Pengaruh Return On Assets, Earning Per Share dan Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham dengan Dividen Tunai Sebagai Variabel Moderating Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

PENGARUH RETURN ON ASSETS, EARNING PER SHARE DAN

DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP HARGA SAHAM

DENGAN DIVIDEN TUNAI SEBAGAI VARIABEL

MODERATING STUDI EMPIRIS PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Oleh

ARLINA PRATIWI PURBA

087017088/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

S

E K O L

A

H P

A

S C

A S A R JA N


(2)

PENGARUH RETURN ON ASSETS, EARNING PER SHARE DAN

DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP HARGA SAHAM

DENGAN DIVIDEN TUNAI SEBAGAI VARIABEL

MODERATING STUDI EMPIRIS PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ARLINA PRATIWI PURBA

087017088/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

Judul Tesis : PENGARUH RETURN ON ASSETS, EARNING PER

SHARE DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP

HARGA SAHAM DENGAN DIVIDEN TUNAI SEBAGAI VARIABEL MODERATING STUDI EMPIRIS PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Nama Mahasiswa : Arlina Pratiwi Purba Nomor Pokok : 087017088

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA) (Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah diuji pada Tanggal 14 Juni 2011

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA Anggota : 1. Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak

2. Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak 3. Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

Pengaruh Return On Assets, Earning Per Share dan Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham dengan Dividen Tunai Sebagai Variabel Moderating Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia”.

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 11 Juni 2011

Yang membuat pernyataan,

Arlina Pratiwi Purba 087017088/Akt


(6)

PENGARUH RETURN ON ASSETS, EARNING PER SHARE DAN DEBT TO

EQUITY RATIO TERHADAP HARGA SAHAM DENGAN DIVIDEN TUNAI

SEBAGAI VARIABEL MODERATING STUDI EMPIRIS PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh Return On Assets (ROA), Earning Per Share (EPS) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham serta untuk mengetahui apakah dividen tunai yang merupakan variabel moderating memperkuat atau memperlemah hubungan antara ROA, EPS dan DER terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2009 sebanyak 181 perusahaan. Sampel yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 33 perusahaan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil dokumen laporan keuangan dari Indonesia Capital Market Directory dan mendownload situs resmi Bursa Efek Indonesia di www.idx.co.id dan http://finance.yahoo.com. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda dan uji residual.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel ROA, EPS dan DER secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Selanjutnya hasil penelitian juga menunjukkan bahwa secara parsial variabel ROA, EPS mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, sementara variabel DER mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap harga saham, sedangkan dari hasil analisis diperoleh bahwa variabel dividen tunai bukanlah sebagai variabel moderating yang memperkuat hubungan ROA, EPS dan DER terhadap harga saham.

Kata Kunci: Return On Assets, Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, Dividen Tunai, Harga Saham.


(7)

INFLUENCE RETURN ON ASSETS, EARNING PER SHARE AND DEBT TO EQUITY RATIO TO SHARE PRICE WITH CASH DIVIDEND AS

MODERATING VARIABLE EMPIRIC STUDY AT COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

ABSTRACT

The purpose of this study is to determine the level of influence Return On Assets (ROA), Earning Per Share (EPS) and Debt to Equity Ratio (DER) to share price and to know whether the cash dividend which is a moderating variable to strengthen or weaken the relationship between ROA, EPS and DER to the price of shares in companies listed in Indonesia Stock Exchange.

The population in this study are all manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange 181 companies in 2006-2009. The samples were chosen using purposive sampling method. The number of samples in this study were as many as 33 companies. Data collection was done by taking documents from the Indonesian financial statements Capital Market Directory and download the official website of the Indonesian Stock Exchange in www.idx.co.id and http://finance.yahoo.com. The analysis used in this study are multiple regression and residual test.

The results of this study indicate that the variables ROA, EPS and DER simultaneously have a significant impact on stock prices. Further research also showed that partial variable ROA, EPS has a significant influence on stock prices, while DER variables have a significant positive effect on stock prices, whereas from the analysis result that is not a Cash Dividend variables as moderating variables that strengthen relationships ROA, DER EPS and the stock price.

Keywords: Return On Assets, Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, Cash Dividen, Stock Price.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan dan penyelesaian tesis ini, peneliti telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Utama yang telah banyak memberikan bantuan dan masukan kepada peneliti dalam menyusun tesis ini.

4. Bapak Iskandar Muda, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembimbing Kedua yang telah banyak memberikan bantuan dan masukan kepada peneliti dalam menyusun tesis ini.


(9)

5. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak., Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak dan Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si. Ak, selaku Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan saran-saran kepada peneliti dalam menyusun tesis ini.

6. Dekan beserta Pembantu Dekan, Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan, terima kasih atas bantuan yang telah diberikan.

7. Seluruh staf pengajar Program Magister Akuntansi atas segala ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan dan kepada staf administrasi Program Magister Akuntansi.

8. Kepada semua teman-teman seangkatan di Program Magister Akuntansi, terutama kepada Riantri Barus dan Arie Pratania.

Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih yang tidak ternilai serta penghormatan yang setulus-tulusnya kepada ayahanda tercinta Miduk Purba, M.Pd, Ph.D dan ibunda tersayang Dra. Lisbeth Tampubolon, M.Si serta adek-adekku (Angelia, ST., Pasca Putri, Anggreini, Michael dan Evan) yang telah memberikan banyak perhatian dan dukungan penuh kepada peneliti untuk penyusunan tesis ini. Peneliti tidak lupa mengucapkan terima kasih banyak pihak-pihak lain yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang telah banyak membantu peneliti dalam penyusunan tesis ini.


(10)

Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu dan bermanfaat bagi peneliti berikutnya.

Medan, 11 Juni 2011 Penulis,

Arlina Pratiwi Purba 087017088/Akt


(11)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Arlina Pratiwi Purba

2. Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 20 September 1985

3. Pekerjaan : Pegawai

4. Agama : Kristen Protestan

5. Orang Tua

a. Ayah : Miduk Purba, M.Pd, Ph.D

b. Ibu : Dra. Lisbeth Tampubolon, M.Si 6. Alamat : Jl. Cempaka XI b No. 8 Psr III

P. Bulan - Medan 7. Pendidikan

a. SD : SD Swasta Free Methodist Medan

b. SMP : SLTP Swasta Santo Thomas I Medan

c. SMA : SMA Negeri 3 Medan

d. D3 : Politeknik Negeri Medan

e. S1 : Universitas Darma Agung Medan

f. S2 : Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana USU - Medan


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……….…… i

ABSTRACT……….…… ii

KATA PENGANTAR.……….. iii

RIWAYAT HIDUP……… vi

DAFTAR ISI……….. vii

DAFTAR TABEL……….. xi

DAFTAR GAMBAR……… xii

DAFTAR LAMPIRAN……… xiii

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

1.1 Latar Belakang Penelitian………. 1

1.2 Rumusan Masalah………. 6

1.3 Tujuan Penelitian……….. 7

1.4 Manfaat Penelitian……… 7

1.5 Originalitas Penelitian……….. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….……… 10

2.1 Landasan Teori……….………. 10

2.1.1 Return On Assets……….…….. 10

2.1.2 Earning Per Share……… 11

2.1.3 Debt to Equity Ratio………. 12

2.1.4 Kebijakan Dividen………. 12

2.1.4.1 Pengertian dan tujuan pembagian dividen……… 12

2.1.4.2 Teori kebijakan dividen……… 14


(13)

2.1.5 Dividend Information Signalling Theory……….. 18

2.1.6 Harga Saham….……….……. 23

2.1.6.1 Penilaian saham……… 28

2.1.6.1.1 Analisis teknikal dan analisis fundamental... 29

2.2 Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping)………… 31

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS………. 36

3.1 Kerangka Konsep………..……….……… 36

3.2 Hipotesis Penelitian……… 41

BAB IV METODE PENELITIAN………... 42

4.1 Jenis Penelitian………...……… 42

4.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian………. 42

4.3 Populasi dan Sampel.………. 43

4.4 Metode Pengumpulan Data……….... 44

4.5 Variabel Penelitian………. 45

4.6 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel………. 45

4.7 Model dan Teknik Analisis Data...……….... 48

4.7.1 Perumusan Model Pertama………...…… 48

4.7.2 Pengujian Asumsi Klasik……….………. 49

4.7.2.1 Uji normalitas……….…… 49

4.7.2.2 Uji heterokedastisitas ……….….. 49

4.7.2.3 Uji autokorelasi………...….. 51

4.7.2.4 Uji multikolinieritas………..……. 51

4.7.3 Pengujian Hipotesis……….……….. 52

4.7.3.1 Uji statistik F……….…… 52

4.7.3.2 Uji statistik t.……….…… 53


(14)

