BAB III METODE PENELITIAN - Pengaruh Pasar Modern terhadap Pedagang Pasar Tradisional dan Masyarakat dalam Pengembangan Wilayah di Kecamatan Medan Area

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sei Rengas II Kecamatan Medan Area.

  Alasan pemilihan lokasi penelitian disebabkan pasar modern Thamrin Plaza dan pasar tradisional Pasar Ramai berdiri bersebelahan dan berada di wilayah Kelurahan Sei Rengas II Kecamatan Medan Area. Selain itu adanya dampak bagi pedagang pasar tradisional dan masyarakat sekitar yang membuka usaha setelah beroperasionalnya pasar modern Thamrin Plaza.

  3.2. Jenis Penelitian

  Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian survai. Penelitian survai adalah sebagai penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. Jenis penelitian ini berdasarkan jenis datanya tergolong penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif menurut Sangadji dan Sopiah (2010), adalah penelitian yang datanya dinyatakan dalam angka dan dianalisis dengan teknik statistik Penelitian kualitatif adalah penelitian yang datanya dalam bentuk verbal dan dianalisis tanpa menggunakan teknik statistik.

  3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

  Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang Pasar Ramai dan masyarakat yang membuka usaha di sekitar Thamrin Plaza. Berdasarkan hasil survey dan mengadakan wawancara dengan aparatur pengelola Pasar Ramai diperoleh bahwa jumlah pedagang Pasar Ramai sebanyak 314 orang dan masyarakat yang membuka usaha sebanyak 73 orang, sehingga diperoleh populasi sebanyak 387 orang.

  Untuk memudahkan penelitian perlu ditetapkan sampel. Sampel adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purvosive sampling. Kriteria pengambilan sampel adalah pedagang Pasar Tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar yang dilakukan secara turun temurun oleh keluarga yang telah berjualan sebelum dibangunnya Thamrin Plaza.

  Selanjutnya dengan menggunakan rumus Slovin maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 79 orang sampel responden. Perinciannya adalah sebagai berikut :

  N 387

  n = = = 387/4.87 = 79 1+ Nd² 1 + (387 x 0,01)

  Keterangan : n = Sampel N = Populasi d = Presesi (10%) = 0,1

  Sampel responden diambil secara proporsional berdasarkan jumlah populasi pedagang Pasar Ramai dan masyarakat.

Tabel 3.1. Populasi dan Sampel Responden

  No Kriteria Populasi Sampel (Jumlah) Responden

  1 Pedagang Pasar Ramai 314 314/387 x 79 = 64

  2 Masyarakat Sekitar 73 73/387 x 79 = 15 Jumlah 387

  79

  3.4. Jenis dan Sumber Data

  Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer bersumber dari masyarakat responden, yakni melalui penyebaran kuisioner dan wawancara dengan pihak yang berkompeten. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumentasi lembaga/instansi seperti Dinas Pasar dan BPS Kota Medan.

  3.5. Pengumpulan Data

  Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah : a.

Studi Kepustakaan, yaitu membaca dan mengumpulkan bahan-bahan, dokumen serta buku-

buku yang memberikan informasi berkaitan dengan penelitian ini.

  b.

  

Observasi, yaitu mengumpulkan informasi dengan cara melakukan pengamatan langsung di

lapangan terhadap aktivitas objek penelitian.

  c.

  

Wawancara, yaitu pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan melakukan

wawancara langsung kepada responden yang terkait dengan objek penelitian.

  Alat pengumpulan data yang dipakai pada peneltian ini adalah :

  1. Pedoman wawancara, dilakukan untuk menggali informasi secara mendalam melalui pokok- pokok pertanyaan yang dijadikan pegangan peneliti.

  2. Kuesioner, yaitu dengan cara menyebarkan kuesioner yang bersifat tertutup, yaitu kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan yang sudah disediakan alternatif jawabannya.

3.6. Model Analisis Data 1.

  Untuk menjawab perumusan masalah pertama menggunakan analisis deskriptif

secara kuantitatif dalam bentuk tabel tabulasi frekuensi dan hal-hal yang tidak bisa

dianalisis secara kuantitatif akan dianalisis secara kualitatif, dengan cara

menganalisis data dari jawaban responden yang telah tersusun dalam bentuk

pertanyaan, sehingga dapat diketahui keadaan yang sebenarnya.

  2. Untuk menjawab perumusan masalah kedua dan menguji hipotesis penelitian dalam

hal ini omzet penjualan, keuntungan usaha, dan jumlah pegawai pedagang

tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar menunjukkan adanya perubahan

akibat munculnya pasar modern Thamrin Plaza menggunakan alat uji beda rata-rata

untuk sampel berpasangan (paired samples test t test), dengan rumus yang digunakan adalah :

  x

1 , i x

2 i

t =

   

  

1

  1 2 + S p

    n n 1 2

   

  Dimana : t = uji beda 1

  x , 1 = Rata-rata omzet penjualan, keuntungan usaha, dan jumlah pegawai

  sebelum ada pasar modern Thamrin Plaza

  x , 2 = Rata-rata omzet penjualan, keuntungan usaha, dan jumlah pegawai

1 Sesudah ada pasar modern Thamrin Plaza

  n

  1 = Jumlah responden sebelum ada pasar modern Thamrin Plaza

  n = Jumlah responden sesudah ada pasar modern Thamrin Plaza

  2

  2

  s p = Simpangan Baku berpasangan Hipotesis : Ho : Omzet penjualan, keuntungan usaha dan jumlah pegawai pedagang Pasar Tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar sebelum dan sesudah ada Pasar Modern Thamrin Plaza tidak berpengaruh signifikan.

  Ha : Omzet penjualan, keuntungan usaha dan jumlah pegawai pedagang Pasar Tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar sebelum dan sesudah ada Pasar Modern Thamrin Plaza tidak berpengaruh signifikan.

