajemen) kelas yang relevan;
3)
melaksanakan pembelajaran sesuai skenario dalam RPP;
4)
melaksanakan penilaian otentik atas pembelajaran yang dilakukan;dan
5)
melakukan refleksi dan evaluasi terhadap keseluruhan proses pembelajaran
b. PPK Melalui Manajemen kelas
Dalam proses pengelolaan dan pengaturan kelas terdapat momen penguatan nilainilai pendidikan karakter. Contohnya, sebelum memulai pelajaran pendidik bisa
mempersiapkan peserta didik untuk secara psikologis dan emosional memasuki materi
pembelajaran, untuk menanamkan nilai kedisiplinan dan komitmen bersama, guru
bersama peserta didik membuat komitmen kelas yang akan disepakati pada saat
peserta didik belajar. Aturan ini dikomunikasikan, didialogkan, dan disepakati bersama
2
dengan peserta didik. Tujuan pengaturan kelas adalah agar proses pembelajaran
berjalan dengan baik dan membantu setiap individu berkembang maksimal dalam
belajar. Pengelolaan kelas yang baik dapat membentuk penguatan karakter. Berikut ini
contoh pengelolaan kelas yang berusaha memberikan penguatan karakter.
1)
Peserta didik menjadi pendengar yang baik atau menyimak saat guru
memberikan penjelasan di dalam kelas (dapat menguatkan nilai saling
menghargai dan toleransi).
2)
Peserta didik mengangkat tangan/mengacungkan jari kepada guru sebelum
mengajukan pertanyaan/tanggapan, setelah diizinkan oleh guru ia baru boleh
berbicara (dapat menguatkan nilai saling menghargai dan percaya diri).
3)
Pemberian sanksi yang mendidik kepada peserta didik sebagai konsekuensi dan
bentuk tanggung jawab bila terjadi keterlambatan dalam mengerjakan atau
mengumpulkan tugas (dapat menguatkan nilai disiplin, bertanggung jawab, dan
komitmen diri).
4)
Guru mendorong peserta didik melakukan tutor teman sebaya, siswa yang lebih
pintar diajak untuk membantu temannya yang kurang dalam belajar dan dalam
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru (dapat menguatkan nilai gotong
royong, kepedulian sosial, percaya diri, dan bertanggung jawab).
Pengelolaan kelas tidak bisa diredusir sekadar sebagai pengaturan tatanan
lingkungan fisik di kelas, melainkan perlu lebih berfokus pada bagaimana
mempersiapkan peserta didik agar memiliki kesiapan fisik, mental, psikologis, dan
akademis untuk menjalani proses pembelajaran secara lebih produktif.
c. PPK Melalui Pilihan dan Penggunaan Metode Pembelajaran
Penguatan Pendidikan Karakter terintegrasi dalam kurikulum dilakukan melalui
pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Guru
harus pandai memilih agar metode pembelajaran yang digunakan secara tidak
langsung menanamkan pembentukan karakter peserta didik. Metode pembelajaran
yang dipilih harus dapat membantu guru dalam memberikan pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan peserta didik. Melalui metode tersebut diharapkan
siswa memiliki keterampilan yang dibutuhkan pada abad XXI, seperti kecakapan
berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creativethinking), kecakapan
berkomunikasi (communication skill), termasuk penguasaan bahasa internasional,
dan kerja sama dalam pembelajaran(collaborative learning). Model –model tersebut
diantaranya adalah Discovery Learning (DL), Problem Based Learning (PBL), Project
3
Based Learning (PjBL), Cooperatif Learning, dll. dengan menerapkan pembelajaran
saintifik.
d. PPK Melalui Pembelajaran Tematis
Penguatan Pendidikan Karakter melalui pembelajaran tematis adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh satuan pendidikan dengan mengalokasikan waktu
khusus untuk mengajarkan nilai-nilai tertentu.Tema-tema yang mengandung nilai
utama PPK diajarkanvdalam bentuk pembelajaran di kelas ini diharapkan semakin
memperkayapraksis PPK di sekolah. Satuan pendidikan mendesain sendiri tema dan
prioritas nilai pendidikan karakter apa yang akan mereka tekankan.Satuan
pendidikan dapat menyediakan guru khusus atau memberdayakan guruyang ada
untuk mengajarkan materi tentang nilai-nilai tertentu untuk memperkuat pendidikan
karakter.
2. Higher Order Thinking Skills (HOTS) :
Tuntutan
pembelajaran
sebgai
penciri
kurikulum
2013
salah
satunya
adalah
meningkatkan kemempuan HOTS.yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar
mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan
pengolahan (recite). Penumbuhkembangan HOTS dapat dilakukan melalui pembelajaran
yang diawali dari analisis SKL-KI-KD dan pengembangan indikator, serta penyusunan
soal-sola HOTS yang membantu siswa meningkatkan kretifitas dan inovasi, berfikir kritis,
pantang menyerah dan mampu beradaptasi dalam berbagai situasi.