4.8 Perumusan Model II (Moderating Variabel)………….……… 54

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.………. 56

5.1 Hasil Penelitian………...…….. 56

5.1.1 Deskriptif Statistik Variabel Penelitian…………...……. 56

5.2 Hasil Pengujian Asumsi Klasik Model Pertama……… 59

5.2.1 Hasil Pengujian Asumsi Normalitas………. 59

5.2.1.1 Hasil pengujian asumsi normalitas model pertama sebelum transformasi……….. 59

5.2.1.2 Hasil pengujian asumsi normalitas model pertama sebelum transformasi……….. 60

5.2.2 Hasil Pengujian Asumsi Heterokedastisitas Model Pertama..……… 62

5.2.3 Hasil Pengujian Asumsi Autokorelasi Model Pertama.… 65 5.2.4 Hasil Pengujian Asumsi Multikolinieritas Model Pertama…... 65

5.3 Hasil Analisis Data Model Pertama………...…… 67

5.3.1 Persamaan Regresi Model Pertama.……….……. 67

5.3.2 Pengujian Hipotesis Model Pertama.……….…….... 69

5.3.2.1 Uji statistik F……….……… 70

5.3.2.2 Uji statistik t……….………. 70

5.3.2.3 Koefisien determinasi (R2).……….. 72

5.4 Pembahasan Hasil Penelitian Model Pertama…………...…… 73

5.5 Hasil Pengujian Asumsi Klasik Model Kedua…………...…… 76

5.5.1 Hasil Pengujian Asumsi Normalitas Model Kedua…….. 76

5.5.2 Hasil Pengujian Asumsi Heterokedastisitas Model Kedua..……….. 78

5.5.3 Hasil Pengujian Asumsi Autokorelasi Model Kedua…… 79 5.5.4 Hasil Pengujian Asumsi Multikolinieritas Model Kedua. 80


(15)

5.6 Hasil Analisis Data Model Kedua………. 81

5.6.1 Uji Residual………... 82

5.6.1.1 Persamaan uji residual persamaan pertama…….. 82

5.6.1.2 Persamaan uji residual persamaan kedua………. 83

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………... 84

6.1 Kesimpulan………..……….. 84

6.2 Keterbatasan Penelitian………. 85

6.3 Saran………...……….. 86


(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Indeks Harga Saham Gabungan Bulanan Tahun 2008 s.d

Tahun 2009... 2

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu………. 34

4.1. Daftar Pengambilan Sampel……….….... 44

4.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel……….….. 47

5.1. Deskriptif Statistik Variabel Penelitian………....…… 56

5.2. Hasil Pengujian Normalitas Model Pertama dengan One- Sample Kolmogorov Smirnov Sebelum Transformasi... 60

5.3. Hasil Pengujian Normalitas Model Pertama dengan One- Sample Kolmogorov Smirnov Setelah Transformasi………... 62

5.4. Hasil Uji Glejser Model Pertama………..…...……. 64

5.5. Hasil Pengujian Asumsi Autokorelasi Model Pertama………… 65

5.6. Matriks Korelasi Antara Variabel Bebas Model Pertama....…… 66

5.7. Hasil Pengujian Asumsi Multikolinieritas Model Pertama.……. 66

5.8. Persamaan Regresi Model Pertama ………..…...……. 67

5.9. Uji Statistik F Model Pertama…………..…...………...……… 70

5.10. Uji Statistik t…….……..………..…...…….…. 71

5.11. Koefisien Determinasi….………..…...………. 72

5.12. Hasil Pengujian Normalitas Model Kedua dengan One Sample Kolmogorov Smirnov………..………... 78

5.13. Hasil Uji Glejser Model Kedua……… 79

5.14. Hasil Pengujian Asumsi Autokorelasi Model Kedua……..……. 80

5.15. Matriks Korelasi Antara Variabel Bebas Model Kedua...…….. 80

5.16. Hasil Pengujian Asumsi Multikolinieritas Model Kedua………. 81

5.17. Persamaan Uji Residual Persamaan Pertama………..……. 82


(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1. Kerangka Konseptual………...……….……….…... 36 5.1. Normal PP Plot Sebelum Transformasi……… 59 5.2. Normal PP Plot Residual Model Pertama Setelah Transformasi.. 61 5.3. Scatterplot Uji Heterokedastisitas Model Pertama.…...…….…. 63 5.4. Normal PP Plot Residual Model Kedua….…...…….……... 77 5.5. Scatterplot Uji Heterokedastisitas Model Kedua….…...…….… 78


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Jadwal Kegiatan Penelitian ………...……….……….…… 90 2. Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan Manufaktur..………… 91 3. Data Return On Assets Perusahaan Manufaktur Tahun 2006

2009 ………... 97 4. Data Earning Per Share Perusahaan Manufaktur

Tahun 2006 – 2009………... 98 5. Data Debt to Equity Ratio Perusahaan Manufaktur

Tahun 2006 – 2009………... 99 6. Data Dividen Tunai Perusahaan Manufaktur Tahun 2006 - 2009 100 7. Data Harga Saham Perusahaan Manufaktur Tahun 2007 - 2010. 101 8. Deskriptif Statistik Variabel Penelitian….……….……... 102 9. Hasil Uji SPSS Model Pertama…………...……….……….…… 103 10. Hasil Uji SPSS Model Kedua…………...……….……….…….. 110


(19)

PENGARUH RETURN ON ASSETS, EARNING PER SHARE DAN DEBT TO

EQUITY RATIO TERHADAP HARGA SAHAM DENGAN DIVIDEN TUNAI

SEBAGAI VARIABEL MODERATING STUDI EMPIRIS PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh Return On Assets (ROA), Earning Per Share (EPS) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham serta untuk mengetahui apakah dividen tunai yang merupakan variabel moderating memperkuat atau memperlemah hubungan antara ROA, EPS dan DER terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2009 sebanyak 181 perusahaan. Sampel yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 33 perusahaan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil dokumen laporan keuangan dari Indonesia Capital Market Directory dan mendownload situs resmi Bursa Efek Indonesia di www.idx.co.id dan http://finance.yahoo.com. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda dan uji residual.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel ROA, EPS dan DER secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Selanjutnya hasil penelitian juga menunjukkan bahwa secara parsial variabel ROA, EPS mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, sementara variabel DER mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap harga saham, sedangkan dari hasil analisis diperoleh bahwa variabel dividen tunai bukanlah sebagai variabel moderating yang memperkuat hubungan ROA, EPS dan DER terhadap harga saham.

Kata Kunci: Return On Assets, Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, Dividen Tunai, Harga Saham.


(20)

INFLUENCE RETURN ON ASSETS, EARNING PER SHARE AND DEBT TO EQUITY RATIO TO SHARE PRICE WITH CASH DIVIDEND AS

MODERATING VARIABLE EMPIRIC STUDY AT COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

ABSTRACT

The purpose of this study is to determine the level of influence Return On Assets (ROA), Earning Per Share (EPS) and Debt to Equity Ratio (DER) to share price and to know whether the cash dividend which is a moderating variable to strengthen or weaken the relationship between ROA, EPS and DER to the price of shares in companies listed in Indonesia Stock Exchange.

The population in this study are all manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange 181 companies in 2006-2009. The samples were chosen using purposive sampling method. The number of samples in this study were as many as 33 companies. Data collection was done by taking documents from the Indonesian financial statements Capital Market Directory and download the official website of the Indonesian Stock Exchange in www.idx.co.id and http://finance.yahoo.com. The analysis used in this study are multiple regression and residual test.

The results of this study indicate that the variables ROA, EPS and DER simultaneously have a significant impact on stock prices. Further research also showed that partial variable ROA, EPS has a significant influence on stock prices, while DER variables have a significant positive effect on stock prices, whereas from the analysis result that is not a Cash Dividend variables as moderating variables that strengthen relationships ROA, DER EPS and the stock price.

Keywords: Return On Assets, Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, Cash Dividen, Stock Price.


(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pasar modal merupakan salah satu penggerak perekonomian suatu negara. Ini dikarenakan pasar modal merupakan sarana pembentukan modal dan akumulasi dana jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penggerakan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional, selain itu juga merupakan representasi untuk menilai kondisi perusahaan-perusahaan di suatu negara. Hampir semua industri di suatu negara terwakili oleh pasar modal. Pasar modal yang sedang mengalami peningkatan (bullish) atau mengalami penurunan (bearish) terlihat dari naik turunnya harga-harga saham yang tercatat yang tercermin melalui suatu pergerakan indeks atau lebih dikenal dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG merupakan nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan suatu saham (perusahaan) yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia (BEI).

