PENINGKATAN KAPABILITAS MILITER CINA and

PENINGKATAN KAPABILITAS MILITER CINA & IMPLIKASINYA
TERHADAP KAWASAN AFRIKA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Individu Dalam
Mata Kuliah Hubungan Internasional Kawasan Asia Timur

oleh
Muhammad Darmawan Ardiansyah
NIM: 1112113000007

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015/2016

1 | Page

A. Pengantar.
A. 1. Pertumbuhan Ekonomi Cina.
Tidak dapat dipungkiri bahwa di era modern ini, Cina menjadi salah satu negara yang

memiliki perkembangan pesat dalam hal bidang ekonomi. Sebagai negara yang berjumlah
penduduk terbanyak di dunia, memberikan kesempatan baginya untuk meningkatkan
perekonomiannya dengan memanfaatkan sumber daya manusia mereka. Era liberalisme pasar
memberikan peluang yang sangat besar bagi Cina dengan cara membuka pintu investasi asing
yang seluas-luasnya.
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Cina yang sangat pesat digadang-gadang akan
menjadi ancaman bagi dominasi ekonomi AS dan Barat terhadap sistem internasional.
Industrialisasi yang dibangun secara masif serta dibukanya keran investasi yang selebarlebarnya bagi investor asing menjadikan Cina kekuatan ekonomi baru yang mampu menjadi
pesaing AS dalam sektor perekonomian.
Kapabilitas Cina dalam menarik investasi dan kepemilikan sumber daya manusia
yang besar secara tidak langsung telah meningkatkan pendapatan per kapita hingga tiga kali
lipat dalam satu generasi,

dan berhasil mengurangi angka kemiskinan sebesar 300 juta

jiwa.1 Spekulasi bermunculan mengenai masa depan perkembangan ekonomi Cina. Banyak
yang berpikir bahwa dengan pesatnya pertumbuhan tersebut akan merubah peta hegemoni di
sistem internasional.
Peningkatan ekonomi Cina yang sangat pesat juga diiringi dengan menjamurnya
investasi Cina di negara-negara dunia ketiga. Baik itu investasi berupa pertambangan, pabrik,

fasilitas-fasilitas publik, serta infrastruktur yang sangat dibutuhkan bagi negara-negara dunia
ketiga sebagai pondasi awal untuk meningkatkan perekonomian mereka. Pastinya negaranegara dunia ketiga sangat menyambut positif langkah Cina untuk melakukan investasi di
negara mereka. Karena, sebagaimana kita ketahui, Cina tidak pernah melakukan intervensi
dalam negeri suatu negara sebelum melakukan investasi di negara tersebut.
Sikap Cina yang bersifat non-intervensi terhadap urusan dalam negeri suatu negara
menjadi nilai tersendiri di mata negara-negara dunia ketiga. Karena, investasi yang dilakukan
oleh Cina tidak memuat unsur-unsur persyaratan yang memberatkan bagi negara-negara itu
1 Mas Wigrantoro Roes Setiyadi, “Di Balik Sukses Ekonomi China dan India,”
http://www.insteps.or.id/File/media/Rahasia%20Sukses%20Ekonomi%20China%20dan%20India.pdf. Diakses
pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 22:22.

2 | Page

sendiri. Hal inilah yang membuat Cina mudah untuk menanamkan investasinya di negara
manapun.2
Selain itu, dapat kita lihat bahwa Cina memiliki ambisi yang sangat besar untuk
menjadi raksasa ekonomi dunia. Untuk mewujudkan hal tersebut, Cina mulai bergabung
dengan World Trade Organization (WTO), dan menjadi inisiator dalam pembentukan BRICS
yang merupakan singkatan dari Brazil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan yang memiliki
prospek ekonomi yang bagus di masa yang akan datang.3 Agresifitas Cina dalam melakukan

manuver ekonomi di era liberalisasi modern, membuktikan bahwa Cina memiliki kesempatan
yang sangat besar untuk mengungguli AS sebagai raksasa ekonomi dunia.
A. 2. Peningkatan Kapabilitas Militer Cina.
Sejalan dengan peningkatan ekonominya, secara tidak langsung Cina juga melakukan
peningkatan kapabilitas militernya secara keseluruhan, baik penambahan alat militer,
modernisasi, maupun membuka kerjasama-kerjasama baru dalam bidang militer dengan
negara lain. Peningkatan Cina dalam hal kemiliteran menjadi sorotan dunia internasional,
terutama Amerika Serikat sebagai hegemon tunggal di dunia saat ini. Secara tidak langsung,
peningkatan kapabilitas militer Cina memberikan ancaman terhadap dominasi militer AS di
dunia.4 Selain itu, anggaran belanja militer Cina yang terus meningkat beberapa tahun
terakhir juga menimbulkan banyak pertanyaan di berbagai pihak, apa yang sedang dilakukan
Cina dengan anggaran belanja militer yang terus meningkat.
Awal mula peningkatan kapabilitas militer Cina dimulai pada tahun 2000.5 Pada tahun
tersebut pemerintah Cina mengeluarkan anggaran sebesar 14,6 miliar dolar, atau 121 miliar
yuan. Jika diprosentasekan, Cina meningkatkan anggaran militernya di tahun tersebut sebesar
17,7 %. Selanjutnya pada tahun 2001, secara resmi Cina meningkatkan anggaran militernya
sebesar 17 miliar dolar.6

2
Jennifer

G
Cooke,
“China’s
Soft
Powerin
Africa”,
http://csis.org/files/media/csis/pubs/090310_chinesesoftpower __chap3.pdf. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015,
pukul 22:25.
3 “Why is South Africa Included in the BRICS?,” http://www.economist.com/blogs/economistexplains/2013/03/economist-explains-why-south-africa-brics. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 22:29.
4 John J. Mearsheimer, ‘China’s Unpeaceful Rise’, Current History, April 2006, Hal 160.
http://mearsheimer.uchicago.edu/pdfs/A0051.pdf. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 22:32.
5 “China’s Defense Budget,” http://www.globalsecurity.org/military/world/china/budget.htm. Diakses
pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 22:37.
6 Ibid.

