Hubungan Caring Process dengan Kepuasan Kerja Perawat dan Kepuasan Pasien rawat inap di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

(1)

HUBUNGAN

CARING PROCESS

DENGAN KEPUASAN

KERJA PERAWAT DAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG

RAWAT INAP RUMAH SAKIT GRAND MEDISTRA

LUBUK PAKAM

TESIS

Oleh

TATI MURNI KAROKARO

127046018/ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

HUBUNGAN

CARING PROCESS

DENGAN KEPUASAN

KERJA PERAWAT DAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG

RAWAT INAP RUMAH SAKIT GRAND MEDISTRA

LUBUK PAKAM

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep) dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi Administrasi Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Oleh

TATI MURNI KAROKARO

127046018 / ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

(4)

Telah di uji

Pada tanggal: 3 Pebruari 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi.,M.K.M Anggota : 1. Achmad Fathi, S.Kep., Ns., MNS

2. Ir. Etti Sudaryati., M.K.M, Ph.D


(5)

(6)

Judul Tesis : Hubungan Caring Process dengan Kepuasan Kerja Perawat dan Kepuasan Pasien rawat inap di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

Nama Mahasiswa : Tati Murni Karokaro

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi : Tahun :

Administrasi Keperawatan 2015

ABSTRAK

Pelaksanaan caring process, terdiri dari beberapa tahap yaitu knowing (berusaha mengerti kejadian yang berarti dalam kehidupan seseorang), being with (hadir secara emosional kepada/terhadap orang lain), doing for (sedapat mungkin melakukannya kepada orang lain seperti halnya melakukan terhadap diri sendiri), enabling (memfasilitasi seseorang atau orang lain dalam merawat diri mereka sendiri dan anggota keluarga, dan maintaining belief (menaruh kepercayaan terhadap kemampuan seseorang dalam menjalani hidup atau transisi dan menghadapi masa depan). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan caring process dengan kepuasan kerja perawat dan kepuasan pasien di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam, dengan tehnik purposive sampling dengan pertimbangan atau kriteria – kriteria tertentu dan sampel 89 orang perawat dan 102 pasien rawat inap dengan menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan analisa univariat dan bivariat dengan menggunakan uji korelasi


(7)

Pearson Product moment. Hasil penelitian di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam menunjukkan bahwa caring process mayoritaspada kategori baik (84,3%). Hasil penelitian berdasarkan kepuasan kerja perawat mayoritas pada kategori puas (80,4%). Hasil penelitian berdasarkan kepuasan pasien mayoritas pada kategori puas (72,5%). Analisis Bivariat dengan uji korelasi Pearson Product moment di dapatkan nilai r=0,658 (p<0,05), yang artinya hipotesa nol ditolak atau dengan kata lain terdapat hubungan yang signifikan antara caring process dengan kepuasan kerja perawat dan kekuatan hubungan antara caring process dengan kepuasan kerja perawat berada dalam kategori sangat tingg. Uji korelasi untuk kepuasan pasien di dapat nilai r=0,088 (p>0,05), yang artinya hipotesa nol diterima atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan yang signifikan antara caring process dengan kepuasan pasien.


(8)

Thesis Title : The Relationship between Caring Process and the Work Satisfaction of Nurses and Patient satisfaction at Grand Medistra Hospital Lubuk Pakam

Name : Tati Murni Karo karo

Study Program : Master of Nursing

Field of specialization : Nursing Administration

Year : 2015

ABSTRACT

The implementation of caring process consists of several stages such as knowing (doing our best to understand a meaningful event occured in the life of somebody else), being with (being emotionally present in somebody else), doing for (doing something for somebody else as wellas doing something for own self), enabling (facilitating somebody or somebody else in taking care of own self and family members), and maintaining belief (putting a trust on somebody’s skill in living his/her life or transition and facing the future). The purpose of this study was to find out the relationship between caring process and work satisfaction of nurses and patient satisfaction at Grand Medistra Hospital Lubuk Pakam. The samples for this study were 89 nurses and 102 in-patient patients selected through purposive sampling techniques based on the consideration of certain criteria. The data for this study were obtained through questionnaire distribution. The data obtained were analyzed through univariate analysis and bivariate analysis using


(9)

Pearson Moment Product correlation test. The result of the study conducted at Grand Medistra Hospital Lubuk Pakam showed that the majority of the caring process (84.3%) was in good category, majority of the nurses (80.4%) were satisfied with the work, and 72.5% of the patients were satisfied. The result of bivariate analysis using Pearson Product Moment showed that г = 0.658 (p < 0.05) which means that Ho was rejected or in other words there was a significant relationship between caring priocess and nurses’ work satisfaction and the strength of the relationship between caring process and nurses’ work satisfaction was very high. The result of correlation test in relation to patient satisfaction showed that г = 0.088 (p < 0.05) which means that Ho was accepted that there was no significant relationship between caring process and patient satisfaction.


(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasihNya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul: “Hubungan caring process dengan kepuasan kerja perawat dan kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam”.

Selama menyusun tesis ini, penulis mengalami banyak pengalaman yang berharga dari berbagai pihak. Sehingga, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes., selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk melanjutkan studi ke jenjang Magister Keperawatan.

2. Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Terima kasih telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis dalam mengerjakan tesis ini hingga selesai.

3. Achmad Fathi, S.Kep, Ns, MNS selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai dosen pembimbing II. Terima kasih telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis dalam mengerjakan tesis ini hingga selesai. Terima kasih juga atas kesempatan yang telah beliau berikan kepada penulis dalam meningkatkan aktualisasi diri selama masa pendidikan.


(11)

4. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi., M.K.M selaku dosen pembimbing I. Terima kasih telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis dalam mengerjakan tesis ini hingga selesai.

5. Ir. Etti Sudaryati., M.K.M, Ph.D dan Roxsana Devi Tumanggor, S.Kep, Ns, M.Nurs selaku penguji yang telah memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.

6. dr. Arif Sujatmiko selaku Direktur Utama Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di rumah sakit tersebut.

7. Yayasan MEDISTRA Lubuk Pakam atas kesempatan dan dukungan yang diberikan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan pendidikan ini dengan baik.

8. Suami tercinta Aswin Syahputra Sembiring, SP dan anak kami Neil Ebinezer Winanta Sembiring serta keluarga yang selalu memberikan semangat, motivasi dan dukungan yang begitu besar sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian ini khususnya kepada ayahanda St. A Karokaro (Almh) dan ibunda St.Rosminta Damanik.

9. Rekan-rekan Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan dan terkhusus untuk teman-teman Magister Keperawatan Konsentrasi Administrasi Keperawatan angkatan kedua yang telah saling mengingatkan dan mendukung selama penyusunan tesis ini.


(12)

Penulis menyadari bahwa hasil tesis ini masih ada kekurangan, baik dari aspek bahasa maupun isinya. Oleh karena penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya memperbaiki hasil tesis ini demi kesempurnaan tesis dan harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya bagi profesi keperawatan.

Medan, 3 Pebruari 2015 Penulis


(13)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Tati Murni Karokaro

Tempat Tanggal Lahir : Gambiri, 28 februari 1980

Alamat : Jln. Sudirman No. 38 Lubuk Pakam, Kab. Deli

Serdang

Email : tatikarokaro612sp@gmail.com

N0.Telp./Hp : 081370367228

Riwayat Pendidikan :

Jenjang Pendidikan Nama Institusi Tahun lulus

SD Inpres Sinaman Labah 1992

SMP RK CINTA RAKYAT 3 1995

SPK SEMBIRING Delitua 1998

D III Keperawatan Medistra Lubuk Pakam 2002

D IV Perawat Pendidik USU 2003

S1 Keperawatan USU 2005

S2 Keperawatn Magister Keperawatan USU 2014

Riwayat Pekerjaan:

Tahun 2009 – Sekarang Staf Dosen di STIKes MEDISTRA Lubuk Pakam Tahun 2010 - 2011 Sekretaris Prodi Ilmu Keperawatan STIKes MEDISTRA

Lubuk Pakam November 2011 s.d

Sekarang

Sekretaris Program Studi Akademi Keperawatan MEDISTRA Lubuk Pakam


(14)

Kegiatan Akademik Selama Studi :

Peserta pada acara “Seminar Penelitian Kualitatif Sebagai Landasan

Pengembangan Pengetahuan Disiplin Ilmu Kesehatan & Workshop Analisis Data dengan Content Analysis & Weft-QDA”, 31 Januari 2012, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Peserta Seminar Keperawatan Nursing Leadership menyongsong Asean Community 2015, 30 Januari 2013 Fakultas Keperawatan, USU. Peserta pada 2013 MEDAN INTERNATIONAL NURSING CONFERENCE “The Application of Nursing Education Advanced Research and Clinical Practice”, 1 – 2 April 2013, Hotel Garuda Plaza, Medan, Sumatera Utara.

Oral presentasi pada Seminar Internasional “the 1st International Conference in Education and Nursing Research 2014 Transforming in Nursing Education and Research”, 22-23 Agustus 2014, Fakultas Keperawatan, Universitas Andalas.