Pada tahun 2008 terjadi krisis global yang disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya naiknya harga minyak dunia yang menyebabkan naiknya harga makanan di seluruh dunia, krisis kredit dan bangkrutnya berbagai investor bank atau yang lebih dikenal dengan Subprime Mortgage. Kasus Subprime Mortgage (kredit perumahan) itu meruntuhkan sejumlah lembaga keuangan Amerika Serikat. Jatuhnya


(22)

pemain-pemain utama Wall Street termasuk Lehman Brothers & Washington Mutual, dua bank terbesar di Amerika Serikat. Para investor mulai kehilangan kepercayaan sehingga harga-harga saham terbesar di bursa-bursa utama dunia pun jatuh. Diperkirakan krisis ekonomi ini hampir sama dengan krisis ekonomi yang terjadi di tahun 1929 (www.vibizmanagement.com).

Tabel 1.1. Indeks Harga Saham Gabungan Bulanan Tahun 2008 s/d Tahun 2009

Bulan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

2008 2009

Open High Low Close Open High Low Close

Januari 2739.59 2838.48 2229.82 2627.25 1377.45 1472.46 1307.53 1332.67

Februari 2657.16 2773.43 2573.41 2721.94 1330.02 1360.94 1281.07 1285.48

Maret 2651.88 2689.66 2239.73 2447.3 1285.48 1467.52 1244.87 1434.07

April 2463.74 2465.82 2167.65 2304.52 1434.07 1728.07 1434.07 1722.77

Mei 2333.56 2516.26 2322.19 2444.35 1722.77 1941.79 1701.99 1916.83

Juni 2447.63 2461.05 2316.43 2349.1 1917.45 2116.17 1888.82 2026.78

Juli 2361.48 2394.17 2129.4 2304.51 2026.88 2332.76 1992.38 2323.24

Agustus 2283.02 2283.02 2035.59 2165.94 2323.85 2411.9 2271.21 2341.54

September 2157.02 2168.8 1592.24 1832.51 2341.43 2482.85 2272.76 2467.59

Oktober 1766.94 1766.94 1089.34 1256.7 2467.9 2559.67 2235.39 2367.7

November 1281.51 1430.72 1102.67 1241.54 2365.65 2494.82 2294.56 2415.84

Desember 1240.85 1376.1 1177.86 1355.41 2416.04 2542.5 2413 2534.36 Sumber: http://www.idx.com

Di tengah krisis global, bursa saham secara global mengalami tekanan. Secara keseluruhan IHSG sepanjang tahun 2008 cukup memprihatinkan. Walaupun IHSG sempat mencapai rekor tertinggi pada Januari 2008 di level 2838.48 yang disebabkan meroketnya harga saham tambang yang mengikuti kenaikan harga minyak dunia. Namun memasuki triwulan IV yakni di bulan Oktober 2008, IHSG mengalami keterpurukan di posisi terendahnya di level 1089.34. Ini disebabkan karena krisis


(23)

yang melanda pasar finansial global dan kasus gagal bayar Group Bakrie. Namun di penghujung tahun 2008 pada penutupan perdagangan saham Desember 2008 IHSG naik menjadi 1355.41 (www.reksadanainfo.com).

Memasuki awal tahun 2009 merupakan awal yang baik bagi perekonomian global. Namun mendekati akhir tahun terjadi krisis finansial Timur Tengah yang terjadi di Dubbai, Uni Emirat Arab (U.A.E). Diawal bulan Maret 2009 secara keseluruhan pasar modal global berada di level terbawah yaitu 1244.87 akibat paket stimulus yang diluncurkan oleh hampir semua negara dalam upaya memerangi krisis yang terjadi. IHSG dibuka pada level 1377.45 di awal tahun secara keseluruhan bergerak naik sampai akhir bulan November 2009. IHSG sempat menguat ke level tertingginya di level 2559.67 di bulan Oktober 2009 dan ditutup pada level 2534.36 pada akhir Desember (www.vibizmanagement.com).

Melihat perkembangan pasar modal yang dikaitkan dengan krisis moneter dan krisis ekonomi global yang melanda di tahun 2008-2009 telah memberi tantangan yang sangat berat bagi perusahaan-perusahaan termasuk perusahaan go publik di Indonesia. Saham perusahaan sebagai komoditi investasi tergolong berisiko tinggi karena sifat komoditinya sangat peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi baik perubahan di luar negeri maupun di dalam negeri. Tingginya harga saham yang diperdagangkan di bursa efek menunjukkan adanya permintaan yang bertambah terhadap harga saham. Bertambahnya permintaan akan saham suatu perusahaan menggambarkan posisi keuangan cukup kuat dengan prospek jangka panjang yang


(24)

baik namun sebaliknya harga saham akan semakin menurun bila permintaan akan saham tersebut menurun.

Pergerakan harga saham di bursa efek umumnya diramalkan pemodal dan pialang dengan analisis teknik dan fundamental. Analisis teknik adalah merupakan metode peramalan gerak harga saham, indeks atau instrumen keuangan lainnya dengan menggunakan grafik berdasarkan data historis. Sedangkan analisis fundamental adalah metode peramalan harga saham dengan mempelajari kinerja keuangan. Analisis fundamental menganggap bahwa harga saham merupakan refleksi dari nilai suatu perusahaan yang bersangkutan. Ang (1997) menyatakan bahwa analisis fundamental didasarkan pada analisis keuangan yang tercermin dalam rasio-rasio keuangan yang terdiri dari 5 (lima) rasio-rasio yaitu rasio-rasio likuiditas, rasio-rasio rentabilitas (profitabilitas), rasio solvabilitas (solvency), rasio pasar dan rasio aktivitas. Rasio rentabilitas (profitabilitas) diantaranya return on assets (ROA), rasio solvabilitas diantaranya debt to equity ratio (DER) dan rasio pasar diantaranya earning per share (EPS).

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti mengenai pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap harga saham menunjukkan hasil yang kontradiktif. Penelitian Djazuli (2006), Sasangko dan Wulandari (2006) menyatakan EPS berpengaruh terhadap harga saham sedangkan ROA tidak berpengaruh terhadap harga saham. Sedangkan Sembiring (2008) menyatakan bahwa ROA berpengaruh terhadap harga


(25)

saham. Nainggolan (2008) menyatakan bahwa ROA dan DER tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Tujuan investor menginvestasikan dananya di pasar modal adalah untuk memperoleh imbalan atau pendapatan dari dana yang diinvestasikan. Bagi investor yang menginvestasikan dananya pada saham suatu perusahaan bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang berupa capital gain dan dividen. Capital gain adalah pendapatan yang diperoleh karena jual saham yang lebih tinggi daripada harga beli, pendapatan ini baru diperoleh jika saham dijual kembali. Dividen adalah pendapatan yang diperoleh setiap periode selama saham masih dimiliki. Oleh karena itu perusahaan yang go public mempunyai kewajiban untuk memberikan informasi mengenai kinerjanya kepada investor dalam bentuk laporan keuangan dan pengumuman besarnya dividen yang dibayar. Dividen tunai merupakan bentuk pembayaran dividen yang paling banyak digunakan oleh emiten untuk membagikan sebagian labanya kepada pemegang saham. Kebijakan dividen tunai sebuah perusahaan memiliki dampak penting bagi banyak pihak yang terlibat di masyarakat (Suharli, 2007). Bagi pemegang saham atau investor dividen tunai merupakan tingkat pengembalian investasi mereka berupa kepemilikian saham yang diterbitkan perusahaan lain. Kebijakan dividen tunai yang cenderung membayarkan dividen dalam jumlah relatif besar akan mampu memotivasi calon investor untuk membeli saham perusahaan. Bertambahnya permintaan akan saham menggambarkan bahwa posisi keuangan cukup kuat dengan prospek jangka panjang yang baik. Perusahaan


(26)

yang memiliki kemampuan membayar dividen diasumsikan masyarakat sebagai perusahaan yang memiliki kredibilitas.

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006-2009. Alasan peneliti memilih perusahaan manufaktur sebagai objek peneliti dikarenakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI terdiri dari berbagai sub sektor industri sehingga mencerminkan reaksi pasar modal secara keseluruhan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya dan hasil beberapa penelitian terdahulu yang bervariatif tersebut menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh Return On Assets (ROA), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham dengan dividen tunai sebagai variabel moderating pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah Return On Assets (ROA), Earning Per Share (EPS) dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara simultan maupun parsial? 2. Apakah dividen tunai yang dimiliki merupakan variabel moderating yang


(27)

Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER) dan harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dijelaskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menguji pengaruh Return On Assets (ROA) Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk menguji apakah variabel dividen tunai merupakan variabel moderating yang memperkuat atau memperlemah hubungan antara Return On Assets (ROA) Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER) dan harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi calon investor dan emiten, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan pada saat akan melakukan investasi dan bermanfaat di dalam mengelola usahanya. Dengan demikian tujuan perusahaan memaksimalkan nilai perusahaan dengan memaksimalkan harga saham dapat tercapai.

2. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dan sumber informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya.


(28)

3. Bagi akademisi, diharapkan dapat menambah perbendaharaan riset di akademisi di bidang akuntansi khususnya investasi di pasar modal.

