Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Matematika dengan Menggunakan Model Belajar Penemuan (Discovery Learning) pada Siswa Kelas 5 Semester II SD Negeri Bergas Lor 01 Tahun Ajaran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan di kelas V SD Negeri Bergas Lor 01 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang, dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa. Penelitian

  ini dilakukan pada mata pelajaran Matematika pokok bahasan sifat-sifat bangun ruang dan jaring-jaring bangun ruang dengan menggunakan model belajar penemuan (discovery learning).

1.1.1. Kondisi Awal

  Penelitian ini dilakukan di kelas V SD Negeri Bergas Lor 01 dengan jumlah 25 siswa. Sebelum melakukan tindakan, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi. Selain pengamatan secara langsung peneliti juga mendapatkan data dokumentasi melalui guru kelas. Berdasarkan data dokumentasi yang diperoleh dari guru kelas menunjukkan bahwa hasil belajar pada mata pelajaran Matematika masih rendah. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari hasil UAS semester 1 yaitu dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) 65, terdapat 16 (64%) siswa yang mendapat nilai di bawah KKM dan terdapat 9 (36%) siswa yang di atas KKM, dengan nilai rata-rata kelas 61,08.

  Pada kondisi awal ini proses belajar mengajar guru lebih aktif sendiri dengan ceramah tanpa menggunakan media atau alat peraga, sehingga penanaman konsep kepada siswa masih kurang tertanam pada memori siswa. Bahkan banyak siswa yang merasa takut untuk mengerjakan soal di depan kelas karena mereka merasa kesulitan dengan konsep matematika. Dengan kondisi pembelajaran yang seperti itu maka berdampak pada hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SD Negeri Bergas Lor 01 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang.

  Berdasarkan hasil belajar dan kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran Matematika yang masih rendah, maka dilakukan penelitian tindakan sesuai dengan rancangan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Pada penelitian ini menggunakan model discovery learning, yang akan diterapkan bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika.

1.2. HASIL PENELITIAN 1.2.1. Siklus I

  Pelaksanaan siklus I yang telah dilakukan terdiri dari 2 pertemuan, setiap pertemuan terdiri dari beberapa tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

  1.2.1.1.Perencanaan

  Pada tahap perencanaan peneliti membuat RPP terlebih dahulu kemudian dikonsultasikan pada guru kelas dan dosen pembimbing, menyiapkan alat peraga yang akan digunakan pada saat proses pengajaran di dalam kelas, membuat lembar pengamatan kegiatan pembelajaran, serta membuat soal-soal untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari.

  1.2.1.2.Tindakan

  Tahap tindakan pada siklus I dilakukan pada tanggal 31 Maret 2015 dan 7 April 2015, pada jam pelajaran pertama dan kedua dengan Kompetensi dasar Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang. Pada siklus 1 indikator yang dicapai adalah dengan menggunakan model discovery learning untuk mengidentifikasi sifat-sifat bangun kubus, balok, prisma, limas, kerucut, dan tabung). Langkah- langkah yang dilakukan dalam pembelajaran pada siklus 1 adalah menyiapkan perangkat pembelajaran, mengabsen kehadiran siswa, apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

  Setelah apersepsi dilaksanakan pada kegiatan inti guru menjelaskan sifat- sifat salah satu bangun ruang dengan menggunakan alat peraga dari salah satu bangun yaitu balok. Dilanjutkan siswa melakukan eksplorasi dengan mengamati benda-benda di kelas. Kemudian pada tahap elaborasi siswa dibagi ke dalam kelompok untuk berdiskusi dan mengerjakan LKSdengan menggunakan alat peraga. Setelah selesai mengerjakan soal di LKS, perwakilan anggota setiap kelompok mempresentasikan di depan kelas. Pada tahap konfirmasi guru memberikan tanggapan terhadap hasil kerja kelompok dan meminta siswa lain untuk mengajukan pertanyaan atau sanggahan kepada kelompok.

  Sebagai penutup guru menyimpulkan semua proses kegiatan yang dilakukan selama pembelajaran. Kemudian guru memberikan tindak lanjut berupa tugas rumah untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap sifat-sifat bangun ruang. Pada akhir guru memberikan soal tes formatif.