(15)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Hipotesis ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Konsep Caring ... 11

2.2 Konsep Kepuasan Kerja ... 17

2.3 Perawat... .. 23

2.4 Konsep Kepuasan pasien ... 26

2.5 Manajemen ... 29

2.6 Kerangka Teori Penelitian ... 33

2.7 Kerangka Konsep Penelitian ... 34

BAB III. METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Jenis Penelitian ... 35

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

3.3 Populasi dan Sampel ... 36

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 38

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional ... 39

3.6 Metode Pengukuran ... 40

3.7 Pengolahan Data ... ... 43

3.8 Uji Validitas ... ... 45

3.9 Uji Reliabilitas . ... 46

3.10 Metode Analisa Data ... 46


(16)

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 49

4.1 Deskripsi lokasi penelitian ... 49

4.2 Karakteristik individu ... 53

4.3 Analisa univariat . ... 54

4.4 Analisa bivariat ... 58

BAB V. PEMBAHASAN PENELITIAN ... 60

5.1 Caring proces.s ... 60

5.2 Kepuasan kerja perawat ... 66

5.3 Kepuasan pasien rawat inap ... 71

5.4 Analisa bivariat ... 74

5.5 Hubungan caring process dengan kepuasan kerja perawat ... 74

5.6 Hubungan caring process dengan kepuasan pasien rawat inap ... 76

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

6.1 Kesimpulan ... ... 78

6.2 Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ....... 81


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Alat Ukur, Skala Ukur, dan Hasil Ukur Variabel Penelitian ……... 43 Tabel 4.1 Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden

berdasarkan data demografi perawat ………... 53

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden

berdasarkan data demografi pasien ...………... 54

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi dimensi caring process di Rumah Sakit Grand

Medistra Lubuk Pakam ………... 55

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit

Grand Medistra Lubuk Pakam ……… 56

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi kepuasan pasien rawat inap praktek

professional di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam …… 57

Tabel 4.6 Hasil uji korelasi bivariat caring process dengan kepuasan kerja

perawat di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam …………. 58

Tabel 4.7 Hasil uji korelasi bivariat caring process dengan kepuasan pasien


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka teori penelitian ……… 33 Gambar 2.2 Kerangka konsep penelitian ……… 34


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Instrumen Penelitian ……… 86

a. Lembar penjelasan tentang penelitian ……….... 87

b. Lembar Persetujuan menjadi responden………... 88

c. Instrumen Penelitian Caring Process……….... 89

d. Instrumen Penelitian Kepuasan Kerja Perawat……….. 92

e. Instrumen Penelitian Kepuasan Pasien Rawat Inap………… 96

Lampiran 2 Biodata Expert……… 99

Lampiran 3 Izin Penelitian……….. 105

a. Surat pengambilan data dari Dekan Fakultas Keperawatan… 106 b. Surat Persetujuan Etik Penelitian……… 107


(20)

Judul Tesis : Hubungan Caring Process dengan Kepuasan Kerja Perawat dan Kepuasan Pasien rawat inap di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

Nama Mahasiswa : Tati Murni Karokaro

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi : Tahun :

Administrasi Keperawatan 2015

ABSTRAK

Pelaksanaan caring process, terdiri dari beberapa tahap yaitu knowing (berusaha mengerti kejadian yang berarti dalam kehidupan seseorang), being with (hadir secara emosional kepada/terhadap orang lain), doing for (sedapat mungkin melakukannya kepada orang lain seperti halnya melakukan terhadap diri sendiri), enabling (memfasilitasi seseorang atau orang lain dalam merawat diri mereka sendiri dan anggota keluarga, dan maintaining belief (menaruh kepercayaan terhadap kemampuan seseorang dalam menjalani hidup atau transisi dan menghadapi masa depan). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan caring process dengan kepuasan kerja perawat dan kepuasan pasien di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam, dengan tehnik purposive sampling dengan pertimbangan atau kriteria – kriteria tertentu dan sampel 89 orang perawat dan 102 pasien rawat inap dengan menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan analisa univariat dan bivariat dengan menggunakan uji korelasi


(21)

Pearson Product moment. Hasil penelitian di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam menunjukkan bahwa caring process mayoritaspada kategori baik (84,3%). Hasil penelitian berdasarkan kepuasan kerja perawat mayoritas pada kategori puas (80,4%). Hasil penelitian berdasarkan kepuasan pasien mayoritas pada kategori puas (72,5%). Analisis Bivariat dengan uji korelasi Pearson Product moment di dapatkan nilai r=0,658 (p<0,05), yang artinya hipotesa nol ditolak atau dengan kata lain terdapat hubungan yang signifikan antara caring process dengan kepuasan kerja perawat dan kekuatan hubungan antara caring process dengan kepuasan kerja perawat berada dalam kategori sangat tingg. Uji korelasi untuk kepuasan pasien di dapat nilai r=0,088 (p>0,05), yang artinya hipotesa nol diterima atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan yang signifikan antara caring process dengan kepuasan pasien.


(22)

Thesis Title : The Relationship between Caring Process and the Work Satisfaction of Nurses and Patient satisfaction at Grand Medistra Hospital Lubuk Pakam

Name : Tati Murni Karo karo

Study Program : Master of Nursing

Field of specialization : Nursing Administration

Year : 2015

ABSTRACT

The implementation of caring process consists of several stages such as knowing (doing our best to understand a meaningful event occured in the life of somebody else), being with (being emotionally present in somebody else), doing for (doing something for somebody else as wellas doing something for own self), enabling (facilitating somebody or somebody else in taking care of own self and family members), and maintaining belief (putting a trust on somebody’s skill in living his/her life or transition and facing the future). The purpose of this study was to find out the relationship between caring process and work satisfaction of nurses and patient satisfaction at Grand Medistra Hospital Lubuk Pakam. The samples for this study were 89 nurses and 102 in-patient patients selected through purposive sampling techniques based on the consideration of certain criteria. The data for this study were obtained through questionnaire distribution. The data obtained were analyzed through univariate analysis and bivariate analysis using


(23)

Pearson Moment Product correlation test. The result of the study conducted at Grand Medistra Hospital Lubuk Pakam showed that the majority of the caring process (84.3%) was in good category, majority of the nurses (80.4%) were satisfied with the work, and 72.5% of the patients were satisfied. The result of bivariate analysis using Pearson Product Moment showed that г = 0.658 (p < 0.05) which means that Ho was rejected or in other words there was a significant relationship between caring priocess and nurses’ work satisfaction and the strength of the relationship between caring process and nurses’ work satisfaction was very high. The result of correlation test in relation to patient satisfaction showed that г = 0.088 (p < 0.05) which means that Ho was accepted that there was no significant relationship between caring process and patient satisfaction.


(24)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

The theory of transpersonal caring merupakan teori keperawatan yang di kemukakan oleh Watson (1979), yang menyatakan bahwa caring merupakan suatu karakteristik interpersonal yang tidak diturunkan melalui genetika, tetapi dapat di pelajari melalui pendidikan sebagai budaya profesi. Dalam konteks keperawatan, caring bukan merupakan suatu hal yang unik akan tetapi caring merupakan suatu bentuk pendekatan seni dan ilmu dalam merawat klien yang merupakan kerangka penting dari kerangka kerja perawat dalam praktik keperawatan dan bagaimana perawat menghargai orang lain, cinta dan memiliki serta bertanggung jawab yang merupakan inti dari keperawatan (Heidegger, (2001) dalam Waldow, 2009; Swanson, (1991) dalam Perry & Potter, 2009; Watson 1979).

Waldow (2006) dalam Waldow (2009) mengemukakan bahwa dalam melakukan caring ada proses yang harus dilalui yang disebut dengan istilah caring process. Caring process dikembangkan oleh perawat berdasarkan: pengetahuan ilmiah, keterampilan, intuisi, pemikiran kritis, dan kreativitas. Karakteristik ini diwujudkan dalam perilaku dan sikap peduli dengan tujuan mempromosikan, memelihara, dan atau memulihkan martabat dan keutuhan manusia yang sedang di rawat. Pendapat diatas senada dengan Waldow (1998, dalam Waldow, 2009) yang menyatakan lebih lanjut bahwa caring process merupakan bagaimana cara seorang perawat dalam mengambil maupun memberi


(25)

perawatan. Pelaksanaan caring process, terdiri dari beberapa tahap yaitu maintaining belief (menaruh kepercayaan terhadap kemampuan seseorang dalam menjalani hidup atau transisi dan menghadapi masa depan), knowing (berusaha mengerti kejadian yang berarti dalam kehidupan seseorang), being with (hadir secara emosional kepada/terhadap orang lain), doing for (sedapat mungkin melakukannya kepada orang lain seperti halnya melakukan terhadap diri sendiri), dan enabling (memfasilitasi seseorang atau orang lain dalam merawat diri mereka sendiri dan anggota keluarga (Swanson, 1993 dalam Tonges & Ray, 2011; Swanson, 1991 dalam Potter & Perry 2009; Swanson, 2001 dalam Watson 2002).

Hasil penelitian yang dilakukan Caroline Hospital di Chapel Hill dapat disimpulkan bahwa kepuasan pasien meningkat secara pesat dan berkelanjutan selama 6 tahun, hal ini terjadi karena adanya penerapan caring process terhadap pasien melalui penerapan komunikasi theraupetik yang baik antara perawat dengan pasien, sehingga terpenuhinya kebutuhan secara emosional, pribadi yang positif dan meningkatnya kepedulian perawat terhadap privasi pasien (Tonges & Ray, 2011).

Kepuasan kerja adalah perasaan yang dimiliki seseorang terhadap pekerjaannya, akan tetapi ada beberapa orang beranggapan bahwa kepuasan kerja merupakan tingkat yang paling tinggi dari kepuasan kerja yang memiliki perasaan positif dan menikmati pekerjaannya dan menganggap bahwa kepuasan kerja merupakan bagian dari pusat kehidupan seseorang, (Spector, 1997 & Robbin, 2005 dalam Rao & Malik 2012). Kepuasan kerja adalah sebuah multidimensional, bertahan penting dan banyak konsep penelitian di lapangan bersifat


(26)

organisasional, yang terdiri dari faktor instrinsik meliputi tugas pekerjaan, konten pekerjaaan (keberagaman, kemandirian, keterampilan, pemenuhan diri, dan pertumbuhan diri, dan motivasi, sedangkan faktor ekstrinsik adalah upah/gaji, rekan kerja, dan kondisi kerja. Jika faktor seperti kondisi kerja dan supervisor yang baik, mereka menganggap itu sebagai kepuasan kerja, dan sebaliknya (Pietersen, 2005).

