BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Caring Process dengan Kepuasan Kerja Perawat dan Kepuasan Pasien rawat inap di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  The theory of transpersonal caring merupakan teori keperawatan yang di

  kemukakan oleh Watson (1979), yang menyatakan bahwa caring merupakan suatu karakteristik interpersonal yang tidak diturunkan melalui genetika, tetapi dapat di pelajari melalui pendidikan sebagai budaya profesi. Dalam konteks keperawatan, caring bukan merupakan suatu hal yang unik akan tetapi caring merupakan suatu bentuk pendekatan seni dan ilmu dalam merawat klien yang merupakan kerangka penting dari kerangka kerja perawat dalam praktik keperawatan dan bagaimana perawat menghargai orang lain, cinta dan memiliki serta bertanggung jawab yang merupakan inti dari keperawatan (Heidegger, (2001) dalam Waldow, 2009; Swanson, (1991) dalam Perry & Potter, 2009; Watson 1979).

  Waldow (2006) dalam Waldow (2009) mengemukakan bahwa dalam melakukan caring ada proses yang harus dilalui yang disebut dengan istilah

  

caring process . Caring process dikembangkan oleh perawat berdasarkan:

pengetahuan ilmiah, keterampilan, intuisi, pemikiran kritis, dan kreativitas.

  Karakteristik ini diwujudkan dalam perilaku dan sikap peduli dengan tujuan mempromosikan, memelihara, dan atau memulihkan martabat dan keutuhan manusia yang sedang di rawat. Pendapat diatas senada dengan Waldow (1998, dalam Waldow, 2009) yang menyatakan lebih lanjut bahwa caring process merupakan bagaimana cara seorang perawat dalam mengambil maupun memberi perawatan. Pelaksanaan caring process, terdiri dari beberapa tahap yaitu

  maintaining belief (menaruh kepercayaan terhadap kemampuan seseorang dalam

  menjalani hidup atau transisi dan menghadapi masa depan), knowing (berusaha mengerti kejadian yang berarti dalam kehidupan seseorang), being with (hadir secara emosional kepada/terhadap orang lain), doing for (sedapat mungkin melakukannya kepada orang lain seperti halnya melakukan terhadap diri sendiri), dan enabling (memfasilitasi seseorang atau orang lain dalam merawat diri mereka sendiri dan anggota keluarga (Swanson, 1993 dalam Tonges & Ray, 2011; Swanson, 1991 dalam Potter & Perry 2009; Swanson, 2001 dalam Watson 2002).

  Hasil penelitian yang dilakukan Caroline Hospital di Chapel Hill dapat disimpulkan bahwa kepuasan pasien meningkat secara pesat dan berkelanjutan selama 6 tahun, hal ini terjadi karena adanya penerapan caring process terhadap pasien melalui penerapan komunikasi theraupetik yang baik antara perawat dengan pasien, sehingga terpenuhinya kebutuhan secara emosional, pribadi yang positif dan meningkatnya kepedulian perawat terhadap privasi pasien (Tonges & Ray, 2011).

  Kepuasan kerja adalah perasaan yang dimiliki seseorang terhadap pekerjaannya, akan tetapi ada beberapa orang beranggapan bahwa kepuasan kerja merupakan tingkat yang paling tinggi dari kepuasan kerja yang memiliki perasaan positif dan menikmati pekerjaannya dan menganggap bahwa kepuasan kerja merupakan bagian dari pusat kehidupan seseorang, (Spector, 1997 & Robbin, 2005 dalam Rao & Malik 2012). Kepuasan kerja adalah sebuah multidimensional, bertahan penting dan banyak konsep penelitian di lapangan bersifat organisasional, yang terdiri dari faktor instrinsik meliputi tugas pekerjaan, konten pekerjaaan (keberagaman, kemandirian, keterampilan, pemenuhan diri, dan pertumbuhan diri, dan motivasi, sedangkan faktor ekstrinsik adalah upah/gaji, rekan kerja, dan kondisi kerja. Jika faktor seperti kondisi kerja dan supervisor yang baik, mereka menganggap itu sebagai kepuasan kerja, dan sebaliknya (Pietersen, 2005).

  Hasil penelitian yang dilakukan pada tiga rumah sakit di Taiwan didapatkan bahwa 786 perawat ingin berhenti dari pekerjaan mereka, hal ini sangat dipengaruhi oleh tingginya tingkat keluar

  • – masuk atau pergantian perawat dan pemahaman akan promosi keperawatan, selain itu juga akan dipengaruhi faktor menejerial yang kurang baik yang dapat menyebabkan ketidakpuasan perawat dalam bekerja. Dari hal
  • – hal diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja perawat akan tercapai apabila adanya pemahaman akan promosi keperawatan, faktor manajerial yang baik dilingkungan kerja agar tidak terjadi ke
  • – masuknya perawat dalam satu rumah sakit (Hayes, 2006 & Brewer, 2006 dalam Kalisch., Lee., Rochman, 2010; Smith,1996, Lee,1999 & Tzeng, 1997 dalam Tzeng, 2002). Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Pietersen pada