1.2.1.3.Pengamatan

  Pengamatan dilakukan oleh observer dengan mengisi lembar pengamatan yang telah disediakan selama pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas. Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan guru yang telah dilakukan oleh observer pada siklus I diperoleh data dari lembar pengamatan (data terlampir) diketahui bahwa terdapat kekurangan dan kelebihan pada proses pembelajaran menggunakan model discovery learning. Kekurangan yang dilakukan guru adalah guru masih terlalu cepat ketika menjelaskan materi, ketika pembagian kelompok guru hanya mengikuti kemauan siswa sehingga siswa tidak bekerja dengan maksimal. Kemudian selain kekurangan, observer juga menemukan kelebihan guru yaitu guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran, mempersiapkan perangkat pembelajaran dengan baik, sudah baik dalam memberikan apersepsi dengan memberikan rangsangan menggunakan benda-benda yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, sebelum memulai pelajaran guru juga memberikan motivasi kepada siswa untuk membangkitkan semangat siswa dalam mengikuti pelajaran matematika. Di samping kekurangan dan kelebihan guru, observer juga menemukan kekurangan dan kelebihan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Diantaranya siswa masih kurang konsentrasi dalam mengikuti diskusi kelompok, siswa kurang kerjasama dalam melakukan diskusi kelompok karena lebih asik ngobrol sendiri, diantara peserta didik masih mengalami kesulitan dalam memahami konsep matematika dalam materi sifat-sifat bangun ruang karena mereka kurang konsentrasi, siswa kurang mempunyai keberanian untuk berpendapat dan bertanya. Selain kekurangan, ditemukan juga kelebihan siswa yaitu siswa merasa semangat karena mendapat motivasi dari guru, siswa juga aktif dalam menanggapi rangsangan berupan pertanyaan yang diberikan oleh guru.

  Setelah mengetahui dan memperhatikan kekurangan dan kelemahan yang diperoleh dari hasil pengamatan observer pada siklus pertama, guru merencanakan tindakan perbaikan yang akan dilakukan pada siklus kedua. Langkah-langkah yang direncanakan adalah dalam menyampaikan materi guru lebih memanfaatkan alat peraga dan melibatkan siswa dalam penggunaan alat peraga. Dalam pembentukan kelompok sebaiknya diacak dengan memberikan gambar bangun ruang, kemudian siswa memilih, siswa yang mendapat bangun ruang yang sama berkumpul menjadi satu kelompok. Setiap kelompok diberikan alat peraga dan dikondisikan untuk bekerjasama dalam mengerjakan LKS

  Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I diperoleh hasil belajar siswa sebagai berikut: dari 25 siswa terdapat 15 (60%) siswa yang sudah mencapai KKM atau tuntas, dan terdapat 10 (40%) siswa yang belum mencapai KKM atau tidak tuntas dengan nilai rata-rata kelas 76,6. Pada pelaksanaan siklus I terdapat 1 siswa yang mendapatkan nilai 57, 5 siswa yang mendapatkan nilai 60, 4 siswa yang mendapatkan nilai 63, 2 siswa yang mendapatkan nilai 73, ada 1 siswa yang mendapatkan nilai 77, 2 siswa yang mendapatkan nilai 80, 1 siswa mendapat nilai 83, 1 siswa mendapat nilai 87, 3 siswa mendapat nilai 90, 2 siswa mendapat nilai 93, 1 siswa mendapat nilai 97, dan terdapat 2 siswa yang mendapat nilai 100.

1.2.1.4.Refleksi

  Berdasarkan data yang diperoleh pada pelaksanaan siklus I dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan belum maksimal karena belum semua siswa mencapai nilai KKM. Untuk itu peneliti harus berusaha supaya pembelajaran yang dilakukan dapat maksimal. Setelah memperoleh data dari pembelajaran siklus I, kemudian peneliti melakukan refleksi. Hasil refleksi yang diperoleh adalah sebagai berikut: a.

  Peneliti hendaknya mengoptimalkan pelaksanaan proses.

  b.

  Masih banyak siswa yang kurang berani untuk bertanya. c.

  Nilai yang dicapai pada pelaksanaan siklus I sudah ada peningkatan jika dibandingkan dengan nilai sebelum diadakan penelitian, walaupun hasil yang dicapai belum maksimal.

  d.