Hasil penelitian yang dilakukan pada tiga rumah sakit di Taiwan didapatkan bahwa 786 perawat ingin berhenti dari pekerjaan mereka, hal ini sangat dipengaruhi oleh tingginya tingkat keluar – masuk atau pergantian perawat dan pemahaman akan promosi keperawatan, selain itu juga akan dipengaruhi faktor menejerial yang kurang baik yang dapat menyebabkan ketidakpuasan perawat dalam bekerja. Dari hal – hal diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja perawat akan tercapai apabila adanya pemahaman akan promosi keperawatan, faktor manajerial yang baik dilingkungan kerja agar tidak terjadi keluar – masuknya perawat dalam satu rumah sakit (Hayes, 2006 & Brewer, 2006 dalam Kalisch., Lee., Rochman, 2010; Smith,1996, Lee,1999 & Tzeng, 1997 dalam Tzeng, 2002). Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Pietersen pada Government Hospital di South Afrika didapatkan bahwa 109 staf perawat memberikan alasan yang mempengaruhi kepuasan kerja mereka yaitu a) berdasarkan usia dan peringkat perawat merasa tidak puas dengan kondisi kerja mereka dan menganggap kondisi kerja di rumah sakit yang kotor dan jauh dari tempat kerja, b) staf perawat merasa tidak puas dengan supervisor mereka, karena sebagian besar responden menyatakan bahwa supervisor mereka tidak mendukung


(27)

mereka, c) Mayoritas staf perawat merasa tidak senang dengan upah yang diterima, karena upah yang mereka terima tidak cukup/tidak sesuai dengan apa yang dikerjakan bahkan upah lebih kecil dari yang sudah di tentukan. Dari hasil penelitian diatas maka pihak menejerial sebaiknya memperhatikan usia perawat yang bekerja dirumah sakit agar mendapatkan hasil kerja yang optimal, menempatkan supervisor sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya terutama dalam hal memberikan dukungan maupun motivasi kepada perawat yang sedang bekerja, penghargaan yang diterima oleh perawat yang bekerja dirumah sakit baik secara upah/gaji atau penghargaan yang lainnya. Upah/gaji sebaiknya diberikan sesuai dengan standar yang telah ditentukan dan penghargaan yang lainnya seperti mengikuti pelatihan maupun melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi (Pietersen, 2005).

Dimensi dari kualitas pelayanan di rumah sakit adalah: aspek teknis (perawatan, hasil dan perawatan dokter) dan aspek akomodasi (makanan, kebisingan, suhu kamar, kebersihan, privasi dan parkir). Hal ini di perlukan bagi petugas rumah sakit untuk mencoba sesuai dengan kebutuhan di lingkungan sosial pasien. Ketika perawat ramah dan penuh harapan, minat dan usaha, ketakutan dan kecemasan penyakit (tidak diketahui bagi pasien) dapat hilang (Carman, 2000 dalam Lekidou; Trivelas & Ipsilandis, 2007).

Kepuasan pasien adalah merupakan salah satu bentuk hasil (outcomes) dari pelayanan kesehatan, kepuasan pasien dapat dikategorikan sebagai suatu sistem pengukuran kerja yang merupakan tujuan dari peningkatan mutu layanan kesehatan (Pohan, 2007 & Mastaki, 2010). Kepuasan pasien dapat dianggap,


(28)

sebagai ukuran bagi penyedia perawatan kesehatan yang telah mencapai berkorespondensi untuk kebutuhan pasien dan harapan-harapan. Kepuasan pasien telah ditetapkan sebagai variabel yang mempengaruhi efektivitas pelayanan perawatan (Kyriopoulos, 2003 dalam Lekidou; Trivelas & Ipsilandis, 2007). Pasien akan mempercayakan hidup dan kesejahteraan mereka untuk pemberi pelayanan keperawatan. Untuk itu pemantauan kepuasan pada pasien merupakan hal yang penting efektivitasnya dan menjadi bagian dari inisiatif dalam perbaikan kualitas (Torres & Guo, 2004 dalam Lekidou; Trivelas & Ipsilandis, 2007). Tingkat kepuasan pasien tergantung pada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan selama penilaiannya yaitu: umur pasien, posisi sosial ekonomi dan harapan, waktu pengukuran kepuasan, aspek penyedia layanan, dan variabel penting lain yang mempengaruhi kepuasan (Mastaki, 2010).

Penelitian yang dilakukan pada 220 pasien pada Greek Central Hospital di Yunani terhadap pasien sebanyak adalah 220 orang, didapat pasien menganggap kesehatan mereka adalah hal yang sangat penting dan merasa lebih baik dan sehat, berkaitan dengan waktu yang dibutuhkan untuk mengakses rumah sakit didapatkan pasien puas walaupun rumah sakit jauh dari rumah mereka. Pasien tampaknya tidak puas dengan faktor-faktor tertentu yang menentukan kualitas perawatan seperti proses penerimaan pasien, kesehatan pasien tidak membaik setelah mereka rawat inap, kepuasan pasien dari dokter yang negatif, pasien kecewa ketika mereka membutuhkan mereka tidak menemukan dokter. Dari hasil penelitian tersebut dapat diartikan bahwa jarak dalam menempuh rumah sakit bukanlah alasan untuk memperoleh kesehatan yang optimal namun pasien akan


(29)

merasa puas apabila pasien diterima dengan baik oleh perawat di rumah sakit, keadaaan pasien yang semakin membaik dan tenaga medis yang selalu ada buat pasien disaat pasien membutuhkannya (Lekidou., Trivelas., & Ipsilandis, 2007).

Hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam oleh Gurusinga tahun 2013 tentang perilaku caring perawat terhadap kepuasan pasien, dari 136 sampel pasien rawat inap didapatkan hasil yaitu adanya hubungan antara perilaku caring dengan kepuasan pasien rawat inap, dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku caring sangat penting dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Hasil penelitian tersebut mayoritas dalam kategori baik dimana perawat selalu mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan instruksi atau mengajari pasien, selalu tegur sapa, selalu memberikan informasi kepada pasien maupun keluarga sehingga pasien dapat memberikan keputusan terhadap pelayanan yang akan dilakukan terhadap dirinya, menunjukkan rasa hormat, memberikan dukungan, memanggil pasien dengan nama yang tepat, bersikap jujur, membuat pasien merasa nyaman secara fisik dan emosional, dan yang paling penting adalah perawat selalu memperlakukan pasien sebagai satu individu yang utuh.

Sedangkan hasil penelitian kepuasan pasien dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden merasa puas walaupun masih ada pasien belum puas dengan pelayanan keperawatan yang didapatkan oleh pasien. Alasan yang didapat dari pasien tentang kepuasan tersebut adalah perawat selalu mengarahkan pasien dalam melaksanakan terapi, tidak ceroboh dalam memberikan tindakan


(30)

keperawatan, cekatan dan tidak terlambat dalam melakukan tindakan keperawatan, terampil dan selalu menguasai tentang hal yang dijelaskan kepada pasien. Sebagai hasil dari penelitian tersebut diatas maka perawat yang bekerja di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam telah menerapkan perilaku caring pada pasien.

Hasil survei yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Maret ditemukan bahwa banyaknya jumlah pegawai baru di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam dikarenakan adanya pengembangan rumah sakit dengan penambahan ruang rawat inap sejumlah 4 ruangan. Penambahan perawat di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam dengan tingkat pendidikan Diploma III dan S1 keperawatan ditempatkan seluruhnya di ruang rawat inap. Peneliti melihat bahwa perawat yang baru tanpa ada pengalaman kerja masih kurang menerapkan caring process hal ini disebabkan karena pengalaman kerja yang belum ada, cara berkomunikasi dengan pasien yang masih ragu ragu, masih ada rasa takut jika berhubungan dengan pasien dalam waktu yang lama, perawat berkomunikasi dengan pasien seadanya dalam memberikan informasi kesehatan, kurang menggali masalah yang sedang dialami oleh pasien sedangkan perawat yang sudah memiliki pengalaman kerja di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam caring process dilakukan tetapi hanya sekedarnya tanpa melihat adanya tahapan yang harus di lakukan dengan baik berdasarkan bagian bagian yang ada didalam caring process. Dari hasil survei tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian apakah perawat melakukan caring process dengan baik kepada pasien atau tidak.


(31)

1.2 Permasalahan

Berdasarkan dalam latar belakang, maka masalah penelitian yang akan di teliti adalah apakah ada hubungan antara caring process dengan kepuasan kerja perawat dan kepuasan pasien rawat inap.

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka tujuan dari penelitian yang ingin dicapai adalah:

1. Menganalisa caring process perawat berdasarkan lima dimensi di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

2. Menganalisa kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

3. Menganalisa kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

4. Menguji hubungan antara caring process dengan kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

5. Menguji hubungan antara caring process dengan kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

1.4Hipotesis

Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:

1) Ada hubungan positif antara caring process dengan kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam


(32)

2) Ada hubungan positif antara caring process dengan kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

1.5Manfaat Penelittian 1). Aspek teoritis

Penelitian ini di harapkan dapat mengkaji bahan kajian di pendidikan dalam pengembangan ilmu tentang caring process perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan di rumah sakit. Penelitian ini juga dapat memberikan kontribusi dan pemahaman yang lebih luas tentang caring process dalam memberikan pelayanan keperawatan, kepuasan kerja perawat, serta kepuasan pasien rawat inap di rumah sakit.

2). Aspek praktis

a. Sebagai bahan masukan ataupun memberikan gambaran kepada rumah sakit tentang caring process dalam memberikan pelayanan keperawatan serta menjadi bahan pertimbangan untuk rumah sakit untuk mendukung, bekerjasama dalam meningkatkan kinerja perawat dalam program – program latihan dan memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang selalu dilandasi dengan caring process, maka perawat dapat bersikap caring, lebih bersahabat, komunikatif, dan dapat membantu menumbuhkan motivasi untuk kesembuhan pasien.

b. Sebagai bahan masukan dan pandangan bagi perawat untuk melakukan pendekatan kepada pasien dalam memberikan tindakan asuhan keperawatan berdasarkan tahapan caring process yang tidak hanya menganggap sebagai


(33)

rutinitas harian tetapi lebih mengedepankan aspek – aspek psikologis pada pasien sehingga mutu pelayanan keperawatan semakin meningkat

c. Dapat menerapkan metodologi penelitian secara nyata serta dapat menambah pengetahuan penelitian terutama dalam pemberian metode asuhan keperawatan yang profesional dengan menerapkan caring process.


(34)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Caring

Konseptual caring telah di deskripsikan dalam literatur baik sebagai model dan sebagai teori. Caring merupakan suatu tindakan yang dapat menggerakkan kita untuk melakukan sesuatu terhadap kepentingan dan kebutuhannya, yang mana hal ini berhubungan dengan kebutuhan seseorang (Waldow, 2009). Caring merupakan suatu cara atau pemeliharaan yang berhubungan dengan bagaimana kita menghargai orang lain, cinta dan memiliki serta bertanggung jawab dan juga merupakan inti dari keperawatan, tetapi tidak merupakan sesuatu yang unik atau yang berbeda di dalam praktik keperawatan (Swanson, 1999).