3 | Page

Perlu diketahui bahwa peningkatan anggaran belanja militer Cina pada tahun 2001,
menjadi anggaran belanja militer tertinggi di kawasan, melebihi anggaran belanja militer
India, Taiwan, dan Korea Selatan. Cina menyatakan bahwa peningkatan anggaran belanja

militer ini ditujukan sebagai respon terhadap kondisi dinamika militer di seluruh dunia. Pada
tahun 2002, Cina menambah anggaran belanja militernya sebesar 17,6% atau sekitar 3 miliar
dolar, sehingga total anggaran belanja militernya naik sebesar 20 miliar dolar.7
Setahun kemudian, yakni pada tahun pada tahun 2003 Cina kembali meningkatkan
anggaran belanja militernya sebesar 22 miliar dolar. Selanjutnya pada tahun 2004 anggaran
militer Cina naik sebesar 11,6 % menjadi 24,6 miliar dolar.8 Kenaikan anggaran militer Cina
secara terus-menerus secara tidak langsung telah menimbulkan security dilemma terhadap
negara-negara yang berbatasan langsung dengannya. Dan peningkatan ini masih terus
berlanjut.
Pada tahun 2005, pemerintah Cina mengumumkan kembali akan kenaikan anggaran
belanja militer mereka, yakni naik sebesar 12,6 % atau sekitar 29,9 miliar dolar. Sedangkan
pada bulan Maret 2006 pemerintah Cina mengumumkan anggaran pertahanan resmi sekitar $
35 milyar, meningkat hampir 15 % dibanding tahun sebelumnya. Dapat dilihat bahwa Cina
melakukan peningkatan anggaran belanja militer yang konsisten tiap tahunnya.
Di tahun 2007, Cina mengumumkan bahwa mereka akan meningkatkan anggaran
belanja militernya sebesar 17,8% dibanding tahun sebelumnya, atau sekitar 45 miliar dolar.
Pada tahun 2008, pemerintah Cina mengajukan proposal kenaikan anggaran militer sebesar
57,2 miliar dolar ke kongres untuk disetujui dan disahkan, demi menunjukkan konsistensi
Cina dalam meningkatkan anggaran belanja militernya.9
Terakhir di tahun 2014, Cina meningkatkan anggaran belanja militernya sebesar

12,2% atau sekitar 131,5 miliar dolar. Hal ini menunjukkan bahwa Cina memiliki ambisi
yang besar untuk menjadi salah satu kekuatan militer di dunia yang disegani. 10 Hal ini cukup
menjadi perhatian karena anggaran belanja militer Cina adalah anggaran belanja militer
terbesar ke dua di dunia setelah anggaran belanja militer Amerika Serikat.11

7 Ibid.
8 Ibid.
9 Ibid.
10 Ibid.
11 “China Military Rise : The Dragon’s New Teeth,”
Diakses pada 29 Juni 2015, pukul 22:39.

http://www.economist.com/Node/21552193.

4 | Page

Rincian anggaran belanja militer Cina yang pertama adalah untuk melakukan
modernisasi peralatan militer yang dimilikinya dalam beberapa tahun terakhir. Cina
melakukan pembelian sejumlah tank, pesawat terbang,


rudal balistik, pengembangan

teknologi nuklir dari Rusia, selain itu Cina juga mengembangkan teknologi militer mandiri
yang meliputi pengembangan kapal induk Liaoning12, kapal perang, rudal, teknologi nuklir.
Selanjutnya, yang kedua adalah penambahan kuantitas pasukan militer Cina yang
sangat signifikan, berjumlah sekitar 2,28 juta orang untuk pasukan militer aktif dan 800 ribu
orang untuk komponen pasukan cadangan.13 Peningkatan militer yang sangat signifikan, yang
ditunjukkan oleh Cina, menimbulkan kecurigaan, baik itu dari negara-negara tetangganya
ataupun dari superpower dunia, yakni AS.
Yang ketiga, Cina juga melakukan pengembangan teknologi militer terbaru seperti
pengembangan sejumlah kapal perang, pesawat dan misil balistik. Kapal selam terbaru yang
dikembangkan oleh Cina adalah kapal perang Type 052D yang memiliki 64 rudal yang siap
ditembakkan dalam serangan udara, serangan laut dan serangan darat. China juga disebut
memiliki kekuatan militer perairan terbesar di kawasan Asia dengan sekitar 50 kapal perang,
50 kapal amfibi, 1 kapal induk dan sekitar 85 kapal peluncur yang disertai dengan misil.14
Selain itu juga Cina memperbarui dan memodifikasi ulang agar kapal induk Liaoning
memiliki kapasitas yang mumpuni sebagai landasan pacu bagi pesawat-pesawat militer Cina
yang akan diterbangkan atau didaratkan kembali dalam sebuah operasi militer di tengah
lautan lepas. Kapal induk Liaoning ini dapat memuat sekitar 50 pesawat terbang dan
helikopter sekaligus, memiliki panjang sekitar 300 meter, kecepatan sekitar 32 knot dan

dilengkapi dengan misil dan rocket launcher. 15
Selain itu Cina juga memperbarui armada pesawat tempurnya, diantaranya adalah
pesawat jet fighter J-15, J-16, J-20 dan J-31 yang dilengkapi dengan misil udara jarak dekat
dan jarak jauh. Kemudian Cina juga terus melakukan pengembangan uji coba rudal balistik,

12 “China Lands First Jet On Its Aircraft Carrier,” http://www.huffingtonpost.com/2012/11/25/ChinaJet-Aircraft-Carrier_N_2187767.html. Diakses pada 29 Juni 2015, pukul 22:40.
13 “China Military Strength”, http://www.globalfirepower.com/Country-Military-Strength-Detail.Asp?
Country_Id=China. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 22:41.
14
“New
Ships
Give
China's
Navy
A
Stronger
Punch,”
http://www.japantimes.co.jp/text/eo20120912mr.html. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 22:42.
15 “China Lands J-15 Jet On Liaoning Aircraft Carrier,” http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-china20483716. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 22:43.