  Kriteria pengambilan keputusan dalam uji beda rata-rata untuk sampel berpasangan (paired samples test t test), adalah sebagai berikut : Jika probabilitas < 0,05, Ha diterima, Ho ditolak Jika probabilitas > 0,05, Ha ditolak, Ho diterima

  Kriterian pengambilan keputusan dapat juga dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel :

  Ho diterima jika t hitung < t tabel pada α = 5%

  hitung > t tabel

  Ho ditolak (Ha diterima) jika t pada α = 5%

  

Sedangkan mengenai penjualan fisik sebelum dan sesudah adanya pasar Modern

Thamrin Plaza menggunakan metode Wilcoxon Match Pair Test. Rumus uji Wilcoxon

yang digunakan apabila sampel lebih besar dari 25 menurut Riwidikdo (2007) adalah

:

  Keterangan : z = hasil uji Wilcoxon T = total jenjang (selisih) terkecil antara nilai pre dengan post test n = jumlah sampel

  3. Untuk menjawab perumusan masalah ketiga dan hipotesis penelitian mengenai

perubahan omzet penjualan, perubahan penjualan fisik dan diversifikasi produk

berpengaruh signifikan terhadap perubahan keuntungan usaha pedagang tradisional

Pasar Ramai dan masyarakat sekitar akibat munculnya pasar modern Thamrin Plaza

digunakan alat analisis regresi linier berganda, dengan persamaan :

  Y = a + bX

  1 + bX 2 + bX 3 + µ

  dimana : Y = Perubahan keuntungan usaha (%)

  X

  1 = Perubahan omzet penjualan (%)

  X = Perubahan penjualan fisik (skala)

  2 X

  3 = Diversifikasi produk (dummy)

  a = konstanta b = koefisien regresi µ = Error term

3.6.1. Uji Asumsi Klasik

  Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi maka diperlukan pengujian asumsi klasik meliputi :

  3.6.1.1. Uji Normalitas

  Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Untuk menguji apakah distribusi normal atau tidak dapat dilihat melalui normal probability plot dengan membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal. Data normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Uji statistik dilakukan uji one sample Kolmogorov Smirnov Test, jika nilai Kolmogorov Smirnov signifikannya di atas α = 0,05, maka Ho diterima yang berarti data residual berdistribusi normal (Ghozali, 2006).

  3.6.1.2. Uji Multikolinieritas

  Uji multikolinieritas diperlukan untuk mengetahui apakah ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Selain itu deteksi terhadap multikolinieritas juga bertujuan untuk menghindari bias dalam proses pengambilan keputusan mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Deteksi multikolinieritas pada suatu model dapat dilihat jika nilai Variance

  

Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari

  0,1, maka model tersebut dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas. VIF = 1/Tolerance, maka jika VIF = 10 maka Tolerance = 1/10 = 0,1 (Ghozali, 2005).

3.6.1.3. Uji Heteroskedastisitas

  Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki kesamaan variance residual suatu periode pengamatan dengan pengamatan yang lain, atau homokesdastisitas, dengan kata lain tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara memprediksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar scatter plot model tersebut. Bila titik- titik menyebar secara acak, tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji statistik dilakukan dengan uji Glejser, jika variabel independen tidak signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut Ut (AbsUt), maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005).

3.6.2. Pengujian Hipotesis

  Model penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari variabel independen (bebas) terhadap variabel dependen (terikat) secara simultan dan parsial. Pengujian secara parsial menggunakan uji t (t-test) dengan tingkat signifikansi ( α = 5%). Jika t hitung > t tabel maka terdapat pengaruh, sebaliknya jika t hitung < t tabel maka tidak ada pengaruh yang terjadi. Pengujian secara simultan menggunakan Uji F (F-test) dengan tingkat signifikansi ( α = 5%). Jika F hitung > F tabel maka terdapat pengaruh, sebaliknya jika F hitung < F tabel maka tidak ada pengaruh yang terjadi. Jika nilai probabilitas < tingkat signifikansi berarti signifikan, sebaliknya jika nilai probabilitas > tingkat signifikan maka tidak signifikan.

  2 Pengujian Koefisien determinasi (R ) digunakan untuk mengukur seberapa

  jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Koefisien

  2

  determinasi berkisar antara nol sampai dengan satu. Nilai R yang semakin kecil mendekati nol menunjukkan bahwa kemampuan variabel-variabel independen

  2

  dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas, bila R semakin besar mendekati 1 menunjukkan bahwa variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2006).

3.7. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Penelitian 1.

  Sarana dan prasarana adalah segala sesuatu yang dapat di pakai sebagai alat dan bahan untuk mencapai maksud dan tujuan dari suatu kegiatan pasar tradisional dan pasar modern, seperti listrik, air PDAM dan lantai.

  2. Fasilitas adalah sarana dan prasarana penunjang pasar tradisional dan pasar modern seperti kamar mandi/wc, kebersihan, kenyamanan dan keamanan pasar tradisional dan pasar modern.

  3. Keuntungan adalah rata-rata pendapatan bersih pedagang Pasar Ramai dan masyarakat sekitar yang membuka usaha sebelum dan sesudah adanya pasar modern Thamrin Plaza, yang diukur berdasar Rp/bulan dan skala 4. Perubahan keuntungan usaha dalam penelitian ini merupakan penurunan besarnya laba yang diterima oleh pedagang pasar tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar akibat munculnya Thamrin Plaza. Variabel keuntungan usaha ini diukur dengan satuan persentase pada perubahan keuntungan yang terjadi.

  5. Omzet penjualan adalah rata-rata penghasilan pedagang Pasar Ramai dan masyarakat sekitar yang membuka usaha sebelum dan sesudah adanya pasar modern Thamrin Plaza, yang diukur berdasarkan Rp/bulan dan skala.

  6. Perubahan omzet penjualan adalah penurunan omzet penjualan yang dilihat dari jumlah total hasil penjualan barang dari pedagang pasar tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar akibat munculnya Thamrin Plaza. Variabel ini diukur dengan satuan persentase pada perubahan omzet penjualan yang terjadi.

  7. Jumlah pegawai adalah jumlah pegawai yang dipekerjakan pedagang Pasar Ramai dan masyarakat sekitar yang membuka usaha sebelum dan sesudah adanya pasar modern Thamrin Plaza, yang diukur berdasarkan jumlah orang dan skala.

  8. Penjualan fisik adalah rata-rata penjualan barang-barang dari pedagang Pasar Ramai dan masyarakat sekitar yang membuka usaha seperti ikan, daging, beras, gula, buah-buahan, sayur-sayuran, makanan dan minuman, perhiasan, aksesoris dan pakaian sebelum dan sesudah adanya pasar modern Thmarin Plaza, yang diukur berdasarkan skala dan persentase perubahan.

