Pengaruh Perubahan Sifat Transport Refri
Pengaruh Perubahan Sifat Transport Refrigeran akibat Perubahan
Suhu Ruangan terhadap Kapasitas Pendinginan Mesin Pendingin
Portable Propane
Jeri Tangalajuk Siang
Teknik Mesin; Fakultas Teknik
Universitas Atmajaya Makassar, Jl. Tanjung Alang No. 23 Makassar 90134
Telp. (0411) 871038, Fax (0411) 870294
[email protected]
refrigeran
Abstrak
Keberadaan mesin pendingin ruangan yang ramah
lingkungan sekarang ini sudah mulai dipertimbangkan.
tersebut
masih
mempunyai
potensi
pemanasan global yang tinggi (Global Warming
Potential). Oleh karena sifatnya yang tidak ramah
Masyarakat sudah sadar akan keadaan lingkungan
lingkungan,
refrigeran
yang sudah mulai rusak akibat aktivitas manusia.
dihilangkan dan tidak diproduksi lagi (UNEP, 2007).
Penggunaan bahan ramah lingkungan sudah mulai
Sehingga,
banyak digunakan. Contohnya penggunaaan refrigeran
alternatif lain yang pengaruhnya terhadap lingkungan
propan dalam bidang pengkondisian udara. Pada
dapat diabaikan atau tidak mempunyai potensi untuk
penelitian ini terlihat pengaruh konduktivitas termal
merusak lingkungan (Teng et al., 2012).
refrigeran
sintetik
tersebut
tersebut
masih
akan
dicarikan
refrigeran tidak membantu bertambahnya kapasitas
pendinginan dari sistem. Di mana pada suhu ruangan
Salah
satu
jenis
refrigeran
yang
ramah
20ΒΊC konduktivitas termal refrigeran rata β rata di
lingkungan adalah refrigeran yang terbuat dari unsur
evaporator adalah 0.05497 kW/m K hal ini berlawanan
alami. Sebagai contoh: air, karbondioksida, amoniak
dengan
dan hidrokarbon. Refrigeran ini tidak mempunyai
perubahan
perpindahan
panas
pada
evaporator. Pada suhu ruangan 35ΒΊC konduktivitas
termal justru turun menjadi 0.0503 kW/m K. Viskositas
refrigeran juga mempunyai efek berlawanan pada
efek yang merusak lingkungan. Oleh karena tidak
mempunyai efek yang merusak lingkungan, maka
penurunan tekanan pada sisi pipa kapiler.
pemakaiannya sudah banyak didapati di masyarakat.
Kata kunci: konduktivitas termal, kapasitas pendinginan,
Sebagai contoh refrigeran hidrokarbon. Refrigeran ini
viskositas
mempunyai beberapa jenis yang digunakan di
I.
Semakin
masyarakat. Sebagai contoh metane, isobutene, dan
PENDAHULUAN
sadarnya
manusia
propane. Isobutane dan propane banyak digunakan
akan
kondisi
lingkungan membuat manusia selalu mencari bahan
yang ramah lingkungan. Pada bidang refrigerasi dan
pengkondisian udara, refrigeran yang umum dipakai
adalah R22, R134a, R410A atau R407C. Akan tetapi
refrigeran ini masih mempunyai dampak negatif
terhadap lingkungan (Bolaji et al., 2013). Refrigeran-
pada bidang refrigerasi dan pendinginan udara.
Oleh karena sifatnya yang ramah lingkungan,
hidrokarbon menjadi salah satu pilihan untuk
dijadikan sebagai salah satu refrigeran alternatif.
Salah satu jenis hidrokarbon yang sudah digunakan
sebagai refrigeran pada mesin pendingin adalah
propane (CorberΓ‘n et al., 2011). Menurut penelitian
terdahulu, penggunaan, propane dapat digunakan
untuk menggantikan R 22 langsung tanpa melakukan
perubahan
pada
sistem
pendinginan
π=
ππππ βππ’π
(1)
π
πππ ππ
1
1
π
+
+
2π ππππ ππΏ
π πππ .π΄ ππ
π π’π +π π π΄ ππ’π‘
tersebut.
Secara langsung pengaruh konduktivitas termal
Apabila propane digunakan sebagai fluida pengganti
refrigeran di dalam perhitungan, dapat dilihat pada
untuk R 22 maka kapasitas pendinginan yang
persamaan koefisien perpindahan panas konveksi.
dihasilkan oleh propane lebih kecil dari R 22 tetapi
CoP propane lebih tinggi dibandingkan dengan R 22
Koefisien perpindahan panas konveksi refrigeran
diperoleh dengan rumus:
(Park et al., 2007).