1.5 Originalitas Penelitian

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Djazuli (2006) yang diambil dari jurnal Fordema Volume 6 No. 1, Juni 2006 yang berjudul “Pengaruh EPS, ROI dan ROE terhadap Perubahan Harga Saham pada Perusahaan Sektor Manufacturing pada Bursa Efek Jakarta”. Objek penelitian Djazuli (2006) semua perusahaan sektor manufacturing di Bursa Efek Jakarta tahun 2000-2004. Variabel independen yang digunakan adalah EPS, ROI dan ROE sedangkan variabel dependennya adalah harga saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan EPS, ROI dan ROE berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan secara parsial EPS dan ROE berpengaruh signifikan terhadap harga saham sedangkan ROI tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

Sifat dari penelitian terdahulu yaitu melihat hubungan antara EPS, ROI dan ROE terhadap harga saham. Berdasarkan argumentasi tersebut, peneliti tertarik melanjutkan penelitian terdahulu dengan menambahkan DER sebagai variabel independen dan dividen tunai sebagai variabel penguat untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh EPS, ROA, DER terhadap harga saham dengan dividen tunai sebagai variabel moderating pada perusahaan yang berbeda. Penelitian ini berbeda


(29)

dari penelitian terdahulu karena kondisi ekonomi yang relatif berbeda. Adapun perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sebagai berikut: a. Variabel independen yang digunakan. Variabel independen yang digunakan

dalam penelitian terdahulu adalah EPS, ROI, ROE sedangkan dalam penelitian ini variabel independennya adalah EPS, ROA, DER serta dividen tunai sebagai variabel penguat.

b. Periode pengamatan. Periode pengamatan pada penelitian terdahulu adalah tahun 2000-2004, sedangkan periode pengamatan pada penelitian ini adalah tahun 2006-2009.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Return On Assets

Return On Total Assets adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi. Istilah lain dari Return On Assets (ROA) adalah Return On Investment (ROI). Gitman (2003: 65) menyatakan bahwa Return On Total Assets (ROA) measures the overall effectiveness of management in generating profit with its available assets; also called the return on investment (ROI)”. Berdasarkan definisi tersebut bahwa return on total assets istilah lain dari return on investment yang mengukur tingkat efektivitas manajemen dalam menghasilkan laba dengan pemanfaatan dari aktiva yang dimiliki perusahaan. Sedangkan menurut Tandelin (2001: 40) return on assets menggambarkan sejauhmana kemampuan aset-aset yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba.

Return on total assets menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan, karena itu dipergunakan angka laba setelah pajak dan (rata-rata) kekayaan perusahaan. Rasio return on assets dinyatakan sebagai berikut:


(31)

Return On Assets = Laba bersih setelah pajak x 100 % Total aktiva

2.1.2 Earning Per Share

Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar tiap lembar saham dapat menghasilkan keuntungan untuk pemiliknya. Pendapatan per saham (earning per share) perusahaan biasanya menjadi perhatian pemegang saham/calon pemegang saham dan manajemen. EPS merupakan proxy bagi laba per saham perusahaan yang diharapkan dapat memberikan gambaran bagi investor mengenai bagian keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan memiliki suatu saham (Chandradewi, 2000: 17). Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan harapan akan memperoleh dividen atau capital gain. Laba biasanya menjadi dasar penentuan pembayaran dividen dan kenaikan nilai saham di masa mendatang (Prastowo, 2002: 93). Oleh karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik dengan angka EPS yang dilaporkan perusahaan.

Rasio EPS merupakan hasil bagi antara laba bersih setelah pajak yang tersedia bagi pemegang saham dengan jumlah lembar saham yang beredar. Rasio ini dinyatakan sebagai berikut:

Laba bersih setelah pajak

X 100 %

Jumlah lembar saham yang beredar


(32)

2.1.3 Debt to Equity Ratio

Pada dasarnya perusahaan tidak dapat menghindarkan diri dari hutang sehingga kalangan praktisi berpendapat bahwa hutang justru merupakan salah satu ciri dari perusahaan modern. Untuk mengukur seberapa besar peranan penggunaan hutang dibandingkan dengan modal sendiri dipergunakan DER. Menurut Syamsuddin (2001: 54) DER adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara jumlah hutang dengan jumlah modal sendiri yang diberikan pemilik perusahaan. Angka hutang yang dihitung merupakan total hutang baik hutang jangka panjang maupun hutang jangka pendek sedangkan angka equity menunjukkan total modal sendiri yang berasal dari pemilik/pemegang saham perusahaan dan laba ditahan. Rasio ini dinyatakan sebagai berikut:

Total Utang

x 100 %

Total Ekuitas

2.1.4 Kebijakan Dividen

2.1.4.1 Pengertian dan tujuan pembagian dividen

Dividen adalah nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan yang disimpan sebagai cadangan bagi perusahaan (Ang, 1997). Pengumuman dividen merupakan salah satu informasi yang akan direspon oleh pasar. Pengumuman dividen dan pengumuman laba pada periode sebelumnya adalah dua jenis pengumuman yang paling sering digunakan oleh para manajer untuk menginformasikan prestasi dan prospek perusahaan. Informasi yang diberikan pada


(33)

saat pengumuman dividen lebih berarti daripada pengumuman earning. Bagi para investor, dividen merupakan hasil yang diperoleh dari saham yang dimiliki, selain capital gain yang didapat apabila harga jual saham lebih tinggi dibanding harga belinya. Dividen tersebut didapat dari perusahaan sebagai distribusi yang dihasilkan dari operasi perusahaan. Dalam pembayaran dividen, perusahaan dapat menggunakan bentuk-bentuk tertentu pembayaran dividen. Dividen dapat dibayarkan dalam bentuk dividen tunai (cash dividend), dividen dalam bentuk aktiva yang lain (property dividend), dividen dalam bentuk surat utang (notes), ataupun dividen dalam bentuk saham (stock dividend). Tujuan dari pembayaran dividen adalah

1. Untuk memaksimumkan kemakmuran bagi para pemegang saham, karena tingginya dividen yang dibayarkan akan mempengaruhi harga saham.

2. Untuk menunjukkan likuiditas perusahaan. Dengan dibayarkannya dividen, diharapkan kinerja perusahaan di mata investor bagus dan dapat diakui bahwa perusahaan mampu menghadapi gejolak ekonomi dan mampu memberikan hasil kepada investor.

3. Sebagian investor memandang bahwa resiko dividen adalah lebih rendah dibanding resiko capital gain.

4. Untuk memenuhi kebutuhan para pemegang saham akan pendapatan tetap yang digunakan untuk keperluan konsumsi.

5. Dividen dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara manajer dan pemegang saham.


(34)

2.1.4.2 Teori kebijakan dividen

Kebijakan dividen (dividend policy) adalah suatu keputusan untuk menentukan berapa besar bagian dari pendapatan perusahaan akan dibagikan kepada para pemegang saham dan akan diinvestasikan kembali (reinvesment) atau ditahan (retained) di dalam perusahaan. Ada beberapa teori yang digunakan sebagai landasan dalam menentukan kebijakan dividen untuk perusahaan. Sehingga dapat dijadikan pemahaman mengapa suatu perusahaan mengambil kebijakan dividen tertentu. Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut:

1. Irrelevance theory

Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai peruahaan maupun biaya modalnya. Menurut teori ini, kebijakan tidak mempengaruhi harga saham. Oleh karena itu kebijakan teori ini tidak relevan (irrelevant).

2. Bird in the hand theory

Kepercayaan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak penting secara langsung mengasumsikan bahwa investor harus menggunakan tingkat pengembalian yang sama apakah pendapatan datang melalui perolehan modal ataupun melalui dividen. Namun dividen lebih bisa diramalkan daripada perolehan modal, manajemen dapat mengontrol dividen tetapi tidak dapat mendikte harga saham. Investor kurang yakin menerima pendapat dari modal daripada dividen. Hal ini sesuai dengan bird in the hand theory yang dikemukakan oleh Gordon (1963)


(35)

bahwa pendapatan dividen mempunyai nilai yang lebih tinggi bagi investor daripada pendapatan modal karena dividen lebih pasti daripada pendapatan modal. Teori ini juga berpendapat bahwa investor menyukai dividen kas karena kas ditangan lebih bernilai daripada kekayaan dalam bentuk lain. Konsekuensinya harga saham perusahaan akan sangat ditentukan oleh besarnya dividen yang dibagikan. Dengan demikian semakin tinggi dividen yang dibagikan semakin tinggi pula nilai perusahaan.

3. Tax preference theory

Teori ini merujuk kepada pengenaan pajak yang diberlakukan bagi setiap investor yang mendapat capital gain dan dividen. Pada umumnya besarnya pajak yang diberlakukan berbeda, di mana pajak untuk dividen lebih besar dibanding pajak untuk capital gain. Selain itu pajak atas capital gain baru dapat dibayar jika capital gain telah direalisasikan. Dengan demikian apabila investor tidak segera merealisasikan capital gainnya berarti investor menunda pembayaran pajaknya.

