Profil dan Panduan Pelaksanaan Program ICT Pura

KOMINFO

Profil dan Panduan Pelaksanaan Program ICT Pura

GERAKAN PEMETAAN, PENGHITUNGAN INDEKS, DAN PENGHARGAAN TERHADAP KOTA/KABUPATEN DIGITAL DI REPUBLIK INDONESIA

V e r s i 1 . 6 0 – O k t o b e r 2 0 1 1

Profil dan Panduan Pelaksanaan Program ICT Pura

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PENYELENGGARAAN POS DAN INFORMATIKA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Program ICTPURA, perlu

menetapkan

Direktur Jenderal Penyelenggaraaan Pos dan Informatika tentang Profil dan Panduan Pelaksanaan Program ICTPURA;

Peraturan

Mengingat : 1. Undang-­‐Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang

Telekomunikasi

Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3881);

(Lembaran

2. Undang-­‐undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran negara Republik Indonesia Nomor 4252);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang

Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3980);

Penyelenggaraan

4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;

6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 2/M Tahun 2011 tentang Pengangkatan Pejabat Struktural Eselon I Kementerian Komunikasi dan Informatika;

7. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor

17/P/M.Kominfo/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Komunikasi dan Informatika;

8. Keputusan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan

Informatika

Nomor

9. Keputusan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan

Informatika

Nomor 194

/KEP/DJPPI/KOMINFO/

/2011 tentang Penambahan Anggota Tim Pelaksana Program ICTPURA dan Pembentukan Tim Survey ICTPURA;

INFORMATIKA TENTANG PROFIL DAN PANDUAN PELAKSANAAN PROGRAM ICTPURA.

PERTAMA : Menetapkan Dokumen Profil dan Panduan Pelaksanaan Program ICTPURA, yang selanjutnya disebut Panduan, sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan ini.

KEDUA : Panduan sebagaimana dimaksud pada diktum PERTAMA dipergunakan sebagai acuan kerja pelaksanaan Program ICTPURA bagi Tim Pelaksana Program ICTPURA.

KETIGA : Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan bahwa apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Peraturan ini akan diadakan pembetulan seperlunya.

Ditetapkan di : Jakarta pada tanggal : 20 Oktober 2011

DIREKTUR JENDERAL PENYELENGGARAAN POS DAN INFORMATIKA,

Ttd. SYUKRI BATUBARA

Salinan Peraturan Dirjen PPI ini disampaikan kepada Yth.:

1. Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika;

2. Inspektur Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika;

3. Sekretaris Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika;

4. Yang bersangkutan.

Pesatnya perkembangan dan kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) serta meluasnya perkembangan infrastruktur informasi global, telah merubah pola dan tata cara kegiatan bisnis perdagangan dan pemerintahan.

Konsekuensi logis dari fenomena tersebut telah berdampak positif terhadap perkembangan TIK. Dalam konteks Indonesia, perkembangan ini telah memberikan manfaat yang signifikan bagi kemajuan bangsa dan peningkatan daya saing nasional. Sedangkan dalam konteks global, negara-­‐negara di dunia secara berkesinambungan terus berbenah dan mempersiapkan diri untuk dapat sesegera mungkin menjadi komunitas digital yang siap menghadapi berbagai tantangan perubahan.

Hal ini tidak terlepas dari peran TIK yang semakin signifikan seiring dengan transformasi kehidupan masyarakat dunia kearah information society. TIK saat ini telah menjadi salah satu infrastruktur utama dalam kehidupan masyarakat modern layaknya listrik, air, dan jalan. TIK berperan pula sebagai sumber daya produksi dan konsumsi manusia sekaligus sebagai peranti pendukung dan enabler dalam pelaksanaan kegiatan sehari-­‐hari baik yang bersifat pemerintahan, industri, organisasi, maupun kemasyarakatan.

Sebagai salah satu upaya meningkatkan pembangunan di bidang TIK dalam konteks nasional, maka perlu hadir sebuah pemicu sekaligus pemacu agar perkembangan TIK di seluruh wilayah Indonesia dapat terus ditingkatkan. Pencapaian pembangunan TIK yang dilakukan oleh seluruh stakeholder yang terlibat perlu untuk diberikan apresiasi dan penghargaan.

Kehadiran program ICT Pura ini, dengan tidak mengenyampingkan berbagai program dan penghargaan lain di bidang TIK yang telah ada sebelumnya, diupayakan sebagai suatu gerakan bersama seluruh komponen bangsa dalam memetakan, mengukur, dan mengapresiasi kota-­‐kota dan kabupaten-­‐kabupaten di nusantara terkait dengan kesiapan yang bersangkutan dalam memasuki era digital.

Semoga penerbitan buku ini pada khususnya, dan pelaksanaan program ICT Pura pada umumnya, dapat menjadi kontribusi positif bagi peningkatan pembangunan sektor TIK Indonesia.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan, petunjuk dan lindungan-­‐Nya kepada kita sekalian.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

Ttd.

TIFATUL SEMBIRING

Berkaca pada berbagai konsep pemetaan indikator bidang TIK yang sudah ada, segenap unsur pemerintah yang difasilitasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika serta unsur masyarakat yang diwakili oleh sejumlah asosiasi TIK telah berinisiatif menelurkan program “ICT Pura”. Pemilihan frasa ICT Pura adalah pemaknaan dari “Kota TIK” atau dalam bahasa asingnya sebagai “Digital City” yaitu sebuah kota yang berhasil mengelola TIK dengan baik sehingga memberikan kontribusi manfaat yang signifikan terhadap sistem kehidupan masyarakatnya.