Perencanaan pembelajarn diawali dengan analsis SKL-KI-KD den pengembangan
indikator pencapaian kompetensi (IPK) sudah harus memperhatikan
HOTS yang
merupakan kemampuan kognitif (berpikir) tingkat tinggi yang dalam taksonomi tujuan
pendidikan ranah kognitif terdiri atas kemampuan analisis, evaluasi, dan mencipta,
sedangkan kemampuan meningat, memahami dan menerapkan dikategorikan sebagai
Low Order Thinking Skills (LOTS). Setiap jenjang HOTS memiliki kemampuan yang
berbeda sebagaimana yang tercantum dalam tabel berikut
Jenjang
HOTS
Analisis
Kemampuan
Kata Kerja
Mengelompokkan dalam
bagian-bagian penting dari
sebuah sumber informasi/benda
a. mediferensiasi kelompok
informasi
b. memilih informasi berdasarkan
4
yang diamati/ fenomena
sosialalambudaya
Menentukan keterkaitan antar
komponen
Menemukan pikiran pokok/
bias/nilai penulis atau pemberi
informasi
evaluasi
Menentukan kesesuaian antara
masalah, uraian dan kesimpulan/
proporsi suatu bentuk/proporsi
suatu penyajian
Menentukan kesesuaian metoda/
prosedur/ teknik/rumus/prinsip
dengan masalah
Mencipta
Mengembangkan hipotesis
Merencanakan
penelitian/proyek/kegiatan/mencipta
Mengembangkan produk baru
kelompok
c. menentukan fokus penting
ssuatu informasi
a. mengorganisasi keterkaitan
antar kelompok/menyusun
b. menemukan koherensi antar
kelompok
c. membuat struktur (baru) untuk
kelompok informasi suatu
informasi
a. memberi label untuk kelompok
yang dikembangkan
b. menemukan bias
penulis/pemberi informasi
a. mencek kesinambungan
b. mendeteksi unsur yang sama
c. memonitoring kegiatan
d. mentes/menguji
a. mengeritik kelebihan dan
b. kelemahan informasi atau
bagiannya
c. memberikan penilaian
berdasarkan
d. kriteria
Mengembangkan
a. merencanakan
b. mendesain
a. menghasilkan
b. meronstruksi
c. merekontruksi
HOTS digunakan dalam rumusan kompetensi dalam SKL dan Standar Isi. Di SMA,
kompetensi yang tercantum dianalisis dan evaluasi sebagai kemampuan minimal HOTS.
Dalam RPP, guru dapat mengembangkan HOTS yang terdapat pada setiap KD sampai
tingkat tertinggi yaitu mencipta. Dalam menganalisis KD, terutama dalam memecahkan
suatu rumusan aspek kompetensi KD, guru dapat menggunakan kemampuan yang
tercantum pada kolom 2 tabel di atas, dan kata kerja yang terdapat pada kolom kanan
untuk merumuskan IPK.
Kemampuan HOTS juga dapat dilatihkan dengan menyelesaiak soal-soal HOTS. Soal-soal
HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan
berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall),
menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Soalsoal HOTS pada konteks asesmen mengukur kemampuan: 1) transfer satu konsep ke
konsep lainnya, 2) memproses dan menerapkan informasi, 3) mencari kaitan dari berbagai
informasi yang berbeda-beda, 4) menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah,
5
dan 5) menelaah ide dan informasi secara kritis. Meskipun demikian, soal-soal yang
berbasis HOTS tidak berarti soal yang lebih sulit daripada soal recall.
Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi metakognitif,
tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual, atau prosedural saja. Dimensi
metakognitif menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang
berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi
pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning), dan
mengambil keputusan yang tepat. Karakteristik soal HOTS sebagai berikut:
a.
Soal-soal HOTS mengukur kemampuan transfer satu konsep ke konsep lainnya,
memproses dan menerapkan informasi, mencari kaitan dari berbagai informasi yang
berbeda-beda, menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan
menelaah ide dan informasi secara kritis.
b.
Permasalahan sehari-hari menuntuh HOTS. Untuk itu, pembelajaran dan penilaian
diarahkan kepada permasalahan kontesktual atau berbasis kasus atau kasus
kekinian (trending topic).
c.
HOTS mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi (C4/C5/C6), misalnya
kemampuan menemukan, menganalisis, mencipta metode baru, merefleksi,
memprediksi, berargumen, mengambil keputusan yang tepat.
d.
Soal yang sulit bukan berarti HOTS, dan sebaliknya soal yang mudah belum tentu
tidak HOTS. Jika soalnya mudah namun melibatkan penalaran, maka soal tersebut
termasuk HOTS.
