Analisis Journal implementasi ICT di sek

Sikap Pendidik dan Peserta Didik Terhadap ICT
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Sistem Informasi
dengan Dosen Pengampu H. Slamet, MM. Ph.D

Oleh:
Abdul Halim Wicaksono

13710036

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2014

Implementasi ICT di Sekolah
Seiring berjalanya maju, segala sesuatu bergerak dan berkembang pesat. Hal ini
sebagaimana juga dalam bidang teknologi. Sekolah sebagai tempat dan wahana pengembangan
sumber daya manusia, tentunya tak ingin ketinggalan apalagi teknologi dibutuhkan untuk lebih
mempercepat lagi proses transformasi ilmu pengetahuan. Hal ini menjadi alasan kuat banyaknya
sekolah yang menerapkan ICT (Information and Communication Technology).
Negara Turki melalui Turkish Ministry of National Education (MNE) telah mengusahakan

penerapan ICT di bidang pendidikan sebagai sebuah alternatif solusi permasalahan pendidikan dan
untuk memacu inovasi dalam bisang pendidikan. Dalam statistiknya, sekolah-sekolah di Turki yang
telah dilengkapi dengan fasilitas internet meningkat dari 40% pada 2005 menajdi 68,1% pada tahun
2006. Selain itu, pada 2001, 67% dari 520 ribu guru telah mengikuti kursus komputer untuk
meningkatkan kecakapan dalam penggunaan teknologi ini. Hingga tahun 2008, diperkirakan 87%
dari 45.973 sekolah formal di Turki telah memiliki koneksi internet.1
Negara-negara ASEAN yang banyak diduduki oleh negara berkembag, kecuali Singapura
yang telah maju dan Laos, Vietnam, Myanmar dan Kamboja yang masih terus berjuang dalam
menstabilkan ekonomi, telah turut serta berinvestasi dalam penyebaran ICT di sekolah-sekolah.
Walaupun nilai investasi ini masih tergolong rendah.2 Hasil dari penelitian ini menggambarkan
bahwa terdapat tiga negara yang berkembang pesat setelah penerapan ICT di bidang pendidikan,
ketiga negara tersebut yaitu Australia, Singapura, dan Malaysia.
Sedangkan Filipina, Indonesia, dan Thailand, masih belum merasakan dampak yang besar
sebagai hasil dari investasi dalam pembangunan ICT. Khususnya di Indonesia, sebagai negara agraris
memang ICT belum digunakan dengan efektif bagi sebagian besar masyarakatnya. Namun,
tantangan kedepan bangsa ini bukan hanya terletak pada pemanfaatan sumber daya alam, melainkan
juga pengelolaanya. ICT memiliki andil yang sangat besar dalam pengelolaan informasi agar SDA
yang ada dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efisien. Saran dari peneliti ini, agar ketiga negara
berkembang ini lebih banyak lag menginvestasikan ICT sehingga dapat meningkatkan pengolahan
informasi dan komunikasi untuk mengembangkan sumber daya yang ada.3 Negara-negara

Erdoğan Tezci, mengutip Turkish Ministry of National Education (MNE) 2008, dalam jurnalnya Attitudes and
Knowledge level ofteachers in ICT use: The case of Turkish teachers, International Journal of Human Science, Volume
7, Issue 2, 2010. Hlm, 20
2
Ali Salman Saleh, Fostering ICT Development for Growth: Measuring the Payoffs for Australia and the Asean-5
Countries, American Journal of Applied Sciences, vol. 5, 2008. Hlm, 1677
3
Ibid. Hlm, 1683
1

-1 -

berkembang biasanya terganjal tiga faktor dalam investasi ICT di dunia pendidikan, faktor tersebut
adalah: pendapatan per-kapita yang rendah, biaya ICT yang masih tinggi, dan minimnya atau
terbatasnya fasilitas ICT yang umum.
Di Irlandia, ada sebuah pengembangan metode cerita dengan menggunakan teknologi.
Bahkan, penggunaanya digagas sebagai metode utama dalam menyajikan sebuah cerita kepada
peserta didik di ruang-ruang kelas. Dalam hasil penelitianya, meskipun metode ini hanya dapat
efektif kepada sebuah group peserta didik, mampu memberikan sentuhan yang menarik minat,
kemudian peserta didik juga dituntun untuk memberikan perhatian pada sesuatu yang menarik dan

