BAB II PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 142 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN INDUSTRI A. Kawasan Industri Indonesia - Peran Pemerintah dalam Pembangunan Kawasan Industri Ditinjau dari Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015

BAB II
PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI BERDASARKAN
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 142 TAHUN 2015 TENTANG
KAWASAN INDUSTRI

A. Kawasan Industri Indonesia
Lahirnya kawasan industri di Indonesia untuk mendukung kegiatan
industri yang efisien dan efektif di wilayah pusat pertumbuhan industri. Kawasan
industri mulai di kembangkan pada awal tahun 1970 di Indonesia sebagai salah
satu bentuk usaha untuk memenuhi kegiatan penanaman modal baik dari dalam
maupun dari luar negeri. Pada awalnya kawasan industri hanya bisa
dikembangkan oleh pemerintah melalui BUMN dan/atau badan usaha milik
daerah (selanjutnya disebut BUMD). 24 Hal ini dikarenakan seluruh modal dalam
kawasan industri berasal dari pemerintah dan/atau pemerintah daerah.
Seiring dengan perkembangan investasi yang terus meningkat dan untuk
mempercepat pertumbuhan industri baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
maupun untuk ekspor maka pemerintah Indonesia mulai mengizinkan pihak
swasta untuk terlibat dalam usaha kawasan industri melaui Kepres Nomor 53
Tahun 1989. Sejak pihak swasta di izinkan oleh pemerintah Indonesia untuk ikut
serta dalam mengembangkan kawasan industri maka pertumbuhan kawasan
industri bertumbuh dengan sangat pesat. Sampai pada tahun 2015 misalnya,

jumlah kawasan industri yang tercatat di Himpunan Kawasan Industri
(selanjutnya disebut HKI) adalah sebanyak 70 (tujuh puluh) kawasan industri
yang tersebar di 13 (tiga belas) provinsi dengan total luas kawasan industri yang
24

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1974 tentang
Ketentuan-Ketentuan Mengenai Penyediaan Dan Pemberian Tanah Untuk Keperluan Perusahaan,
Pasal 6 ayat (2).

20
Universitas Sumatera Utara

dikelola HKI per Juni 2015 seluas 44.482 hektare dengan realisasi pembangunan
seluas 11.929 hektare atau 26,81 persen dari total lahan yang telah dibuka dengan
jumlah tenant sebanyak 9.198 tenant. 25
1. Pengertian kawasan industri
Penjelasan sebelumnya telah dijelaskan sedikit mengenai latar belakang
muncul dan berkembangnya kawasan industri di Indonesia. Namun, untuk lebih
memahami pengertian dari kawasan industri tersebut maka akan dijelaskan
mengenai pengertian dari kawasan industri di Indonesia. Di Indonesia istilah

kawasan industri masih relatif baru. Istilah tersebut digunakan untuk
mengungkapkan suatu pengertian tempat pemusatan kelompok perusahaan
industri dalam suatu areal tersendiri. 26
Secara terminologi kata kawasan industri di Indonesia sering disebut
dengan istilah industrial estate sementara di beberapa negara lain menggunakan
istilah industrial park. Kata kawasan yang ada di dalam kawasan industri adalah
kata yang diambil dari bahasa lain, menurut bahasa Inggris kata kawasan lebih
tepat dipakai dari kata “area” yang artinya “scope or range of activity” yang
terjemahan bebasnya adalah “daerah yang dipakai untuk suatu kegiatan.” 27
Sedangkan kata kawasan menurut kamus bahasa Indonesia adalah “daerah”
sedangkan daerah artinya adalah “wilayah”. 28 Dengan demikian kata kawasan

25

http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20151102190003-92-89009/400-hektare-lahanindustri-diyakini-terjual-tahun-ini/ (diakses pada 26 februari 2016).
26
http://www.defenisi-pengertian.com/2015/05/defenisi-dan-pengertian-kawasan-industrihtml (diakses pada 26 februari 2016).
27
As Homby, oxford advance dictionary of current english, Twenty-fifth impression
(USA: Oxford University Press,1989), hlm. 40.

28
Amran Ys Chaniago, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Cetakan ke V (Bandung:
Pustaka Setia, 2002), hlm. 133.

21
Universitas Sumatera Utara

menurut pemahaman secara umum adalah sebuah kawasan yang diperuntukkan
bagi suatu kepentingan tertentu.
Menurut Soefaat kawasan adalah ruang yang merupakan kesatuan
geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya
ditentukan

berdasarkan

aspek

fungsional

serta


memiliki

ciri

tertentu/spesifik/khusus. 29 Selanjutnya kawasan industri dan kawasan ekonomi
khusus pada dasarnya adalah dua hal yang sama, yaitu berisi sekumpulan
perusahaan yang relatif sejenis dan diberikan kemudahan-kemudahan oleh
pemerintah. Sehingga dalam konteks ini kawasan industri tidak berbeda dengan
kawasan ekonomi khusus. Hal ini menurut kementerian perindustrian yang
mendefenisikan kawasan ekonomi khusus sebagai kawasan industri yang
diberikan fasilitas kemudahan dan insentif serta infrastruktur yang memadai. 30
Kawasan industri di defenisikan sebagai pembangunan sarana baru yang
diperuntukkan untuk industri tertentu atau sesuai dengan keunggulan daerah yang
mampu menyediakan infrastruktur untuk membantu pengembangan operasional
dan industri serta fasilitas pendukung yang berperan mendorong perkembangan
industri tersebut. 31 Di Indonesia pengertian kawasan industri dapat mengacu pada
ketentuan yang terdapat di dalam PP Nomor 142 Tahun 2015, yaitu merupakan
kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana penunjang yang di kembangkan dan di kelola oleh perusahaan kawasan

industri. 32

29

Soefaat et.al, Kamus Tata Ruang Edisi 1 (Jakarta: Direktorat Jenderal Cipta Karya
Departemen PU/Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia, 1997), hlm. 116.
30
https://www.joubertbmaramis.blogspot.com/,(Sejarah,defenisi,Keuntungan,danKelema
hanKEK) (diakses pada 26 februari 2016).
31
Ibid.,
32
Pasal 1 angka 4 PP Nomor 142 Tahun 2015.