  9. Diversifikasi produk adalah perbedaan produk yang ada antara pasar modern Thamrin Plaza dengan pasar tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar yang membuka usaha. Dimana pedagang pasar tradisional Pasar Ramai dan masyarakat yang membuka usaha memiliki produk yang tidak terdapat pada pasar modern Thamrin Plaza tetapi masih dijual kepada konsumen yang sama, hal itulah yang menjadi diversifikasi produk. Variabel diversifikasi produk ini diukur dengan menggunakan skala dummy yaitu 1 = memiliki diversifikasi produk dan 0 = tidak memiliki diversifikasi produk.

  10. Pengembangan wilayah dalam penelitian ini adalah peningkatan nilai manfaat wilayah dilihat dari aspek ekonomi dengan adanya pasar modern Thamrin Plaza terhadap pedagang pasar tradisional dan masyarakat sekitar yang membuka usaha.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

  4.1.1. Gambara Umum Kota Medan

  Secara internal ada 3 (tiga) aspek pokok yang mempengaruhi penyelenggaraan pemerintahan Kota Medan selama tahun 2012, yaitu (1) kondisi geografis, (2) kondisi demografis, dan (3) kondisi sosial ekonomi daerah. Ketiga aspek tersebut merupakan potensi yang dimiliki Pemerintah Kota Medan sehingga dapat menjadi modal dasar pembangunan Kota Medan dan sekaligus dapat menjadi tantangan bagi keberlangsungan pembangunan Kota Medan di masa mendatang.

  Kota Medan sebagai salah satu daerah otonom, maka kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis baik secara regional maupun nasional. Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara sering digunakan sebagai barometer dan tolok ukur dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Secara geografis Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara sehingga relatif dekat dengan kota-kota/negara yang lebih maju seperti Pulau Penang, Kuala Lumpur Malaysia dan Singapura.

  Berdasarkan pertimbangan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perubahan. Pada tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 Tanggal 29 September 1951 yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha yang meliputi 4 kecamatan dengan 59 kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951 agar daerah Kota Medan diperluas menjadi 3 (tiga) kali lipat.

  Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973, Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 kecamatan dengan 116 kelurahan. Kemudian, berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD tanggal 5 Mei 1986 ditetapkan pemekaran kelurahan menjadi 144 kelurahan. Selanjutnya, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefinitipan 7 kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat

  II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1992 tentang Pembentukan beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II

  Medan dimekarkan kembali menjadi 21 kecamatan dengan 151 kelurahan dan 2.001 lingkungan.

  Secara astronomis Kota Medan terletak pada posisi 3°30’ - 3°43’ Lintang

  2 Utara dan 98°35’ - 98°44’ Bujur Timur dengan luas wilayah 265,10 km .

  Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah dengan topografi yang cenderung miring ke Utara dan menjadi tempat pertemuan 2 sungai penting, yaitu sungai Babura dan sungai Deli. Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut dan secara administratif mempunyai batas wilayah sebagai berikut :

  Sebelah Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang

Gambar 4.1. Peta Administrasi Kota Medan Masyarakat Kota Medan merupakan masyarakat yang memiliki kemajemukan meliputi unsur agama, suku, etnis budaya dan adat istiadat.

  Kehidupan yang penuh kemajemukan tersebut dapat berjalan cukup baik dan harmonis yang dilandasi rasa kebersamaan dan saling toleransi serta memiliki rasa kekeluargaan yang cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa karakter masyarakat Kota Medan memiliki sifat keterbukaan dan siap menerima perubahan konstruktif dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.

4.1.2. Pasar Tradisional

  Pasar-pasar tradisional tersebar di wilayah sub-sub pusat kegiatan perkotaan dalam wilayah Kota Medan. Berdasarkan data yang diperoleh dari PD Pasar Kota Medan Tahun 2010 jumlah pasar yang terdapat di wilayah Kota Medan adalah berjumlah 55 unit pasar dengan pasar sentralnya adalah Pasar Pusat Medan yang terdapat di Jalan MT. Haryono Kecamatan Medan Kota. Adapun pasar-pasar lainnya yang menonjol karena memiliki kelas pasar I dan I-A adalah Pasar Petisah yang beralamat di Jalan Razak Baru Kecamatan Medan Petisah, Pasar Peringgan yang beralamat di Jalan Iskandar Muda Kecamatan Medan Baru, Pasar Hongkong yang beralamat di Jalan Cirebon Kecamatan Medan Kota, Pasar Sukaramai yang beralamat di Jalan AR. Hakim Kecamatan Medan Area, Pasar Aksara yang beralamat di Jalan Aksara/M.Yamin Kecamatan Medan Perjuangan, Pasar Sambas yang beralamat di Jalan Sambas Kecamatan Medan Kota/Kecamatan Medan Area, dan Pasar Ramai Utama yang beralamt di Jalan Ramai Utama/Jalan Thamrin Kecamatan Medan Kota/Kecamatan Medan Area.

  Pemerintah Kota Medan setiap tahunnya menganggarkan pada APBD Kota Medan dana renovasi pasar melalui Dinas Perumahan dan Permukiman

  (Perkim) yang tidak jelas apakah dana dari APBD tersebut merupakan penyertaan modal atau hibah kepada PD. Pasar. Jika ditilik dari visi, misi serta tugas pokok dan fungsi PD Pasar sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan Badan Pengawas PD Pasar Kota Medan No. 36/04/BP/PD/2003 tanggal 13 Maret 2003 ditegaskan bahwa misi PD Pasar Kota Medan adalah : a) menyelenggarakan revitalisasi, perawatan, rehabilitasi, penataan, perluasan dan pembangunan pasar;

  b) meningkatkan kesadaran pedagang atas peraturan perpasaran; c) menyelenggarakan kebersihan, ketertiban, keamanan dan kenyamanan pasar; d) menegakkan pelaksanaan peraturan perpasaran dan penerapan sanksi; e) menjalin kerjasama dengan pihak ketiga dalam pengelolaan kegiatan pasar; dan f) menjalin koordinasi dengan instansi terkait.

