BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Defenisi Pengetahuan - Gambaran Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Adaptasi Fisiologis Selama Kehamilan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar Tahun 2012

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Defenisi Pengetahuan

  Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan umumnya datang dari penginderaan yang terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

  Penelitian Rogers (1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut menjadi proses berurutan, yakni: 1.

  Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu terhadap stimulus.

  2. Interest (tertarik) dimana orang mulai tertarik dengan stimulus.

  3. Evaluation (mengevaluasi), menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik.

  4. Trial (mencoba), dimana subjek mulai mecoba melakukan sesuatu dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

  5. Adoption (penerimaan), subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

  Notoatmodjo mengemukakan yang dicakup dalam domain kognitif yang mempunyai enam tingkatan, pengetahuan mempunyai tingkatan sebagai berikut (Notoatmodjo, 2003) : 1.

  Tahu (Know) Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang itu tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan sebagainya.

  2. Memahami (Comprehention) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah paham terhadap objek suatu materi harus dapat menjelaskan, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

  3. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

  4. Analisis (Analysis) Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut yang masih ada kaitannya antara satu dengan lainnya.

  5. Sintesis (Synthesis)

  Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyususn formulasi yang ada.

  6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

  Menurut Soekidjo Notoadmojo (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah:

1. Umur

  Istilah usia diartikan dengan lamanya keberadaan seseorang diukur dalam satuan waktu di pandang dari segi kronologik, individu normal yang memperlihatkan derajat perkembangan anatomis dan fisiologik sama (Nuswantari, 1998).

  Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia maka akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

  Penyebab kematian maternal dari faktor reproduksi diantaranya adalah

  

maternal age /usia ibu. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman

  untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20 sampai 29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30 sampai 35 tahun (Sarwono, 2008). Usia seorang wanita pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, berisiko tinggi untuk melahirkan. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil harus siap fisik, emosi, psikologi, sosial dan ekonomi (Ruswana, 2006).

  a.

  Usia < 20 tahun (terlalu muda untuk hamil) Yang dimaksud dengan terlalu muda untuk hamil adalah hamil pada usia <20 tahun. Pada usia< 20 tahun secara fisik kondisi rahim dan panggul belum berkembang optimal, sehingga dapat mengakibatkan risiko kesakitan dan kematian pada kehamilan dan dapat menyebabkan pertumbuhan serta perkembangan fisik ibu terhambat.

  Remaja adalah individu antara umur 10-19 tahun. Penyebab utama kematian pada perempuan berumur 15-19 tahun adalah komplikasi kehamilan, persalinan, dan komplikasi keguguran. Kehamilan dini mungkin akan menyebabkan para remaja muda yang sudah menikah merupakan keharusan sosial (karena mereka diharapkan untuk membuktikan kesuburan mereka), tetapi remaja tetap menghadapi risiko-risiko kesehatan sehubungan dengan kehamilan dini dengan tidak memandang status perkawinan mereka. Kehamilan yang terjadi pada sebelum remaja berkembang secara penuh, juga dapat memberikan risiko bermakna pada bayi termasuk cedera pada saat persalinan, berat badan lahir rendah, dan kemungkinan bertahan hidup yang lebih rendah untuk bayi tersebut.

  Wanita hamil kurang dari 20 tahun dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan janin karena belum matangnya alat reproduksi untuk hamil. Penyulit pada kehamilan remaja (<20 tahun) lebih tinggi dibandingkan kurun waktu reproduksi sehat antara 20-30 tahun. Keadaan tersebut akan makin menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stress) psikologi, sosial, ekonomi, sehingga memudahkan terjadinya keguguran (Manuaba, 1998).

  Manuaba (2007), menambahkan bahwa kehamilan remaja dengan usia dibawah 20 tahun mempunyai risiko sering mengalami anemia, gangguan tumbuh kembang janin, keguguran, prematuritas atau BBLR, gangguan persalinan, preeklampsi dan perdarahan antepartum.

  Para remaja yang hamil di negara-negara berkembang seringkali mencari cara untuk melakukan aborsi. Di negara-negara di mana aborsi adalah ilegal atau dibatasi oleh ketentuan usia, para remaja ini mungkin akan mencari penolong ilegal yang mungkin tidak terampil atau berpraktik di bawah kondisi-kondisi yang tidak bersih. Aborsi yang tidak aman menempati proporsi tinggi dalam kematian ibu di antara para remaja.

  b.

  Usia 20 - 35 tahun (usia reproduksi) Usia ibu sangat berpengaruh terhadap proses reproduksi. Dalam kurun waktu reproduksi sehat diketahui bahwa usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20 - 35 tahun, dimana organ reproduksi sudah sempurna dalam menjalani fungsinya (BKKBN, 1999). c.

  Usia > 35 tahun (terlalu tua untuk hamil) Yang dimaksud dengan terlalu tua adalah hamil diatas usia 35 tahun, kondisi kesehatan ibu dan fungsi berbagai organ dan sistem tubuh diantaranya otot, syaraf, endokrin dan reproduksi mulai menurun. Pada usia lebih dari 35 tahun terjadi penurunan curah jantung yang disebabkan kontraksi miokardium.

  Ditambah lagi dengan tekanan darah dan penyakit lain yang melemahkan kondisi ibu, sehingga dapat mengganggu sirkulasi darah ke janin yang berisiko meningkatkan komplikasi medis pada kehamilan, antara lain : keguguran, eklamsia dan perdarahan.

  Risiko keguguran spontan tampak meningkat dengan bertambahnya usia terutama setelah usia 30 tahun, baik kromosom janin itu normal atau tidak, wanita dengan usia lebih tua, lebih besar kemungkinan keguguran baik janinnya normal atau abnormal (Murphy, 2000).

