Rancang Bangun Alat Kelapa Parutan Kering (Desiccated Coconut)

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Kelapa

  Dengan mengamati pembudidayaan tanaman di daerah-daerah berperadaban tertua di dunia, dimana di Philipina dan Srilanka telah dikenal sejak 300 tahun sebelum Masehi dan di India telah pula dikenal sejak 3000 tahun yang lalu, maka diperkirakan bahwa kelapa pasti berasal dari daerah tropis sekitarnya.

  Pada akhirnya para peneliti berkesimpulan bahwa kelapa berasal dari kawasan yang sekarang kita kenal sebagai Malaysia-Indonesia. Dari kawasan inilah, baik arus laut maupun perantaraan manusia, kelapa menyebar ke daerah-daerah lain (Suhardiyono, 1988).

  Ada 3 teori menyatakan tentang daerah asal tanaman kelapa. Teori pertama memperkirakan bahwa kelapa adalah salah satu anggota genus Cocos seperti yang tumbuh di Amerika, dan daerah asalnya adalah lembah-lembah Andes di Columbia, Amerika Serikat. Dari sinilah pada zaman prasejarah kelapa menyebar dibawa oleh penjelajah-penjelajah di kawasan Pasifik. Teori kedua beranggapan bahwa kelapa berasal dari daerah pantai kawasan Amerika Tengah, dimana dengan perantaraan arus lautan terbawa dan menyebar ke pulau-pulau Samudera Pasifik. Teori ketiga menyatakan bahwa daerah asal kelapa adalah suatu kawasan di Asia Selatan atau Malaysia atau mungkin Pasifik Barat.

  Berlawanan dengan teori kedua, menurut teori ketiga ini dari kawasan terakhir itulah kelapa menyebar ke pantai-pantai barat benua Amerika, terutama pada daerah tropis (Warisno, 1998).

  Botani Kelapa

  Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, maka kelapa bisa digolongkan sebagai: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Palmales Famili : Palmae Genus : Cocos Species : Cocos nucifera

  Penggolongan varietas kelapa umumnya berdasarkan perbedaan-perbedaan umur pohon mulai berbuah, bentuk dan ukuran buah, warna buah serta sifat-sifat khusus yang lain (Suhardiman, 1999).

  Kondisi Perkelapaan di Indonesia

  Kelapa telah ditanam hampir di seluruh Indonesia dan luas arealnya terus meningkat. Namun yang menjadi sentral produksinya adalah Aceh, Sumatera Utara, Riau, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, NTT, dan Maluku. Dari seluruh luas areal perkebunan kelapa, sekitar 97,4 % dikelola oleh perkebunan rakyat yang melibatkan sekitar 3,1 juta keluarga petani, sisanya sebanyak 2,1 % dikelola perkebunan besar swasta dan 0,5 % dikelola perkebunan besar negara. Meskipun Indonesia memiliki areal kebun kelapa yang paling luas, tetapi produksinya hanya menduduki urutan kedua (Sukamto, 2001).

  Menurut Badan Pemusatan Statistik (BPS) Sumatera Utara perkembangan luas areal tanaman kelapa di Sumatera Utara terus meningkat dari tahun ketahun.

  Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

  

Tabel 1. Luas tanaman dan produksi kelapa tanaman perkebunan rakyat Sumatera

Utara tahun 2011

Luas Tanaman / Area (ha)

Produksi

  Sumatera Utara T B M T T M Production T M Jumlah Not Yet Unpro- (ton)

  Productive Total Productive Ductive

  2011 9 367,77 91 554,00 9 184,04 110 105,81 91 629,89 2010 9 346,21 88 751,62 10 143,86 108 241,69 103 606,06 2009 9 285,41 91 870,42 9 602,06 110 757,89 93 087,64 2008 8 633,93 99 897,59 5 988,33 114 519,85 96 823,50

  Sumber/Source : Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara/Plantation Office of Sumatera Utara Province

  Kelapa Parutan Kering

  Kelapa parut kering (dessicated coconut) merupakan salah satu pemanfaatan buah kelapa, dimana buah kelapa dipotong-potong atau diparut kecil-kecil dan dikeringkan segera dengan warna tetap putih (Buda, 1981). Sebenarnya produk kelapa parut kering sudah lama diggunakan oleh konsumsen di Indonesia. Mengingat Indonesia memiliki sumber daya tanaman kelapa yang melimpah, maka produk kelapa parut kering akan menjadi peluang bagi pengembangan agroindustri kelapa.