Langkah-langkah penyusunan soal HOTS berikut:
a. Menganalisis KD yang dapat dibuatkan soal HOTS (jika KD pengetahuan tidak
memuat
kemampuan
pada
C4/C5/C6,
maka
soal
HOTS
dikembangkan
berdasarkan tuntutan kompetensi pada KD keterampilan).
b. Menyusun kisi-kisi soal.
c. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual;
d. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal. Butir-butir pertanyaan ditulis
agar sesuai dengan kaidah penulisan butir soal
e. Membuat pedoman penskoran atau kunci jawaban.
3. Remediasi dan pengayaan.
a. Remediasi dan pengayaan merupakan layanan pembelajaran tuntas (mastery
learning). Dalam pembelajaran tuntas, setiap peserta didik harus mencapai mastery
6
level (mencapai ketuntasan minimal/KKM). Untuk itu, guru harus memberikan
layanan berupa remediasi dan pengayaan.
b. Istilah yang digunakan adalah remediasi bukan remedi. Remediasi diartikan
sebagai perbaikan kompetensi yang dilakukan di sepanjang proses pembelajaran,
bukan perbaikan nilai/“her” atau sering disebut “remedi”.
c. Kegiatan remediasi maupun pengayaan dapat dilakukan secara klasikan maupun
individu disesuaikan dengan jumlah peserta didik yang mengikuti layanan tersebut.
d. Penyelarasan kegiatan remediasi dapat dilakukan melalui kegiatan berikut.
1) Pemberian
pembelajaran
berbedadengan
cara
ulang
dengan
penyederhanaan
metode
materi,
dan
variasi
media
cara
yang
penyajian,
penyederhanaan tes/pertanyaan, guru memberikan penjelasan kembali dengan
menggunakan metode dan/atau media yang lebih tepat.
2) Pemberian bimbingan secara khusus kepada peserta didik mengalami kesulitan,
baik perorangan maupun klasikal.
3) Pemberian tugas-tugas latihan dalam rangka menerapkan prinsip pengulangan,
oleh karena itu tugas-tugas latihan diperbanyak agar peserta didik tidak
mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes akhir.
4) Pemberian pelatihan intensif (drill) untuk membantu menguasai kompetensi
yang ditetapkan.
5) Memanfaatkan tutor sebaya, yaitu teman sekelas yang memiliki kecepatan
belajar lebih agar yang mengalami kesulitan belajar dapat lebih terbuka dan
akrab.
e. Penyelarasan kegiatan pengayaan dapat dilakukan melalui kegiatan berikut.
1) Belajar kelompok misalnya diberikan pembelajaran bersama pada jam-jam
pelajaran sekolah biasa, sambil menunggu teman-temannya yang mengikuti
remediasi.
2) Belajar mandiri misalnya belajar mengenai sesuatu yang diminati.
3) Pembelajaran berbasis tema misalnya mempelajari hubungan antara berbagai
disiplin ilmu.
4) Pemberian pembelajaran pada kompetensi/materi yang belum diketahui peserta
didik.
5) Memberi bacaan tambahan dan berdiskusi dengan peserta didik lain untuk
memperluas wawasan materi pada KD tertentu,
6) Memberi tugas untuk menganalisis gambar, model, grafik, bacaan/paragraf, dll
padamateri KD tertentu.
7) Memberikan soal-soal latihan tambahan yang bersifat pengayaan.
7
8) Membantu
guru
membimbing
teman-temannya
yang
belum
mencapai
ketuntasan (tutor sebaya).
4. Kegiatan Pembelajaran Mengembangkan Kemampuan Siswa dalam Pembelajaran Abad
21 (4C), yaitu critical thinking (berpikir kritis), creativity (kreatif), collaboration
(kerjasama) dan comunication (komunikasi). Karakteristik dar setiap 4C adalah:
a. Kecakapan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah (Critical Thinking and Problem
Solving Skill)
1)
Menggunakan berbagai tipe pemikiran/penalaran atau alasan,
2)
Memahami interkoneksi antara satu konsep dengan konsep yang lain
3)
Melakukan penilaian dan menentukan keputusan secara efektif dalam
mengolah data dan menggunakan argumen.
4)
Menguji hasil dan membangun koneksi antara informasi dan argumen.
5)
Mengolah dan menginterpretasi informasi melalui simpulan
awal dan
mengujinya lewat analisis terbaik.
6)
Membuat solusi dari berbagai bermasalahan non-rutin.
7)
Menyusun dan mengungkapkan, menganalisa, dan menyelesaikan suatu
masalah
b. Kecakapan Berkomunikasi (Communication Skills )
1)
Memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dan
multimedia (ICT Literacy).
2)
Menggunakan kemampuan untuk mengutarakan ide-ide.
3)
Menggunakan bahasa lisan yang sesuai konten dan konteks pembicaraan.
4)
Memiliki sikap untuk dapat mendengarkan, dan menghargai pendapat orang
lain.
5)
Menggunakan alur pikir yang logis, terstruktur sesuai dengan kaidah yang
berlaku.