Pada penelitian digunakan mesin pendingin
portabel yang sudah dirancang dengan refrigeran
ππππ =
ππ’ πππ βπ πππ
(2)
ππ
propane. Pada penelitian ini akan dianalisa pengaruh
Sedangkan
dari
diperoleh dengan persamaan:
konduktivitas
termal
refrigeran
terhadap
kenaikan kapasitas pendinginan pada mesin fluida
portable. Penelitian ini merupakan bagian kedua dari
penelitian impact of room suhue on the performance
of a portable propane air conditioner (Sharifian et al.,
ππππ =
koefisien
perpindahan
panas
ππ’ πππ βπ πππ
udara
(3)
ππ
Untuk bagian evaporator dengan sirip dipergunakan
rumus (Incropera, 1996):
2015). Di mana pada laporan pertama belum
menguraikan pengaruh konduktivitas termal terhadap
perpindahan panas pada evaporator serta pengaruh
viskositas terhadap perubahan tekanan pada pipa
kapiler.
1β
πβπ΄π
π΄π‘ β 1βπ π
(4)
Koefisien perpindahan panas udara pada sirip
evaporator adalah:
II. TINJAUAN PUSTAKA
Fokus penelitian ini adalah menganalisa pengaruh
sifat
π = πππππ β ππππ β (ππππ + ππ ) β π΄π‘ β
transport
refrigeran
terhadap
kapasitas
ππππ =
ππ’ πππ βπ πππ
(5)
π»π
pendingian. Perpindahan panas yang terjadi di
Pengaruh
evaporator adalah penyerapan panas dari udara oleh
penelitian ini. Koefisien perpindahan panas radiasi
refrigeran.
diperoleh dengan persamaan:
Pada
perhitungan
ini
digunakan
persamaan berikut untuk menghitung perpindahan
panas:
Untuk bagian evaporator yang tidak mempunyai sirip
(pada belokan pipa), laju perpindahan panas dihitung
dengan menggunakan persamaan (Incropera, 1996):
radiasi
juga
ππ = 4 ππ (πππππ 3 β ππππ 3 )
diperhitungkan
dalam
(6)
Untuk perubahan tekanan yang terjadi di dalam pipa
kapiler, dihitung dengan persamaan (Fox, 2004):
βπ = ππ β ππ
(7)
ππ =
(8)
πΏβπ πππ βπππ£π 2
2βπ π
1
π πππ
= β2.0πππ
π
ππ
3.7
+
2.51
π π πππ
(9)
π πππ
Bilangan Reynolds dihitung dengan menggunakan
persamaan:
π ππππ =
4 π πππ
(10)
π π πππ π π
Gambar 1: Instalasi Penelitian
III. METODOLOGI DAN PENGUKURAN
Penelitian ini dilakukan secara eksperimental.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Mesin pendingin diuji tanpa mengubah massa
refrigeran yang sudah ditentukan oleh pembuat mesin
Data yang direkam pada saat pengambilan data
pendingin tersebut. Suhu ruangan akan divariasikan
adalah suhue refrigeran pada sisi masuk dan keluar
mulai dari 20ΒΊC, 23ΒΊC, 26ΒΊC, 29ΒΊC, 32ΒΊC dan 35ΒΊC.
evaporator dan pipa kapiler. Tekanan sisi masuk pipa
Untuk memudahkan mengatur suhu ruangan, mesin
kapiler dan evaporator. Laju aliran massa refrigeran
pendingin ditempatkan di dalam sebuah tenda.
diukur pada sisi masuk evaporator. Sifat transport
Pengaturan suhu ruangan dengan menggunakan
refrigeran diperoleh dengan menggunakan perangkat
jendela tenda serta elemen pemanas ruangan untuk
lunak Refpro berdasarkan data tekanan dan suhu.
menaikkan suhu. Suhu diukur dengan menggunakan
Dengan mempergunakan persamaan (1) dan (4),
termokoppel tipe J dengan sensitivitas 50 ΞΌV/ΒΊC β 60
kapasitas pendinginan dapat dihitung. Pengaruh sifat
ΞΌV/ΒΊC yang dihubungkan dengan data logger
transport refrigeran terhadap kapasitas pendinginan
LabView. Laju aliran massa diukur menggunakan
dapat dilihat pada persamaan (2). Perubahan tekanan
coriolis mass flow meter dengan kesalahan linear
di
(linearity
refrigeran
persamaan (7). Pengaruh sifat transport (viskositas)
dengan
terhadap perubahan tekanan dapat dilihat pada rumus
error)
menggunakan
Β±0.1%,
transmitter
tekanan
piezoresistive
akurasi Β±1% bacaan penuh. Kecepatan angin diukur
dalam
pipa
kapiler
dihitung
berdasarkan
(10).
menggunakan anemometer tipe fan dengan akurasi
Β±3% bacaan penuh. Data yang diukur seperti suhu
Seperti yang sudah diberikan oleh Sharifian et
dan tekanan digunakan untuk memperoleh sifat-sifat
al., 2015 pada penelitian yang sama bahwa kapasitas
refrigeran seperti viskositas, konduktivitas termal dan
pendinginan akan bertambah dengan naiknya suhu
entalpi
ruangan.
dengan
menggunakan
perangkat
lunak
REFPRO. Skema dan alat ukur dapat dilihat pada
Gambar 1.