5 | Page

yang terbaru adalah rudal balistik Dongfeng-41 yang memiliki daya jangkau sejauh 14,000
km yang kemungkinan dilengkapi dengan nuclear warheads.16
Kebangkitan Cina baik dalam segi ekonomi maupun militer tidak lepas dari peran
Deng Xiaoping yang melakukan lompatan jauh kedepan, yang merupakan hasil pemikiran
Mao Tse Tung, atau disebut juga kebijakan pintu terbuka (open door policy), yang
menggerakkan modernisasi di Cina lewat empat sektor yang menjadi fokus utamanya, yaitu
pada bidang pertanian, industri dan teknologi, pendidikan, serta pertahanan. Khusus untuk
bidang pertahanan, Cina mengalokasikan dana yang sangat besar demi membangun armada
militer yang kuat.17
A. 3. Hubungan Cina dan Afrika.
Setiap negara memiliki kedaulatannya sendiri yang idealnya tidak dapat diganggu
gugat. Namun demikian, kekuatan eksternal bukan berarti menjadi tidak penting dalam
melihat kondisi tertentu dalam suatu negara. Di Afrika, kekuatan-kekuatan politik eksternal
menjadi begitu signifikan dalam mempengaruhi kondisi politik dalam negeri dalam suatu
negara.
Thomson memberikan penjelasan dalam melihat kekuatan eksternal di Afrika. Dalam
bukunya,18 tersirat ada 2 kekuatan eksternal yang cukup signifikan dalam mempengaruhi
dinamika politik dalam suatu negara di kawasan Afrika: pertama, berasal dari negara-negara

tetangga di Afrika itu sendiri, baik dalam tataran institusi multilateral seperti OAU, AU, dan
lain-lain, maupun bilateral; kedua, pengaruh yang berasal dari luar kawasan Afrika, baik itu
bersifat institusi multilateral maupun pengaruh dari negara-negara besar seperti AS, Inggris
dan Prancis sebagai mantan kolonial di kawasan serta Cina sebagai kekuatan baru dalam
kawasan. Akan tetapi, penulis akan lebih memfokuskan dalam pembahasan kekuatan
eksternal yaitu Cina.
Hubungan perdagangan antara Cina dan benua Afrika cukup besar. Cina melakukan
transaksi Impor untuk komoditi-komoditi tertentu seperti Minyak Mentah, Emas, Platinum,
Alumunium, Tembaga, Biji Besi, Berlian, Katun, Kayu Gelondongan, Pulp, Udang dan

16 “China Test Fires New Ballistic Missile,” http://articles.timesofindia.indiatimes.com/2012-0828/china/33449060_1_test-fires-ballistic-missile-agni-v. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 22:46.
17 Dahlan Nasution, “Politik Internasional: Konsep dan Teori,” Erlangga, Jakarta, 1991, hal. 33.
18 Alex Thomson, “An Introduction to African Politics Second Edition,” Routledge, London, 2004, hal
149-173.

6 | Page

Makanan Laut, Tembakau dan Minyak Organik.19 Untuk Minyak Mentah, Cina
mengandalkan sekali produksi minyak bumi dari Afrika. Menurut data statistik, sepanjang
Januari hingga Oktober 2004, perdagangan diantara Asia dan Afrika mencapai lebih dari US$

23,12 juta. Dimana masing-masing nilai ekspor dan impornya adalah senilai US$ 10,98 juta,
serta US$ 12,14 juta.
Guna memacu hubungan ekonomi tersebut untuk kondisi yang lebih baik, pemerintah
Cina mengeluarkan 2 kebijakan yaitu: a) Program for Sino-Africa Cooperation in Economic
and Social Development dan b) Plan of Addis Ababa Action yang dikeluarkan oleh
kementrian perdagangan pada Januari hingga Oktober 2004.20 Guna mendukung
perkembangan ini, Cina telah menyiapkan pendirian ‘Free Trade Areas’ (FTA) dengan
negara-negara di kawasan ini.21
Cina sangat gencar mempererat hubungan dengan negara-negara Afrika pada
beberapa tahun terakhir. Hal ini dilakukan Cina untuk dapat mewujudkan kepentingannya,
dan Salah satu kepentingan Cina ialah untuk mendapatkan pasokan minyak demi memenuhi
kebutuhan negaranya yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Diplomasi energi Cina
dijalankan dengan tiga cara utama yakni kerjasama, investasi, dan bantuan. Semua usaha
diplomasi Cina ini diawali dan berjalan dengan cukup lancar melalui bantuan pinjaman pada
tahun 2004, meskipun sebenarnya pada tahun 2002 Cina sudah memulai bantuannya.22
Untuk bisa memenuhi kebutuhan yang sangat besar tersebut, para pengambil
keputusan di Cina sepakat kalau negaranya harus secara agresif terlibat dalam pasar minyak
dunia. Cina pun mulai mengikuti mekanisme pasar internasional yang berlaku dan tidak
memiliki pilihan mengikuti praktek kompetisi global untuk produk-produk energi.
Permintaan untuk minyak yang terus meningkat tersebut yang kemudian mendorong ekspansi
berbagai kegiatannya di Afrika.

19 “Patterns of Africa-Asia Trade and Invesment: Potential for Ownership and Partnership,” The World
Bank Study on Africa-Asia Trade and Invesment Relations,
2004, hal. 29, http://wwwwds.worldbank.org/external/default/WDSContentServer/WDSP/IB/2005/09/29/000090341_20050929143903/R
endered/PDF/336660v10ENGLI1terns0overviewticad3.pdf. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 22:52.
20 Rakhsa Maharaj, “Asian Business Briefing, Emerging Markets Focus Internet Portal Asia Business
Briefings,”
2004,
hal.
7.http://english.mofcom.gov.cn/aarticle/statistic/foreigntradecooperation/20040700249030.htm. Diakses pada
tanggal 29 Juni 2015, pukul 2015.
21 Ibid.
22
Ahmad
Tegar,
Diplomasi
Energi
Cina
Terhadap
Angola,
http://repository.upnyk.ac.id/Tegar_151070158.pdf. Diakses pada tanggal 22 Juni 2015, pukul 23:09.

