BAB II ASEAN Economic Community AEC II.1

BAB II
ASEAN Economic Community (AEC)

II.1

Sejarah Singkat ASEAN Economic Community (AEC)
Sejak dibentuknya ASEAN sebagai organisasi regional pada tahun 1967,

negara-negara anggota telah meletakkan kerjasama ekonomi sebagai salah satu
agenda utama yang perlu dikembangkan. Pada awalnya kerjasama ekonomi
difokuskan

pada

program-program

pemberian

preferensi

perdagangan


(preferential trade), usaha patungan (joint ventures), dan skema saling melengkapi
(complementation scheme) antar pemerintah negara-negara anggota maupun
pihak swasta di kawasan ASEAN, seperti ASEAN Industrial Projects Plan (1976),
Preferential Trading Arrangement (1977), ASEAN Industrial Complementation
scheme (1981), ASEAN Industrial Joint-Ventures scheme (1983), dan Enhanced
Preferential Trading arrangement (1987). Pada dekade 80-an dan 90-an, ketika
negara-negara di berbagai belahan dunia mulai melakukan upaya-upaya untuk
menghilangkan hambatan-hambatan ekonomi, negara-negara anggota ASEAN
menyadari bahwa cara terbaik untuk bekerjasama adalah dengan saling membuka
perekonomian mereka, guna menciptakan integrasi ekonomi kawasan.
Pada KTT ke-5 ASEAN di Singapura tahun 1992 telah ditandatangani
Framework Agreement on Enhancing ASEAN Economic Cooperation sekaligus
menandai dicanangkannya ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tanggal 1
Januari 1993 dengan Common Effective Preferential Tariff

(CEPT) sebagai

mekanisme utama. Pendirian AFTA memberikan impikasi dalam bentuk
pengurangan dan eliminasi tarif, penghapusan hambatan-hambatan non-tarif, dan


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

perbaikan

terhadap

kebijakan-kebijakan

fasilitasi

perdagangan.

Dalam

perkembangannya, AFTA tidak hanya difokuskan pada liberalisasi perdagangan
barang, tetapi juga perdagangan jasa dan investasi. 22
KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003 menyepakati pembentukan
komunitas ASEAN yang salah satu pilarnya adalah Komunitas Ekonomi ASEAN
(AEC). AEC bertujuan untuk menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang

ditandai dengan bebasnya aliran barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil dan
perpindahan barang modal secara lebih bebas. KTT juga menetapkan sektorsektor prioritas yang akan diintegrasikan, yaitu: produk-produk pertanian,
otomotif, elektronik, perikanan, produk-produk turunan dari karet, tekstil dan
pakaian, produk-produk turunan dari kayu, transportasi udara, e-ASEAN (ITC),
kesehatan, dan pariwisata. Dalam perkembangannya, pada tahun 2006 jasa
logistik dijadikan sektor prioritas yang ke-12.
KTT ke-10 ASEAN di Vientiene tahun 2004 antara lain menyepakati
Vientiane Action Program (VAP) yang merupakan panduan untuk mendukung
implementasi pencapaian AEC di tahun 2020. ASEAN Economic Ministers
Meeting (AEM) di Kuala Lumpur bulan Agustus 2006 menyetujui untuk
membuat suatu cetak biru (blueprint) untuk menindaklanjuti pembentukan AEC
dengan mengindentifikasi sifat-sifat dan elemen-elemen AEC pada tahun 2015
yang konsisten dengan Bali Concord II dan dengan target-target dan timelines
yang jelas serta pre-agreed flexibility untuk mengakomodir kepentingan negaranegara anggota ASEAN.

22

Dian Triansyah Djani, MA, “ASEAN Selayang Pandang”, Direktur Jenderal Kerjasama ASEAN,
Jakarta, 2008., hal., 32.