Pada sisi udara, dengan naiknya suhu ruangan,
maka konduktivitas udara juga berubah dari 2.514 Γ
10-5 kW/ m K pada 20ΒΊC menjadi 2.625 Γ 10-5 kW/ m
K pada 35ΒΊC. Disini terjadi kenaikan konduktivitas
terma udara sebesar 4.42% (Gambar 4).
Gambar 2: Grafik perubahan konduktivitas termal pada
beberapa suhu ruangan dalam evaporator
Dilihat dari konduktivitas termal refrigeran pada
sisi evaporator (sisi masuk dan sisi keluar) terlihat
bahwa pada sisi masuk evaporator, konduktivitas
termal refrigeran mengalami penurunan dari 0.09382
kW/m K pada 20ΒΊC menjadi 0.08334 kW/m K pada
35ΒΊC. Pada sisi keluar evaporator atau sisi masuk
kompressor, konduktivitas termal berubah
Gambar 4: Konduktivitas termal udara pada rentang suhu
20ΒΊC β 35ΒΊC
dari
0.016127 kW/m K pada 20ΒΊC menjadi 0.017293
kW/m K pada 35ΒΊC (Gambar 2). Jika diambil
konduktivitas termal rata-rata refrigeran di dalam
evaporator maka diperoleh konduktivitas termal ratarata evaporator berubah dari 0.054973 kW/ m K pada
20ΒΊC menjadi 0.050318 kW /mK pada 35ΒΊC atau
terjadi penurunan sebesar 8.47% (Gambar 3).
Gambar 5: Perubahan viskositas refrigeran di dalam
pipa kapiler pada beberapa suhu ruangan
Viskositas refrigeran pada sisi pipa kapiler juga
berubah seiring dengan bertambahnya suhu ruangan.
Pada sisi masukan pipa kapiler, viskositas propane
berubah dari 102.8933 Pa.s pada 20C menjadi
84.0994 ΞΌ Pa s pada suhu ruangan 35C. Pada sisi
keluar pipa kapiler, viskositas berubah dari 109.5127
ΞΌ Pa s pada 20ΒΊC menjadi 92.1086 ΞΌ Pa s pada 35ΒΊC
Gambar 3: Grafik konduktivitas termal rata-rata propane di
(Gambar 4). Sehingga viskositas rata-rata berubah
dalam evaporator
dari 106.203 ΞΌ Pa s pada 20ΒΊC menjadi 88.1040 ΞΌ Pa
s pada 35ΒΊC (Gambar 5). Perubahan viskositas yang
terjadi di dalam pipa kapiler pada setiap suhu
4.42%. Melihat persamaan (1) dan (3) untuk
ruangan dapat dilihat pada Gambar 6.
kapasitas pendinginan, maka kenaikan kapasitas
penginginan dengan naiknya suhu ruangan, maka
dengan turunnya konduktivitas termal refrigeran
maka akan berefek kebalikan dengan kenaikan
kapasitas
pendinginan
perubahan
atau
konduktivitas
kontraproduktif
dengan
dengan
kata
lain,
termal
refrigeran
kenaikan
kapasitas
pendinginan.
Ditinjau dari viskositas refrigeran, dimana pada
penelitian ini viskositas refrigeran rata-rata di dalam
Gambar 6: Grafik perubahan viskositas rata-rata di dalam
pipa kapiler pada rentang suhu ruang 20ΒΊC β 35ΒΊC
B. Pembahasan
pipa kapiler turun seiring naiknya suhu ruangan. Pada
suhu ruangan 20ΒΊC viskositas rata-rata refrigeran
dalam pipa kapiler adalah 106.203 10-6 Pa s
bahwa
sedangkan pada suhu ruangan 35ΒΊC, viskositas rata-
konduktivitas termal pada sisi refrigeran (propane)
rata refrigeran dalam pipa kapiler adalah 88.104 10-6
berkurang sebesar 8.47% sedangkan pada sisi udara
Pa s (terjadi penurunan viskositas sebesar 17.04%).
konduktivitas termal udara bertambah sebesar 4.42%.
Dibandingkan dengan penurunan tekanan dalam pipa
Sebagaimana
perubahan
kapiler, pada suhu ruangan 20ΒΊC, penurunan tekanan
konduktivitas termal refrigeran dan udara berperan
di dalam pipa kapiler adalah 0.5918 MPa dan pada
dalam proses perpindahan panas yang diserap oleh
suhu ruangan 35ΒΊC, penurunan tekanan yang terjadi
refrigeran dari udara (lihat persamaan (1) dan (4).
adalah sebesar 0.9680 MPa (bertambah 63.67%).
Kapasitas
pendingin
Hasil ini sejalan dengan penelitian terdahulu (Choi et
portabel pada massa refrigeran 302.93 g (mendekati
al., 2002) mengatakan bahwa perbedaan tekanan
massa normal produsen) akan bertambah 2.7%
antara sisi masukan pipa kapiler dan sisi keluaran
dengan bertambahnya suhu ruangan dari 20ΒΊC ke
pipa kapiler akan naik dengan naiknya suhu ruangan.