Swanson, (1991 dalam Tonges & Ray, 2011) menyatakan bahwa ada lima tingkatan dalam caring keperawatan, yaitu kapasitas dari caring perawat (sejauhmana perawat dalam memberikan caring kepada pasien), komitmen (komitmen pasien dalam menerima caring), situasi dan kondisi (dukungan lingkungan yang tepat dan komitmen dalam memberikan praktik keperawatan), tindakan caring (konsistensi dari tindakan keperawatan merupakan dasar dari pengetahuan, bersama dengan, melakukan untuk, memfasilitasi dan mempertahankan kepercayaan), dan konsekuensi caring (hasil dari tindakan yang sudah dilakukan).


(35)

1. Caring Process

Caring process merupakan bagaimana cara seorang perawat dalam mengambil maupun memberi perawatan (Waldow, 1998 dalam Waldow, 2009). Caring process dalam keperawatan meliputi perilaku dan sikap yang ditunjukkan dalam tindakan yang dilakukan, dilindungi oleh hukum, dan dikembangkan dengan kompetensi untuk mempromosikan potensi-potensi orang yang bertujuan untuk melestarikan atau memperbaiki kondisi manusia dalam proses kehidupan dan kematian (Waldow, 2006 dalam Waldow, 2009).

2. Dimensi Caring Process

Teori caring process Swanson (1991) dibagi menjadi 5 dimensi, yaitu: knowing, being with, doing for, enabling, dan maintaining belief. Dimensi pertama, knowing adalah berusaha untuk memahami peristiwa yang memiliki makna dalam kehidupan klien. Mempertahankan kepercayaan adalah dasar dari caring keperawatan, knowing adalah memahami pengalaman hidup klien dengan mengesampingkan asumsi perawat, mengetahui kebutuhan klien, menggali/menyelami informasi klien secara detail, sensitif terhadap petunjuk verbal dan non verbal, fokus kepada satu tujuan keperawatan, serta melibatkan orang yang memberi asuhan dan orang yang diberi asuhan dan menyamakan persepsi antara perawat dan klien. knowing adalah penghubung dari keyakinan dalam keperawatan terhadap realita kehidupan.

Dimensi kedua adalah being with, dimana perawat tidak hanya hadir secara fisik, namun juga komunikasi, berbagi perasaan tanpa beban dan secara


(36)

emosional bersama klien dengan maksud menawarkan kepada klien dukungan, kenyamanan, pemantauan dan mengurangi intensitas perasaan yang tidak diinginkan. Dengan being with perawat dapat menunjukkan dengan cara kontak mata, bahasa tubuh, nada suara, mendengarkan serta memiliki sikap positif dan bersemangat yang dilakukan perawat, akan membentuk suatu suasana keterbukaan dan saling mengerti.

Dimensi ketiga adalah doing for, yang berarti bersama – sama melakukan suatu tindakan yang bisa dilakukan, mengantisipasi kebutuhan yang diperlukan, kenyamanan, menjaga privasi dan martabat klien. Dimensi keempat, enabling adalah memampukan atau memberdayakan klien, memfasilitasi klien untuk melewati masa transisi dalam hidupnya dan melewati setiap peristiwa dalam hidupnya yang belum pernah dialami dengan memberikan informasi, kejelasan, mendukung dengan fokus masalah yang relevan, berfikir melalui masalah dan menghasilkan alternatif pemecahan sehingga meningkatkan penyembuhan klien atau klien mampu melakukan tindakan yang tidak biasa dia lakukan dengan cara memberikan dukungan, memvalidasi perasaan dan memberikan umpan balik.

Dimensi kelima, maintaining belief, yaitu menumbuhkan keyakinan seseorang dalam melalui setiap peristiwa hidup dan masa – masa transisi dalam hidupnya serta menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan, meyakini kemampuan orang lain, menumbuhkan sikap optimis, membantu menemukan arti atau mengambil hikmah dari setiap peristiwa, dan selalu ada untuk orang dalam situasi apa pun (Bailey, 2009; Eide & Kahn, 2008; Jansson & Adolfsson, 2011; Tonges & Ray, 2011).


(37)

3. Sub dimensi Caring Process

Dalam melaksanakan lima dimensi caring process, dimana setiap dimensi terdiri dari beberapa subdimensi, yaitu knowing adalah penghubung dari keyakinan dalam keperawatan terhadap realita kehidupan, subdimensinya yaitu a) avoiding assumption (menghindari asumsi – asumsi), b) assessing thoroughly (melakukan pengkajian menyeluruh), c) seeking clues (perawat menggali informasi secara mendalam), d) centering on the cared for (melibatkan diri sebagai perawat yang utuh dan bekerja sama dengan klien dalam melakukan asuhan keperawatan yang efektif).

Being with adalah tidak hanya hadir secara fisik, namun juga komunikasi, subdimensinya yaitu a) non-burdening (perawat bekerjasama dengan klien tanpa memaksa kehendak kepada klien dalam melakukan tindakan keperawatan), b) convering availabily (menunjukkan kesediaan perawat dalam membantu klien dan menfasilitasi klien untuk mencapai tahap kesejahteraan), c) enduring with (bersama – sama berkomitmen dengan klien berusaha dalam meningkatkan kesehatan klien, d) sharing feeling (berbagi pengalaman bersama klien yang berkaitan dengan usaha peningkatan kesehatan klien).

Doing for yang berarti bersama – sama melakukan suatu tindakan, subdimensinya adalah comforting (memberikan kenyamanan), performing competently (menunjukkan ketrampilan), preserving dignity (menjaga martabat klien), anticipating (mengantisipasi), dan protecting (melindungi) hak – hak pasien dalam memberikan asuhan keperawatan dan tindakan medis.


(38)

Enabling adalah memampukan atau memberdayakan klien, subdimensinya yaitu a) validating (menvalidasi semua tindakan yang telah dilakukan, b) informing (memberikan infomasi yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan klien dalam rangka memberdayakan klien dan keluarga klien), c) supporting (memberikan dukungan kepada klien dalam mencapai kesejahteraan sesuai kapasitas sebagai perawat), d) feedback (memberikan umpan balik terhadap apa yang dilakukan oleh klien dalam usahanya mencapai kesembuhan), e) helping patients to focus and generative alternative (menolong pasien untuk selalu fokus dan terlibat dalam program peningkatan kesehatannya baik tindakan keperawatan maupun tindakan medis).

Maintaining belief, yaitu menumbuhkan keyakinan seseorang, sub dimensinya yaitu a) believing in (perawat menanggapi apa yang ia rasakan dan percaya bahwa perasaan – perasaan tersebut bisa terjadi dan wajar terjadi pada siapapun yang sedang dalam masa transisi), b) offering a hope-filled attitude (menunjukkan perilaku bahwa perawat sepenuhnya perduli terhadap masalah yang dialami dengan sikap tubuh, kontak mata dan intonasi bicara perawat), c) maintaining realistic optimism (menjaga dan menunjukkan optimisme perawat dan harapan apa yang menimpa klien secara realistis dan berusaha mempengaruhi agar klien mempunyai optimis dan harapan yang sama), d) helping for find meaning (membantu klien menemukan makna akan masalah yang terjadi sehingga klien perlahan – lahan menerima bahwa setiap orang dapat mengalami apa yang dialami klien), e) going the distance (tetap menjaga hubungan sebagai perawat – klien yang tujuan akhir dalam tahap ini adalah kepercayaan klien sepenuhnya


(39)

terhadap perawat dan kemampuan berespon serta caring secara total oleh perawat kepada klien) (Swanson, 1991).

4. Sub kategori Caring Process

Caring Process terdiri dari lima dimensi, akan tetapi dari lima dimensi dibagi menjadi sepuluh sub kategori yaitu, 1) mengingat perasaan pasien (perawat menjelaskan bahwa perawat mencoba untuk menempatkan diri menjadi seorang pasien dan berpikir tentang apa yang di khawatirnya), 2) memiliki pengetahuan dan keterampilan keperawatan (perawat menekankan bahwa sangat penting memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memberikan perawatan kepada pasien, jika perawat mengamati pasien sebagai seorang individu yang utuh, maka perawat mengerti apa jenis perawatan yang di berikan dan bagaimana hal itu harus diberikan. Perawat juga dinilai memiliki kemampuan untuk menemukan dan memberikan perawatan yang terbaik untuk pasien mereka), 3) advokasi untuk pasien (upaya untuk mempertimbangkan permintaan pasien), 4) memiliki hubungan sebagai manusia, pengalaman kebahagiaan dan kesedihan sebagai pasien.

Perawat memiliki hubungan yang dekat dengan pasien karena perawat dapat lebih dekat dan menggali pengalaman pasien akan penyakitnya tersebut), 5) bersama pasien/menyentuh pasien/mendengarkan pasien (bersama pasien, menyentuh pasien, dan mendengarkan pasien penting dalam hal praktik keperawatan. perawat terlihat duduk di dekat pasien, memegang tangan, menghibur pasien dan keluarga mereka), 6) membuat perbedaan (perawat yang


(40)

diandalkan oleh pasien dan keluarga, mampu mengantisipasi perbedaan dan percaya bahwa perawatan yang perawat berikan adalah yang terbaik untuk pasien), 7) saling membantu (perawat saling membantu untuk melaksanakan tugas keperawatan, ketika bekerja shift yang sama, perawat saling bertanya apakah membutuhkan bantuan untuk menjaga pasien mereka), 8) hubungan dengan pasien (banyak perawat menyatakan terbinanya hubungan yang baik ke pasien karena perawat telah menghabiskan begitu banyak waktu dengan pasien), 9) menunjukkan makna hidup seseorang (bekerja sebagai perawat adalah mereka memberikan arti hidup seseorang), 10) menyadari keperawatan sebagai sarana aktualisasi diri (perawat ingin diakui, karena bekerja sebagai perawat adalah cara yang perawat lakukan untuk mendapatkan pengakuan) (Gregg & Magilvy, 2004).