7 | Page

Lebih dari 30% impor minyak mentah Cina dalam beberapa tahun terakhir ini
didatangkan dari Afrika. Angola mulai tahun 2006 melampaui Arab Saudi sebagai sumber
impor minyak utama Cina, menyumbang sekitar setengah dari impor Cina dari benua tersebut.
Sedangkan Sudan juga menjadi mitra minyak utama dengan memasok 7% kebutuhan Cina. 23 Cina
yang merupakan negara dengan pertumbuhan industrinya sangat pesat dan memiliki jumlah
penduduk terbesar didunia menjadi konsumen energi kedua terbesar dengan konsumsi sebesar
setara 1.386,2 juta ton minyak atau sekitar13,6% dari total energi dunia. 24 Hal ini menunjukkan
bahwa Cina memiliki ketergantungan minyak yang sangat tinggi untuk mencukupi kebutuhan
serta kelancaran produksi industrinya.
B. Tujuan Penelitian.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari
peningkatan kapabilitas militer Cina terhadap kawasan Afrika, khususnya dalam bidang militer
negara-negara di kawasan tersebut. Konsistensi peningkatan kapabilitas militer Cina setiap
tahunnya, menunjukkan bahwa Cina memiliki ambisi yang sangat besar dalam membangun salah
satu kekuatan militer terkuat di dunia.
C. Pertanyaan Penelitian.
A. Bagaimana pengaruh peningkatan kapabilitas militer Cina terhadap kawasan Afrika?
D. Kerangka Teori.

D. 1. Realisme.
Dalam menganalisis penelitian ini penulis mencoba mengkaji permasalahan dengan
pisau analisa realis yang dalam hal ini menekankan pada “realisme Offensif” John
Mearsheimer. Dalam hal ini sistem internasional dilihat dalam bentuk yang anarki, yaitu tidak
adanya otoritas tertinggi yang mampu untuk menerapkan aturan-aturan dan menghukum
negara-negara agresor.
Ketidakjelasan dari intensi politik diantara berbagai negara dan kemungkinan adanya
tindakan militer ofensif, membuat negara-negara curiga dan takut antara satu dengan lainnya
dan kemudian memunculkan mekanisme self-help yang akan menjamin keamanan mereka
23 “Impor Minyak Mentah China Naik 10,8 %,” http://www.antaranews.com/berita/63036/imporminyak-mentah-cina-naik-108-. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 23:01.
24
“Geser
AS,
China
Jadi
Negara
Importir
Minyak
Terbesar
di
Dunia,”
http://bisnis.liputan6.com/read/2230484/geser-as-china-jadi-negara-importir-minyak-terbesar-di-dunia. Diakses
pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 23:04.

8 | Page

masing-masing. Untuk merespon rasa takut akan adanya agresi dari negara lain kemudian
negara mencari cara untuk meningkatkan kapasitas power yang mereka miliki, terutama
kapabilitas militer.
Mearsheimer berpendapat, “Setiap negara mencari peluang untuk menyeimbangkan
kekuatan dengan negara lainnya dengan cara meningkatkan anggaran belanja militer seperti
yang dilakukan negara rivalnya”

25

. Mearsheimer juga mengatakan, “semakin besar

keunggulan militer yang dimiliki suatu negara terhadap lainnya, maka dia akan semakin
aman”. Negara meningkatkan kapasitas militernya untuk mengurangi ancaman dari negara
lain pada sebuah sistem yang hegemonik, dimana menjadi satu-satunya negara great powers
sebagai tujuan puncaknya.26
Tidak hanya itu, penulis juga menambahkan konsep “balance of power”
diformulasikan kembali oleh Stephen M. Walt. Dalam teori ini, Walt menunjukkan bahwa
negara melakukan upaya balancing maupun bandwagoning adalah respon terhadap adanya
ancaman dari negara lainnya, yang pada akhirnya diperlukan beberapa kriteria atau situasi
dimana suatu negara bisa mengkonsiderasi negara lain sebagai ancaman.
Jika suatu negara merasakan besarnya kekuatan melalui kapabilitas suatu negara
secara kuantitatif, misalnya suatu negara yang dianggap sebagai ancaman adalah negara yang
memiliki populasi penduduk yang besar, kekuatan ekonomi yang stabil, ataupun kapabilitas
militer yang semakin meningkat. Selain itu, kedekatan jarak geografis suatu negara juga bisa
menjadi indikator adanya sumber ancaman terhadap negara lainnya dalam satu wilayah
berdekatan.
sehingga negara menganggap ancaman terbesarnya adalah negara yang berdekatan
secara geografis dengan negaranya27 Kemudian Waltz memberikan empat kriteria sumber
ancaman yang dapat dilihat dari suatu negara yang menentukan kebijakan balancing atau
bandwagoning suatu negara, yaitu:
i) Aggregate Power : Negara yang memiliki sekumpulan kekuatan seperti kekuatan
ekonomi dan perdagangan, kemajuan teknologi dan industri, kepadatan populasi,

25 John J. Mearsheimer, “China’s Unpeaceful Rise,” Current History, 2006, hal. 161.
26 John J. Mearsheimer, “The Tragedy Of Great Power Politics,” W.W. Norton, New York, 2001, hal.
21.
27 Stephen M. Walt, “Alliance of Formation and the Balance of World Power,” International Security
Journal, Vol. 9, No. 4, 1985, hal. 9.

9 | Page

dan kekuatan militer, adalah negara yang sebagian besar menunjukkan ancaman
terhadap negara lainnya dengan menggunakan kapabilitas tersebut28.
ii) Proximate Power : Dimana wilayah atau jarak jauh dan dekatnya suatu negara
dengan negara lain ternyata mampu menentukan ancaman. Negara lain yang
berjarak lebih dekat dengan suatu negara memiliki potensi yang lebih besar untuk
memberikan ancaman dibandingkan mereka yang berjarak lebih jauh dari negara
tersebut.29
iii) Offensive Power : Berkaitan dengan kriteria atau sumber ancaman dilihat
dariaggregate power, secara lebih spesifik Walt menunjukkan bahwa negara yang
memiliki kapabilitas tools atau perangkat yang bersifat ofensif seperti angkatan
militer dan perlengkapan persenjetaan, akan memiliki kemungkinan untuk
memicu ketegangan antar negara maupun aliansi.30
iv) Offensive Intentions : Offensive power yang dimiliki negara akan menimbulkan
hasrat suatu negara untuk menyerang negara lain. Seperti yang telah disebutkan
pada poin sebelumnya, bahwa kekuatan atau kabalitas perangkat ofensif adalah
modal untuk memberikan ancaman. Oleh karena itu, hasilnya adalah sikap negara
menjadi lebih agresif dan mengesampingkan international order.
Sehingga terindikasi berupaya memberikan ancaman dan menganggu keamanan
nasional negara lainnya.31 Hal ini didasari pula oleh adanya rasa atau niat untuk
mencapai kepentingan suatu negara dan agresivitas menjadi langkah untuk
memberikan kemunduran kekuatan negara lain. Pada akhirnya, melalui sikap ini,
terdapat banyak negara yang dicontohkan oleh Walt yang mengambil kebijakan
balancing terhadap negara-negara yang bersifat ofensif ini.
D. 2. Kepentingan Nasional.
Kepentingan nasional adalah segala-galanya bagi kaum realis, dan negara akan
bertindak sesuai dengan kepentingan nasionalnya dalam struktur internasional. Kepentingan
Nasional (National Interest) adalah tujuan-tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan
kebutuhan bangsa atau negara atau sehubungan dengan hal yang dicita-citakan. Dalam hal
28 Ibid.
29 Ibid., hal 10.
30 Ibid., hal 11.
31 Ibid., hal 12.