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KTT ke-12 ASEAN di Cebu bulan Januari 2007 telah menyepakati
”Declaration on the Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community
by 2015”. Dalam konteks tersebut, para Menteri Ekonomi ASEAN telah
menginstruksikan Sekretariat ASEAN untuk menyusun ”Cetak Biru ASEAN
Economic Community (AEC)”. Cetak Biru AEC tersebut berisi rencana kerja
strategis dalam jangka pendek, menengah dan panjang hingga tahun 2015 menuju
terbentuknya integrasi ekonomi ASEAN, yaitu 23 :
1. Menuju single market dan production base (arus perdagangan bebas untuk
sektor barang, jasa, investasi, pekerja terampil, dan modal);
2. Menuju penciptaaan kawasan regional ekonomi yang berdaya saing tinggi
(regional competition policy, IPRs action plan, infrastructure development,
ICT, energy cooperation, taxation, dan pengembangan UKM);
3. Menuju suatu kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata
(region of equitable economic development) melalui pengembangan UKM
dan program-program Initiative for ASEAN Integration (IAI); dan
4. Menuju integrasi penuh pada ekonomi global (pendekatan yang koheren
dalam hubungan ekonomi eksternal serta mendorong keikutsertaan dalam
global supply network).


Pelaksanaan rencana kerja strategis tersebut dijabarkan lebih lanjut melalui
priority

actions

yang pencapaiannya

dievaluasi

dan dimonitor

dengan

menggunakan score card. Disamping itu, diperlukan dukungan berupa kemauan
politik, koordinasi dan mobilisasi sumber daya, pengaturan pelaksanaan,

23

Ibid., hal 33


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

peningkatan kemampuan (capacity building) dan penguatan institusi, serta
peningkatan konsultasi antara pemerintah dan sektor swasta. Pelaksanaan rencana
kerja strategis tersebut juga akan didukung dengan program pengembangan
sumber daya manusia dan kegiatan penelitian serta pengembangan di masingmasing negara.
Pada KTT ASEAN Ke-13 di Singapura, bulan Nopember 2007, telah
disepakati Blueprint for the ASEAN Economic Community (AEC Blueprint)
yang akan digunakan sebagai peta kebijakan (roadmap) guna mentransformasikan
ASEAN menjadi suatu pasar tunggal dan basis produksi, kawasan yang kompetitif
dan terintegrasi dengan ekonomi global. AEC Blueprint juga akan mendukung
ASEAN menjadi kawasan yang berdaya saing tinggi dengan tingkat pembangunan
ekonomi yang merata serta kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi yang
makin berkurang. Sebagai upaya untuk memfasilitasi perdagangan di tingkat
nasional dan ASEAN sebagaimana tertuang dalam AEC Blueprint 2015,
Indonesia telah melakukan peluncuran National Single Window (NSW) dalam
kerangka ASEAN Single Window (ASW) pada tanggal 17 Desember 2007.
Menurut rencana ASW akan diimplementasikan pada tahun 2009.
Pada tahun 2003, para pemimpin ASEAN sepakat bahwa Masyarakat

ASEAN harus terbentuk pada tahun 2020. Pada tahun 2007, para pemimpin
menegaskan komitmen kuat mereka untuk mewujudkan Masyarakat ASEAN dan
mempercepat target waktunya menjadi tahun 2015. Masyarakat ASEAN terdiri
dari tiga pilar yang terkait satu dengan yang lain: Masyarakat Politik Keamanan
ASEAN, Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Masyarakat Sosial Budaya ASEAN.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dengan demikian, para pemimpin sepakat untuk mentransformasi
ASEAN menjadi suatu kawasan yang ditandai oleh pergerakan bebas barang,
jasa,

investasi,

tenaga

kerja terampil, dan arus modal yang lebih bebas.

Selanjutnya Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN disusun dan disahkan
pada tahun 2007. Cetak Biru MEA berfungsi sebagai rencana induk yang

koheren

yang

mengarahkan pembentukan

MEA.

Cetak

mengidentifikasikan karakteristik dan elemen MEA dengan

Biru

tersebut

target dan batas

waktu yang jelas untuk pelaksanaan berbagai tindakan serta fleksibilitas yang
disepakati untuk mengakomodasi kepentingan seluruh negara anggota ASEAN.