  Guru sebaiknya melakukan pertemuan dengan siswa-siswa yang tidak masuk sekolah, supaya mereka paham dengan materi yang diajarkan dan dapat mengerjakan soal evaluasi pada siklus I. Dari hasil refleksi pada pelaksanaan siklus I, maka sebaiknya dalam pelaksanaa pembelajaran siklus 2 guru lebih mengoptimalkan langkah-langkah dalam pembelajaran model discovery learning, guru memberikan motivasi kepada siswa agar mereka aktif bertanya dan mengemukakan pendapat, sehingga pembelajaran menggunakan model discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

1.2.2. Siklus 2

  Pelaksanaan siklus II yang telah dilakukan terdiri dari 2 pertemuan, setiap pertemuan terdiri dari beberapa tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

1.2.2.1.Perencanaan

  Berdasarkan hasil pada siklus 1, perlu perencanaan perbaikan pembelajaran pada siklus 2 sebagai berikut: a.

  Memantapkan langkah-langkah model discovery learning dengan menekankan kerjasama, keaktifan, pemahaman konsep. Guru mengoptimalkan langkah-langkah pembelajaran dengan langkah sebagai berikut: 1. Memberikan rangsang kepada siswa, 2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi masalah, 3. Memberikan kesempatan untuk mengumpulkan informasi, 4. Memberi kesempatan untuk mengolah data, 5. Memeriksa untuk mengetahui benar tidaknya data, 6. Memberikan kesimpulan.

  b.

  Guru memberikan motivasi siswa untuk berani bertanya dan menjawab pertanyaan dengan memberikan bimbingan, selain itu guru bisa menunjuk siswa-siswa yang kurang aktif untuk bertanya/menjawab pertanyaan. d.

  Menyusun LKS e. Menyusun soal tes formatif f. Menyiapkan lembar observasi

1.2.2.2.Tindakan

  Tahap tindakan pada siklus II dilakukan pada tanggal 14 April 2015 dan 21 April 2015, pada jam pelajaran pertama dan kedua dengan Kompetensi dasar Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana. Pada siklus 2 indikator yang dicapai adalah dengan menggunakan model discovery learning untuk membuat bermacam-macam jaring-jaring bangun ruang sederhana dan mengenal bermacam-macam jaring-jaring bangun ruang sederhana. Langkah- langkah yang dilakukan dalam pembelajaran pada siklus 2 adalah menyiapkan perangkat pembelajaran, mengabsen kehadiran siswa, apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

  Kegiatan inti dimulai dengan guru membuka kotak snack menjadi jaring- jaring. Guru memberikan pertanyaan: “apa yang dimaksud jaring-jaring?”, hal ini untuk menumbuhkan keaktifan dan keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan. Setelah menjelaskan materi secara singkat, guru membagi siswa ke dalam kelompok dengan cara membagikan gambar bangun ruang, siswa yang mendapat gambar bangun ruang yang sama berkumpul menjadi satu kelompok heterogen dengan tujuan agar ada penyegaran dan dinamika kelompok untuk bekerjasama dengan teman lainnya. Pada kegiatan ini keaktifan siswa mulai meningkat karena terjadi interaksi antar siswa dalam diskusi kelompok dengan mengemukakan pendapatnya. Ketika kegiatan berlangsung guru membimbing siswa atau kelompok yang menemukan kesulitan. Siswa yang sudah paham berusaha menjelaskan kepada siswa yang kurang paham sehingga terjalin kerjasama. Setelah berdiskusi, guru membimbing siswa melakukan presentasi. Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk menanggapi atau memberikan pertanyaan kepada kelompok yang sedang presentasi. Pada kegiatan ini situasi kelas tampak ramai, banyak siswa yang berani memberikan tanggapan. Guru memandu jalannya presentasi agar siswa terarah dan memahami materi.

  Kegiatan penutup, guru memberikan soal untuk dikerjakan di depan kelas, siswa tampak antusias ingin mengerjakan soal di depan kelas. Kemudian guru memberikan kesimpulan tentang proses kegiatan yang dilakukan selama pembelajaran. Kemudian guru memberikan soal tes formatif.