4.1.3. Karakteristik Responden

  Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dilihat karakteristik responden pedagang pasar tradisional adalah sebagai berikut:

4.1.3.1. Umur

  Umur responden pedagang pasar tradisional sekitar 35 tahun sampai dengan lebih dari 50 tahun seperti tertera pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

  Umur Responden Jumlah Responden Persentase (tahun) (Orang) (%)

  35-40

  4 5,06

  41-45

  26 32,91

  46-50

  22 27,85

  > 50

  27 34,18

  Jumlah 79 100,00 Sumber : Data Primer diolah, 2013

Tabel 4.1. terlihat bahwa mayoritas responden pedagang pasar tradisional berumur lebih dari 50 tahun sebanyak 27 responden (34,18%), kemudian diikuti

  umur 41-45 tahun sebanyak 26 responden (32,91%), umur 46-50 tahun sebanyak 22 responden (27,85 %), dan umur responden 35-40 sebanyak 4 responden (5,06%). Berdasarkan umur responden pedagang pasar tradisional menunjukkan bahwa umur pedagang pasar tradisional masih termasuk dalam usia produktif.

  4.1.3.2. Jenis Kelamin

  Jenis kelamin responden penelitian umunya adalah laki-laki dan ada juga perempuan seperti tertera pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

  Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase (Orang) (%)

  Laki-laki 46 58,23 Perempuan 33 41,77 Jumlah 79 100 Sumber : Data Primer diolah, 2013

Tabel 4.2. mayoritas responden pedagang pasar tradisional memiliki jenis kelamin laki-laki sebanyak 46 responden (58,23 %), sedangkan perempuan

  sebanyak 33 responden (41,77%). Dominannya responden laki-laki menunjukkan bahwa gender laki-laki masih mencari nafkah.

  4.1.3.3. Pendidikan Terakhir

  Tingkat pendidikan responden pedagang pasar tradisional umumnya adalah pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMA), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan berpendidikan Sekolah Dasar (SD) seperti tertera pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

  Pendidikan Terakhir Jumlah Responden Persentase (Orang) (%)

  SMP

  11 13,93

  SMA

  52 65,82

  D1/D3

  16 20,25

  Jumlah 79 100,00 Sumber : Data Primer diolah, 2013

Tabel 4.3. terlihat bahwa mayoritas responden pedagang pasar tradisional berpendidikan SMA sebanyak 52 responden (65,823 %), berpendidikan D1/D3

  sebanyak 16 responden (20,25%), berpendidikan SMP sebanyak 11 responden (13,93%), sedangkan tamatan SD tidak ada. Hasil ini menunjukkan bahwa pedagang pasar tradisional memiliki pendidikan yang cukup mumpuni untuk dapat berusaha dalam meningkatkan hasil penjualannya.

4.1.3.4. Jumlah Tanggungan Keluarga

  Jumlah tanggungan keluarga responden pedagang pasar tradisional sebanyak 2 sampai dengan 6 orang seperti tertera pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga

  Jenis Tanggungan Keluarga Jumlah Responden Persentase (Orang) (Orang) (%)

  2-3 21 26,58 4-5 43 54,43 > 5 15 18,99

  Jumlah 79 100,00 Sumber : Data Primer diolah, 2013

Tabel 4.4. terlihat bahwa mayoritas responden pedagang pasar tradisional memiliki jumlah tanggungan keluarga 4-5 orang yaitu sebanyak 43 responden

  (54.43%), kemudian diikuti jumlah tanggungan kelurga 2-3 orang yaitu sebanyak

  21 responden (26,58%), dan jumlah tanggungan keluarga lebih dari 5 orang yaitu sebanyak 15 responden (18,99%).

  4.1.3.5. Jam Berjualan

  Jam berjualan responden pedagang pasar tradisional yang paling lama umumnya antara jam 7-8 jam dan 9-10 jam, seperti dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jam Berjualan

  Jam Berjualan (jam) Jumlah Responden Persentase 3-4 6 7,59 5-6 12 15,19 7-8 41 51,90

  9-10 20 25,32 Total 79 100

  Sumber : Data Primer Diolah, 2013

Tabel 4.5. terlihat bahwa mayoritas responden yang paling lama dalam berjualan adalah 7-8 jam dan 9-10 jam yang masing-masing sebanyak 41

  responden (51,90 %) dan 20 responden (25,32 %), sedangkan jam berjualan 3-4 jam sebanyak 6 responden (7,59 %) dan 5-6 jam sebanyak 12 responden (15,19%).

  4.1.3.6. Lama Usaha

  Lama usaha responden pedagang pasar tradisional sekitar 24 tahun sampai dengan lebih dari 27 tahun seperti tertera pada Tabel 4.15.

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Usaha

  Lama Usaha Jumlah Responden Persentase (Tahun) (Orang) (%)

  24-25 26 32,91 26-27 34 43,04

  > 27 19 24,05 Jumlah 79 100,00 Sumber : Data Primer diolah, 2013

Tabel 4.6. terlihat bahwa mayoritas responden pedagang pasar tradisional memiliki memiliki lama usaha 24-25 tahun sebanyak 26 responden (32,91%), kemudian diikuti lama usaha 26-27 tahun sebanyak 34 responden (43,04%), dan lama usaha lebih dari 27 tahun sebanyak 19 responden (24,05%).

