Hubungan Motivasi dengan Kinerja Petugas Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar Tahun 2007

(1)

T E S I S

Oleh

SANDRA SRI ANGGRAINI

057013024 / AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2007


(2)

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KINERJA PETUGAS

REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

Dr. DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR

TAHUN 2007

T E S I S

Untuk memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)

dalam Program Studi Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

SANDRA SRI ANGGRAINI

057013024 / AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2007


(3)

Nomor Pokok : 057013024

Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui Komisi Pembimbing :

Dr. Dra. Ida Yustina, MSi Ketua

Drs. Amru Nasution, M.Kes Anggota

Ketua Program Studi Direktur SPs USU

Dr. Drs. Surya Utama, MS Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc


(4)

Pada tanggal: 7 Agustus 2007

Panitia Penguji Tesis

Ketua : Dr. Dra. Ida Yustina, MSi Anggota : Drs. Amru Nasution, M.Kes

Prof. Dr. Sutomo Kasiman, SpPD, SpJP dr. Yulianti, SpP, MARS


(5)

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KINERJA PETUGAS

REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

Dr. DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR

TAHUN 2007

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2007


(6)

Pesatnya perkembangan ilmu kedokteran dan teknologi serta membaiknya keadaan sosial ekonomi dan pendidikan, mengakibatkan perubahan sistem penilaian masyarakat yang menuntut pelayanan kesehatan yang bermutu. Salah satu parameter untuk menentukan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah data atau informasi dari rekam medik yang baik dan lengkap. Salah satu aspek yang sangat berperan secara signifikan dalam menentukan kualitas rekam medis rumah sakit adalah petugas rekam medis. Berdasarkan survei awal di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar diketahui persentase pengisian status pada formulir rekam medis yang tidak diisi dengan lengkap sebesar 34,1%, pengembalian rekam medis yang tidak tepat pada tempatnya sebesar 59,03%, serta pengisian status pada rekam medis yang tidak tepat sebesar 56,13%.

Jenis penelitian ini adalah survei explanatory untuk mengetahui hubungan motivasi petugas rekam medis (intrinsik dan ekstrinsik) dengan kinerja petugas rekam medis di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar. Populasi penelitian adalah seluruh petugas rekam medis di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar sebanyak 15 orang, seluruh populasi diambil sebagai sampel (total sampling). Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara. Analisis data menggunakan uji korelasi Spearman.

Hasil penelitian ini menunjukkan sebesar 53,3% petugas rekam medis memiliki motivasi intrinsik tinggi dilihat dari aspek: prestasi, pengakuan orang lain, tanggung jawab, peluang untuk maju, serta kepuasan kerja. Sebesar 93,3% petugas rekam medis memiliki motivasi ekstrinsiknya tinggi dilihat dari aspek: kompensasi, keamanan dan keselamatan kerja, kondisi kerja, prosedur kerja, mutu supervisi teknis, serta hubungan interpersonal. Sebesar 53,3% kinerja petugas rekam medis pada kategori cukup.

Kesimpulan penelitian menunjukkan secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara variabel peluang untuk maju dan kepuasan kerja dengan kinerja (p<0,05), sedangkan variabel prestasi, pengakuan orang lain, dan tanggung jawab tidak berhubungan signifikan dengan kinerja (p>0,05). Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel keamanan dan keselamatan kerja, kondisi kerja dan prosedur kerja dengan kinerja (p<0,05), sedangkan variabel kompensasi, mutu supervisi teknis dan hubungan interpersonal tidak berhubungan secara signifikan dengan kinerja (p>0,05).

Disarankan pengembangan sumber daya manusia di Sub Bidang Pengelolaan dan Pelaporan Rekam Medis. Perlu kebijakan rumah sakit dalam upaya peningkatan kepuasan kerja serta menjamin keamanan dan keselamatan kerja. Perlu dikembangkan kondisi kerja yang kondusif dan prosedur kerja yang baik, serta perlu pelaksanaan dan pengembangan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) yang menunjang pengelolaan rekam medis.


(7)

obtained from the good and complete medical record. One of the aspects which play a significant role in deciding the quality of medical record of the hospital is the person in charge of doing the medical record. Based on the initial survey done at the Dr. Djasamen Saragih General Hospital Pematangsiantar, it is reavaled that the percentage of filling out the medical record are as follows: not returning the not complete filling out 34,1%, not returning the medical record at its proper place 59,3% and filling out status in inappropriate medical record is 56,13%.

This explanatory survey was conducted to examine the relationship between the motivation (intrinsic and extrinsic) and the performances of the person in charge of doing the medical record at Dr. Djasamen Saragih General Hospital Pematangsiantar. The population is all 15 persons in charge of doing the medical record working at the hospital and all of them were selected as samples (total sampling) for this study. The data for this study were obtained through questionnaire distribution and interviews. The data obtained were analyzed through the Spearman correlation tests.

The results of this study shows that 53,3% of the persons in charge of doing the medical record have high intrinsic motivation seen from aspects of achievement, approval from others, responsibility, progress oppurtunity and work satisfication; 93,3% of them have high extrinsic motivation seen from the aspects of compensation, security and occupational health, work condition, work procedure, quality of technical supervision and interpersonal relationship. 53,3% of the performance of the persons in charge of doing the medical record is on adequate category.

It can be concluded that statistically there is significant relationship between the variable of progress oppurtinity and work satisfication with performance (p<0,05) while the variable achievement, responsibility and progress oppurtunity do not have significant relationship with performance (p>0,05). There is significant between the variable security and occupational health, work condition and work procedure with performance (p<0,05), while variable of compensation, quality of technical supervision and interpersonal relationship do not show any significant relationship with performance (p>0,05).

It is suggested that human resources in the sub-division of medical record reporting and management need to be improved their performance. To improve work satisfication and to guarantee work security and occupational health, a hosptial policy is needed. A condusive work condition and sound work procedure need to be developed, and also need developing of Hospital Information System to do medical record.


(8)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan berkat dan karuniaNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini, yang mana merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan (MKes).

Selama penelitian dan penyusunan tesis ini yang berjudul : Hubungan

Motivasi dengan Kinerja Petugas Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar, penulis telah banyak mendapatkan bantuan

moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Dra. Ida Yustina, MSi dan Bapak Drs. Amru Nasution, MKes yang telah membimbing dari awal sampai selesainya penulisan tesis ini. Selanjutnya ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Ketua Program Magister Adminstrasi dan Kebijakan Kesehatan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Prof. Dr. Sutomo Kasiman, SpPD, SpJP dan Ibu dr. Yulianti, SpP, MARS,

selaku Dosen Pembanding tesis.

4. Seluruh Dosen dan Staf di Program Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dr. Ria Novida Telaumbanua, MKes, selaku Direktur RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar beserta seluruh staf.

6. Ibu Dr. Flora Maya Damanik, Selaku Kepala Bidang Perencanaan dan Rekam Medik RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar beserta staf atas bantuan yang telah diberikan.

7. Bapak Dr.H.Umar Zein, SpPD, KPTI, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan dan juga Dr.Hj. Ellen H, Nasution, Mkes, selaku Kasubdin Bina Program Dinas Kesehatan Kota Medan.

8. Teristimewa buat orangtuaku tercinta, Ayahanda (Kolonel dr. Anggono Purwohusodo, SpB) dan Ibunda yang telah memberikan limpahan kasih sayang,


(9)

10.Anakku tercinta Febrina Y. Purba yang selama ini telah mendampingi dan terus berdoa untuk mamanya dalam penyelesaian tesis ini.

11.Seluruh teman-teman di Dinas Kesehatan Kota Medan, khususnya kepada drg. Firy Triyanti dan Ir. Umi Doloksaribu. Terimakasih atas dorongan dan perhatian yang tak pernah putus serta pengertian yang dalam.

12.Teman-teman di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya di Magister Administrasi Rumah Sakit yang selama ini telah berjuang bersama-sama, dan teristimewa buat Maya sahabatku terbaik yang telah melewati hari-hari bersama yang penuh perjuangan dan memberi dorongan agar tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

13.Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna baik dari segi isi maupun penulisan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini dan pengembangan penulisan di masa yang akan datang. Akhirnya penulis mengharapkan tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2007 Penulis


(10)

Nama : Sandra Sri Anggraini Tempat/Tgl Lahir : Medan, 28 Juli 1963

Agama : Kristen Protestan

Riwayat Pendidikan :

1970 - 1976 : SD Budi Murni Medan 1976 - 1979 : SMP Budi Murni Medan 1979 - 1982 : SMA Katolik Medan

1982 - 1990 : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan

2005 - 2007 : Program Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan

Riwayat Pekerjaan :

1992 - 1995 : Dokter Gigi di Puskesmas Merek Dinas Kesehatan Kabupaten Karo

1995 - 2003 : Staf Dinas Kesehatan Kota Medan

2003 - sekarang : Kasie Data Informasi dan Laporan Bina Program Dinas Kesehatan Kota Medan


(11)

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB 1.PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Hipotesis Penelitian ... 6

1.5. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA... 8

2.1. Rekam Medis ... 8

2.1.1. Pengertian Rekam Medis ... 8

2.1.2. Fungsi dan Tujuan Rekam Medis ... 9

2.1.3. Standar Rekam Medis ... 11

2.1.4. Keakuratan Rekam Medis ... 12

2.1.5. Kepemilikan dan Akses Rekam Medis ... 14

2.1.6. Pengendalian Rekam Medis... 14

2.1.7. Penyimpanan Rekam Medis... 15

2.2. Kinerja ... 17

2.2.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 17

2.3. Motivasi ... 19

2.3.1. Teori Motivasi ... 21

2.3.2. Jenis-Jenis Motivasi ... 23

2.4. Landasan Teori ... 24

2.5. Kerangka Konsep Penelitian ... 25

BAB 3. METODE PENELITIAN... 27

3.1. Jenis Penelitian ... 27

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

3.3. Populasi dan Sampel ... 27

3.4. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 28


(12)