10 | P a g e

ini kepentingan nasional yang relatif sama diantara semua Negara-Bangsa adalah persoalan
keamanan (Security) dan kesejahteraan (Prosperity). Keamanan sendiri mencakup
kelangsungan hidup rakyatnya dan kebutuhan wilayah.
D. 3. Kebijakan Luar Negeri.
Menurut James N Rosenau, kebijakan luar negeri digunakan untuk menganalisa dan
mengevakuasi kekuatan-kekuatan internal dan eksternal yang mempengaruhi kebijakan luar
negeri suatu negara terhadap negara lain.32 Sedangkan menurut K. J. Holsti, kebijakan luar
negeri adalah tindakan atau gagasan yang dirancang oleh pembuat kebijakan untuk
memecahkan masalah atau mempromosikan suatu perubahan dalam lingkungan, yaitu dalam
kebijakan sikap atau tindakan dari negara lain.33
Oleh karena itu dalam memahami bagaimana suatu negara dapat mengambil suatu
kebijakan luar negeri yang tepat, maka Holsti memunculkan 2 variabel yang dapat
mempengaruhi suatu kebijakan luar negeri sebuah negara yaitu faktor eksternal dan internal.34
Dalam faktor eksternal terdapat enam poin utama yaitu, sistem struktur (latitude of choice),
karakteristik atau struktur ekonomi dunia, tujuan dan aksi dari negara lain, masalah global
dan regional sektor privat, dan hukum internasional dan opini dunia. Sedangkan pada faktor
internal terdapat tujuh poin utama yaitu, ekonomi sosial atau kebutuhan kemananan,
karakteristik geografi dan topografi, atribut Nasional, struktur pemerintahan dan filosofi,
opini publik, birokrasi, dan pertimbangan etik.
E. Analisis
E. 1. Militer Cina di Afrika.
Dalam sejarahnya, Cina telah memiliki hubungan dengan Afrika sejak masa perang
dingin. Sejak pertama, Cina membangun hubungan kerjasamanya dengan cara mendukung
gerakan-gerakan kemerdekaan di Afrika.35 Cina menggembar-gemborkan dukungannya
secara gamblang pada seluruh negara-negara di Afrika untuk melepaskan diri dari
kolonialisme Barat yang telah membelenggu mereka sejak lama.
32 James N Rosenau, Gavin Boyd, Kenneth W. Thompson, “World Politics : An Introduction,” The Free
Press, New York, 1976, hal. 27.
33 K.J. Holsti, “International Politics: a Frameworks for Analisys”, Sixth Edition, Prentice Hall, New
Jersey, 1992, hal. 8.
34 Ibid, hal. 269-306.
35 Jean Christophe, “China’s Trade Safari in Africa,” http://mondediplo.com/2005/05/11chinafrica.
Diakses pada tanggal 30 Juni 2015, pukul 03:25.

11 | P a g e

Hal ini ditunjukkan Cina dengan cara mengirimkan pasukan-pasukan militernya untuk
melatih para pejuang di negara-negara Afrika. Selain itu, ada juga yang diberangkatkan ke
Cina untuk mendapatkan pelatihan militer di sana. Cina juga membantu memasok seluruh
persenjataan bagi para pejuang kemerdekaan di Afrika.36 Hal ini menunjukkan bahwa sejak
masa perang dingin, tepatnya persaingan antara AS dan Soviet, Cina telah memiliki
kepentingan yang sangat besar terhadap kawasan ini, terlepas apakah kepentingan tersebut
sebagai bentuk solidaritas antara negara selatan-selatan, atau ada kepentingan yang lebih
besar di balik dukungan tersebut.
Seperti yang ditunjukkan oleh fakta-fakta di atas, sejak pertama, Cina membangun
hubungannya dengan negara-negara di Afrika melalui hubungan kemiliteran. Pada umumnya,
awal mula hubungan kerjasama yang dibangun oleh negara-negara di dunia berawal dari
adanya kepentingan ekonomi di masing-masing pihak untuk mendapatkan insentif yang
menguntungkan bagi kepentingan nasionalnya.
Namun, mengingat pada masa itu, negara-negara di dunia mulai banyak yang
melepaskan diri dari penjajahan para kolonialismenya, secara tidak langsung mereka
membutuhkan baik itu dukungan berupa solidaritas antara negara-negara yang mengalami
nasib serupa, serta dukungan baik itu berupa pelatihan ataupun bantuan dalam mencukupi
segala keperluan perang dalam melepaskan diri dari penjajahan. Maka, tidak heran jika pada
masa itu Cina membangun hubungan kerjasamanya dengan negara-negara di Afrika melalui
kerjasama militer.
Jadi, keberhasilan negara-negara di Afrika dalam meraih kemerdekaannya tidak
terlepas dari peran Cina yang telah mendukung, baik itu dari segi fisik berupa bantuan
militer, maupun non-fisik, yaitu dukungan sebagai rasa solidaritas sesama negara selatanselatan. Tentunya dukungan Cina terhadap negara-negara di Afrika pada masa perang dingin
dapat dianggap sebagai dukungan yang sangat berharga.
Hal ini dikarenakan penjajahan yang dilakukan oleh negara-negara Barat telah
berlangsung lama dan dukungan baik fisik maupun non-fisik sangat diperlukan oleh negaranegara di Afrika saat itu. Dukungan militer Cina pada masa perang dingin secara tidak
langsung telah memberikan keuntungan yang sangat besar bagi Cina di masa mendatang.
Karena, Cina memulai hubungannya dengan negara-negara di Afrika melalui rasa solidaritas
sesama negara-negara selatan, di mana Cina tidak hanya mendukung baik dari segi fisik saja,
36 Ibid.