  Semakin lanjut usia wanita, semakin tipis cadangan telur yang ada, indung telur juga semakin kurang peka terhadap rangsangan gonadotropin. Makin lanjut usia wanita, maka risiko terjadi abortus, makin meningkat karena menurunnya kualitas sel telur atau ovum dan meningkatnya risiko kejadian kelainan kromosom (Samsulhadi, 2003) 2.

  Jenis kelamin Angka dari luar negeri menunjukkan angka kesakitan lebih tinggi dikalangan wanita dibandingkan dengan pria, sedangkan angka kematian lebih tinggi dikalangan pria, juga pada semua golongan umur. Untuk indonesia masih perlu dipelajari lebih lanjut perbedaan angka kematian ini dapat disebabkan oleh faktor- faktor intrinsik.

3. Pendidikan

  Menurut Notoadmodjo (2003), pendidikan adalah proses mengajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat.

  Secara luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan individu sejak dalam ayunan hingga liang lahat, berupa interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun informal proses kegiatan pendidikan pada dasarnya melibatkan perilaku individu maupun kelompok. Kegiatan pendidikan formal maupun informal berpokus pada proses mengajar, dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku yaitu dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti jadi mengerti menjadi mengerti.

  Pendidikan juga suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

  Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi maka orang tersebut semakin luas pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal akan tetapi dapat diperoleh dari pendidikan informal.

  Pengetahuan seseorang tentang suatu objek juga mendukung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek tersebut (Erfandi, 2009).

  4. Pekerjaan Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

  Pekerjaan/karyawan adalah mereka yang bekerja pada orang lain atau institusi, kantor, perusahaan dengan upah dan gaji baik berupa uang maupun barang.

  Macam-macam jenis pekerjaan: Buruh, Petani, Nelayan, Wiraswasta, Pegawai swasta, TNI, POLRI dan Pegawai Negeri Sipil.

  Pekerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Ditinjau dari jenis pekerjaan yang sering berinteraksi dengan orang lain lebih banyak pengetahuannya bila dibandingkan dengan orang tanpa ada interaksi dengan orang lain. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar dalam bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang merupakan keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik (Ratna wati, 2009).

  5. Sumber informasi Sumber informasi adalah data yang diproses kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti sebagai sipenerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat itu keputusan mendatang Rudi Bertz dalam bukunya “toxonomi of communication” media menyatakan secara gampang bahwa informasi adalah apa yang kita pahami, sebagai contoh jika kita melihat dan mencium asap, kita memperoleh informasi bahwa sesuatu sedang terbakar. Media yang digunakan sebagai sumber informasi adalah Media cetak, Media elektronik dan Petugas kesehatan.

  Informasi yang diperoleh dari pendidikan formal maupun informal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk media massa seperti radio, televisi, surat kabar, majalah yang mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan semua orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif baru terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut (Erfandi, 2009).

2.1.4. Kategori pengetahuan

  Menurut (Arikunto, 2006) mengemukakan bahwa untuk mengetahui secara kualitas tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat menjadi 3 tingkatan, yaitu: 1.

  Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100% 2. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 60-75% 3. Tingkat pengetahuan buruk bila skor atau nilai <60%

2.2. Kehamilan

  2.2.1. Defenisi

  Kehamilan merupakan proses alamiah untuk menjaga kelangsungan peradaban manusia. Kehamilan baru bisa terjadi jika seorang wanita sudah mengalami pubertas yang ditandai dengan terjadinya menstruasi (Hani, 2011). Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 1998). Lama kehamilan yaitu 280 hari atau 40 pekan (minggu) atau 10 bulan (lunar months). Kehamilan dibagi atas 3 triwulan (trimester): (a) kehamilan triwulan I antara 0 - 12 minggu, (b) kehamilan triwulan II antara 12 - 28 minggu, dan (c) kehamilan triwulan III antara 28 – 40 minggu (Mochtar, 1998).

  Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kehamilan adalah peristiwa yang dimulai dari konsepsi (pembuahan) dan berakhir dengan permulaan persalinan.

  2.2.2. Proses Kehamilan

  Suatu kehamilan akan terjadi bila terdapat 5 aspek berikut, yaitu :

  a. Ovum

  Ovum adalah suatu sel dengan diameter + 0,1 mm yang terdiri dari suatu

  nukleus yang terapung-apung dalam vitelus dilingkari oleh zona pellusida oleh kromosom radiata.

b. Spermatozoa

  Berbentuk seperti kecebong, terdiri dari kepala berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti, leher yang menghubungkan kepala dengan bagian tengah dan ekor yang dapat bergerak sehingga sperma dapat bergerak cepat.

  c. Konsepsi

  Konsepsi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sperma dan ovum di tuba fallopii.

  d. Nidasi

  Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium.

  e. Plasentasi

  Plasentasi adalah alat yang sangat penting bagi janin yang berguna untuk pertukarann zat antara ibu dan anaknya dan sebaliknya (Mochtar, 1998).

2.2.3. Tanda-Tanda Kehamilan

  a. Tanda-tanda dugaan hamil 1.

  Amenorea (terlambat datang bulan) a.

  Mengetahui tanggal haid terakhir dengan perhitungan rumus Naegle dapat ditentukan perkiraan persalinan.

  b.

  Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de Graaf dan ovulasi.

2. Nausea (enek/mual) dan emesis (muntah) a.

  Pengaruh ekstrogen dan progresteron terjadi pengeluaran asam lambung yang berlebihan.

  b.

  Umumnya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, c. sering terjadi pada pagi hari (morning sickness).

  d.

  Dalam batas yang fisiologisnkeadaan ini dapat diatasi.

  e.

  Akibat mual dan muntah nafsu makan berkurang.

  3. Sering buang air kecil a.

  Trimester I : karena kandung kencing tertekan uterus yang mulai membesar.

  b.

