BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Hukum Permintaan dan Penawaran - Pengaruh Return on Asset (ROA), Earning per Share (EPS) dan Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham : Studi Empiris di Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Ef

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

  2.1.1. Hukum Permintaan dan Penawaran

  Pada penelitian ini saya bergerak dari hukum permintaan dan penawaran dalam ilmu ekonomi menyangkut harga suatu benda atau barang seperti saham yang merupakan tanda kepemilikan seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan. Hukum permintaan menyebutkan bahwa “ jika permintaan meningkat maka harga akan naik dan jika permintaan menurun maka harga akan turun.”

  Sebaliknya mengenai penawaran “ jika penawaran meningkat maka harga akan turun dan jika penawaran menurun maka harga akan naik.” Ini semua berlaku dalam keadaan ceteris paribus yang artinya semua variabel lain dianggap tetap.

  2.1.2. Agency Theory dan Signalling Theory

Agency theory atau teori keagenan adalah mengenai hal dimana pemilik

  saham (principal) mempercayakan pengelolaan perusahaan kepada manajemen sebagai agen. Dalam hal ini manajemen diharapkan dapat secara sukarela memberikan informasi mengenai perusahaan kepada pemegang saham selaku

  principal , sehingga nantinya tidak ada lagi asimetri informasi yang jauh antara manajemen dan pemegang saham perusahaan.

   Signalling theory menjelaskan mengenai bagaimana reaksi pasar terhadap

  suatu informasi yang diumumkan oleh suatu perusahaan kepada pemegang sahamnya. Suatu informasi disebarluaskan yang mana dapat mempengaruh keputusan investor dalam pasar saham. Informasi tersebut diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Dalam hal ini manajemen secara sukarela memberikan informasi mengenai internal perusahaan kepada para investor. Nantinya akan dibuatlah analisis-analisis terhadap laporan keuangan tersebut

2.1.3. Saham

  2.1.3.1. Pengertian Saham

  Pengertian saham menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006 : 6) adalah “tanda penyertaan atau kepemilikan seeorang atau badan hukum dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.” Husnan (2002 : 303), menyebutkan bahwa “saham merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya.” Sedangkan menurut Tandelilin (2001 : 18) “saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset- aset perusahaan yang menerbitkan saham.” Jadi saham merupakan surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal sebagai tanda kepemilikan atas porsi atau bagian tertentu dari perusahaan yang menerbitkan saham tersebut sesuai dengan jumlah penyertaan sahamnya.

  2.1.3.2. Jenis-jenis Saham

  Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006 : 7) , Saham dapat dibagi menjadi dua jenis saham, yaitu saham biasa (common

  stock ) dan saham preferen (preferred stock). Saham biasa, merupakan

  saham yang menempatkan pemiliknya paling junior atau akhir terhadap pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi (tidak memiliki hak-hak istimewa). Karakterisktik lain dari saham biasa adalah dividen dibayarkan selama perusahaan memperoleh laba. Setiap pemilik saham memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham (one share one vote). Pemegang saham biasa memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya dan memiliki hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya kepada orang lain. Saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi). Persamaan saham preferen dengan obligasi terletak pada 3 (tiga) hal: ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, dividen tetap selama masa berlaku dari saham dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa.

  Dari penjelasan diatas tampak bahwa saham preferen lebih memiliki keunggulan atau keistimewaan dibandingkan dengan saham biasa. Namun saham jenis ini sulit didapatkan karena jumlahnya yang sedikit dan biasanya hanya dimiliki orang-orang tertentu seperti pendiri perusahaan.