  1.2.1.4.Pengamatan

  Selama proses pembelajaran pada siklus 2 berlangsung diadakan pengamatan terhadap guru dan siswa. Pengamatan dilakukan oleh observer pada siklus 2 diperoleh data dari lembar pengamatan (data terlampir). Dari hasil observasi diperoleh data bahwa pelaksanaan pembelajaran model discovery

  

learning secara keseluruhan telah berlangsung dengan baik dan guru telah

  melaksanakan semua langkah-langkah model discovery learning. Guru mampu membangkitkan motivasi siswa agar mempunyai keberanian. Siswa juga sudah berani untuk mengajukan pertanyaan atau bependapat. Siswa juga sudah melakukan kerjasama antar teman. Guru telah melakukan bimbingan yang menyeluruh kepada semua kelompok.

  Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II diperoleh hasil belajar siswa sebagai berikut: dari 25 siswa terdapat 25 (100%) siswa yang sudah mencapai KKM atau tuntas, dengan nilai rata-rata kelas 91. Perolehan nilai siklus

  II terdapat 2 siswa yang mendapatkan nilai 73, 1 siswa yang mendapatkan nilai 77, 1 siswa yang mendapatkan nilai 80, 1 siswa yang mendapatkan nilai 83, 6 siswa yang mendapatkan nilai 87, 3 siswa yang mendapatkan nilai 93, 4 siswa mendapat nilai 97, dan terdapat 7 siswa mendapat nilai 100.

  1.2.1.4.Refleksi

  Berdasarkan data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran yang dilakukan pada siklus II sudah lebih baik jika dibandingkan dengan pelaksanaan pada siklus I, hal ini dapat dilihat dari nilai ketuntasan yang dicapai siswa pada proses pembelajaran. Selesai pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini, selanjutnya diadakan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Dari hasil refleksi diperoleh data sebagai berikut: a.

  Proses pembelajaran yang berlangsung sudah sesuai dengan rencana, dan siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran sehingga hasil yang dicapai dapat maksimal.

  b.

  Siswa sudah mempunyai keberanian dalam menyampaikan pendapatnya dan mengerjakan soal di depan kelas.

  c.

  Hasil belajar yang dicapai siswa sudah ada peningkatan dibandingkan dengan pelaksanaan pada siklus I.

  Dari data dan hasil refleksi yang diperoleh pada siklus II dapat ditarik kesimpulan bahwa Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dengan judul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Matematika dengan Model

  

Discovery Learning Pada Siswa Kelas V Semester II SD Negeri Bergas Lor 01

Tahun Ajaran 2014/2015 dikatakan berhasil.

1.3. ANALISIS DATA

  Pada analisis data ini akan dipaparkan data tentang kondisi awal sebelum diadakan penelitian, siklus I, dan siklus II. Hasil belajar siswa pada kondisi awal dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Hasil belajar siswa pada kondisi awal dengan KKM 65

  No Kriteria Jumlah Siswa Prosentase .

  1. Tuntas 9 36 %

  2. Tidak tuntas 16 64 % Jumlah 25 100% Nilai Tertinggi

  89 Nilai Terendah

  34 Rata-Rata kelas 61,08

  Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa siswa yang tuntas belajar pada kondisi

  awal adalah 9 siswa dengan persentase 36% dan siswa yang belum tuntas sebanyak 16 siswa dengan prosentase 64% dengan diketahui bahwa siswa belum mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 65.Pada kondisi awal ini proses belajar mengajar guru masih banyak ceramah, pembelajaran memahami konsep matematika. Hal tersebut juga menyebabkan siswa kurang berani untuk bertanya hal-hal yang kurang dimengerti dan membuat siswa kurang berani ketika guru meminta untuk mengerjakan soal di depan kelas.

  Dari hasil belajar siswa pada kondisi awal atau sebelum diadakannya penelitian dapat dibuat grafik. Grafik hasil belajar siswa pada kondisi awal dapat dilihat pada grafik 4.1.

  Kondisi Awal 36%

  Tuntas

  64%

  Tidak Tuntas

  Diagram 4.1 Hasil belajar siswa pada kondisi awal

  Dari diagram 4.1 menunjukkan bahwa terdapat 36% siswa yang nilainya sudah mencapai ketuntasan dan 64% siswa belum mencapai ketuntasan. Nilai tersebut diperoleh dari hasil UAS semester 1 siswa kelas V sebelum diadakan penelitian.Mengacu pada hasil belajar dan ketuntasan belajar mata pelajaran Matematika siswa pada kondisi awal, maka peneliti merencanakan untuk melakukan tindakan dalam rangka memperbaiki kondisi tersebut dengan menggunakan model Discovery Learning. Setelah mendapatkan nilai pada kondisi awal ini peneliti mengadakan penelitian untuk siklus I.