  Trimester II dan III : karena janin mulai masuk ke ruang panggul dan menekan kembali kandung kencing.

  4. Pigmentasi kulit Terjadi karena pengaruh dari hormon kortikosteroid plasenta yang merangsang melanosfor dan kulit.

  a.

  Sekitar pipi : cloasma gravidarum Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi kulit pada kulit.

  b.

  Dinding perut 1)

  Striae lividae 2)

  Striae nigra 3)

  Linea alba makin hitam c. Sekitar payudara

  1) Hiperpigmentasi areola mamae

  2) Putting susu makin menonjol

  3) Kelenjar Montgomery menonjol

  4) Pembuluh darah menifes sekitar payudara 5.

  Anoreksia (tidak nafsu makan) Terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, tapi setelah itu nafsu makan akan timbul lagi.

  6. Payudara menjadi tegang dan membesar a.

  Disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktuli dan alveoli di mammae glandula montgomerry tampak lebih jelas. b.

  Payudara membesar dan menegang.

  c.

  Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.

  7. Obstipasi atau konstipasi Terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh pengaruh hormon steroid, sehingga menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.

  8. Epulis

  Hipertrofi gusi disebut epulis dapat terjadi bila 9. Varises atau penampakan pembuluh darah vena a.

  Karena pengaruh dari ekstrogen dan progesterone terjadi penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang mempunyai bakat.

  b.

  Penampakan pembuluh darah itu terjadi di sekitar genetalia eksterna, kaki dan betis, dan payudara.

  c.

  Penampakan pembuluh darah ini dapat menghitung setelah persalinan.

  10. Mengidam Wanita sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian disebut ngidam.

  11. Sinkope atau pingsan a.

  Terjadi gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkop atau pingsan.

  b.

  Keadaan ini menghilang setelah umur hamil 16 minggu (Manuaba, 1998)

  b. Tanda-tanda mungkin hamil

  1. Rahim membesar, sesuai dengan tuanya hamil

  2. Pada pemeriksaan dalam dijumpai :

  a.

   Tanda hegar Uterus segmen bawah lebih lunak dari pada bagian yang lain.

  b.

   Tanda piscasek

  Uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran perut.

  c.

   Tanda Chadwick Perubahan warna pada servix dan vagina menjadi kebiru-biruan.

  d.

   Tanda braxton-hicks

  Merupakan kontraksi tak teratur rahim dan terjadi tanpa rasa nyeri di sepanjang kehamilan. Kontraksi ini barang kali membantu sirkulasi darah dalam plasenta (farrer, 2001).

  e.

   Teraba ballottement 3.

  Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif.

  Sebagian kemungkinan positif palsu (Manuaba, 1998).

  c. Tanda-tanda Pasti 1.

  Terdengar Denyut Jantung Janin.

  2. Terasa pergerakan janin dalam rahim 3.

  Pemeriksaan ultrasonografi a.

  Terdapat kantong hamil, hamil 4 minggu b.

  Terdapat fetal plate, hamil 4 minggu c. Terdapat kerangka janin, hamil 12 minggu d.

  Terdapat denyut jantung janin, hamil 6 minggu.

  4. Pemeriksaan rontgen untuk melihat kerangka janin (Sarwono, 1999).

  2.2.4. Primigravida

  a. Pengertian Primigravida Primigravida ialah seorang wanita hamil untuk pertama kalinya. (Mochtar,

  Rustam, 1990;100) b.

   Tanda – tanda kehamilan primigravida, meliputi:

   Perut tegang, pusar menonjol, rahim tegang, payudara tegang, labia mayora

  tampak bersatu, hypen seperti pada beberapa tempat, vagina sempit dengan rugae yang utuh, servicks licin bulat dan tidak dapat dilalui oleh satu ujung jari, perineum utuh dan baik. Pada servix terdapat pembukaan yang didahului dengan pendataran dan setelah itu baru pembukaan (pembukaan rata-rata1 Cm dalam 2 jam). Pada bagian terbawah janin turun pada 4-6 minggu akhir kehamilan, dan pada persalinan hampir selalu dengan episiotomi (Mochtar, Rustam, 1998; 46).

  2.2.5. Perubahan-perubahan fisiologis selama kehamilan

  Berikut ini diuraikan beberapa perubahan yang dialami ibu selama kehamilannya adalah: 1)

  Sistem Reproduksi a.

  Uterus 1.

  Ukuran. Pada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus adalah 30 x 25 x 20 cm dengan kapasitas lebih dari 4.000 cc. Hal ini memungkinkan bagi adekuatnya akomodasi pertumbuhan janin. Pada saati ini rahim membesar akibat hipertropi dan hiperplasi otot polos rahim, serabut-serabut kolagennya menjadi higroskopik, dan endometrium menjadi desidua.

  Jika penambahan ukuran uterus TFU per tiga jari, dapat dicermati dalam tabel berikut ini.

  Tabel 1-1. TFU menurut penambahan per tiga jari

  Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri (TFU)

  (Minggu) 12 3 jari di atas simfisis

  16 Pertengahan pusat-simfisis 20 3 jari dibawah pusat

  24 Setinggi pusat 28 3 jari di atas pusat

  32 Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px) 36 3 jari di bawah prosesus xiphoideus (px)

  40 Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px) Sumber: Hanifa, Prawirodhardjo, 2002 2. Berat. Berat uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram menjadi 1.000 gram pada akhir bulan.

  Tabel 1-2. Bentuk Uterus Berdasarkan Usia Kehamilan

  Usia Kehamilan Bentuk dan Konsistensi Uterus Bulan pertama Seperti buah alpukat

  Isthmus rahim menjadi hipertropi dan bertambah panjang, sehingga bila diraba terasa lebih lunak, keadaan seperti ini yang disebut dengan tanda Hegar. 2 bulan Sebesar telur bebek. 3 bulan Sebesar telur angsa. 4 bulan Berbentuk bulat. 5 bulan Rahim teraba seperti berisi cairan ketuban, rahim terasa tipis, itulah sebabnya mengapa bagian-bagian janin ini dapat dirasakan melalui perabaan dinding perut. Sumber: Hanifa, Prawirodhardjo, 2002 3.