  Tahapan-tahapan pengolahan desiccated coconut (DCN) secara lengkap adalah sebagai berikut:

  1. Seleksi awal buah kelapa Kelapa yang hendak dijadikan DCN adalah kelapa butiran dalam keadaan pecah, berkecambah atau kelapa kurang masak, dipisahkan dan kelapa butiran terpilih dimasukkaan kedalam bin penyimpanan yang beraerasi baik.

  2. Pengupasan tempurung Kelapa butiran dipecah tempurungnya, menggunakan alat pemecah tanpa memecah daging buahnya. Daging buah kelapa yang pecah akan menggangu proses pengupasan testa.

  3. Pengupasan testa Setelah testa dikupas, daging buah kelapa dipecah untuk memisahkan air buahnya. Daging buah dipotong-potong kecil, dicuci dan direndam dalam air mengalir.

  4. Pasturiasi Daging buah kelapa dipanaskan dengan uap pada temperatur 70 derajat-80 derajat celcius selama 8-10 menit atau dimasukkan kedalam air mendidih selama

  15 menit.

  5. Stabilisasi Potongan-potongan kecil daging buah kelapa yang telah dipasturisasi, selanjutnya direndam di dalam larutan sulfit dioksida (SO

  2 ).

  6. Pemarutan Potongan-potongan kecil buah kelapa dimasukkan ke dalam mesin pemarut untuk memperoleh bentuk yang diinginkan. Untuk pemotongan sangat halus seperti pita, lempengan dan lainnya dilakukan dengan mesin Thread mill atau mesin pemarut (grater machine), sedangakan jika diinginkan DCN berupa berbentuk butiran disebut desintegrater.

  7. Pengeringan Kadar air daging buah kelapa dikeringkan sampai 3%. Pengeringan dilakukan pada temperatur 60-70 derajat celcius selama 20-45 menit.

  8. Klasifikasi mutu DCN dipisahkan menurut klasifikasi mutu berdasarkan ukurannya yaitu, sangat halus (ekstra fine), halus (fine), sedang, kasar.

  9. Pembungkusan Pembungkusan dilakukan dengan kantong pembungkus dengan berat yang diinginkan dan tidak diperkenankan mencampur berbagai mutu DCN dalam 1 pembungkus. Pembungkusan kelapa parut kering disesuaikan denganklasifikasi mutu. (Suhardiyono,1987)

  Woodroof (1979) mengatakan bahwa kelapa parutan kering digunakan untuk membuat kue, biskuit, puding, permen, eskrim dan produk-produk pangan lainnya. Kelapa parut kering dapat ditambah air, kemudian dipres untuk mendapatkan santan yang digunakan untuk memasak. Kelapa parut kering merupakan bahan yang berkadar air rendah (maksimal 3%) sehingga dapat disimpan lama.

  Peranan Mekanisasi Pertanian

  Ilmu mekanisasi pertanian di Indonesia telah dipraktekkan atau dilaksanakan untuk mendukung berbagai usaha pembangunan pertanian terutama di bidang usaha swasembada pangan. Dengan mempertimbangkan aspek kepadatan penduduk, nilai sosial ekonomi, dan teknis, maka pengembangan mekanisasi pertanian di Indonesia dilaksanakan melalui sistem pengembangan selektif. Sistem mekanisasi pertanian selektif adalah usaha memperkenalkan, mengembangkan, dan membina pemakaian jenis atau kelompok jenis alat dan mesin pertanian yang serasi atau yang sesuai dengan keadaan wilayah setempat (Hardjosentono, dkk., 1996).

  Peranan mekanisasi pertanian dalam pembangunan pertanian di Indonesia adalah:

  Meningkatkan derajat dan taraf hidup petani 3. Menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas serta kapasitas produksi pertanian

  4. Memungkinkan pertumbuhan tipe usaha tani, yaitu dari tipe pertanian untuk kebutuhan keluarga (subsistence farming) menjadi tipe pertanian perusahaan (commercial farming) 5. Mempercepat transisi bentuk ekonomi Indonesia dari bersifat agraris menjadi bersifat industri

  (Hardjosentono, dkk, 1996).

  Elemen Alat Motor Listrik

  Motor listrik adalah mesin yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanis. Misalnya mesin pembangkit tenaga listrik maka dapat memutar motor listrik yang menggunakan mesin untuk berbagai keperluan separti mesin untuk menggiling padi menjadi beras, untuk pompa irigasi untuk pertanian, untuk kipas angin serta mesin pendingin (Djoekardi, 1996).