  

4.1.4. Sarana, Prasarana dan Fasilitas Pasar Modern dan Pasar Tradisional Pasar

Ramai di Kecamatan Medan Area

  Hasil penelitian sarana/prasarana/fasilitas Pasar Tradisional Pasar Ramai dan Pasar Modern Thamrin Plaza. adalah sebagai berikut:

4.1.4.1. Sarana/Prasarana/Fasilitas Listrik

  Pasar tradisional Pasar Ramai dan Pasar Modern Thamrin Plaza memiliki sarana/prasarana/fasilitas listrik. Berdasarkan hasil jawaban responden menunjukkan bahwa kondisi sarana/prasarana/fasilitas listrik Pasar Modern Thamrin Plaza memiliki kondisi yang baik. Jawaban responden mengenai kondisi sarana/prasarana/fasilitas listrik Pasar Tradisional Pasar Ramai memiliki kondisi yang beragam, seperti dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Kondisi Sarana/Prasarana/Fasilitas Listrik Pasar Tradisional Pasar

  Ramai dan Pasar Modern Thamrin Plaza Kondisi Listrik Pasar Ramai Pasar Modern Thamrin

  F % F % Baik

  56 79 100,00 70,89

  Cukup Baik

  23 29,11

  Kurang Baik Jumlah 79 100,00 79 100,00

  Sumber : Data Primer diolah, 2013

Tabel 4.7. terlihat bahwa mayoritas responden menjawab kondisi sarana/ prasarana/fasilitas listrik Pasar Tradisional Pasar Ramai memiliki kondisi baik

  sebanyak 56 responden (70,89%) dan kondisi cukup baik sebanyak 23 responden (29,11%), sedangkan yang menjawab kondisi kurang baik tidak ada. Kondisi sarana/prasarana/fasilitas listrik di Pasar Modern Thamrin Plaza seluruh responden menjawab kondisi listrik baik. Berdasarkan uraian di atas menunjukkan Pasar Modern Thamrin Plaza memiliki sarana/prasarana/fasilitas listrik yang lebih baik dibanding Pasar Tradisional Pasar Ramai.

4.1.4.2. Sarana/Prasarana/Fasilitas Air

  Pasar tradisional Pasar Ramai dan Pasar Modern Thamrin Plaza memiliki sarana/prasarana/fasilitas air. Berdasarkan hasil jawaban responden menunjukkan bahwa kondisi sarana/prasarana/fasilitas air Pasar Modern Thamrin Plaza memiliki kondisi yang baik. Jawaban responden mengenai kondisi sarana/prasarana/fasilitas air Pasar Tradisional Pasar Ramai memiliki kondisi yang beragam, seperti dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Kondisi Sarana/Prasarana/Fasilitas Air Pasar Tradisional Pasar Ramai dan Pasar Modern Thamrin Plaza

  Kondisi Air Pasar Ramai Pasar Modern Thamrin F % F %

  Baik

  56 79 100,00 70,89

  Cukup Baik

  23 29,11

  Kurang Baik Jumlah 79 100,00 79 100,00

  Sumber : Data Primer diolah, 2013

Tabel 4.8. terlihat bahwa mayoritas responden menjawab kondisi sarana/ prasarana/fasilitas air Pasar Tradisional Pasar Ramai memiliki kondisi baik

  sebanyak 56 responden (70,89%) dan kondisi cukup baik sebanyak 23 responden (29,11%), sedangkan yang menjawab kondisi kurang baik tidak ada. Kondisi sarana/prasarana/fasilitas air di Pasar Modern Thamrin Plaza seluruh responden menjawab kondisi air baik. Berdasarkan uraian di atas menunjukkan Pasar Modern Thamrin Plaza memiliki sarana/prasarana/fasilitas air yang lebih baik dibanding Pasar Tradisional Pasar Ramai.

  4.1.4.3. Sarana/Prasarana/Fasilitas Lantai

  Pasar tradisional Pasar Ramai dan Pasar Modern Thamrin Plaza memiliki sarana/prasarana/fasilitas lantai. Berdasarkan hasil jawaban responden menunjukkan bahwa sarana/prasarana/fasilitas lantai Pasar Modern Thamrin Plaza memiliki jenis lantai keramik. Jawaban responden mengenai sarana/prasarana/fasilitas lantai Pasar Tradisional Pasar Ramai memiliki jenis lantai yang beragam, seperti dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Sarana/Prasarana/Fasilitas Lantai Pasar Tradisional Pasar Ramai dan Pasar Modern Thamrin Plaza

  Jenis Lantai Pasar Ramai Pasar Modern Thamrin F % F %

  Keramik 79 100,00

  Semen

  68 86,08

  Tanah

  11 13,92

  Jumlah 79 100,00 79 100,00 Sumber : Data Primer diolah, 2013

Tabel 4.9. terlihat bahwa mayoritas responden menjawab sarana/ prasarana/fasilitas lantai Pasar Tradisional Pasar Ramai memiliki jenis lantai

  semen sebanyak 68 responden (86,08%) dan jenis lantai tanah sebanyak 11 responden (13,92%), sedangkan yang menjawab jenis lantai keramik tidak ada.

  Sarana/prasarana/fasilitas lantai di Pasar Modern Thamrin Plaza seluruh responden menjawab memiliki jenis lantai keramik. Berdasarkan uraian di atas menunjukkan Pasar Modern Thamrin Plaza memiliki sarana/prasarana/fasilitas jenis lantai yang lebih baik dibanding Pasar Tradisional Pasar Ramai.

  4.1.4.4. Sarana/Prasarana/Fasilitas Kamar Mandi/WC

  Pasar tradisional Pasar Ramai dan Pasar Modern Thamrin Plaza memiliki sarana/prasarana/fasilitas kamar mandi/WC. Berdasarkan hasil jawaban responden menunjukkan bahwa sarana/prasarana/fasilitas kamar mandi/WC Pasar Modern Thamrin Plaza memiliki kondisi yang baik. Jawaban responden mengenai sarana/prasarana/fasilitas kamar mandi/WC Pasar Tradisional Pasar Ramai memiliki kondisi yang beragam, seperti dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Sarana/Prasarana/Fasilitas Kamar Mandi/WC Pasar Tradisional

  Pasar Ramai dan Pasar Modern Thamrin Plaza Kondisi Kamar Pasar Ramai Pasar Modern Thamrin

  Mandi/WC F % F %

  Baik

  42 79 100,00

  53.16 Cukup Baik

  21

  26.58 Kurang Baik

  16

  20.25 Jumlah 79 100,00 79 100,00 Sumber : Data Primer diolah, 2013

Tabel 4.10. terlihat bahwa mayoritas responden menjawab sarana/ prasarana/fasilitas Pasar Tradisional Pasar Ramai memiliki kondisi kamar

  mandi/WC baik sebanyak 42 responden (53,16%), memiliki kondisi cukup baik menjawab sebanyak 21 responden (26,58%), dan memiliki kondisi kurang baik menjawab sebanyak 16 responden (20,25%). Sarana/prasarana/fasilitas kamar mandi/WC di Pasar Modern Thamrin Plaza seluruh responden menjawab memiliki kondisi yang baik. Berdasarkan uraian di atas menunjukkan Pasar Modern Thamrin Plaza memiliki sarana/prasarana/fasilitas kamar mandi/WC yang lebih baik dibanding Pasar Tradisional Pasar Ramai.