12 | P a g e

akan tetapi non fisik pun diberikan. Hal ini bisa menjadi investasi jangka panjang Cina yang
sangat menguntungkan, jika Cina memang memiliki kepentingan yang sangat besar terhadap
negara-negara di kawasan ini.
E. 2. Militer Cina di Afrika Pasca Kolonialisme.
Pasca kolonialisme, negara-negara Afrika secara otomatis tidak langsung terlepas dari
berbagai permasalahan. Hal ini dapat dilihat dari gejolak dalam negeri di negara-negara
tersebut. Dapat kita lihat bahwa banyak sekali masalah yang muncul pasca negara-negara
Afrika terbebas dari belenggu kolonialisme Barat. Salah satu permasalahan itu adalah,
banyaknya kelompok-kelompok separatis yang memiliki pandangan politik berseberangan
dengan pemerintah di negara-negara kawasan tersebut.
Dalam hal ini, Cina membantu negara-negara tersebut dengan cara mengirimkan
pasukannya ke negara-negara yang mengalami instabilitas keamanan dalam negeri di bawah
pimpinan PBB.37 Terlepas dari apapun kepentingan Cina terhadap kawasan, sekali lagi dapat
kita lihat bahwa Cina tidak segan-segan untuk menurunkan militernya secara langsung ke
negara-negara Afrika untuk memantau situasi dan kondisi di negara-negara tersebut.
Perlu diketahui bahwa, pada saat inilah awal mula Cina mulai bergabung dengan
pasukan perdamaian di bawah naungan PBB. Sejak saat itu, Cina mulai aktif mengirimkan
pasukannya ke Afrika sebagai pasukan perdamaian, dan menjadi penyumbang terbesar
pasukan perdamaian di kawasan tersebut.38 Perlu diketahui bahwa hal ini hanya dilakukan
Cina terhadap kawasan Afrika, dan untuk kawasan lainnya cina tidak melakukan demikian.
Dapat kita pahami dari fakta-fakta di atas bahwa Cina memiliki kepentingan yang
sangat besar terhadap kawasan Afrika. Jika memang kepentingan Cina hanya sebatas untuk
mengamankan jalur perdagangan dari Afrika ke Cina, maka, cukuplah Cina menurunkan
tentaranya menjaga jalur-jalur dari distribusi perdagangan, serta menjalin kerjasama
keamanan dengan negara-negara yang menjadi tuan rumah dari investasi-investasi Cina di
Afrika. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa Cina tidak hanya membangun hubungan dengan
negara-negara yang menjadi tuan rumah dari investasi Cina. Negara-negara yang tidak

37 John W. Walker, “China, US, and Africa: Competition or
www.stinet.dtic.mil/cgibin/GetTRDocAD=ADA481365&Location=U2&doc=GetTRDoc.pdf.
tanggal 30 Juni 2015, pukul 03:54.
38 Ibid.

Cooperation,”
Diakses pada

13 | P a g e

penting pun menjadi sasaran Cina untuk menjalin hubungan dengan negara tersebut seperti,
Seychelles.39
E. 3. Rencana Pembangunan Pangkalan Militer Cina di Afrika.
Memasuki tahun 2014, Cina memiliki ambisi yang sangat besar dalam membangun
pangkalan militer pertamanya di luar Cina. Afrika menjadi destinasi utama Cina untuk
mewujudkan hal tersebut. Ambisi Cina yang sangat besar dalam membangun pangkalan
militer luar negerinya disambut positif oleh beberapa negara Afrika. Sambutan tersebut tidak
terlepas dari intensitas hubungan antara Cina dan beberapa negara Afrika yang telah menjalin
hubungan kerjasama yang sangat mesra.
Salah satu negara yang menjadi mitra utama Cina dalam mewujudkan ambisinya
tersebut adalah Zimbabwe. Robert Mugabe, selaku presiden, secara gamblang menyatakan
bahwa Zimbabwe membuka pintu selebar-lebarnya bagi Cina untuk membangun pangkalan
militer di negara tersebut.40 Tawaran Mugabe terhadap Cina untuk membangun pangkalan
militer di negara tersebut tidak terlepas dari kemesraan hubungan yang telah dijalin oleh
keduanya. Embargo ekonomi yang dilakukan oleh Barat semakin menegaskan posisi
Zimbabwe, bahwa negara ini tidak memiliki alternatif lain selain membangun hubungan yang
intensif dengan Cina.41
Selain Zimbabwe, Namibia juga menawarkan hal yang serupa terhadap Cina. Lokasi
lain yang menjadi tujuan Cina dalam membangun pangkalan militer di luar negaranya yaitu,
Kenya, Tanzania, Mozambique, Seychelles, Madagascar, Nigeria, dan Angola.42 Dapat kita
lihat dari fakta-fakta di atas bahwa Cina memiliki ambisi yang sangat besar dalam
mewujudkan pangkalan militer pertamanya di luar Cina.
Perlu diketahui, baru-baru ini presiden Djibouti membuka pintu selebar-lebarnya bagi
Cina, jika Cina ingin membangun pangkalan militernya di Djibouti. Seperti yang telah kita
ketahui, Djibouti merupakan salah satu negara Afrika yang memiliki lokasi strategis di
39 “Vice President Consolidates Special Relationship Between Seychelles and China on Visit to China,”
http://www.mfa.gov.sc/static.php?content_id=36&news_id=1009. Diakses pada tanggal 30 Juni 2015, pukul
04:15.
40 “China Building Military Base in Zimbabwe,” http://www.newsdzezimbabwe.co.uk/2015/06/chinabuilding-military-base-in-zim.html. Diakses pada tanggal 30 Juni 2015, pukul 04:54.
41
“The
Truth
About
United
States
Policy
Towards
Zimbabwe,”
http://harare.usembassy.gov/policy_explain.html. Diakses pada tanggal 30 Juni 2015, pukul 05:03.
42 “China Mulls Building Naval Base in Namibia, Namibian Times Says,”
http://www.bloomberg.com/news/articles/2014-11-27/china-mulls-building-naval-base-in-namibia-namibiantimes-says. Diakses pada tanggal 30 Juni 2015, pukul 05:47.