35ΒΊC (Sharifian et al., 2015). Sehingga terlihat bahwa
Seperti diketahui bahwa penurunan tekanan yang
peran dari konduktivitas termal refrigeran pada kasus
terjadi di dalam pipa kapiler oleh karena disebabkan
ini tidak membantu proses perpindahan panas dari
oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor
udara ke evaporator oleh karena secara rata-rata
perubahan viskositas (lihat persamaan (7), (8), (9)
konduktivitas termal berkurang dari 0.055 kW/m K
dan (10). Akan tetapi melihat penurunan nilai
pada suhu ruangan 20ΒΊC menjadi 0.0503 kW/m K
viskositas di dalam pipa kapiler yang turun dengan
pada suhu ruangan 35ΒΊC. Dari sisi udara terlihat
naiknya suhu ruangan, maka pengaruh viskositas
bahwa kenaikan suhu ruangan akan meningkatkan
pada proses kenaikan beda tekanan ini tidak ada atau
nilai konduktivitas termal udara dari 2.514 10-5 kW/m
pengaruh viskositasnya berkurang terhadap kenaikan
K pada suhu ruangan 20ΒΊC menjadi 2.625 10-5 kW/m
beda tekan antara kedua sisi pipa kapiler. Dengan
K pada suhu ruangan 35ΒΊC atau bertambah sebesar
kata lain perubahan viskositas refrigeran adalah
Dari
hasil
penelitian
diketahui
pendinginan
ini
terlihat
bahwa
untuk
mesin
kontraproduktif dengan penurunan tekanan yang
terjadi di dalam pipa kapiler.
V. KESIMPULAN
Konduktivitas termal refrigeran rata β rata di
dalam evaporator turun dari 0.055 kW/m K pada
suhu ruangan 20ΒΊC menjadi 0.0503 kW/m K pada
suhu ruangan 35ΒΊC. Sehingga pengaruh perubahan
konduktivitas termal refrigeran terhadap perubahan
kapasitas pendinginan tidak akan meningkatkan
perpindahan panas dari ruangan ke evaporator karena
terjadi penurunan konduktivitas termal dengan
naiknya suhu ruangan. Akan tetapi konduktivitas
termal udara akan naik dengan naiknya suhu ruangan.
Konduktivitas termal udara naik dari 2.514 10-5
kW/m K pada suhu ruangan 20ΒΊC menjadi 2.625 10-5
kW/m K pada suhu ruangan 35ΒΊC. Sehingga
perubahan konduktivitas termal udara menjadi salah
satu
faktor
yang
dapat
meningkatkan
proses
perpindahan panas dari ruangan ke evaporator jika
suhu ruangan meningkat.
Kondisi yang sama juga yang ditunjukkan oleh
viskositas refrigeran. Dimana dengan kenaikan suhu
ruangan maka nilai viskositas akan turun. Viskositas
termal refrigeran di dalam pipa kapiler turun dari
106.203 10-6 Pa s pada suhu ruangan 20ΒΊC menjadi
88.104 10-6 Pa s pada suhu ruangan 35ΒΊC. Sehingga
pengaruhnya bukan menurunkan tekanan tetapi
menaikkan tekanan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa penurunan tekanan pada sisi keluar pipa
kapiler tidak disebabkan oleh perubahan sifat
transport refrigeran (viskositas).
DAFTAR PUSTAKA
BOLAJI, B. & HUAN, Z. 2013. Ozone depletion and
global warming: Case for the use of natural
refrigerantβa review. Renewable and
Sustainable Energy Reviews, 18, 49-54.
CHOI, J. M. & KIM, Y. C. 2002. The effects of
improper refrigerant charge on the
performance of a heat pump with an
electronic expansion valve and capillary
tube. Energy, 27, 391-404.
CORBERΓN, J.-M., MARTΓNEZ-GALVΓN, I.,
MARTΓNEZ-BALLESTER,
S.,
GONZΓLVEZ-MACIΓ, J. & ROYOPASTOR, R. 2011. Influence of the source
and sink suhues on the optimal refrigerant
charge of a water-to-water heat pump.
International Journal of Refrigeration, 34,
881-892.
FOX, R. W. (2004). Introduction to fluid mechanics.
Hoboken NJ, John Wiley
INCROPERA, F. P. (1996). Introduction to heat
transfer. New York, Wiley
PARK, K.-J., SEO, T. & JUNG, D. 2007.
Performance of alternative refrigerants for
residential air-conditioning applications.
Applied Energy, 84, 985-991.
SHARIFIAN, A. & SIANG, J. T. 2015. Impacts of
Room Suhue on the Performance of a
Portable
Propane
Air
Conditioner.
International Journal of Air-Conditioning
and Refrigeration, 1550015.
TENG, T.-P., MO, H.-E., LIN, H., TSENG, Y.-H.,
LIU, R.-H. & LONG, Y.-F. 2012. Retrofit
assessment of window air conditioner.
Applied Thermal Engineering, 32, 100-107.
UNEP 2007. Combating climate change given big
confidence boost in Canada, Government
agree to accelerated "freeze and phase-out"
of ozone and climate damaging chemicals at
Montreal Protocol's 20th anniversary
celebrations, Montreal, Montreal Protocol.