22
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan pernyataan diatas dapat di jelaskan secara konseptual bahwa
kawasan industri merupakan kawasan yang dilengkapi dengan berbagai sarana
dan prasarana serta fasilitas penunjang lainnya yang telah disediakan oleh

pengelola kawasan industri tersebut, sehingga para investor dan pengusaha akan
memiliki semangat untuk memasukan dan menginvestasikan ke sektor industri.33
Kawasan industri adalah suatu daerah yang didominasi oleh aktivitas industri
yang mempunyai fasilitas kombinasi terdiri dari peralatan-peralatan pabrik
(industrial plants), sarana penelitian dan laboratorium untuk pengembangan,
bangunan perkantoran, bank serta fasilitas sosial dan fasilitas umum. 34
Menurut Marsudi Djojodipuro, kawasan industri (industrial estate)
merupakan sebidang tanah seluas beberapa ratus hektare yang telah di bagi dalam
kavling dengan luas yang berbeda sesuai dengan keinginan yang diharapkan
pengusaha. 35 Menurut Israd, defenisi dari kawasan industri adalah sekumpulan
kegiatan yang timbul di tempat yang ditentukan dan dimiliki oleh sekelompok
kegiatan yang mementingkan produksi, pemasaran atau hubungan timbal
baliknya. 36
Berdasarkan defenisi-defenisi diatas dapat di simpulkan bahwa pengertian
kawasan industri secara umum ialah kawasan yang di bentuk khusus untuk
menjalankan fungsi perindustrian serta di berikan kemudahan-kemudahan oleh
pemerintah bagi pihak-pihak yang menjalankan kegiatan perindustrian dalam
wilayah kawasan industri Indonesia, yang dibentuk dalam rangka mempercepat

33


http://www.modern-cikande.co.id/lang_id/artikel/pengertian-kawasan-industriindustrial-estate/ (diakses pada 26 februari 2016).
34
Roetanto W. Dirdjojuwono, Kawasan Industri Indonesia: Sebuah Konsep Perencanaan
dan aplikasinya (Bogor: Pustaka Wirausaha Muda, 2004), hlm. 2.
35
Marsudi Djojodipuro, Teori Lokasi (Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 1992), hlm. 74.
36
David M. Smith, Industrial Location (New York: John Wiley & Son, 1981), hlm. 40.

23
Universitas Sumatera Utara

pencapaian pembangunan perekonomian nasional dalam sektor industri melalui
kegiatan penanaman modal dan dapat memberikan dampak positif bagi negara
Indonesia. Dengan demikian dapat ditarik beberapa unsur-unsur terkait kawasan
industri, yaitu:
a. Kawasan yang dibentuk untuk kegiatan perindustrian dan investasi.
b. Mempunyai batasan yang jelas.
c. Diperuntukkan untuk penyelenggaraan fungsi perindustrian, yang biasanya

diisi oleh industri manufaktur (pengolahan beragam jenis).
d. Memiliki fasilitas dan infrastruktur yang memadai.
2. Tujuan dan manfaat kawasan industri
Tujuan pembangunan kawasan industri di Indonesia secara tegas terdapat
di dalam PP Nomor 142 Tahun 2015, yaitu meliputi: 37
a. Mempercepat penyebaran dan pemerataan pembangunan industri
Melalui kawasan industri maka usaha-usaha perindustrian yang ada di
Indonesia yaitu seperti usaha industri kecil, usaha industri menengah maupun
usaha industri besar akan mengalami penyebaran secara merata diseluruh wilayah
negara Republik Indonesia terutama di daerah-derah yang ada di Indonesia.
b. Meningkatkan upaya pembangunan industri yang berwawasan lingkungan
Melalui kawasan industri maka pembangunan maupun pengembangan
perindustrian yang ada di Indonesia akan berdasarkan pembangunan yang
berwawasan lingkungan atau pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan
yang berwawasan lingkungan adalah pembangunan yang dapat memenuhi
kebutuhan saat ini dengan mengindahkan kemampuan generasi mendatang dalam

37

Pasal 2 ayat (2) PP Nomor 142 Tahun 2015.


24
Universitas Sumatera Utara

mencukupi kebutuhannya. Ada 3 (tiga) hal yang tercakup didalam pembangunan
berwawasan lingkungan yaitu pengelolaan sumber alam secara bijaksana,
pembangunan berkesinambungan sepanjang masa dan peningkatan kualitas
hidup. 38 Dengan demikian kawasan industri sangat mendukung peningkatan
kualitas lingkungan hidup secara menyeluruh. Dengan cara mengelompokan
kegiatan industri pada satu lokasi pengelolaan agar lebih mudah dalam
menyediakan fasilitas pengolahan limbah dan juga pengendalian limbah.
c. Meningkatkan daya saing investasi dan daya saing industri
Melalui kawasan industri maka Indonesia dapat dan mampu untuk
menghadapi tantangan-tantangan persaingan dari para pesaing asing dibidang
industri maupun investasi. Untuk meningkatkan daya saing investasi maupun
industri pemerintah melakukan pendekatan-pendekatan kepada penanaman modal
khususnya penanaman modal asing dengan memberikan kemudahan-kemudahan
dalam hal melaksanakan kegiatan perindustrian di wilayah kawasan industri serta
pelayanan-pelayanan lainnya sebagai bentuk upaya yang dilakukan pemerintah.
d. Memberikan kepastian lokasi sesuai tata ruang

Melalui kawasan industri maka masalah yang berkaitan dengan
penggunaan lahan serta masalah yang berkaitan dengan penentuan lokasi untuk
usaha perindustrian di Indonesia akan dapat diatasi. Sebab semuanya sudah di
tentukan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah (selanjutnya disebut RTRW).
Dengan demikian maka usaha perindustrian yang ada di Indonesia dapat
dilakukan di lokasi yang sesuai dengan peruntukannya.

38

RM. Gatot P. Soemartono, Hukum Lingkungan Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika,
1996), hlm. 199.