  Motor listrik mempunyai keuntungan yakni dapat dihidupkan dengan hanya memutar saklar, suara dan getaran tidak menjadi gangguan, udara tidak ada yang dihisap juga tidak ada gas buang dan pada motor DC mempunyai daya besar pada putaran rendah dan pada motor AC menggunakan sumber daya umum yang tidak mudah mengubah putarannya. Namun motor listrik memiliki kekurangan yakni, motor listrik ini membutuhkan sumber daya, kabel harus dapat dihubungkan dengan stop kontak, dengan demikian tempat penggunannya sangat terbatas oleh panjang kabel, kalau dipergunakan baterai sebagai sumber daya maka beratnya akan menjadi besar, secara umum biaya listrik motor listrik ini lebih tinggi daripada harga bahan bakar minyak dan untuk menghasilkan daya yang sama dihasilkan oleh sebuah motor pembakara, maka motor listrik akan lebih berat (Soenarta, 2002).

  Tenaga listrik merupakan ubahan dari tenaga lain. Tenaga listrik melalui motor listrik dapat menghasilkan tenaga mekanik lainnya. Keuntungan penggunaan tenaga listrik melalui motor listrik antara lain motor listrik konstruksinya sederhana dan kompak, pengambilan tenaga listrik mudah, membutuhkan pemeliharaan dan perawatan yang sederhana, cara pengoperasiannya sangat mudah yaitu hanya dengan memutar kontak, tidak menimbulkan suara, menghasilkan tenaga yang halus dan seragam dan dapat menyesuaikan dengan beban (Rizaldi, 2006).

  Puli (Pulley)

Pulley sabuk dibuat dari besi-cor atau dari baja. Pulley kayu tidak banyak

lagi dijumpai. Untuk konstruksi ringan diterapkan pulley dari paduan aluminium.

  

Pulley sabuk baja terutama cocok untuk kecepatan sabuk yang tinggi (di atas

35 m/det) (Stolk dan Kros, 1981).

  Poros Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.

  Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.

  Hal- hal yang perlu diperhatikan di dalam merencanakan sebuah poros adalah:

  1. Kekuatan poros Suatu poros dapat mengalami beban puntir atau lentur atau gabungan antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban tarik atau tekan. Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros diperkecil (poros bertangga) atau bila poros mempunyai alur pasak, harus diperhatikan. Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk menahan beban-beban di atasnya.

  2. Kekakuan poros Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan cukup tetapi jika lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian (pada mesin perkakas) atau getaran dan suara. Karena itu, disamping kekuatan poros, kekakuannya juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan macam mesin yang akan dilayani poros tersebut.

  3. Putaran kritis Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian- bagian lainnya. Poros harus direncanakan hingga putaran kerjanya lebih rendah dari putaran kritisnya.

  4. Korosi Bahan-bahan poros yang terancam kavitasi, poros-poros mesin yang berhenti lama, dan poros propeler dan pompa yang kontak dengan fluida yang korosif sampai batas-batas tertentu dapat dilakukan perlindungan terhadap korosi.

  5. Bahan poros Poros untuk mesin biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik dingin (Sularso dan Suga, 2004).

  Bantalan

  Bantalan (bearing) berguna untuk menumpu poros dan memberi kemungkinan poros dapat berputar dengan leluasa (dengan gesekan yang sekecil mungkin). Beberapa macam bantalan, pada prinsipnya bantalan dapat digolongkan menjadi:

  • - Bantalan luncur
  • - Bantalan gelinding
  • - Bantalan dengan beban radial

  • - Bantalan dengan beban aksial
  • - Bantalan dengan beban campuran (aksial-radial) (Maleev, 1991). Sabuk V

  Sabuk bentuk trapesium atau V dinamakan demikian karena sisi sabuk dibuat serong, supaya cocok dengan alur roda transmisi yang berbentuk V.

  Kontak gesekan yang terjadi antara sisi sabuk V dengan dinding alur menyebabkan berkurangnya kemungkinan selipnya sabuk penggerak dengan tegangan yang lebih kecil dari pada sabuk yang pipih. Dalam kerjanya, sabuk V mengalami pembengkokan ketika melingkar melalui roda transmisi. Bagian sebelah luar akan mengalami tegangan, sedangkan bagian dalam akan mengalami tekanan.

  Susunan khas sabuk V terdiri atas : 1.

  Bagian elastis yang tahan tegangan dan bagian yang tahan kompresi 2. Bagian yang membawa beban yang dibuat dari bahan tenunan dengan daya rentangan yang rendah dan tahan minyak sebagai pembalut

  (Smith dan Wilkes, 1990).