Suhu Ruangan terhadap Kapasitas Pendinginan Mesin Pendingin
Portable Propane
Jeri Tangalajuk Siang
Teknik Mesin; Fakultas Teknik
Universitas Atmajaya Makassar, Jl. Tanjung Alang No. 23 Makassar 90134
Telp. (0411) 871038, Fax (0411) 870294
[email protected]
refrigeran
Abstrak
Keberadaan mesin pendingin ruangan yang ramah
lingkungan sekarang ini sudah mulai dipertimbangkan.
tersebut
masih
mempunyai
potensi
pemanasan global yang tinggi (Global Warming
Potential). Oleh karena sifatnya yang tidak ramah
Masyarakat sudah sadar akan keadaan lingkungan
lingkungan,
refrigeran
yang sudah mulai rusak akibat aktivitas manusia.
dihilangkan dan tidak diproduksi lagi (UNEP, 2007).
Penggunaan bahan ramah lingkungan sudah mulai
Sehingga,
banyak digunakan. Contohnya penggunaaan refrigeran
alternatif lain yang pengaruhnya terhadap lingkungan
propan dalam bidang pengkondisian udara. Pada
dapat diabaikan atau tidak mempunyai potensi untuk
penelitian ini terlihat pengaruh konduktivitas termal
merusak lingkungan (Teng et al., 2012).
refrigeran
sintetik
tersebut
tersebut
masih
akan
dicarikan
refrigeran tidak membantu bertambahnya kapasitas
pendinginan dari sistem. Di mana pada suhu ruangan
Salah
satu
jenis
refrigeran
yang
ramah
20ΒΊC konduktivitas termal refrigeran rata β rata di
lingkungan adalah refrigeran yang terbuat dari unsur
evaporator adalah 0.05497 kW/m K hal ini berlawanan
alami. Sebagai contoh: air, karbondioksida, amoniak
dengan
dan hidrokarbon. Refrigeran ini tidak mempunyai
perubahan
perpindahan
panas
pada
evaporator. Pada suhu ruangan 35ΒΊC konduktivitas
termal justru turun menjadi 0.0503 kW/m K. Viskositas
refrigeran juga mempunyai efek berlawanan pada
efek yang merusak lingkungan. Oleh karena tidak
mempunyai efek yang merusak lingkungan, maka
penurunan tekanan pada sisi pipa kapiler.
pemakaiannya sudah banyak didapati di masyarakat.
Kata kunci: konduktivitas termal, kapasitas pendinginan,
Sebagai contoh refrigeran hidrokarbon. Refrigeran ini
viskositas
mempunyai beberapa jenis yang digunakan di
I.
Semakin
masyarakat. Sebagai contoh metane, isobutene, dan
PENDAHULUAN
sadarnya
manusia
propane. Isobutane dan propane banyak digunakan
akan
kondisi
lingkungan membuat manusia selalu mencari bahan
yang ramah lingkungan. Pada bidang refrigerasi dan
pengkondisian udara, refrigeran yang umum dipakai
adalah R22, R134a, R410A atau R407C. Akan tetapi
refrigeran ini masih mempunyai dampak negatif
terhadap lingkungan (Bolaji et al., 2013). Refrigeran-
pada bidang refrigerasi dan pendinginan udara.
Oleh karena sifatnya yang ramah lingkungan,
hidrokarbon menjadi salah satu pilihan untuk
dijadikan sebagai salah satu refrigeran alternatif.
Salah satu jenis hidrokarbon yang sudah digunakan
sebagai refrigeran pada mesin pendingin adalah
propane (CorberΓ‘n et al., 2011). Menurut penelitian
terdahulu, penggunaan, propane dapat digunakan
untuk menggantikan R 22 langsung tanpa melakukan
perubahan
pada
sistem
pendinginan
π=
ππππ βππ’π
(1)
π
πππ ππ
1
1
π
+
+
2π ππππ ππΏ
π πππ .π΄ ππ
π π’π +π π π΄ ππ’π‘
tersebut.
Secara langsung pengaruh konduktivitas termal
Apabila propane digunakan sebagai fluida pengganti
refrigeran di dalam perhitungan, dapat dilihat pada
untuk R 22 maka kapasitas pendinginan yang
persamaan koefisien perpindahan panas konveksi.
dihasilkan oleh propane lebih kecil dari R 22 tetapi
CoP propane lebih tinggi dibandingkan dengan R 22
Koefisien perpindahan panas konveksi refrigeran
diperoleh dengan rumus:
(Park et al., 2007).
