MEKANISME PASAR bringharjo dengan (4)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang selain bersifat syumuliyah (sempurna) juga
harakiyah (dinamis), disebut sempurna karena islam merupakan agama
penyempurna dari agama-agama sebelumnya dan syari’atnya mengatur seluruh
aspek kehidupan, baik yang bersifat aqidah maupun muamalah. Dalam kaidah
muamalah, islam mengatur segala bentuk perilaku manusia dalam berhubungan
dengan sesamanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di dunia, termasuk di
dalam kaidah islam yang mengatur tentang pasar dan mekanismenya.
Pasar adalah tempat dimana antara penjual dan pembeli bertemu dan
melakukan transaksi jual beli barang atau jasa. Pentingnya pasar dalam islam
tidak terlepas dari fungsi pasar sebagai wadah bagi berlangsungnya kegiatan jual
beli, adapun aturan, norma yang terkait dengan masalah pasar. Dengan fungsi di
atas pasar jadi rentan dengan sejumlah kecurangan dan juga perbuatan
ketidakadilan yang mendzalimi pihak lain, maka pasar tidak terlepas dengan
sejumlah aturan syariat yang terkait dengan pembentukan harga dan terjadinya
transaksi di pasar. Dalam istilah lain dapat disebut sebagai mekanisme pasar
menurut islam.
Dalam catatan sejarah memaparkan bagaimana Rasulullah SAW
menghargai mekanisme pasar sebagai sebuah sunatullah yang harus dihormati.

Pandangan tentang pasar akan dijabarkan dari beberapa pemikir besar muslim
seperti Abu Yusuf, Al-Ghazali, Ibn Khaldun, Ibn Taimiyah. Pemikiran mereka
tentang pasar ternyata merupakan kekayaan khasanah intelektual yang sangat
berguna pada masa kini dan masa depan.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian tentang Pasar dan Mekanisme pasar
2. Bagaimana konsep mekanisme pasar pada masa Rasulullah dan para pemikir
ekonomi islam
3. Menjelaskan tentang prinsip-prinsip mekanisme pasar
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PASAR DAN MEKANISME PASAR

1

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa pasar adalah
tempat orang berjual beli, menurut istilah adalah sebuah mekanisme pertukaran
barang dan jasa yang alamiah dan telah berlangsung sejak peradaban awal
manusia. Sedangkan menurut pendapat lain dalam kajian ekonomi, pasar adalah
suatu tempat atau proses interaksi antara permintaan (pembeli) dan penawaran

(penjual) dari suatu barang atau jasa tertentu, sehingga akhirnya dapat menetapkan
harga keseimbangan (harga pasar) dan jumlah yang diperdagangkan.
Mekanisme pasar adalah terjadinya interaksi antara permintaan dan
penawaran yang akan menentukan tingkat harga tertentu. Adanya interaksi
tersebut akan mengakibatkan terjadinya proses transfer barang dan jasa yang
dimiliki oleh setiap objek ekonomi (konsumen, produsen, pemerintah). Dengan
kata lain, adanya transaksi pertukaran yang kemudian disebut sebagai
perdagangan adalah salah satu syarat utama dari berjalannya mekanisme pasar.
Islam menempatkan pasar pada kedudukan yang penting dalam
perekonomian. Praktik ekonomi pada masa Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin
menunjukkan adanya peranan pasar yang besar. Rasulullah sangat menghargai
harga yang dibentuk oleh pasar sebagai harga yang adil. Beliau menolak adanya
intervensi harga. Pasar disini mengharuskan adanya moralitas, kejujuran,
keterbukaan dan keadilan. Jika nilai-nilai ini ditegakkan, maka tidak ada alasan
untuk menolak harga pasar.
B.

PASAR PADA MASA RASULULLAH
Pasar memegang peranan penting dalam perekonomian masyarakat


muslim pada masa Rasulullah saw. dan Khulafaur Rasyidin. Bahkan Nabi
Muhammad saw sendiri pada awalnya adalah seorang pebisnis, demikian pula
Khulafaur Rasyidin dan para sahabat lainnya. Setelah menjadi Rasul, Nabi
Muhammad saw tidak lagi menjadi pebisnis secara aktif, karena situasi dan
kondisi perkembangan islam di Mekkah yang tidak memungkinkan, sehingga
perjuangan dakwah menjadi prioritas beliau. Ketika beliau dan kaum muhajirin
berhijrah ke madinah, peran Rasulullah bergeser menjadi pengawas pasar atau alMuhtasib. Beliau mengawasi jalannya mekanisme pasar di Madinah dan
sekitarnya agar tetap berlangsung secara islami.