Dengan mempertimbangkan pentingnya perdaganganeksternal bagi ASEAN
dan

kebutuhan

Masyarakat

ASEANsecara

keseluruhan

untuk

tetap

berpandangan terbuka, MEAmemiliki karakteristik utama sebagai berikut: (a)
pasar tunggaldan basis produksi; (b) kawasan ekonomi yang berdaya saingtinggi;
(c) kawasan pengembangan ekonomi yang merata; dan(d) kawasan yang secara
penuh terintegrasi ke dalamperekonomian global.
Dalam kerjasama ASEAN di bidang ekonomi, pada awalnya kerjasama

difokuskan dengan pemberian prefensi perdagangan (Predential trade), usaha
patungan (Joint Venture) dan skema saling melengkapi (Complementation
scheme) antar pemerintah negara-negara anggota maupun pihak swasta di
kawasan ASEAN, seperti Industrial Project Plan (1976), Prefential Trading Area
(1977), ASEAN Industrial Complement Scheme (1981), ASEAN Joint Venture
Scheme (1981) dan Enhanched Prefential Trading Arengement (1987). Pada
dekade 80-an dan 90-an, ketika antar negara di berbagai belahan dunia melakukan
upaya-upaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan ekonomi, negaranegara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ASEAN menyadari bahwa cara terbaik untuk bekerjasama adalah dengan saling
membuka perekonomian mereka, guna menciptakan integrasi ekonomi kawasan.
Pada KTT ke-5 di Singapura tahun 1992 telah ditandatangani Framewok
Agreement Enchanching ASEAN Economic Cooperation sekaligus menandai
dicanangkannya ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tanggal 1 Januari 1993
dengan Common Efective Prefential Tariff (CEPT) sebagai mekanisme utama.
Pendirian AFTA memberikan implementasi dalam bentuk pengurangan dan
eliminasi tarif, penghapusan hambatan-hambatan non-tarif, dan perbaikan
terhadap kebijakan-kebijakan fasilitas pedagangan. Dalam perkembangannya,