Pada penelitian digunakan mesin pendingin
portabel yang sudah dirancang dengan refrigeran
ππππ =
ππ’ πππ βπ πππ
(2)
ππ
propane. Pada penelitian ini akan dianalisa pengaruh
Sedangkan
dari
diperoleh dengan persamaan:
konduktivitas
termal
refrigeran
terhadap
kenaikan kapasitas pendinginan pada mesin fluida
portable. Penelitian ini merupakan bagian kedua dari
penelitian impact of room suhue on the performance
of a portable propane air conditioner (Sharifian et al.,
ππππ =
koefisien
perpindahan
panas
ππ’ πππ βπ πππ
udara
(3)
ππ
Untuk bagian evaporator dengan sirip dipergunakan
rumus (Incropera, 1996):
2015). Di mana pada laporan pertama belum
menguraikan pengaruh konduktivitas termal terhadap
perpindahan panas pada evaporator serta pengaruh
viskositas terhadap perubahan tekanan pada pipa
kapiler.
1β
πβπ΄π
π΄π‘ β 1βπ π
(4)
Koefisien perpindahan panas udara pada sirip
evaporator adalah:
II. TINJAUAN PUSTAKA
Fokus penelitian ini adalah menganalisa pengaruh
sifat
π = πππππ β ππππ β (ππππ + ππ ) β π΄π‘ β
transport
refrigeran
terhadap
kapasitas
ππππ =
ππ’ πππ βπ πππ
(5)
π»π
pendingian. Perpindahan panas yang terjadi di
Pengaruh
evaporator adalah penyerapan panas dari udara oleh
penelitian ini. Koefisien perpindahan panas radiasi
refrigeran.
diperoleh dengan persamaan:
Pada
perhitungan
ini
digunakan
persamaan berikut untuk menghitung perpindahan
panas:
Untuk bagian evaporator yang tidak mempunyai sirip
(pada belokan pipa), laju perpindahan panas dihitung
dengan menggunakan persamaan (Incropera, 1996):
radiasi
juga
ππ = 4 ππ (πππππ 3 β ππππ 3 )
diperhitungkan
dalam
(6)
Untuk perubahan tekanan yang terjadi di dalam pipa
kapiler, dihitung dengan persamaan (Fox, 2004):
βπ = ππ β ππ
(7)
ππ =
(8)
πΏβπ πππ βπππ£π 2
2βπ π
1
π πππ
= β2.0πππ
π
ππ
3.7
+
2.51
π π πππ
(9)
π πππ
Bilangan Reynolds dihitung dengan menggunakan
persamaan:
π ππππ =
4 π πππ
(10)
π π πππ π π
Gambar 1: Instalasi Penelitian
III. METODOLOGI DAN PENGUKURAN
Penelitian ini dilakukan secara eksperimental.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Mesin pendingin diuji tanpa mengubah massa
refrigeran yang sudah ditentukan oleh pembuat mesin
Data yang direkam pada saat pengambilan data
pendingin tersebut. Suhu ruangan akan divariasikan
adalah suhue refrigeran pada sisi masuk dan keluar
mulai dari 20ΒΊC, 23ΒΊC, 26ΒΊC, 29ΒΊC, 32ΒΊC dan 35ΒΊC.
evaporator dan pipa kapiler. Tekanan sisi masuk pipa
Untuk memudahkan mengatur suhu ruangan, mesin
kapiler dan evaporator. Laju aliran massa refrigeran
pendingin ditempatkan di dalam sebuah tenda.
diukur pada sisi masuk evaporator. Sifat transport
Pengaturan suhu ruangan dengan menggunakan
refrigeran diperoleh dengan menggunakan perangkat
jendela tenda serta elemen pemanas ruangan untuk
lunak Refpro berdasarkan data tekanan dan suhu.
menaikkan suhu. Suhu diukur dengan menggunakan
Dengan mempergunakan persamaan (1) dan (4),
termokoppel tipe J dengan sensitivitas 50 ΞΌV/ΒΊC β 60
kapasitas pendinginan dapat dihitung. Pengaruh sifat
ΞΌV/ΒΊC yang dihubungkan dengan data logger
transport refrigeran terhadap kapasitas pendinginan
LabView. Laju aliran massa diukur menggunakan
dapat dilihat pada persamaan (2). Perubahan tekanan
coriolis mass flow meter dengan kesalahan linear
di
(linearity
refrigeran
persamaan (7). Pengaruh sifat transport (viskositas)
dengan
terhadap perubahan tekanan dapat dilihat pada rumus
error)
menggunakan
Β±0.1%,
transmitter
tekanan
piezoresistive
akurasi Β±1% bacaan penuh. Kecepatan angin diukur
dalam
pipa
kapiler
dihitung
berdasarkan
(10).
menggunakan anemometer tipe fan dengan akurasi
Β±3% bacaan penuh. Data yang diukur seperti suhu
Seperti yang sudah diberikan oleh Sharifian et
dan tekanan digunakan untuk memperoleh sifat-sifat
al., 2015 pada penelitian yang sama bahwa kapasitas
refrigeran seperti viskositas, konduktivitas termal dan
pendinginan akan bertambah dengan naiknya suhu
entalpi
ruangan.
dengan
menggunakan
perangkat
lunak
REFPRO. Skema dan alat ukur dapat dilihat pada
Gambar 1.
Pada sisi udara, dengan naiknya suhu ruangan,
maka konduktivitas udara juga berubah dari 2.514 Γ
10-5 kW/ m K pada 20ΒΊC menjadi 2.625 Γ 10-5 kW/ m
K pada 35ΒΊC. Disini terjadi kenaikan konduktivitas
terma udara sebesar 4.42% (Gambar 4).