6)
Memiliki kemampuan multi-languages (cross-cultural)
c. Kreatifitasdan Inovasi (Creativity and Innovation)
1)
Memiliki
kemampuan
dalam
mengembangkan,
melaksanakan,
dan
menyampaikan gagasan-gagasan baru.
2)
Bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.
3)
Mampu mengemukakan ide-ide kreatif secara konseptual dan praktikal.
4)
Menggunakan konsep-konsep atau pengetahuannya dalam situasi baru dan
berbeda.
8
5)
Menggunakan kegagalan sebagai wahana pembelajaran.
6)
Memiliki
kemampuan
dalam
menciptakan
kebaharuan
berdasarkan
pengetahuan awal yang dimiliki.
7)
Mampu beradaptasi dalam situasi baru dan memberikan kontribusi positif
terhadap lingkungan.
d. Kolaborasi (Collaboration)
1)
Memiliki kemampuan dalam kerjasama berkelompok
2)
Beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara
produktif dengan yang lain.
3)
Memiliki empati dan menghormati perspektif berbeda.
4)
Mampu berkompromi dengan anggota yang lain dalam kelompok demi
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
5. Literasi.dalam Pembelajaran
Keterampilan abad 21 dapat dibangun melalui penguasaan litersi dasar meliputi: literasi
baca tulis, berhitung, sains, teknologi indormsi dan komunikasi, finansial serta
berbudaya dan kewarganegaraan Literasi, di awal, dimaknai ‘keberaksaraan’ dan
selanjutnya dimaknai ‘melek’ atau keterpahaman’. Pada langkah awal, ‘melek baca’ dan
‘tulis’ ditekankan karena kedua keterampilan berbahasa ini merupakan dasar bagi
pengembangan melek dalam berbagai hal atau disebut “multiliterasi”. Dalam konteks
GLS, literasi merupakan kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan
sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat,
menyimak, menulis, dan/berbicara (Panduan GLS SMA 2016). ,.
Pelaksanaan literasi melalui tiga tahapan, dimulai pada penumbuhan minat baca melalui
kegiatan 15 menit membaca sebagaimana terdapat pada Permendikbud no.23 tahun
2015. Tahapan berikutnya adalah pengembangan dalam bentuk meningkatkan
kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi buku pengayaan, sedangkan tahapan
yang ketiga adalah pembelajaran, yaitu meningkatkan kemampuan literasi di semua
mata pelajaran, menggunakan buku pengayaan dan startegi membaca di semua mata
pelajaran. Kegiatan yang terakhir diantaranya dalam RPP perlu dirancang penggunaan
minimal tiga sumber belajar/referensi sebagai usaha mengembangkan literasi.
9
,
10
Penyiapan generasi emas dilakukan dengan membekali peserta didik dengan mempelajaran
yang menuntut peserta didik mampu menjawab tantangan dan memecahkan permasalahan
secara mandiri dengan difaislitasi oleh guru melalui pembelajaan yang menerapkan model
dan/atau metode pembelajaran yang pilih sesuai dengan pendekatan saintifik atau
pendekatan lain yang relevan dengan karakteristik materi pembelajaran dan mata pelajaran.
Model dan/atau metode pembelajaran tersebut berpotensi dapat penumbuhan karakter.,
meningkatkan kemampuan HOTS peserta didik, , 4C, dan penguatan budaya literasi.
1. Penguatan Pendidikan karakter (PPK)
Kualiatas peserta didik beradaptasi pada lingkungan yang dinamis melalui penguatan
lima nilai utama karakter, yaitu, religios, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas,
yang didertai kebijakan-kebijakan menorong terwujudnya lima nilai utama tersebut. Nilainilai utama tersebut diwujudkan dalam sikap, moral dan perilaku dan kebijakan sebagai
berikut:
Religius ditunjukkan melalui sikap beriman, bertaqwa, menjaga selalu sikap bersih,
tolerasi, dan cinta lingkungan. Kebijakan yang sesuai dengan nilai religius adalah
perayaan hari-hari besar
keagamaan, anti kekerasan, kegiatan kerohanian dan
menambah wawasan keagamaan.
Nasionalis diwujudkan melaui gerakan cinta tanah air, memiliki semangat kebangsaan,
serta menghayati kebhinekaan. Penumhuhan karakter nasionalis ini dapat dilakukan
melalui kebijakan bela negara, deradikalisasi, membangun daerah-daerah terdepan
Indonesia memali program Guru Garis Depan (GGD), kegiatan seniman masuk sekolah
belajar bersama Maestro, kegiatan OSN, O2SN, dan FLS2N.
Mandiri ditunjukkan melalui kerja keras, kreatif, disiplin, berani dan pembelajar. Programprogram yang dapat menumbuhkan kemandirian diantaranya adalah Gerakan itersi
Sekolah, meningkakan kinerja kepala sekolah sebagai manajer, revitaslisasi vokasi,
pemenuhan dan perbaikan sarana prasarana satuan pendidikan di Indonesia.