25
Universitas Sumatera Utara

Tim Koordinasi Kawasan

Industri Departemen Perindustrian RI

menjelaskan bahwa tujuan utama pembangunan dan pengusahaan kawasan

industri (industrial estate) adalah untuk memberikan kemudahan bagi para
investor sektor industri untuk memperoleh lahan industri dalam melakukan
pembangunan industri. 39 Sedangkan manfaat dari adanya pembangunan kawasan
industri di Indonesia ialah dirasakan oleh semua pihak baik oleh pemerintah,
pelaku usaha maupun masyarakat Indonesia. Adapun manfaat yang dirasakan oleh
pemerintah Indonesia adalah:
a. Meningkatnya penerimaan pajak
Melalui kawasan industri maka pemerintah Indonesia akan menerima
pajak yang lebih banyak berupa pajak yang berasal dari pajak penghasilan, pajak
penjualan dan pajak lainnya, dibanding dengan sebelum dibangunnya kawasan
industri di Indonesia.
b. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi negara maupun daerah di Indonesia
Melalui kawasan industri maka perekonomian negara Indonesia maupun
daerah Indonesia akan mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Hal ini di
karenakan pembangunan kawasan industri merupakan salah satu cara yang dapat
menyebabkan pertumbuhan perekonomian negara Indonesia maupun daerah
Indonesia mengalami peningkatan dari sebelumnya.
c. Meningkatkan kesadaran (awareness) terhadap pembangunan industri
yang berwawasan lingkungan
Melalui kawasan industri maka segala pembangunan usaha perindustrian
yang ada di kawasan industri Indonesia akan berdasarkan pembangunan yang
39

Tim Koordinasi Kawasan Industri Departemen Perindustrian, Kebijakan Pembangunan
Kawasan Industri Pasca Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1989 Tentang Kawasan Industri,
Seminar Pembangunan Kawasan Industri, Jakarta, 1990.

26
Universitas Sumatera Utara

berwawasan lingkungan. Hal ini di karenakan setiap perencanaan pembangunan
kawasan industri dilengkapi dengan studi analisis mengenai dampak lingkungan
(selanjutnya disebut AMDAL). Menurut ketentuan Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(selanjutnya disebut dengan UUPPLH), bahwa AMDAL adalah kajian mengenai
dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. 40 Dampak penting adalah perubahan
lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha
dan/atau kegiatan. Menurut Fola S. Elasemiju, AMDAL atau environmental
impact assement (EIA) muncul sebagai jawaban atas keprihatinan tentang dampak
negatif dari kegiatan manusia khususnya pencemaran lingkungan akibat dari
kegiatan industri pada tahun 1960-an. 41
d. Peningkatan nilai tanah akan menciptakan peningkatan investasi yang
tinggi
Melalui kawasan industri maka nilai-nilai tanah yang ada di Indonesia
khususnya disekitar kawasan industri akan meningkat dan hal ini berpengaruh
pula terhadap nilai investasi negara Indonesia.
Selanjutnya, adapun manfaat yang dirasakan oleh pelaku usaha dalam
kawasan industri Indonesia ialah mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya
dari usaha perindutrian yang dilakukan di dalam kawasan industri. Keuntungan
tersebut didapatkan karena:

40

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 1 angka 11 yang selanjutnya disebut dengan UUPPLH.
41
Soemartono, Hukum Lingkungan Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 1998), hlm. 158.

27
Universitas Sumatera Utara

a. Didalam kawasan industri terdapat kepastian hukum terhadap usaha yang
dijalankan
Kepastian hukum yang diberikan oleh pemerintah dalam kawasan industri
berupa PP Nomor 142 Tahun 2015 dan peraturan-peraturan pelaksana lainnya.
Dengan adanya kepastian hukum tersebut maka para pelaku usaha akan merasa
aman, terlindungi dan tidak merasa dirugikan dalam melaksanakan usaha
perindustrian di dalam kawasan industri Indonesia.
b. Pemerintah

memberikan

kemudahan-kemudahan

bagi

proses

pembangunan industri
Kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh pemerintah ialah dengan cara
memberikan fasilitas berupa kemudahan dalam pembangunan dan pengelolaan
tenaga listrik untuk kebutuhan sendiri dan industri di dalam kawasan industri.42
Selain itu pemerintah juga memberikan insentif perpajakan 43 maupun insentif
daerah. 44 Insentif perpajakan akan diberikan berdasarkan pengelompokan WPI.
Kemudahan lainnya yaitu kemudahan dalam hal mengurus dan memperoleh IUKI
serta kemudahan-kemudahan lainnya yang dapat menarik pelaku usaha ke dalam
kawasan industri Indonesia.
c. Pelaku usaha tidak perlu membiayai pembangunan infrastruktur karena
telah disiapkan oleh pengelola kawasan industri
Pengelola kawasan industri telah menyiapkan pembangunan infrastruktur
industri yaitu berupa kawasan industri yang dapat dijadikan tempat pemusatan
kegiatan usaha perindustrian yang ada di Indonesia, kemudian pelaku usaha hanya
tinggal membeli atau menyewa kaveling di dalam kawasan industri tersebut dan
42

Pasal 42 ayat (1) PP Nomor 142 Tahun 2015.
Pasal 41 ayat (1) PP Nomor 142 Tahun 2015.
44
Pasal 43 ayat (1) PP Nomor 142 Tahun 2015.
43

28
Universitas Sumatera Utara

dituangkan di dalam bentuk perjanjian antara pelaku usaha dengan pengelola
kawasan industri.
Terakhir ialah manfaat kawasan industri yang dirasakan oleh masyarakat
Indonesia. Adapun manfaat tersebut ialah:
a. Kesempatan kerja terbuka lebar bagi masyarakat yang masih belum
memiliki pekerjaan
Lapangan pekerjaan di Indonesia akan terbuka luas dengan adanya
kawasan industri bagi masyarakat Indonesia yang belum memiliki pekerjaan.
Sehingga hal ini dapat membantu masyarakat untuk mencari nafkah bagi
kelangsungan hidupnya dan keluarga.
b. Tersedianya balai latihan kerja untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia di kawasan industri
Balai latihan kerja dibangun dan disediakan dengan tujuan untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten guna meningkatkan peran
sumber daya manusia Indonesia di bidang kawasan industri yang sesuai dengan
standar kompetensi kerja nasional Indonesia seperti kompetensi teknis dan
kompetensi manajerial.
c. Masyarakat dapat menikmati fasilitas sosial maupun fasilitas umum yang
terdapat dalam kawasan industri
Kawasan industri menyediakan fasilitas sosial maupun fasilitas umum bagi
pelaku usaha kawasan industri, namun fasilitas tersebut juga dapat digunakan oleh
masyarakat khususnya masyarakat yang tinggal didekat daerah kawasan industri
tersebut. Fasilitas sosial maupun fasilitas umum yang disediakan ialah seperti
tempat ibadah, sekolah, ruang terbuka maupun perumahan.