2.1.3.3. Keuntungan Kepemilikan Saham

  Pada dasarnya ada dua jenis keuntungan yang akan diperoleh oleh investor dengan berinvestasi saham, pertama, memperoleh capital gain yaitu selisih harga jual saham yang lebih tinggi daripada harga beli saham itu sendiri. Capital gain terbentuk karena adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Kedua, memperoleh dividen dari perusahaan penerbit saham tersebut yang berasal dari laba yang diperoleh perusahaan tersebut, yang pembayarannya dapat dilakukan dalam dua bentuk yaitu pembayaran dengan uang tunai dan pembayaran dengan saham dimana jumlah kepemilikan penerimanya di perusahaan tersebut akan bertambah dengan diperolehnya dividen saham.

2.1.3.4. Risiko Kepemilikan Saham

  Investasi pada saham juga memiliki risiko sebagai kebalikan dari keuntungannya yakni ; pertama capital loss yaitu situasi dimana harga jual saham oleh investor lebih rendah dari pada saat dia membelinya pertama kali. Hal ini dapat terjadi hanya bila investor merealisasikan kerugiannya dari penurunan harga sahamnya dengan menjual saham tersebut. Kedua, tidak adanya pembagian dividen sebagai akibat dari kerugian yang dialami perusahaan penerbit saham tersebut.

  Selain kedua risiko di atas, investor juga dihadapkan pada risiko bahwa adanya kemungkinan perusahaan akan bangkrut atau dilikuidasi dan kemungkinan saham akan diberhentikan sementara perdagangannya (suspensi) oleh bursa efek, misalnya karena kinerja yang terus memburuk secara berkelanjutan sehingga kerugian terus dialami dan tidak ada pembayaran dividen secara terus menerus.

2.1.4. Hipotesis Efisiensi Pasar (Efficient market Hypotesis)

   Efficient market hypotesis berbicara mengenai bagaimanakah reaksi pasar

  terhadap informasi yang dikeluarkan baik eksternal maupun internal. Menurut Wild dan Subramanyam (2008 : 53) ada tiga bentuk dari efficient market

  hypothesis yaitu :

   Bentuk lemah (weak form) menyatakan bahwa harga mencerminkan sepenuhnya informasi yang terkandung dalam pergerakan harga historis.  Bentuk semikuat (semistrong form) menyatakan bahwa harga mencerminkan sepenuhnya informasi yang tersedia untuk publik.

   Bentuk kuat (strong form) menyatakan bahwa harga mencerminkan seluruh informasi termasuk informasi dari dalam.

2.1.5. Analisis Rasio Keuangan

  Dalam Van Horne dan Wachowicz (2005 : 220) rasio keuangan adalah “indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya.” Angka-angka yang dimaksud adalah berasal dari laporan keuangan perusahaan (laporan posisi keuangan, laporan laba- rugi dan laporan arus kas). Rasio-rasio inilah yang kemudian akan dianalisis untuk menghasilkan suatu informasi yang berguna bagi investor dalam membuat keputusan investasinya.

  Analisis rasio merupakan salah satu teknik analisis laporan keuangan yang paling populer digunakan dalam dunia bisnis. Diperlukan kehati-hatian dalam menggunakan teknik analsis ini karena faktor-faktor yang mempengaruhi pembilang dapat berkorelasi dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penyebut Wild dan Subramanyam (2008 : 43).

  Menurut Wild dan Subramanyam (2008 : 44 ) disebutkan “rasio bermanfaat jika dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya, standar yang ada, dan rasio pesaing.

  Keunggulan analisis rasio keuangan dibandingkan dengan teknik analisis lainnya adalah Harahap (2007 : 129) :  Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan signifikan,  Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain,

   Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (z-score),  Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series,  Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.

  Menurut Brigham dan Ehrhardt (2011 : 316) rasio keuangan dapat dibagi menjadi “liquidity ratios, asset management ratios, debt management ratios,

  profitability ratios dan market value ratios

  .”

  Liquidity ratios menyangkut pengukuran kemampuan perusahaan dalam

  menyelesaikan kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dengan aset lancar yang dimiliki. Asset management ratios menyangkut seberapa efektif perusahaan dalam memanajemen asetnya. Debt management ratios atau financing leverage yakni bagaimana perusahaan menggunakan utang sebagai alat pendanaan aktivitas perusahaannya selain pendanaan melalui ekuitas pemilik. Profitability ratios menyangkut kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau keuntungan.