Gotong royong merupakan nilai utama yang menjadi ciri bangsa Indonesia dalam bentik
kerjasama, solidaritas dalam kebaikan, saling tolong menolong antar warga, dan
menunjukkan sikap kekeluargaan.kebijakan yang mendukung sikap gotong royong
1
diantaranya Kartu Indonesia Pintar, sekoalh lia hari kerja sebagai bentuk kepedulian
pemerintah agar erdapat cukup waktu berkumpul keluarga serta adanya komite sekolah
yang menjadi wadah kepedulian orang tua peserta didik dan sekolah.
Integritas adalah sikap kejujuran, keteladanan, kesantunan dan sikap cinta pada
kebenaran. Berbagai kebijakan untuk memunjukkan integritas diantaranya adalah
pelaksanaan kegiatan belajar 8 jam sehari, pendidikan anti korupsi, adanya indeks
integritas ujian nasional dan gerakan sekolah aman.
Implementasi dari PPK pada kurikulum 2013 dilakukan melalui :
a. PPK Melalui Pengintegrasian PPK dalam kurikulum
Pengintegrasian
PPK
dalam
kurikulum
mengandung
arti
bahwa
pendidik
mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK ke dalam proses pembelajaran dalam setiap
mata pelajaran. Pembelajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai utama karakter
dimaksudkan untuk menumbuhkan dan menguatkan pengetahuan, menanamkan
kesadaran, dan mempraktikkan nilai-nilai utama PPK. Pendidik dapat memanfaatkan
secara optimal materi yang sudah tersedia di dalam kurikulum secara kontekstual
dengan penguatan nilai-nilai utama PPK.
Langkah-langkah
menerapkan
PPK
melalui
pembelajaran
terintegrasi
dalam
kurikulum, dapat dilaksanakan dengan cara:
1)
melakukan analisis KD melalui identifikasi nilai-nilai yang terkandungdalam
materi pembelajaran;
2)
mendesain RPP yang memuat fokus penguatan karakter denganmemilih metode
pembelajaran dan pengelolaan (manajemen) kelas yang relevan;
3)
melaksanakan pembelajaran sesuai skenario dalam RPP;
4)
melaksanakan penilaian otentik atas pembelajaran yang dilakukan;dan
5)
melakukan refleksi dan evaluasi terhadap keseluruhan proses pembelajaran
b. PPK Melalui Manajemen kelas
Dalam proses pengelolaan dan pengaturan kelas terdapat momen penguatan nilainilai pendidikan karakter. Contohnya, sebelum memulai pelajaran pendidik bisa
mempersiapkan peserta didik untuk secara psikologis dan emosional memasuki materi
pembelajaran, untuk menanamkan nilai kedisiplinan dan komitmen bersama, guru
bersama peserta didik membuat komitmen kelas yang akan disepakati pada saat
peserta didik belajar. Aturan ini dikomunikasikan, didialogkan, dan disepakati bersama
2
dengan peserta didik. Tujuan pengaturan kelas adalah agar proses pembelajaran
berjalan dengan baik dan membantu setiap individu berkembang maksimal dalam
belajar. Pengelolaan kelas yang baik dapat membentuk penguatan karakter. Berikut ini
contoh pengelolaan kelas yang berusaha memberikan penguatan karakter.
1)
Peserta didik menjadi pendengar yang baik atau menyimak saat guru
memberikan penjelasan di dalam kelas (dapat menguatkan nilai saling
menghargai dan toleransi).
2)
Peserta didik mengangkat tangan/mengacungkan jari kepada guru sebelum
mengajukan pertanyaan/tanggapan, setelah diizinkan oleh guru ia baru boleh
berbicara (dapat menguatkan nilai saling menghargai dan percaya diri).
3)
Pemberian sanksi yang mendidik kepada peserta didik sebagai konsekuensi dan
bentuk tanggung jawab bila terjadi keterlambatan dalam mengerjakan atau
mengumpulkan tugas (dapat menguatkan nilai disiplin, bertanggung jawab, dan
komitmen diri).
4)
Guru mendorong peserta didik melakukan tutor teman sebaya, siswa yang lebih
pintar diajak untuk membantu temannya yang kurang dalam belajar dan dalam
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru (dapat menguatkan nilai gotong
royong, kepedulian sosial, percaya diri, dan bertanggung jawab).