memberikan pelajaran berharga dari cerita tadi. Pendidik juga dapat dengan mudah melibatkan
peserta didik dalam kegiatanya, selain itu juga untuk menunjang skill pemanfaatan teknologi di abad
ke 21 ini.4 Namun sebenarnya hal ini bukan tanpa kritikan, penggunaan teknologi akan tepat bila
perencanaanya jelas dan matang. Bila perencanaan materi masih kabur dan kurang jelas, maka hal ini
malah akan menimbulkan pengalihan fokus peserta didik pada hal lainya.
Bangladesh, yang merupakan negara berkembang dengan hanya 65% dari populasinya
bebas buta aksara, memilih pendekatan ICT untuk mengentaskan permasalahan pendidikan ini.
Walaupun memang banyak tantanganya, namun kemajuan teknologi diharapkan menjadi sebuah
wahana dan fasilitas untuk mengangkat kualitas pendidikan, khususnya dalam pemberantasan buta
aksara. Di negara ini, peran ICT lebih pada pembelajaran yang berfokuskan pada peserta didik.
Dalam penerapanya, Bangladesh telah menginstalasi perangkat komputer dalam bisang administrasi
terendah atau yang dinamakan Union. Selain itu, mengenalkan pula multimedia classroom pada
jenjang pendidikan menengah pertama. Pengembangan perdagangan berbasis elektronik juga mulai
diselenggarakan, dan terakhir mereka telah mendirikan dan memproduksi laptop dalam negeri.5

4

Nuala Sweeney-Burt, Implementing Digital Storytelling as a Technology Integration Approach with Primary School
Children, Irish Journal of Academic Practice, Vol. 3, Issue 1, Dublin Institute of Technology. 2014. Hlm, 21
5

Shahnaj Parvin, Integrations of ICT In Education Sector For The Advancement of The Developing Country: Some
Challenges and Recommendations-Bangladesh Perspective, International Journal of Computer Science & Information
Technology (IJCSIT), Vol 5, No 4, August 2013. hlm, 87-90

-2 -

Sikap Masyarakat Sekolah Terhadap ICT
Pada tataran sikap sekolah, dalam hal ini pendidik terdapat beberapa penelitian yang
menggambarkanya. Di Maharashtra, sebuah provinsi India bagian barat dilakukan penelitian
mengenai apakah jenis gender pendidik di sekolah menengah tingkat pertama berpengaruh dalam
peningkatan skill penguasaan terhadap ICT. Dan disana ditemukan tiga kesimpulan, yaitu: baik pria
maupun wanita memiliki prespektif yang sama dalam penggunaan hardware dan software terbaru
dalam penggunaanya sebagai media pendidikan. Kedua, baik pria maupun wanita memiliki
kompetensi yang sama dalam mengembangkan kecakapan skill dalam mengoperasikan teknologi
terbaru. Ketiga, kompetensi skill dalam mengoperasikan ICT akan berpengaruh pada kualitas
pemakaianya sebagai sarana pendidikan. Bila kompetensi atau skillnya tinggi, maka pendidik akan
memiliki prespektif yang positif dan lebih efektif dalam penggunaan ICT untuk pendidikan.6
Di Swaziland, kementrian pendidikanya telah membangun sebuah sistem yang mengajarkan
ICT sebagai subject dan mengintegrasikanya kedalam kegiatan pendidikan. Dalam pelaksanaanya,
memang pembelajaran tentang ICT tidak memiliki kurikulum yang baku. Sebagian kurikulum masih

berpatokan pada kurikulum Inggris dalam pengenalan teknologi informasi ini. Guru-gurunya pun
sebagian masih ada yang belum bersertifikat sebagai pengajar ICT, hal ini dikarenakan negara yang
dalam keadaan kurang stabil serta adanya krisis ekonomi. Sebuah penelitian pada tahun 2012 dengan
mengambil sampel 42 sekolah baik di kota maupun pedesaan yang memiliki fasilitas ICT,
menunjukkan bahwa 32% dari jumlah keseluruhan guru ditugaskan untuk mengajarkan ICT.7
Sedangkan ICT sebaga integrasi dalam dunia pendidikan, dilaksanakan dengan penggunaanya untuk
mengajarkan pengetahuan umum, pertanian, dan berhitung atau matematika. Namun, memang masih
banyak guru yang belum menggunakan sepenuhnya bahkan belum mengerti bagaimana
penggunaanya. Maka pemerintah Swaziland mendidik pra-guru atau persiaapan sebagai guru, dalam
hal penggunaan dan pemanfaatan ICT sebagai sarana pembelajaran, sehingga diharapkan mereka
dapat menerapkanya setelah benar-benar ditugaskan sebagai guru di sekolah-sekolah.8
Di kota Yogyakarta, ICT telah diterapkan di sekolah-sekolah guna menigkatkan kualitas
pembelajaran. Penelitian ini melibatkan 341 responden yang terdiri dari peserta didik, pendidik,
tenaga pengajar ICT, Staff, dan kepala sekolah. Sampel ini dipilih secara random dari 11 sekolah
menengah tingkat atas kota Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 8 orang (2,3%)
6