  Posisi rahim dalam kehamilan a.

  Pada permulaan kehamilan, dalam posisi antefleksi atau retrofleksi.

  b.

  Pada 4 bulan kehamilan, rahim tetap berada dalam rongga pelvis.

  c.

  Setelah itu, mulai memasuki rongga perut yang dalam pembesarannya dapat mencapai batas hati. d.

  Pada ibu hamil, rahim biasanya mobile, lebih mengisi rongga abdomen kanan atau kiri.

  4. Vaskularisasi. Arteri uterine dan ovarika bertambah dalam diameter, panjang, dan anak-anak cabangnya, pebuluh darah vena mengembang dan bertambah.

  5. Serviks uteri. Bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak, kondisi ini yang disebut dengan tanda Goodell. Kelenjar endoservikal membesar dan mengeluarkan banyak cairan mukus. Oleh karena pertambahan dan pelebaran pembuluh darah, warnanya menjadi lipid, dan ini disebut dengan tanda Chadwick.

  6. Ovarium Ovulasi berhenti namun masih terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya plasenta yang akan mengambil alih pengeluaran esterogen dan progesteron.

  7. Vagina dan Vulva Oleh karena pengaruh esterogen, terjadi hipervaskularisasi pada vagina dan vulva, sehingga pada bagian tersebut terlihat lebih merah ataiu kebiruan, kondisi ini yang disebut dengan tanda Chadwick (Sulistyawati, 2011).

  2) Sistem Urinaria

  Selama kehamilan, ginjal bekerja lebih berat. Ginjal menyaring darah yang volumenya meningkat (sampai 30-50% atau lebih), yang puncaknya terjadi pada usia kehamilan 16-24 minggu sampai sesaat sebelum persalinan (pada saat ini aliran darah ke ginjal berkurang akibat penekanan rahim yang membesar).

  Dalam keadaan normal, aktivitas ginjal meningkat ketika berbaring dan menurun ketika berdiri. Keadaan ini semakin menguat pada saat kehamilan, karena itu wanita hamil sering merasa ingin berkemih ketika mereka mencoba untuk berbaring/tidur.

  Pada akhir kehamilan, peningkatan aktivitas ginjal yang lebih besar terjadi saat wanita hamil yang tidur miring. Tidur miring mengurangi tekanan dari rahim pada vena yang membawa darah dari tungkai sehingga terjadi perbaikan aliran darah yang selanjutnya akan meningkatkan aktivitas ginjal dan curah jantung (sulistyawati, 2011).

  3) Sistem Kardiovaskular

  Selama kehamilan, jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya atau biasa disebut sebagai curah jantung (cardiac output) meningkat sampai 30- 50%. Peningkatan ini mulai terjadi pada usia kehamilan 6 minggu dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan 16-28 minggu. Oleh karena curah jantung yang meningkat, maka denyut jantung pada saat istirahat juga meningkat (dalam keadaan normal 70 kali/menit menjadi 80-90 kali/menit). Pada ibu hamil dengan penyakit jantung, ia dapat jatuh dalam keadaan decompensate cordis.

  Setelah mencapai kehamilan 30 minggu, curah jantung agak menurun karena pembesaran rahim menekan vena yang membawa darah dari tungkai ke jantung.

  Selama persalinan curah jantung meningkat sebesar 30%, setelah persalinan curah jantung menurun sampai 15-25% di atas batas kehamilan, lalu secara perlahan kembali ke batas kehamilan.

  Peningkatan curah jantung selama kehamilan kemungkinan terjadi karena adanya perubahan dalam aliran darah ke rahim. Janin yang terus tumbuh, menyebabkan darah lebih banyak dikirim ke rahim ibu. Pada akhir usia kehamilan, rahim menerima seperlima dari seluruh darah ibu.

  Saat ibu melakukan aktivitas/olahraga, curah jantung, denyut jantung, dan laju pernafasan menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak sedang hamil. Rontgen dada dan EKG menunjukkan sejumlah perubahan dalam jantung, dan kadang terdengar murmur jantung tertentu serta ketidakteraturan irama jantung. Semua perubahan tersebut adalah normal terjadi pada masa kehamilan, tetapi beberapa kelainan irama jantung mungkin akan memerlukan pengobatan khusus.

  Selama trimester kedua biasanya tekanan darah menurun tetapi akan kembali normal pada trimester ketiga. Selama kehamilan, volume darah dalam peredaran meningkat sampai 50%, tetapi jumlah sel darah merah yang mengangkut oksigen hanya meningkat sebesar 25-30%.

  Untuk alasan yang belum jelas, jumlah sel darah putih ( yang berfungsi melindungi tubuh terhadap infeksi ) agak meningkat selama kehamilan, saat persalinan, dan beberapa hari setelah persalinan. Protein darah (gambaran protein dalam serum) berubah. Jumlah protein, albumin, dan gamaglobulin menurun pada trimester I dan meningkat bertahap sampai akhir kehamilan. Beta-globulin dan fibrinogen terus meningkat.

  Pada hitung jenis dan Hb ditemukan adanya hematokrit yang cenderung menurun karena kenaikan relatif volume plasma darah. Jumlah eritrosit cenderung meningkat untuk memenuhi kebutuhan transport O

  ₂ yang sangat diperlukan selama kehamilan. Konsentrasi Hb terlihat menurun, walaupun sebenarnya lebih besar dibandingkan dengan Hb pada orang yang tidak hamil, kondisi ini disebut anemia fisiologis. Anemia fisiologis ini disebabkan oleh meningkatnya volume plasma darah.