2.2. Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja adalah sikap seseorang terhadap pekerjaan mereka yang memandang kepuasan kerja sebagai hasil keseluruhan dari derajat rasa suka atau tidak sukanya tenaga kerja terhadap berbagai aspek dari pekerjaannya. Hal tersebut dihasilkan dari persepsi mereka mengenai pekerjaan mereka dan tingkat kesesuaian antara individu dan organisasi (Ivancevich, Konopaske, Matteson, 2006; Howell dan Dispboye (1986) dalam Munandar (2008).

Berdasarkan definisi diatas, kepuasan kerja mengacu pada sikap yang lazim ditunjukan seseorang terhadap pekerjaanya. Kepuasan kerja yang tinggi memiliki sikap positif terhadap pekerjaanya sedangkan yang tidak puas memiliki sikap negative, maka ketika membicarakan sikap karyawan, karyawan biasanya


(41)

merujuk pada kepuasan kerja seperti: 1) sepuas apakah karyawan saat pendapatan (gaji) meningkat, 2) kepuasan dan produktivitas tidak mudah menetukan apakah kepuasan kerja menghasilkan produktivitas kerja atau sebaliknya, 3) kepuasan dan ketidakhadiran kerja menunjukan bahwa karyawan yang puas selalu hadir bekerja sedangkan karyawan yang tidak puas jarang hadir untuk bekerja, 4) kepuasan kerja dan kepuasan konsumen ada hubunganya dengan dampak positif terhadap konsumen, 5) kepuasan kerja akan mengutarakan hal positif tentang tempat dia bekerja, membantu rekan lain, dan melampaui ekspetasi kerja normal, 6) kepuasan kerja dan prilaku buruk ditempat kerja, kurang puas dengan pekerjaan, mereka akan bereaksi dengan beragam cara. Tetapi tidaklah mudah untuk memprediksi bagaimana mereka akan merespon. Mungkin ada yang mengundurkan diri, sedangkan yang lain mungkin merespon dengan menggunakan waktu kerja untuk bermain dikomputer (Robbins & Coulter, 2010).

1. Teori-teori Kepuasan Kerja

Teori – teori kepuasan kerja terdiri dari tiga yaitu 1) teori pertentangan (Discrepancy Theory) yang dipersepsikan antara apa yang diinginkan dan apa yang diterima bagi individu, 2) model dari kepuasan bidang/ bagian (Facet Satisfication), seseorang akan puas dengan bidang tertentu dari pekerjaan mereka jika melaksanakan kerja mereka sama dengan mempersepsikan masukan pekerjaan, ciri-ciri pekerjaan,dan bagaimana mereka mempersepsikan masukan dan keluaran dari orang lain yang dijadikan pembanding, 3) teori proses-bertentangan (Opponent-Proses Theory) menekankan bahwa orang ingin


(42)

mempertahankan suatu keseimbangan emosional (emotional equilibrium), berdasarkan asumsi bahwa kepuasan kerja yang bervariasi secara mendasar dari waktu ke waktu akibatnya ialah bahwa pengukuran kepuasan kerja perlu dilakukan secara periodik dengan interval waktu yang sesuai (Munandar, 2008 & Warta 2009).

Teori lain mengatakan bahwa kepuasan kerja pegawai tergantung kepada terpenuhi atau tidaknya kebutuhan dari pegawai tersebut, rasa puas akan muncul apabila pegawai tersebut mendapatkan apa yang diinginkan sesuai dengan kebutuhannya. Begitu pula sebaliknya apabila kebutuhan pegawai tidak terpenuhi sesuai dengan kebutuhannya makan pegawai tersebut tidak akan merasa puas. Maslow (1943) dalam Siagian (2002) menyakakan bahwa manusia memiliki lima macam kebutuhan dasar mulai dari yang paling dasar hingga yang paling tinggi, yaitu: 1) kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan yang paling dasar untuk kelangsungan hidup seperti: kebutuhan makan, minum, bernafas, dan istirahat, 2) kebutuhan rasa aman dan nyaman yaitu suatu rasa yang sangat di inginkan oleh setiap individu dalam menjalani hidup seperti: lingkungan yang aman dan nyaman untuk di tempati, 3) Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki yaitu kebutuhan internal seseorang untuk menciptakan suatu hubungan dengan orang lain baik lingkungan internal maupun lingkungan sosial, 4) harga diri yaitu suatu pengakuan terhadap kemampuan seseorang, apabila seseorang mengalami kegagalan maka akan mengalami harga diri yang rendah, 5) aktualisasi diri yaitu kebutuhan yang paling tinggi, dimana seseorang dapat memenuhi kebutuhan dan


(43)

bisa juga tidak, seperti kebutuhan akan barang barang mahal atau pun kebutuhan yang sudah dianggap melampaui kebutuhan dasar.

2. Faktor – Faktor Kepuasan Kerja

Faktor-faktor tertentu yang diasosiasikan dengan kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja yaitu 1) keragaman ketrampilan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan, semakin terampil maka semakin berkurang kebosanan dalam bekerja, 2) Jati diri tugas (task identity) memberikan suatu kegiatan yang berarti, tugas yang dirasakan sebagai bagian dari pekerjaan lebih besar dan yang dirasakan tidak merupakan suatu kelengkapan tersendiri akan menimbulkan rasa tidak puas, 3) tugas yang penting (task significance), jika tugas dilakukan penting dan berarti oleh tenaga kerja, maka ia cenderung akan mengalami kepuasan kerja, 4) otonomi, pekerjaan yang memberikan kebebasan, mengambil keputusan yang lebih cepat akan menimbulkan kepuasan kerja, 5) pemberian pekerjaan pada pekerja akan membantu meningkatkan tingkat kepuasan kerja, 6) gaji penghasilan, gaji yang dirasakan akan dapat meningkatkan kepuasan kerja apabila gaji yang diterima seseorang dapat memenuhi kebutuhan, memenuhi kebutuhan internal dan eksternal, 7) rekan sekerja yang menyenangkan yang dapat memberikan dorongan dalam bekerja, 8) promosi dapat mempengaruhi tingkat kepuasan kerja seseorang, 9) atasan yang senantiasa memberikan perintah atau petunjuk dalam pelaksanaan kerja dapat menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi seseorang, 10) kenyamanan lingkungan kerja dapat berkaitan dengan penerangan yang cukup, ventilasi yang memberikan kesegaran, kebersihan tempat kerja, 11) kedudukan,


(44)

12) pangkat atau jabatan, 13) umur, 14) jaminan finansial dan jaminan sosial, 15) mutu pengawasan (Badeni, 2013; Chiselli dan Brown dalam Anoraga (2006); Ivancevich, Konopaske, Matteson, 2006; Munandar, 2008).

3. Dampak dari Kepuasan dan Ketidakpuasan Kerja

Dampak dari kepuasan dan ketidakpuasan kerja telah banyak diteliti dan dikaji, berikut beberapa dampak kepuasan kerja yakni 1) dampak terhadap produktivitas, produktivitas yang tinggi menyebabkan peningkatan kepuasan kerja hanya jika tenaga kerja mempersepsikan bahwa ganjaran instrinsik dan ganjaran ekstrinsik yang diterima keduanya adil dan wajar dan disosialisasikan dengan unjuk kerja yang unggul, 2) dampak terhadap ketidakhadiran dan keluarnya tenaga kerja, ketidakhadiran dan berhenti bekerja merupakan jenis jawaban – jawaban yang secara kualitatif berbeda. Lain halnya dengan berhenti atau keluar dari pekerjaan, 3) dampak terhadap kesehatan, ukuran – ukuran dari kepuasan kerja merupakan hal yang baik bagi longevity atau panjang umur atau rentang kehidupan. Kepuasan kerja menunjang fungsi fisik, mental dan kepuasan sendiri. Tingkat dari kepuasan kerja dan kesehatan mungkin saling berkaitan sehingga peningkatan dari yang satu dapat meningkatkan yang lain dan sebaliknya penurunan yang satu mempunyai akibat negatif pada yang lain (Munandar, 2008).

4. Reaksi Pegawai terhadap Ketidakpuasan Kerja

Ketidakpuasan kerja pada karyawan dapat dilihat dari beberapa konsekwensi atau respon terhadap ketidakpuasan, yaitu 1) keluar (exit) yaitu


(45)

perilaku ketidakpuasan yang diungkapkan dengan keluar meninggalkan pekerjaannya dan mencari pekerjaan lain, 2) menyuarakan (voice) yaitu ketidakpuasan yang diungkapkan melalui usaha aktif untuk mencoba memperbaiki situasi dengan cara membicarakannya dengan pihak organisasi, 3) Mengabaikan (neglect) yaitu ketidakpuasan yang diungkapkan dengan sikap membiarkan keadaan menjadi lebih buruk, menentang dengan cara melakukan perilaku yang destruktif, 4) Kesetiaan (loyalty) yaitu membela perusahaan terhadap kritik baik dari luar maupun dari dalam perusahaan dan menerima apa adanya keadaan dan percaya bahwa organisasi akan melakukan yang terbaik baginya, Robbin (1998) dalam Badeni (2013 & Robbin (1998) dalam Munandar 2008).

5. Komponen utama Sistem Reward

Setiap individu atau kelompok yang memiliki kinerja yang tinggi perlu mendapatkan penghargaan, yaitu 1) gaji dan bonus, penghargaan terhadap kinerja yang tinggi dapat diberikan dalam bentuk kenaikan gaji, pemberian bonus, atau pemberian saham, dan gaji yang diterima dirasakan adil. Gaji merupakan komponen reward yang sangat penting bagi pegawai dalam memenuhi kebutuhannya dan gaji yang lebih tinggi akan meningkatkan kepuasan kerja karyawan dan mengurangi tingkat perpindahan kerja, 2) kesejahteraan (benefit) pegawai yang ditawarkan organisasi sebagai bentuk pemberian penghargaan atas prestasi kerja, seperti a) tunjangan, meliputi tunjangan jabatan, tunjangan struktural, tunjangan kesehatan, tunjangan pendidikan anak, tunjangan keluarga,


(46)

dan tunjangan hari tua, b) fasilitas kerja, misalnya kendaraan dinas, supir pribadi dan rumah dinas, c) kesejahteraan rohani, misalnya rekreasi, liburan, paket ibadah dan sebagainya, 3) pengembangan karir sangat penting diberikan bagi pegawai yang memiliki prestasi kerja yang memuaskan agar nilai pegawai itu lebih tinggi sehingga mampu memberikan kinerja yang lebih baik, 4) Penghargaan psikologis dan sosial seperti memberikan pujian, memberikan kepercayaan, penempatan lokasi kerja yang lebih baik lagi dan pengakuan (Badeni, 2013; Mahmudi, 2013; Munandar, 2008).