AFTA tidak hanya difokuskan pada liberalisasi perdagangan barang, tetapi juga
perdagangan, jasa dan investasi. Sejalan dengan perkembangan konstelasi global,
ASEAN pun mengalami pengembangan pesat yang belum pernah terjadi
sebelumnya. Seperti yang telah dikemukakan di atas, pada awal berdirnya,
ASEAN mencurahkan perhatiannya untuk membangun rasa saling percaya
(confidence Bulding Measure), itikad baik dan mengembangkan kebiasaan secara
terbuka dan dinamis diantara sesama angotanya. Menjelang usianya yang ke-40,
ASEAN telah mencapai tingkat koefisitas dan memiliki rasa saling percaya yang
cukup tinggi dantara para anggotanya serta mulai menyentuh kerjasama di bidangbidang yang dianggap sensitif. Perkembangan ASEAN yang pesat tersebut tidak
terlepas dari pengaruh lingkungan baik di dalam maupun luar kawasan yang turut
membentuk dan memperkaya pola-pola kerjasama diantara negara anggota
ASEAN. Pengalaman kawasan Asia Tenggara semasa krisis keuangan dan
ekonomi Tahun 1997-1998 memicu kesadaran ASEAN mengenai pentingnya
peningkatan dan perluasan kejasama intra kawasan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Perkembangan ASEAN memasuki babak baru dengan diadopsinya Visi
ASEAN 2020 di Kuala Lumpur tahun 1997 yang mencita-citakan ASEAN
sebagai Komunitas negara-negara Asia Tenggara yang terbuka, damai, stabil,
sejahtera, saling perduli, diikat bersama dalam kemitraan yang dinamis di tahun
2020. Selanjutnya ASEAN juga mengadopsi Bali Concord II pada KTT ke-9
ASEAN di Bali tahun 2003 yang menyetujui pembentukan Komunitas ASEAN.
Pembentukan Komunitas ASEAN ini merupakan bagian dari upaya ASEAN
untuk lebih mempererat integrasi ASEAN. Selain itu juga merupakan upaya
evolutif ASEAN untuk menyesuaikan cara pandang agar dapat lebih terbuka
dalam membahas permasalahan domestik yang berdampak pada kawasan tanpa
meninggalkan prinsp-prinsip utama ASEAN, yaitu: saling menghormati (Mutual
Respect), tidak mencampuri urusan dalam negeri (Non-Interfence), konsensus,
diaog dan konsultasi. Komunitas ASEAN terdiri dari tiga pilar yang termasuk di
dalamnya kerjasama di bidang ekonomi, yaitu: Komonitas Keamanan ASEAN
(ASEAN Security Comunity/ASC), Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN
Economic Community/AEC) dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN (ASEAN
Sosio-Cultural Community/ASCC).
Pencapaian Komunitas ASEAN semakin kuat dengan ditandatanganinya
”Cebu Declaration on the Estabilishment of an ASEAN Community by 2015”
oleh para pemumpin ASEAN pada KTT ke-12 ASEAN di Cebu Filiphina, 13
Januari 2007. Dengan ditandatanganinya deklarasi ini, para pemimpin ASEAN
menyepakati percepatan pembentukan Komunitas ASEAN/ASEAN Community
dari tahun 2020 menjadi 2015.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lalu komimen tersebut, khususnya di bidang ekonomi, dilanjutkan dengan
penandatanganan ASEAN Charter/Piagam ASEAN beserta cetak biru AEC 2015
pada KTT ASEAN ke-13 di Singapura, pada tanggal 20 November 2007.
Penandatanganan Piagam ASEAN beserta cetak birunya AEC adalah merupakan
babak baru dalam kerjasama ASEAN di bidang ekonomi diusianya yang kempat
puluh tahun.
Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa AEC adalah merupakan salah
satu dari tiga pilar utama dalam ASEAN Community 2015, yang ingin
membentuk integrasi ekonomi di kawasan ASEAN Tenggara. AEC memiliki lima
plar utama, yakni:
1. Aliran bebas barang (free flow of goods),
2. Aliran bebas jasa (free flow of sevice),
3. Aliran bebas investasi (free flof of investment),
4. Aliran bebas tenaga kerja terampil (free flow of skilled labour), dan
5. Aliran bebas modal ( free flow of capital)
Secara umum AEC memiliki 12 sektor prioritas, yakni: produk-produk
berbasis pertanian, otomotif, elektronik, perikanan, poduk berbasis karet, tekstil
dan pakaian, produk berbasis kayu, perjalanan udara, e-ASEAN, kesehatan,
pariwisata, dan logistik. Inilah sector-sektor yang paling diminati, anggota
ASEAN, dan menjadi ajang mereka untuk bersaing satu sama lain. Gagasannya
adalah jika sektor-sektor ini diliberalisasikan secara penuh, sektor-sektor ini akan
berintegrasi (menyatu) anggota ASEAN akan mengembangkan keunggulan
sektor-sektor ini dengan menarik investasi dan perdagangan di dalam ASEAN
(contohnya

dengan

saling

melakukan

outsourching)

serta

membantu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

mengembangkan

produk-poduk

buatan

ASEAN.

Selain

itu

dilakukan

pengembangan terhadap sektor prioritas pangan, pertanian dan kehutanan.
Gambar II.1 AEC dalam piagam ASEAN
ASEAN

ASEAN Economic Community

Jadwal
t t i
Pasar tunggal
dan basis
produksi
Melalui aliran
bebas di:
• Barang
• Jasa
• Investasi
• TK
terampil



12 sektor
prioritas
Pengemban
gan sector
makanan
Penelitian

Kawasan
ekonomi yang
berdaya saing








Kebijakan
Ekonomi
yang berdaya
saing
Perlindungan
konsumenintelectual
proverty
rights
Pengembanga
n infrastruktur
Perpajakan
E-Commerce

Pengembangan
SDM

Cetak biru

Petumbuhan
ekonomi yang
merata





Pengemban
gan UKM
inisiatif
integrasi

Integrasi ke
perekonomian
global





Kerangka institusi
regional
(Sekretariat,
Dispute l HAM)