Sejalan dengan maksud tersebut, program ICT Pura dirancang untuk memenuhi sejumlah obyektif utama, yaitu untuk mengetahui tingkat kesiapan setiap Kabupaten dan Kota dalam menghadapi era ekonomi digital yang akan dimulai pada tahun 2015, untuk mengukur besaran gap riil antara target dan kondisi sebenarnya pada setiap Kabupaten dan Kota agar dapat disusun strategi nasional untuk menghasilkan solusi, serta untuk memberikan motivasi, dukungan, insentif, dan apresiasi bagi Kabupaten dan Kota yang bekerja keras dan mempersiapkan diri dalam menghadapi era masyarakat digital melalui beragam program pembangunan dan penerapan TIK di wilayahnya masing-­‐masing.

Guna mencapai tujuan-­‐tujuan tersebut, program ICT Pura dikemas menjadi 3 (tiga) domain kegiatan yang terdiri dari pemetaan entitas, penghitungan indeks, dan pemberian apresiasi ICT Pura.

Kelahiran ICT Pura ini diharapkan dapat mengilustrasikan situasi kesiapan daerah yang sesungguhnya dalam menghadapi tantangan pengembangan TIK, termasuk mengukur besaran digital divide (kesenjangan digital) antar daerah. Sehingga dari kondisi riil tersebut akan dipetakan kekuatan, kelemahan, tantangan, dan peluang dapat disusun strategi pemecahan masalah serta optimalisasi hasil yang telah dicapai.

Sumbangsih dari seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan program ICT Pura ini dapat menjadi upaya signifikan dalam pembangunan masyarakat informasi Indonesia dan memberikan manfaat nyata di tengah-­‐tengah masyarakat. Program ICT Pura ini adalah sebuah “rumah tumbuh”, artinya dimulai dari yang sederhana pada tahun 2011, lalu perlahan berkembang semakin komprehensif dan detail pada tahun-­‐tahun berikutnya.

Akhir kata, “tak ada gading yang tak retak”, seberapapun besarnya usaha baik material maupun imaterial yang sudah dicurahkan untuk program ICT Pura ini, tentu masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dapat disampaikan agar pelaksanaan ICT Pura akan semakin baik.

DIREKTUR JENDERAL PENYELENGGARAAN POS DAN INFORMATIKA

Ttd. SYUKRI BATUBARA

Dokumen ini adalah milik bersama seluruh masyarakat Indonesia. Disusun dan dikembangkan secara kolektif oleh segenap pemerhati, akademisi, praktisi, birokrat, pakar, penggiat, dan masyarakat teknologi informasi dan komunikasi yang tersebar di seluruh wilayah nusantara sebagai rasa keperdulian dan kecintaan terhadap perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di tanah air.

Dokumen ini ditujukan untuk membantu pemerintah dan masyarakat dalam usahanya untuk melihat kesiapan setiap kota/kabupaten di Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam memasuki abad ke-­‐21, yang ditandai dengan fenomena digitalisasi pada berbagai bidang serta sektor kehidupan.

Dokumen ini secara khusus dirancang untuk memenuhi 3 (tiga) obyektif utama di tahun 2011, yaitu: (i) memetakan kondisi riil setiap daerah basis pengamatan yang dipilih terkait dengan sejumlah aspek/komponen teknologi informasi dan komunikasi; (ii) menghitung indeks kesiapan daerah basis pengamatan dalam memasuki atau menjawab tantangan abad digital; dan (iii) memeringkat kesiapan wilayah basis pengamatan berdasarkan kategori tertentu sebagai dasar pemberian apresiasi/penghargaan dari pemerintah pusat.

Dokumen ini merupakan “dokumen hidup”, dalam arti kata senantiasa diperbaiki, direvisi, dan dikembangkan dari masa ke masa mengikuti perubahan dan dinamika jaman. Agar terekam dengan baik dan teratur, maka proses pemberian kode versi dilakukan oleh Tim ICT Pura yang secara periodik mengadakan pertemuan pleno yang dikoordinasi oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.

Dokumen ini pada dasarnya bersifat terbuka, dimana setiap insan di tanah air memiliki hak yang sama dalam menggunakan dan memanfaatkannya. Siapa saja dapat menyadur sebagian maupun seluruh isi dokumen ini sejauh dicantumkan sumbernya. Usaha untuk memperbanyak dan mendistribusikannya di kalangan masyarakat dapat dilakukan sewaktu-­‐waktu tanpa harus memohon ijin terlebih dahulu sejauh tidak dikomersialkan keberadaannya.

Dokumen ini akan segera dapat diperoleh dalam bentuk format elektronik yang dapat diunduh sewaktu-­‐waktu dari berbagai situs resmi anggota inti Tim ICT Pura yaitu

Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemkominfo), Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Detiknas), Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII), dan Asosiasi Perguruan Tinggi dan Informatika se-­‐ Indonesia (APTIKOM).

Tertanda,

Tim ICT Pura

Editor Ahli: Prof. Richardus Eko Indrajit

STEERING COMMITTEE

Pembina

(Menteri Kemkominfo) Pengarah

: Tifatul Sembiring

: Syukri Batubara

(Dirjen PPI Kemkominfo)

: Basuki Yusuf Iskandar

(Sekjen Kemkominfo)

(Dirjen AI Kemkominfo) Penanggung Jawab : Sutarman

: Aswin Sasongko

(Sekditjen PPI Kemkominfo

ORGANIZING COMMITTEE

Ketua

(APTIKOM) Wakil Ketua (M)

: Richardus Eko Indrajit

: Teddy Sukardi

(FTII)

Wakil Ketua (P)

(Direktur Telekomunikasi) Sekretaris

: Bonnie M Thamrin Wahid

: Zainal A. Hasibuan, PhD.