2.3Perawat

Perawat adalah seseorang yang telah lulus dari pendidikan perawat, baik dalam maupun luar negeri, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku dimana secara langsung berhubungan dengan masyarakat (Asmadi, 2008 & Kepmenkes RI No. 1239, 2001).

Perawat adalah seorang penyedia layanan kesehatan dalam membantu setiap individu untuk mencapai tingkat kesejahteraan secara maksimum, dalam memberikan pelayanan keperawatan maka perawat bekerja secara kooperatif dengan professional untuk memberikan asuhan yang sebaik – baiknya (Rasdahl dan Kawalski 2014).

Dapat diambil kesimpulan bahwa perawat adalah seseorang yang telah menamatkan pendidikan minimal Diploma III dan memberikan pelayanan keperawatan secara kooperatif dengan professional untuk mencapai tingkat kesejahteraan secara maksimum.


(47)

Hak perawat dalam menjalankan tugas di rumah sakit maupun ditempat pelayanan yang lainnya adalah 1) setiap orang berhak untuk memperoleh kesehatan yang optimal, 2) mendapatkan perlindugan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya, 3) mengembangkan diri melalui kemampuan sesuai dengan latar belakang pendidikannya, 4) menolak keinginan klien yang bertentangan dengan peraturan perundang – undangan serta standard dan kode etik profesi, 5) mendapatkan informasi lengkap dari klien atau keluarganya tentang keluhan kesehatan dan ketidakpuasan terhadap pelayanan ynag diberikan, 6) mendapatkan ilmu pengetahuan berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang keperawatan/kesehatan secara terus menerus, 7) diperlakukan sesara adil dan jujur baik oleh institusi pelayanan maupun oleh klien, 8) mendapatkan jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang dapat menimbulkan bahaya baik secara fisik maupun stress emosional, 9) diikutsertakan dalam penyususnan dalam penyusunan dan penetapan kebijaksanaan pelayanan kesehatan, 10) privasi dan berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan oleh klien dan/atau keluarganya serta tenaga kesehatan lainnya, 11) menolak perpindahan ke tempat tugas lain, baik melalui anjuran maupun pengumuman tertulis karena diperlukan atau melakukan tindakan yang bertentangan dengan standar profesi atau kode etik keperawatan, 12) mendapatkan penghargaan dan imbalan yang layak, 13) memperoleh kesempatan untuk pengembangan karir (UU RI No.23, 1992 & Suhaemi, 2004, Kathleen, Janice, Barbara, & Glenora 2007).

Kewajiban yang harus dilakukan oleh perawat adalah 1) memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat, 2)


(48)

mematuhi semua peraturan institusi yang bersangkutan, 3) memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi dan batas kegunaannya, 4) menghormati hak klien, 5) merujuk klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya yang mempunyai keahlian dan kemampuan yang lebih baik bila yang bersangkutan tidak mampu mengatasinya, 6) memberikan kesempatan kepada klien untuk berhubungan dengan keluarganya, 7) memberikan kesempatan untuk menjalankan ibadahnya, 8) berkolaborasi dengan tenaga medis lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada klien, 9) memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang tindakan keperawatan sesuai batas kemampuannya, 10) membuat dokumentasi asuhan keperawatan, 11) mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan dan kesehatan. 12) melakukan pelayanan darurat sebagai tugas kemanusiaan 13) merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang klien, kecuali jika dimintai keterangan oleh pihak yang berwenang, 14) memenuhi hal – hal yang telah disepakati atau perjanjian yang telah dibuat sebelumnya terhadap institusi tempat kerja (UU RI No.23, 1992 & Suhaemi, 2004, Kozier, Erb, Berman, & Snyder 2011).

Perawat memiliki empat peran utama dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan hak dan kewenangan yang ada, seperti 1) pelaksana layanan keperawatan (perawat memberikan layanan berupa asuhan keperawatan secara langsung baik individu, kaluarga dan masyarakat sesuai dengan kewenagannya), 2) pengelola (perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengelola layanan keperawatan disemua tatanan layanan kesehatan maupun pendidikan keperawatan yang berada dibawah tanggung jawabnya sesuai dengan konsep manajemen


(49)

keperawatan), 3) pendidik dalam keperawatan (sebagai pendidik, perawat berperan mendidik individu, keluargan dan masyarakat, serta tenaga keperawatan dan kesehatan lainnya yang berada dibawah tanggung jawabnya), 4) peneliti (perawat diharapkan mampu mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsip dan metode penelitian serta memanfaatkan hasil penelitiannya untuk meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan pendidikan kesehatan (Asmadi, 2008; Blais, 2007; Gaffar, 1999; & Kozier, 2011).

2.4 Kepuasan pasien

Kepuasan pasien adalah keluaran (outcomes) layanan kesehatan, dan merupakan salah satu tujuan dari peningkatan mutu layanan kesehatan (Pohan,2007)

Pohan (2007) menjelaskan ada 3 indikator kepuasan pasien yaitu, kepuasan terhadap akses layanan kesehatan, kepuasan terhadap mutu layanan kesehatan yang dinatakan dengan sikap kompetensi yang berhubungan dengan pasien bagaimana perubahan yang dirasakan oleh pasien sebagai hasil dari layanan kesehatan, kepuasan terhadap sistem layanan kesehatan yang dapat dilihat dari fasilitas fisik dan lingkungan layanan kesehatan, sikap mau menolong atau kepedulian personel, keuntungan dana layanan kesehatan yang ditawarkan

Kepuasan pasien merupakan keluaran (outcomes) hasil suatu pelayanan kesehatan publik, kepuasan pelanggan dapat dikategorikan sebagai tujuan dari peningkatan mutu layanan kesehatan dalam suatu sistem pengukuran kinerja. Oleh karena itu, indikator kepuasan pasien biasanya diproksikan dengan banyaknya


(50)

aduan atau komplain dan harapan pasien. Rasa ini adalah perasaan senang seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesenagan aktivitas dan suatu produk dengan harapannya. Kepuasan pasien sangat bersifat kualitatif, oleh karena itu untuk mengetahui seberapa besar kepuasan pelanggan perlu dilakukan survey pelanggan ( Mahmudi, 2013; Muninjaya,2012; Nursalam, 2011).

Penilaian kualitas pelayanan dikaitkan dengan kepuasan pasien dengan berfokus pada aspek fungsi dari proses pelayanan (Supranto, 2001), yaitu (a) tangibles (wujud nyata) yang meliputi fasilitas fisik yang mencakup kemutahiran peralatan yang digunakan, kondisi sarana, kondisi SDM perusahaan dan keselarasan antara fasilitas fisik dengan jenis jasa yang diberikan, (b) reliability (keandalan) pelayanan yang disajikan dengan segera dan memuaskan dan merupakan askpek keandalan sistem pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa meliputi ketepatan waktu pelayanan sesuai dengan janji yang diberikan keakuratan penanganan, (c) responsiveness (tanggung jawab) untuk membantu dan menyediakan jasa yang dibutuhkan konsumen, (d) assurance (jaminan) bahwa jasa yang ditawarkan memberikan jaminan kemanan yang meliputi rasa aman selama berurusan dengan karyawan, kemampuan SDM, (d) empaty (empati) dengan memberikan perhatian penuh kepada konsumen, pemahaman akan kebutuhan konsumen, perhatian terhadap kepentingan konsumen, kesesuaian waktu pelayanan dengan kebutuhan konsumen.

Risser (1975 dalam Charalambus & Adamakidou, 2012) menyampaikan bahwa ada tiga perilaku perawat yang mempengaruhi kepuasan pasien yaitu,


(51)

tehnical-professional (praktik professional, trusting relationship (hubungan saling percaya), educational relationship ( hubungan pendidikan).

1. Pengukuran Kepuasan Pasien

Mengukur kepuasan atau ketidakpuasan pasien adalah melihat tampilan dari rumah sakit, bukan untuk membuat perencanaan, mempelajari kebutuhan dan mengukur mutu pelayanan. Puas atau tidak puas tergantung pada (1) sikap (rasa senang atau tidak senang), (2) tingkatan dari evaluasi, melebihi atau dibawah standar. Standar dapat berupa a) penampilan, b) norma atau pengalaman, c) kewajaran, d) nilai – nilai, e) ideal, f) toleransi minimum, g) kepantasan, h) keinginan atau janji pemberi pelayanan kesehatan, Pengumpulan data survey kepuasan pasien dapat dilakukan dengan berbagai cara, tetapi umumnya dilakukan melalui kuesioner ataupun wawancara (Pohan, 2007; Wijono, 1999).

2. Aspek –Aspek Yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien

Pasien dirumah sakit umumnya dapat dibagi menjadi dua kategori, pasien rawat inap dan pasien rawat jalan, yang mempengaruhi kepuasan pasien rawat jalan, yaitu 1) penampilan gedung, 2) lingkungan bersih, nyaman dan teratur, 3) pertamanan indah dan dipelihara dengan baik, 4) perparkiran teratur dan aman, 5) petunjuk arah/nama ruangan yang jelas, 6) Penampilan dokter/ perawat/ petugas kesehatan lain rapi dan bersih, bersikap mau menolong, 7) kantor rekam medis buka tepat waktu, 8) Petugas rekam medis melayani dengan sopan, ramah dan tanggap, 9) pencarian/pengambilan rekam medik cepat dan tepat, 10) jumlah kursi untuk pasien yang menunggu rekam medik memadai, 11) poliklinik buka tepat waktu. Hal tersebut sangatlah penting karena setiap pasien yang berkunjung ke


(52)

poliklinik sangat membutuhkan kenyamanan seperti yang dijelaskan di atas sebelumnya. Sementara itu, yang mempengaruhi kepuasan pasien rawat inap yaitu 1) pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan diterimanya, 2) empati, 3) biaya, 4) penampilan fisik, kebersihan dan kenyamanan ruangan, jaminan keamanan yang ditujukan oleh petugas kesehatan, ketepatan jadwal pemeriksaan dan kunjungan dokter, peraturan, waktu, jenis makanan, waktu tidur peyimpanan barang berharga, dan bertamu, 5) ketrampilan dalam memberikan perawatan, dan 6) kecepatan dalam memberikan tanggapan terhadap keluhan pasien dan 7) Perawat memperhatikan kebutuhan, dan menjaga privasi pasien selama rawat inap. Hal tersebut diatas sangatlah penting karena pasien yang dirawat di rumah sakit sangat memperhatikan sejauh mana pasien mendapatkan pelayanan sesuai dengan jaminan yang dimilikinya dan yang pasti adalah kenyamanan yang sangat penting dalam mendapatkan pelayanan, dan ketika pasien membutuhkan informasi tentang kondisi pasien maka pasien sangat membutuhkan kehadiran akan tenaga kesehatan seperti perawat, dokter (Muninjaya, 2004 & 2012; Pohan, 2007).