  Baja Tahan Karat (Stainless Steel)

  Logam yang digunakan merupakan logam baja tahan karat (stainless steel ). Baja tahan karat yang mempunyai seratus lebih jenis yang berbeda-beda.

  Akan tetapi, seluruh baja itu mempunyai satu sifat karena kandungan kromium yang membuatnya tahan terhadap karat. Baja tahan karat dapat dibagi ke dalam tiga kelompok dasar, yakni :

  1. Baja Tahan Karat Ferit Baja ini mengandung unsur karbon yang rendah (sekitar 0,04 % C) dan sebagian besar dilarutkan dalam besi. Sementara itu, unsur lainnya yaitu kromium sekitar 13 % - 20 % dan tambahan kromium tergantung pada tingkat ketahanan karat yang diperlukan.

  2. Baja Tahan Karat Austenit Baja tahan karat austenit mengandung nikel dan kromium yang amat tinggi, nikel akan membuat temperatur transformasinya rendah, sedangkan kromium akan membuat kecepatan pendinginan kritisnya rendah.

  3. Baja Tahan Karat Martensit Baja tahan karat martensit mengandung sejumlah besar unsur karbon. Baja yang mengandung 0,1 % C, 13 % Cr, dan 0,5 % Mn ini dapat didinginkan untuk memperbaiki kekuatannya, tetapi tidak menambah kekerasan. (Amanto dan Haryanto, 1999).

  Besi

  Besi adalah logam putih seperti perak, dapat di poles, keras, dapat ditempa, dapat dilengkungkan, dan bersifat magnetik. Besi adalah unsur yang sangat stabil dan merupakan unsur terbanyak kedelapan di bumi ini setelah Silikon, juga merupakan unsur logam terbanyak ketiga pada lapisan kulit bumi setelah Aluminium dan Silokon. Bijih besi yang banyak dikenal diantaranya

  Magnetite (Fe

  3 O 4 ), Hermanite (Fe

  Mekanisme Pembuatan Alat

  Dalam pekerjaan bengkel alat dan mesin, benda kerja yang akan dijadikan dalam bentuk tertentu sehingga menjadi barang siap pakai dalam kehidupan sehari-hari, maka dilakukan proses pengerjaan dengan mesin–mesin perkakas, antara lain mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, mesin frais, mesin skrap, mesin asah, mesin gerinda, dan mesin yang lainnya (Daryanto, 1993).

  Kekuatan, keawetan, dan pelayanan yang diberikan peralatan usaha tani bergantung terutama pada macam dan kualitas bahan yang digunakan untuk pembuatannya. Dalam pembuatannya terdapat kecenderungan konstruksi peralatan untuk meniadakan sebanyak mungkin baja tuangan dan mengganti dengan baja tekan atau baja cetak. Bilamana hal ini dilakukan dapat menekan biaya membuat mesin dalam jumlah besar. Keberhasilan atau kegagalan alat sering sekali tergantung pada bahan yang dipakai untuk pembuatannya. Bahan yang digunakan untuk pembuatan peralatan usaha tani dapat diklasifikasikan dalam logam dan non logam (Smith dan Wilkes, 1990).

  Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian

  Kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk (contoh : ha. Kg, lt) persatuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja dapat dokonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alat/mesin itu menggunakan daya penggerak motor.

  Jadi satuan kapasitas kerja menjadi : Ha.jam/kW, Kg.jam/kW, Lt.jam/kW (Daywin, dkk., 2008).

  Analisis Ekonomi

  Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan.

  Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada output yang dihasilkan. Dimana semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin banyak bahan yang digunakan. Sedangkan, biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung pada banyak sedikitnya produk yang akan dihasilkan (Soeharno, 2007).

  Biaya Pemakaian Alat

  Pengukuran biaya pemarutan bahan dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok).

  BT  

  • = BTT C

  Biaya pokok

  x  

  ………………….….......................................( 1) dimana: BT = Total biaya tetap ( Rp/tahun ) BTT = Total biaya tidak tetap ( Rp/jam ) x = Total jam kerja pertahun ( jam/tahun ) C = Kapasitas alat ( jam/satuan produksi ) Ada dua kelompok biaya pemakaian alat atau mesin (alsin) yang umum dibicarakan, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Jumlah biaya tetap tidak tidak dipengaruhi oleh jam kerja alsin, sedangkan biaya tidak tetap sangat dipengaruhi oleh alsin.