14 | P a g e

kawasan tersebut. Yakni, berdekatan dengan Bab El-Mandab, yang menjadi salah satu jalur
lalu lintas pelayaran internasional tersibuk di dunia.43 Tentunya, jika Cina berniat membangun
pangkalan militer di negara tersebut, secara tidak langsung akan memperkuat power dan
influence-nya di sekitar kawasan Bab El-Mandab.
E. 4. Masa Depan Militer Cina dan Implikasinya Terhadap Afrika.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa dibalik peningkatan kapabilitas militer Cina
terdapat tujuan dan ambisi yang sangat besar untuk menjadi salah satu kekuatan militer dunia.
Bukan tidak mungkin jika nantinya Cina dapat mengungguli AS dalam bidang militer seperti
keberhasilan Cina dalam mengungguli AS di bidang ekonomi. Hal inilah yang sangat ditakuti
AS dan menjadi perhatian utama AS untuk menangkal kemungkinan-kemungkinan tersebut.
Sekilas, jika kita melihat peta dunia, ketika kita mengarahkan mata kita ke benua
Afrika, yang akan terlintas di benak kita mungkin adalah kelaparan di mana-mana,
kemiskinan, konflik, wabah penyakit menular, dan kesan-kesan negatif lainnya. Akan tetapi,
tidakkah kita berpikir bahwa di balik semua kesan negatif tersebut tersimpan hal-hal yang
sangat potensial di dalamnya, baik itu sumber daya alamnya yang sangat melimpah, maupun
lokasinya yang sangat strategis.
Akan tetapi, di sini penulis lebih memfokuskan pandangannya terhadap kestrategisan
lokasi yang dimiliki oleh benua Afrika itu sendiri. Benua Afrika terletak persis di tengahtengah benua lainnya, di sebelah barat berbatasan dengan benua Amerika, di sebelah Timur
berbatasan dengan Asia, dan di sebelah Utara berbatasan dengan benua Eropa (Disini penulis
lebih memfokuskan pada batas daratan daripada batas lautan). Dapat kita pahami dari sini
bahwa secara tidak langsung, Afrika menawarkan hal yang sangat strategis bagi kepentingan
militer Cina, yakni berupa lokasi atau wilayah.
Dengan konsistensi peningkatan belanja militer yang naik cukup signifikan tiap
tahunnya, penulis melihat bahwa ada upaya dari Cina untuk membangun sebuah kekuatan
militer yang dapat mendukung Cina dalam mewujudkan ambisinya sebagai superpower.
Penulis melihat bahwa Cina ingin menjadikan Afrika sebagai pondasi atau landasan dalam
mewujudkan hal tersebut. Bukan tidak mungkin nantinya di masa depan negara-negara Afrika
akan menjalin aliansi pertahanan dengan Cina, dilihat dari semakin intensifnya hubungan
kerjasama militer negara-negara di Afrika dengan Cina.
43 “A Naval Base on The Horn of Africa for China?” http://thediplomat.com/2015/05/a-naval-base-onthe-horn-of-africa-for-china/. Diakses pada tanggal 30 Juni 2015, pukul 05:59.

15 | P a g e

Jika hal ini benar terwujud, secara tidak langsung akan meningkatkan posisi Cina
dalam sistem internasional yang dapat meruntuhkan hegemoni AS yang telah berlangsung
lama. Afrika akan menjadi lokasi yang sangat strategis bagi penempatan militer Cina serta
hulu ledak nuklir yang fleksibel dapat mengarah kemanapun dan dapat benteng dalam
menghalau hulu ledak nuklir dari AS ataupun Eropa yang mengarah ke Cina, jika memang
nantinya akan terjadi perang nuklir.
F. Kesimpulan.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, dengan peningkatan kapabilitas militer Cina
yang didukung oleh kenaikan anggaran belanja militer menunjukkan bahwa Cina ingin
menjadi kekuatan baru secara militer di sistem internasional. Sebenarnya hal ini secara tidak
langsung telah terwujud dengan adanya reaksi ataupun respon yang ditunjukkan oleh negaranegara yang merasa terancam dengan peningkatan kapabilitas militer Cina setiap tahunnya.
Setidaknya terdapat kolerasi antara peningkatan ekonomi dengan peningkatan
kapabilitas militer suatu negara. Cina mengklaim bahwa peningkatan kapabilitas militer Cina
adalah untuk mengamankan kepentingan ekonominya yang tersebar luas di berbagai penjuru
dunia. Kita dapat mengamini hal tersebut, dan pastinya semua negara akan melakukan hal
tersebut jika mereka berada di posisi yang sama dengan Cina.
Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa pola-pola manuver ekonomi, politik, dan
militer Cina di Afrika menunjukkan bahwa Cina memiliki ambisi yang sangat besar untuk
mengambil alih power dan influence Barat di kawasan tersebut dan menjadikannya pondasi
dalam membentuk power dan influence yang lebih besar terhadap sistem internasional secara
keseluruhan.
Ketika banyak negara-negara di dunia skeptis dan pesimis dalam memandang prospek
kawasan Afrika di masa depan, Cina berpikir sebaliknya. Di balik skeptisme dan pesimisme
tersebut terdapat potensi-potensi yang sangat besar jika dimaksimalkan semaksimal mungkin.
Perbedaan pandangan Cina terhadap kawasan Afrika ini memberikan keuntungan yang sangat
besar jika memang Cina dapat mencapai kepentingannya terhadap kawasan tersebut melalui
agresifitas manuver-manuvernya.
Daftar pustaka
Buku dan Jurnal:
16 | P a g e

Holsti K.J., “International Politics: a Frameworks for Analisys”, Sixth Edition, Prentice
Hall, New Jersey, 1992.
J. Mearsheimer John, “The Tragedy Of Great Power Politics,” W.W. Norton, New York,
2001.
N. Rosenau James, Boyd Gavin, W. Thompson Kenneth, “World Politics : An Introduction,”
The Free Press, New York, 1976.
Nasution Dahlan, “Politik Internasional: Konsep dan Teori,” Erlangga, Jakarta, 1991.
M. Walt Stephen, “Alliance of Formation and the Balance of World Power,” International
Security Journal, Vol. 9, No. 4, 1985.
Thomson Alex, “An Introduction to African Politics Second Edition,” Routledge, London,
2004.
Internet:
Christophe

Jean,

“China’s

Trade

Safari

in

Africa,”

http://mondediplo.com/2005/05/11chinafrica. Diakses pada tanggal 30 Juni 2015,
pukul 03:25.
G.