29
Universitas Sumatera Utara

Menurut Sadono Sukirno dalam praktiknya menyatakan bahwa penciptaan
kawasan perindustrian ditujukan untuk pembangunan industri di daerah guna
mempertinggi daya tarik dari daerah tersebut, dengan harapan akan diperoleh
manfaat sebagai berikut: 45
a. Menghemat pengeluaran pemerintah untuk menciptakan prasarana.
b. Untuk menciptakan efisiensi yang lebih tinggi dalam kegiatan industri.
c. Untuk menciptakan perkembangan daerah yang lebih cepat dan
memaksimalkan

peran

pembangunan

daerah

dalam

keseluruhan

pembangunan ekonomi.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat di simpulkan bahwa tujuan dari
pembangunan kawasan industri di Indonesia menurut PP Nomor 142 Tahun 2015
telah memberikan banyak manfaat bagi pemerintah Indonesia, pelaku usaha
maupun masyarakat Indonesia.
3. Kriteria pihak yang dapat melakukan pembangunan kawasan industri
Sesuai dengan penjelasan pada bagian awal, telah di jelaskan sedikit
bahwa lahirnya kawasan industri ialah untuk mendukung kegiatan perindustrian
yang ada di Indonesia. Pembangunan kawasan industri di Indonesia mengacu
pada ketentuan yang terdapat di dalam PP Nomor 142 Tahun 2015. Sebelum
dapat melakukan pembangunan kawasan industri di Indonesia maka terlebih
dahulu harus diketahui mengenai kriteria-kriteria pihak yang dapat melakukan
pembangunan kawasan industri di Indonesia. Sebab tidak semua pelaku usaha
dapat melakukan pembangunan kawasan industri di Indonesia.

45

Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan: proses, masalah dan dasar kebijaksanaan,
Edisi ke-2 (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 66.

30
Universitas Sumatera Utara

Menurut Pasal 6 PP Nomor 142 Tahun 2015 menyatakan bahwa
pembangunan kawasan industri dilakukan oleh badan usaha yang berbentuk badan
hukum dan didirikan berdasarkan hukum Indonesia serta berkedudukan di
Indonesia. 46 Berdasarkan pernyataan dalam Pasal 6 tersebut maka dapat diketahui
bahwa kriteria pihak yang dapat melakukan pembangunan kawasan industri di
Indonesia adalah:
a. Badan usaha yang berbentuk badan hukum
Defenisi dari kata usaha di sini ialah setiap tindakan, perbuatan atau
kegiatan apapun dalam bidang perindustrian, yang dilakukan oleh setiap
pengusaha dengan tujuan memperoleh keuntungan dan/atau laba. Suatu kegiatan
dapat disebut usaha dalam arti hukum perusahaan apabila memenuhi unsur dalam
bidang perekonomian, dilakukan oleh pengusaha dan tujuan untuk memperoleh
keuntungan dan/atau laba. 47
Badan usaha yang berbentuk badan hukum disini ialah BUMN atau
BUMD, koperasi dan perseroan terbatas (selanjutnya disebut PT). 48 BUMN
menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki
oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan
negara yang dipisahkan. 49 BUMD adalah perusahaan yang didirikan dan dimiliki
oleh daerah. Koperasi adalah organisasi bisnis yang dimiliki dan dioperasikan
oleh orang-seorang demi kepentingan bersama. Sedangkan PT merupakan

46

Pasal 6 ayat (1) PP Nomor 142 Tahun 2015.
Muhammad Abdul Kadir, Hukum Perusahaan Indonesia (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 1992), hlm. 2.
48
Pasal 6 ayat (2) PP Nomor 142 Tahun 2015.
49
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha
Milik Negara, Pasal 1 angka 1.
47

31
Universitas Sumatera Utara

perusahaan swasta atau merupakan suatu perusahaan yang berbentuk badan
hukum untuk menjalankan usaha yang memiliki modal terdiri dari saham-saham,
yang pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham yang dimilikinya.
b. Didirikan berdasarkan hukum Indonesia
Badan usaha yang ingin membangun kawasan industri di Indonesia harus
mengikuti hukum positif yang sedang berlaku di bidang kawasan industri yaitu
berupa PP Nomor 142 Tahun 2015.
c. Berkedudukan di Indonesia
Pembangunan kawasan industri di Indonesia harus di bangun di wilayah
negara Republik Indonesia yang berdasarkan RTRW.
Ketiga kriteria yang telah disebut dan dijelaskan diatas dapat dijadikan
pedoman dalam menentukan pihak-pihak yang dapat melakukan pembangunan
kawasan industri di Indonesia. Tujuannya ialah agar pembangunan kawasan
industri dapat dibangun oleh pihak yang bertanggung jawab.

B. Pembangunan Kawasan Industri Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri
Sesuai dengan penjelasan pada sub bab sebelumnya, telah dijelaskan
tentang kriteria pihak yang dapat melakukan pembangunan kawasan industri di
Indonesia. Setelah memenuhi kriteria-kriteria tersebut maka barulah dapat
dilakukan pembangunan kawasan industri di Indonesia. Yang dimaksud dengan
pembangunan kawasan industri adalah pelaksanaan konstruksi atau membangun
kawasan industri secara fisik.

32
Universitas Sumatera Utara

Menurut Pasal 9 PP Nomor 142 Tahun 2015 menyatakan bahwa
pembangunan kawasan industri dilakukan sesuai dengan pedoman teknis
pembangunan kawasan industri. 50 Pedoman teknis pembangunan kawasan industri
tersebut ditetapkan oleh menteri di bidang perindustrian. Adapun beberapa
pedoman teknis pembangunan kawasan industri menurut Pasal 9 ayat (2) PP
Nomor 142 Tahun 2015, yaitu paling sedikit memuat: 51
1. Pemilihan lokasi
Membangun suatu kawasan industri di Indonesia tidak terlepas dari
pemilihan lokasi kawasan industri yang akan dibangun. Sebab pemilihan lokasi
merupakan kegiatan awal yang dapat dilakukan oleh badan usaha dengan tujuan
untuk mengumpulkan berbagai macam data dan informasi atas lokasi yang akan
dikembangkan, untuk melihat kebutuhan lahan, untuk melihat alternatif lokasi
maupun untuk melihat kesesuaian pemanfaat lokasi dengan RTRW setempat. Hal
ini sangat penting untuk dilakukan agar pembangunan kawasan industri di
Indonesia dapat terarah dan sesuai dengan peruntukannya. Menurut Pasal 2 ayat
(3) PP Nomor 142 Tahun 2015 menyatakan bahwa pembangunan kawasan
industri dilaksanakan di Kawasan Peruntukan Industri (selanjutnya disebut KPI),
sesuai dengan RTRW. 52
Kawasan peruntukan industri menurut Pasal 1 ayat (3) PP Nomor 142
Tahun 2015 adalah bentangan lahan yang diperuntukan bagi kegiatan industri
berdasarkan RTRW yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. 53 Berdasarkan Pasal 2 tersebut, maka dapat diketahui

50

Pasal 9 ayat (1) PP Nomor 142 Tahun 2015.
Pasal 9 ayat (2) PP Nomor 142 Tahun 2015.
52
Pasal 2 ayat (3) PP Nomor 142 Tahun 2015.
53
Pasal 1 ayat (3) PP Nomor 142 Tahun 2015.
51

33
Universitas Sumatera Utara

bahwa pembangunan kawasan industri di Indonesia dilakukan di kawasan yang
telah di tentukan dan sesuai dengan RTRW. RTRW ini diselenggarakan dengan
memperhatikan kondisi fisik wilayah negara Republik Indonesia yang rentan akan
bencana, potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya buatan,
kondisi ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, pertahanan keamanan,
lingkungan hidup, ilmu pengetahuan, teknologi serta geostrategis, geopolitik dan
geoekonomi. Pelaksanaan dan penyelenggaraan RTRW dilakukan oleh menteri
penataan ruang, gubernur dan bupati/walikota sesuai dengan tugas dan
kewenangannya masing-masing.
2. Perizinan
Setelah menentukan lokasi pembangunan kawasan industri yang sesuai
dengan RTRW maka langkah selanjutnya yang wajib dilakukan oleh badan usaha
ialah mengurus perizinan yang berkaitan dengan pembangunan kawasan industri
di Indonesia. Adapun beberapa perizinan yang berkaitan dengan pembangunan
kawasan industri di Indonesia ialah meliputi:
a. Izin lokasi
Izin lokasi adalah izin yang diberikan kepada perusahaan untuk
memperoleh tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman modal yang berlaku
pula sebagai izin pemindahan hak dan untuk menggunakan tanah tersebut guna
keperluan usaha penanaman modalnya. 54 Berdasarkan hal tersebut, maka dapat
diketahui bahwa bagi badan usaha yang akan melakukan pembangunan kawasan
industri wajib terlebih dahulu mengurus izin lokasi agar badan usaha dapat
memperoleh tanah yang diperlukan untuk pembangunan kawasan industri. Sebab
54

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Nomor 5 Tahun 2015 tentang Izin Lokasi, Pasal

1,angka1.

34
Universitas Sumatera Utara

sebelum izin lokasi ditetapkan badan usaha dilarang melakukan kegiatan
perolehan tanah. Selain itu izin lokasi merupakan salah satu syarat dalam
permohonan hak atas tanah. Sebelum izin lokasi diberikan, harus diketahui dulu
bahwa tanah yang dapat ditunjuk dalam izin lokasi adalah tanah yang
diperuntukan untuk pembangunan kawasan industri sesuai dengan RTRW.
Setelah itu barulah dapat diajukan permohonan izin lokasi.
Permohonan izin lokasi diberikan dalam bentuk surat keputusan
pemberian izin lokasi yang ditanda tangani oleh bupati/walikota atau untuk daerah
khusus ibu kota Jakarta ditanda tangani oleh gubernur daerah khusus ibu kota
Jakarta setelah diadakan rapat koordinasi antara instansi terkait yang dipimpin
oleh gubernur kepala daerah khusus ibu kota Jakarta atau oleh pejabat yang
ditunjuk secara tetap olehnya. Jangka waktu izin lokasi adalah selama 3 (tiga)
tahun untuk luas lokasi lebih dari 50 Ha. Bagi badan usaha yang telah
memperoleh tanah wajib mendaftar ke kantor pertanahan setempat. Kemudian
tanah yang telah diperoleh tersebut wajib dimanfaatkan sesuai dengan
peruntukannya.
b. Izin mendirikan bangunan
Izin mendirikan bangunan (selanjutnya disebut IMB) adalah perizinan
yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada pemohon untuk membangun baru,
rehabilitasi/renovasi dan/atau memugar dalam rangka melestarikan bangunan
sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku. 55
Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa bagi badan usaha yang telah
memperoleh izin lokasi dan ingin melakukan pembangunan kawasan industri
55

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Nomor 32 Tahun 2010 tentang Pedoman
Pemberian Izin Membangun Bangunan, Pasal 1 angka 5 yang selanjutnya disebut dengan Permen
Nomor 32 Tahun 2010.

35
Universitas Sumatera Utara

diatas tanah perolehan maka badan usaha terlebih dahulu harus mengurus izin
IMB. Tujuan dari izin IMB adalah untuk melegalkan bangunan yang telah
dibangun diatas tanah perolehan sesuai dengan tata ruang yang telah ditentukan.
Permohonan izin IMB diajukan kepada pemerintah daerah yaitu bupati/walikota.
Namun, bupati/walikota dapat melimpahkan sebagian kewenangan penerbitan izin
IMB kepada camat. 56
c. Dokumen Analisis dampak lalu lintas
Analisis dampak lalu lintas (selanjutnya disebut ANDALALIN) adalah
serangkaian kegiatan kajian mengenai dampak lalu lintas dari pembangunan pusat
kegiatan, permukiman dan infrastruktur yang hasilnya dituangkan dalam bentuk
dokumen hasil ANDALALIN. 57 Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa
bagi badan usaha yang telah memperoleh izin IMB dan akan melakukan
pembangunan kawasan industri maka wajib untuk menyusun dokumen
ANDALALIN agar gangguan keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran
lalu lintas serta angkutan jalan disekitar pembangunan yang mungkin akan terjadi
dapat diatasi. Nantinya dokumen hasil ANDALALIN ini akan dinilai oleh tim
evaluasi serta hasil dokumen ANDALALIN harus mendapat persetujuan dari: 58
1) Menteri, untuk jalan nasional.
2) Gubernur, untuk jalan provinsi.
3) Bupati, untuk jalan kabupaten dan/atau jalan desa.
4) Walikota, untuk jalan kota.
d. Izin lingkungan

56

Pasal 5 ayat (2) Permen Nomor 32 Tahun 2010.
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Nomor 75 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Analisis Dampak Lalu Lintas, Pasal 1 yang selanjutnya disebut Permen Nomor 75 Tahun 2015.
58
Pasal 2 ayat (1) Permen Nomor 75 Tahun 2015.
57

36
Universitas Sumatera Utara

Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang
melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL atau upaya pengelolaan
lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan (selanjutnya disebut UKL-UPL)
dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai
persyaratan memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan. 59 Berdasarkan hal tersebut,
dapat diketahui bahwa sebelum mengurus dan memperoleh IUKI maka terlebih
dahulu badan usaha harus mengurus izin lingkungan. Hal ini dikarenakan
kawasan industri merupakan salah satu usaha yang wajib memiliki AMDAL
untuk menjaga lingkungan disekitar kawasan industri dari operasi proyek kegiatan
perindustrian yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Untuk memperoleh
izin lingkungan dalam pembangunan kawasan industri maka badan usaha terlebih
dahulu harus memenuhi beberapa tahapan yaitu:
1) Penyusunan dokumen AMDAL
Dokumen AMDAL merupakan salah satu hal yang wajib disusun bagi
setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan
hidup. Hal ini sesuai dengan Pasal 22 UUPPLH yang menyatakan bahwa setiap
usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup
wajib memiliki AMDAL. Dengan demikian badan usaha wajib terlebih dahulu
untuk menyusun dokumen AMDAL sebelum dilakukannya pembangunan
kawasan industri. Dokumen AMDAL merupakan dasar penetapan keputusan
kelayakan lingkungan hidup.
Penyusunan dokumen AMDAL yang dilakukan oleh badan usaha harus
melibatkan masyarakat. Selain itu, badan usaha juga dapat meminta bantuan pihak
59

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan, Pasal 1 angka 1 yang selanjutnya disebut dengan PP Nomor 27 Tahun 2012.

37
Universitas Sumatera Utara

lain dalam menyusun dokumen AMDAL. Dalam penyusunan dokumen AMDAL
badan usaha wajib memiliki sertifikat kompetensi penyusunan AMDAL 60 yang
diterbitkan oleh lembaga sertifikasi kompetensi penyusunan AMDAL yang
ditetapkan oleh menteri perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
2) Penilaian dokumen AMDAL
Dokumen AMDAL yang telah selesai disusun akan dinilai oleh komisi
penilai AMDAL yang dibentuk oleh menteri perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, gubernur atau bupati/walikota sesuai kewenangannya. 61
3) Pemohon dan penerbitan izin lingkungan
Permohonan dan peneribitan izin lingkungan diajukan secara tertulis oleh
badan usaha kepada menteri di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup, gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan tugas dan kewenangannya
masing-masing. 62
e. Izin prinsip
Izin prinsip merupakan izin yang diberikan kepada badan usaha yang
berbentuk badan hukum untuk melakukan penyediaan lahan, pembangunan
infrastruktur kawasan industri serta pemasangan/instalasi peralatan dan kesiapan
lain yang diperlukan dalam rangka memulai pembangunan kawasan industri.63
Izin prinsip merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dan juga diperoleh
oleh badan usaha sebelum mengurus IUKI. Permohonan izin prinsip diajukan
kepada menteri perindustrian, gubernur dan bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya masing-masing melalui pelayanan terpadu satu pintu (selanjutnya

60

Pasal 28 ayat (1) UUPPLH.
Pasal 29 ayat (1) UUPPLH.
62
Pasal 42 ayat (1) PP Nomor 27 Tahun 2012.
63
Pasal 1 angka 6 PP Nomor 142 Tahun 2015.

61

38
Universitas Sumatera Utara

disebut PTSP).64 Menurut ketentuan PP Nomor 142 Tahun 2015 pada Pasal 22nya menyatakan bahwa bagi perusahaan kawasan industri yang telah memiliki
izin prinsip dilarang melakukan pengalihan, penjualan dan/atau penyewaan
kaveling industri.
f. Izin usaha kawasan industri
Setelah badan usaha

yang akan melakukan pembangunan kawasan

industri di Indonesia mengurus dan memperoleh izin lingkungan serta izin prinsip
maka selanjutnya badan usaha harus mengurus IUKI sesuai dengan ketentuan
Pasal 12 PP Nomor 142 Tahun 2015, yang menyatakan bahwa setiap kegiatan
usaha kawasan industri wajib memiliki IUKI. 65 IUKI hanya diberikan kepada
badan usaha yang sebagaimana dimaksud dalam kriteria pihak yang dapat
melakukan pembangunan kawasan industri di Indonesia. Selain itu, IUKI hanya
akan diberikan seluas lahan yang telah siap digunakan dan dikuasai yang
dibuktikan dengan surat pelepasan hak (selanjutnya disebut SPH) atau sertifikat.
Badan usaha yang telah memperoleh IUKI akan menjadi perusahaan kawasan
industri. Sedangkan bagi perusahaan kawasan industri yang melakukan kegiatan
usaha kawasan industri tetapi tidak memiliki IUKI maka berdasarkan Pasal 53 PP
Nomor 142 Tahun 2015 akan dikenakan sanksi administratif. 66 Sanksi
administratif yang diberikan dapat berupa peringatan tertulis, denda administratif
dan penutupan sementara.
Pemberian IUKI akan diberikan oleh pemerintah pusat atau pemerintah
daerah sesuai dengan izin lokasi berlangsungnya kegiatan usaha kawasan industri
yang dilakukan serta pemerintah atau pemerintah daerah juga akan memberikan
64

Pasal 19 ayat (3) PP Nomor 142 Tahun 2015.
Pasal 12 ayat (1) PP Nomor 142 Tahun 2015.
66
Pasal 53 PP Nomor 142 Tahun 2015.
65

39
Universitas Sumatera Utara

kemudahan dalam hal penerbitan IUKI. Bagi kegiatan usaha kawasan industri
yang berlokasi di dalam KPI sesuai dengan RTRW nasional maka IUKI akan
diberikan oleh menteri di bidang perindustrian, Selain itu untuk kegiatan usaha
kawasan industri yang berlokasi di dalam KPI sesuai dengan RTRW lintas
wilayah provinsi dan/atau dalam rangka penanaman modal asing maka IUKI juga
akan diberikan oleh menteri di bidang perindustrian, sedangkan untuk kegiatan
usaha kawasan industri yang berlokasi di dalam KPI sesuai dengan RTRW lintas
wilayah kabupaten/kota dan dalam wilayah kabupaten/kota maka IUKI akan
diberikan oleh gubernur dan bupati/walikota.
Penerbitan IUKI tidak dikenakan biaya. Jangka waktu IUKI berlaku
sepanjang perusahaan kawasan industri masih menyelenggarakan kegiatan
pengembangan dan pengelolaan hal ini berdasarkan Pasal 13 ayat (3) PP Nomor
142 Tahun 2015. 67 Menurut Pasal 31 ayat (1) menyatakan bahwa perusahaan
kawasan industri yang telah memperoleh IUKI dapat diberikan hak guna
bangunan (selanjutnya disebut HGB) atas tanah yang akan diusahakan dan
dikembangkan. 68 Namun, dalam hal perusahaan kawasan industri merupakan
BUMN atau BUMD maka dapat diberikan hak pengelolaan disamping HGB.
3.

Pengadaan tanah
Setelah pemilihan lokasi dan perizinan dilakukan maka langkah

selanjutnya ialah melakukan pengadaan tanah. Tanah merupakan modal dasar
pembangunan. Hampir tidak ada kegiatan pembangunan atau sektoral yang tidak

67

Pasal 13 ayat (3) PP Nomor 142 Tahun 2015.
Pasal 31 ayat (1) PP Nomor 142 Tahun 2015.

68

40
Universitas Sumatera Utara

memerlukan tanah. Oleh karena itu tanah memegang peranan yang sangat penting,
bahkan menentukan berhasil tidaknya suatu pembangunan. 69
Masa sekarang ini sangat sulit melakukan pembangunan kawasan industri
untuk kepentingan umum diatas tanah negara dan selalu bersinggungan dengan
tanah hak milik. Sebagai jalan keluar yang dapat ditempuh adalah dengan
melakukan pengadaan tanah bagi pembangunan kawasan industri yang dilakukan
oleh lembaga pertanahan dengan cara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah
tersebut. Pengadaan tanah ialah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan
cara memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah,
bangunan, tanaman dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah.
Pengadaan tanah di Indonesia dilakukan berdasarkan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan

Umum

(selanjutnya

disebut

UU

Pengadaan

Tanah

Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum). Pelaksanaan pengadaan tanah
menurut UU Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
ialah dengan mengedepankan prinsip yang terkandung di dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan hukum tanah nasional, antara
lain prinsip kemanusiaan, keadilan, kemanfaatan, kepastian, keterbukaan,
kesepakatan, keikutsertaan, kesejahteraan, keberlanjutan dan keselarasan sesuai
dengan nilai-nilai berbangsa dan bernegara. 70
4.

Pematangan tanah

69

Departemen Penerangan RI, 1982, Pertanahan Dalam Pembangunan Indonesia,
Jakarta, hlm. 165.
70
Penjelasan umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Paragraf 2 yang selanjutnya
disebut dengan UU Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

41
Universitas Sumatera Utara

Setelah pengadaan tanah selesai dilakukan maka langkah selanjutnya ialah
melakukan pematangan tanah. Pematangan tanah tidak termasuk ke dalam
kegiatan usaha di bidang pertambangan. Untuk melakukan pematangan tanah
terlebih dahulu badan usaha harus memperoleh izin pematangan tanah yang
diajukan kepada menteri, gubernur dan bupati/walikota sesuai dengan tugas dan
kewenangannya masing-masing. Pematangan tanah ini bermula dari proses
perataan tanah, pembentukan kavling, pembuatan jalan, saluran air dan listrik.
Tujuan pematangan tanah adalah agar tanah siap untuk dibangun menjadi
kawasan industri.
5.

Pembangunan infrastruktur
Setelah tanah sudah siap untuk dibangun maka langkah selanjutnya adalah

menyediakan

dan

membangun

infrastruktur

untuk

kawasan

industri.

Pembangunan infrastruktur terdiri dari 3 (tiga) yaitu infrastruktur industri,
infrastruktur dasar dan infrastruktur penunjang. Menurut Pasal 10 ayat (2) PP
Nomor 142 Tahun 2015 menyatakan bahwa infrastruktur industri paling sedikit
meliputi: 71
a. jaringan energi dan kelistrikan;
b. jaringan telekomunikasi;
c. jaringan sumber daya air dan jaminan pasokan air baku;
d. sanitas; dan
e. Jaringan transportasi.

71

Pasal 10 ayat (2) PP Nomor 142 Tahun 2015.

42
Universitas Sumatera Utara

Infrastruktur industri ini disediakan oleh pemerintah dan/atau pemerintah
daerah sesuai dengan kewenangannya masing-masing. 72 Infrastruktur dasar
menurut Pasal 11 ayat (1) PP Nomor 142 Tahun 2015 paling sedikit meliputi: 73
a.

instalasi pengolahan air baku;

b. instalasi pengolahan air limbah;
c. saluran drainase;
d. instalasi penerangan jalan; dan
e. Jaringan jalan.
Infrastruktur dasar ini wajib disediakan bagi perusahaan kawasan
industri. 74 Sedangkan menurut Pasal 10 ayat (3) PP Nomor 142 Tahun 2015
menyatakan bahwa infrastruktur penunjang paling sedikit meliputi: 75
a. perumahan;
b. pendidikan dan pelatihan;
c. penelitian dan pengembangan;
d. kesehatan;
e. pemadam kebakaran; dan
f. Tempat pembuangan sampah.
Infrastruktur penunjang ini disediakan oleh pemerintah dan/atau
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya masing-masing dan perusahaan
kawasan industri juga dapat menyediakan infrastruktur penunjang dan sarana
penunjang di dalam kawasan industri.
6.

Pengelolaan

72

Pasal 10 ayat (1) PP Nomor 142 Tahun 2015.
Pasal 11 ayat (1) PP Nomor 142 Tahun 2015.
74
Ibid.,
75
Pasal 10 ayat (3) PP Nomor 142 Tahun 2015.

73

43
Universitas Sumatera Utara

Menurut Pasal 33 ayat (1) PP Nomor 142 Tahun 2015 menyatakan bahwa
pengelolaan kawasan industri dilakukan oleh perusahaan kawasan industri.76
Namun, pada ayat (2)-nya menyatakan bahwa perusahaan kawasan industri dapat
menunjuk pihak lain untuk melakukan pengelolaan kawasan industri. Pihak lain
tersebut ialah perusahaan lain yang ditunjuk oleh perusahaan kawasan industri
untuk melakukan pengelolaan di dalam kawasan industri dan penunjukan tersebut
disertai dengan perjanjian yang dibuat antara perusahaan kawasan industri dengan
perusahaan lain serta perusahaan lain tersebut akan mendapatkan imbalan atas
jasa pengelolaan kawasan industri yang dilakukannya. Jangka waktu berlakunya
perjanjian tersebut ialah sesuai dengan kesepakatan yang diperjanjikan.
Pengalihan pengelolaan kawasan industri dilaksanakan apabila perusahaan
kawasan industri telah memiliki IUKI, telah membuat perjanjian pengalihan
pengelolaan antara perusahaan kawasan industri dengan perusahaan lain serta
kaveling kawasan industri yang akan dialihkan pengelolaannya telah memperoleh
HGB. Penunjukan pengelolaan kawasan industri kepada perusahaan lain tersebut
mengakibatkan sebagian atau seluruh hak dan kewajiban pengelolaan kawasan
industri yang dimiliki oleh perusahaan kawasan industri beralih kepada
perusahaan lain. Namun, hal itu bukan berarti perusahaan kawasan industri dapat
bebas dari tanggung jawabnya melainkan perusahaan kawasan industri tetap
bertanggungjawab atas pengelolaan kawasan industri. Hal ini dikarenakan
perusahaan lain tersebut hanya sebatas pihak yang akan membantu perusahaan
kawasan industri dalam hal mengelola kawasan industri sesuai dengan yang
diperjanjikan sebelumnya.

76

Pasal 33 ayat (1) PP Nomor 142 Tahun 2015.

44
Universitas Sumatera Utara

Penunjukan pengelolaan kawasan industri kepada perusahaan lain harus
diberitahukan kepada pemberi IUKI yaitu menteri perindustrian, gubernur
dan/atau bupati/walikota sesuai dengan lokasi kawasan industri tersebut.
Tujuannya ialah agar perusahaan lain yang ditunjuk dapat melakukan pengelolaan
di dalam kawasan industri sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pembangunan
kawasan industri di Indonesia berdasarkan PP Nomor 142 Tahun 2015 dilakukan
sesuai dengan pedoman teknis pembangunan kawasan industri yang telah
ditetapkan oleh menteri di bidang perindustrian.

C. Perluasan Kawasan Industri di Indonesia
Perluasan kawasan industri di Indonesia dapat dilakukan bagi setiap
perusahaaan kawasan industri yang ingin melakukan perluasan kawasan industri.
Perluasan kawasan industri ini hanya dapat dilakukan di dalam KPI. Menurut
Pasal 1 angka 8 PP Nomor 142 Tahun 2015 menyatakan bahwa perluasan
kawasan industri (selanjutnya disebut dengan perluasan kawasan), adalah
penambahan luas lahan kawasan industri dari luas lahan sebagaimana tercantum
dalam IUKI. 77
Perluasan kawasan dapat dilakukan sepanjang perusahaan kawasan
industri memiliki izin perluasan kawasan industri. Apabila perusahaan kawasan
industri melakukan perluasan kawasan tanpa adanya izin perluasan kawasan
industri maka berdasarkan Pasal 54 PP Nomor 142 Tahun 2015 akan dikenakan

77

Pasal 1 angka 8 PP Nomor 142 Tahun 2015.

45
Universitas Sumatera Utara

sanksi administratif berupa peringatan tertulis, denda administratif dan/atau
penutupan sementara. 78
Permohonan izin perluasan kawasan diajukan kepada menteri di bidang
perindustrian,

gubernur

dan

bupati/walikota

sesuai

dengan

tugas

dan

kewenangannya masing-masing melalui PTSP. PTSP menurut Peraturan Menteri
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pemberian Izin Kawasan Industri Dan
Izin Perluasan Kawasan Industri adalah kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan
dan non perizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari
lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan
yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap
terbitnya dokumen yang dilakuakan dalam satu tempat. 79
Pelayanan terpadu satu pintu juga merupakan cerminan dari peningkatan
pelayanan pemerintah kepada perusahaan kawasan industri yang ingin melakukan
perluasan kawasan. Bentuk peningkatan pelayanan yang dilakukan pemerintah
berupa kemudahan pelayanan dan informasi mengenai perizinan perluasan
kawasan industri kepada perusahaan kawasan industri. Sebelum mengajukan
permohonan izin perluasan kawasan industri, perusahaan kawasan industri harus
terlebih dahulu memenuhi ketentuan-ketentuan dalam mengajukan permohonan
izin perluasan kawasan industri, seperti telah menguasai dan selesai menyiapkan
lahan kawasan industri sampai dapat digunakan dan dikuasai dengan bukti adanya
SPH

atau

sertifikat,

menyusun

perubahan

AMDAL,

perencanaan

dan

78

Pasal 54 PP Nomor 142 Tahun 2015.
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 05 Tahun 2014 tentang
Tata Cara Pemberian Izin Usaha Kawasan Industri Dan Izin Perluasan Kawasan Industri, Pasal 1
angka 20.
79

46
Universitas Sumatera Utara

pembangunan infrastruktur kawasan industri serta kesiapan lain dalam rangka
perluasan kawasan.
Selain itu, permohonan izin perluasan kawasan industri dilakukan dengan
paling sedikit melampirkan: 80
1. fotokopi IUKI;
2. dokumen rencana perluasan kawasan;
3. data kawasan industri 2 (dua) tahun terakhir
4. perubahan izin lingkungan;
5. fotokopi susunan pengurus/pengelola kawasan industri; dan
6. Dokumen lain yang dipersyaratkan peraturan perundang-undangan.
Pemenuhan ketentuan-ketentuan tersebut dilakukan melalui pemeriksaan
lapangan yang hasilnya akan dituangkan dalam berita acara pemeriksaan. Setelah
hasil pemeriksaan selesai dituangkan dalam berita acara pemeriksaan maka dalam
jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya berita acara
pemeriksaan menteri perindustrian, gubernur dan bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya menentukan dan melakukan: 81
1. menerbitkan izin perluasan kawasan industri dalam hal ketentuan dan
persyaratan dipenuhi dengan lengkap dan benar; atau
2. Menolak permohonan dalam hal tidak memenuhi ketentuan-ketentuan yang
telah ditentukan sebelumnya dan/atau terdapat ketidaksesuaian dokumen.
Mengenai biaya penerbitan, jika menteri perindustrian, gubernur dan
bupati/walikota menerbitkan izin perluasan kawasan industri maka perusahaan

80

Pasal 27 ayat (2) PP Nomor 142 Tahun 2015.
Pasal 28 PP Nomor 142 Tahun 2015.

81

47
Universitas Sumatera Utara

kawasan industri tidak perlu membayar biaya penerbitan. Hal ini sesuai dengan
yang tercantum di dalam Pasal 29 PP Nomor 142.

48
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25