(Detiknas)

Anggota (A)

: Djarot Soebiantoro

(ASPILUKI)

: Sammy Pangerapan

(APJII)

: Dr. Eko Budiharjo

: Sugiharto Santoso

(APKOMINDO)

: Nurul Yakin Setyabudi

(ID-­‐TUG)

: Sarwoto Atmosutarno

(ATSI)

: Teddy A. Purwadi

(APITI)

: Donny BU

(ICT Watch)

: Irwin D.

(AWARI)

: Benny Ranti

(Kadin)

: Carlia I Djajadisastra

(Komisi Kerja IT Perbanas)

Anggota (P)

: Hamam

(BPPT)

: Rusman Heriawan

(BPS)

: Mira Tayyiba

(Bappenas)

: Muhammad Salahuddien

(ID-­‐SIRTII)

: Nizam

(Dikti Kemendiknas)

: Ari Santoso

(Pustekkom Kemendiknas)

: Betty Alisjahbana

(DRN Kemenristek)

: Nonot Harsono

(BRTI)

: Yan Rianto

(Pusdatin Kemkominfo)

: Haji Santoso Serad

(BP3TI)

: Isran Noor

(APKASI)

: Fauzi Bowo

(APPSI)

Anggota (M)

: Kemal Gani

(SWA)

: Muhammad Ihsan

(Warta Ekonomi)

: Andi S. Goeltom

(Warta e-­‐Gov)

: Imawan Mashuri

(ATVLI)

: Erick Thohir

(ATVSI)

: Nugroho Dewanto

(APWI)

Ketua

: Solikin

Wakil Ketua

: Bambang Hariyanto

Pemantau Tim Survey Provinsi Sumatera dan Sekitarnya

: HM Misni

Jawa dan Sekitarnya

: Zen Munawar

Kalimantan dan Sekitarnya

: Sugiyatno

Sulawesi dan Sekitarnya

: Esmeralda CD

Papua dan Sekitarnya

: Nina Kurnia Hikmawati

Koordinator Tim Survey Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

: Dahlan Abdullah

Sumatera Utara

: Zakarias Situmorang

Sumatera Barat

: Jufriadif Na’am

Sumatera Selatan : Muhammad Izman Herdiansyah Bengkulu

: Andang Sunarto

Lampung

: Rangga Firdaus

Bangka Belitung

: M Said Hasibuan

Kepulauan Riau

: Tonny Wangdra

DKI Jakarta

: Naniek Andiani

Jawa Barat

: Dadang Sudrajat

Banten

: Suherman

Jawa Tengah

: Eko Adi Sarwoko

Jawa Timur

: Eva Handriyantini

Yogyakarta

: Nur Rokhman

Bali

: Roy Rudolf Huizen

Nusa Tenggara Barat

: Lalu Darmawan Bakti

Nusa Tenggara Timur

: Ahmad Haidaroh

Kalimantan Barat

: Sandi Kosasih

Kalimantan Tengah

: Ariesta Lestari

Kalimantan Selatan

: Radityo Adi Nugroho

Kalimantan Timur

: Nursobah

Sulawesi Utara

: Yonatan Parassa

Gorontalo

: Agus Lahinta

Sulawesi Tengah

: Alamsyah

Sulawesi Barat

: Zulfadjri Hasanuddin

Sulawesi Selatan

: Armin Lawi

Sulawesi Tenggara

: Subardin

Maluku

: Andi Ismail Akbar

Maluku Utara

: Sofyan Do Musa

Papua

: P. Buddy Harianto

Papua Barat

: Irman Amri

Bagian 1 LATAR BELAKANG PEMIKIRAN PROGRAM ICT-­‐PURA

teknologi informasi dan komunikasi (baca:TIK) yang sedemikian pesat. Implementasi aplikasi TIK di berbagai aspek kehidupan masyarakat seperti dalam domain politik, sosial, ekonomi, budaya, ideologi, politik, dan pertahanan keamanan telah merubah tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Manfaat penerapan TIK yang dirasakan oleh beragam sektor industri seperti pendidikan, kesehatan, manufaktur, perbankan, keuangan, transportasi, retail dan distribusi, pariwisata, serta jasa-­‐jasa lainnya menunjukkan bagaimana teknologi ini akan senantiasa berkembang dan diadopsi oleh seluruh individu dan komunitas. Data dari berbagai hasil penelitian lembaga independen dunia paling tidak memperlihatkan bahwa per tahun 2010, satu dari 4 hingga 5 penduduk dunia telah terhubung ke internet melalui penggunaan TIK. Statistik memperlihatkan bahwa pertumbuhan jumlah pengguna TIK, nilai transaksi elektronik, penjualan piranti teknologi informasi/komunikasi, penerapan teknologi berbasis internet, dan hal-­‐hal lain yang terkait dengan perkembangan TIK memperlihatkan akselerasi peningkatan secara eksponensial. Pertumbuhan signifikan ini menjadi landasan akan adanya tren pemanfaatan TIK secara lebih masif di seluruh komunitas dunia. The World Summit on Information Society (WSIS) menamakan kumpulan individu tersebut sebagai “komunitas digital”, yang secara bebas didefinisikan sebagai:

“… masyarakat yang hidup di suatu era dimana kemajuan teknologi digital yang sedemikian pesat menyebabkan terjadinya revolusi secara masif dan signifikan terhadap prinsip, nilai, paradigma berpikir, perilaku, serta pola tindak manusia dalam menyikapi kehidupannya di segala bidang…”

Masyarakat ini hidup dalam lingkungan yang serba dipenuhi oleh “teknologi digital” yang merupakan suatu perkembangan TIK dengan karakteristik/kapabilitas utama sebagai berikut:

“… kemampuan mengkonversi representasi suatu entitas atau proses ke dalam berkas berbasis elektronik (file) sehingga secara prinsip dan esensial mampu menghapuskan batas-­‐batas ruang dan waktu yang selama ini dikenal membatasi gerak gerik keleluasan manusia dalam melakukan berbagai aktivitas kehidupannya …”

Dengan kata lain, melalui penerapan TIK, manusia dapat dengan mudah melakukan aktivitas kehidupannya sehari-­‐hari dari mana saja, kapan saja, dan dengan menggunakan apa saja secara realtime dan online. Dalam konteks ini, batasan geografis menjadi hilang dengan adanya jejaring internet; sementara keterbatasan sifat-­‐sifat komponen fisik menjadi sirna karena kemampuan teknologi dalam mendigitalisasi berkas/teks, gambar/citra, suara/audio, maupun filem/video.

Oleh karena itulah maka melalui forum WSIS yang diselenggarakan di Jenewa dan Tunisia melahirkan sejumlah kesepakatan untuk mempercepat pembentukan komunitas digital dengan menetapkan tahun 2015 sebagai milestone pertama yang “mengikat” seluruh negara yang meratifikasi serta mengadopsi hasil-­‐hasil kedua pertemuan mulitilateral tersebut – seperti halnya Indonesia.

pemicu utama terjadinya perubahan yang cukup signifikan terhadap Indonesia di tahun 2015, masing-­‐masing seperti yang dijelaskan berikut ini.

Pertama, pada level internasional, Indonesia harus memenuhi 10 (sepuluh) target WSIS, yaitu sebagai berikut:

1. Menghubungkan seluruh desa dengan TIK dan membangun berbagai Pusat Akses Komunitas (Community Access Point);

2. Menghubungkan seluruh sekolah dasar dan menengah dengan TIK;

3. Menghubungkan seluruh pusat riset dan pengembangan ilmu pengetahuan dengan TIK;

4. Menghubungkan seluruh perpustakaan publik, museum, kantor pos, dan pusat arsip nasional dengan TIK;

5. Menghubungkan seluruh pusat-­‐pusat kesehatan dan rumah sakit dengan TIK;

6. Menghubungkan seluruh kementrian pemerintah pusat dengan TIK dan mengembangkan berbagai website terkait dengan tupoksinya;

7. Menyesuaikan kurikulum sekolah dasar dan menengah agar para siswanya kelak siap menjadi individu yang berada dalam komunitas berbasis informasi, sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan nasional;

8. Memastikan bahwa seluruh populasi di tanah air telah memiliki akses terhadap televisi dan siaran radio;

9. Memberikan semangat dan insentif pada industri pengembangan konten TIK dan mempersiapkan secara teknis digunakannya berbagai bahasa dunia melalui komunikasi berbasis internet; dan

10. Memastikan bahwa lebih dari separuh penduduk dunia telah memiliki akses terhadap TIK di lingkungan mereka berada dan mampu menggunakan serta memanfaatkannya.

Tentu saja dalam kondisi seperti saat ini, pemenuhan “janji-­‐janji” atau target WSIS tersebut merupakan tantangan besar bagi pemerintah dan rakyat Indonesia, karena waktu yang tersisa hanya kurang lebih empat tahun lagi.

Kedua, pada level regional, tahun 2015 adalah saat diimplementasikannya AFTA atau Perjanjian Pasar Tunggal ASEAN. Hal ini berarti akan terjadi integrasi dan konvergensi pasar dari kesepuluh negara ASEAN yaitu: Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, Filipina, Thailand, Vietnam, Laos, Kamboja, dan Myanmar. Pada saat tersebut, diperkirakan akan terjadi serbuan sumber daya asing ke dalam wilayah Indonesia, mengingat begitu besar potensi bisnis yang dapat dilakukan di tanah air tercinta ini. Dalam situasi ini, negara-­‐negara ASEAN yang kaya serta moderen seperti Brunei, Singapura, dan Malaysia (dimana Thailand dan Vietnam akan segera menyusul) akan menggunakan TIK untuk mengeksplorasi serta mengeksploitasi berbagai peluang bisnis yang terdapat di pasar tunggal ASEAN ini. Sebaliknya, Indonesia pun memiliki kesempatan untuk dapat memperoleh keuntungan finansial dan devisa dengan cara masuk menawarkan beragam produk dan jasa ke negara-­‐ negara lain di wilayah ASEAN. Tentu saja TIK akan menjadi kunci utama keberhasilan penetrasi pasar tersebut.

pendekatan, program, dan peraturan baru yang mengikutinya. Perubahan kehidupan berpolitik ini akan secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap pola pikir dan perilaku individu, komunitas, dan masyarakat Indonesia.

Dan keempat, dalam tingkat lokal, agenda desentralisasi pembangunan berbasis otonomi daerah akan terus berlangsung di bawah rezim pemerintahan yang baru terpilih. Dapat dipastikan bahwa masing-­‐masing daerah otonom baik kota maupun kabupaten akan berlomba-­‐lomba dalam membangun masyarakatnya masing-­‐masing agar senantiasa relevan dan siap menghadapi perubahan jaman.