Dalam keputusan pembagian dividen, perusahaan harus mempertimbangkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaannya. Laba yang diperoleh perusahaan pada umumnya tidak dibagikan seluruhnya sebagai dividen karena sebagian disisihkan untuk diinvestasikan kembali atau sebagian ditahan dalam retained earning. Besar kecilnya dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham


(36)

tergantung pada kebijakan dividen masing-masing perusahaan sehingga pertimbangan manajemen sangat diperlukan.

2.1.4.3 Dividen tunai

Dividen yang paling umum dibagikan perusahaan adalah bentuk kas. Yang perlu diperhatikan pimpinan perusahaan sebelum membuat pengumuman adanya dividen kas adalah apakah jumlah kas yang ada mencukupi untuk pembagian dividen tersebut. Ang (1997) menyatakan bahwa dividen tunai adalah merupakan dividen yang dibayar dalam bentuk tunai, sementara menurut Abdullah (2008: 8) dividen tunai merupakan bentuk pembayaran dividen yang paling banyak digunakan oleh emiten untuk membagikan sebagian labanya kepada pemegang saham. Pembayaran dalam bentuk tunai lebih banyak diinginkan investor daripada bentuk lainnya, karena pembayaran dividen tunai membantu mengurangi ketidakpastian dalam melaksanakan aktivitas investasinya pada suatu perusahaan.

Sementara menurut Wild et.al (2005) dividen tunai (cash dividend) merupakan distribusi kas kepada pemegang saham. Dividen ini merupakan jenis dividen yang paling umum dan pada saat diumumkan akan menjadi kewajiban bagi perusahaan. Cash dividend merupakan bentuk pembayaran dividen yang paling banyak digunakan oleh emiten untuk membagikan sebagian labanya kepada pemegang saham. Pembayaran dalam bentuk dividen tunai lebih banyak diinginkan investor daripada dalam bentuk lain, karena pembayaran dividen tunai membantu


(37)

mengurangi ketidakpastian dalam melaksanakan aktivitas investasinya pada suatu perusahaan.

Sebagai pihak di luar emiten, pemegang saham akan membutuhkan informasi keuangan untuk menentukan besarnya dividen yang akan diterima dalam priode tertentu. Informasi tersebut disajikan melalui laporan keuangan perusahaan yang ditunjukkan oleh rasio-rasio keuangan. Sementara bagi perusahaan emiten, pertimbangan yang digunakan untuk memutuskan pembagian dividen tunai tidaklah mudah. Perusahaan emiten mempunyai banyak pertimbangan yang kadangkala bertentangan dengan harapan pemegang saham, ini dikarenakan keputusan akhir pembagian dividen tunai berada sepenuhnya ditangan manajemen perusahaan. Adanya perbedaan pembagian dividen tunai oleh masing-masing perusahaan menunjukkan bahwa setiap perusahaan memiliki pertimbangan yang berbeda-beda dalam menentukan kebijakan dividen.

Dalam praktiknya, pembagian dividen tunai dibagi menjadi dua tahap, yaitu dividen interim dan dividen final. Dividen interim adalah dividen yang dibayarkan sebelum laporan keuangan tahunan berakhir dengan tujuan untuk memacu kinerja harga saham emiten di bursa. Dividen interim ini umumnya didasarkan pada kinerja emiten selama semester I dan dibagikan kepada pemegang saham pada kuartal III di tahun yang sama. Sedangkan dividen final adalah dividen yang dikeluarkan dari hasil pertimbangan pihak pemegang saham setelah melihat kinerja perseroan sepanjang tahun. Dividen final biasanya dibayarkan ditahun berikutnya setelah


(38)

mempertimbangkan besarnya dividen interim yang telah dibayarkan pada tahun sebelumnya. Periode pembagian dividen final biasanya dilakukan selama kuartal II. Karena dividen tunai merupakan salah satu unsur yang berdampak pada keuntungan yang diterima investor, maka harga saham biasanya akan cenderung naik menjelang cum date. Cum date adalah tanggal terakhir pemegang saham berhak memperoleh dividen tunai (www. google.com).

2.1.5 Dividend Information SignallingTheory

Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakikatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat, dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Menurut Jogiyanto (2000: 392), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan volume perdagangan saham. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi


(39)

tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham.

Informasi perubahan dividen akan diikuti oleh keinginan investor terhadap kemampuan laba perusahaan di masa yang akan datang yang menjadi pemicu perubahan nilai perusahaan (firm’s volution). Penman dalam Hasugian (2008) menyatakan bahwa penerbitan saham dan pembelian kembali saham yang dihubungkan dengan pengumuman dividen akan berdampak terhadap harga saham. Meningkatnya dividen maka akan memberikan signal baik yang mengandung arti bahwa nilai perusahaan akan baik di masa yang akan datang yang menyebabkan harga saham perusahaan meningkat di bursa, sebaliknya penurunan dividen akan memberikan signal buruk yang mengandung arti bahwa memburuknya nilai perusahaan yang menyebabkan harga saham mengalami penurunan di pasar bursa.

Dividend signaling theory berdasarkan pada asumsi bahwa dividen diperlukan untuk memberikan informasi positif dari manajer yang mempunyai informasi yang lengkap tentang kondisi perusahaan yang sebenarnya kepada investor yang miskin akan informasi tentang kondisi perusahaan yang sebenarnya. Hal ini terjadi karena adanya asymmetric information antara manajer dengan investor. Mulyati (2003) menyatakan Dividend signaling theory diperkenalkan oleh Ross (1977) kemudian dikembangkan oleh Bhattacharya (1979), Miller dan Rock (1985) serta John dan William (1985). Ross (1977) berpendapat bahwa manajer sebagai orang dalam yang mempunyai informasi yang lengkap tentang arus kas perusahaan, akan memilih untuk


(40)

menciptakan isyarat yang jelas mengenai masa depan perusahaan apabila mereka mempunyai dorongan yang tepat untuk melakukannya. Ross membuktikan bahwa kenaikan pada dividen yang dibayarkan dapat menimbulkan isyarat yang jelas kepada pasar bahwa prospek perusahaan telah mengalami kemajuan. Dikatakan oleh Ross, agar suatu isyarat bermanfaat harus memenuhi empat hal. Pertama, manajemen harus selalu mempunyai dorongan yang tepat untuk mengirimkan isyarat yang jujur, walaupun beritanya buruk. Kedua, isyarat dari suatu perusahaan yang sukses tidak mudah diterima oleh pesaingnya yang kurang sukses. Ketiga, isyarat itu harus mempunyai hubungan yang cukup berarti dengan kejadian yang dapat diamati (misalnya dividen yang lebih tinggi saat ini akan dihubungkan dengan arus kas yang tinggi di masa yang akan datang). Keempat, tidak ada cara menekan biaya yang lebih efektif dari pada pengiriman isyarat yang sama.

Selanjutnya Dividend signaling theory dikembangkan oleh Bhattacharya (1979) yaitu model yang dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan menggunakan dividen untuk memberikan isyarat walaupun menanggung kerugian saat melaksanakannya. Membagikan kas untuk pembayaran dividen merupakan hal yang mahal, karena perusahaan harus mampu menghasilkan kas yang cukup untuk mendukung pembayaran dividen secara tetap, dan karena kas dibayarkan untuk dividen maka akan mengurangi kesempatan berinvestasi dengan NPV positif. Namun demikian bagi perusahaan yang prospeknya bagus dapat mengganti biaya ini (pembayaran dividen) melalui pengeluaran saham secara bertahap dengan harga yang


(41)

semakin meningkat. Tetapi bagi perusahaan yang kurang sukses tidak dapat melakukan hal yang sama. Dengan demikian, memberikan isyarat melalui nilai dividen memberikan hasil yang positif.

Miller dan Rock (1985), John dan William (1985) juga mengembangkan teori tentang dividen sebagai isyarat. Miller dan Rock menjelaskan bahwa pengumuman dividen memberikan informasi penting untuk membentuk pendapatan perusahaan saat ini yang akhirnya menjadi dasar untuk memprediksi pendapatan-pendapatan di masa yang akan datang. Sedangkan John dan William menekankan pentingnya faktor pembayaran pajak pribadi atas pendapatan dividen, pada saat pembayaran dividen sebagai isyarat yang meyakinkan. Penggunaan dividen sebagai alat untuk mengirimkan isyarat yang nyata kepada pasar mengenai hasil kerja perusahaan pada masa mendatang merupakan cara yang tepat, walaupun mahal tetapi berarti. Hanya perusahaan yang prospeknya baik yang dapat melakukan ini. Sedangkan perusahaan-perusahaan yang tidak sukses sulit untuk meniru cara ini, karena perusahaan-perusahaan tersebut tidak mempunyai arus kas yang cukup untuk melakukannya. Dengan demikian pasar akan bereaksi terhadap perubahan dividen yang dibayarkan, karena pasar yakin bahwa pemberi isyarat adalah perusahaan yang sukses. Penelitian mengenai kandungan informasi dividen yang telah dilakukan terdahulu memberikan hasil yang berlainan, tetapi pada umumnya hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dividen mengandung informasi, artinya pengumuman perubahan dividen yang dibayarkan menyebabkan adanya reaksi harga saham.