Cooke

Jennifer,

“China’s

Soft

Powerin

Africa”,

http://csis.org/files/media/csis/pubs/090310_chinesesoftpower__chap3.pdf.

Diakses

pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 22:25.
J. Mearsheimer John, ‘China’s Unpeaceful Rise’, Current History, April 2006, Hal 160.
http://mearsheimer.uchicago.edu/pdfs/A0051.pdf. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015,
pukul 22:32.
Maharaj Rakhsa, “Asian Business Briefing, Emerging Markets Focus Internet Portal Asia
Business

Briefings,”

2004,

hal.

7.

http://english.mofcom.gov.cn/aarticle/statistic/foreigntradecooperation/200407002490
30.htm. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 2015.
Setiyadi Mas Wigrantoro Roes, “Di Balik Sukses Ekonomi China dan India,”
http://www.insteps.or.id/File/media/Rahasia%20Sukses%20Ekonomi%20China
%20dan%20India.pdf. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 22:22.
17 | P a g e

Tegar

Ahmad,

Diplomasi

Energi

Cina

Terhadap

Angola,

http://repository.upnyk.ac.id/Tegar_151070158.pdf. Diakses pada tanggal 22 Juni
2015, pukul 23:09.
W.

Walker

John,

“China,

US,

and

Africa:

Competition

or

Cooperation,”

www.stinet.dtic.mil/cgibin/GetTRDocAD=ADA481365&Location=U2&doc=GetTR
Doc.pdf. Diakses pada tanggal 30 Juni 2015, pukul 03:54.
“A Naval Base on The Horn of Africa for China?” http://thediplomat.com/2015/05/a-navalbase-on-the-horn-of-africa-for-china/. Diakses pada tanggal 30 Juni 2015, pukul
05:59.
“China

Building

Military

Base

in

Zimbabwe,”

http://www.newsdzezimbabwe.co.uk/2015/06/china-building-military-base-inzim.html. Diakses pada tanggal 30 Juni 2015, pukul 04:54.
“China

Lands

First

Jet

On

Its

Aircraft

Carrier,”

http://www.huffingtonpost.com/2012/11/25/China-Jet-AircraftCarrier_N_2187767.html. Diakses pada 29 Juni 2015, pukul 22:40.
“China Lands J-15 Jet On Liaoning Aircraft Carrier,” http://www.bbc.co.uk/news/worldasia-china-20483716. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 22:43.
“China

Military

Rise

:

The

Dragon’s

New

Teeth,”

http://www.economist.com/Node/21552193. Diakses pada 29 Juni 2015, pukul 22:39.
“China

Military

Strength”,

http://www.globalfirepower.com/Country-Military-Strength-

Detail.Asp?Country_Id=China. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 22:41.
“China

Mulls

Building

Naval

Base

in

Namibia,

Namibian

Times

Says,”

http://www.bloomberg.com/news/articles/2014-11-27/china-mulls-building-navalbase-in-namibia-namibian-times-says. Diakses pada tanggal 30 Juni 2015, pukul
05:47.
“China Test Fires New Ballistic Missile,” http://articles.timesofindia.indiatimes.com/2012-0828/china/33449060_1_test-fires-ballistic-missile-agni-v. Diakses pada tanggal 29 Juni
2015, pukul 22:46.

18 | P a g e

“China’s Defense Budget,” http://www.globalsecurity.org/military/world/china/budget.htm.
Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 22:37.
“Geser

AS,

China

Jadi

Negara

Importir

Minyak

Terbesar

di

Dunia,”

http://bisnis.liputan6.com/read/2230484/geser-as-china-jadi-negara-importir-minyakterbesar-di-dunia. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 23:04.
“Impor

Minyak

Mentah

China

Naik

10,8

%,”

http://www.antaranews.com/berita/63036/impor-minyak-mentah-cina-naik-108-.
Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 23:01.
“New

Ships

Give

China's

Navy

A

Stronger

Punch,”

http://www.japantimes.co.jp/text/eo20120912mr.html. Diakses pada tanggal 29 Juni
2015, pukul 22:42.
“Patterns of Africa-Asia Trade and Invesment: Potential for Ownership and Partnership,”
The World Bank Study on Africa-Asia Trade and Invesment Relations, 2004, hal. 29,
http://wwwwds.worldbank.org/external/default/WDSContentServer/WDSP/IB/2005/09/29/00009
0341_20050929143903/Rendered/PDF/336660v10ENGLI1terns0overviewticad3.pdf.
Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 22:52.
“The

Truth

About

United

States

Policy

Towards

Zimbabwe,”

http://harare.usembassy.gov/policy_explain.html. Diakses pada tanggal 30 Juni 2015,
pukul 05:03.
“Vice President Consolidates Special Relationship Between Seychelles and China on Visit to
China,” http://www.mfa.gov.sc/static.php?content_id=36&news_id=1009. Diakses
pada tanggal 30 Juni 2015, pukul 04:15.
“Why is South Africa Included in the BRICS?,” http://www.economist.com/blogs/economistexplains/2013/03/economist-explains-why-south-africa-brics. Diakses pada tanggal
29 Juni 2015, pukul 22:29.

19 | P a g e

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18

The Correlation between students vocabulary master and reading comprehension

16 145 49

Improping student's reading comprehension of descriptive text through textual teaching and learning (CTL)

8 140 133

The correlation between listening skill and pronunciation accuracy : a case study in the firt year of smk vocation higt school pupita bangsa ciputat school year 2005-2006

9 128 37

Transmission of Greek and Arabic Veteri

0 1 22

UPAYA PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS IV (EMPAT) SDN 3 TEGALSARI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

23 110 52

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62