Chandrakant Borase, Secondary School Teachers Attitude Towards New Technology in Teaching in Relation to Their
Competency of ICT, Monthly Multidisciplinary Research Journal, Vol 3, Issue 12 Sept 2014, Maharashtra, India. Hlm. 4
7

Nomsa Mndzebele, Teachers Readiness in Using ICT in the Classroom: The Case of a Developing Country,
International Journal of Information and Education Technology, Vol. 3, No. 4, August 2013. Hlm. 410
8
Ibid. Hlm, 410

-3 -

memiliki kompetensi yang sangat rendah, 54 orang (15,8%) tingkat rendah, 115 orang (33,5%)
tingkat menengah, 128 orang (37,5%) tingkat tinggi, dan 36 orang (10,6%) menempati level tingkat
yang sangat tinggi. ICT telah diterapkan secara sistematis melalui desain, pengembangan,
pemanfaatan, pengelolaan, dan evaluasi. Sedangkan hambatan dalam melaksanakan ICT berasal dari
kurangnya personil, infrastruktur, perangkat keras, dan perangkat lunak.9 Implementasi ICT di Kota
Yogyakarta pada umumnya telah dilaksanakan secara sistematis dengan mengikuti model mulai dari
disain, pengembangan/produksi, pemanfaatan, pengelolaan, dan evaluasi.
Di Malaysia, telah diadakan penelitian bagaimana sikap dan kreativitas anak-anak pedesaan
dalam menghadapi pendidikan berbasis ICT. Data untuk penelitian ini telah dikumpulkan dari survei
pada 585 siswa di Sekolah Menengah Kebangsaan Tengku Temenggung Ahmad (SMKTTA) di
distrik pedesaan Kundang Ulu, Johor. Area spesifik telah dipilih oleh Universiti Kebangsaan
Malaysia di bawah salah satu proyek pelayanan masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
anak-anak pedesaan di Malaysia memiliki sikap positif terhadap ICT, pengetahuan dan ketrampilan

penggunaan ICT berkisar antara rendah hingga sedang, namun masih memiliki informasi yang
terbatas atas internet.10 Hal ini kebanyakan dikarenakan letak geografis dimana mereka tinggal, yang
mana sangat minim dan terbatas ditemukan fasilitas ICT dan internet.

9

Herman Dwi Surjono dan Abdul Gafur, Potensi Pemanfaatan ICT Untuk Peningkatan Mutu Pembelajaran SMA di Kota
Yogyakarta, Cakrawala Pendidikan, Th. XXIX, No. 2, Juni 2010.hlm, 171
10
Hairulliza Mohamad Judi, Rural Students’ Skills and Attitudes Towards Information and Communication Technology,
Journal of Social Sciences Vol 7, issue 4, 2011.hlm, 625

-4 -

Referensi Jurnal
Erdoğan Tezci, Attitudes and Knowledge level ofteachers in ICT use: The case of Turkish
teachers, International Journal of Human Science, Volume 7, Issue 2, 2010.
Ali Salman Saleh, Fostering ICT Development for Growth: Measuring the Payoffs for Australia
and the Asean-5 Countries, American Journal of Applied Sciences, vol. 5, 2008.
Nuala Sweeney-Burt, Implementing Digital Storytelling as a Technology Integration Approach

with Primary School Children, Irish Journal of Academic Practice, Vol. 3, Issue 1, Dublin
Institute of Technology. 2014
Shahnaj Parvin, Integrations of ICT In Education Sector For The Advancement of The
Developing Country: Some Challenges and Recommendations-Bangladesh Perspective,
International Journal of Computer Science & Information Technology (IJCSIT), Vol 5, No
4, August 2013.
Chandrakant Borase, Secondary School Teachers Attitude Towards New Technology in
Teaching in Relation to Their Competency of ICT, Monthly Multidisciplinary Research
Journal, Vol 3, Issue 12 Sept 2014, Maharashtra, India.
Nomsa Mndzebele, Teachers Readiness in Using ICT in the Classroom: The Case of a
Developing Country, International Journal of Information and Education Technology, Vol.
3, No. 4, August 2013.
Herman Dwi Surjono dan Abdul Gafur, Potensi Pemanfaatan ICT Untuk Peningkatan Mutu
Pembelajaran SMA di Kota Yogyakarta, Cakrawala Pendidikan, Th. XXIX, No. 2, Juni
2010
Hairulliza Mohamad Judi, Rural Students’ Skills and Attitudes Towards Information and
Communication Technology, Journal of Social Sciences Vol 7, issue 4, 2011.

-5 -