Peranan Strategis TIK

Memperhatikan ketiga agenda tersebut, segenap negara-­‐negara di dunia secara serius berbenah dan mempersiapkan dirinya untuk dapat sesegera mungkin menjadi komunitas digital yang siap menghadapi berbagai perubahan jaman yang dipicu karena perkembangan TIK. Adapun keseriusan berbagai negara tersebut dilandasi pada konsep dan prinsip peranan TIK sebagai berikut:

• TIK merupakan infrastruktur kehidupan masyarakat moderen seperti halnya listrik, air, jalan, dan telekomunikasi. Tanpa kehadiran TIK, maka akan sulit

berbagai industri dan bisnis dapat menjalankan operasinya sehari-­‐hari, terutama dalam kaitannya dengan kebutuhan melakukan transaksi, interaksi, koordinasi, dan kolaborasi.

• TIK merupakan sumber daya produksi dan konsumsi manusia. Hampir seluruh perusahaan dewasa ini menggunakan komputer untuk menyimpan, mengolah, mendayagunakan, dan mendistribusikan entitas digital berbasis teks, gambar, audio, dan video. Tanpa kehadiran TIK, mustahil dapat diciptakan berbagai produk yang siap dikonsumsi seperti berita dunia, majalah, surat kabar, film, dan lain sebagainya.

• TIK merupakan piranti pendukung dan pemungkin berbagai kegiatan yang sehari-­‐hari dilakukan oleh pemerintahan, bisnis/industri, organisasi, dan kemasyarakatan. Dipergunakannya secara luas telepon genggam, email, faks, mailing list, voip, dan lain-­‐lain adalah bukti bagaimana kehadiran TIK sangat krusial bagi aktivitas terkait.

• TIK merupakan pemicu dari terjadinya transformasi kehidupan bermasyarakat yang lebih efektif dan efisien. Dipergunakannya TIK dalam proses pembelajaran (e-­‐education), pemerintahan (e-­‐government), bisnis (e-­‐ business), dan lain-­‐lain adalah bukti bagaimana teknologi mampu mengubah pola tindak individu dan komunitas dalam berbagai aktivitas kegiatan sehari-­‐ hari.

• TIK merupakan pendorong terciptanya daya saing yang signifikan bagi sebuah negara dalam konteks globalisasi. Lihatlah bagaimana singkatnya waktu yang diperlukan untuk mendapatkan ijin berusaha, mengurus pajak, melakukan

Kajian Profil TIK Nasional

Yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana negara-­‐negara di dunia mengetahui tingkat kesiapan masyarakatnya dalam menghadapi berbagai agenda global, regional, dan nasional tersebut? Secara prinsip, masing-­‐masing negara dengan caranya sendiri-­‐ sendiri, melakukan analisa secara periodik maupun adhoc terhadap kesiapan masyarakatnya dalam menghadapi era komunitas digital. Cara yang paling mudah adalah dengan melakukan kajian dan survey untuk memetakan besarnya gap antara target/sasaran pencapaian dengan apa yang dimiliki saat ini. Di Indonesia sendiri telah cukup banyak studi yang dilakukan oleh segenap pemangku kepentingan dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini, antara lain adalah sebagai berikut:

• PeGI (Pemeringkatan e-­‐Government Indonesia) adalah merupakan inisiatif Kementrian Komunikasi dan Informatika dalam menilai tingkat kematangan implementasi atau adopsi e-­‐Government di institusi pemerintahan yang ada di seluruh wilayah nusantara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (kabupaten kota). PeGI dirancang untuk dapat menjadi pedoman bagi pengembangan TIK di seluruh wilayah Indonesia sehingga diharapkan lingkungan pemerintah baik di tingkat propinsi, kabupaten/kota maupun departemen dan lembaga non departemen dapat mengembangan dan memanfaatkan TIK secara lebih terarah. Tujuan lainnya adalah untuk memberikan dorongan bagi peningkatan TIK di lingkungan pemerintah melalui evaluasi yang utuh, seimbang dan obyektif.

• Indikator TIK 2008 merupakan hasil analisa Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi, Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material, BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) yang dilakukan pada tahun 2008 terhadap sejumlah indikator TIK di berbagai wilayah tanah air. Hasil kajian ini cukup lengkap dan komprehensif karena selain mencakup berbagai sektor dan aspek/domain TIK nasional, juga menggambarkan posisi Indonesia relatif terhadap bangsa-­‐bangsa lain di dunia dalam hal profil kemajuan dan pengembangan TIK.

• Indikator Ekonomi Berbasis Pengetahuan Indonesia merupakan hasil kajian dari Kementrian Riset dan Teknologi terhadap profil kesiapan Indonesia dalam menghadapi era komunitas digital. Hasil kajian ini sangat relevan untuk dijadikan sebagai basis penilaian terhadap seberapa jauh komunitas dan masyarakat Indonesia dalam mempersiapkan bangsa dan negaranya dalam konteks pengembangan sektor ekonomi berbasis sumber daya pengetahuan.

• TeSCA (Telkom Smart Campus Award) adalah sebuah apresiasi yang diberikan oleh PT Telkom Tbk. bekerjasama dengan APTIKOM (Asosiasi Perguruan Tinggi Informatika dan Komputer) se-­‐Indonesia dan Direktorat Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional terhadap kampus (institusi pendidikan tinggi) yang dinilai berhasil mengembangkan TIK untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajarannya.

antara kebutuhan SDM .