Pendekatan
koeheren
hubungan
ekonomi
eksternal.
Partisipasi
di global
supply

Political will
dan
implementasi

Sumber : www.kemenlu.go.id
Secara umum AEC memiliki 12 sektor prioritas, yakni: produk-produk
berbasis pertanian, otomotif, elektronik, perikanan, poduk berbasis karet, tekstil
dan pakaian, produk berbasis kayu, perjalanan udara, e-ASEAN, kesehatan,
pariwisata, dan logistik. Inilah sector-sektor yang paling diminati, anggota
ASEAN, dan menjadi ajang mereka untuk bersaing satu sama lain. Gagasannya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

adalah jika sektor-sektor ini diliberalisasikan secara penuh, sektor-sektor ini akan
berintegrasi (menyatu) anggota ASEAN akan mengembangkan keunggulan
sektor-sektor ini dengan menarik investasi dan perdagangan di dalam ASEAN
(contohnya

dengan

mengembangkan

saling

melakukan

produk-poduk

buatan

outsourching)
ASEAN.

serta

Selain

itu

membantu
dilakukan

pengembangan terhadap sektor prioritas pangan, pertanian dan kehutanan.

II.2

ASEAN Economic Community (AEC) Blueprint
Pada pertemuan ke-39 ASEAN Economic Ministers (AEM) tahun 2007,

disepakati mengenai naskah ASEAN Economic Community (AEC) Blueprint
beserta Strategic Schedule-nya, yang mencakup inisiatif-inisiatif baru serta
roadmap yang jelas untuk mencapai pembentukan ASEAN Economic Community
tahun 2015. 24
Berkaitan dengan disepakatinya draft AEC Blueprint, pada pertemuan ke39 AEM juga disepakati mengenai Roadmap for ASEAN integration of the
Logistics Services Sector sebagai priotitas ke-12 untuk integrasi ASEAN dan
menandatangani “Protocol to Amend Article 3 of the ASEAN Framework
(Amandment) Agreement for the Integration of the Priority Sectors”. Dengan
demikian, ke-12 Priority sectors dimaksud adalah agro-based products, air-travel,
automotivr, e-ASEAN, electronics, fisheries, healthcare, rubber-based products,
textiles & apparels, tourism, wood-based products, logistics services.
ASEAN Economic Community (AEC) Blueprint tersebut kemudian
disahkan pada Rangkaian Pertemuan KTT ASEAN ke-13. AEC Blueprint
24

http://www.scribd.com/doc/83165104/Kerjasama-Ekonomi-ASEAN. “Kerjasama Ekonomi
ASEAN.” diakses pada 27 february 2012.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

bertujuan untuk menjadikan kawasan ASEAN lebih stabil, sejahtera dan sangat
kompetitif, memungkinkan bebasnya lalu lintas barang, jasa, investasi dan aliran
modal. Selain itu, juga akan diupayakan kesetaraan pembangunan ekonomi dan
pengurangan kemiskinan serta kesenjangan sosial ekonomi pada tahun 2015.
AEC Blueprint
membentuk

Komunitas

merupakan suatu master plan bagi ASEAN untuk
Ekonomi

ASEAN

pada

tahun

2015

dengan

mengidentifikasi langkah-langkah integrasi ekonomi yang akan ditempuh melalui
implementasi berbagai komitmen yang rinci, dengan sasaran dan jangka waktu
yang jelas.
Terkait dengan AEC Blueprint, ASEAN juga telah mengembangkan
mekanisme Scorecard untuk mencatat implementasi dan komitmen-komitmen
negara anggota sebagaimana yang telah disepakati di dalam AEC Blueprint.
Scorecard dimaksud akan memberikan gambaran komprehensif bagaimana
kemajuan ASEAN untuk mengimplementasikan AEC pada tahun 2015. Dalam
kaitan ini negara-negara ASEAN telah menyepakati bahwa AEC Scorecard yang
diusulkan akan dilaporkan pada KTT

ke-14 ASEAN, Desember 2008 di

Thailand.
Berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan “AEC awareness Year
2008”, para pertemuan ke-40 AEM, para Menteri Ekonomi ASEAN mengesahkan
AEC Communication Plan dan menekankan pentingnya untuk melibatkan
berbagai stakeholders dalam proses komunikasi, yaitu Badan-badan sektoral
ASEAN, sektor swasta, otoritas di tingkat lokal dan nasional di negara-negara
ASEAN, kalangan akademi serta tokoh-tokoh masyarakat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Terkait dengan implmentasi AEC Bluepint, pada tahun 2007-2008, Ditjen
Kerjasama ASEAN telah melakukan sosialisasi AEC Blueprint bersamaan dengan
sosialisasi ASEAN Charter, baik di tingkat pusat, khususnya kepada asosiasiasosiasi bisnis maupun di daerah-daerah di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi dan Irian. Sosialisasi dilakukan dalam bentuk seminar, workshop,
lokakarya maupun Kuliah Umum, wawancara di media massa cetak dan
elektronik lokal di pusat dan daerah. Salah satu sasaran yang ingin dicapai adalah
untuk memicu kesiapan masyarakat serta menimbulkan mengenai “public
awareness” mengenai ASEAN.