Pengelolaan kelas tidak bisa diredusir sekadar sebagai pengaturan tatanan
lingkungan fisik di kelas, melainkan perlu lebih berfokus pada bagaimana
mempersiapkan peserta didik agar memiliki kesiapan fisik, mental, psikologis, dan
akademis untuk menjalani proses pembelajaran secara lebih produktif.
c. PPK Melalui Pilihan dan Penggunaan Metode Pembelajaran
Penguatan Pendidikan Karakter terintegrasi dalam kurikulum dilakukan melalui
pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Guru
harus pandai memilih agar metode pembelajaran yang digunakan secara tidak
langsung menanamkan pembentukan karakter peserta didik. Metode pembelajaran
yang dipilih harus dapat membantu guru dalam memberikan pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan peserta didik. Melalui metode tersebut diharapkan
siswa memiliki keterampilan yang dibutuhkan pada abad XXI, seperti kecakapan
berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creativethinking), kecakapan
berkomunikasi (communication skill), termasuk penguasaan bahasa internasional,
dan kerja sama dalam pembelajaran(collaborative learning). Model –model tersebut
diantaranya adalah Discovery Learning (DL), Problem Based Learning (PBL), Project
3
Based Learning (PjBL), Cooperatif Learning, dll. dengan menerapkan pembelajaran
saintifik.
d. PPK Melalui Pembelajaran Tematis
Penguatan Pendidikan Karakter melalui pembelajaran tematis adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh satuan pendidikan dengan mengalokasikan waktu
khusus untuk mengajarkan nilai-nilai tertentu.Tema-tema yang mengandung nilai
utama PPK diajarkanvdalam bentuk pembelajaran di kelas ini diharapkan semakin
memperkayapraksis PPK di sekolah. Satuan pendidikan mendesain sendiri tema dan
prioritas nilai pendidikan karakter apa yang akan mereka tekankan.Satuan
pendidikan dapat menyediakan guru khusus atau memberdayakan guruyang ada
untuk mengajarkan materi tentang nilai-nilai tertentu untuk memperkuat pendidikan
karakter.
2. Higher Order Thinking Skills (HOTS) :
Tuntutan
pembelajaran
sebgai
penciri
kurikulum
2013
salah
satunya
adalah
meningkatkan kemempuan HOTS.yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar
mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan
pengolahan (recite). Penumbuhkembangan HOTS dapat dilakukan melalui pembelajaran
yang diawali dari analisis SKL-KI-KD dan pengembangan indikator, serta penyusunan
soal-sola HOTS yang membantu siswa meningkatkan kretifitas dan inovasi, berfikir kritis,
pantang menyerah dan mampu beradaptasi dalam berbagai situasi.
Perencanaan pembelajarn diawali dengan analsis SKL-KI-KD den pengembangan
indikator pencapaian kompetensi (IPK) sudah harus memperhatikan
HOTS yang
merupakan kemampuan kognitif (berpikir) tingkat tinggi yang dalam taksonomi tujuan
pendidikan ranah kognitif terdiri atas kemampuan analisis, evaluasi, dan mencipta,
sedangkan kemampuan meningat, memahami dan menerapkan dikategorikan sebagai
Low Order Thinking Skills (LOTS). Setiap jenjang HOTS memiliki kemampuan yang
berbeda sebagaimana yang tercantum dalam tabel berikut
Jenjang
HOTS
Analisis
Kemampuan
Kata Kerja
Mengelompokkan dalam
bagian-bagian penting dari
sebuah sumber informasi/benda
a. mediferensiasi kelompok
informasi
b. memilih informasi berdasarkan
4
yang diamati/ fenomena
sosialalambudaya
Menentukan keterkaitan antar
komponen
Menemukan pikiran pokok/
bias/nilai penulis atau pemberi
informasi
evaluasi
Menentukan kesesuaian antara
masalah, uraian dan kesimpulan/
proporsi suatu bentuk/proporsi
suatu penyajian
Menentukan kesesuaian metoda/
prosedur/ teknik/rumus/prinsip
dengan masalah
Mencipta
Mengembangkan hipotesis
Merencanakan
penelitian/proyek/kegiatan/mencipta
Mengembangkan produk baru
kelompok
c. menentukan fokus penting
ssuatu informasi
a. mengorganisasi keterkaitan
antar kelompok/menyusun
b. menemukan koherensi antar
kelompok
c. membuat struktur (baru) untuk
kelompok informasi suatu
informasi
a. memberi label untuk kelompok
yang dikembangkan
b. menemukan bias
penulis/pemberi informasi
a. mencek kesinambungan
b. mendeteksi unsur yang sama
c. memonitoring kegiatan
d. mentes/menguji
a. mengeritik kelebihan dan
b. kelemahan informasi atau
bagiannya
c. memberikan penilaian
berdasarkan
d. kriteria
Mengembangkan
a. merencanakan
b. mendesain
a. menghasilkan
b. meronstruksi
c. merekontruksi
HOTS digunakan dalam rumusan kompetensi dalam SKL dan Standar Isi. Di SMA,
kompetensi yang tercantum dianalisis dan evaluasi sebagai kemampuan minimal HOTS.