• INAICTA (Indonesia ICT Award) dan APICTA (Asia Pacific ICT Award) yang dilaksanakan bersama antara Kementrian Komunikasi dan Informatika beserta seluruh asosiasi pendukung industri TIK tanah air untuk mencari benih-­‐benih karya piranti lunak atau aplikasi terbaik yang dikembangkan oleh putra putri bangsa. Yang menjadi obyek pengkajian adalah karya intelektual dalam bentuk software yang dikembangkan oleh perusahaan milik anak bangsa.

• Media (seperti SWA, Warta Ekonomi, dan Warta e-­‐Gov) bekerjasama dengan unsur masyarakat secara berkala menyelenggarakan pula sejumlah program

apresiasi (baca: award) di berbagai domain berbasis TIK seperti pemerintahan (e-­‐government), bisnis (e-­‐company), sumber daya manusia (e-­‐CIO), dan lain sebagainya. Masing-­‐masing media sesuai dengan visi dan misi yang diembannya, menetapkan sejumlah kriteria penilaian terhadap sejumlah obyek penerap TIK (misalnya: perusahaan, UKM, kabupaten/kota, tokoh masyarakat, dan lain-­‐lain) untuk menghasilkan peringkat tertentu sebagai basis pemberiaan apresiasi dan penghargaan.

• KAMI (Indeks Keamanan Informasi) adalah sebuah alat ukur yang diperkenalkan oleh Direktorat Keamanan Informasi Kementrian Komunikasi dan Informatika untuk menilai tingkat kematangan adopsi lembaga atau institusi pemerintahan dalam menerapkan standar baku keamanan informasi.

Keseluruhan usaha menganalisa dan mengkaji profil TIK Indonesia ini patutlah mendapatkan apresiasi di tengah-­‐tengah miskinnya dan terbatasnya data serta informasi yang relevan terkait dengan berbagai aspek dalam industri TIK. Hasil dari berbagai analisa dan kajian ini dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan terkait dengan pengembangan TIK di tanah air, termasuk di dalamnya untuk mempersiapkan terbentuknya dan berkembangnya komunitas digital Indonesia.

Pemetaan Kesiapan Daerah Otonom

Pasca reformasi, postur dan struktur pemerintahan Negara Kesatuan Repulik Indonesia (NKRI) adalah desentralisasi, dimana wewenang otonomi diberikan secara

langsung pada Daerah Tingkat II yaitu pada level kota dan/atau kabupaten di seluruh

33 (tiga puluh tiga) provinsi yang ada. Oleh karena itulah dalam konteks menilai kesiapan negara dalam menghadapi era komunitas digital perlu dilakukan kajian dan analisa terhadap masing-­‐masing kota/kabupaten yang ada, karena pada tingkat inilah entitas komunitas pemerintahan terkecil di wilayah NKRI didefinisikan. Artinya, perlu adanya kajian yang utuh dan menyeluruh terhadap profil kesiapan dari ke-­‐398 kabupaten, 93 kota, 1 kabupaten administrasi, dan 5 kota administrasi di Indonesia.

Masalahnya adalah bahwa tidak semua analisa atau kajian yang dilakukan selama ini berbasis kota atau kabupaten. Kebanyakan riset atau penelitian yang dilakukan masih berbasis nasional atau pulau, atau paling tidak provinsi. Walaupun ada beberapa kajian yang didasarkan pada satuan kota atau kabupaten, tidak semua daerah otonom Masalahnya adalah bahwa tidak semua analisa atau kajian yang dilakukan selama ini berbasis kota atau kabupaten. Kebanyakan riset atau penelitian yang dilakukan masih berbasis nasional atau pulau, atau paling tidak provinsi. Walaupun ada beberapa kajian yang didasarkan pada satuan kota atau kabupaten, tidak semua daerah otonom

Berdasarkan latar belakang kenyataan dan kebutuhan inilah maka segenap unsur pemerintah yang dimotori oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika dan unsur masyarakat yang diwakili oleh sejumlah asosiasi TIK berinisiatif menelurkan Program ICT Pura, yaitu:

“Gerakan bersama seluruh komponen bangsa dalam memetakan, mengukur, dan mengapresiasi kota-­‐kota dan kabupaten-­‐kabupaten di nusantara terkait dengan kesiapan yang bersangkutan dalam memasuki era digital.”

Istilah ICT Pura sendiri pada dasarnya berkaca pada keberhasilan pemerintah Indonesia dalam memperkenalkan konsep penghargaan “Adipura” – yang diberikan kepada daerah otonom yang dianggap berhasil mengelola lingkungan yang bersih dan sehat. Secara arti kata yang membentuknya, ICT pura berarti “Kota TIK” atau dalam bahasa asingnya sering diistilahkan sebagai “Digital City” – sebuah kota yang berhasil mengelola TIK dengan baik sehingga memberikan kontribusi manfaat yang signifikan terhadap pengembangan masyarakatnya.

Bagian 2 PROFIL DAN SELUK BELUK PROGRAM ICT-­‐PURA PROGRAM ICT-­‐PURA

• Mengetahui tingkat kesiapan setiap kota dan kabupaten yang ada di NKRI

dalam menghadapi era ekonomi digital yang dimulai pada tahun 2015;

• Mengukur besaran gap riil antara target dan kondisi sebenarnya pada setiap kota dan kabupaten yang ada di NKRI agar dapat disusun strategi nasional untuk mempercepat mengatasinya; dan

• Memberikan motivasi, dukungan, apresiasi, dan insentif yang diperlukan bagi kota dan kabupaten yang secara serius bekerja keras mempersiapkan diri dalam menghadapi era masyarakat digital melalui beragam program pembangunan dan penerapan TIK di wilayahnya masing-­‐masing.