(42)

Selanjutnya Sunariyah (2004) secara teoritikal membedakan pasar modal yang efisien kedalam tiga kategori sebagai berikut:

1. Hipotesis pasar modal bentuk lemah (The Weak Form Efficient Market Hypotesis). Suatu pasar modal dimana harga merefleksikan semua informasi harga historis. Harga saham sekarang dipengaruhi oleh harga saham masa lalu, lebih lanjut informasi masa lalu dihubungkan dengan harga saham untuk membantu menentukan harga saham sekarang.

2. Hipotesis pasar modal setengah kuat (The Semi Strong Form Efficient Market Hypotesis). Harga saham pada suatu pasar modal menggambarkan semua informasi yang dipublikasikan sampai ke masyarakat keuangan. Tujuannya adalah untuk meminimalkan ketidaktahuan mengenai operasi perusahaan, yang dimaksudkan untuk menjelaskan dan menggambarkan kebenaran nilai dari suatu efek yang dikeluarkan oleh suatu institusi.

3. Hipotesis pasar modal bentuk kuat (The Strong Form Efficient Market Hypotesis). Konsep pasar efisien bentuk kuat mengandung arti bahwa semua informasi direfleksikan dalam harga saham baik informasi yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan (non public atau private information).

Sendi pokok dalam gagasan dasar pasar efisien setengah kuat adalah bahwa semua partisipan pasar mengetahui informasi publik karena inti dari informasi yang terkandung dalam laporan arus kas tujuannya untuk dipublikasikan. Jika seperangkat informasi secara luas diketahui oleh partisipan pasar (publik) pada saat yang sama,


(43)

dan jika mereka sepakat dengan implikasi tersebut terhadap harga saham, persaingan akan menggerakkan harga pada pasar tersebut. Ini berarti para investor hanya bias berharap untuk mendapatkan keuntungan atas saham yang seimbang dengan resikonya. Sehubungan dengan informasi akuntasi seseorang tidak bisa mengharapkan pasar bereaksi kecuali jika informasi tersebut berguna. Informasi yang berguna dalam konteks ini adalah informasi yang relevan dan dapat dipercaya bagi pihak yang berkepentingan.

2.1.6 Harga Saham

Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham di mana porsinya sesuai dengan besarnya kepemilikan. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan (Tandelilin, 2001). Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006: 6) saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilik seorang atau badan hukum dalam suatu perusahaan atau perseorangan terbatas di mana porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Sedangkan menurut Fred dan Copeland (1999: 166) saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan, selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya (berapapun porsinya atau jumlahnya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut. Dari pengertian di atas


(44)

dapat disimpulkan bahwa saham adalah surat bukti kepemilikan seseorang terhadap suatu perusahaan. Menurut Jogiyanto (2003: 67) saham dapat dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu:

1. Saham Preferen

Merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa. Seperti obligasi yang membayarkan bunga atas pinjaman, saham preferen juga memberikan hasil yang tetap berupa dividen preferen. Dibandingkan saham biasa, saham preferen mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas dividen tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu, saham preferen dianggap mempunyai karakteristik di tengah-tengah antara obligasi dan saham biasa.

2. Saham Biasa

Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa mempunyai beberapa hak antara lain:

a. Hak kontrol yaitu hak pemegang saham biasa untuk memilih pimpinan perusahaan.

b. Hak menerima pembagian keuntungan yaitu hak pemegang saham biasa untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan.

c. Hak Prepentif yaitu hak pemegang saham untuk mendapatkan persentasi pemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham


(45)

untuk tujuan melindungi hak kontrol dari pemegang saham lama dan melindungi harga saham lama dari kemerosotan nilai.

3. Saham Treasurry

Merupakan saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk disimpan sebagai treasuri yang nantinya dapat dijual kembali.

Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya bahkan setiap detik harga saham dapat berubah-ubah. Oleh karena itu, investor harus mampu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh demand dan supply antara penjual dan pembeli. Semakin banyak investor yang tertarik membeli suatu saham perusahaan, maka harga saham tersebut cenderung akan bergerak naik. Demikian juga sebaliknya, semakin banyak investor yang menjual saham suatu perusahaan, maka harga saham tersebut cenderung akan bergerak turun. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal perusahaan. Faktor pertama adalah faktor internal merupakan faktor yang berhubungan dengan tingkat kinerja perusahaan yang dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan. Seperti besarnya dividen yang dibagi, kinerja manajemen perusahaan, prospek di masa yang akan datang, rasio utang dan equity. Faktor kedua adalah faktor eksternal yaitu hal-hal di luar kemampuan manajemen perusahaan untuk mengendalikannya, seperti munculnya gejolak politik, perubahan kurs, laju inflasi yang tinggi, tingkat suku


(46)

bunga deposito dan lain-lain. Secara umum harga saham dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu:

1. Harga Nominal

Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.

2. Harga Perdana

Harga ini merupakan harga pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana.

3. Harga pasar

Kalau harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa. Transaksi di sini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil


(47)

sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar.

Dalam penelitian ini, harga saham yang dimaksud adalah rata-rata harga saham 7 (tujuh) hari setelah publikasi laporan keuangan pada periode pengamatan. Laporan keuangan dapat menyajikan informasi yang relevan dengan model keputusan yang digunakan oleh investor dalam membuat keputusan buy, hold, atau sell saham. Suatu informasi dikatakan relevan bagi investor jika informasi tersebut mampu mempengaruhi keputusan investor untuk melakukan transaksi di pasar modal yang tercermin pada perubahan harga. Beaver menguji pengaruh pengumuman laporan keuangan terhadap volume transaksi dan pergerakkan harga saham. Periode studi tahun 1961-1965 dan menggunakan sampel sebanyak 143 perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan perubahan harga saham terjadi pada saat minggu pengumuman (minggu nol), yaitu meningkat sebesar 67% dibandingkan rata-rata non report period dan perubahan volume perdagangan meningkat sebesar 33% dibandingkan rata-rata non period report.

Husnan et al. (1996) meneliti dampak laporan keuangan terhadap kegiatan perdagangan saham dan variabilitas tingkat keuntungan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada tanggal pengumuman laporan keuangan, kegiatan perdagangan maupun variabilitas tingkat keuntungan lebih tinggi dibandingkan dengan periode di luar tanggal pengumuman. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Sadikin (2009) mengenai pengaruh publikasi laporan keuangan tahunan terhadap


(48)

harga saham dan volume perdagangan saham di Bursa Efek Jakarta tahun 1997. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya reaksi pasar berupa lonjakan harga saham dan volume perdagangan saham setelah publikasi laporan keuangan tahunan. Hal ini dikarenakan bahwa publikasi laporan keuangan tahunan melalui media massa maupun teknologi informasi seperti internet berguna bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal.

2.1.6.1 Penilaian saham

Analisa terhadap nilai saham merupakan langkah mendasar yang harus dilakukan oleh investor sebelum berinvestasi. Nilai saham dari suatu perusahaan dapat ditentukan berdasarkan nilai buku (book value), nilai pasar (market value) dan nilai intrinsik (intrinsic value). Nilai buku merupakan nilai yang tertera dalam neraca yang dihitung dengan cara membagi total seluruh ekuitas atau modal sendiri dengan jumlah lembar saham yang beredar (out standing shares). Nilai pasar merupakan harga jual saham di pasar. Sedangkan nilai intrinsik adalah harga yang ditentukan setelah mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai saham. Pedoman

yang digunakan untukmenentukan harga saham, yaitu:

a. Apabila NI lebih besar dari harga pasar saat ini maka saham tersebut dinilai harganya terlalu rendah (undervalued), sehingga saham tersebut harus dibeli atau dipertahankan jika sudah dimiliki.


(49)

b. Apabila NI lebih kecil dari harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinyatakan harganya terlalu mahal (overvalued). Saham yang dalam kondisi seperti ini harus segera dijual.

c. Apabila NI sama dengan harga pasar saat ini maka saham tersebut dinyatakan dalam kondisi keseimbangan.

2.1.6.1.1 Analisis teknikal dan analisis fundamental

Kenaikan dan penurunan harga saham di pasar modal membuat investor cenderung melakukan analisis harga saham untuk memilih saham yang bisa menghasilkan return yang baik, dan analisis yang digunakan investor dalam melakukan analisis harga saham, dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu analisis teknikal (eksternal perusahaan) dan analisis fundamental (internal perusahaan).