3.7. Metode Pengukuran ... 34

3.7.1. Pengukuran Variabel Motivasi... 34

3.7.2. Pengukuran Variabel Kinerja... 35

3.8. Metode Analisis Data ... 36

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 37

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 37

4.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 40

4.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur... 40

4.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40

4.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 41

4.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja... 41

4.3. Motivasi Intrinsik ... 42

4.3.1. Motivasi Intrinsik Responden Berdasarkan Prestasi... 42

4.3.2. Motivasi Intrinsik Responden Berdasarkan Pengakuan Orang Lain ... 43

4.3.3. Motivasi Intrinsik Responden Berdasarkan Tanggung Jawab... 43

4.3.4. Motivasi Intrinsik Responden Berdasarkan Peluang Untuk Maju ... 44

4.3.5. Motivasi Intrinsik Responden Berdasarkan Kepuasan Kerja ... 45

4.4. Motivasi Ekstrinsik ... 46

4.4.1. Motivasi Ekstrinsik Responden Berdasarkan Kompensasi ... 46

4.4.2. Motivasi Ekstrinsik Responden Berdasarkan Keamanan dan Keselamatan Kerja ... 47

4.4.3. Motivasi Ekstrinsik Responden Berdasarkan Kondisi Kerja ... 48

4.4.4. Motivasi Ekstrinsik Responden Berdasarkan Prosedur Kerja... 48

4.4.5. Motivasi Ekstrinsik Responden Berdasarkan Mutu Supervisi Teknis ... 49

4.4.6. Motivasi Ekstrinsik Responden Berdasarkan Hubungan Interpersonal ... 50

4.5. Kinerja Petugas Rekam Medis ... 51

4.5.1. Kinerja Kasubbid Pengelolaan dan Pelaporan Rekam Medis ... 51

4.5.2. Kinerja Urusan Pengelolaan Verifikasi... 52

4.5.3. Kinerja Urusan Pengelolaan Rawat Jalan ... 53


(13)

4.7. Hasil Uji Statistik Korelasi Spearman ... 60

4.7.1. Motivasi Intrinsik dengan Kinerja ... 60

4.7.2. Motivasi Ekstrinsik dengan Kinerja... 61

BAB 5. PEMBAHASAN ... 64

5.1. Hubungan Motivasi Intrinsik dengan Kinerja Petugas Rekam Medis... 64

5.1.1. Hubungan Prestasi dengan Kinerja Petugas Rekam Medis ... 64

5.1.2. Hubungan Pengakuan Orang Lain dengan Kinerja Petugas Rekam Medis ... 65

5.1.3. Hubungan Tanggung Jawab dengan Kinerja Petugas Rekam Medis ... 66

5.1.4. Hubungan Peluang Untuk Maju dengan Kinerja Petugas Rekam Medis ... 67

5.1.5. Hubungan Kepuasan Kerja dengan Kinerja Petugas Rekam Medis ... 67

5.2. Hubungan Motivasi Ekstrinsik dengan Kinerja Petugas Rekam Medis ... 69

5.2.1. Hubungan Kompensasi dengan Kinerja Petugas Rekam Medis ... 69

5.2.2. Hubungan Keamanan dan Keselamatan Kerja dengan Kinerja Petugas Rekam Medis ... 70

5.2.3. Hubungan Kondisi Kerja dengan Kinerja Petugas Rekam Medis ... 71

5.2.4. Hubungan Prosedur Kerja dengan Kinerja Petugas Rekam Medis ... 72

5.2.5. Hubungan Mutu Supervisi Teknis dengan Kinerja Petugas Rekam Medis ... 73

5.2.6. Hubungan antara Hubungan Interpersonal dengan Kinerja Petugas Rekam Medis ... 74

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

6.1. Kesimpulan ... 76

6.2. Saran ... 77


(14)

Tabel Halaman 3.1. Hasil Uji Validitas Kuesioner Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik... 29 3.2. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik... 30 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di RSUD

Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar ... 40 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar ... 40 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di RSUD

Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar ... 41 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja di RSUD

Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar ... 41 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Prestasi di RSUD Dr. Djasamen

Saragih Pematangsiantar ... 42

4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pengakuan Orang Lain di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar ... 43

4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Tanggung Jawab di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar ... 44 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Peluang Untuk Maju di RSUD

Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar ... 44 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Kerja di RSUD

Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar ... 45 4.10.Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Motivasi Intrinsik di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar ... 46 4.11.Distribusi Responden Berdasarkan Kompensasi di RSUD


(15)

4.14.Distribusi Responden Berdasarkan Berdasarkan Prosedur Kerja di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar ... 49

4.15.Distribusi Responden Berdasarkan Mutu Supervisi Teknis di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar ... 49

4.16.Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Interpersonal di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar ... 50 4.17.Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Motivasi Ekstrinsik

di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar ... 51 4.18.Distribusi Pelaksanaan Tupoksi Kasubbid Pengelolaan dan

Pelaporan Rekam Medis di RSUD Dr. Djasamen Saragih

Pematangsiantar ... 51 4.19.Distribusi Pelaksanaan Tupoksi Urusan Pengelolaan Verifikasi

di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar ... 52

4.20.Distribusi Pelaksanaan Tupoksi Urusan Pengelolaan Rawat Jalan di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar ... 53

4.21.Distribusi Pelaksanaan Tupoksi Urusan Pengelolaan Rawat Inap di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar ... 54

4.22.Distribusi Pelaksanaan Tupoksi Urusan Pengelolaan Pelaporan Rumah Sakit di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar ... 55

4.23.Distribusi Pelaksanaan Tupoksi Kasubbid Urusan Pengelolaan Indeks dan Analisa Rekam Medis di RSUD Dr. Djasamen Saragih

Pematangsiantar ... 56 4.24.Distribusi Responden Menurut Kinerja di RSUD Dr. Djasamen

Saragih Pematangsiantar ... 57 4.25.Uji Korelasi Motivasi Intrinsik dengan Kinerja Petugas Rekam


(16)

Medis di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar ... 62 4.27.Uji Korelasi Kategori Motivasi dengan Kinerja Petugas Rekam


(17)

2.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 25


(18)

Lampiran Halaman

1. Output Uji Korelasi Motivasi Intrinsik dengan Kinerja ... 82

2. Output Uji Korelasi Motivasi Ekstrinsik dengan Kinerja ... 83

3. Output Uji Korelasi Kategori Motivasi dengan Kinerja ... 84

4. Output Tabel Distribusi ... 85

5. Kuesioner Penelitian ... 90

6. Master Data ... 98

7. Alur Dokumen Rekam Medik Pasien Rawat Inap ... 99

8. Alur Dokumen Rekam Medik Pasien Rawat Jalan ... 100


(19)

1.1. Latar Belakang

Salah satu fungsi yang paling utama dari sebuah rumah sakit adalah menyediakan perawatan berkualitas tinggi terhadap pasien. Pimpinan rumah sakit bertanggungjawab secara hukum maupun moral atas kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien ataupun mereka yang datang ke fasilitas pelayanan tersebut.

Pesatnya perkembangan ilmu kedokteran dan teknologi serta membaiknya keadaan sosial ekonomi dan pendidikan, mengakibatkan perubahan sistem penilaian masyarakat yang menuntut pelayanan kesehatan yang bermutu. Salah satu parameter untuk menentukan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah data atau informasi dari rekam medik yang baik dan lengkap. Indikator mutu rekam medik yang baik adalah kelengkapan isi, akurat, tepat waktu dan pemenuhan aspek persyaratan hukum.

Dalam Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia yang dikeluarkan Dirjen Yanmed Depkes RI (1997) diatur tentang pertanggung jawaban terhadap rekam medis dan aspek hukum rekam medis yang bertujuan untuk terselenggaranya pelayanan kesehatan di rumah sakit yang efektif dan efisien.

Tujuan pengelolaan rekam medis di rumah sakit adalah untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya mencapai tujuan rumah sakit, yaitu peningkatan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit, oleh sebab itu dalam


(20)

mengelola rekam medis, setiap rumah sakit harus selalu mengacu kepada pedoman atau petunjuk teknis pengelolaan Rekam Medis yang dibuat oleh rumah sakit yang bersangkutan.

Pedoman atau petunjuk teknis pengelolaan rekam medis pada suatu rumah sakit pada dasarnya mengatur proses kegiatan yang dimulai pada saat diterimanya pasien di tempat penerimaan pasien, pencatatan data medis pasien selama pasien tersebut mendapatkan pelayanan medis, sampai pada penanganan berkas rekam medis pasien yang meliputi kegiatan penyimpanan serta pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan untuk melayani perrnintaan/peminjaman bila pasien berobat ulang atau keperluan lain.

Salah satu tantangan besar dalam penerapan teknologi informasi dan komunikasi di rumah sakit adalah penerapan rekam medis berbasis komputer. Dalam pelaksanaannya masih sedikit bukti yang menunjukkan keberhasilan penerapan rekam medis berbasis komputer secara utuh, komprehensif dan dapat dijadikan data model bagi rumah sakit lainnya. Rekam medis berbasis komputer akan menghimpun berbagai data klinis pasien (Wikipedia, 2006).

Hasil studi Waruna (2003), tentang analisis beberapa faktor yang berhubungan dengan kelengkapan pencatatan rekam medis pasien rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan menyimpulkan bahwa persentase kelengkapan pengisian rekam medis yang dilakukan dokter rata-rata 78,6% dan yang dilakukan oleh perawat hanya 68,2%.


(21)

Demikian juga dengan hasil studi Hutagalung (2005) yang menyimpulkan bahwa data rekam medis belum dimanfaatkan secara optimal sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran serta perencanaan di Rumah Sakit Elisabeth Medan.

Pelaksanaan rekam medis di rumah sakit dipengaruhi oleh motivasi setiap petugas rekam medis itu sendiri. Dengan motivasi yang baik, petugas rekam medis diharapkan kinerjanya dalam pelaksanaan rekam medis juga semakin baik.

Menurut Gibson (1992), ada tiga perangkat variabel yang mempengaruhi kinerja, yaitu: (1) variabel individual, terdiri dari: kemampuan dan ketrampilan: mental dan fisik, latar belakang: keluarga, tingkat sosial, penggajian, demografis: umur, asal-usul, jenis kelamin, (2) variabel organisasional, terdiri dari: sumberdaya, kepemimpinan, imbalan, struktur, desain pekerjaan, dan (3) variabel psikologis, terdiri dari: persepsi, sikap, kepribadian, belajar, motivasi.

Menurut Mathis & Jackson (2002), kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi. Perbaikan kinerja baik untuk individu maupun kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi.

RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar sebagai rumah sakit pemerintah dengan klasifikasi kelas B merupakan pusat pelayanan kesehatan dan rujukan bagi masyarakat di wilayah Kota Pematang Siantar. Oleh karena itu rumah


(22)

sakit ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Mutu pelayanan kesehatan di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar dapat dilihat dari beberapa aspek, salah satunya adalah kelengkapan rekam medisnya, di mana tercermin segala informasi menyangkut seorang pasien yang akan dijadikan dasar dalam melakukan tindak lanjut. Salah satu aspek yang sangat berperan secara signifikan dalam menentukan kualitas rekam medis rumah sakit adalah petugas rekam medis.

Menurut keterangan dari penanggungjawab rekam medis RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar, proses pendaftaran saat seorang pasien diterima di rumah sakit sampai pasien tersebut mendapatkan tindakan medis masih berjalan lambat yang diakibatkan kurang lengkap dan kurang teraturnya sistem kearsipan data rekam medis.

Hasil penelitian Zulhunain (1998) di RS Haji Medan menunjukkan bahwa mutu pencatatan rekam medis di rumah sakit tersebut masih rendah, karena ada sebagian data mengenai asuhan keperawatan terhadap pasien yang tidak diisi. Dampak dari rendahnya mutu pengisian rekam tersebut antara lain pengiriman status tidak dapat terlaksana dengan baik dan tepat waktu.

Hasil survei awal yang dilakukan di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar dengan pengambilan rekam medis secara acak 100 file rekam medis, diketahui bahwa petugas rekam medis kurang memberi perhatian terhadap pekerjaan rekam medis, hal ini terbukti dari persentase pengisian status pada formulir rekam


(23)

medis yang tidak diisi dengan lengkap sebesar 34,1%, pengembalian rekam medis yang tidak tepat pada tempatnya sebesar 59,03%, serta pengisian status pada rekam medis yang tidak tepat sebesar 56,13%.

Ketidaklengkapan dan ketidaktepatan dalam pengisian rekam medis memberikan dampak yang tidak baik bagi proses pelayanan kesehatan kepada pasien, karena waktu untuk proses pendaftaran sampai dilakukan tindakan medik menjadi lama. Di samping itu analisa terhadap riwayat penyakit terdahulu serta tindakan medik yang telah dilakukan sebelumnya tidak dapat dilakukan secara baik akibat tidak lengkapnya data pada rekam medis pasien.

Tingginya persentase rekam medis yang tidak lengkap merupakan indikator rendahnya kinerja petugas rekam medis di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar, yang diduga sebagai akibat rendahnya motivasi petugas dalam melaksanakan pekerjaannya, baik motivasi dari dalam dirinya sendiri (intrinsik) maupun motivasi dari luar diri petugas (ekstrinsik).

Mengacu kepada hasil survei awal tersebut, penulis tertarik melakukan analisis tentang hubungan motivasi dengan kinerja petugas rekam medis dalam pelaksanaan rekam medis di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian : bagaimana hubungan motivasi intrinsik (prestasi, pengakuan orang lain, tanggungjawab, peluang untuk maju, serta kepuasan kerja) dan ekstrinsik


(24)

(kompensasi, keamanan dan keselamatan kerja, kondisi kerja, prosedur kerja, mutu supervisi teknis, serta hubungan interpersonal) dengan kinerja petugas rekam medis di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis hubungan motivasi intrinsik (prestasi, pengakuan orang lain, tanggungjawab, peluang untuk maju, serta kepuasan kerja) dan ekstrinsik (kompensasi, keamanan dan keselamatan kerja, kondisi kerja, prosedur kerja, mutu supervisi teknis, serta hubungan interpersonal) dengan kinerja petugas rekam medis di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar.

1.4. Hipotesis Penelitian

Terdapat hubungan motivasi intrinsik (prestasi, pengakuan orang lain, tanggungjawab, peluang untuk maju, serta kepuasan kerja) dan ekstrinsik (kompensasi, keamanan dan keselamatan kerja, kondisi kerja, prosedur kerja, mutu supervisi teknis, serta hubungan interpersonal) dengan kinerja petugas rekam medis di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam manajemen perencanaan dan peningkatan kinerja petugas rekam medis di masa yang akan datang.


(25)

2. Bagi Petugas Kesehatan

Sebagai bahan evaluasi kinerja serta bahan masukan untuk menambah pemahaman serta wawasan tentang kinerja petugas rekam medis di rumah sakit.

3. Bagi Akedemisi

Sebagai bahan perbandingan atau referensi pada studi atau penelitian di masa yang akan datang.


(26)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rekam Medis

Rekam medis adalah keterangan tertulis dan terekam tentang identitas umum dan sosial pasien, anamnesa, riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang lainnya, laboratorium, diagnosis, segala perawatan dan tindakan medis yang diberikan kepada pasien serta dokumen hasil pelayanan (resume) baik pasien rawat inap, rawat jalan, dan pelayanan di unit gawat darurat (Brotowasisto, 2003).

2.1.1. Pengertian Rekam Medis

Menurut Permenkes No.749a/Menkes/Per/XII/1989, rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen mengenai identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lainnya yang diterima pasien pada sarana kesehatan, baik rawat jalan maupun rawat inap.

Menurut Hatta (2003) rekam medis merupakan kumpulan fakta tentang kehidupan seseorang dan riwayat penyakitnya, termasuk keadaan sakit, pengobatan saat ini dan saat lampau yang ditulis oleh para praktisi kesehatan dalam upaya mereka memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.

Rekam medis adalah kumpulan keterangan tentang identitas, hasil anamnesa, pemeriksaan dan catatan segala kegiatan para pelayan kesehatan atas pasien dari waktu ke waktu. Dalam perkembangannya mencakup rekaman elektronik seperti komputer, mikrofilm dan rekaman suara (Hanafiah dan Amir, 1999).


(27)

2.1.2. Fungsi dan Tujuan Rekam Medis

Menurut Ariyanto (2004) fungsi rekam medis secara umum adalah sebagai: (a) alat komunikasi antara dokter dan tenaga kesehatan lain, (b) dasar perencanaan

pengobatan yang mesti diberikan kepada pasien, (c) landasan analisis, studi, evaluasi

terhadap mutu pelayanan, (d), dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan, dan (f) alat perlindungan kepentingan hukum pasien, rumah sakit, maupun dokter yang

bersangkutan.

Dalam Permenkes No.749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang rekam medis disebutkan, rekam medis merupakan berkas yang wajib dijaga kerahasiaannya. Dokter boleh memaparkan isi rekam medis jika sudah mendapat izin tertulis dari pasien. Secara lebih rinci, permenkes tentang rekam medis itu menyebutkan, berkas rekam medis adalah milik sarana pelayanan kesehatan atau rumah sakit, namun isi rekam medis merupakan milik pasien. Pada praktiknya, pelaksanaan hak akses pasien terhadap rekam medis miliknya bisa terwujud dengan pemberian salinan atau fotokopi, tapi berkas asli mesti tetap berada di rumah sakit dan sang dokter tak boleh membawanya pulang (Dirjen Yanmed, 1997).

Rekam medis rumah sakit adalah rekam medis yang lengkap, terkini yang memuat riwayat pasien, kondisi terapi dan hasil perawatan. Rekam medis digunakan untuk mendokumentasikan secara kronologis terapi yang diberikan kepada pasien. Rekam medis juga digunakan untuk merencanakan evaluasi terapi pasien dan sebagai alat komunikasi antar dokter dan penyedia pelayanan kesehatan lainnya di rumah sakit. Pengawas medis dan perawatan melakukan audit kualitas pelayanan kesehatan


(28)

dengan mengevaluasi terapi yang dituliskan dalam rekam medis, yang kemudian dibandingkan dengan standar prosedur yang berlaku (Basbeth, 2005).

Menurut Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organization (JCAHO) yang dikutip Basbeth (2005) menetapkan tujuan rekam medis adalah :

a. Sebagai dasar pemberian pelayanan dan evaluasi terapi yang berkesinambungan

b. Sebagai pelengkap evaluasi medis pasien, terapi dan perubahan kondisi pasien saat pasien berada dalam perawatan di rumah sakit, gawat darurat c. Untuk mendokumentasikan komunikasi yang terjadi antara dokter-dokter

yang bertanggung jawab memberikan pelayanan medis kepada pasien d. Sebagai alat bantu hukum bagi pasien, rumah sakit dan dokter.

e. Sebagai data yang dapat digunakan untuk pendidikan dan penelitian.

Menurut Dirjen Yanmed (1997), rekam medis memiliki 6 manfaat, yang untuk mudahnya disingkat sebagai ALFRED, yaitu:

a) Adminstrative value: Rekam medis merupakan rekaman data adminitratif pelayanan kesehatan.

b) Legal value: Rekam medis dapat dijadikan bahan pembuktian di pengadilan c) Financial value: Rekam medis dapat dijadikan dasar untuk perincian biaya

pelayanan kesehatan yang harus dibayar oleh pasien

d) Research value: Data Rekam Medis dapat dijadikan bahan untuk penelitian dalam lapangan kedokteran, keperawatan dan kesehatan.


(29)

e) Education value: Datanya dalam Rekam Medis dapat menjadi bahan pengajaran dan pendidikan mahasiswa kedokteran, keperawatan serta tenaga kesehatan lainnya.

f) Documentation value: Rekam medis merupakan sarana untuk penyimpanan berbagai dokumen yang berkaitan dengan kesehatan pasien.

2.1.3. Standar Rekam Medis

Ada beberapa standar penyimpanan rekam medis yang diterima oleh organisasi profesional yaitu: (a) dokter harus memeriksa bahwa dalam setiap

lembaran tercantum nama dan materi identifikasi pasien yang terisi dengan baik, (b) pengisian harus jelas, tidak membingungkan, (c) rekam medis harus akurat,

adekuat, tepat, aktual dan relevan, (d) untuk dapat memberikan pelayanan sesuai standar seorang dokter harus melakukan pencatatan sesering mungkin, (e) baik dokter maupun perawat harus memiliki rencana perawatan yang terpisah namun saling melengkapi, (f) setiap tindakan yang dilakukan harus tercatat sejak kedatangan awal pasien, (g) semakin darurat keadaan pasien maka rekam medis harus ditulis sesegera mungkin (Dirjen Yanmed, 1997).

Secara umum rekam medis pasien harus memuat : (a) keluhan utama, (b) informasi riwayat pengobatan, (c) riwayat sosial pasien dan keluarga, (d) riwayat

penyakit terdahulu, (e) pemeriksaan fisik, (f) semua prosedur diagnostik, (g) semua hasil pemeriksaan laboratorium dan rontgen, (h) catatan perkembangan penyakit pasien, (i) diagnosis provisional yang merefleksikan keadaan awal pasien saat


(30)

diperiksa oleh dokter sebelumnya, (j) laporan hasil konsultasi, (k) obat yang diresepkan, (l) respon terhadap terapi yang diberikan, (m) catatan tentang proses pengobatan, (n) informed consern, (o) tanggal dan identitas dokter tempat

berkonsultasi termasuk hasil konsultasi, (p) catatan tentang keluhan pasien, (q) diagnosis akhir berdasarkan terminologi yang berlaku, (r) resume pasien keluar

dari rumah sakit, (s) hasil autopsi yang jelas dan lengkap (Dirjen Yanmed, 1997). 2.1.4. Keakuratan Rekam Medis

Rekam medis yang akurat sangat dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan, kalau rekam medis tidak akurat dapat merugikan pasien. Pada dasarnya tindakan koreksi sangat dihindari namun manusia tidak terlepas dari kesalahan. Koreksi yang dilakukan jangan sampai meninggalkan keraguan untuk penggunaan berikutnya (Basbeth, 2005).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menghasilkan rekam medis yang akurat adalah:

a. Bila terjadi kesalahan dalam penulisan maka bagian yang salah digarisbawahi dengan satu garis diberi tanggal dan waktu serta alasan penggantian. Kemudian catatan baru dituliskan pada tempat kosong di sebelahnya. Bagian yang salah ataupun halaman yang salah tidak boleh dibuang.

b. Apabila pasien minta penggantian rekam medis maka dokter yang bersangkutan harus mendiskusikannya dengan pasien di mana harus dicantumkan bahwa penggantian tersebut atas permintaan pasien.


(31)

c. Bila mungkin seorang dokter atau perawat supervisor harus mengoreksi bagian yang salah yang tidak diketahui sebelumnya kemudian mencantumkan tandatangan, waktu dan tanggal serta alasan koreksi dekat bagian yang dikoreksi. Bagian yang salah tidak boleh dihapus.

d. Seorang dokter tidak boleh menuliskan perasaan pribadinya tentang si pasien. Apabila sudah dituliskan maka tidak boleh diganti atau dihapus kecuali dengan mencantumkan alasannya selanjutnya dilakukan seperti penjelasan sebelumnya.

e. Rekam medis harus ditulis dengan bahasa yang jelas dan kata-kata yang dapat dimengerti oleh semua staf yang berkaitan dengan pasien. Catatan bisa tertulis ataupun diketik dengan jelas. Penulis harus mencantumkan nama, jabatan dan tandatangannya setelah menulis.

f. Rekam medis harus mencantumkan jumlah yang adekuat tentang terapi yang diberikan pada pasien untuk menilai apakah terapi yang diberikan sudah memenuhi standar prosedur. Kalau tidak rumah sakit bisa dianggap melalaikan pasiennya.

g. Rekam medis harus segera diselesaikan beberapa hari setelah pasien pulang. Tidak ada standar yang baku, beberapa rumah sakit memakai batasan 15 hari setelah pasien pulang.

h. Data yang ditambahkan pada rekam medis setelah pasien pulang biasanya dianggap tidak kredibel lagi. Bahkan beberapa perusahaan asuransi tidak mempertimbangkan data-data yang diisi setelah pasien pulang.


(32)

2.1.5. Kepemilikan dan Akses Rekam Medis

Dewasa ini status hukum dari rekam medis telah berubah namun tidak mengubah hak kepemilikan dari seorang pasien terhadap rekam medis tersebut. Ketika seorang pasien menginginkan duplikat dari rekam medisnya, ia berhak mendapatkan semuanya. Pasien dapat memfotokopi rekam medisnya, namun rekam medis Asli harus tetap berada di tangan rumah sakit. Walaupun hak pasien untuk melihat dan membuat duplikat dari rekam medisnya adalah mutlak, namun hal tersebut harus dengan alasan yang jelas. Bila sebuah permohonan yang rasional diajukan, maka seorang pasien dapat melihat atau bahkan membuat duplikat dari rekam medisnya pada waktu yang ditentukan (Basbeth, 2005).

2.1.6. Pengendalian Rekam Medis

Menurut Anonymous (2006), dalam pengendalian rekam medis terdapat beberapa kegiatan yaitu : (a) transfer, dalam hal ini seorang dokter berkewajiban secara etik untuk bekerjasama dan menyerahkan rekam medis pasiennya kepada dokter lain yang melanjutkan pengobatan pasiennya, (b) kehilangan beberapa bagian atau seluruh bagian dari suatu rekam medis, kecuali dapat dijelaskan dengan baik untuk membuktikan tidak ada kesengajaan, dianggap bahwa kehilangan tersebut adalah suatu kesengajaan dan untuk tujuan tertentu, (c) perlindungan dan penyimpanan, seorang dokter berhak untuk menjaga dan memyimpan rekam medis dalam waktu tertentu dimana suatu tuntutan hukum dapat diajukan.


(33)

2.1.7. Penyimpanan Rekam Medis

Rumah-rumah sakit biasanya menyimpan rekam medik untuk periode yang telah ditentukan oleh hukum atau peraturan negara atau disesuaikan dengan institusi masing-masing. Sebuah rumah sakit bagaimanapun harus menyimpan film radiografi sebagai bagian dari rekam medik yang teratur untuk periode 5 tahun; film radiografi yang pernah diperkarakan di pengadilan yang terjadi sebelum periode 5 tahun tersebut berakhir, harus disimpan hingga perkara selesai atau untuk periode 12 tahun sejak tanggal film tersebut dibuat (Anonymous, 2006).

Meningkatnya kompleksitas pelayanan kesehatan menyebabkan pentingnya dilakukan penyimpanan terhadap rekam medik yang ada. Di kebanyakan negara, tidak terdapat pengaturan penyimpanan yang spesifik terhadap rekam medik. Setiap wilayah tertentu dapat menetapkan peraturan penyimpanan tertentu, sebagai contoh, di Maryland disebutkan bahwa kecuali pasien telah diberitahukan, penyedia jasa pelayanan kesehatan tidak boleh memusnahkan rekam medik atau hasil laboratorium atau foto sinar-X seseorang setidaknya hingga 5 tahun setelah rekam medik tersebut dibuat. Sedangkan pada kasus pasien anak, rekam medik tidak boleh dimusnahkan hingga pasien tersebut mencapai usia dewasa ditambah 3 tahun setelahnya, atau hingga 5 tahun sejak rekam medik dibuat, kecuali apabila orangtua atau wali dari anak telah diberitahukan (Anonymous, 2006).

Menurut Basbeth (2005) kurun waktu dimana rekam medik harus dipertahankan bergantung pada kebutuhan untuk kelanjutan pelayanan kesehatan pada pasien dan untuk tujuan penelitian, atau pendidikan, dan atau untuk hukum dan


(34)

peraturan. Dianjurkan rumah-rumah sakit untuk mempertahankan rekam medik sebagai standar akreditasi. Dalam ketiadaan peraturan periode penyimpanan tertentu di suatu negara, penahanan rekam medik lebih ditentukan oleh kesepakatan. Penyedia jasa pelayanan kesehatan dapat mempertimbangkan rekomendasi dari asosiasi profesional mengenai usia penyimpanan rekam medik. Sebagai contoh, dua asosiasi, AHA dan AMRA, merekomendasikan rekam medik pasien, baik asli maupun hasil reproduksi, harus dipertahankan hingga 10 tahun. Periode dihitung mulai dari kunjungan terakhir pasien. Kedua asosiasi ini juga lebih lanjut menganjurkan bahwa setelah 10 tahun, rekam medik tersebut dapat dimusnahkan kecuali dilarang oleh hukum atau peraturan tertentu di negara bersangkutan, atau dalam hal beberapa informasi harus tetap disimpan oleh institusi tersebut untuk keperluan tertentu.

Peraturan pemerintah melindungi kerahasiaan dari data perawatan pasien pengguna alkohol atau penyalahgunaan obat. Bagaimanapun, peraturan menghendaki agar rekam medik tersebut disimpan dalam ruangan yang aman, terkunci dalam lemari, atau lemari besi, atau perangkat lain serupa. Sebagai tambahan, bila suatu program menghentikan kegiatan operasinya atau rekam medik tersebut dibutuhkan oleh program yang lain, maka identitas pasien harus ditinggalkan atau data tersebut dimusnahkan, kecuali pasien memberikan pernyataan persetujuan tertulis untuk memindahkan datanya atau terdapat permintaan yang sah menurut hukum agar data tersebut disimpan unuk periode waktu yang tertentu. Data tersebut harus dilabeli dengan nama dari program dan surat permintaan dari pengadilan untuk penyimpanan


(35)

dan harus dimusnahkan sesegera mungkin setelah periode penyimpanan tersebut berakhir (Anonymous, 2006).

2.2. Kinerja

Kinerja adalah penampilan hasil karya personel, baik secara kualitas maupun kuantitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personel di dalam organisasi (Ilyas, 2001).

Kinerja menurut Mulyadi yang dikutip Srimindarti (2006) adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan beberapa pengertian kinerja tersebut dapat dijelaskan bahwa kinerja merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan, dengan dasar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya.

2.2.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Dalam organisasi pelayanan kesehatan, sangat penting untuk memiliki instrumen penilaian kinerja yang efektif bagi tenaga profesional. Proses evaluasi kinerja bagi profesional menjadi bagian terpenting dalam upaya manajemen untuk meningkatkan kinerja organisasi (Ilyas, 2001).


(36)

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi (determinan) kinerja personil, dilakukan pengkajian terhadap beberapa teori kinerja. Secara teoritis ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku kerja atau kinerja, yaitu: variabel individu, variabel organisasional dan variabel psikologis. Ketiga variabel tersebut mempengaruhi perilaku kerja yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja personel. Perilaku yang berhubungan dengan kinerja adalah yang berkaitan dengan tugas-tugas pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mencapai sasaran suatu jabatan atau tugas (Ilyas, 2001).

Menurut Gibson yang dikutip Ilyas (2001) menyampaikan model teori kinerja dan melakukan analisis terhadap sejumlah variabel yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu. Variabel individu dikelompokkan pada sub-variabel kemampuan dan ketrampilan, latar belakang dan demografis. Sub-variabel kemampuan dan ketrampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu, sedangkan variabel demografis memberikan efek yang tidak langsung kepada kinerja individu.

Variabel organisasional terdiri dari sumberdaya, kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain pekerjaan yang mengatur pekerjaan secara individu maupun kelompok yang dapat mengoptimalkan kemampuan individu mencapai tujuan organisasi.

Variabel psikologis, terdiri dari sub-variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi. Variabel ini menurut Gibson (1987) banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis. Variabel psikologis ini merupakan hal yang kompleks dan sulit diukur, juga sukar


(37)

menyatakan atau mencapai kesepakatan tentang pengertian dari variabel tersebut, karena seorang individu masuk dan bergabung dalam suatu organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang budaya, dan ketrampilan berbeda satu dengan lainnya.

2.3. Motivasi

Menurut Rusyam (1989) pengertian motivasi sebagai berikut: “motivasi merupakan penggerak tingkah laku ke arah suatu tujuan dengan didasari oleh adanya suatu keinginan/kebutuhan.” Wahjosumidjo (1987) memberikan suatu definisi: “motivasi adalah suatu proses psikologi yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang untuk bertingkah laku dalam rangka memenuhi kebutuhan yang dirasakan.” Sedangkan Gerungan (2000) menambahkan bahwa motivasi adalah penggerak, alasan-alasan, atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan dirinya melakukan suatu tindakan/bertingkah laku.

Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang ditentukan (Siagian, 2004).

Berdasarkan pada beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu penggerak atau dorongan-dorongan yang terdapat dalam diri manusia yang dapat menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah


(38)

lakunya. Hal ini terkait dengan upaya untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan rohani.

Istilah motivasi mengandung tiga hal yang amat penting, yaitu:

a) Pemberian motivasi berkaitan langsung dengan usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasional. Tersirat pada pandangan ini bahwa dalam tujuan dan sasaran organisasi telah tercakup tujuan dan sasaran pribadi anggota organisasi. Pemberian motivasi hanya akan efektif apabila dalam diri bawahan yang digerakkan terdapat keyakinan bahwa dengan tercapainya tujuan maka tujuan pribadi akan ikut pula tercapai.

b) Motivasi merupakan proses keterkaitan antara usaha dan pemuasan kebutuhan tertentu. Usaha merupakan ukuran intensitas kemauan seseorang. Apabila seseorang termotivasi, maka akan berusaha keras untuk melakukan sesuatu. c) Kebutuhan adalah keadaan internal seseorang yang menyebabkan hasil usaha

tertentu menjadi menarik. Artinya suatu kebutuhan yang belum terpuaskan menciptakan ketegangan yang pada gilirannya menimbulkan dorongan tertentu pada diri seseorang.

Menurut Gitosudarmo (1986) motivasi atau dorongan kepada karyawan untuk bersedia bekerja sama demi tercapainya tujuan bersama atau tujuan perusahaan ini terdapat dua macam yaitu: (a) motivasi finansial yaitu dorongan yang dilakukan dengan memberikan imbalan finansial kepada karyawan. Imbalan tersebut sering disebut Insentif; dan (b). motivasi non finansial yaitu dorongan yang diwujudkan


(39)

tidak dalam bentuk finansial, akan tetapi berupa hal-hal seperti pujian, penghargaan, pendekatan manusiawi dan lain sebagainya.

2.3.1. Teori Motivasi

a. Hierarki Kebutuhan Menurut Maslow.

Menurut Robbin (2001) teori ini mula-mula dipelopori oleh Maslow pada tahun 1954. Ia menyatakan bahwa manusia mempunyai pelbagai keperluan dan mencoba mendorong untuk bergerak memenuhi keperluan tersebut. Keperluan itu wujud dalam beberapa tahap kepentingan. Setiap manusia mempunyai keperluan untuk memenuhi kepuasan diri dan bergerak memenuhi keperluan tersebut. Lima hierarki keperluan mengikut Maslow adalah kebutuhan: (1) Faali (fisiologis): antara lain rasa lapar, haus, perlindungan (pakaian dan perumahan), sex dan kebutuhan ragawi lain, (2) Keamanan : antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional, (3) Sosial: mencakup kasih sayang, rasa dimiliki, diterima baik, dan persahabatan, (4) Penghargaan : mencakup faktor rasa hormat internal seperti harga-diri, otonomi, dan prestasi; dan faktor hormat ekstemal seperti status, pengakuan, dan perhatian. (5) Aktualisasi-diri: dorongan untuk menjadi apa yang ia mampu menjadi; mencakup pertumbuhan, mencapai potensialnya, dan pemenuhan diri.

Maslow memisahkan kelima kebutuhan sebagai kategori tinggi dan kategori rendah, Kebutuhan faali dan kebutuhan keamanan digambarkan sebagai kebutuhan kategori rendah dan kebutuhan sosial dan kebutuhan akan penghargaan, dan


(40)

aktualisasi diri sebagai kebutuhan kategori tinggi. Pembedaan antara kedua kategori ini berdasarkan alasan bahwa kebutuhan kategori tinggi dipenuhi secara internal (di dalam diri orang itu). Sedangkan kebutuhan kategori rendah terutama dipenuhi secara eksternal (dengan upah, kontrak serikat buruh, dan masa kerja).

b. Teori Dua Faktor (Motivator-Hygiene Theory)

Teori dua faktor dari Herzberg berusaha mencari sebab-sebab adanya rasa puas dan rasa tidak puas dari seseorang terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab tersebut, maka akan diusahakan untuk dapat diciptakan kepuasan sehingga para pekerja dapat terdorong atau termotivasi untuk bekerja dengan lebih baik.

Teori ini memberikan gambaran bahwa kepuasan akan hasil pekerjaan seseorang dipengaruhi oleh suatu faktor yang disebut faktor pemuas (satisfier factor). Faktor pemuas tersebut timbul di dalam diri pekerja terhadap hasil pekerjaannya dan kemudian menciptakan perasaan berprestasi, dihargai, memperoleh kemajuan. Di pihak lain pada diri pekerja juga terdapat rasa ketidak-puasan yang disebut faktor kesehatan (higyene factor). Hygiene factor berupa pengaruh lingkungan kerja, yaitu antara lain berupa hubungan dengan supervisor, hubungan dengan teman kerja, rasa tidak aman dalam bekerja, kondisi kerja, serta gaji yang cukup. Tersedianya faktor kesehatan berarti terciptanya lingkungan kerja yang sehat baik sehat fisik maupun sehat mental (Gitosudarmo, 1986). Kedua faktor yaitu satisfier factor dan hygiene factor harus tersedia atau disediakan oleh manajer sehingga terjadi dorongan untuk


(41)

bekerja bersama secara efektif dan efisien. Implikasi teori ini bahwa seorang pekerja mempunyai dorongan untuk berkarya tidak sekedar mencari nafkah akan tetapi sebagai wahana untuk memuaskan berbagai kepentingan dan kebutuhannya (Siagian, 1995).

2.3.2. Jenis-Jenis Motivasi

Jenis-jenis motivasi yang terjadi atas dasar pembentukannya menurut Sardiman (1986) terbagi atas 2 (dua) jenis, yaitu: (a) motivasi bawaan, yaitu motivasi yang telah di bawa sejak lahir dan terjadinya tanpa dipelajari. Motivasi bawaan atau disebut juga dengan motivasi primer terjadi dengan sendirinya tanpa melalui proses belajar, dan (b) motivasi yang dipelajari, yaitu motivasi yang terjadi karena adanya komunikasi dan isyarat sosial serta secara sengaja dipelajari oleh manusia. Motivasi yang dipelajari atau motivasi sekunder muncul melalui proses pembelajaran sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pengalaman seseorang.

Menurut Handoko (1995), motivasi terdiri atas: (a) motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berfungsinya tanpa rangsangan dari luar, karena dalam diri individu tersebut sudah ada dorongan untuk melakukan tindakan, dan (b) motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang berfungsinya karena disebabkan oleh adanya faktor pendorong dari luar diri individu.

Dalam penelitian ini variabel motivasi diukur berdasarkan teori dua faktor dari Hezberg, yaitu motivasi intrinsik : (a) prestasi yang diraih, (b) pengakuan orang


(42)

dan motivasi ekstrinsik, meliputi: (a) kompensasi, (b) keamanan dan keselamatan

kerja, (c) kondisi kerja, (d) prosedur kerja, (e) mutu supevisi teknis, serta (f) hubungan interpersonal.

2.4. Landasan Teori

Kompleksitas pengelolaan serta fungsi dari rekam medis rumah sakit, mengharuskan petugas pelaksana rekam medis untuk bekerja secara baik sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, sehingga menunjukkan hasil kerja atau kinerja sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu indikator mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah kelengkapan rekam medisnya yang ditunjukkan oleh kinerja petugas pengelolanya.

Untuk mendapatkan rekam medis yang lengkap dan diisi secara tepat, setiap petugas rekam di rumah sakit harus bekerja sesuai dengan tugas pokok serta fungsinya (tupoksi) yang telah ditetapkan, yaitu mulai dari pencatatan data pasien pada lembar masuk (admission sheet) sampai penyimpanan dan mengevaluasi data rekam medis.

Faktor motivasi dalam bekerja merupakan hal penting yang harus diperhatikan untuk dapat menghasilkan hasil kerja optimal. Teori motivasi dapat diimplementasikan di semua organisasi dengan menyediakan fasilitas-fasilitas rekreatif yang sederhana tapi mengena, mampu menyenangkan dan menyamankan pekerja dan memacu motivasi pekerja yang pada akhirnya mendongkrak kinerja


(43)

perusahaan. Program motivasi untuk pekerja hendaknya mampu membuat pekerja merasa diperhatikan dan diakui keberadaannya dan kebutuhannya.

Dengan demikian, apabila dalam diri setiap petugas rekam medis terdapat motivasi yang memberi kekuatan untuk bekerja dengan baik dan benar, tentunya akan dapat dilakukan peningkatan kualitas petugas rekam medis sebagai cerminan atau indikator kinerja petugas kesehatan di bagian rekam medis.

2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan terarah akan alur penelitian ini digambarkan dalam kerangka konsep seperti berikut ini :

Variabel Independen Variabel Dependen MOTIVASI INTRINSIK

- Prestasi, - Pengakuan orang lain - Tanggungjawab - Peluang untuk maju - Kepuasan kerja

MOTIVASI EKSTRINSIK

- Kompensasi - Keamanan dan

keselamatan kerja - Kondisi kerja - Prosedur kerja

- Mutu supervisi teknis - Hubungan interpersonal

KINERJA PETUGAS REKAM MEDIS


(44)

Berdasarkan kerangka konsep di atas dapat dijelaskan definisi konsep sebagai berikut:

Motivasi petugas rekam medis di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar meliputi motivasi intrinsik (prestasi, pengakuan orang lain, tanggungjawab, peluang untuk maju, serta kepuasan kerja) dan ekstrinsik (kompensasi, keamanan dan keselamatan kerja, kondisi kerja, prosedur kerja, mutu supervisi teknis, serta hubungan interpersonal) secara teoritis berhubungan dengan kinerja individu. Dalam penelitian ini hubungan kinerja petugas rekam medis di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar dengan motivasi adalah hubungan yang searah, artinya kinerja petugas akan baik atau optimal apabila dalam melaksanakan pekerjaan di bagian rekam medis dalam suasana motivasi yang tinggi, sebaliknya kinerja petugas akan tidak optimal apabila dalam melaksanakan pekerjaannya tanpa didukung oleh motivasi intrinsik maupun ekstrinsik.


(45)

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei explanatory untuk mengetahui hubungan motivasi petugas rekam medis (intrinsik dan ekstrinsik) dengan kinerja petugas rekam medis di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar yang merupakan rumah sakit yang telah melaksanakan pencatatan dan pelaporan data dalam rekam medik. Lokasi penelitian ditentukan dengan pertimbangan bahwa RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar adalah suatu rumah sakit berskala besar yang memiliki fasilitas pelayanan yang lengkap seperti fasilitas untuk pelaksanaan rekam medis. Pelaksanaan penelitian pada bulan Mei – Juli Tahun 2007.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas rekam medis yang mengelola dan melaksanakan kegiatan rekam medis di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar, dengan jumlah keseluruhan sebanyak 15 orang. Dengan demikian sampel dalam penelitian ini adalah total sampling.


(46)

28

3.4. Uji Validitas dan Reliabilitas

Untuk mengetahui sejauhmana kesamaan antara yang diukur peneliti dengan kondisi yang sebenarnya di lapangan, maka dilakukan uji validitas terhadap kuesioner yang telah dipersiapkan dengan formula alat bantu komputer yaitu dengan

melihat output pada kolom corrected item- total correlation yang merupakan nilai r-hitung untuk masing-masing pertanyaan, kemudian membandingkan dengan nilai r-tabel, dengan formula sebagai berikut :

N ( ∑xy ) - (∑x∑y ) r =

{ [ N∑x2 - (∑x)2 ] . [ N∑y2 . (∑y)2 ] }1/2 dimana :

x = skor tiap-tiap variabel y = skor total tiap responden N = jumlah responden

Untuk mengetahui sejauhmana konsistensi hasil penelitian jika kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang, maka dilakukan uji reliabilitas terhadap kuesioner yang telah dipersiapkan dengan formula Alpha Cronbach sebagai berikut :

M ( Vt . Vx ) Rtt =

M . 1 (Vt)

dimana : Vt = variasi total Vx = variasi butir-butir M = jumlah butir pertanyaan


(47)

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas Kuesioner Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik

Nomor Butir

Corrected Item-Total

Correlation r-tabel Status

1 0,3253 0,215 Valid

2 0,3556 0,215 Valid

3 0,3006 0,215 Valid

4 0,4225 0,215 Valid

5 0,2860 0,215 Valid

6 0,3003 0,215 Valid

7 0,4074 0,215 Valid

8 0,2750 0,215 Valid

9 0,3328 0,215 Valid

10 0,3944 0,215 Valid

11 0,4671 0,215 Valid

12 0,2401 0,215 Valid

13 0,3231 0,215 Valid

14 0,3231 0,215 Valid

15 0,4825 0,215 Valid

16 0,3451 0,215 Valid

17 0,4944 0,215 Valid

18 0,3671 0,215 Valid

19 0,2825 0,215 Valid

20 0,3245 0,215 Valid

21 0,3521 0,215 Valid

22 0,2732 0,215 Valid

Berdasarkan Tabel 3.2 di atas diketahui bahwa butir-butir pertanyaan untuk variabel motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, seluruhnya memenuhi persyaratan yakni nilai r-hitung semua butir pertanyaan lebih besar dari r-tabel 0.215 (Gozhali, 2001). Dengan demikian dapat digunakan dalam penelitian.


(48)

30

Tabel 3.2. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik Nomor

Butir Cronbach Alpha Kriteria Status

1 0,9623 0,60 Reliabel

2 0,9623 0,60 Reliabel

3 0,9374 0,60 Reliabel

4 0,9374 0,60 Reliabel

5 0,9375 0,60 Reliabel

6 0,9375 0,60 Reliabel

7 0,9672 0,60 Reliabel

8 0,9672 0,60 Reliabel

9 0,9838 0,60 Reliabel

10 0,9838 0,60 Reliabel

11 0,9217 0,60 Reliabel

12 0,9217 0,60 Reliabel

13 0,9281 0,60 Reliabel

14 0,9281 0,60 Reliabel

15 0,9165 0,60 Reliabel

16 0,9165 0,60 Reliabel

17 0,9727 0,60 Reliabel

18 0,9727 0,60 Reliabel

19 0,9139 0,60 Reliabel

20 0,9139 0,60 Reliabel

21 0,9547 0,60 Reliabel

22 0,9547 0,60 Reliabel

Berdasarkan Tabel 3.2 di atas diketahui bahwa seluruh butir-butir pertanyaan untuk variabel motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik memenuhi persyaratan yakni nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,60 (Gozhali, 2001). Dengan demikian dapat digunakan dalam penelitian.

Pertanyaan untuk variabel kinerja yang mengacu kepada tupoksi petugas rekam medis tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas, karena jumlah tupoksi setiap petugas tidak sama.


(49)

3.5. Metode Pengumpulan Data

3.5.1. Data primer dikumpulkan dengan melakukan wawancara secara langsung menggunakan pedoman wawancara (kuesioner) tentang motivasi petugas rekam medis dan kinerja petugas rekam medisdi RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar.

3.5.2. Data sekunder dikumpulkan dengan mengutip data laporan atau registrasi rekam medis di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar, serta data lain yang mendukung.

3.6. Variabel dan Definisi Operasional

1. Motivasi petugas adalah kebutuhan atau keinginan yang terdapat dalam diri petugas rekam medis di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar yang mendorong dan menguraikan kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri petugas rekam medis dan mengarahkan perilaku serta berhubungan dengan kinerja petugas rekam medis. Motivasi ini dilihat dari aspek intrinsik dan ekstrinsik.

a. Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang bersumber dari dalam diri petugas rekam medis RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar terdiri dari : prestasi, pengakuan orang lain, tanggung jawab, peluang untuk maju, serta kepuasan kerja. Dengan definisi sebagai berikut: - Prestasi adalah hasil yang dicapai petugas rekam medis setelah


(50)

32

- Pengakuan orang lain adalah pengakuan rekan kerja terhadap keberadaan petugas rekam medis sebagai personil yang secara bersama-sama merupakan bagian dari sistem dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan.

- Tanggung jawab adalah rasa keterpanggilan dan tuntutan dalam diri petugas rekam medis sebagai petugas yang telah ditempatkan dalam unit rekam medis untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

- Peluang untuk maju adalah kesempatan yang diperoleh petugas rekam medis dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dari aspek pengelolaan data rekam medis.

- Kepuasan kerja adalah kesesuaian harapan petugas rekam medis dengan kenyataan dalam melaksanakan pekerjaan yang menimbulkan rasa puas dalam dirinya serta memiliki kemauan untuk bekerja secara optimal.

b. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang bersumber dari luar diri petugas rekam medis RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar terdiri dari : kompensasi, keamanan dan keselamatan kerja, kondisi kerja, status pekerjaan, prosedur kerja, mutu supervisi teknis, serta hubungan interpersonal. Dengan definisi sebagai berikut:

- Kompensasi adalah nilai nominal atau jumlah uang yang diperoleh petugas rekam medis di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang


(51)

Siantar setelah petugas melaksanakan pengelolaan data rekam medis.

- Keamanan dan keselamatan kerja adalah kondisi fisik dan lingkungan dalam unit kerja rekam medis yang memungkinkan setiap petugas rekam medis di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar dapat bekerja dengan tenang dan nyaman.

- Kondisi kerja adalah suasana tempat kerja dan dukungan semua pihak di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar yang memungkinkan setiap petugas rekam medis dapat bekerja sesuai dengan pembagian tugas yang telah ditetapkan.

- Prosedur kerja adalah pedoman atau acuan kerja di unit rekam medis yang memungkinkan setiap petugas rekam medis di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar dapat bekerja sesuai dengan alur kerja atau sistem yang telah ditetapkan.

- Mutu Supervisi teknis adalah perhatian, bimbingan atau evaluasi yang diberikan atau dilakukan atasan pada unit rekam medis terhadap petugas yang telah melaksanakan pekerjaan pada waktu tertentu.

- Hubungan Interpersonal adalah interaksi antar sesama petugas rekam medis dalam unit kerjanya, atau hubungan antara bawahan dengan atasan di unit kerja rekam medis maupun dalam rumah sakit secara keseluruhan.


(52)

34

2. Kinerja petugas rekam medis adalah hasil kerja petugas rekam medis sesuai dengan yang ditetapkan di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar. Jumlah total petugas rekam medis sebanyak 15 orang, terdiri dari :

a. Kasubbid Pengelolaan dan Pelaporan Rekam Medis. b. Kaur dan Staf Pengelolaan Verifikasi.

c. Kaur dan Staf Pengelolaan Rawat Jalan. d. Kaur dan Staf Pengelolaan Rawat Inap. e. Kaur dan Staf Pengelolaan Pelaporan.

f. Kaur dan Staf Pengelolaan Indeks atau Analisa.

3.7. Metode Pengukuran

Variabel penelitian diukur terhadap sub variabel dari variabel bebas dan variabel

terikat yang menguraikan pelaksanaan rekam medis di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar, dengan menggunakan skala ordinal.

3.7.1. Pengukuran Variabel Motivasi

Skala pengukuran yang digunakan untuk variabel motivasi petugas rekam medis

menggunakan skala ordinal dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu:

- Tinggi apabila motivasi petugas rekam medis di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar dalam melaksanakan pelayanan rekam medis di rumah sakit mencakup seluruh aspek motivasi intrinsik (prestasi, pengakuan orang lain, tanggungjawab, peluang untuk maju, serta kepuasan kerja) dan ekstrinsik (kompensasi, keamanan dan


(53)

keselamatan kerja, kondisi kerja, prosedur kerja, mutu supervisi teknis, serta hubungan interpersonal), atau (>70% dari nilai tertinggi). - Sedang apabila motivasi petugas rekam medis di RSUD Dr. Djasamen

Saragih Pematang Siantar dalam melaksanakan pelayanan rekam medis di rumah sakit mencakup sebagian besar aspek motivasi intrinsik

(prestasi, pengakuan orang lain, tanggungjawab, peluang untuk maju, serta kepuasan kerja) dan ekstrinsik (kompensasi, keamanan dan keselamatan kerja, kondisi kerja, prosedur kerja, mutu supervisi teknis, serta hubungan interpersonal), atau (40 -70% dari nilai tertinggi).

- Rendah apabila motivasi petugas rekam medis di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar dalam melaksanakan pelayanan rekam medis di rumah sakit mencakup sebagian kecil aspek motivasi intrinsik

(prestasi, pengakuan orang lain, tanggungjawab, peluang untuk maju, serta kepuasan kerja) dan ekstrinsik (kompensasi, keamanan dan keselamatan kerja, kondisi kerja, prosedur kerja, mutu supervisi teknis, serta hubungan interpersonal), atau (<40% dari nilai tertinggi).

3.7.2. Pengukuran Variabel Kinerja

Skala pengukuran yang digunakan untuk variabel kinerja petugas rekam medis


(54)

36

- Baik apabila petugas rekam medis melaksanakan seluruh kegiatan yang telah

ditetapkan dalam uraian tugas (tupoksi) pada unit kerja rekam medis di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar, atau (>70% dari nilai tertinggi). - Cukup apabila petugas rekam medis melaksanakan sebagian besar kegiatan

yang telah ditetapkan dalam uraian tugas (tupoksi) pada unit kerja rekam

medis di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar), atau (40 -70% dari nilai tertinggi)

- Kurang apabila petugas rekam medis melaksanakan sebagian kecil kegiatan

yang telah ditetapkan dalam uraian tugas (tupoksi) pada unit kerja rekam

medis di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar, atau (<40% dari nilai tertinggi).

3.8. Metode Analisis Data

Metode analisis data menggunakan uji korelasi Spearman pada α=0,05, bertujuan untuk mengetahui hubungan motivasi petugas terhadap kinerja petugas rekam

medis di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar. Rumus uji korelasi Spearman yang digunakan adalah:

6 Σ D2 rho= 1 –

N(N2 – 1)

rho = Koefisien Korelasi

D = Difference (perbedaan antar jenjang (rank) N = Jumlah responden


(55)

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Pematangsiantar berdiri tahun 1911 pada

areal seluas 12,28 Ha dengan luas bangunan 16.800 m2 serta jumlah bangunan 59 unit. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.515/MENKES/SK/IV/2007

berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Djasamen Saragih yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 23 April 2007.

RSUD Dr. Djasamen Saragih adalah rumah sakit dengan tipe-B non

pendidikan berdasarkan persetujuan MENPAN No.B-1267/1/1992 Tanggal 2 November 1992 dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1070/MENKES/

SK/XI/1992 dan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara No.445/3155/K Tahun 1992 tanggal 31 Desember 1992.

Sejak tanggal 27 Desember 2001 kepemilikan RSUD Dr. Djasamen Saragih diserahkan dari Pemerintah Propinsi Sumatera Utara kepada Pemerintah Kota Pematangsiantar.

Sarana dan prasarana yang tersedia di RSUD Dr. Djasamen Saragih terdiri dari : 16 unit instalasi rawat jalan, 17 ruang inap dengan 243 tempat tidur instalasi rawat inap, 14 jenis instalasi penunjang. Operasional rumah sakit didukung oleh 63 orang tenaga medis dengan kualifikasi 31 dokter ahli serta 32 dokter umum dan dokter gigi, 154 tenaga paramedis perawatan, dan 54 tenaga non medis.


(56)

Visi RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar adalah “ Terwujudnya rumah sakit idaman, terbaik dan terpercaya menuju Indonesia sehat 2010”.

Untuk mencapai visi tersebut dibuat misi rumah sakit sebagai berikut :

1. Mengupayakan pelayanan yang prima bagi semua golongan masyarakat, melalui prosedur yang berlaku dengan cepat, tepat, ramah dan terjangkau. 2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, melalui pelayanan yang

bersifat spesialistik dan sub spesialistik secara profesional dan etis.

3. Mengupayakan rumah sakit yang mampu memberikan kenyamanan bagi masyarakat yang berorientasi kepada keindahan alam dan lingkungan yang mampu memeberikan jaminan keamanan dan kenyamanan melalui keramahtamahan.

4. Meningkatkan peran rumah sakit sebagai tempat pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan.

5. Mengupayakan rumah sakit yang mampu mandiri untuk membiayai sendiri operasionalnya

Moto RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar adalah “ SENYUM” : S : Sosio ekonomi, melayani pasien dengan tidak memandang status ekonomi E : Empati, peduli terhadap kesembuhan dan perasaan pasien.

N : Nyaman, dapat membuat lingkungan pelayanan yang menyenangkan

Y : Yakin, bahwa kesembuhan pasien dapat diperoleh dengan pelayanan yang baik.


(57)

U : Unggul, bahwa pelayanan yang diberikan adalah secara profesional dan diusahakan untuk selalu lebih baik daripada di rumah sakit lain.

M : Memuaskan, bahwa hasil pelayanan yang diberikan dapat memberikan rasa puas bagi penderita maupun keluarganya sehingga merupakan promosi masyarakat lainnya.

Bagan 4.1 Struktur Organisasi

RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar

Kepala RSUD Dr. Djasamen Saragih

Komite Medis Komite Keperawatan Kepala Bagian Tata Usaha Kasubbag Keuangan Kasubbag Perlengkapan dan Kepegawaian

Kabid Pelayanan dan Penunjang Medis

Kabid Keperawatan

Kabid Perencanaan dan Rekam Medis

Kasubbid Penunjang Medis Kasubbid Keperawatan Kasubbid Ketenagaan Keperawatan Kasubbid Perencanaan dan Penyusunan Program Kasubbid Pengelolaan dan Pelaporan Rekam Medis Kasubbid Pelayanan Medis Instalasi


(58)

4.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Karakteristik petugas rekam medis sebagai responden meliputi : jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan masa kerja dengan hasil sebagai berikut.

4.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Pengelompokan umur responden berdasarkan umur paling tinggi dan paling rendah dari seluruh data umur responden menunjukkan bahwa persentase terbesar umur responden berada pada kelompok umur 42 - 50 tahun sebanyak 9 orang (60,0%), sedangkan persentase terkecil berumur 24-32 tahun hanya 1 orang (6,7%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

No Kelompok Umur Jumlah Persen

1 24 - 32 tahun 1 6,7

2 33 – 41 tahun 5 33,3

3 42 - 50 tahun 9 60,0

J u m l a h 15 100,0

4.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Responden penelitian umumnya berjenis kelamin perempuan, sebanyak 12 orang (80,0%), selebihnya adalah laki-laki. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar

No Jenis Kelamin Jumlah Persen

1 Laki-laki 3 20,0

2 Perempuan 12 80,0


(59)

4.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah tingkat menengah (SMA/sederajat) sebanyak 11 orang (73,4%), sedangkan tingkat Akademi dan Sarjana masing-masing 2 orang (13,3%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persen

1 SMA 11 73,4

2 Akademi 2 13,2

3 Sarjana 2 13,,3

J u m l a h 15 100,0

4.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja

Masa kerja sebagian besar responden antara 1-9 tahun sebanyak 7 responden (46,7%), sedangkan persentase terkecil dengan masa kerja 10-17 tahun yaitu 2 orang (13,3%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

No Masa Kerja Jumlah Persen

1 1 – 9 tahun 7 46,7

2 10 – 17 tahun 2 13,3

3 18 – 24 tahun 6 40,0


(60)

4.3. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik petugas rekam medis meliputi: prestasi, pengakuan orang lain, tanggung jawab, peluang untuk maju, serta kepuasan kerja dengan hasil sebagai berikut.

4.3.1. Motivasi Intrinsik Responden Berdasarkan Prestasi

Keinginan responden melakukan tupoksi secara efisien dan efektif adalah penting dinyatakan oleh seluruh responden (15 orang; 100,0%), sedangkan keinginan menerapkan metode baru dalam pekerjaan adalah biasa saja dinyatakan oleh 9 orang (50,0%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Prestasi di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

No Prestasi Jumlah Persen

A. Melakukan Tupoksi Secara Efisien dan Efektif

1 Penting 15 100,0

2 Biasa saja 0 0,0

3 Tidak penting 0 0,0

J u m l a h 15 100,0

B. Menerapkan Metode Baru dalam Pekerjaan

1 Penting 6 40,0

2 Biasa saja 9 60,0

3 Tidak penting 0 0,0


(61)

4.3.2. Motivasi Intrinsik Responden Berdasarkan Pengakuan Orang Lain Sebanyak 11 orang (73,3%) menyatakan adanya pengaruh sikap rekan kerja dalam pelaksanaan rekam medis adalah biasa saja, serta 12 orang (80,0%) menyatakan pentingnya penghargaan dari rumah sakit dalam meningkatkan motivasi dalam bekerja. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pengakuan Orang Lain di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

No Pengakuan Orang Lain Jumlah Persen

A. Sikap Rekan Kerja dalam Pekerjaan

1 Penting 4 26,7

2 Biasa saja 11 73,3

3 Tidak penting 0 0,0

J u m l a h 15 100,0

B. Penghargaan dari Rumah Sakit

1 Penting 12 80,0

2 Biasa saja 3 20,0

3 Tidak penting 0

J u m l a h 15 100,0

4.3.3. Motivasi Intrinsik Responden Berdasarkan Tanggung Jawab

Sebanyak 11 orang (73,3%) menyatakan penting adanya tanggung jawab dalam pekerjaan, juga sebanyak 9 orang (60,0%) menyatakan penting penyelesaian pekerjaan secara baik dan tepat waktu. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.7.


(62)

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Tanggung jawab di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

No Tanggung Jawab Jumlah Persen

A. Tanggung Jawab terhadap Pekerjaan

1 Penting 11 73,3

2 Biasa saja 4 26,7

3 Tidak penting 0 0,0

J u m l a h 15 100,0

B. Penyelesaian Pekerjaan secara Baik dan Tepat Waktu

1 Penting 9 60,0

2 Biasa saja 5 33,3

3 Tidak penting 1 6,7

J u m l a h 15 100,0

4.3.4. Motivasi Intrinsik Responden Berdasarkan Peluang Untuk Maju

Sebanyak 8 orang (53,3%) menyatakan biasa saja tentang pengembangan karier melalui pekerjaan yang dilakukan, namun sebanyak 8 orang (53,3%) menyatakan penting adanya pelatihan, pendidikan dan promosi untuk meningkatkan pangkat dan golongan. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Peluang untuk Maju di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

No Peluang Untuk maju Jumlah Persen

A. Pekerjaan untuk Pengembangan Karier

1 Penting 6 40,0

2 Biasa saja 8 53,3

3 Tidak penting 1 6,7

J u m l a h 15 100,0

B. Pelatihan, Pendidikan dan Promosi untuk Kenaikan

1 Penting 8 53,3

2 Biasa saja 7 46,7

3 Tidak penting 0 0,0


(63)

4.3.5. Motivasi Intrinsik Responden Berdasarkan Kepuasan Kerja

Responden yang menyatakan biasa saja tentang kepuasan terhadap pekerjaan

sebagai faktor motivasi dalam bekerja sebanyak 12 orang (80%). Namun sebanyak 9 orang (60,0%) responden mempunyai keinginan untuk tetap berada pada unit kerja

rekam medis. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Kerja di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

No Kepuasan Kerja Jumlah Persen

A. Kepuasan terhadap Pelaksanaan Pekerjaan

1 Penting 3 20,0

2 Biasa saja 12 80,0

3 Tidak penting 0 0,0

J u m l a h 15 100,0

B. Keinginan Tetap Berada di Unit Kerja Rekam Medis

1 Penting 9 60,0

2 Biasa saja 5 33,3

3 Tidak penting 1 6,7

J u m l a h 15 100,0

Secara akumulasi motivasi intrinsik petugas rekam medis, sebanyak 53,3% responden mempunyai motivasi intrinsik pada kategori tinggi, sedangkan responden yang mempunyai kinerja pada kategori sedang 46,7%. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.10


(64)

Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Motivasi Intrinsik di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

No Motivasi Intrinsik Jumlah Persen

1 Tinggi 8 53,3

2 Sedang 7 46,7

3 Rendah 0 0,0

J u m l a h 15 100,0

4.4. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik petugas rekam medis meliputi: kompensasi, keamanan dan keselamatan kerja, kondisi kerja, prosedur kerja, mutu supervisi teknis, serta hubungan interpersonal, dengan hasil sebagai berikut.

4.4.1. Motivasi Ekstrinsik Responden Berdasarkan Kompensasi

Adanya pemberian imbalan atau insentif dari rumah sakit kepada petugas rekam medis merupakan hal yang penting dalam upaya meningkatkan motivasi petugas, hal ini dinyatakan sebanyak 14 orang (93,3%). Pemberian imbalan atau insentif tersebut hendaknya didasarkan pada prestasi kerja masing-masing petugas, sehingga petugas yang belum menunjukkan prestasi termotivasi untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik untuk mendapatkan insentif dari hasil pekerjaannya, hal ini dinyatakan sebanyak 13 orang (86,6%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.11.


(65)

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Kompensasi di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

No Kompensasi Jumlah Persen

A. Pemberikan Imbalan/Insentif

1 Penting 14 93,3

2 Biasa saja 1 6,7

3 Tidak penting 0 0,0

J u m l a h 15 100,0

B. Pemberian Imbalan/Insentif Didasarkan pada Prestasi

1 Penting 13 86,6

2 Biasa saja 1 6,7

3 Tidak penting 1 6,7

J u m l a h 15 100,0

4.4.2. Motivasi Ekstrinsik Responden Berdasarkan Keamanan dan Keselamatan Kerja

Kenyamanan lingkungan kerja penting untuk memotivasi petugas rekam medis melaksanakan pekerjaannya, dinyatakan sebanyak 14 orang (93,3%). Demikian juga dengan kesesuaian fasilitas yang tersedia di tempat kerja dengan pekerjaan yang dilakukan, sebanyak 8 orang (53,3%) menyatakan penting diperhatikan. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Keamanan dan Keselamatan Kerja di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

No Keamanan dan Keselamatan Kerja Jumlah Persen A. Kenyamanan Lingkungan Kerja

1 Penting 14 93,3

2 Biasa saja 1 6,7

3 Tidak penting 0 0,0

J u m l a h 15 100,0

B. Kesesuaian Fasilitas dengan Pekerjaan

1 Penting 8 53,3

2 Biasa saja 6 40,0

3 Tidak penting 1 6,7


(1)

Dukungan dari seluruh unsur pimpinan dan staf

8 53.3 53.3 53.3

7 46.7 46.7 100.0

15 100.0 100.0

Biasa saja Penting Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

PROSEDUR KERJA

Pembagian tugas secara proporsional

1 6.7 6.7 6.7

14 93.3 93.3 100.0

15 100.0 100.0

Biasa saja Penting Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Alur kerja sesuai pedoman

1 6.7 6.7 6.7

2 13.3 13.3 20.0

12 80.0 80.0 100.0

15 100.0 100.0

Tidak penting Biasa saja Penting Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

MUTU SUPERVISI TEKNIS

Pengawasan

1 6.7 6.7 6.7

7 46.7 46.7 53.3

7 46.7 46.7 100.0

15 100.0 100.0

Tidak penting Biasa saja Penting Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Umpan Balik

3 20.0 20.0 20.0

12 80.0 80.0 100.0

15 100.0 100.0

Biasa saja Penting Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(2)

9 60.0 60.0 60.0

6 40.0 40.0 100.0

15 100.0 100.0

Biasa saja Penting Total Valid

Frequency Percent Valid Percent Percent

Dukungan Rekan Kerja

1 6.7 6.7 6.7

4 26.7 26.7 33.3

10 66.7 66.7 100.0

15 100.0 100.0

Tidak penting Biasa saja Penting Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(3)

Lampiran-1

Nonparametric Correlations

Motivasi Intrinsik dengan Kinerja

Correlations

1.000 .080 .053 .550* .000 .302

. .777 .851 .034 1.000 .274

15 15 15 15 15 15

.080 1.000 .102 .460 .000 .460

.777 . .717 .084 1.000 .084

15 15 15 15 15 15

.053 .102 1.000 .556* .548* .333

.851 .717 . .032 .035 .225

15 15 15 15 15 15

.550* .460 .556* 1.000 .548* .778**

.034 .084 .032 . .035 .001

15 15 15 15 15 15

.000 .000 .548* .548* 1.000 .548*

1.000 1.000 .035 .035 . .035

15 15 15 15 15 15

.302 .460 .333 .778** .548* 1.000

.274 .084 .225 .001 .035 .

15 15 15 15 15 15

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N PRESTASI

PNGAKUAN

TJAWAB

PELUANG

PUAS

KINERJA Spearman's rho

PRESTASI PNGAKUAN TJAWAB PELUANG PUAS KINERJA

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). *.

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.


(4)

Nonparametric Correlations

Motivasi Ekstrinsik dengan Kinerja

Correlations

1.000 .537* .507 .358 .128 .472 .486

. .039 .053 .191 .650 .076 .066

15 15 15 15 15 15 15

.537* 1.000 .898** .625* .587* .504 .810**

.039 . .000 .013 .021 .055 .000

15 15 15 15 15 15 15

.507 .898** 1.000 .580* .677** .581* .677**

.053 .000 . .023 .006 .023 .006

15 15 15 15 15 15 15

.358 .625* .580* 1.000 .545* .517* .545*

.191 .013 .023 . .036 .049 .036

15 15 15 15 15 15 15

.128 .587* .677** .545* 1.000 .439 .333

.650 .021 .006 .036 . .101 .225

15 15 15 15 15 15 15

.472 .504 .581* .517* .439 1.000 .211

.076 .055 .023 .049 .101 . .449

15 15 15 15 15 15 15

.486 .810** .677** .545* .333 .211 1.000

.066 .000 .006 .036 .225 .449 .

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

KPENSASI

KESKER

KONKER

PROSEDUR

SUPERVIS

INPERSON

KINERJA Spearman's rho


(5)

Lampiran-3

Nonparametric Correlations

Motivasi dengan Kinerja

Correlations

1.000

.535*

.191

.

.040

.496

15

15

15

.535*

1.000

.031

.040

.

.912

15

15

15

.191

.031

1.000

.496

.912

.

15

15

15

Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

Motivasi Intrinsik

Motivasi Ekstrinsik

Kinerja Petugas

Rekam Medis

Spearman's rho

Motivasi

Intrinsik

Motivasi

Ekstrinsik

Kinerja

Petugas

Rekam Medis

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

*.


(6)

No Jk Umur Didik MK

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 1 38 5 11 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0

2 2 50 3 23 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

3 2 45 3 24 2 1 1 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0

4 2 43 3 23 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 0 2 2 2 2 2 2

5 2 43 3 2 2 2 2 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0

6 2 37 5 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2

7 1 41 4 8 2 1 1 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 0 2 0

8 2 43 3 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 0 2

9 2 43 3 23 2 1 1 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 0 2 2

10 2 43 3 23 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 0 2 2 2

11 2 46 3 23 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 0 2

12 2 34 3 9 2 1 1 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 0 0 2 2

13 2 37 3 17 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 0 0

14 2 24 4 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2

15 1 50 3 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

PUM Kpker

Motivasi Intrinsik

Kpsasi

Prts POR TJ

Kinerja HI

Motivasi Ekstrinsik