Dalam RPP, guru dapat mengembangkan HOTS yang terdapat pada setiap KD sampai
tingkat tertinggi yaitu mencipta. Dalam menganalisis KD, terutama dalam memecahkan
suatu rumusan aspek kompetensi KD, guru dapat menggunakan kemampuan yang
tercantum pada kolom 2 tabel di atas, dan kata kerja yang terdapat pada kolom kanan
untuk merumuskan IPK.
Kemampuan HOTS juga dapat dilatihkan dengan menyelesaiak soal-soal HOTS. Soal-soal
HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan
berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall),
menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Soalsoal HOTS pada konteks asesmen mengukur kemampuan: 1) transfer satu konsep ke
konsep lainnya, 2) memproses dan menerapkan informasi, 3) mencari kaitan dari berbagai
informasi yang berbeda-beda, 4) menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah,
5
dan 5) menelaah ide dan informasi secara kritis. Meskipun demikian, soal-soal yang
berbasis HOTS tidak berarti soal yang lebih sulit daripada soal recall.
Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi metakognitif,
tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual, atau prosedural saja. Dimensi
metakognitif menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang
berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi
pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning), dan
mengambil keputusan yang tepat. Karakteristik soal HOTS sebagai berikut:
a.
Soal-soal HOTS mengukur kemampuan transfer satu konsep ke konsep lainnya,
memproses dan menerapkan informasi, mencari kaitan dari berbagai informasi yang
berbeda-beda, menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan
menelaah ide dan informasi secara kritis.
b.
Permasalahan sehari-hari menuntuh HOTS. Untuk itu, pembelajaran dan penilaian
diarahkan kepada permasalahan kontesktual atau berbasis kasus atau kasus
kekinian (trending topic).
c.
HOTS mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi (C4/C5/C6), misalnya
kemampuan menemukan, menganalisis, mencipta metode baru, merefleksi,
memprediksi, berargumen, mengambil keputusan yang tepat.
d.
Soal yang sulit bukan berarti HOTS, dan sebaliknya soal yang mudah belum tentu
tidak HOTS. Jika soalnya mudah namun melibatkan penalaran, maka soal tersebut
termasuk HOTS.
Langkah-langkah penyusunan soal HOTS berikut:
a. Menganalisis KD yang dapat dibuatkan soal HOTS (jika KD pengetahuan tidak
memuat
kemampuan
pada
C4/C5/C6,
maka
soal
HOTS
dikembangkan
berdasarkan tuntutan kompetensi pada KD keterampilan).
b. Menyusun kisi-kisi soal.
c. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual;
d. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal. Butir-butir pertanyaan ditulis
agar sesuai dengan kaidah penulisan butir soal
e. Membuat pedoman penskoran atau kunci jawaban.
3. Remediasi dan pengayaan.
a. Remediasi dan pengayaan merupakan layanan pembelajaran tuntas (mastery
learning). Dalam pembelajaran tuntas, setiap peserta didik harus mencapai mastery
6
level (mencapai ketuntasan minimal/KKM). Untuk itu, guru harus memberikan
layanan berupa remediasi dan pengayaan.
b. Istilah yang digunakan adalah remediasi bukan remedi. Remediasi diartikan
sebagai perbaikan kompetensi yang dilakukan di sepanjang proses pembelajaran,
bukan perbaikan nilai/“her” atau sering disebut “remedi”.
c. Kegiatan remediasi maupun pengayaan dapat dilakukan secara klasikan maupun
individu disesuaikan dengan jumlah peserta didik yang mengikuti layanan tersebut.
d. Penyelarasan kegiatan remediasi dapat dilakukan melalui kegiatan berikut.
1) Pemberian
pembelajaran
berbedadengan
cara
ulang
dengan
penyederhanaan
metode
materi,
dan
variasi
media
cara
yang
penyajian,
penyederhanaan tes/pertanyaan, guru memberikan penjelasan kembali dengan
menggunakan metode dan/atau media yang lebih tepat.
2) Pemberian bimbingan secara khusus kepada peserta didik mengalami kesulitan,
baik perorangan maupun klasikal.
3) Pemberian tugas-tugas latihan dalam rangka menerapkan prinsip pengulangan,
oleh karena itu tugas-tugas latihan diperbanyak agar peserta didik tidak
mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes akhir.
4) Pemberian pelatihan intensif (drill) untuk membantu menguasai kompetensi
yang ditetapkan.
5) Memanfaatkan tutor sebaya, yaitu teman sekelas yang memiliki kecepatan
belajar lebih agar yang mengalami kesulitan belajar dapat lebih terbuka dan
akrab.
e. Penyelarasan kegiatan pengayaan dapat dilakukan melalui kegiatan berikut.
1) Belajar kelompok misalnya diberikan pembelajaran bersama pada jam-jam
pelajaran sekolah biasa, sambil menunggu teman-temannya yang mengikuti
remediasi.
2) Belajar mandiri misalnya belajar mengenai sesuatu yang diminati.