Analisis teknikal adalah salah satu analisis atau metode pendekatan yang mengevaluasi pergerakan suatu saham, valas, kontrak berjangka, indeks dan beberapa instrumen keuangan lainnya. Analisis ini pada dasarnya merupakan upaya untuk melakukan kapan akan membeli atau menjual saham dengan memanfaatkan indikator-indikator teknis seperti moving average, new highs and loss, volume perdagangan dan short interest ratio serta menggunakan analisis grafis. Sunariyah (2004) selanjutnya mengatakan bahwa analisis teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu maupun pasar


(50)

secara keseluruhan. Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan seperti: harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham gabungan dan individu serta faktor lain yang bersifat teknis. Menurut Halim (2005) analisis teknikal beranggapan bahwa harga suatu saham akan ditentukan oleh penawaran dan permintaan terhadap saham tersebut. Sehingga asumsi dasar yang berlaku dalam analisis ini adalah:

1. Harga saham ditentukan oleh interaksi penawaran dan permintaan.

2. Penawaran dan permintaan itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor baik yang rasional dan irasional.

3. Perubahan harga saham cenderung bergerak mengikuti tren tertentu. 4. Tren tersebut dapat berubah karena pergeseran penawaran dan permintaan. 5. Pergeseran penawaran dan permintaan dapat dideteksi dengan mempelajari

diagram dan perilaku dasar.

6. Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang kembali di masa mendatang.

Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan. Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham yang akan datang dengan (1) mengestimasi nilai-nilai faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, (2) menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Menurut Sunariyah (2004: 168) pendekatan yang digunakan untuk


(51)

menilai harga suatu saham adalah analisis fundamental. Merupakan pendekatan yang didasarkan pada anggapan bahwa saham memiliki nilai intrinsik diestimasikan oleh para analisis atau investor, nilai intrinsik merupakan suatu fungsi yang dikombinasikan untuk menghasilkan suatu return yang diharapkan dan resiko yang diharapkan pada saham tersebut. Sementara menurut Bodie (2006: 140) bahwa analisis fundamental selalu memulai penilaian harga saham dengan melihat kepada pembelajaran atas laba historis dan pengujian atas laporan keuangan suatu perusahaan.

2.2 Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping)

Berikut ini akan diuraikan beberapa tinjauan dari penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini adalah:

1. Djazuli (2006) yang meneliti Pengaruh EPS, ROA dan ROE terhadap Perubahan Harga Saham pada Perusahaan Sektor Manufacturing pada Bursa Efek Jakarta (BEJ). Variabel independen adalah EPS, ROA dan ROE. Sedangkan Variabel dependennya adalah Harga Saham. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa secara simultan EPS, ROA dan ROE berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan secara parsial EPS dan ROE berpengaruh signifikan terhadap harga saham sedangkan ROA tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.


(52)

2. Nainggolan (2008) meneliti mengenai Pengaruh Variabel Fundamental terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur di BEI. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA, DER, ROE dan BVS sedangkan variabel dependennya adalah harga saham. Hasil pengujian menyimpulkan bahwa secara simultan seluruh variabel independen tidak mempengaruhi pembentukan harga saham. Secara parsial hanya BVS yang berpengaruh terhadap harga saham.

3. Sasangko dan Wulandari (2006) meneliti Pengaruh EVA dan Rasio-rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur di BEJ untuk Periode 2001-2002. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA, ROE, ROS, EPS, BEP dan EVA sedangkan variabel dependennya adalah harga saham. Hasil pengujian menyimpulkan bahwa secara parsial hanya EPS berpengaruh terhadap harga saham.

4. Sembiring (2008) meneliti Pengaruh ROA dan EVA terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ Periode 2004-2006. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ROA dan EVA sedangkan variabel dependennya adalah return saham. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ROA dan EVA secara simultan berpengaruh terhadap return saham. Secara parsial ROA berpengaruh terhadap return saham sedangkan EVA tidak berpengaruh terhadap return saham.


(53)

5. Sianipar (2004) yang meneliti Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Harga Saham Industri Perbankan di Indonesia. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ROA, CAR, EPS, ROE dan NPM sedangkan variabel dependennya adalah harga saham. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa secara simultan seluruh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial hanya ROA yang tidak berpengaruh terhadap harga saham.

6. Haryano dan Sugiharto (2003) yang meneliti Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham pada Perusahaan Industri Minuman di Bursa Efek Jakarta. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ROA, ROE dan NPM sedangkan variabel dependennya adalah harga saham. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa ROA dan NPM tidak berpengaruh terhadap harga saham sedangkan ROE berpengaruh positif terhadap harga saham.


(54)

Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Nama/Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1 2 3 4 Abid Djazuli (2006) Susan Grace Nainggolan (2008) Sasangko dan Wulandari (2006) Abdi Satria Sembiring (2008)

Pengaruh EPS, ROA dan ROE terhadap

perubahan harga

saham pada

perusahaan sektor manufacturing pada Bursa Efek Jakarta

Pengaruh Variabel Fundamental

terhadap Harga

Saham Perusahaan

Manufaktur yang

Terdaftar di BEI

Pengaruh EVA dan Rasio-Rasio

Profitabilitas

terhadap harga

saham perusahaan

manufaktur di BEJ untuk periode 2001-2002

Pengaruh ROA dan

EVA terhadap

return saham pada perusahaan

manufaktur di BEJ Periode 2004-2006.

Variabel dependen : harga saham

Variabel independen : EPS, ROA dan ROE

Variabel dependen : harga saham

Variabel independen : ROA, DER, ROE, BVS

Variabel dependen : harga saham

Variabel independen : EVA, ROA, ROE, ROS, EPS, BEP

Variabel dependen : Perubahan return saham

Variabel independen : ROA dan EVA

Secara simultan EPS,

ROA dan ROE

berpengaruh signifikan

terhadap harga saham, Secara parsial EPS dan

ROE berpengaruh

signifikan terhadap harga saham sedangkan ROA tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

Secara simultan seluruh variabel independen tidak mempengaruhi

pembentukan harga saham. Secara parsial hanya BVS yang berpengaruh terhadap harga saham.

Secara simultan seluruh

variabel independen

berpengaruh terhadap

harga saham.

Secara parsial hanya EPS yang berpengaruh terhadap harga saham

Secara parsial ROA berpengaruh terhadap return saham sedangkan EVA tidak berpengaruh terhadap return saham Secara simultan ROA dan EVA berpengaruh terhadap return saham


(55)

5 6. Ardin Sianipar (2004) Haryanto dan Sugiharto (2003) Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Harga Saham Industri Perbankan di Indonesia Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan industri minuman di Bursa Efek Jakarta

Variabel dependen : harga saham

Variabel independen : ROA, CAR, EPS, ROE, Net Interest Margin

Variabel dependen : harga saham

Variabel independen : ROA, ROE, NPM

Secara simultan semua faktor fundamental berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial hanya ROA yang tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Secara simultan ROA dan NPM tidak berpengaruh terhadap harga saham

Secara parsial ROE

berpengaruh positif

terhadap harga saham Lanjutan Tabel 2.1


(56)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep untuk menggambarkan pengaruh antara Return On Assets (ROA), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham dengan Dividen Tunai sebagai Variabel Moderating pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual

Earning Per Share

(X2)

Debt o Equity Ratio (X3)

Return On Asset (X1)

Harga Saham (Y)

Dividen Tunai (Z) H1


(57)

Kerangka konseptual menunjukkan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen serta variabel moderating (penguat). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Harga Saham (Y) sedangkan variabel independen terdiri dari Return On Asset (X1), Earning Per Share (X2), Debt to Equity Ratio (X3) dan Dividen Tunai (Z) sebagai variabel moderating.

Harga saham yang terjadi di pasar modal selalu mengalami perubahan setiap harinya hal ini disebabkan oleh perubahan penilaian masyarakat terhadap nilai saham perusahaan yang bersangkutan. Sebelum melakukan investasi dalam bentuk pembelian saham, para investor memerlukan informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sebagai bahan dasar-dasar pertimbangan yang dijadikan pedoman agar keputusan yang diambil tersebut dapat memberikan keuntungan dengan mengurangi resiko. Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham. Selain informasi, investor juga perlu melakukan analisis dan penilaian saham di pasar modal menggunakan 2 (dua) pendekatan yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal, kedua analisis ini secara bersama-sama akan membentuk kekuatan pasar dengan interaksi antara permintaan dan penawaran yang berpengaruh terhadap transaksi saham perusahaan. Harga saham akan berfluktuasi sesuai dengan permintaan dan penawaran, akan tetapi kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan pembagian dividen tunai juga akan mempengaruhi


(58)

reaksi investor atau calon investor untuk membeli, menjual atau menahan sahamnya. Reaksi investor dalam membeli, menjual atau menahan saham inilah yang akhirnya akan membuat harga saham berubah-ubah.