Gambar 2: Grafik perubahan konduktivitas termal pada
beberapa suhu ruangan dalam evaporator
Dilihat dari konduktivitas termal refrigeran pada
sisi evaporator (sisi masuk dan sisi keluar) terlihat
bahwa pada sisi masuk evaporator, konduktivitas
termal refrigeran mengalami penurunan dari 0.09382
kW/m K pada 20ΒΊC menjadi 0.08334 kW/m K pada
35ΒΊC. Pada sisi keluar evaporator atau sisi masuk
kompressor, konduktivitas termal berubah
Gambar 4: Konduktivitas termal udara pada rentang suhu
20ΒΊC β 35ΒΊC
dari
0.016127 kW/m K pada 20ΒΊC menjadi 0.017293
kW/m K pada 35ΒΊC (Gambar 2). Jika diambil
konduktivitas termal rata-rata refrigeran di dalam
evaporator maka diperoleh konduktivitas termal ratarata evaporator berubah dari 0.054973 kW/ m K pada
20ΒΊC menjadi 0.050318 kW /mK pada 35ΒΊC atau
terjadi penurunan sebesar 8.47% (Gambar 3).
Gambar 5: Perubahan viskositas refrigeran di dalam
pipa kapiler pada beberapa suhu ruangan
Viskositas refrigeran pada sisi pipa kapiler juga
berubah seiring dengan bertambahnya suhu ruangan.
Pada sisi masukan pipa kapiler, viskositas propane
berubah dari 102.8933 Pa.s pada 20C menjadi
84.0994 ΞΌ Pa s pada suhu ruangan 35C. Pada sisi
keluar pipa kapiler, viskositas berubah dari 109.5127
ΞΌ Pa s pada 20ΒΊC menjadi 92.1086 ΞΌ Pa s pada 35ΒΊC
Gambar 3: Grafik konduktivitas termal rata-rata propane di
(Gambar 4). Sehingga viskositas rata-rata berubah
dalam evaporator
dari 106.203 ΞΌ Pa s pada 20ΒΊC menjadi 88.1040 ΞΌ Pa
s pada 35ΒΊC (Gambar 5). Perubahan viskositas yang
terjadi di dalam pipa kapiler pada setiap suhu
4.42%. Melihat persamaan (1) dan (3) untuk
ruangan dapat dilihat pada Gambar 6.
kapasitas pendinginan, maka kenaikan kapasitas
penginginan dengan naiknya suhu ruangan, maka
dengan turunnya konduktivitas termal refrigeran
maka akan berefek kebalikan dengan kenaikan
kapasitas
pendinginan
perubahan
atau
konduktivitas
kontraproduktif
dengan
dengan
kata
lain,
termal
refrigeran
kenaikan
kapasitas
pendinginan.
Ditinjau dari viskositas refrigeran, dimana pada
penelitian ini viskositas refrigeran rata-rata di dalam
Gambar 6: Grafik perubahan viskositas rata-rata di dalam
pipa kapiler pada rentang suhu ruang 20ΒΊC β 35ΒΊC
B. Pembahasan
pipa kapiler turun seiring naiknya suhu ruangan. Pada
suhu ruangan 20ΒΊC viskositas rata-rata refrigeran
dalam pipa kapiler adalah 106.203 10-6 Pa s
bahwa
sedangkan pada suhu ruangan 35ΒΊC, viskositas rata-
konduktivitas termal pada sisi refrigeran (propane)
rata refrigeran dalam pipa kapiler adalah 88.104 10-6
berkurang sebesar 8.47% sedangkan pada sisi udara
Pa s (terjadi penurunan viskositas sebesar 17.04%).
konduktivitas termal udara bertambah sebesar 4.42%.
Dibandingkan dengan penurunan tekanan dalam pipa
Sebagaimana
perubahan
kapiler, pada suhu ruangan 20ΒΊC, penurunan tekanan
konduktivitas termal refrigeran dan udara berperan
di dalam pipa kapiler adalah 0.5918 MPa dan pada
dalam proses perpindahan panas yang diserap oleh
suhu ruangan 35ΒΊC, penurunan tekanan yang terjadi
refrigeran dari udara (lihat persamaan (1) dan (4).
adalah sebesar 0.9680 MPa (bertambah 63.67%).
Kapasitas
pendingin
Hasil ini sejalan dengan penelitian terdahulu (Choi et
portabel pada massa refrigeran 302.93 g (mendekati
al., 2002) mengatakan bahwa perbedaan tekanan
massa normal produsen) akan bertambah 2.7%
antara sisi masukan pipa kapiler dan sisi keluaran
dengan bertambahnya suhu ruangan dari 20ΒΊC ke
pipa kapiler akan naik dengan naiknya suhu ruangan.