2

Pada saat itu mekanisme pasar sangat dihargai, beliau menolak untuk
menetapkan harga manakala tingkat harga di madinah pada saat itu tiba-tiba naik.
Sepanjang kegiatan permintaan dan penawaran yang murni, tidak adanya
dorongan-dorongan monopolistik, maka tidak ada alasan untuk tidak menghargai
pasar. Konsep islam menegaskan bahwa pasar harus berdiri di atas prinsip
persaingan bebas, namun bukan berarti kebebasan tersebut berlaku mutlak, akan
tetapi kebebasan yang didasarkan pada aturan syariah. Dalam suatu hadits
dijelaskan bahwa pasar merupakan hukum alam (sunnatullah)yang harus
dijunjung tinggi. Tak seorang pun secara individual dapat mempengaruhi pasar,

sebab pasar adalah kekuatan kolektif yang telah menjadi ketentuan Allah SWT.
Pelanggaran terhadap harga pasar, misalnya penetapan harga dengan cara karena
alasan yang tidak tepat, merupakan suatu ketidak adilan yang akan dituntut
pertanggungjawabannya dihadapan Allah.
Penghargaan islam terhadap mekanisme pasar berdasarkan pada ketentuan
Allah SWT, bahwa perniagaan harus dilakukan secara baik dengan rasa suka sama
suka serta nilai moralitas mutlak harus ditegakkan. Secara khusus nilai moralitas
yang mendapat perhatian penting dalam pasar adalah persaingan yang sehat,
kejujuran, keterbukaan dan keadilan. Konsep mekanisme pasar dalam islam dapat
dirujuk kepada hadits Rasulullah saw. sebagaimana disampaikan oleh Anas RA,
sehubungan dengan adanya kenaikan harga-harga barang di kota madinah, dengan
hadits ini terlihat dengan jelas bahwa islam jauh lebih dahulu mengajarkan konsep
mekanisme pasar dari Adam Smith, dalam ahdits tersebut artinya “Harga
melambung pada zaman Rasulullah SAW. Orang-orang ketika itu mengajukan
saran kepada Rasulullah dengan berkata “ya Rasulullah hendaklah engkau
menentukan harga”, Rasulullah SAW berkata “sesungguhnya Allah-lah yang
menentukan harga yang menahan, melapangkan dan memberi rezeki. Sangat aku
harapkan bahwa kelak aku menemui Allah dalam keadaan tidak seorang pun dari
kamu menuntutku tentang kezaliman dalam darah maupun harta “.
Inilah teori ekonomi islam mengenai harga, Rasulullah SAW dalam hadits

tersebut tidak menentukan harga ini menunjukkan bahwa ketentuan harga
diserahkan kepada mekanisme pasar yang alamiah. Jadi teori nabi tentang harga
dan pasar, mengandung pengertian bahwa harga pasar itu sesuai dengan kehendak
3

Allah yang sunnatullah atau hukum supply dan demand. Menurut pakar ekonomi
islam kontemporer, teori inilah yang diadopsi oleh bapak ekonomi barat yaitu
Adam Smith dengan nama teori invisible hands. Menurut teori ini, pasar akan
diatur oleh tangan-tangan tidak kelihatan (invisible hands). Bukankah teori
invisible hands itu lebih tepat dikatakan God Hands (tangan-tangan Allah).
Nabi menghendaki terjadinya persaingan pasar yang adil di Madinah, untuk
itu beliau menerapkan sejumlah aturan agar keadilan bisa berlangsung. Diantara
aturan itu adalah : melarang Tallaqi Rukban, yakni menyongsong khalifah di luar
kota, mengurangi timbangan yang dilarang karena itu berarti barang dijual dengan
harga sama tetapi jumlah sedikit, dan menyembunyikan cacat barang itu dilarang
karena itu berarti penjual mendapat harga baik dari harga yang buruk.
C.

PASAR DALAM PANDANGAN PEMIKIR EKONOMI ISLAM


1.