Salah satu kebijakan yang harus diambil oleh manajemen perusahaan adalah memutuskan apakah laba yang diperoleh oleh perusahaan selama satu periode akan dibagi semua atau dibagi sebagian untuk dividen dan sebagian lagi tidak dibagi dalam bentuk laba ditahan. Selain sebagai pengembalian uang kepada investor, pembagian dividen juga dapat digunakan sebagai sinyal kepada publik mengenai kondisi masa depan keuangan perusahaan. Oleh sebab itu setelah dividen suatu perusahaan diumumkan, harga saham perusahaan tersebut akan berubah sebagai akibat reaksi investor terhadap sinyal yang diperoleh dari pengumuman dividen. Ginting (1999) dalam Swary (1980) mengatakan bahwa harga saham cenderung naik jika dividen yang diumumkan ternyata meningkat dibandingkan dengan dividen periode sebelumnya dan cenderung menurun jika dividen yang diumumkan ternyata lebih kecil daripada periode sebelumnya. Penelitian Patel dan Wolfson (1984) menunjukkan beberapa menit sejak dividen diumumkan, pasar akan menunjukan reaksi atas pengumuman tersebut.

Kebijakan dividen merupakan salah satu keputusan penting dalam kaitannya dengan usaha untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Kebijakan dividen yang optimal (optimal dividend policy) adalah kebijakan yang menciptakan keseimbangan


(59)

diantara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang yang memaksimumkan harga saham (http://deden08m.wordpress.com).

Hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen dan variabel moderating dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Hubungan antara Return on Assets terhadap Harga Saham

Return On Asset menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dengan menggunakan aset yang dimiliki. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) selain menilai keefisienan perusahaan dalam memanfaatkan aktiva ROA juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. Semakin tinggi ROA maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut makin diminati investor. Hal ini akan berdampak terhadap harga saham.

b. Hubungan antara Earning Per Share terhadap Harga Saham

EPS menunjukkan kemampuan setiap lembar saham dalam menciptakan laba dalam satu periode pelaporan keuangan. Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagi kepada semua pemegang saham. EPS merupakan salah satu hal utama yang diperhatikan sebelum membuat keputusan investasi di suatu perusahaan karena investor


(60)

tentunya mengharapkan pengembalian dari investasinya sehingga investor akan lebih tertarik untuk berinvestasi di perusahaan yang mempunyai EPS yang tinggi. Menurut Darmastuti (2004: 17, 18) apabila EPS perusahaan tinggi akan semakin banyak investor yang mau membeli saham tersebut sehingga menyebabkan harga saham tinggi, sedangkan menurut Tjiptono dan Fakhruddin (2001) menyatakan semakin tinggi nilai EPS akan mengembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Jika dikaitkan dengan harga saham, semakin tinggi EPS suatu perusahaan akan menyebabkan harga saham perusahaan tersebut cenderung bergerak naik.

c. Hubungan antara Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham

DER menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Menurut Farchan dan Sunarto (2002: 72) dengan meningkatnya harga DER maka beban perusahaan kepada pihak kreditur juga akan meningkat sehingga harapan tingkat pengembalian pemegang saham semakin kecil. Jika dihubungkan dengan harga saham kecenderungan yang terjadi adalah semakin rendahnya harga nilai DER semakin tinggi harga saham. Meningkatnya DER terhadap perusahaan menjadi buruk dan secara otomatis mempengaruhi harga saham di pasar.


(61)

3.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual yang telah digambarkan dan dijelaskan sebelumnya, maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut:

H1 : ROA, EPS dan DER berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H2 : Dividen tunai merupakan variabel moderating yang memperkuat atau memperlemah hubungan ROA, EPS dan DER terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(62)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian asosiatif causal dengan menggunakan jenis data kuantitatif. Menurut Umar (2003: 30) penelitian asosiatif causal adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Jenis penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh Earning Per Share (EPS), Return On Assets (ROA) dan Debt Equity Ratio (DER) terhadap harga saham dengan dividen tunai sebagai variabel moderating pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar

pada Bursa Efek Indonesia yang berlokasi di Jakarta. Sumber data diperoleh melalui Indonesian Capital market directory, website resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id dan situs http://finance.yahoo.com. Ditetapkan Bursa Efek Indonesia sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan karena Bursa Efek Indonesia merupakan pusat penjualan saham perusahaan yang go public di Indonesia.


(1)

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Correlations Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant) -.440 .491 -.896 .372

Ln_ROA .162 .112 .068 1.444 .151 .577 .127 .053 .601 1.664

Ln_EPS .966 .051 .871 18.917 .000 .907 .858 .695 .636 1.572

Ln_DER .137 .088 .059 1.556 .122 -.040 .136 .057 .931 1.074

a. Dependent Variable: Ln_DC

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue Condition Index

Variance Proportions

(Constant) Ln_ROA Ln_EPS Ln_DER

1 1 3.061 1.000 .00 .01 .01 .03

2 .775 1.988 .00 .01 .00 .87

3 .151 4.502 .00 .20 .20 .06

4 .013 15.180 1.00 .79 .79 .05


(2)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value .6162 9.0403 4.2844 1.73511 132

Std. Predicted Value -2.114 2.741 .000 1.000 132

Standard Error of Predicted Value .074 .307 .134 .040 132

Adjusted Predicted Value .5418 8.9287 4.2793 1.73270 132

Residual -3.28541 2.24619 .00000 .79284 132

Std. Residual -4.096 2.800 .000 .988 132

Stud. Residual -4.125 2.848 .003 1.003 132

Deleted Residual -3.33253 2.32383 .00515 .81722 132

Stud. Deleted Residual -4.413 2.932 .000 1.020 132

Mahal. Distance .123 18.208 2.977 2.539 132

Cook's Distance .000 .070 .008 .013 132

Centered Leverage Value .001 .139 .023 .019 132

a. Dependent Variable: Ln_DC


(3)

(4)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 132

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .79283542

Most Extreme Differences Absolute .091

Positive .042

Negative -.091

Kolmogorov-Smirnov Z 1.047

Asymp. Sig. (2-tailed) .223

a. Test distribution is Normal.


(5)

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Correlations Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant) .499 .318 1.571 .119

Ln_ROA .047 .073 .071 .641 .523 .122 .057 .055 .601 1.664

Ln_EPS .044 .033 .145 1.345 .181 .174 .118 .116 .636 1.572

Ln_DER .093 .057 .145 1.627 .106 .114 .142 .140 .931 1.074

a. Dependent Variable: Abs_glj

2. Uji Residual Tahap Kedua

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Abs_res .5909 .52613 132

Ln_HGS 7.7232 1.64677 132

Correlations

Abs_res Ln_HGS

Pearson Correlation Abs_res 1.000 .186

Ln_HGS .186 1.000

Sig. (1-tailed) Abs_res . .016

Ln_HGS .016 .

N Abs_res 132 132


(6)

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 Ln_HGSa . Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Abs_res

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .186a .035 .027 .51890 1.732

a. Predictors: (Constant), Ln_HGS

b. Dependent Variable: Abs_res

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.258 1 1.258 4.672 .032a

Residual 35.004 130 .269

Total 36.262 131

a. Predictors: (Constant), Ln_HGS

b. Dependent Variable: Abs_res

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Correlations Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant) .131 .217 .604 .547

Ln_HGS .060 .028 .186 2.162 .032 .186 .186 .186 1.000 1.000


Dokumen yang terkait

Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

7 135 69

Analisis Pengaruh Debt to Equity Ratio, Earning Per Share, Return on Assets dan Status Penanaman Modal Terhadap Harga Saham Perusahaan Retail yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 80 93

Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Assets Turn Over, Return On Equity, dan Earning Per Share terhadap Harga Saham pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 74 95

ANALISIS PENGARUH CURRENT RATIO, RETURN ON ASSETS, DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP PRICE EARNING RATIO (PER) (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

0 16 19

Pengaruh faktor fundamental perusahaan terhadap beta saham syariah (studi pada Jakarta Islamic Index tahun 2004-2010)

1 8 168

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS), DEBT TO EQUITY RATIO (DER) DAN RETURN ON EQUITY (ROE) TERHADAP HARGA SAHAM Pengaruh Earning Per Share (EPS), Debt To Equity Ratio (DER) Dan Return On Equity (RCE) Terhadap Harga Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan Manuf

0 3 17

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS), DEBT TO EQUITY RATIO (DER) DAN RETURN ON EQUITY (ROE) TERHADAP HARGA SAHAM (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2007-2011)

0 0 7

PENGARUH EARNING PER SHARE, RETURN ON EQUITY DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 1 9

Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Analisis Pengaruh Debt to Equity Ratio, Earning Per Share, Return on Assets dan Status Penanaman Modal Terhadap Harga Saham Perusahaan Retail yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12