Ruang Lingkup

Secara umum, Program ICT Pura terbagi menjadi 3 (tiga) domain kegiatan sebagai berikut:

1. Pemetaan Entitas ICT Pura (PE-­‐Pura) – adalah proses dan aktivitas untuk memetakan profil kesiapan masing-­‐masing kota/kabupaten di Indonesia dalam menghadapi era komunitas digital secara lengkap dan komprehensif dengan memperhatikan berbagai domain aspek pengukuran;

2. Penghitungan Indeks ICT Pura (PI-­‐Pura) – adalah proses dan aktivitas untuk menghitung indeks kesiapan masing-­‐masing kota/kabupaten dalam menghadapi era komunitas digital sebagai alat untuk melihat besaran gap yang terjadi antara target dan kondisi sebenarnya (baca: digital gap);

3. Pemberian Apresiasi ICT Pura (PA-­‐Pura) – adalah proses dan aktivitas pemberian apresiasi terhadap kota/kabupaten yang dianggap memiliki prestasi dalam mempersiapkan diri menghadapi era komunitas digital.

Gambar 2.1. Proses Penetapan ICTPura Gambar 2.1. Proses Penetapan ICTPura

Prinsip Pelaksanaan Program ICT-­‐Pura

Tantangan melakukan ketiga domain kegiatan secara sekaligus tidaklah mudah. Oleh karena itu disepakati dipeganggnya sejumlah prinsip utama dalam pelaksanaan Program ICT Pura, yaitu sebagai berikut:

• Program ICT Pura dilaksanakan secara periodik, kontinyu, bertahap, dan berkesinambungan dari tahun ke tahun, dimana pelaksanaannya dimulai pada tahun 2011 agar keberadaannya memberikan kontribusi yang signifikan;

• Program ICT Pura diselenggarakan dengan menggunakan prinsip “rumah tumbuh”, artinya dimulai dari yang sederhana pada tahun 2011, dan perlahan-­‐ lahan berkembang semakin komprehensif dan detail pada tahun-­‐tahun berikutnya;

• Program ICT Pura diharapkan menggunakan metodologi pendekatan yang sesuai dengan postur dan karakter unik NKRI, namun sekaligus selaras dengan standar regional maupun internasional agar dapat dikomparasi hasilnya untuk berbagai keperluan (baca: benchmarking);

• Program ICT Pura dijalankan dengan mengadopsi berbagai referensi yang dikeluarkan berbagai lembaga/institusi dunia (global) yang disesuaikan dengan kebutuhan serta situasi kondisi lokal Indonesia;

• Program ICT Pura dikembangkan sebagai sebuah gerakan bersama sehingga partisipasi seluruh komponen bangsa dalam bentuk berbagai analisa, kajian, pemetaan, penghargaan, dan evaluasi yang telah dilakukan akan menjadi bagian tak terpisahkan atau komponen ketiga domain kegiatan yang ada;

• Program ICT Pura ditujukan untuk seluruh masyarakat, sehingga proses dan hasilnya secara terbuka, transparan, akuntabel, dan bertanggung jawab akan dilaporkan dan dimiliki oleh seluruh bangsa dan negara;

• Program ICT Pura dirancang sedemikian rupa agar dapat memberikan manfaat sebesar-­‐besarnya kepada berbagai komunitas, terutama pemerintah, industri, pendidikan, dan organisasi massa – terutama dalam mencari strategi yang tepat untuk mempercepat mengatasi “digital divide” yang masih menimpa negara berkembang seperti Indonesia; dan

• Program ICT Pura diperhitungkan akan berhasil jika dan hanya jika adanya dukungan dan pertisipasi segenap komponen masyarakat, terutama komunitas TIK nasional karena pada dasarnya program ini adalah sebuah gerakan bersama.

metodologi yang efektif. Dalam pelaksanaan perdananya di tahun 2011 ini, Program ICT Pura menggunakan sejumlah panduan yang dikeluarkan dari luar dan dalam negeri – dan disatukan dalam sebuah metodologi yang khas Indonesia. Referensi dan metodologi internasional yang dipergunakan pada dasarnya dikeluarkan oleh sejumlah institusi, seperti: ITU (International Telecommunciation Union), WSIS (World Summit of Information Society) Jenewa dan Tunisia, The World Bank Institute, dan sejumlah lembaga riset independen maupun berbasis perguruan tinggi. Sementara dari dalam negeri dipergunakan sebagai referensi berbagai metodologi yang dipergunakan oleh: Kementrian Komunikasi dan Informatika (dalam menghitung PeGI, KAMI, dan SDM TIK), Kementrian Riset dan Teknologi (dalam mengkaji masyarakat ekonomi berbasis pengetahuan), Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (dalam melaksanakan Tesca), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (dalam mengukur indikator TIK), dan berbagai komunitas TIK lainnya dalam menganalisa kondisi industri TIK di tanah air (FTII, Aptikom, Aspiluki, Apkomindo, I2BC, Awari, APJII, dan lain-­‐lain).

Gambar 2.2. Beberapa Rujukan Penghitungan ICTPura

Pada dasarnya setiap referensi dan metodologi memiliki ciri khasnya masing-­‐masing, karena dikembangkan berdasarkan obyektif yang berbeda. Oleh karena itu, maka metodologi yang dipergunakan dalam konteks Program ICT Pura harus pula memperhatikan visi, misi, obyektif, dan sasaran yang ingin dicapai oleh segenap pemangku kepentingan. Oleh karena itulah maka khusus untuk ICT pura tahun 2011 ini dikembangkan sebuah metodologi khusus sesuai dengan kebutuhan dan kondisi bangsa Indonesia – yang tentu saja berbasis referensi dan metodologi di atas.