4.1.4.5. Sarana/Prasarana/Fasilitas Kebersihan

  Pasar tradisional Pasar Ramai dan Pasar Modern Thamrin Plaza memiliki sarana/prasarana/fasilitas kebersihan. Berdasarkan hasil jawaban responden menunjukkan bahwa sarana/prasarana/fasilitas kebersihan Pasar Modern Thamrin Plaza memiliki kondisi yang bersih. Jawaban responden mengenai sarana/prasarana/fasilitas kebersihan Pasar Tradisional Pasar Ramai memiliki kondisi yang beragam, seperti dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Sarana/Prasarana/Fasilitas Kebersihan Pasar Tradisional

  Pasar Ramai dan Pasar Modern Thamrin Plaza Kondisi Kebersihan Pasar Ramai Pasar Modern Thamrin

  F % F % Bersih

  12 79 100,00

  15.19 Cukup Bersih

  29

  36.71 Kurang Bersih

  38

  48.10 Jumlah 79 100,00 79 100,00 Sumber : Data Primer diolah, 2013

Tabel 4.11. terlihat bahwa mayoritas responden menjawab sarana/ prasarana/fasilitas Pasar Tradisional Pasar Ramai memiliki kondisi kebersihan

  yang bersih sebanyak 12 responden (15,19%), memiliki kondisi cukup bersih menjawab sebanyak 29 responden (36,71%), dan memiliki kondisi kurang bersih menjawab sebanyak 38 responden (48,10%). Sarana/prasarana/fasilitas kebersihan di Pasar Modern Thamrin Plaza seluruh responden menjawab memiliki kondisi kebersihan yang bersih. Berdasarkan uraian di atas menunjukkan Pasar Modern Thamrin Plaza memiliki sarana/prasarana/fasilitas kebersihan yang lebih baik dibanding Pasar Tradisional Pasar Ramai.

4.1.4.6. Sarana/Prasarana/Fasilitas Kenyamanan

  Pasar tradisional Pasar Ramai dan Pasar Modern Thamrin Plaza memiliki sarana/prasarana/fasilitas kenyamanan. Berdasarkan hasil jawaban responden menunjukkan bahwa sarana/prasarana/fasilitas kenyamanan Pasar Modern Thamrin Plaza memiliki kondisi yang nyaman. Jawaban responden mengenai sarana/prasarana/fasilitas kenyamanan Pasar Tradisional Pasar Ramai memiliki kondisi yang beragam, seperti dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Sarana/Prasarana/Fasilitas Kenyamanan Pasar Tradisional

  Pasar Ramai dan Pasar Modern Thamrin Plaza Kondisi Kenyamanan Pasar Ramai Pasar Modern Thamrin

  F % F % Nyaman

  14 79 100,00

  17.72 Cukup Nyaman

  37

  46.84 Kurang Nyaman

  28

  35.44 Jumlah 79 100,00 79 100,00 Sumber : Data Primer diolah, 2013

Tabel 4.12. terlihat bahwa mayoritas responden menjawab sarana/ prasarana/fasilitas Pasar Tradisional Pasar Ramai memiliki kondisi kenyamanan

  yang nyaman sebanyak 14 responden (17,72%), memiliki kondisi cukup nyaman menjawab sebanyak 37 responden (46,84%), dan memiliki kondisi kurang nyaman menjawab sebanyak 28 responden (35,44%). Sarana/prasarana/fasilitas kenyamanan di Pasar Modern Thamrin Plaza seluruh responden menjawab memiliki kondisi kenyamanan yang nyaman. Berdasarkan uraian di atas menunjukkan Pasar Modern Thamrin Plaza memiliki sarana/prasarana/fasilitas kenyamanan yang lebih baik dibanding Pasar Tradisional Pasar Ramai.

4.1.4.7. Sarana/Prasarana/Fasilitas Keamanan

  Pasar tradisional Pasar Ramai dan Pasar Modern Thamrin Plaza memiliki sarana/prasarana/fasilitas keamanan. Berdasarkan hasil jawaban responden menunjukkan bahwa sarana/prasarana/fasilitas keamanan Pasar Modern Thamrin Plaza memiliki kondisi yang aman. Jawaban responden mengenai sarana/prasarana/fasilitas keamanan Pasar Tradisional Pasar Ramai memiliki kondisi yang beragam, seperti dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13. Sarana/Prasarana/Fasilitas Keamanan Pasar Tradisional

  Pasar Ramai dan Pasar Modern Thamrin Plaza Kondisi Keamanan Pasar Ramai Pasar Modern Thamrin

  F % F % Aman

  17 79 100,00

  21.52 Cukup Aman

  42

  53.16 Kurang Aman

  20

  25.32 Jumlah 79 100,00 79 100,00 Sumber : Data Primer diolah, 2013

Tabel 4.13. terlihat bahwa mayoritas responden menjawab sarana/ prasarana/fasilitas Pasar Tradisional Pasar Ramai memiliki kondisi keamanan

  yang aman sebanyak 17 responden (21,52%), memiliki kondisi cukup aman menjawab sebanyak 42 responden (53,16%), dan memiliki kondisi kurang aman menjawab sebanyak 20 responden (25,32%). Sarana/prasarana/fasilitas keamanan di Pasar Modern Thamrin Plaza seluruh responden menjawab memiliki kondisi keamanan yang aman. Berdasarkan uraian di atas menunjukkan Pasar Modern Thamrin Plaza memiliki sarana/prasarana/fasilitas keamanan yang lebih baik dibanding Pasar Tradisional Pasar Ramai.