35ΒΊC (Sharifian et al., 2015). Sehingga terlihat bahwa
Seperti diketahui bahwa penurunan tekanan yang
peran dari konduktivitas termal refrigeran pada kasus
terjadi di dalam pipa kapiler oleh karena disebabkan
ini tidak membantu proses perpindahan panas dari
oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor
udara ke evaporator oleh karena secara rata-rata
perubahan viskositas (lihat persamaan (7), (8), (9)
konduktivitas termal berkurang dari 0.055 kW/m K
dan (10). Akan tetapi melihat penurunan nilai
pada suhu ruangan 20ΒΊC menjadi 0.0503 kW/m K
viskositas di dalam pipa kapiler yang turun dengan
pada suhu ruangan 35ΒΊC. Dari sisi udara terlihat
naiknya suhu ruangan, maka pengaruh viskositas
bahwa kenaikan suhu ruangan akan meningkatkan
pada proses kenaikan beda tekanan ini tidak ada atau
nilai konduktivitas termal udara dari 2.514 10-5 kW/m
pengaruh viskositasnya berkurang terhadap kenaikan
K pada suhu ruangan 20ΒΊC menjadi 2.625 10-5 kW/m
beda tekan antara kedua sisi pipa kapiler. Dengan
K pada suhu ruangan 35ΒΊC atau bertambah sebesar
kata lain perubahan viskositas refrigeran adalah
Dari
hasil
penelitian
diketahui
pendinginan
ini
terlihat
bahwa
untuk
mesin
kontraproduktif dengan penurunan tekanan yang
terjadi di dalam pipa kapiler.
V. KESIMPULAN
Konduktivitas termal refrigeran rata β rata di
dalam evaporator turun dari 0.055 kW/m K pada
suhu ruangan 20ΒΊC menjadi 0.0503 kW/m K pada
suhu ruangan 35ΒΊC. Sehingga pengaruh perubahan
konduktivitas termal refrigeran terhadap perubahan
kapasitas pendinginan tidak akan meningkatkan
perpindahan panas dari ruangan ke evaporator karena
terjadi penurunan konduktivitas termal dengan
naiknya suhu ruangan. Akan tetapi konduktivitas
termal udara akan naik dengan naiknya suhu ruangan.
Konduktivitas termal udara naik dari 2.514 10-5
kW/m K pada suhu ruangan 20ΒΊC menjadi 2.625 10-5
kW/m K pada suhu ruangan 35ΒΊC. Sehingga
perubahan konduktivitas termal udara menjadi salah
satu
faktor
yang
dapat
meningkatkan
proses
perpindahan panas dari ruangan ke evaporator jika
suhu ruangan meningkat.
Kondisi yang sama juga yang ditunjukkan oleh
viskositas refrigeran. Dimana dengan kenaikan suhu
ruangan maka nilai viskositas akan turun. Viskositas
termal refrigeran di dalam pipa kapiler turun dari
106.203 10-6 Pa s pada suhu ruangan 20ΒΊC menjadi
88.104 10-6 Pa s pada suhu ruangan 35ΒΊC. Sehingga
pengaruhnya bukan menurunkan tekanan tetapi
menaikkan tekanan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa penurunan tekanan pada sisi keluar pipa
kapiler tidak disebabkan oleh perubahan sifat
transport refrigeran (viskositas).
DAFTAR PUSTAKA
BOLAJI, B. & HUAN, Z. 2013. Ozone depletion and
global warming: Case for the use of natural
refrigerantβa review. Renewable and
Sustainable Energy Reviews, 18, 49-54.
CHOI, J. M. & KIM, Y. C. 2002. The effects of
improper refrigerant charge on the
performance of a heat pump with an
electronic expansion valve and capillary
tube. Energy, 27, 391-404.
CORBERΓN, J.-M., MARTΓNEZ-GALVΓN, I.,
MARTΓNEZ-BALLESTER,
S.,
GONZΓLVEZ-MACIΓ, J. & ROYOPASTOR, R. 2011. Influence of the source
and sink suhues on the optimal refrigerant
charge of a water-to-water heat pump.
International Journal of Refrigeration, 34,
881-892.
FOX, R. W. (2004). Introduction to fluid mechanics.
Hoboken NJ, John Wiley
INCROPERA, F. P. (1996). Introduction to heat
transfer. New York, Wiley
PARK, K.-J., SEO, T. & JUNG, D. 2007.
Performance of alternative refrigerants for
residential air-conditioning applications.
Applied Energy, 84, 985-991.
SHARIFIAN, A. & SIANG, J. T. 2015. Impacts of
Room Suhue on the Performance of a
Portable
Propane
Air
Conditioner.
International Journal of Air-Conditioning
and Refrigeration, 1550015.
TENG, T.-P., MO, H.-E., LIN, H., TSENG, Y.-H.,
LIU, R.-H. & LONG, Y.-F. 2012. Retrofit
assessment of window air conditioner.
Applied Thermal Engineering, 32, 100-107.
UNEP 2007. Combating climate change given big
confidence boost in Canada, Government
agree to accelerated "freeze and phase-out"
of ozone and climate damaging chemicals at
Montreal Protocol's 20th anniversary
celebrations, Montreal, Montreal Protocol.