2.5 Manajemen

Manajemen merupakan ilmu atau seni yang berkaitan dengan kehidupan organisasi yang mencerminkan kemahiran dan ketrampilan operasional seorang manajer secara efisien dan efektik dalam proses pemecahan masalah untuk mencapai tujuan organisasi, hal ini menjelaskan tentang gejala – gejala


(53)

manajemen dengan menggunakan metode ilmiah yang dirumuskan dalam bentuk prinsip yang diwujudkan dalam bentuk teori (Muninjaya, 2004).

Manajemen merupakan koordinasi sumber daya melalui proses perencanaan, pengorganisasian, penetapan tenaga kerja, pengarahan dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Unsur – unsur manajemen terdiri dari:

1. Man (orang / manusia)

Manusia atau yang sering disebut dengan sumber daya manusia, termasuk di dalamnya termasuk sumber daya otak (brain). Di dalam manajemen manusia merupakan yang paling utama dan yang paling menentukan, dimana manusia menggerakan dan melakukan aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan organisasi, Manusia merupakan mahluk kerja dan sama –sama bekerja untuk mencapai tujuannya organisasi. Manusia di dalam manajemen mencakup beberapa unsur yang harus diperhatikan meliputi:a) jumlah harus sesuai dengan kebutuhan, b) kemampuan, pendidikan, ketrampilan, pengalaman, c) komposisi (Saleha & Sastrianegara, 2009; Muninjaya 2012; Muninjaya 2004; Simamora, 2013).

2. Money (uang)

Uang adalah faktor yang amat penting dan tidak dapat diabaikan dalam manajeman karena uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai, bahkan menentukan didalam setiap proses pencapaian tujuan. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk program pelaksanaan kegiatan, membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi secara rasional dan efisiensi


(54)

(Saleha & Sastrianegara, 2009; Muninjaya 2012; Muninjaya 2004; Simamora, 2013).

3. Methods (Tata Kerja)

Suatu tata kerja yang baik akan memiliki prosedur kerja, ketrampilan, peraturan, kebijakan, yang akan memperlancar pekerjaan. Sebuah metode dapat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja dengan memberikan pertimbangan kepada orang yang melaksanakan pekerjaan, sasaran, fasilitas, penggunaan waktu, uang dan kegiatan usaha. Metode yang baik apabila , orang yang melaksanakannya mengerti atau mempunyai pengalaman maka hasilnya akan memuaskan. Dengan demikian, yang berperan penting didalam manajemen adalah manusia itu sendiri (Saleha & Sastrianegara, 2009; Muninjaya 2012; Muninjaya 2004; Simamora, 2013).

4. Materials (Materi)

Materi terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi seperti: logistik, obat, alat-alat kesehatan yang di butuhkan untuk mencapai hasil yang lebih baik dalam suatu program. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi, sebab materi dan manusia tidak dapat dipisahkan karena tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki (Saleha & Sastrianegara, 2009; Muninjaya 2012; Muninjaya 2004; Simamora, 2013).


(55)

5. Machine (Mesin)

Machine atau mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar, menghemat tenaga dan fikiran manusia didalam melakukan tugas-tugasnya baik yang bersifat rutin maupun yang bersifat insedental, baik untuk pekerjaan-pekerjaan yang bersifat teknis industry (engineering) maupun yang bersifat teknis paperwork serta menciptakan efesiensi kerja (Saleha & Sastrianegara, 2009; Simamora, 2013).

6. Market (Pemasaran)

Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditunjukkan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang, jasa, pelayanan, ide kepada pasar sasaran agar dapat mencapai tujuan organisasi. Dalam memasarkan produk sangat penting keadaan yang baik sehingga proses produksi pemasaran tidak berhenti, artinya bahwa proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor penentuan apakah pasar dapat dikuasai atau tidak berdasarkan kualitas dan harga barang sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen. Market atau Pasar merupakan faktor yang selalu berubah-ubah sesuai permintaan pasar dan bukan merupakan kebijakan dari manajemen (Saleha & Sastrianegara, 2009; Muninjaya 2012; Muninjaya 2004; Simamora, 2013). (Saleha & Sastrianegara, 2009; Muninjaya 2012; Muninjaya 2004; Simamora, 2013).


(56)

2.6Kerangka Teori

Kerangka teori ini bertujuan untuk memperlihatkan hubungan caring process dengan kepuasan kerja perawat dan kepuasan pasien. Konsep kerja dari penelitian ini digambarkan sebagai berikut:,

Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian

Modifikasi teori Swanson (1991), Kvist et al (2012), Risser (1975) & Simamora, 2013. Kinerja Perawat Meningkat

Unsur Manajemen 1. Man 2. Money 3. Methode 4. Matherial 5. Machine 6. Market In Put Caring Process 1. Knowing

2. Being with 3. Doing for 4. Enabling

5. Maintaining belief

Swanson (1991)

Kepuasan pasien 1. Technical professional 2. Trusting relationship 3. Educational relationship

Risser (1975) Out Put

Proses

Kepuasan kerja perawat 1. Kepemimpinan

2. Unit kerja

3. Kepuasan dan Pekerjaan 4. Organisasi kerja

5. Faktor faktor pribadi

Kvist et al (2012)


(57)

2.7 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan hubungan caring process dengan kepuasan kerja perawat dan kepuasan pasien. Konsep kerja dari penelitian ini digambarkan sebagai berikut:,

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Caring Process

1. Knowing 2. Being with 3. Doing for 4. Enabling

5. Maintaining belief

Kepuasan kerja perawat 1. Kepemimpinan

2. Unit kerja

3. Kepuasan dan Pekerjaan 4. Organisasi kerja

5. Faktor faktor pribadi

Kepuasan pasien 1. Technical professional 2. Trusting relationship 3. Educational relationship


(58)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan analisa statistik korelasi. Penelitian ini dilakukan secara cross sectional dengan mengambil waktu tertentu yang relatif pendek dan pada tempat tertentu (Sujarweni, 2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan caring process dengan kepuasan kerja perawat dan kepuasan pasien Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, tahun 2014.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam, dengan pertimbangan bahwa Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam merupakan Rumah Sakit tipe B dan terdapat pasien dan perawat yang relatif banyak, selain itu rumah sakit tersebut mudah dijangkau oleh peneliti. Dari hasil penelitian sebelumnya tentang perilaku caring dengan kepuasan pasien di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam ditemukan bahwa mayoritas perilaku caring perawat baik sebesar 52,9% dan kepuasan pasien mayoritas puas sebesar 65,5% (Gurusinga, 2013).

Hasil survei yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Maret ditemukan bahwa banyaknya jumlah pegawai baru dirumah sakit Grand Medistra Lubuk Pakam dikarenakan adanya pengembangan rumah sakit dengan penambahan


(59)

ruang rawat inap sejumlah 4 ruangan. Penambahan perawat di rumah sakit Grand Medistra Lubuk Pakam dengan tingkat pendidikan diploma III dan S1 keperawatan ditempatkan seluruhnya di ruang rawat inap.

Peneliti melihat bahwa perawat yang baru tanpa ada pengalaman kerja masih kurang menerapkan caring process hal ini disebabkan karena pengalaman kerja yang belum ada, cara berkomunikasi dengan pasien yang masih ragu-ragu, masih ada rasa takut jika berhubungan dengan pasien dalam waktu yang lama, perawat berkomunikasi dengan pasien seadanya dalam memberikan informasi kesehatan dan kurang menggali masalah yang sedang dialami oleh pasien, sedangkan perawat yang sudah memiliki pengalaman kerja di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam yang telah melakukan caring process tetapi hanya sekedarnya tanpa melihat adanya tahapan yang harus dilakukan dengan dengan baik berdasarkan bagian - bagian yang ada di dalam caring process.

Penelitian ini dilakukan secara bertahap, dimulai dengan melakukan survei pendahuluan, penelusuran kepustakaan, dan penyusunan proposal dari bulan November 2013 sampai bulan Mei 2014. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei 2014 sampai Juni 2014.

3.3. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang akan ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan, (Sugiono, 2012). Populasi


(60)

dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja diruang rawat inap Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang dengan pengalaman kerja minimal 3 bulan kerja sebanyak 89 orang dan pasien rawat inap dengan jumlah rata–rata perbulan 180 pasien.

2. Sampel

Sampel adalah elemen dari populasi yang diharapkan dapat mewakili karakteristik populasi tersebut (Polit & Beck, 2012). Sampel dalam penelitian ini adalah perawat dan pasien. Perawat yang dijadikan sampel adalah seluruh populasi perawat yang bekerja di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam dengan pengalaman kerja minimal 3 bulan kerja yang bekerja di ruang rawat inap Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam sebanyak 89 perawat.