  Government Hospital di South Afrika didapatkan bahwa 109 staf perawat

  memberikan alasan yang mempengaruhi kepuasan kerja mereka yaitu a) berdasarkan usia dan peringkat perawat merasa tidak puas dengan kondisi kerja mereka dan menganggap kondisi kerja di rumah sakit yang kotor dan jauh dari tempat kerja, b) staf perawat merasa tidak puas dengan supervisor mereka, karena sebagian besar responden menyatakan bahwa supervisor mereka tidak mendukung mereka, c) Mayoritas staf perawat merasa tidak senang dengan upah yang diterima, karena upah yang mereka terima tidak cukup/tidak sesuai dengan apa yang dikerjakan bahkan upah lebih kecil dari yang sudah di tentukan. Dari hasil penelitian diatas maka pihak menejerial sebaiknya memperhatikan usia perawat yang bekerja dirumah sakit agar mendapatkan hasil kerja yang optimal, menempatkan supervisor sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya terutama dalam hal memberikan dukungan maupun motivasi kepada perawat yang sedang bekerja, penghargaan yang diterima oleh perawat yang bekerja dirumah sakit baik secara upah/gaji atau penghargaan yang lainnya. Upah/gaji sebaiknya diberikan sesuai dengan standar yang telah ditentukan dan penghargaan yang lainnya seperti mengikuti pelatihan maupun melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi (Pietersen, 2005).

  Dimensi dari kualitas pelayanan di rumah sakit adalah: aspek teknis (perawatan, hasil dan perawatan dokter) dan aspek akomodasi (makanan, kebisingan, suhu kamar, kebersihan, privasi dan parkir). Hal ini di perlukan bagi petugas rumah sakit untuk mencoba sesuai dengan kebutuhan di lingkungan sosial pasien. Ketika perawat ramah dan penuh harapan, minat dan usaha, ketakutan dan kecemasan penyakit (tidak diketahui bagi pasien) dapat hilang (Carman, 2000 dalam Lekidou; Trivelas & Ipsilandis, 2007).

  Kepuasan pasien adalah merupakan salah satu bentuk hasil (outcomes) dari pelayanan kesehatan, kepuasan pasien dapat dikategorikan sebagai suatu sistem pengukuran kerja yang merupakan tujuan dari peningkatan mutu layanan kesehatan (Pohan, 2007 & Mastaki, 2010). Kepuasan pasien dapat dianggap, sebagai ukuran bagi penyedia perawatan kesehatan yang telah mencapai berkorespondensi untuk kebutuhan pasien dan harapan-harapan. Kepuasan pasien telah ditetapkan sebagai variabel yang mempengaruhi efektivitas pelayanan perawatan (Kyriopoulos, 2003 dalam Lekidou; Trivelas & Ipsilandis, 2007).

  Pasien akan mempercayakan hidup dan kesejahteraan mereka untuk pemberi pelayanan keperawatan. Untuk itu pemantauan kepuasan pada pasien merupakan hal yang penting efektivitasnya dan menjadi bagian dari inisiatif dalam perbaikan kualitas (Torres & Guo, 2004 dalam Lekidou; Trivelas & Ipsilandis, 2007).

  Tingkat kepuasan pasien tergantung pada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan selama penilaiannya yaitu: umur pasien, posisi sosial ekonomi dan harapan, waktu pengukuran kepuasan, aspek penyedia layanan, dan variabel penting lain yang mempengaruhi kepuasan (Mastaki, 2010).

  Penelitian yang dilakukan pada 220 pasien pada Greek Central Hospital di Yunani terhadap pasien sebanyak adalah 220 orang, didapat pasien menganggap kesehatan mereka adalah hal yang sangat penting dan merasa lebih baik dan sehat, berkaitan dengan waktu yang dibutuhkan untuk mengakses rumah sakit didapatkan pasien puas walaupun rumah sakit jauh dari rumah mereka. Pasien tampaknya tidak puas dengan faktor-faktor tertentu yang menentukan kualitas perawatan seperti proses penerimaan pasien, kesehatan pasien tidak membaik setelah mereka rawat inap, kepuasan pasien dari dokter yang negatif, pasien kecewa ketika mereka membutuhkan mereka tidak menemukan dokter. Dari hasil penelitian tersebut dapat diartikan bahwa jarak dalam menempuh rumah sakit bukanlah alasan untuk memperoleh kesehatan yang optimal namun pasien akan merasa puas apabila pasien diterima dengan baik oleh perawat di rumah sakit, keadaaan pasien yang semakin membaik dan tenaga medis yang selalu ada buat pasien disaat pasien membutuhkannya (Lekidou., Trivelas., & Ipsilandis, 2007).

  Hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam oleh Gurusinga tahun 2013 tentang perilaku caring perawat terhadap kepuasan pasien, dari 136 sampel pasien rawat inap didapatkan hasil yaitu adanya hubungan antara perilaku caring dengan kepuasan pasien rawat inap, dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku caring sangat penting dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Hasil penelitian tersebut mayoritas dalam kategori baik dimana perawat selalu mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan instruksi atau mengajari pasien, selalu tegur sapa, selalu memberikan informasi kepada pasien maupun keluarga sehingga pasien dapat memberikan keputusan terhadap pelayanan yang akan dilakukan terhadap dirinya, menunjukkan rasa hormat, memberikan dukungan, memanggil pasien dengan nama yang tepat, bersikap jujur, membuat pasien merasa nyaman secara fisik dan emosional, dan yang paling penting adalah perawat selalu memperlakukan pasien sebagai satu individu yang utuh.

  Sedangkan hasil penelitian kepuasan pasien dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden merasa puas walaupun masih ada pasien belum puas dengan pelayanan keperawatan yang didapatkan oleh pasien. Alasan yang didapat dari pasien tentang kepuasan tersebut adalah perawat selalu mengarahkan pasien dalam melaksanakan terapi, tidak ceroboh dalam memberikan tindakan keperawatan, cekatan dan tidak terlambat dalam melakukan tindakan keperawatan, terampil dan selalu menguasai tentang hal yang dijelaskan kepada pasien. Sebagai hasil dari penelitian tersebut diatas maka perawat yang bekerja di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam telah menerapkan perilaku caring pada pasien.

  Hasil survei yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Maret ditemukan bahwa banyaknya jumlah pegawai baru di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam dikarenakan adanya pengembangan rumah sakit dengan penambahan ruang rawat inap sejumlah 4 ruangan. Penambahan perawat di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam dengan tingkat pendidikan Diploma III dan S1 keperawatan ditempatkan seluruhnya di ruang rawat inap. Peneliti melihat bahwa perawat yang baru tanpa ada pengalaman kerja masih kurang menerapkan caring

  process hal ini disebabkan karena pengalaman kerja yang belum ada, cara

  berkomunikasi dengan pasien yang masih ragu ragu, masih ada rasa takut jika berhubungan dengan pasien dalam waktu yang lama, perawat berkomunikasi dengan pasien seadanya dalam memberikan informasi kesehatan, kurang menggali masalah yang sedang dialami oleh pasien sedangkan perawat yang sudah memiliki pengalaman kerja di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam caring process dilakukan tetapi hanya sekedarnya tanpa melihat adanya tahapan yang harus di lakukan dengan baik berdasarkan bagian bagian yang ada didalam caring process. Dari hasil survei tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian apakah perawat melakukan caring process dengan baik kepada pasien atau tidak.

1.2 Permasalahan

  Berdasarkan dalam latar belakang, maka masalah penelitian yang akan di teliti adalah apakah ada hubungan antara caring process dengan kepuasan kerja perawat dan kepuasan pasien rawat inap.

1.3 Tujuan Penelitian

  Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka tujuan dari penelitian yang ingin dicapai adalah:

1. Menganalisa caring process perawat berdasarkan lima dimensi di Rumah

  Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam 2. Menganalisa kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk

  Pakam 3. Menganalisa kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Grand Medistra

  Lubuk Pakam 4. Menguji hubungan antara caring process dengan kepuasan kerja perawat di

  Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam 5. Menguji hubungan antara caring process dengan kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

1.4 Hipotesis

  Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: 1)

  Ada hubungan positif antara caring process dengan kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

  2) Ada hubungan positif antara caring process dengan kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

1.5 Manfaat Penelittian 1). Aspek teoritis

  Penelitian ini di harapkan dapat mengkaji bahan kajian di pendidikan dalam pengembangan ilmu tentang caring process perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan di rumah sakit. Penelitian ini juga dapat memberikan kontribusi dan pemahaman yang lebih luas tentang caring process dalam memberikan pelayanan keperawatan, kepuasan kerja perawat, serta kepuasan pasien rawat inap di rumah sakit.

  2). Aspek praktis a.

  Sebagai bahan masukan ataupun memberikan gambaran kepada rumah sakit tentang caring process dalam memberikan pelayanan keperawatan serta menjadi bahan pertimbangan untuk rumah sakit untuk mendukung, bekerjasama dalam meningkatkan kinerja perawat dalam program

  • – program latihan dan memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang selalu dilandasi dengan caring process, maka perawat dapat bersikap caring, lebih bersahabat, komunikatif, dan dapat membantu menumbuhkan motivasi untuk kesembuhan pasien.

  b.

  Sebagai bahan masukan dan pandangan bagi perawat untuk melakukan pendekatan kepada pasien dalam memberikan tindakan asuhan keperawatan berdasarkan tahapan caring process yang tidak hanya menganggap sebagai rutinitas harian tetapi lebih mengedepankan aspek

  • – aspek psikologis pada pasien sehingga mutu pelayanan keperawatan semakin meningkat c.

  Dapat menerapkan metodologi penelitian secara nyata serta dapat menambah pengetahuan penelitian terutama dalam pemberian metode asuhan keperawatan yang profesional dengan menerapkan caring process.