  Sedangkan market value ratios yaitu ukuran nilai dari perusahaan di mata investor.

2.1.6. Return on Asset (ROA)

  Return on assets menurut Syamsuddin (2000 : 63) merupakan

  “pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan”. Sedangkan menurut Boyton (2003 : 36) pengembalian atas aktiva adalah “suatu pengukuran profitabilitas dalam hubungannya dengan struktur aktiva perusahaan. Semakin tinggi angka yang diperoleh maka semakin tinggi tingkat pengembalian terhadap aktiva yang telah dihasilkan oleh perusahaan.” “The Return on Assets (ROA) ratio indicates how much income each

  dollar of assets produces on averages. It show whether the business is employing its assets effectively. The ROA ratio is calculated by dividing net earnings available to common to stockholders by the total assets of the firm

  .’’ Gallagher dan Andew (2003 : 101) Assets atau disebut juga aktiva didefinisikan FASB dalam Harahap (2007 : 206) sebagai ”kemungkinan keuntungan ekonomi yang diperoleh atau dikuasai di masa yang akan datang oleh lembaga tertentu sebagai akibat t ransaksi atau kejadian yang sudah berlalu.”

  Sehingga dengan menghitung rasio ini, dapat diketahui seberapa efisien kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau keuntungan dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya, dimana semakin tinggi nilai rasio ini berarti semakin baik kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau dengan kata lain profitabilitasnya semakin tinggi. Return on Asset termasuk salah satu alat mengukur rasio profitabilitas perusahaan.

  Rumus untuk menghitung Return on Asset menurut (Van Horne dan Wachowicz (2005 : 224) yaitu :

  Rumus lain yang digunakan untuk menghitung Return on Asset adalah dengan persamaan Du Pont. Dengan menggunakan persamaan ini akan tampak lebih jelas hubungan antara laba bersih dengan dengan total aktiva. Adapun persamaan Du Pont menurut Brigham dan Houston (2006 : 114) yaitu : Dari rumus-rumus di atas dapat disimpulkan bahwa misalnya hasil perhitungan menunjukkan angka 0,18 atau 18%, maka artinya adalah untuk menghasilkan laba sebesar Rp 18, dibutuhkan Rp 100 aktiva. Untuk mengetahui apakah perusahaan memiliki Return on Asset yang tinggi maka diperlukan pembandingan dengan perusahaan-perusahaan lain di industri sejenis.

2.1.7. Earning per Shares (EPS)

  Kemampuan perusahaan yang baik dalam menghasilkan laba merupakan salah satu alasan yang membuat investor tertarik untuk membeli saham perusahaan tersebut. Hal ini karena para investor mengharapkan dividen yang tinggi dari laba yang dihasilkan perusahaan tersebut.

  Earning per shares merupakan salah satu ukuran rasio keuangan yang

  dapat memberikan informasi mengenai nilai suatu perusahaan dari perbandingan antara jumlah laba yang dihasilkan yang siap untuk dibagikan kepada pemegang saham dengan jumlah saham yang beredar. Apabila dividen saham preferen tidak dibagikan, maka Earning per shares dihitung dengan membagi laba bersih setelah pajak dan saham preferen dengan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar.

  Earning per shares dirumuskan sebagai berikut :

  Pada rumus di atas, dapat dikemukakan bahwa perhitungan menggunakan bagian laba yang benar-benar siap untuk dibagikan kepada para pemegang saham biasa. Penyebut menggunakan jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar, karena dalam satu periode jumlah saham yang beredar tidak selalu sama sebagai akibat dari hal-hal seperti penerbitan saham baru atau pembelian kembali saham yang dilakukan oleh perusahaan sehingga mengurangi jumlah saham yang beredar (Treasury Stock). Namun apabila sama sekali tidak ada perubahan jumlah saham yang beredar maka yang digunakan sebagai penyebut adalah jumlah saham yang beredar pada akhir tahun.