  Pada ibu hamil, nadi dan tekanan darah arteri cenderung menurun terutama selama trimester II, kemudian akan naik lagi seperti masa pra-kehamilan. Tekanan vena pada ekstremitas atas dan bawah dalam batas-batas normal, namuncenderung naik setelah trimester pertama. Nadi biasanya naik menjadi 84 kali/menit.

  4) Sistem Gastrointestinal a.

  Rongga Mulut Salivasi mungkin akan meningkat sehubungan dengan kesukaran menelan akibat nausea. Gusi dapat menjadi hiperemis dan melunak, kadang berdarah apabila hanya terkena cedera ringan, misalnya pada saat gosok gigi. Pembengkakan gusi sangat vaskular disebut epulis kehamilan yang terkadang dapat timbul, tetapi secara khas mengecil secara spontan setelah kelahiran.

  Keadaan tersebut disebabkan oleh pengaruh hormon esterogen yang meningkat atau kadang terjadi pada pengguna konrasepsi oral dan ibu yang mengalami defisiensi vitamin C. Tidak ada bukti yang menjelaskan bahwa kehamilan mendorong proses pembusukan pada gigi.

  b.

  Motilitas Saluran Gastrointestinal Biasanya pada penurunan tonus dan motilitas saluran gastrointestinal yang menimbulkan pemanjangan waktu pengosongan lkambung dan transit usus. Hal ini mungkin merupakan akibat jumlah progesteron yang besra selama proses kehamilan dan menurunnya kadar motalin-suatu peptida hormonal yang diketahui memengaruhi otot-otot halus (Christofides dkk, 1982)- atau keduanya. Pada saat persalinan, khususnya setelah pemberian analgesik, waktu pengosongan lambung secara khas sangat memanjang. Bahaya utama anastesi adalah regurgitasi dan aspirasi, baik isi makanan maupun asam lambung.

  Hormon esterogen membuat pengeluaran asam lambung emningkat yang dapat menyebabkan pengeluaran air liur yang berlebihan (hipersalivasi), daerah lambung terasa panas, terjadi mual dan sakit/pusing kepala terutama pagi hari yang disebut morning sickness. Muntah yang terjadi pada ibu hamil disebut emesis gravidarum. Apabila muntah berlebihan dan mengganggu kehidupan sehari-hari disebut hiperemesis gravidarum.

  c.

  Lambung dan Esofagus Pirosis merupakan kejadian yang umum pada kehamilan, paling mungkin disebabkan oleh refluks sekret-sekret asam ke esofagus bagian bawah. Posisi lambung yang berubah mungkin ikut menyumbang pada seringnya terjadi peristiwa ini. Tonus esofagus dan lambung berubah selama kehamilan dengan tekanan intraesofagus yang lebih rendah dari tekanan lambung lebih tinggi. Selain itu, pada saat yang bersamaan peristaltik esofagus mempunyai kecepatan gelombang dan amplitudo yang rendah (Ulmsten dan Sundstrom, 1978). Perubahan-perubahan tersebut menyokong terjadinya refluks gastroesofageal yang menimbulkan heart burn.

  d.

  Usus Kecil, Besar, Dan Apendiks Oleh karena kehamilan yang berkembang terus, lambung dan usus digeser oleh uterus yang membesar ke arah atas dan lateral. Sebagai akibatnya, apendiks sebagai contoh biasanya bergeser ke arah atas, lateral, dan sering kali emncapai pinggang kanan. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, tonus serta motilitas dari lambung dan usus berkurang selama kehamilan.

  Hormon progesteron menimbulkan gerakan usus makin berkurang (relaksasi otot-otot polos) sehingga makanan lebih lama berada di dalam lambung dan apa yang telah dicerna lebih lama di dalam usus. Hal ini mungkin baik untuk reabsorbsi, tetapi dapat menimbulkan konstipasi dimana hal ini merupakan salah satu keluhan dari ibu hamil. Konstipasi juga dapat terjadi karena kurangnya aktivitas/senam dan penurunan intake cairan.

  e.

  Hati Pertumbuhan ukuran hati pada beberapa binatang dapat terlihat dengan jelas, tetapi sebaiknya pada kehamilan manusia, pembesaran hati tersebut tidak dapat terlihat (Combes dan Adams, 1971). Selain itu, dengan evaluasi histologis hati yang didapat dengan biopsi, termasuk pemeriksaan dengan mikroskop elektron menyatakan tidak ada perbedaan yang jelas dari morfologi hati yang terjadi sebagai respon terhadap kehamilan normal (Ingerslev dan Teilum, 1946).

  Perubahan terjadi secara fungsional yaitu dengan menurunnya albumin plasma dan globulin plasma dalam rasio tertentu. Kejadian ini merupakan kejadian yang normal pada wanita hamil. Pada wanita yang tidak hamil kondisi tersebut dapat menunjukkan adanya penyakit pada hati.

  f.

  Kandung Empedu Fungsi kandung empedu berubah selama kehamilan karena pengaruh hipotoni dari otot-otot halus. Selama melakukan SC, potter (1936) cukup sering menemukan empedu teregang namun hipotonik dan aspirat empedu cukup kental. Secara umum diterima bahwa kehamilan menjadi predisposisi pembentukan batu empedu.