4.1.5. Dampak Omzet Penjualan, Keuntungan Usaha, Jumlah Pegawai dan Penjualan Pedagang Pasar Ramai dan Masyarakat Sekitar Akibat Munculnya Pasar Modern Thamrin Plaza

  Untuk dapat menganalisa dampak Pasar Modern Thamrin Plaza terhadap omzet penjualan dan keuntungan usaha pedagang Pasar Tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar maka seperti telah dirumuskan pada kerangka konsep/pemikiran penelitian bahwa Pasar Modern memberikan dampak negatif (perubahan penurunan) terhadap omzet penjualan dan keuntungan usaha pedagang Pasar Tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar. Untuk menguji dampak omzet penjualan dan keuntungan usaha pedagang tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar akibat munculnya pasar modern Thamrin Plaza adalah dengan membandingkan tingkat omzet penjualan dan keuntungan usaha pada dua keadaan yang berbeda yaitu pada saat sesudah ada Pasar Modern Thamrin Plaza dan sebelum Pasar Modern Thamrin Plaza Perkotaan, sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan sementara bahwa Pasar Modern Thamrin Plaza memiliki dampak negatif (perubahan penurunan) terhadap omzet penjualan dan keuntungan usaha pedagang Pasar Tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar apabila ada perbedaan rata-rata omzet penjualan dan keuntungan usaha pedagang Pasar Ramai dan masyarakat sekitar sesudah ada Pasar Modern Thamrin Plaza dan sebelum ada Pasar Modern Thamrin Plaza.

  Perhitungan omzet penjualan dan keuntungan usaha pedagang tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar sebelum dan sesudah ada Pasar Modern Thamrin Plaza dilakukan berdasarkan harga berlaku dan harga konstan. Omzet penjualan pedagang dan keuntungan usaha tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar berdasarkan harga berlaku diperoleh dengan mengetahui rata- rata omzet penjualan dan keuntungan usaha per bulan responden pedagang tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar pada tahun 2012. Selanjutnya rata- rata omzet penjualan dan keuntungan usaha per bulan responden pedagang tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar berdasarkan harga berlaku pada tahun 2012 dikonversikan berdasarkan harga konstan 1989.

  Menurut Tarigan (2009) menghitung nilai konstan dapat dilakukan dengan lebih mudah dengan menggunakan indeks inflasi tahunan yang dikeluarkan oleh BPS setempat. Cara menggunakan indeks inflasi dalam menetapkan harga konstan adalah nilai omzet penjualan dalam harga berlaku tahun 2012 dibagi indeks inflasi tahun 2012 dikali indeks inflasi tahun 1989 Indeks inflasi dapat juga dihitung sendiri seandainya tingkat inflasi tahunan diketahui.

  Harga berlaku pada tahun 1989 yang dinyatakan sebagai tahun dasar diberi indeks = 1. Inflasi Kota Medan pada tahun 2012 adalah 3,7%, maka dilihat dari tahun dasar 1989 indeks inflasi 2012 adalah 1,0370 x 1,0354 = 1,0737, yang selanjutnya indeks inflasi tahun 2011 (1,1146) ditambah indeks inflasi tahun 2012 (1,0737) sehingga diperoleh indeks inflasi tahun 2012 atas dasar tahun 1989 sebesar 2,1883. Selanjutnya omzet penjualan dan keuntungan usaha pedagang Pasar Tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar yang diperoleh pada tahun 2012 dibagi dengan indeks inflasi tahun 2012 atas dasar tahun 1989 dan dikali indeks inflasi tahun dasar 1989, sehingga diperoleh omzet penjualan dan keuntungan usaha pedagang pasar tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar berdasarkan harga konstan tahun 1989. Omzet penjualan dan keuntungan usaha pedagang pasar tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar berdasarkan harga berlaku pada tahun 1989 dilakukan dengan cara menambah persentase perubahan omzet penjualan dan keuntungan usaha dari harga konstan tahun 1989, hal ini disebabkan responden tidak mengingat berapa rata-rata per bulan omzet penjualan dan keuntungan usaha pada tahun 1989, yang hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4.

  

4.1.5.1. Omzet Penjualan Pedagang Pasar Ramai dan Masyarakat

Sekitar

  Hasil penelitian omzet penjualan pedagang Pasar Tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar sebelum dan sesudah ada Pasar Modern Thamrin Plaza berdasarkan harga konstan dapat dilihat pada Lampiran 3. Rata-rata omzet penjualan pedagang Pasar Tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar sebelum ada Pasar Modern Thamrin Plaza adalah Rp. 11.713.754,- dan menunjukkan adanya penurunan sesudah adanya Pasar Modern Thamrin Plaza yaitu menjadi Rp. 10.678.105,-. Untuk mengetahui perbedaan omzet penjualan pedagang Pasar Tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar sebelum ada Pasar Modern Thamrin Plaza dan sesudah ada Pasar Modern Thamrin Plaza dilakukan pengujian dengan menggunakan data omzet penjualan pedagang Pasar Tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar berdasarkan harga berlaku tahun 1989 dan data omzet pedagang Pasar Tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar berdasarkan harga konstan sesudah ada Pasar Modern Thamrin Plaza tahun 2012, dengan hipotesis : Ho : Omzet penjualan pedagang Pasar Tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar sebelum dan sesudah ada Pasar Modern Thamrin Plaza tidak berpengaruh signifikan. Ha : Omzet penjualan pedagang Pasar Tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar sebelum dan sesudah ada Pasar Modern Thamrin Plaza berpengaruh signifikan. Kriteria pengambilan keputusan terhadap uji t, adalah sebagai berikut :

  Jika probabilitas < 0,05, Ha diterima, Ho ditolak Jika probabilitas > 0,05, Ha ditolak, Ho diterima

  Untuk membuktikan hipotesis di atas dilakukan pengujian dengan menggunakan analisis uji dua sampel berpasangan. Analisa uji dua sampel berpasangan dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata omzet penjualan pedagang Pasar Tradisional Pasar Ramai sesudah dan sebelum ada Pasar Modern Thamrin Plaza dengan tingkat signifikansi 0.05.Hasil pengolahan data tertera pada Lampiran 7 diperoleh hasil pengujian seperti pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14. Hasil Perhitungan Omzet Pedagang Pasar Tradisional Pasar Ramai dan Masyarakat Sekitar Sesudah dan Sebelum Adanya Pasar Modern

  Thamrin Plaza Uraian Nilai (Rp) t-hitung Sign

  Omzet Harga Berlaku 11.713.754 -16.975 0,000 (Sebelum ada Thamrin Plaza)

  Tahun 1989 Omzet Harga Konstan 10.678.105

  (Sesudah ada Thamrin Plaza) Tahun 2012

  Perbedaan 1.035.649 Sumber : Data Primer diolah, 2013

Tabel 4.14. menunjukkan bahwa omzet penjualan pedagang Pasar

  Tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar secara keseluruhan sesudah dan sebelum ada Pasar Modern Thamrin Plaza menunjukkan adanya perbedaan.