2.1.8. Debt to Equity Ratio (DER)

  Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang mengukur tingkat penggunaan

  utang dalam pendanaan suatu perusahaan. Semakin besar rasio ini maka menunjukkan bahwa semakin besar penggunaan utang dalam perusahaan maka semakin banyak beban bunga begitu juga sebaliknya.

  Fungsinya rasio ini dimasukkan sebagai penambahan dalam variabel independen adalah untuk menambah luas cakupan penelitian ini dengan pertimbangan bahwa investor dalam membuat keputusan investasi saham selain memperhatikan tingkat profitabilitas juga harus memperhatikan tingkat solvabilitas perusahaan. Maka peneliti memutuskan bahwa Debt to Equity Ratio adalah rasio yang dapat mewakili.

  DER dapat diperoleh dengan rumus :

2.1.9. Harga Saham

  Harga saham suatu perusahaan merupakan cerminan nilai kekayaan dari suatu perusahaan yang menunjukkan potensi keuntungan perusahaan yang bersangkutan di masa yang akan datang. Sehingga apabila harga suatu saham semakin tinggi, berarti investor menganggap potensi keuntungan perusahaan tersebut di masa yang akan datang akan besar .

  Harga saham selalu berubah-ubah setiap waktu sesuai dengan permintaan dan penawaran terhadap saham tersebut yang secara otomatis ditentukan oleh fasilitas Sitem Perdagangan Bursa (JATS). Para investor akan melakukan order beli atau jual sesuai dengan peraturan Bursa mengenai satuan perubahan harga saham yaitu fraksi harga untuk tiga tingkatan harga saham di bursa. Perubahan maksimum untuk hrga saham juga dibatasi oleh Bursa untuk tiap tingkatan harga saham yang ada. Investor dan analis akan senantiasa memantau pergerakan harga saham-saham untuk membuat keputusan investasi di masa yang akan datang dan membuat prediksi-prediksi di masa yang akan datang.

  Untuk melakukan penilaian atau valuasi atas harga saham suatu perusahaan menurut Subiyantoro dan Andreani (2003 : 101 ) diperlukan “data operasional perusahaan seperti laporan keuangan yang telah diaudit, performa perusahaan di masa yang akan datang melalui laporan keuangan proforma, serta juga memperhatikan kondisi ekonomi yang ada.” Secara sederhana variabilitas harga saham tergantung pada earning dan dividen suatu perusahaan dimana ada teori yang mengatakan “key determinant of security price is expectations

  concerning the firm’s earning and dividends and their associated risk” Fuller and Farrell (1987) dalam Anastasia (2003).

  Harga saham dapat dibedakan menjadi beberapa Kodrat dan Kurniawan (2010) :

   Harga pembukaan (open) adalah harga perdagangan pertama untuk suatu periode yang biasa digunakan ketika melakukan analisis data harian.  Harga tertinggi (high) adalah harga perdagangan tertinggi untuk suatu periode. High juga mencerminkan harga tertinggi dimana pembeli bersedia membayar.

   Harga terendah (low) adalah harga perdagangan terendah untuk suatu periode. Ini adalah titik dimana ada lebihbanyak pembeli daripada penjual.  Harga penutupan (close) adalah harga perdagangan terakhir untuk suatu periode. Harga penutupan adalah harga yang paling sering digunakan untuk analisis.  Bid adalah harga dimana pembeli bersedia membayar untuk suatu saham.  Ask adalah harga dimana penjual bersedia menerima untuk suatu saham.

  Secara umum terdapat dua jenis analisis yang dilakukan terhadap harga saham yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis ini sering digunakan dalam membuat keputusan investasi pada saham.