II.3

Struktur Kelembagaan ASEAN Economic Community
Dalam melaksanakan proses intergrasi ekonomi ASEAN menuju AEC

2015, sesuai dengan Piagam ASEAN, dibentuk struktur kelembagan ASEAN
yang terdiri dari ASEAN Summit, ASEAN Coordinating Council, ASEAN
Community Council, ASEAN Economic Ministers, ASEAN Free Trade Area
Council, ASEAN Investment Area Council, Senior Economic Officials Meeting,
dan Coordinating Committee. 25 Langkah awal kesiapan ASEAN dalam
menjalankan integrasi ekonominya setelah diberlakukannya Piagam ASEAN
(ASEAN Charter) adalah dengan ditetapkannya Wakil Sekretaris Jenderal
ASEAN bidang ASEAN Economic Community/AEC dengan tugas mengawasi
implementasi AEC Blueprint, memantau dan menfasilitasi proses kesiapan
kawasan menghadapi perekonomian global, serta mendukung pelaksanaan
inisiatif lainnya dalam rangka integrasi ekonomi ASEAN.
25

Outline Book, Menuju ASEAN Economic Commonity 2015, Departemen Perdagangan
Republik Indonesia, www.ditjenkpi.depdag.go.id., hal. 11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ASEAN Summit. ASEAN Summit merupakan pertemuan tingkat Kepala
Negara/Pemerintahan ASEAN, yang berlangsung 2 (dua) kali dalam setahun dan
diselenggarakan secara bergilir berdasarkan alfabet di Negara yang sedang
menjabat sebagai Ketua ASEAN. Secara rinci dijelaskan dalam Piagam
ASEANPasal 7 bahwa ASEAN Summit adalah:
a) Merupakan badan pengambil kebijakan tertinggi ASEAN
b) Membahas, memberikan arah kebijakan dan mengambil keptusan atas isuisuutama yang menyangkut realisasi tujuan-tujuan ASEAN, hal-hal pokok
yangmenjadi kepentingan Negara-Negara Anggota dan segala isu yang
dirujukkepadanya oleh ASEAN Coordinating Council (Dewan Koordinasi
ASEAN),ASEAN Community Council (Dewan Komunitas ASEAN) dan
ASEAN SectoralMinisterial Bodies (Badan Kementerian Sektoral
ASEAN).
c) Menginstruksikan para Menteri yang relevan di tiap-tiap Dewan Terkait
untukmenyelenggarakan pertemuan-pertemuan antar-Menteri yang bersifat
ad hoc,dan membahas isu-isu penting ASEAN yang bersifat lintas Dewan
Komunitas.Aturan pelaksanaan pertemuan dimaksud diadopsi oleh Dewan
KoordinasiASEAN,

dalam

hal

di

Indonesia,

koordinasikan

oleh

Departemen Luar Negeridengan mengundang departemen terkait dibidang
masing-masing.
d) Menangani situasi darurat yang berdampak pada ASEAN dengan
mengambiltindakan yang tepat
e) Memutuskan hal-hal yang dirujuk kepadanya berdasarkan Bab VII dan
VIII diPiagam ASEAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