Populasi Pemetaan

Mempertimbangkan bahwa tahun 2011 adalah merupakan pertama kalinya Program ICT Pura dilaksanakan, maka sesuai dengan prinsip yang ada, belum semua kota atau

• Tahun 2011 – sebanyak 5 kota/kabupaten per masing-­‐masing 33 provinsi akan dipilih untuk dipetakan, sehingga pada tahun perdana ini, diperkirakan 165 kota/kabupaten akan diikutsertakan dalam Program ICT Pura (kurang lebih mencakup 30% dari daerah otonom yang ada di Indonesia);

• Tahun 2012 – pemetaan akan diperluas ke 30% daerah lainnya, sehingga total akan mencakup 60% dari daerah otonom yang dilibatkan dalam Program ICT Pura; dan pada akhirnya

• Tahun 2013 – seluruh daerah otonom di Indonesia akan dilibatkan dalam proses pemetaan Program ICT pura sehingga tidak ada lagi wilayah di

Indonesia yang belum terdeteksi data/informasi terkait dengannya.

Berikut adalah ke-­‐165 kota/kabupaten yang dipilih oleh perwakilan sejumlah komunitas TIK sebagai konstituen perdana Program ICT Pura di tahun 2011:

Tabel 2.1 Daftar 165 Kabupaten dan Kota ICTPura 2011

No. Provinsi – Kota/Kabupaten

Jumlah Penduduk

Pendapatan 2010

2010 (BPS)

(dalam Juta Rupiah)

A. Nangroe Aceh Darussalam 1. Kota Banda Aceh

596,369 2. Kabupaten Pidie

712,045 3. Kota Lhokseumawe

451,667 4. Kabupaten Aceh Tengah

N/A 5. Kabupaten Gayo Lues

N/A

N/A B. Sumatera Utara 6. Kota Medan

N/A

2,628,101 7. Kota Pematang Siantar

581,042 8. Kota Sibolga

388,133 9. Kota Padang Sidempuan

417,518 10. Kabupaten Karo

N/A C. Sumatera Barat 11. Kota Padang

N/A

1,174,096 12. Kota Bukittinggi

359,147 13. Kota Payahkumbuh

357,314 14. Kabupaten Solok

553,300 15. Kota Pariaman

335,182 D. Riau 16. Kota Pekanbaru

1,509,234 17. Kota Dumai

809,131 18. Kabupaten Bengkalis

19. Kabupaten Indragiri Hilir, N/A

N/A

N/A E. Jambi 21. Kota Jambi

20. Kabupaten Kampar N/A

766,321 22. Kabupaten Tebo

582,953 23. Kabupaten Sarolangun

26. Kota Palembang

27. Kabupaten Lahat

862,619 28. Kota Prabumulih

517,220 29. Kabupaten Ogan Komering Ulu

N/A G. Bengkulu

30. Kabupaten Musi Banyuasin N/A

31. Kota Bengkulu

Dokumen yang terkait

BAB VI PERANCANGAN SISTEM TERINCI (OUTPUT dan INPUT) - 6 Bab VI Perancangan Sistem Terinci

0 2 13

BAB IV PENDEKATAN PERANCANGAN TERSTRUKTUR dan DATA FLOW DIAGRAM - 4 Bab IV Pendekatan Perancangan Terstruktur

0 4 18

1. Pembina dan Penanggung Jawab - PEMENUHAN HAK ATAS PERUMAHAN YANG LAYAK BAGI MASYARAKAT MISKIN KOTA DALAM PERSPEKTIF HAM (The Fulfillment of Right on Adequate Housing to the Urban Poor in Human Rights Perspective)

0 0 20

1. Pembina dan Penanggung Jawab - ALTERNATIF PENJATUHAN HUKUMAN MATI DI INDONESIA DILIHAT DARI PERSPEKTIF HAM (Alternative of Death Penalty of Human Rights Perspective, In Indonesia)

0 0 20

Jurnal Akuntansi dan Pajak, 18(02), 2018, 204-214 Kebijakan Tax Amnesty: Suatu Peninjauan dalam Perspektif Etika Deontologi Sebagai Bentuk Pilihan Wajib Pajak dalam Melaksanakan Kewajiban Perpajakan

0 0 11

Jurnal Akuntansi dan Pajak, 18(02), 2018, 196-203 Pengaruh Struktur Modal dan Ukuran Perusahaan Terhadap Agency Cost dan Kinerja Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

0 0 8

Jurnal Akuntansi dan Pajak, 18(02), 2018, 188-195 Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Pembelian Ulang Dawet Jabung yang Dilihat dari Kepuasan Pelanggan sebagai Variabel Mediasi

0 0 8

Jurnal Akuntansi dan Pajak, 18(02), 2018, 181-187 Analisis Pengaruh Pengawasan Fungsional, Akuntabilitas Publik Dan Peningkatan Pelayanan Publik Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada SKPD di Provinsi Jambi)

1 2 7

Jurnal Akuntansi dan Pajak, 18(02), 2018, 174-180 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam Keputusan Pembelian Mobil Toyota Avanza Di Kecamatan Kartasura, Sukoharjo

0 0 7

Pendewasaan Usia Nikah dan Pengarusutamaan Keluarga Berencana pada Program-Program Partai Politik dan Calon Anggota Legislatif di Indonesia

0 0 35