Tabel 4.2 Hasil belajar siswa pada siklus I KKM 65

  No Kriteria Jumlah Siswa Prosentase

  1. Tuntas 15 60 %

  2. Tidak Tuntas 10 40% Jumlah 25 100% Nilai Tertinggi 100 Nilai Terendah

  57 Rata-Rata kelas 76,6 Berdasarkan tabel 4.2 ditunjukkan bahwa pada pelaksanaan siklus I terdapat 15 siswa yang sudah mencapai KKM dengan prosentase 60 %, serta terdapat 10 siswa yang belum mencapai KKM dengan prosentase 40 %. Dari tabel 4.2 dapat dibuat diagram. Hasil belajar siswa pada pelaksanaan siklus I dapat dilihat pada diagram 4.2.

  

Siklus I

40% 60%

  Tuntas Tidak Tuntas Diagram 4.2 Hasil belajar siswa pada siklus I

  Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus I menunjukkan bahwa pada siklus I belum semua siswa mencapai nilai ketuntasan, sehingga peneliti perlu mengadakan tindak lanjut dengan pelaksanaan siklus II. Data hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil belajar siswa pada siklus II KKM 65

  No Kriteria Jumlah Siswa Prosentase

  1. Tuntas 25 100 %

  2. Tidak Tuntas 0 % Jumlah 25 100% Nilai Tertinggi 100 Nilai Terendah

  73 Rata-rata kelas

  91 Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pelaksanaan siklus II dapat dikatakan sudah

  

berhasil karena dari keseluruhan siswa yang berjumlah 25 siswa, semuanya sudah

mencapai KKM dengan persentase 100%. Dengan pencapaian nilai ketuntasan sebesar

100 % maka penelitian ini tidak perlu diadakan tindak lanjut. Dari tabel pelaksanaan

siklus II dapat dibuat diagram hasil belajar siswa. Diagram dapat dilihat pada diagram

  4.3.

  Siklus 2

  Tuntas

  100%

  Tidak Tuntas

  

Diagram 4.3

Hasil belajar siswa pada siklus II

  Peningkatan hasil belajar dari kondisi awal, siklus I sampai siklus II dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Sebelum Tindakan, Siklus 1 Dan Siklus 2 Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2 Kategor

  

No Jumlah Prosent Jumlah Prosen Jumlah Prosen

i Siswa ase Siswa tase Siswa tase

  1 Tuntas 9 36% 15 60% 25 100% Belum

  2 16 64% 10 40% 0% Tuntas

  Jumlah 25 100% 25 100% 25 100% Dari tabel 4.4 dapat diketahui adanya peningkatan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Pada kondisi awal nilai rata-rata kelasnya adalah 61,8 dengan prosentase ketuntasan belajar 36 %, nilai tersebut sangat kurang dari KKM yang ditentukan sekolah, hal ini terjadi karena guru masih menggunakan model belajar konvensional sehingga membuat siswa pasif dan kurang memahami konsep matematika. Berdasarkan kondisi tersebut peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model Discovery Learning. Pada pelaksanaan siklus I diperoleh prosentase hasil belajar adalah 60% dengan nilai rata-rata kelas yang dicapai adalah 76,6. Berdasarkan hasil belajar siklus 1, terjadi peningkatan hasil belajar jika dibandingkan dengan kondisi awal sebelum diadakan penelitian, namun pembelajaran siklus 1 belum mencapai standart ketuntasan klasikal yaitu minimal 90%. Hal ini terjadi karena dalam kegiatan diskusi kelompok siswa kurang serius dalam berdiskusi dengan kelompok sehingga siswa kurang memahami konsep matematika melalui kegiatan diskusi kelompok. Nilai yang dicapai pada pelaksanaan siklus I ini belum mencapai hasil yang maksimal karena dari keseluruhan siswa yang berjumlah 25 belum semuanya mencapai KKM, untuk itu peneliti melakukan tindak lanjut dengan pelaksanaan penelitian pada siklus II. Sedangkan pada siklus II terdapat 100% siswa yang sudah mencapai KKM yang ditentukan yaitu 65. Dengan menggunakan model Discovery Learning pada siklus 2 maka siswa sudah mulai aktif dalam kegiatan diskusi kelompok, siswa sudahmulai paham menganai konsep dari matematika, siswa sudah berani dalam menyampaikan pendapat, pertanyaa, dan mengerjakan soal di depan kelas.