f) Mengesahkan pembentukan dan pembubaran Badan-badan Kementerian
Sektoral dan lembaga-lembaga ASEAN
g) Mengangkat Sekretaris Jenderal ASEAN, dengan pangkat dan status
setingkatMenteri, yang akan bertugas atas kepercayaan dan persetujuan
para Kepala Negara/Pemerintahan berdasarkan rekomendasi pertemuan
para Menteri LuarNegeri ASEAN.
ASEAN Coordinating Council (ACC). ASEAN Coordinating Council
adalah dewan yang dibentuk untuk mengkoordinasikan seluruh pertemuan tingkat
Menteri ASEAN yang membawahi ketiga ASEAN Community Council yaitu
ASEAN Political Security Community Council, ASEAN Economic Community
Council, dan ASEAN Socio-cultural Community Council. ACC melakukan
pertemuan sekurang-kurangnya dua kali setahun sebelum ASEAN Summit
berlangsung. Berdasarkan amanat Piagam ASEAN Pasal 8 tugas dan fungsi
ASEAN Coordinating Council adalah untuk:
a) menyiapkan pertemuan ASEAN Summit;
b) mengkoordinasikan pelaksanaan perjanjian dan keputusan ASEAN
Summit;
c) berkoodinasi dengan ASEANCommunity Council untuk meningkatkan
keterpaduan kebijakan, efisiensi dan kerjasama antar mereka;
d) mengkoordinasikan

laporan

ASEAN

Community

laporan

tahunan

Sekretaris

Council

kepada

ASEANSummit;
e) mempertimbangkan

Jenderal

ASEAN

mengenai hasilkerja ASEAN;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

f) mempertimbangkan laporan Sekretaris Jenderal ASEAN mengenai fungsifungsidan kegiatan Sekretariat ASEAN serta badan relevan lainnya;
g) menyetujui pengangkatan dan pengakhiran para Deputi Sekretaris
JenderalASEAN berdasarkan rekomendasi Sekretaris Jenderal; dan
h) menjalankan tugas lain yang diatur dalam Piagam ASEAN atau fungsi lain
yangditetapkan oleh ASEAN Summit.
ASEAN Economic Community Council (AEC Council). ASEAN
Economic Community Council merupakan Dewan yang mengkoordinasikan
semua economicsectoral ministers seperti bidang perdagangan, keuangan,
pertanian dan kehutanan, energi, perhubungan, pariwisata dan telekomunikasi dan
lain-lain. Pertemuan AEC Council berlangsung sekurang-kurangnya 2 (dua) kali
dalam setahun yang dirangkaikan dengan pertemuan ASEAN Summit.Wakil
Indonesia untuk pertemuan AEC Council adalah Menteri Koordinator
BidangPerekonomian dengan Menteri Perdagangan sebagai alternate. AEC
Councilbertugas untuk melaporkan kemajuan di bidang kerjasama ekonomi
kepada KepalaPemerintahan/ Negara ASEAN.
ASEAN Economic Ministers (AEM). ASEAN Economic Ministers
(AEM) merupakan dewan Menteri yang mengkoordinasikan negosiasi dan proses
implementasi integrasi ekonomi. Para AEM melakukan pertemuan AEM, AEM
Retreat, dan dalam rangkaian ASEAN Summit. AEM menyampaikan laporannya
kepada AEC Council, dan selanjutnya AEC Council melaporkan semua hasil-hasil
implementasi ASEAN Blueprint kepada ASEAN Summit. Di bawah koordinasi
AEM, terdapat AFTA Council dan AIA Council, masing-masing dewan Menteri
yang membidangi bidang barang dan investasi. AEM dalam setiap pertemuannya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