  Perubahan sistem pencernaan yang dirasakan ibu hamil adalah sebagai berikut: 1)

  Trimester 1 Pada bulan-bulan pertama kehamilan, terdapat perasaan enek (nausea). Hal ini mungkin dikarenakan kadar hormon esterogen yang meningkat. Tonus otot- otot traktus digestivus menurun sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang. Makanan lebih lama berada di dalam lambung dan apa yang telah dicernakan lebih lama berada dalam usus. Hal ini mungkin baik untuk reabsorbsi, tetapi menimbulkan konstipasi yang memang merupakan salah satu keluhan utama wanita hamil. Tidak jarang dijumapai adanya gejala muntah (emesis) pada bulan-bulan pertam kehamilan. Biasanya terjadi pada pagi hari, dikenal sebagai morning sickness. Apabila emesis terjadi terlalu sering dan terlalu banyak dikeluarkan (hiperemesis gravidarum), maka keadaan ini patologik. Hipersalivasi sering terjadi sebagai kompensasi dari mual dan muntah yang terjadi. Pada beberapa wanita ditemukan adanya ngidam makanan yang mungkin berkaitan dengan persepsi individu wanita tersebut mengenai apa yang bisa mengurangi rasa mual dan muntah. Kondisi lainnya dalah Pica (mengidam) yang sering dikaitkan dengan anemia akibat defisiensi zat besi ataupun adanya suatu tradisi (Hanifa Wiknjosastro, 2002: 97).

  2) Trimester 2 dan 3

  Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon progesteron yang meningkat. Selain itu, perut kembung juga terjadi karena adanya tekanan uterus yang membesar dalam rongga perut yang mendesak organ-organ dalam perut khususnya saluran pencernaan, usus besar, ke arah atas dan lateral. Wasir (hemoroid) cukup sering terjadi pada kehamilan. Sebagian besar hal ini terjadi akibat konstipasi dan naiknya tekanan vena-vena di bawah uterus termasuk vena henoroidal. Panas perut terjadi karena terjadinya aliran balik asam gastrik ke dalam esofagus bagian bawah (Sunarsih, 2011).

  5) Metabolisme

  Janin membutuhkan 30-40 gram kalsium untuk pembentukan tulangnya dan ini terjadi ketika trimester akhir. Oleh karena itu peningkatan asupan kalsium sangat diperlukan untuk menunjang kebutuhan. Peningkatan kebutuhan kalsium mencapai 70% dari diet biasanya. Penting bagi ibu hamil untuk selalu sarapan karena kadar glukosa darah ibu sangat berperan dalam perkembangan janin, dan berpuasa saat kehamilan akan memproduksi lebih banyak ketosis yang dikenal dengan “cepat merasakan lapar” yang mungkin berbahaya pada janin.

  Kebutuhan zat besi wanita hamil kurang lebih 1.000 mg, 500 mg dibutuhkan untuk meningkatkan massa sel darah merah dan 300 mg untuk transportasi ke fetus ketika kehamilan memasuki usia 12 minggu, 200 mg sisanya untuk menggantikan cairan yang keluar dari tubuh. Wanita hamil membutuhkan zat besi rata-rata 3,5 mg/hari.

  Pada metabolisme lemak terjadi peningkatan kadar kolesterol sampai 350 mg atau lebih per 100 cc. Hormon somatotropin mempunyai peranan dalam pembentukan lemak pada payudara. Deposit lemak lainnya tersimpan di badan, perut, paha, dan lengan.

  Pada metabolisme mineral yang terjadi adalah sebagai berikut: 1.

  Kalsium. Dibutuhkan rata-rata 1,5 gram sehari, sedangkan untuk pembentukan tulang terutama di trimester akhir dibutuhkan 30-40 gram.

  2. Fosfor. Dibutuhkan rata-rata 2 gr/hari.

  3. Air. Wanita hamil cenderung mengalami retensi air (sulistyawati, 2011).

  6) Sistem Muskuloskeletal

  Esterogen dan progesteron memberi efek maksimal pada relaksasi otot dan ligamen pelvis pada akhir kehamilan. Relaksasi ini digunakan oleh pelvis untuk meningkatkan kemampuannya menguatkan posisi janin pada akhir kehamilan dan pada saat kelahiran. Ligamen pada simfisis pubis dan sakroiliaka akan menghilang karena berelaksasi sebagai efek dari esterogen. Simfisis pubis melebar sampai 4 mm pada usia kehamilan 32 minggu dan sakrooksigeus tidak teraba, diikuti terabanya koksigis sebagai pengganti bagian belakang.

  Adanya sakit punggung dan ligamen pada kehamilan tua disebabkan oleh meningkatnya pergerakan pelvis akibat pembesaran uterus. Bentuk tubuh selalu berubah menyesuaikan dengan pembesaran uterus ke depan karena tidak adanya otot abdomen.

  Bagi wanita yang kurus lekukan lumbalnya lebih dari normal dan menyebabkan lordosis dan gaya beratnya berpusat pada kaki bagian belakang. Hal ini menyebabkan rasa sakit yang berulang terutama di bagian punggung. Oleh karena rasa sakit ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk relaksasi, biasanya wanita hamil menganggap apa yang ia rasakan adalah suatau penderitaan yang kadang memengaruhi suasana psikologisnya. Selain sikap tubuh yang lordosis, gaya berjalan juga menjadi berbeda dibandingkan ketika tidak hamil, yang kelihatan seperti akan jatuh dan tertatih-tatih (sulistyawati, 2011).

  7) Sistem Integumen

  Sehubungan dengan tinggginya kadar hormonal, terjadi peningkatan pigmentasi selama kehamilan. Keadaan ini sangat jelas terlihat pada kelompok wanita dengan warna kulit gelap atau hitam dan dapat dikenali pada payudara, abdomen, vulva, serta wajah. Ketika terjadi pada kulit muka dikenal sebagai cloasma atau topeng kehamilan. Pada wajah biasanya terjadi pada daerah pipi dan dahi sehingga dapat mengubah penampilan wanita tersebut.

  Linea alba adalah garis putih tipis yang membentang dari simfisis pubis sampai umbilikus, dapat menjadi gelap yang biasa disebut linea nigra.

  Peningkatan pigmentasi ini akan berkurang sedikit demi sedikit setelah masa kehamilan.