  Setelah dilaksanakannya pembelajaran menggunakan model Discovery

  

Learning pada siklus 1 dan 2, hasil yang diperoleh siswa terdapat perbandingan

  antara kondisi awal, siklus 1, dan siklus 2. Pada kondisi awal, hasil belajar siswa masih rendah dikarenakan pembelajaran masih didominasi oleh guru. Pada siklus 1 terjadi peningkatan hasil belajar namun secara klasikal belum mencapai ketuntasan minimal 90%, dikarenakan siswa kurang serius dalam pembelajaran menggunakan model Discovery Learning. Pada siklus 2 terjadi peningkatan hasil belajar sangat pesat, dikarenakan siswa mulai serius ketika berdiskusi dan berani mengutarakan pendapat, sehingga siswa dapat memahami konsep matematika melalui pembelajaran menggunakan model Discovery Learning.

  Dengan pencapaian hasil belajar pada siklus 2 diperoleh 100% dari jumlah siswa mengalami ketuntasan belajar, maka dapat disimpulkan bahwa penelitaian ini sudah berhasil. Dari data tersebut dapat dibuat diagram hasil belajar dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II pada diagram 4.4

  30

  25

  16

  20

  15

  9

  10

  10 Tuntas Tidak Tuntas Kondisi Siklus I

  Awal Siklus II

1.4. PEMBAHASAN

  Berdasarkan paparan hasil analisis data penelitian, maka dapat diketahui bahwa setelah dilaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning terjadi peningkatan hasil belajar. Adapun pembahasan yang menghubungkan antara model discovery learning dengan hasil penelitian yang kami lakukan.

  Pembelajaran mata pelajaran matematika tentang sifat-sifat bangun ruang dengan menggunakan model discovery learning sangat cocok untuk digunakan karena dalam pembelajaran ini dituntut untuk aktif menemukan pengetahuan baru melalui proses belajar saat di kelas sehingga pengetahuan yang didapatkan mudah diapahami atau diingat. Hal tersebut sejalan dengan pandangan dari tokoh Bruner dalam Ratna W. D (2006).

  Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang hasil prosentase ketuntasan belajar siswa kelas V SD Negeri Bergas Lor 01 Kondisi Awal, Siklus 1, Siklus 2 dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7 Prosentase Ketuntasan Belajar Siswa Kondisi Awal, Siklus 1, Siklus 2 F % Indikator Kinerja N Kondisi Siklus Siklus Kondisi Siklus Siklus Ketuntasan Awal

  1

2 Awal

  1

  2 90%

  9

  15

  25

  36 60 100 ≥65 <65

  16

  10

  64

  40 KKM 65 Jmlh

  25

  25 25 100 100 100 Perbandingan perolehan nilai siswa tiap siklus pada tabel 4.7, apabila digambarkan dengan diagram dapat dilihat pada diagram 4.5 dibawah ini.

  25

  25

  20

  16

  15 ≥65

  15 <65

  10

  9

  10 Prosentase ≥65 Prosentase <65 5 36% 100%

  60% 64% 40% 0% Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2

  Diagram 4.5 Prosentase Ketuntasan Belajar

  Berdasarkan penilaian hasil belajar siswa, dapat kita lihat pada tabel 4.7 dan diagram 4.5 yaitu prosentase ketuntasan hasil belajar siswa tiap siklus. Dapat dilihat bahwa pada kondisi awal sebelum diadakan tindakan (pra siklus) menunjukkan bahwa dari keseluruhan siswa yang berjumlah 25 hanya 9 (36%) siswa yang nilainya mencapai KKM dan terdapat 16 (64%) siswa yang belum mencapai KKM, dengan nilai rata-rata kelas 65. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran, guru hanya ceramah dan cenderung guru yang lebih aktif sehingga siswa pasif. Bahkan banyak siswa yang merasa takut untuk mengerjakan soal di depan kelas karena mereka merasa kesulitan dengan konsep matematika, sehingga hal ini berdampak pada hasil belajar siswa.