Mekanisme Pasar Menurut Abu Yusuf (731-798 M)
Abu Yusuf tercatat sebagai ulama terawal yang mulai menyinggung

mekanisme pasar. Pemikiran Abu Yusuf tentang pasar dapat dijumpai di dalam
bukunya Al-Kharaj yang membahas prinsip-prinsip perpajakan dan anggaran
negara yang menjadi pedoman kekhalifahan Harun Al Rasyid di Baghdad, ia
menyimpulkan bekerjanya hukum permintaan dan penawaran pasar dalam
menentukan tingkat harga. Selain itu didalam bukunya juga dijelaskan bahwa,
harga bukan hanya ditentukan oleh penawaran, tetapi juga dalam permintaan
harga barang tersebut. Bahkan Abu Yusuf mengindikasikan adanya variabelvariabel lain yang juga turut mempengaruhi harga, misalnya jumlah uang beredar,
penimbunan atau penahanan suatu barang.
Pandangan Abu Yusuf tersebut menunjukkan adanya hubungan negatif antara
persediaan dengan harga. Hal ini merupakan bahwa harga itu tidak tergantung
pada supply itu sendiri, sama pentingnya agar kekuatan permintaan. Oleh karena
itu, bertambahnya dan berkurangnya harga semata-mata tidak berhubungan
dengan bertambahnya dan berkurangnya dalam produksi. Abu Yusuf menyatakan
“tidak ada batasan tertentu tentang murah dan mahal yang dapat dipastikan. Hal
tersebut ada yang mengaturnya. Prinsipnya tidak bisa diketahui. Murah bukan

karena melimpahnya makanan, demikian juga mahal tidak disebabkan karena
4

kelangkaan makanan. Murah dan mahal merupakan ketentuan Allah, kadangkadang makanan sangat sedikit tetapi murah.”
Menurut Abu Yusuf harga tidak bergantung pada penawaran saja, tetapi juga
bergantung pada kekuatan permintaan, beliau menegaskan bahwa ada beberapa
variabel lain yang mempengaruhi, tetapi beliau tidak menjelaskan lebih rinci.
Menurut Muhammad Nejatullah Shiddiqi, pernyataan Abu Yusuf harus diterima
sebagai pernyataan hasil pengamatanya saat itu, yakni keberadaan yang sama
antara melimpahnya barang dan tingginya harga serta kelangkaan barang dan
harga rendah.
2. Evolusi Pasar Menurut Al- Ghazali (1058-1111 M)
Secara eksplisit Al- Ghazali mengaitkan segala kegiatan ekonomi dengan
moral dan akhlak yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits yaitu berdasarkan
prinsip tauhid dan dalam kaitannya dengan mekanisme pasar. Dalam kitab Al-Ihya
Ulumuddin karya Al- Ghazali banyak membahas topik-topik ekonomi, termasuk
pasar. Dalam karyanya tersebut membicarakan barter dan permasalahannya,
pentingnya aktivitas perdagangan dan evolusi terjadinya pasar, termasuk
bekerjanya kekuatan permintaan dan penawaran dalam mempengaruhi harga.
Menurutnya pasar merupakan bagian dari keteraturan alami.

Al- Ghazali menjelaskan tentang kurva penawaran dan permintaan yang berslope positif, untuk kurva penawaran “yang naik dari kiri ke bawah ke kanan
atas”, dinyatakan dalam kalimat “jika petani tidak mendapatkan pembeli bagi
barangnya/produknya, ia akan menjualnya pada harga yang sangat rendah”.
Sementara untuk kurva permintaan, “yang turun dari atas ke kanan bawah”,
dijelaskan dengan kalimat , harga dapat diturunkan dengan mengurangi
permintaan.
Pemikiran Al- Ghazali tentang hukum penawaran dan permintaan memiliki
wawasan tentang konsep elastisitas permintaan, ia menyatakan bahwa
“mengurangi margin keuntungan dengan mengurangi harga akan meningkatkan
volume penjualan, sehingga akan terjadi peningkatan laba”. Al- Ghazali juga
menyadari permintaan harga inelastis yang merupakan kebutuhan pokok, sehingga
laba harus seminimal mungkin untuk mendorong perdagangan makanan, karena