  Berdasarkan hasil dari tabel output analisis SPSS diperoleh Nilai t hitung adalah - 16.975 dengan P-value 0,000 yang berarti P value < 0,0 5 (α) maka kesimpulan dari hasil uji dua sampel berpasangan menunjukkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak yaitu ada pengaruh signifikan perbedaan rata-rata omzet penjualan pedagang Pasar Tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar sesudah ada Pasar Modern Thamrin Plaza dibandingkan sebelum ada Pasar Modern Thamrin Plaza. Hasil perhitungan SPSS dapat juga diketahui bahwa rata-rata omzet penjualan pedagang Pasar Tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar sesudah ada Pasar Modern Thamrin Plaza lebih rendah daripada rata-rata omzet penjualan pedagang Pasar Tradisional Pasar Ramai sebelum ada Pasar Modern Thamrin Plaza. Hasil tersebut memberi arti bahwa Pasar Modern Tharim Plaza memberikan dampak negatif (perubahan penurunan) dalam mempengaruhi omzet penjualan pedagang Pasar Tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar, dimana nilai rata-rata omzet penjualan pedagang Pasar Tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar sesudah ada Pasar Modern Thamrin Plaza adalah Rp. 11.713.754 per bulan dan nilai rata-rata omzet penjualan pedagang Pasar Tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar sebelum ada Pasar Modern Thamrin Plaza adalah Rp. 10.678.105 per bulan. Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan sebesar Rp. 1.035.649 per bulan.

  

4.1.5.2. Keuntungan Usaha Pedagang Pasar Ramai dan Masyarakat

Sekitar

  Hasil penelitian keuntungan usaha pedagang Pasar Tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar sebelum dan sesudah ada Pasar Modern Thamrin Plaza berdasarkan harga konstan dapat dilihat pada Lampiran 4. Rata-rata keuntungan pedagang Pasar Tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar berdasarkan harga konstan tahun 1989 sesudah ada Pasar Modern Thamrin Plaza adalah Rp 2.047.697.

  Untuk mengetahui perbedaan keuntungan usaha pedagang Pasar Tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar sebelum ada Pasar Modern Thamrin Plaza dan sesudah ada Pasar Modern Thamrin Plaza dilakukan pengujian dengan menggunakan data keuntungan usaha pedagang Pasar Tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar berdasarkan harga berlaku tahun 1989 dan data keuntungan usaha pedagang Pasar Tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar berdasarkan harga konstan sesudah ada Pasar Modern Thamrin Plaza tahun 2012, dengan hipotesis : Ho : Keuntungan pedagang Pasar Tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar sebelum dan sesudah ada Pasar Modern Thamrin Plaza tidak berpengaruh signifikan. Ha : Keuntungan pedagang Pasar Tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar sebelum dan sesudah ada Pasar Modern Thamrin Plaza berpengaruh signifikan. Kriteria pengambilan keputusan terhadap uji t, adalah sebagai berikut :

  Jika probabilitas < 0,05, Ha diterima, Ho ditolak Jika probabilitas > 0,05, Ha ditolak, Ho diterima Untuk membuktikan hipotesis tersebut di atas dilakukan pengujian dengan menggunakan analisis uji dua sampel berpasangan. Analisa uji dua sampel berpasangan dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata keuntungan usaha pedagang Pasar Tradisional Pasar Ramai sesudah dan sebelum ada Pasar Modern Thamrin Plaza dengan tingkat signifikansi 0.05. Hasil pengolahan data tertera pada Lampiran 8 diperoleh hasil pengujian seperti pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15. Hasil Perhitungan Keuntungan Pedagang Pasar Tradisional Pasar

  Ramai dan Masyarakat Sekitar Sesudah dan Sebelum Adanya Pasar Modern Thamrin Plaza

  Uraian Nilai (Rp) t-hitung Sign Keuntungan Harga Berlaku 2.195.027 -16,632 0,000

  (Sebelum ada Thamrin Plaza) Tahun 1989

Dokumen yang terkait

Pembuatan Komposit Biodegradabel dari α-Selulosa Ampas Tebu Bz 132 (Saccharum officinarum) dan Polipropilena dengan Menggunakan Polipropilena Tergrafting Maleat Anhidrida dan Divinil Benzena Sebagai Agen Pengikat Silang

0 0 21

b. Pembagian kekuasaan negara secara vertikal, yaitu pembagian - Eksistensi Komisi Pemberantasan Korupsi (Kpk) Dalam Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia(Kajian Tentang Kewenangan Kpk Dan Kejaksaan)

0 0 55

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang - Eksistensi Komisi Pemberantasan Korupsi (Kpk) Dalam Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia(Kajian Tentang Kewenangan Kpk Dan Kejaksaan)

0 0 44

BAB II URGENSI PEMBATASAN TRANSAKSI TUNAI DI INDONESIA A. Latar Belakang Lahirnya Pembatasan Transaksi Tunai di Indonesia. - Pembatasan Transaksi Tunai Sebagai Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi Dan Tindak Pidana Pencucian Uang Di Indonesia

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pembatasan Transaksi Tunai Sebagai Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi Dan Tindak Pidana Pencucian Uang Di Indonesia

0 0 36

PEMBATASAN TRANSAKSI TUNAI SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

0 0 9

Kajian Potensi Produksi Padi Daerah Irigasi Sungai Bunut Di Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan

0 0 18

Kajian Potensi Produksi Padi Daerah Irigasi Sungai Bunut Di Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Pengeringan - Analisa Saluran Pengering Berbentuk Silinder Pada Mesin Pengering Pakan Ternak Sistem Pompa Kalor Dengan Daya 1 Pk

0 0 36

Pengaruh Pasar Modern terhadap Pedagang Pasar Tradisional dan Masyarakat dalam Pengembangan Wilayah di Kecamatan Medan Area

0 0 21