  Berdasarkan data yang diperoleh maka perlu diadakan tindakan untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Matematika dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning untuk pembelajaran Matematika. Pada pelaksanaan tindakan dari pra siklus ke siklus I dapat kita lihat bahwa ada 15 siswa dari 25 siswa yang sudah mencapai KKM dengan prosentase 60% ini dikarenakan siswa sudah mulai aktif, siswa mulai memahami konsep, hal ini sesuai dengan kelebihan model discovery learning menurut Nanik (2013), serta terdapat 10 siswa yang belum mencapai KKM dengan prosentase 40%, hal ini dikarenakan masih ada beberapa siswa yang kurang serius dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning. Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus I menunjukkan bahwa belum semua siswa mencapai nilai tuntas, sehingga peneliti perlu mengadakan tindak lanjut pada siklus II.

  Pada pelaksanaan tindakan dari siklus I ke siklus II dapat dikatakan sudah berhasil karena dari keseluruhan siswa yang berjumlah 25 siswa, semuanya sudah mencapai KKM dengan persentase 100%, ini dikarenakan banyak siswa sudah aktif dalam pembelajaran, siswa termotivasi untuk bersemangat dan bertanya jika kurang paham, siswa sudah baik dalam memahami konsep, siswa sudah mulai merasa senang ketika mengikuti pembelajaran matematika, guru juga melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran, hal ini sesuai dengan kelebihan dari model

  

discovery learning menurut Nanik (2013). Maka dari itu semua siswa mendapat

  nilai tuntas. Dengan pencapaian nilai ketuntasan sebesar 100% maka penelitian ini tidak perlu diadakan tindak lanjut.

  Pada proses pembelajaran menggunakan model discovery learning pada mata pelajaran matematika, membuat rasa keingintahuan siswa menjadi lebih tinggi karena siswa menjadi penasaran dengan langkah-langkah kegiatan model

  

discovery learning , siswa termotivasi untuk menemukan jawaban dari persoalan

  yang diberikan oleh guru. Hal ini sejalan dengan pendapat Ratna Wilis Dahar (2011) yaitu tentang belajar penemuan dapat membangkitkan keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban- jawaban. Selain itu pembelajaran menggunakan model discovery learning membuat pengetahuan yang diperoleh siswa menjadi mudah diingat, konsep- konsep yang dipelajari mudah diterima dan diterapkan oleh siswa, kemampuan berpikir siswa meningkat. Hal ini sesuai dengan kebaikan dari model belajar penemuan yang dikemukakan oleh Ratna Wilis Dahar (2011) yaitu: Pertama, pengetahuan itu bertahan lama atau lama diingat bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain. Kedua, hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya. Dengan kata lain, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dijadikan milik kognitif seorang lebih mudah diterapkan pada situasi yang baru. Ketiga, secara menyeluruh belajar penemuan meningktkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara

  Dari pembahasan di atas terlihat bahwa model discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sejalan pada penelitian Bambang Supriyanto, yang berjudul “Penerapan Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI B Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Keliling Dan Luas Lingkaran di SDN Tanggul Wetan 02 Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember”.

  Berdasarkan hasil pembahasan secara keseluruhan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan model discovery learning pada siswa kelas V SD Negeri Bergas Lor 01 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2014/2015 dikatakan berhasil untuk meningkatkan hasil belajar.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Kuis untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Semester

0 0 52

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Kuis untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Semester

0 0 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Game Tournament untuk Meningkatkan Kemampuan Kerjasama dan Hasil Belajar Matem

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Game Tournament untuk Meningkatkan Kemampuan Kerjasama dan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas V SD Negeri Kutowinangun 11 Kecamatan Ti

0 0 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Subyek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Game Tournament untuk Meningkatkan Kemampuan Kerjasama dan Hasil Bela

0 0 59

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Aplikasi Informasi Kuliner Kabupaten Semarang Berbasis Android dengan Memanfaatkan Google Maps API

0 0 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Perilaku Pembayaran Anggota Pusat Kebugaran Silver Sport Club Salatiga dengan Clustering Data Mining

0 1 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Offensive Volleyball Menggunakan Finite State Automata

2 3 26

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Matematika dengan Menggunakan Model Belajar Penemuan (Disco

0 0 9

3.2. Karakteristik Subjek Penelitian dan Seting Penelitian 3.2.1. Karakteristik Subjek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Matematika dengan Menggunakan Model Belaj

0 0 12