3) Pembelajaran berbasis tema misalnya mempelajari hubungan antara berbagai
disiplin ilmu.
4) Pemberian pembelajaran pada kompetensi/materi yang belum diketahui peserta
didik.
5) Memberi bacaan tambahan dan berdiskusi dengan peserta didik lain untuk
memperluas wawasan materi pada KD tertentu,
6) Memberi tugas untuk menganalisis gambar, model, grafik, bacaan/paragraf, dll
padamateri KD tertentu.
7) Memberikan soal-soal latihan tambahan yang bersifat pengayaan.
7
8) Membantu
guru
membimbing
teman-temannya
yang
belum
mencapai
ketuntasan (tutor sebaya).
4. Kegiatan Pembelajaran Mengembangkan Kemampuan Siswa dalam Pembelajaran Abad
21 (4C), yaitu critical thinking (berpikir kritis), creativity (kreatif), collaboration
(kerjasama) dan comunication (komunikasi). Karakteristik dar setiap 4C adalah:
a. Kecakapan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah (Critical Thinking and Problem
Solving Skill)
1)
Menggunakan berbagai tipe pemikiran/penalaran atau alasan,
2)
Memahami interkoneksi antara satu konsep dengan konsep yang lain
3)
Melakukan penilaian dan menentukan keputusan secara efektif dalam
mengolah data dan menggunakan argumen.
4)
Menguji hasil dan membangun koneksi antara informasi dan argumen.
5)
Mengolah dan menginterpretasi informasi melalui simpulan
awal dan
mengujinya lewat analisis terbaik.
6)
Membuat solusi dari berbagai bermasalahan non-rutin.
7)
Menyusun dan mengungkapkan, menganalisa, dan menyelesaikan suatu
masalah
b. Kecakapan Berkomunikasi (Communication Skills )
1)
Memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dan
multimedia (ICT Literacy).
2)
Menggunakan kemampuan untuk mengutarakan ide-ide.
3)
Menggunakan bahasa lisan yang sesuai konten dan konteks pembicaraan.
4)
Memiliki sikap untuk dapat mendengarkan, dan menghargai pendapat orang
lain.
5)
Menggunakan alur pikir yang logis, terstruktur sesuai dengan kaidah yang
berlaku.
6)
Memiliki kemampuan multi-languages (cross-cultural)
c. Kreatifitasdan Inovasi (Creativity and Innovation)
1)
Memiliki
kemampuan
dalam
mengembangkan,
melaksanakan,
dan
menyampaikan gagasan-gagasan baru.
2)
Bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.
3)
Mampu mengemukakan ide-ide kreatif secara konseptual dan praktikal.
4)
Menggunakan konsep-konsep atau pengetahuannya dalam situasi baru dan
berbeda.
8
5)
Menggunakan kegagalan sebagai wahana pembelajaran.
6)
Memiliki
kemampuan
dalam
menciptakan
kebaharuan
berdasarkan
pengetahuan awal yang dimiliki.
7)
Mampu beradaptasi dalam situasi baru dan memberikan kontribusi positif
terhadap lingkungan.
d. Kolaborasi (Collaboration)
1)
Memiliki kemampuan dalam kerjasama berkelompok
2)
Beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara
produktif dengan yang lain.
3)
Memiliki empati dan menghormati perspektif berbeda.
4)
Mampu berkompromi dengan anggota yang lain dalam kelompok demi
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
5. Literasi.dalam Pembelajaran
Keterampilan abad 21 dapat dibangun melalui penguasaan litersi dasar meliputi: literasi
baca tulis, berhitung, sains, teknologi indormsi dan komunikasi, finansial serta
berbudaya dan kewarganegaraan Literasi, di awal, dimaknai ‘keberaksaraan’ dan
selanjutnya dimaknai ‘melek’ atau keterpahaman’. Pada langkah awal, ‘melek baca’ dan
‘tulis’ ditekankan karena kedua keterampilan berbahasa ini merupakan dasar bagi
pengembangan melek dalam berbagai hal atau disebut “multiliterasi”. Dalam konteks
GLS, literasi merupakan kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan
sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat,
menyimak, menulis, dan/berbicara (Panduan GLS SMA 2016). ,.
Pelaksanaan literasi melalui tiga tahapan, dimulai pada penumbuhan minat baca melalui
kegiatan 15 menit membaca sebagaimana terdapat pada Permendikbud no.23 tahun
2015. Tahapan berikutnya adalah pengembangan dalam bentuk meningkatkan
kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi buku pengayaan, sedangkan tahapan
yang ketiga adalah pembelajaran, yaitu meningkatkan kemampuan literasi di semua
mata pelajaran, menggunakan buku pengayaan dan startegi membaca di semua mata
pelajaran. Kegiatan yang terakhir diantaranya dalam RPP perlu dirancang penggunaan
minimal tiga sumber belajar/referensi sebagai usaha mengembangkan literasi.
9
,
10