5

dapat terjadi eksploitasi melalui penerapan tingkat harga dan laba yang
berlebihan.
Sebagaimana para ilmuwan lain pada zamannya, Al- Ghazali membahas
permasalahan harga yang selalu dikaitkan dengan laba, tetapi ia belum
mengkaitkan harga barang dengan pendapatan dan biaya-biaya. Bagi Al- Ghazali

keuntungan merupakan kompensasi dari kesulitan perjalanan, resiko bisnis dan
ancaman keselamatan pedagang. Menurutnya motif berdagang adalah mencari
keuntungan, tetapi ia tidak setuju dengan keuntungan yang besar, sebagaimana
yang diajarkan kapitalisme. Al- Ghazali dengan tegas menyebutkan bahwa
keuntungan bisnis yang ingin dicapai seorang pedagang adalah keuntungan dunia
akhirat, bukan keuntungan dunia saja.
3. Pemikiran Ibnu Taimiyah (1263-1328 M)
Ibnu Taimiyah adalah seorang fuqoha yang mempunyai karya pemikiran
dalam berbagai bidang ilmu yang luas, termasuk dalam bidang ekonomi. Dalam
buku Al-Hisbah Fi’l Islam dan As-Siyasah Ash-Shar’iyah fi Islah Ar-Ra’I wa ArRa’iyah (Legal Policies to Reform the Rulers and the Ruled), beliau banyak
membahas problema ekonomi yang dihadapi saat itu, baik dalam tinjauan sosial
maupun hokum (fiqh) islam. Karyanya banyak mengandung ide yang
berpandangan ke depan, sebagaimana banyak dikaji oleh ekonom Barat, karyanya
juga mencakup aspek makro dan mikro ekonomi.
Ibnu Taimiyah telah membahas pentingnya suatu persaingan dalam pasar
yang bebas, peranan market dan lingkup dari peranan Negara. Beliau mengatakan,
bahwa di dalam sebuah pasar bebas, harga dipengaruhi dan dipertimbangkan oleh
kekuatan penawaran dan permintaan. Suatu barang akan turun harganya bila
terjadi keterlimpahan dalam produksi atau adanya penurunan impor atas barang
yang dibutuhkan, dan sebaliknya beliau mengungkapkan bahwa suatu harga bisa

naik karena adanya penurunan jumlah barang yang tersedia atau adanya
peningkatan jumlah penduduk yang mengindikasikan terjadinya peningkatan
permintaan. Ibnu taimiyah mengatakan bahwa naik turunnya harga tidak selalu
disebabkan oleh tindakan sewenang-wenang dari penjual, bias jadi penyababnya
adalah penawaran yang menurun akibat inefisiensi atau pemborosan produksi,
penurunan jumlah impor barang yang sudah di minta atau karna tekanan pasar.

6

Oleh karena itu, jika permintaan terhadap barang meningkat dan
penawaran turun, maka harga barang akan naik. Begitu juga sebaliknya, jika
permintaan menurun dan penawaran barang meningkat maka harga barang akan
turun. Beliau menyebutkan 2 sumber persediaan yaitu: produksi lokal, dan impor
barang yang di minta. Terjadinya perubahan dalam penawaran, digambarkan
sebagai peningkatan atau penurunan dalam jumlah barang yang di tawarkan,
sedangkan perubahan permintaan sangat ditentukan oleh konsumen.
Permintaan akan barang sering berubah-ubah, perubahan itu di sebabkan
beberapa factor yaitu, keinginan masyarakat terhadap berbagai jenis barang yang
berbeda dan selalu berubah-ubah, jumlah peminat terhadap suatu barang, kuat
atau lemahnya terhadap kebutuhan suatu barang, kualitas pembeli barang tersebut,

jenis pembayaran yang digunakan dalam transaksi dan besar kecilnya biaya yang
harus di gunakan oleh produsen atau penjual. Ibnu taimiyah secara umum sangat
menghargai arti penting harga yang terjadi karena mekanisme pasar yang bebas.
Beliau menolah segala campur tangan untuk menekan atau menetapkan harga
sehingga mengganggu mekanisme yang bebas.
Faktor lain yang mempengaruhi permintaan dan penawaran pasar, yaitu :
intensitas dan besarnya permintaan, kelangkaan dan melimpahnya barang, kondisi
kredit atau pinjaman dan diskonto pembayaran tunai. Dalam persaingan dan
ketidaksempurnaan dalam pasar, Ibn Taimiyah tidak pernah menggunakan istilah
“persaingan”, sebaliknya beliau menjelaskan keadaan persaingan sempurna yang
sekarang menjadi jargon ekonomi kontemporer, hal ini jelas menunjukkan bahwa
ia menyadari adanya asumsi mengenai “persaingan pasar”.
4.