menerima laporan serta membahas isu-isu yang masih pending di tingkat SEOM.
AEM selanjutnya menyampaikan laporan secara komprehensif implementasi
ASEAN Blueprint kepada AEC Council pada pertemuan ASEAN Summit.
Menteri
Ekonomi yang mewakili Indonesia dalam AEM adalah Menteri Perdagangan.
ASEAN Free Trade Area Council (AFTA Council). AFTA Council
adalah dewan menteri ASEAN yang pada umumnya diwakili oleh Menteri
Ekonomi masing-masing Negara Anggota bertanggungjawab atas proses
negosiasi dan implementasi komitmen di bidang perdagangan barang ASEAN.
AFTA Council melakukan pertemuan tahunan para Menteri Ekonomi ASEAN
dalam rangkaian pertemuan sebelum AEM. Dalam pertemuannya, AFTA Council
pada umumnya menerima laporan dari Coordinating Committee on the
Implementation on the CEPT Scheme for AFTA (CCCA) dan membahas isu-isu
yang masih pending di tingkat SEOM. Koordinator AFTA Council untuk
Indonesia adalah Menteri Perdagangan.
ASEAN Investment Area Council (AIA Council). AIA Council adalah
dewan menteri ASEAN yang bertanggungjawab atas proses negosiasi dan
implementasi komitmen di bidang investasi ASEAN. Pada umumnya, AIA
Council mengadakan pertemuan tahunan dalam rangkaian dengan pertemuan
AEM. AIA Council menerima laporan dari pertemuan Coordinating Committee
on Investment (CCI) dan membahas isu-isu yang masih pending di tingkat SEOM.
Koordinator Indonesia untuk AIA Council adalah Kepala BKPM yang didampingi
oleh Menteri Perdagangan pada setiap pertemuan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Senior Economic Official Meeting (SEOM). SEOM merupakan
pertemuan ASEAN di tingkat pejabat Eselon 1 yang menangani bidang ekonomi.
Pertemuan diadakan 4 (empat) kali dalam setahun, SEOM 1, 2, 3, dan 4. Dalam 2
(dua) pertemuan SEOM (1 dan 3), pertemuan fokus pada isu intra ASEAN
sedangkan pada 2 (dua) pertemuan SEOM lainnya (2 dan 4), ASEAN
mengundang Negara Mitra Dialog yaitu China, Jepang, Korea, India, Australia &
New Zealand untuk melakukan konsultasi dengan SEOM ASEAN. SEOM dalam
pertemuannya menerima laporan hasil pertemuan dari dan membahas isu yang
masih pending di tingkat Coordinating Committee/ Working Group. Selain
SEOM, ASEAN membentuk task force tingkat pejabat Eselon 1, High Level Task
Force (HLTF). HLTF dalam pertemuannya membahas isu-isu penting yang masih
pending dan memerlukan pertimbangan khusus untuk dilaporkan ke tingkat
Menteri. Pertemuan HLTF biasanya hanya dihadiri oleh SEOM+1.
Coodinating Commitees / Working Groups. Coordinating Committee /
Working Groups merupakan pertemuan teknis setingkat pejabat Eselon 2 atau
Pejabat Eselon 3 di instansi terkait masing-masing Negara Anggota ASEAN.
Pertemuan ini diadakan 4 (empat) kali dalam setahun, dimana hasil pertemuannya
akan dilaporkan kepada SEOM untuk diteruskan kepada AEM, AEC Council,
ASEAN Coordinating Council dan ASEAN Summit. Saat ini, ada 22 (dua puluh
dua) Coordinating Committee/Working Groups di bidang ekonomi yaitu 26:
1. ACCCQ

: ASEAN Consultative Committee on Standards and

Quality

26

Ibid.,hal. 15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2. ACCCP

:

ASEAN

Coordinating

Protection

Committee

On

Consumer
3. AEGC

: ASEAN Experts Group on Competition

4. AFDM

: Finance Ministers and Deputies Meeting

5. AHSOM

: ASEAN Heads of Statistical Office Meeting

6. ASOMM

: ASEAN Senior Official Meeting on Minerals

7. ASOF

: ASEAN Senior Officials on Forestry

8. CCC

: Coordinating Committee on Customs

9. CCCA

: Coordinating Committee on the Implementation on the
CEPT Scheme for AFTA

10. CCI

: Coordinating Committee on Investment

11. CCS

: Coordinating Committee on Services

12. COST

: ASEAN Committee on Science and Technology

13. DG of Customs

: ASEAN Directors General of Customs Meeting

14. IAI Task Force

: Initiative for ASEAN Integration Task Force

15. NTOs

: National Tourism Organizations

16. SLOM

: Senior Labour Officials Meeting

17. SMEWG

: ASEAN SME Working Group

18. SOM AMAF

:

Senior

Official

Meeting-ASEAN

Ministries

on

Agriculture and Forestry
19. SOME

: Senior Officials Meeting on Energy

20. STOM

: Senior Transport Officials Meeting

21. TELSOM

: Telecommunications and IT Senior Officials Meeting

22. WGIPC

: Working Group on Intellectual Property Cooperation

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA