BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Analisis Penerapan Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam Dalam Pengelolaan Institusi Masjid Di Kota Medan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna yang mengatur seluruh sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian

  

  

  manusia diatur dalam prinsip Illahiyah melalui Al Qur’an, sunnah, qiyas dan

3 Ijma’ . Harta yang ada pada manusia, sesungguhnya bukan milik manusia,

  melainkan hanya titipan dari Allah SWT agar dimanfaatkan sebaik-baiknya demi kepentingan umat manusia yang pada akhirnya semua akan kembali kepada Allah SWT untuk dipertanggungjawabkan. Dalam Islam pengaturan dalam hal ekonomi sering disebut dengan ekonomi Islam. Ekonomi Islam menurut Chapra (2001:10) adalah:

  “Suatu cabang ilmu pengetahuan yang membantu merealisasikan

  kesejahteraan manusia melalui suatu alokasi dan distribusi sumberdaya

   alam yang langka yang sesuai dengan maqhasid anpa mengekang kebebasan individu untuk menciptakan keseimbangan makroekonomi dan ekologi yang berkesinambungan, membentuk solidaritas keluarga, sosial, dan jaringan moral masyarakat”.

  Maqashid syariah adalah tujuan dari ekonomi Islam. Yakni mewujudkan

  kemaslahatan umat manusia, yang terletak pada perlindungan terhadap agama, 1 jiwa, akal, keturunan, dan kekayaan. Maqashid berbeda dengan ekonomi 2 Illahiyah : Bersumber dari Allah SWT 3 Sunnah: Segala sesuatu baik perkataan, perbuatan dan takrir Nabi Muhammad SAW Ijma’: Pendapat para Ulama setelah dilakukan musawarah dan tidak mingkin mereka melakukan 4 kebohongan bersama-sama.

  Maqhosid : Tujuan ekonomi Islam konvensional, yaitu dalam maqashid sangat berdampak signifikan pada keimanan yaitu dampak pada hakikat, kuantitas dan kualitas kebutuhan material dan non- material manusia beserta cara-cara pemuasannya, sedangkan ekonomi konvensional tidak mementingkan dampak keimanan seseorang.

  Ada tiga asas filsafat dalam ekonomi Islam, Huda dkk (2008:3) yaitu: 1. Semua yang ada di alam semesta ini adalah milik Allah SWT, manusia hanya khalifah yang memegang amanah dari Allah untuk menggunakan milik Allah.

  Semuanya harus tunduk pada Allah sang pencipta dan pemilik alam semesta. Firman Allah dalam QS.An-Najm: 31, yang artinya:

  “Dan hanya kepunyaan Allahlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga)”.

  2. Untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifah, manusia wajib tolong- menolong dan saling membantu dalam melaksanakan kegitan ekonomi yang bertujuan untuk beribadah kepada Allah.

  3. Beriman kepada hari kiamat, yang merupakan asas penting dalam suatu sistem ekonomi Islam karena dengan keyakinan ini tingkah laku ekonomi manusia akan dapat terkendali sebab ia sadar bahwa akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak oleh Allah SWT.

  Dari filsafat ekonomi Islam tersebut kita harus sadar dan mengetahui bahwa semua yang ada di alam semesta ini adalah milik Allah. Sebagai kalifah kita diperbolehkan Allah untuk mempergunakan semua yang ada di langit dan di bumi tapi dengan cara-cara yang sesuai dengan syariat. Untuk itu manusia sebagai khalifah Allah di bumi dalam melaksanakan kegiatan perekonomian juga harus sesuai dengan hukum Islam agar kita memperoleh ridho dari Allah SWT.

  Manusia harus berupaya untuk mendapatkan keridhoan dari Allah tersebut. Salah satunya yaitu dengan menerapkan perekonomian yang sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam (Eko Suprayitno, 2005: 2), yaitu:

  1. Produk dan jasa harus halal lagi baik. Islam menyuruh manusia untuk menjauhi segala sesuatu yang haram atau tidak halal. Baik itu zatnya berupa barang dan jasanya dan juga selain zatnya berupa cara-cara memproduksinya serta bahan-bahan yang dilarang dalam Islam.

  2. Jauh dari riba. Islam melarang riba dalam segala bentuknya, karena riba sangat memberatkan orang lain. Contohnya bunga bank dan bunga uang dari pinjam-meminjam uang lainnya.

  3. Sumber daya dipandang sebagai amanah Allah kepada manusia, sehingga pemanfaatannya harus bisa dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.

  4. Saling berbagi rejeki. Allah sangat menyukai orang-orang yang saling berbagi dan tolong menolong.

  5. Bekerja adalah kekuatan penggerak utama kegiatan ekonomi Islam. Islam mendorong manusia untuk bekerja dan berjuang untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik, sesuai dengan aturan yang ditetapkan Allah. Baik itu bekerja untuk diri sendiri dan keluarga, dan memberi kesempatan kerja bagi orang lain bukan hanya untuk diri sendiri.

  6. Kejujuran dan tepat janji. Segala perbuatan seseorang harus mengandung kejujuran, baik berbicara, takaran dan timbangan, kualitas, informasi, serta selalu menepati janjinya.

  7. Kepemilikan kekayaan tidak boleh hanya dimiliki oleh segelintir orang- orang kaya, serta tidak diperbolehkannya menimbun harta agar terciptanya kesejahteraan dalam bermasyarakat.

  8. Semua yang kita lakukan di dunia ini akan kita pertanggungjawabkan kelak di akhirat. Hal ini mendorong seorang Muslim menjauhkan diri dari hal-hal yang batil.

  9. Mengadakan pembangunan untuk kehidupan yang lebih baik. Allah sangat membenci orang-orang yang melakukan kerusakan dan kejahatan di muka bumi. Dari prinsip-prinsip ekonomi Islam di atas, maka salah satu institusi dalam perekonomian Islam yang berpengaruh dalam menerapkan perekonomian Islam tersebut adalah institusi Masjid, sebab Masjid merupakan rumah ibadah bagi umat Islam dan merupakan tempat yang sering dikunjungi umat Islam. Masjid artinya tempat shalat bersujud menyembah Allah SWT. Banyak kegiatan yang dilaksanakan oleh umat Islam di Masjid, baik kegiatan keagamaan maupun hal lain seperti, kegiatan-kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al Qur'an.

  Masjid merupakan institusi pertama yang dibangun oleh Rasulullah SAW saat beliau hijrah ke Kota Madinah, yakni Masjid Quba’ (Supardi dkk: 2001:2). Selain sebagai tempat ibadah, Rasulullah SAW juga menjadikan Masjid sebagai sarana melakukan pemberdayaan umat.

  Masjid menjadi sarana pemberdayaan ekonomi. Sejumlah infaq dan sedekah yang diberikan masyarakat yang ada di Masjid harus dikelola dengan cara menerapkan ekonomi Islam. Dalam mengelola keuangan Masjid ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam menerapkan prinsip-prinsip ekonomi Islam demi kesejahteraan bersama. Banyaknya jumlah Masjid dan Surau di Kota Medan yang mencapai 1040, maka apabila dapat diterapkan tentu akan banyak hal yang dapat diperankan Masjid dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat demi mencapai keridhoan Allah SWT. Selain itu, Masjid sebagai tempat suci umat Islam memang seharusnya menerapkan prinsip-prinsip ekonomi Islam dan menjauhi hal-hal yang haram sesuai dengan syariat Islam.

  Seperti firman Allah dalam QS. Al-A’raf ayat 96 yang artinya: “Dan jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,

  pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”

  Dari ayat di atas dapat dilihat apabila Masjid-Masjid di Kota Medan telah mampu menerapkan prinsip-prinsip ekonomi Islam, maka Allah SWT akan menurunkan berkahnya dari langit dan bumi kepada semua orang khusunya masyarakat Kota Medan.

  Untuk itu pada kesempatan ini, penulis bermaksud memfokuskan untuk membahas penerapan ekonomi Islam tersebut pada institusi Masjid dimasa sekarang dalam bentuk skripsi dengan judul “ANALISIS PENERAPAN

PRINSIP-PRINSIP EKONOMI ISLAM DALAM PENGELOLAAN

  INSTITUSI MASJID PADA KOTA MEDAN”\

  1.2 Perumusan Masalah

  Adapun rumusan masalah yang akan diuraikan penulis adalah sebagai berikut:

  • Sejauh manakah institusi-institusi Masjid di kota Medan melaksanakan prinsip-prinsip ekonomi Islam dalam pengelolaan harta Masjid?
  • Hambatan dan kendala apa yang dialami pihak pengelola Masjid dalam menerapkan prinsip-prinsip ekonomi Islam di institusi Masjid?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan penelitian ini adalah:

  • Untuk mengetahui sejauh manakah institusi-institusi Masjid di kota Medan melaksanakan prinsip-prinsip ekonomi Islam dalam pengelolaan harta Masjid.
  • Untuk mengetahui hambatan dan kendala apa yang dialami pihak pengelola Masjid dalam menerapkan prinsip-prinsip ekonomi Islam di institusi Masjid

  1.4 Manfaat Penelitian

  Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagi Pemerintah khususnya Departemen Agama, sebagai bahan pertimbangan agar dapat memanfaatkan Masjid lebih optimal, dan membantu penyuluhan kepada masyarakat bahwa pentingnya menerapkan prinsip-prinsip ekonomi Islam termasuk di Institusi Masjid.

  2) Sebagai motivasi dan penyemangat bagi umat Islam untuk bangkit dan menerapkan prinsip-prinsip ekonomi Islam yang sesuai dengan perintah Allah SWT dimulai dari hal-hal yang kecil dalam kehidupan sehari-hari demi mendapatkan ridho Allah SWT.

  3) Sebagai bahan pertimbangan bagi kalangan pengurus Masjid dan masyarakat sekitar untuk mulai memberdayakan Masjid, bukan hanya sekedar tempat shalat semata tetapi sebagai sarana untuk membantu meningkatkan ekonomi masyarakat.

  4) Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat mengembangkan pola berfikir penulis sekaligus sebagai penunjang dan syarat menyelesaikan jenjang pendidikan sarjana penulis nantinya. 5) Secara teoritis tulisan ini diharapkan dapat memperkaya kepustakaan ilmu ekonomi Islam, dan mampu memberikan pemahaman bagi yang membacanya.