  Tingginya kadar hormon yang tersirkulasi dalam darah dan peningkatan regangan pada kulit abdomen, paha, dan payudara bertanggung jawab pada timbulnya garis-garis yang berwarna merah muda atau kecokelatan pada daerah tersebut. Tanda tersebut dikenal dengan nama striae gravidarum dan bisa menjadi lebih gelap warnanya pada multigravida dengan warna kulit gelap atau hitam. Striae gravidarum ini akan berkurang setelah masa kehamilan dan biasanya nampak seperti garis-garis yang berwarna keperakan pada wanita kulit putih atau warna gelap/hitam yang mengilap.

  Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-alat tertentu. Pigmentasi ini disebabkan oleh pengaruh melanophore stimulating hormone

  (MSH) yang meningkat. MSH ini adalah salah satu hormon yang juga dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Terkadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, dan hidung yang disebut cloasma gravidarum. Esterogen dan progesteron telah dilaporkan menimbulkan efek perangsangan melanosit (Diczfalusy dan Troen, 1961).

  a.

  Striae Garvidarum Terjadi pada bulan-bulan terakhir kehamilan, garis-garis sedikit cekung kemerahan umumnya timbul pada kulit abdomen, terkadang pada kulit paha dan payudara. Terjadi pada separuh wanita hamil. Pada wanita multipara sering kali ditemukan bersamaan dengan sikatriks striae kehamilan sebelumnya (Hanifa Wiknjosastro, 2002: 97-98).

  b.

  Diastasis Rekti Terkadang otot dinding abdomen tidak dapat menahan tegangan yang diberikan kepadanya dan muskuli rekti terpisah di garis tengah sehingga membentuk diastasis rekti dengan lebar yang bervariasi. Jika berat banyak bagian dari dinding uterus anterior yang hanya tertutp oleh kulit, fasia yang menipis, dan peritoneum.

  c.

  Perubahan-Perubahan Vaskular Kulit Angioma, nevus, dan telangiektasis (vaskular spider) timbul pada sekitar ²/

  ₃ wanita kulit putih dan kira-kira 10% wanita kulit hitam selama kehamilan (Bean dkk, 1949). Angioma adalah bintik-bintik/garis menonjol kecil merah pada kulit, khususnya terjadi pada wajah, leher, dada atas, dan lengan dengan radikel-radikel bercabang keluar dari badan sentralnya. Paling mungkin disebabkan oleh hiperesterogenemia. Palmar erythema merupakan bintik-bintik merah pada bagian telapak tangan. Sering ditemukan pada kehamilan, namun tidak ada arti klinis yang akan segera menghilang setelah kehamilan berakhir.

  Perubahan sistem intugumen yang dirasakan ibu hamil adalah sebagai berikut.

  1. Trimester 1 a.

  Palmar eritema (kemerahan di telapak tangan) dan spider nevi.

  b.

  Linea alba/nigra.

  2. Trimester 2 dan 3.

  a.

  Chloasma dan perubahan warna areola.

  b.

  Striae gravidarum (bulan 6-7) (Sunarsih, 2011).

  8) Payudara

  Payudara sebagai organ target untuk proses laktasi mengalami banyak perubahan sebagai persiapan setelah janin lahir. Beberapa perubahan yang dapat diamati oleh ibu adalah sebagai berikut: a.

  Selama kehamilan payudara bertambah besar, tegang, dan berat.

  b.

  Dapat teraba nodul-nodul, akibat hipertropi kelenjar alveoli.

  c.

  Bayangan vena-vena lebih membiru.

  d.

  Hiperpigmentasi pada areola dan puting susu.

  e.

  Kalau diperas akan keluar air susu jolong (kolostrum) berwarna kuning (Mochtar, 1998).

  Perkembangan payudara ini terjadi karena pengaruh hormon saat kehamilan yaitu esterogen, progesteron, dan somatomamotropin.

  Fungsi hormon yang mempersiapkan payudara untuk pemberian ASI, antara lain sebagai berikut.

  Perubahan payudara pada ibu hamil: a.

  e.

  Pada kehamilan 12 minggu ke atas dari puting susu akan keluar cairan putih jernih (kolostrum) yang berasal dari kelenjar asinus yang mulai bereaksi.

  d.

  Glandula Montgomery makin tampak menonjol di permukaan areola mammae.

  c.

  Areola payudara makin hitam karena hiperpigmentasi.

  b.

  Payudara menjadi lebih besar.

  2) Penimbunan lemak sekitar alveolus payudara (hanifa wiknjosastro, 2002:95).

  a.

  1) Memengaruhi sel asinus untuk membuat kasein, laktalbumin, dan laktoglobulin.

  Somatomamotropin.

  c.

  Progesteron 1) Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi. 2) Menambah sel asinus.

  b.

  Tekanan serat saraf akibatpenimbunan lemak, air, dan garam menyebabkan rasa sakit pada payudara.

  1) Menimbulkan hipertropi sistem saluran payudara. 2) menimbulkan penimbunan lemak dan air serta garam sehingga payudara tampak semakin besar. 3)

  Esterogen.

  Pengeluaran ASI belum terjadi karena prolaktin ini ditekan oleh PHH (Prolactine Inhibiting Hormone). f.

  Setelah persalinan, dengan dilahirkannya plasenta, maka pengaruh esterogen, progesteron, dan somatomamotropin terhadap hipotalamus hilang sehingga prolaktin dapat dikeluarkan dan laktasi terjadi (Hanifa Wiknjosastro, 2002:95).

  9) Sistem Endokrin

  Selama siklus menstruasi normal, hipofisis anterior memproduksi LH dan FSH. Follicle stimulating hormone (FSH) merangsang folikel de graaf untuk menjadi matang dan berpindah ke permukaan ovarium di mana ia dilepaskan.

  Folikel yang kosong dikenal sebagai korpus luteum dirangsang oleh LH untuk memproduksi progesteron. Progesteron dan esterogen merangsang poliferasi dari desidua (lapisan dalam uterus) dalam upaya mempersiapkan implantasi jika kehamilan terjadi. Plasenta, yang terbentuk secra sempurna dan berfungsi 10 minggu setelah pembuahan terjadi, akan mengambil alih tugas korpus luteum untuk memproduksi esterogen dan progesterone.

  Karakteristik hormon esterogen dan progesteron dapat di cermati dalam tabel di bawah ini:

  Tabel 1-3. Karakteristik hormon esterogen dan progesteron Esterogen Progesteron Pengaruh Umum Menyebabkan pertumbuhan, baik Peningkatan sekresi.

  ukuran maupun jumlah sel. Mengendurkan (relaksasi) otot-otot polos.

  Pengaruh Khusus 1.

  1. menyebabkan penebalan dari Menyebabkan penebalan dari endometrium sehingga ovum endometrium sehingga sel telur yang sudah dibuahi dapat yang sudah dibuahi dapat berimplantasi berimplantasi dan menyebabkan

  2. relaksasi. menyebabkan hipertropi dari dinding uterus dan

  2. Mengistirahatkan otot-otot polos peningkatan ukuran pembuluh- yang berakibat pada: pembuluh darah dan limfatik

  • Meningkatnya waktu
yang mengakibatkan vaskularisasi, kongesti, dan udema. Perubahan-perubahan ini mengakibatkan munculnya:

  • Meningkatnya gastrik refluk karena relaksasi kardiak sfingter sehingga menyebabkan rasa panas dalam perut (heartburn);
  • Penurunan motilitas gastrointestinal, sehingga menyebabkan konstipasi.
  • Pembuluh arteri dan dinding vena relaksasi dan dilatasi sehingga meningkatkan kapasitas vena dan venule yang menyebabkan hemorroid (wasir).
  • tanda chadwick (serviks, vulva, dan vagina berubah menjadi berwarna biru/ungu);
  • tanda goodle (serviks menjadi lembut pada perabaan);
  • tanda hegar (isthmus- segmen bawah rahim menjadi lembut pada perabaan).

3. Hipertropi dan hiperplasi otot- otot uterus.

  4. Hipertropi dan hiperplasi jaringan payudara, termasuk sistem pembuluh/pipa. pengosongan lambung dan peristaltik usus;

  3. Menjaga peningkatan suhu basal ibu.

  4. Merangsang perkembangan sistem alveolar payudara.

  5. Dengan hormon relaksin melembutkan/mengendurkan jaringan ikat, ligamen-ligamen, otot-otot sehingga dapat mengurangi sakit punggung dan nyeri ligamen.

  Sumber: Pusdiknakes, 2003 10)

  Indeks Massa Tubuh (IMT) Dan Berat Badan Peningkatan berat badan selama kehamilan juga mencakup produksi konsepsi

  (janin, plasenta dan cairan amniotik), dan hipertropi beberapa jaringan maternal (uterus, payudara, darah, cadangan lemak, cairan ekstraselular dan ekstravaskular). Sebagian besar protein terdapat pada janin, tetapi terdapat juga pada uterus, darah, plasenta dan payudara. Sebaliknya, sebagian besar deposit lemak terdapat pada jaringan adipose maternal, terutama regiogluteal dan paha atas, dan juga janin yang merupakan satu-satunya hal penting utama lainnya.

  Peningkatan berat badan janin terjadi dengan lambat pada pertengahan pertama kehamilan dan meningkat lebih cepat pada 20 minggu kedua.

  Peningkatan berat plasenta terjadi berlawanan, lebih cepat pada pertengahan pertama kehamilan. Cairan amniotik meningkat dengan cepat sejak minggu ke 10, dari 300 ml pada 20 minggu, hingga puncaknya 1000 ml pada 35 minggu, kemudian mengalami sedikit penurunan. Berat uterus bertambah lebih cepat pada 20 minggu pertama. Berat payudara dan volume darah meningkat secara stabil selama kehamilan. Sebagian besar lemak yang di peroleh disimpan pada 30 minggu pertama. Sebagian besar cairan di retensi pada 30 minggu pertama tetapi meskipun tidak terjadi edema klinis 2 hingga 3 liter, cairan ekstraselular mengalami retensi pada 10 minggu terakhir.

Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Adaptasi Fisiologis Selama Kehamilan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar Tahun 2012

1 56 105

Hubungan Motivasi dengan Kinerja Petugas Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar Tahun 2007

10 72 108

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan - Tingkat Pengetahuan Penderita Dan Keluarga Penderita Tentang Kanker Payudara Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2013

0 0 19

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Defenisi Pengetahuan - Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Remaja Puteri Terhadap Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) Di Sma Katolik Budi Murni 1 Medan Tahun 2014

0 0 21

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan - Pengaruh Tingkat Pengetahuan dan Konsep Diri Perempuan Penderita Kanker terhadap Tingkat Kecemasan Menghadapi Kemoterapi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan

0 0 42

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengetahuan - Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Discharge Planning Pada Pasien Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara

0 0 16

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kehamilan 2.1.1. Pengertian Kehamilan - Pengaruh Pendidikan Gizi dan Kesehatan Terhadapa Pengetahuan Gizi, Praktik Gizi, dan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil di Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat Medan Tahun 2014

0 0 23

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi 2.1.1. Pengertian Komunikasi - Pengaruh Komunikasi Interpersonal terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Ruang Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2014

1 1 26

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan - Pengetahuan Keluarga tentang Perawatan Klien Halusinasi di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

0 1 39

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Defenisi Pengetahuan - Gambaran Pengetahuan Perokok Tentang Bahaya Merokok Terhadap Kesehatan Di Kecamatan DolokSanggul Kabupaten Humbang Hasundutan

0 0 18