Mekanisme Pasar Menurut Ibnu Khaldun (1332-1383 M)
Selain Abu Yusuf, Al-Ghazali, Ibnu taimiyah, intelektual muslim yang juga

membahas mekanisme pasar adalah Ibnu Khaldun. Beliau membagi jenis barang
menjadi 2 macam yaitu, barang kebutuhan pokok, dan barang mewah.
Menurutnya, bila suatu kota berkembang dan populasinya bertambah, maka
persediaan pengadaan barang kebutuhan pokok melebihi kebutuhan, sehingga
penawaran meningkat dan akibatnya harga menjadi turun, sedangkan barang

7

mewah, permintaannya akan meningkat sejalan dengan perkembangan kota dan
gaya hidup. Akibatnya, harga barang mewah menjadi naik.
Pemikiran Ibnu Khaldun tentang pasar termuat dalam buku monumental,
yaitu al-muqaddimah, terutama dalam bab harga-harga di kota. Dalam buku
tersebut mendeskripsikan tentang pengaruh kenaikan dan penurunan penawaran
terhadap tingkat harga. Beliau menyatakan “Ketika barang-barang yang tersedia
sedikit, maka harga-harga akan naik. Namun, bila jarak antar kota dekat dan aman
untuk melakukan perjalanan, maka akan banyak barang yang diimpor sehingga
ketersediaan barang-barang akan melimpah dan harga-harga akan turun.”
Ibnu Khaldun juga telah membahas teori permintaan dan penawaran
sebagaimana seperti Al-Ghazali dan Ibnu Taimiyah. Keuntungan yang wajar akan
mendorong tumbuhnya perdagangan, sedangkan keuntungan yang sangat rendah
akan membuat lesu perdagangan. Karena pedagang kehilangan motivasi untuk
kerja. Sebaliknya jika pedagang mengambil keuntungan yang sangat tinggi, juga
akan membuat lesu pedagangan karena lemahnya permintaan dari konsumen.
Berdasarkan kajian para ulama klasik tentang mekanisme pasar tersebut,
maka Muhammad Najatullah Shiddiqi dalam buku The Economic Entreprise in
Islam menyatakan tentang “ system pasar dibawah pengaruh semangat islam
berdasarkan dua asumsi, asumsi itu adalah rasionalitas ekonomi dan persaingan
sempurna. Berdasarkan asumsi ini, system pasar dibawah pengaruh semangat
islam dapat dianggap sempurna. System ini menggambarkan keselarasan antar
kepentingan para konsumen.”
Yang dimaksud dengan rasionalitas ekonomi adalah upaya-upaya yang
dilakukan oleh produsen dan konsumen dalam rangka memaksimumkan
kepuasannya masing-masing. Pencapaian terhadap kepuasan sebagaimana tersebut
tentunya harus dip roses dan di tindak lanjuti secara berkesinambungan dan
masing- masing pihak hendaknya mengetahui dengan jelas apa dan bagaimana
keputusan yang harus di ambil dalam pemenuhan kepuasan ekonomi tersebut.
Menurut pandangan islam yang dipeerlukan adalah suatu peraturan secara benar
serta di bentuknya suatu system kerja yang berfifat produktif dan adil demi
terwujudnya pasar yang normal. Sifat produktif itu hendaklah dilandasi dengan
sikap dan niat yang baik guna untuk terbentuknya pasar yang adil.

8

Dengan demikian modal dan pola yang dikehendaki adalah system
oprasional pasar yang normal. Dalam hal ini Muhammad Nejatullah Shidiqi
menyimpulkan bahwa ciri-ciri pendekatan islam dalam hal mekanisme pasar
adalah:
1. Penyelesaian masalah ekonomi yang asasi (konsumsi, produksi, dan
distribusi) dikenal sebagai tujuan mekanisme pasar
2. Dengan berpedoman ajaran islam para konsumen di harapkan, bertingkahlaku
sesuai dengan mekanisme pasar, sehingga dapat mencapai tujuan yang
3.