   Analisis teknikal adalah sebuah analisis yang menggunakan data-data masa lampau mengenai harga-harga saham yang dituangkan ke dalam suatu grafik sehingga akan kelihatan trennya atau polanya untuk dapat membuat sebuah prediksi harga saham di masa yang akan datang karena dianggap bahwa terdapat sebuah pola dalam pergerakan harga-harga ini yang kemungkinan akan berulang di masa depan.

   Analisis fundamental adalah sebuah analisis yang nyata-nyata menggunakan data laporan keuangan dan kinerja perusahaan serta kondisi-kondisi yang ada di dalam perusahaan untuk menentukan harga saham yang sebenarnya. Harga saham tersebut ditaksir nilainya dengan menggunakan menganalisis rasio-rasio keuangan dari laporan keuangan tersebut untuk mengetahui bagaimana kinerja perusahaan saat ini dan prospeknya di masa yang akan datang. Analisis fundamental juga menelusuri bagaimana kebijakan- kebijakan perusahaan mengenai hal-hal yang diluar keuangan seperti operasional, human resource, budaya organisasi dan lain-lain.

2.1.10. Bank

  Menurut (Undang - Undang RI nomor 10 tahun 1998 Tanggal 10 November tentang P erbankan) Bank adalah “suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit, dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”

  Kasmir (2002 : 24) menjelaskan bahwa aktivitas perbankan yang utama adalah “menghimpun dana dari masyarakat luas yang biasa dikenal dalam dunia perbankan dengan istilah

  funding.”

  Aktivitas menghimpun dana yang dimaksudkan adalah kegiatan pengumpulan dana dari masyarakat dengan memberikan sebuah imbal hasil berupa bunga terhadap dana yang diterima bank, seperti produk giro, tabungan dan deposito oleh bank. Namun saat ini produk-produk dari bank sudah sangat bervariasi, sehingga lebih mudah bagi bank dalam menghimpun dana dari masyarakat.

  Bank

  • – bank memiliki sebuah standar penilaian terhadap kinerja keuangannya yaitu dengan menggunakan metode CAMEL (Capital Quality, Asset

  Quality, Management, Earning / Profitability, Liquidity). Namun saat ini

  penggunaan metode CAMEL hanya untuk bank

  • – bank milik pemerintah (BUMN). Untuk bank- bank swasta digunakanlah metode baru yaitu metode pendekatan risiko.

2.2. Penelitian Terdahulu

  Penelitian Silviana dan Rocky (2013) dengan judul pengaruh Return on

  Asset dan Earning per Share terhadap harga saham perusahaan perbankan yang

  terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006

  • – 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh ROA terhadap harga saham negatif dan tidak signifikan, sementara berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap harga saham emiten perbankan.
Fahmi (2010) meneliti pengaruh, Return on Asset (ROE), Net Profit

  Margin (NPM), dan Earning per Shares terhadap harga saham pada perusahaan

  manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2009

  • – 2011. Hasil penelitian menunjukkan secara parsial Return on Asset berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan Earning per Shares tidak memiliki pengaruh signifikan. Secara simultan baik Return on Asset dan Earning per Shares berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

  Penelitian Debora (2009) dengan judul Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, menunjukkan hasil Secara simultan ada pengaruh antara Return on

  Assets, Return on Equity, Net Profit Margin , dan Earnings Per Shares terhadap

  harga saham. Secara parsial Return on Assets, Return on Equity memiliki pengaruh yang tidak signifikan, sedangkan Net Profit Margin dan Earnings Per Share memiliki pengaruh yang signifikan. Di mana variabel independen yang digunakan adalah Return on Asste (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit

  Margin (NPM), dan Earnngs per Shares (EPS).

  Berikut daftar penelitian terdahulu selengkapnya :

  yang berpengaruh signifikan, sedangkan

  Return on Equity

  harga saham. Secara parsial Return on Assets,

  on Assets, Return on Equity, Net Profit Margin , dan Earnings Per Share terhadap

  Secara simultan ada pengaruh antara Return

  dan Harga Saham.