  1. Biaya tetap a.

  Biaya penyusutan ( metode garis lurus ) Dalam pemakaian alsin, biaya ini merupakan biaya yang sangat penting dan dapat merupakan biaya yang terbesar. Biaya ini merupakan biaya untuk mengganti alsin jika umur ekonominya telah sampai atau jika alsin itu dijual sebelum habis masa umur ekonominya. Dapat dihitung dengan metoda garis lurus dengan rumus sebagai berikut :

  − ( P S )

D = n

  ………...…………………………………………. (2) dimana : D = Biaya penyusutan ( Rp/tahun ) P = Nilai awal (harga beli/pembuatan) alsin ( Rp ) S = Nilai akhir alsin ( 10% dari P ) ( Rp ) n = Umur ekonomi ( tahun ) b.

  Biaya bunga modal dan asuransi Bunga modal dan asuransi ada kalanya perhitungannya digabung dan kadang kala dipisah, maka biaya-biaya ini diperhitungkan berdasarkan persentase nilai awal. Jika digabung, besarnya adalah:

  • 1

  i P n ( )( ) I = 2 n

  ...……………………………………………… (3) dimana : I = Total biaya bunga modal dan asuransi (Rp/th) i = Total persentase bunga modal dan asuransi ( 17% pertahun ) P = Nilai awal (harga beli) alsin (Rp) N = Perkiraan umur ekonomi alsin (th) c.

  Biaya pajak Di negara kita belum ada ketentuan besar pajak secara khusus untuk mesin-mesin dan peralatan pertanian, namun beberapa literatur menganjurkan bahwa biaya pajak alsin pertanian diperkirakan sebesar 2% pertahun dari nilai awalnya.

  d.

  Biaya gudang/gedung Biaya gudang atau gedung diperkirakan berkisar antara 0,5-1%, rata-rata diperhitungkan 1% nilai awal ( P ) pertahun.

  2. Biaya tidak tetap Biaya tidak tetap terdiri dari : a.

  Biaya perbaikan untuk motor listrik sebagai sumber tenaga penggerak.

  Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan persamaan :

  ( ) jam S P

  Biaya reparasi 1000 %

  2 ,

  1 − =

  …………………………………. (4) b. Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya.

  Perhitungan Titik Impas (BEP)

  Manfaat perhitungan titik impas ( break event point ) adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan.

  Untuk menentukan produksi titik impas ( BEP ) maka dapat digunakan rumus sebagai berikut:

  F

  N = ………………………………………………………(5)

  R

V

  dimana: N : jumlah produksi minimal untuk mencapai titik impas per tahun

  ( Kg ) F : biaya tetap per tahun ( rupiah ) R : penerimaan dari tiap unit produksi ( harga jual ) ( rupiah ) V : biaya tidak tetap per unit produksi. VN = total biaya tidak tetap per tahun ( rupiah/unit )

  Net Present Value

  Identifikasi masalah kelayakan financial dianalisis dengan menggunakan metode analisis financial dengan kriteria investasi. Net present value (NPV) adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Perhitungan net present value merupakan net benefit yang telah di diskon dengan discount factor. Secara singkat rumusnya : n

  ( BtCt ) NPV = …………………………………… (6) t t

  ∑ −

  1 1 ) dimana: B = manfaat penerimaan tiap tahun C = manfaat biaya yang dikeluarkan tiap tahun t = tahun kegiatan usaha ( t = 1,2,...n ) i = tingkat discount yang berlaku

  • (
Dengan kriteria: NPV > 0, berarti usaha menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan - dan dikembangkan; NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak - menguntungkan dan tidak layak untuk dilaksanakan dan dikembangkan; NPV = 0, - berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang dikeluarkan (Darun, 2002).

  Internal rate of return Internal rate of return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan

  kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan tertentu. IRR adalah suatu tingkatan discount rate, dimana diperoleh: B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Berdasarkan harga dari NPV = X (positif) atau NPV= Y (positif) dan NPV = X (positif) atau NPV = Y (negatif), dihitunglah harga IRR dengan menggunakan rumus berikut:

  X

  • IRR = p % x ( q % − p %)( positif dan negatif )

  ……………...(7)

  • X Y

  dan

  X

  • = −

  IRR q % x ( q % p %)( positif dan positif )

  ………………..(8)

X − Y

  dimana : p = suku bunga bank paling atraktif q = suku bunga coba-coba ( > dari p) X = NPV awal pada p Y = NPV awal pada q (Purba, 1997).