Penentuan jumlah untuk pasien rawat inap dilakukan dengan menggunakan rumus cross sectional (Sujarweni, 2012):

n = Z2 1- α / 2 p (1- p) N d2 (N-1)+Z2 1- α/2 p (1-p)

di mana n = jumlah sampel minimal yang diperlukan  = derajat kepercayaan

P = perkiraan proporsi pada populasi yang bermasalah P2 = 1-p (proporsi pada populasi yang tidak bermasalah) d = limit dari error atau presisi absolut

jika ditetapkan  = 0,05 atau Z1-/2 = 1,96 atau Z21-/2 = 1,962 jumlah sampel untuk pasien:


(61)

(0,05)2 (180) + 3,8.0,8 (0,2)

n= 109,44 1,058

n= 102,44 = 102 pasien

maka jumlah sampel pasien yang digunakan dalam penelitian ini adalah 102 pasien dari jumlah rata – rata perbulan 180 pasien per bulan. Kriteria dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, 1) Pasien yang sedang dirawat inap di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam dengan lama perawatan minimal 2 hari, dan 2) pasien dapat berkomunikasi dengan baik. Tehnik pengambilan sampel untuk pasien adalah purposive sampling dengan pertimbangan atau kriteria – kriteria tertentu.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Peneliti melakukan pengumpulan data setelah mendapatkan izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Direktur Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam. Peneliti mendatangi bagian personalia untuk mendapatkan data perawat yang bekerja diruang rawat inap, setelah mendapatkan data maka peneliti mendatangi perawat ke unit - unit kerja untuk mendapatkan persetujuan dari perawat serta mengisi lembar persetujuan responden dan membagikan kuesioner. Selanjutnya peneliti menjelaskan kepada responden tentang pengisian kuesioner, selama pengisian kuesioner peneliti mendampingi responden, apabila ada pernyataan yang kurang jelas, peneliti dapat


(62)

menjelaskan kembali dengan tidak mengarahkan jawaban responden. Selanjutnya peneliti mengumpulkan seluruh kuesioner yang telah dibagikan ke responden.

Peneliti selanjutnya mendatangi kepala ruangan untuk mendapatkan data pasien yang dirawat di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam dengan rawatan minimal 2 hari. Peneliti meminta bantuan kepada kepala ruangan dan perawat pelaksana untuk melihat data pasien yang telah di rawat dengan rawatan minimal 2 hari, setelah mendapatkan data maka peneliti mendatangi pasien rawat inap untuk mendapatkan persetujuan dengan mengisi lembar persetujuan responden dan membagikan kuesioner. Peneliti selanjutnya menjelaskan kepada responden tentang pengisian kuesioner, selama pengisian kuesioner peneliti mendampingi responden, apabila ada pernyataan yang kurang jelas, peneliti dapat menjelaskan kembali dengan tidak mengarahkan jawaban responden. Selanjutnya peneliti mengumpulkan seluruh kuesioner yang telah dibagikan ke responden dan peneliti mengumpulkan data sekitar dua minggu.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen yaitu caring process adalah tahapan – tahapan yang dilakukan oleh perawat terhadap pasien dalam menerapkan caring. Variabel dependen yaitu 1) kepuasan kerja perawat, merupakan suatu sikap seorang perawat terhadap hasil pekerjaan yang dilakukan, dimana kepuasan kerja perawat dapat dilihat dari prestasi kerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan adanya penghargaan yang diberikan oleh pihak manajemen bidang


(63)

keperawatan, dan 2) kepuasan pasien, merupakan ekspresi perasaan pasien yang didapat dari asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat, kepuasan pasien tentunya tidak terlepas dari kualitas pelayanan keperawatan yang berkualitas.

3.6. Metode Pengukuran

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner penelitian terdiri dari tiga bagian yaitu: data demografi, kepuasan kerja perawat, dan kepuasan pasien.

1. Kuesioner data demografi

Kuesioner data demografi digunakan untuk mengkaji data demografi perawat yang meliputi: umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. Data demografi untuk pasien meliputi: umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan lama rawatan.

2. Kuesioner caring process

Kuesioner caring process digunakan untuk mengidenfikasi penerapan caring process oleh perawat terhadap pasien. Kuesioner ini menggunakan skala interval dengan 4 pilihan jawaban yaitu 1 adalah Tidak pernah, 2 adalah Kadang - kadang, 3 adalah Sering, dan 4 adalah Selalu. Jumlah pertanyaan yang diajukan sebanyak 24 pertanyaan dengan total skor jawaban adalah 96. Berdasarkan total skor maka caring process perawat di klasifikasikan dalam 2 kategori yaitu baik apabila jumlah jawaban pertanyaan 46 – 96 dan tidak baik apabila jumlah jawaban pertanyaan 0 – 48. Kuesioner caring process terdiri dari 5 tahapan


(64)

menurut Swanson (1991) yaitu Knowing yang terdapat dalam instrumen penelitian ini adalah pada nomor: 1, 2, 3, dan 4, Being with terdapat pada nomor : 5, 6, 7, dan 8, Doing for terdapat pada nomor: 9, 10, 11, 12, 13, dan 14, Enabling terdapat pada nomor: 15, 16, 17, 18, dan 19, Maintaining belief terdapat pada nomor: 20, 21, 22, 23, dan 24.

3. Kuesioner kepuasan kerja perawat

Kuesioner kepuasan kerja perawat digunakan untuk mengidenfikasi kepuasan kerja perawat melalui caring process. Penelitian ini menggunakan instrumen kepuasan kerja perawat Kvist et al, (2012) dan telah mendapatkan izin untuk penggunaan instrumen tersebut. Kuesioner ini menggunakan skala interval dengan 4 kategori yaitu (4) Sangat Puas 200 – 266, (3) Puas 134 – 199, (2) Tidak Puas 68 – 133, (1) sangat tidak puas 0 – 67. Kuesioner kepuasan kerja perawat terdiri dari 5 bagian Kvist et al, (2012) yaitu Kepemimpinan yang terdapat dalam instrumen penelitian ini adalah pada nomor:1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8, Unit kerja terdapat pada nomor:1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, dan 18, Kepuasan dan jumlah pekerjaan terdapat pada nomor: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8, Organisasi kerja terdapat pada nomor: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10, Faktor faktor pribadi terdapat pada nomor: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9.

4. Kuesioner kepuasan pasien

Kuesioner kepuasan pasien digunakan untuk mengidenfikasi kepuasan pasien. Penelitian ini menggunakan instrumen kepuasan pasien Risser (1979) dan telah mendapatkan izin untuk penggunaan instrumen tersebut. Kuesioner dengan menggunakan skala interval dengan 4 kategori yaitu (4) Sangat Puas, apabila


(65)

jawaban responden memiliki total skor 86-104, (3) Puas, apabila jawaban responden memiliki total skor 66-85, (2) Tidak Puas total skor 46-65, (1) Sangat Tidak Puas apabila total skor 26-45. Kuesioner kepuasan pasien terdiri dari 3 sub skala Risser (1975) yaitu Technical-profesional yang terdapat dalam instrumen penelitian ini adalah pada nomor: 12, 14, 15, 18, 22, 23, 25, Trusting relationship terdapat pada nomor : 3, 4, 5, 6, 9, 10, 11, 13, 17, 20, 21, Educational relationship terdapat pada nomor: 1, 2, 7, 8, 16, 19, 24, dan 26.

5. Proses Translasi Pengumpulan Data

Peneliti mempergunakan instrumen asli untuk kuesioner kepuasan kerja perawat (Kvist, Mantynen, Partanen, Turunen, Miettinen, & Julkunen 2012) dan kepuasan pasien (Risser, 1979) yang merupakan hasil adopsi dalam bahasa Inggris sehingga terlebih dahulu diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan proses translation instrument Proses terjemahan instrumen diawali dengan menterjemahkan instrumen kedalam bahasa Indonesia oleh Lembaga Bahasa yang diakui, setelah itu proses penterjemahan dilanjutkan oleh seorang perawat yang memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik, tujuan dalam hal ini agar tata bahasa yang terdapat dalam kuesioner yang berhubungan dengan keperawatan tidak salah arti. Dari bahasa Indonesia diterjemahkan kembali kedalam bahasa Inggris oleh dosen bahasa Inggris di STIKes Deli Husada untuk menganalisa kembali apakah bahasa yang digunakan memiliki arti yang sama atau tidak.


(66)

Tabel 3.1. Alat Ukur, Skala Ukur, dan Hasil Ukur Variabel Penelitian

3.7. Pengolahan Data dan Metode Analisis Data

1. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan cara manual dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Variabel Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur Variabel Independen Caring Process: 1. Knowing

2. Being with 3. Doing for 4. Enabling

5. Maintaining belief

Variabel Dependen

Kepuasan kerja

perawat: 1. Kepemimpinan 2. Unit kerja 3. Organisasi kerja 4. Faktor faktor pribadi

Kepuasan pasien 1. Tecnikal professional 2. Trusting relationship 3. Educational relationship Kuesioner Kuesioner Kuesioner Interval interval Interval

Kategori, yang dinilai dari:

1. Baik (49-96) 2. Tidak Baik (0-48)

Kategorik, yang dinilai dari:

1. Sangat puas (200 -266) 2. Puas (134-199)

3. Tidak puas (68-133) 4. Sangat tidak puas (0-67)

Kategorik, yang dinilai dari:

1. Sangat puas (86-104) 2. Puas (66-85)

3. Tidak puas (46-65) 4. Sangat tidak puas (26-45)


(1)

English Teacher at LBPP LIA Medan (2010-2014)

Institution : LBPP LIA Medan

Address : Jl. Monginsidi No. 17B, Medan


(2)

LAMPIRAN 3.

IZIN PENELITIAN


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Hubungan Motivasi Perawat dan Supervisi Kepala Ruangan Terhadap Kinerja Perawat di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.

11 84 207

Perilaku Caring Perawat dan Kepuasan Pasien Rawat Inap

12 125 111

Pengaruh Faktor Sosial Budaya dan Personal terhadap Perilaku Merokok Keluarga Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

2 67 151

Hubungan Motivasi Perawat dan Supervisi Kepala Ruangan Terhadap Kinerja Perawat di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.

0 1 23

Hubungan Motivasi Perawat dan Supervisi Kepala Ruangan Terhadap Kinerja Perawat di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.

0 2 7

Hubungan Caring Process dengan Kepuasan Kerja Perawat dan Kepuasan Pasien rawat inap di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

0 0 23

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Caring Process dengan Kepuasan Kerja Perawat dan Kepuasan Pasien rawat inap di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

0 0 24

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Caring Process dengan Kepuasan Kerja Perawat dan Kepuasan Pasien rawat inap di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

0 1 10

HUBUNGAN CARING PROCESS DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT GRAND MEDISTRA LUBUK PAKAM TESIS

0 0 19

HUBUNGAN SIKAP CARING PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP KELAS III DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Sikap Caring Perawat dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap Kelas III di Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Yogyakarta -

0 0 16