  

Return on

Asstes (ROA),

Return on

Equity (ROE),

Net Profit

Margin (NPM),

Earnngs Per

Share (EPS),

  (2009) Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

  2. Juliana Debora

  tidak berpengaruh signifikan.

  Cash Dividend Coverage, Operating Cashflow Per Share, Return on Equity, Return on Assets, dan Total Assets Turnover

  Earnings Per Share

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No. Peneliti / Tahun Judul Penelitian

  berpengaruh signifikan. Secara parsial hanya

  Dividend Coverage, Operating Cashflow Per Share, Return on Equity, Return on Assets, Total Assets Turnover, Earnings Per Share

  Secara simultan Cash

  dan Harga Saham

  

Cash Dividend

Coverage, Operating

Cashflow Per

Share, Return

on Equity

(ROE), Return

on Assets

(ROA), Total

Assets

Turnover, dan

Earnings Per

Share (EPS),

  Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI.

  Dividend Coverage, Operating Cashflow Per Share, Return on Equity, Return on Assets, Total Assets Turnover, dan Earnings Per Share terhadap

  Pengaruh Cash

  1. Yurico (2010)

  

Variabel

Penelitian

Hasil Penelitian

  memiliki pengaruh yang

  No. Peneliti / Tahun Judul Penelitian

Variabel

Penelitian

  Harga Saham.

  dan Harga Saham secara parsial ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan EPS tidak memiliki pengaruh signifikan. Secara simultan baik ROA dan

  

on Asset (ROE),

Net Profit

Margin (NPM),

EPS,

  harga saham ROA, Return

  ROA , Return on Asset (ROE ), Net Profit Margin (NPM), dan EPS terhadap

  Pengaruh

  6. Fahmi (2010)

  berpengaruh secara signifikan.

  Book Value Per Share

  tidak berpengaruh secara signifikan sedangkan

  Assets (ROA), Return on Equity (ROE) , dan Debt to Equity Ratio (DER)

  tidak berpengaruh secara signifikan. Secara parsial Return on

  on Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), dan Book Value Per Share

  Secara simultan Return

  

Return on

Asstes (ROA),

Return on

Equity (ROE),

Debt to Equity

Ratio (DER),

Book Value Per

Share, dan

  Hasil Penelitian

  Pengaruh Variabel Fundamental terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

  5. Susan Nainggolan (2008)

  berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

  ROA, ROE, EPS dan TATO secara simultan

  tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Pengujian

  ROE, EPS dan TATO

  Harga Saham Secara parsial variabel kinerja keuangan yang diwakili oleh ROA,

  

Return on

Assets (ROA),

Return on

Common Equity

(ROE), Earning

per Share

(EPS), Total

Assets Turnover

(TATO) , dan

  Analisis Pengaruh Variabel Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di BEI .

  4. Eka Prasetya Harmoni (2009)

  Share memiliki pengaruh yang signifikan.

  Margin dan Earnings Per

  tidak signifikan, sedangkan Net Profit

  EPS berpengaruh

  No. Peneliti / Judul Variabel Hasil Penelitian Tahun Penelitian Penelitian

  pada signifikan terhadap perusahaan harga saham manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2009- 2011

  7. Silviana dan Pengaruh Return on Asset Pengaruh ROA terhadap Rocky Return on (ROA), harga saham negatif dan (2013) Asset dan Earning per tidak signifikan,

  Earning per Share (EPS) sementara EPS Share terhadap dan Harga berpengaruh secara

  harga saham Saham positif dan signifikan perusahaan terhadap harga saham perbankan emiten perbankan. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006- 2010

  Sumber: Diolah oleh penulis (2014)

2.3. Kerangka Konseptual

  Kerangka konseptual merupakan sebuah skema sederhana yang dapat memberikan penjelasan secara ringkas mengenai variabel-variabel penelitian serta hubungan-hubungan antar variabel tersebut. Dengan melihat kerangka konseptual pembaca dapat langsung memahami apa yang sedang diteliti oleh peneliti yakni mengerti mengenai apa yang menjadi variabel bebas (independen) atau variabel terikat (dependen). Kerangka Teoretis menurut Erlina (2011 : 33) adalah “suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalah suatu masalah tertentu.”

  Return on Asset (X 1 )

   H

  1 H

  2 Earning per Share (X 2 ) Harga Saham (Y) H

  3 Debt to Equity Ratio (X 3 ) H

  4 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

  Sumber: Diolah oleh penulis (2014) Kerangka konseptual di atas menunjukkan bahwa peneliti meneliti hubungan antara variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial dan simultan. Pada H

  1 ditunjukkan bahwa variable X 1 mempengaruhi

  variabel Y. Pada H

  2 ditunjukkan bahwa variable X 2 mempengaruhi variabel Y.

  Pada H

  3 ditunjukkan bahwa variable X 3 mempengaruhi variabel Y. Pada H

  4

  ditunjukkan bahwa variable X 1,

  X

  2 dan X 3 secara bersama-sama mempengaruhi variabel Y.

  Rasio ROA akan dapat menunjukkan seberapa efisien kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau keuntungan dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya, dimana semakin tinggi nilai rasio ini berarti semakin baik kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau dengan kata lain profitabilitasnya semakin tinggi.

  Earning per Shares merupakan salah satu ukuran rasio keuangan yang

  dapat memberikan informasi mengenai nilai suatu perusahaan dari perbandingan antara jumlah laba yang dihasilkan yang siap untuk dibagikan kepada pemegang saham dengan jumlah saham yang beredar. Apabila dividen saham preferen tidak dibagikan, maka Earning per Shares dihitung dengan membagi laba bersih setelah pajak dan saham preferen dengan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar.

  Debt to Equity Ratio merupakan sebuah ukuran yang dapat menunjukkan

  seberapa besar porsi utang dalam neraca perusahaan yang digunakan untuk pendanaan kegiatan perusahaan.

  Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan. Harga saham senantiasa bergerak setiap saat dan pergerakan tersebut ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran saham tersebut di pasar modal. Bagi investor, harga saham mencerminkan nilai suatu perusahaan dan potensi keuntungan di masa yang akan datang.

2.4. Hipotesis

  Hipotesis merupakan kesimpulan sementara terhadap suatu fenomena atau kejadian yang masih harus diuji kebenarannya. Hipotesis menurut Erlina (2011 : 30) adalah “proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris.” Berdasarkan dari uraian kerangka konseptual diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah :

  H 1 : Return on Asset (ROA) secara parsial berpengaruh terhadap harga saham. H

  2 : Earning per Shares (EPS) secara parsial berpengaruh terhadap harga saham.

  H 3 : Debt to Equity Ratio (DER) secara parsial berpengaruh terhadap harga saham.

  H 4 : Return on Asset (ROA) dan Earning per Shares (EPS) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara simultan berpengaruh terhadap harga saham.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

7 135 69

Pengaruh Return on Asset (ROA), Earning per Share (EPS) dan Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham : Studi Empiris di Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012

0 35 85

Pengaruh Return On Assets, Earning Per Share dan Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham dengan Dividen Tunai Sebagai Variabel Moderating Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 42 137

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan - Pengaruh Debt to Asset Ratio, Current Ratio dan Cash Ratio terhadap Return on Asset pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Return Saham - Pengaruh Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA) dan Earning Per Share (EPS) terhadap Return saham Pada perusahaan Otomotif dan Komponen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Return Saham - Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 14

Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis - Pengaruh Return On Asset, Debt to Equity Ratio, dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan LQ 45 yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Harga Saham 1. Pengertian Harga Saham - Pengaruh Earning Per Share dan Dividend Per Shara Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2012

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Obligasi - Pengaruh Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR), dan Firm Size (FS) terhadap Peringkat Obligasi Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Ind

0 0 21