dinyatakan di atas
Jika perlu, campur tangan Negara sangat penting diberlakukan untuk
normalisasi dan memperbaiki mekanisme pasar yang rusak sebab Negara
adalah penjamin terwujudnya mekanisme pasar yang normal
Maka, mekanisme pasar disini dapat diyakini akan menghasilkan sesuatu

yang adil dan arif dari berbagai kepentingan masyarakat yang bertemu di pasar.
Dan pendukung paradigma pasar bebas telah melakukan berbagai upaya akademis
untuk meyakinkan bahwa pasar adalah sebuah system yang mandiri yang
berusaha berbuat adil dan bijaksana.
Jadi ibnu khaldun sangat menghargai harga yang terjadi dalam pasar
bebas, namun beliau tidak mengajukan saran-saran kebijakan pemerintah untuk
mengelolah harga. Lebih banyak untuk memfokuskan kepada factor-faktor yang
mempengaruhi harga. Hal ini tentu saja berbeda denga Ibnu Taimiyah yang
dengan tegas menentang intervensi pemerintah sepanjang jalan pasar berjalan
dengan bebas dan normal.
D. PRINSIP-PRINSIP MEKANISME PASAR DALAM ISLAM
Konsep mekanisme pasar dalam islam dibangun atas prinsipprinsip sebagai berikut :
a.

Ar-Ridha, yakni segala transaksi yang dilakukan haruslah atas dasar kerelaan

b.

antara masing-masing pihak.
Berdasarkan persaingan sehat, mekanisme pasar akan terhambat bekerja jika
terjadi penimbunan (ihtikar) atau monopoli. Monopoli dapat diartikan

9

setiap barang yang penahanannya akan membahayakan konsumen atau
c.

orang banyak.
Kejujuran (honesty), merupakan pilar yang sangat penting dalam islam, sebab
kejujuran adalah nama lain dari kebenaran itu sendiri. Islam melarang
tegas melakukan kebohongan dan penipuan dalam bentuk apapun. Sebab,
nilai kebenaran ini akan berdampak langsung kepada para pihak yang

d.

melakukan transaksi dalam perdagangan dan masyarakat secara luas.
Keterbukaan (transparancy) serta keadilan (justice). Pelaksanaan prinsip ini
adalah transaksi yang dilakukan dituntut untuk berlaku benar dalam
pengungkapan kehendak dan keadaan yang sesungguhnya.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ekonomi islam memandang bahwa pasar, negara, dari individu berada
dalam keseimbangan, tidak boleh ada subordinat, sehingga salah satunya menjadi
dominan dari yang lain. Pasar menjamin kebebasannya dalam Islam. Pasar bebas
menentukan cara produksi dan harga, tidak boleh ada gangguan yang
mengakibatkan rusaknya keseimbangan pasar. Akan tetapi, pasar yang berjalan
sendiri secara adil kenyataannya sulit ditemukan. Konsep mekanisme pasar dalam
Islam dapat dijelaskan pada masa Rasulullah dan Para pemikir ekonomi Islam.
Mekanisme pasar yang berjalan dalam sistem ekonomi islam mempunyai
konsep islam dalam hal penentuan harga yang berbasis pada kekuatan pasar , yaitu
kekuatan permintaan dan penawaran. Pertemuan antara permintaan dan
penawaran tersebut harus terjadi rela sama rela, tidak ada pihak yang merasa
tertipu, atau adanya kekeliruan objek transaksi dalam melakukan transaksi barang
tertentu pada tingkat harga tertentu.
Dengan demikian, islam menjamin pasar bebas dimana para pembeli dan
penjual bersaing satu sama lain dengan arus informasi yang berjalan lancar dalam
kerangka keadilan yaitu dengan tidak adanya pihak yang merasa di dzalimi atau
pun mendzalimi.

10

B. SARAN
Demikian makalah ini yang dapat kami sampaikan, tentunya makalah ini
masih banyak kekurangan serta kesalahan-kesalahan baik itu tata cara penulis
ataupun pembahasan di dalamnya. Untuk itu kritik dan saran sangat kami
harapkan dari pembaca sekalian demi tersempurnanya makalah kami. Terima
kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Sukarno

Wibowo

&

Dedi

Supriadi.

2013.

Ekonomi

Mikro

Islam.

Bandung:Pustaka Setia.
Muhammad. 2004 Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam. Edisi 2004/2005.
Yogyakarta:BPFE
http://damipen.blogspot.co.id/2013/07/ekonomi-mikro-islam.html

11