HAMBATAN HAMBATAN YANG DIHADAPI ADVOKAT

HAMBATAN-HAMBATAN YANG DIHADAPI ADVOKAT DALAM MEMBERIKAN
JASA HUKUM KEPADA KLIENNYA DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI
Oleh
Sudoyo Husodo
Abstract
All perpetrator of corruption doing an injustice, like corporation and also civil nor get out of
protection of law. As which have been decanted in Declaration of Human Rights, all perpetrator
of corruption doing an injustice also have the right to be assumed not guilty before there is
verdict, here role of advocat which in this case give its legal aid. As for problems faced by that is
: How role of advocate in giving service punish to its client in case of corruption doing an
injustice? And any kind resistance faced by advocate in giving service punish to its client in case
of corruption doing an injustice? Utilized research method that is research of normatif yuridis by
conducting research to law materials.
Result of from research which is can know that role of advocate can be seen from execution
of its obligation as service giver punish in case of doing an injustice of korupsi. Resistance faced
by advocate in giving service punish to its client in case of corruption doing an injustice for
example internal resistance and resistance of eksternal. Internal resistance come from within
itself advocate. Resistance faced by advocate in giving service punish to its client in case of
corruption doing an injustice for example internal resistance and external resistance
Keyword : Resistance, Advocate, Doing An Injustice, Corruption
Abstrak

Para pelaku tindak pidana korupsi baik korporasi maupun perseorangan juga tidak lepas dari
suatu perlindungan hukum. Sebagaimana yang telah tertuang dalam Declaration of Human
Rights, pelaku-pelaku tindak pidana korupsi juga mempunyai hak untuk dianggap tidak bersalah
sebelum ada putusan pengadilan, disinilah peran advocat yang dalam hal ini memberikan
bantuan hukumnya. Adapun permasalahan yang dihadapi yaitu: bagaimanakah peran advokat
dalam memberikan jasa hukum kepada kliennya dalam perkara tindak pidana korupsi? Dan
apasajakah hambatan-hambatan yang dihadapi advokat dalam memberikan jasa hukum kepada
kliennya dalam perkara tindak pidana korupsi? Metode penelitian yang dipergunakan yaitu
penelitian yuridis normatif dengan melakukan penelitian terhadap bahan hukum.
Hasil dari penelitian yang dilakukan maka dapat diketahui bahwa peranan advokat dapat
dilihat dari pelaksanaan kewajibannya sebagai pemberi jasa hukum dalam perkara tindak pidana
korupsi.Hambatan-hambatan yang dihadapi advokat dalam memberikan jasa hukum kepada
kliennya dalam perkara tindak pidana korupsi antara lain hambatan internal dan hambatan
eksternal. Hambatan internal berasal dari dalam advokat itu sendiriHambatan-hambatan yang
dihadapi advokat dalam memberikan jasa hukum kepada kliennya dalam perkara tindak pidana
korupsi antara lain hambatan internal dan hambatan eksternal.
Kata kunci : Hambatan, Advokat, Tindak Pidana, Korupsi
I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

1

Sebagai pihak yang lemah tersangka/terdakwa perlu seorang pendamping, yang juga
kedudukannya sebagai penegak hukum dari keadilan yaitu advokat atau pembela. Advokat
sebagai pemberi bantuan atau jasa hukum kepada masyarakat atau klien yang mengahadapi
masalah hukum yang keberadaannya sangat dibutuhkan saat ini. Dalam Undang-Undang Nomor
18 Tahun 2003 tentang Advokat mengatur berbagai prinsip dalam penyelenggaraan tugas profesi
advokat khususnya dalam peranannya dalam menegakkan keadilan serta terwujudnya prinsipprinsip negara hukum pada umumnya. Peran advokat sangat dibutuhkan mengenai pemberian
bantuan terhadap seseorang atau korporasi yang melakukan tindak pidana korupsi.1
Permasalahan timbul karena banyak komentar yang berkembang mengenai pembelaan seorang
advokat yang memberikan bantuan hukum kepada tersangka/terdakwa kasus korupsi yang
merupakan tindak pidana khusus sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi karena selain tindak pidana korupsi ini sangat merugikan negara dan masyarakat tetapi
juga pelaku tindak pidana korupsi berlindung di balik payung hukum atau legalitas formal serta
birokrasi pemerintah. Walaupun tindak pidana korupsi sangat merugikan masyarakat ataupun
sulit dalam pembuktiannya pelaku tindak pidana korupsi juga mempunyai hak untuk
mendapatkan bantuan hukum sebagaimana terdapat dalam ketentuan Pasal 54 KUHAP, disinilah

peran advokat dalam hubungannya memberikan jasa hukum kepada kliennya dalam perkara
tindak pidana korupsi.Sebagaimana yang telah tertuang dalam Declaration of Human Rights,
pelaku-pelaku tindak pidana korupsi juga mempunyai hak untuk dianggap tidak bersalah
sebelum ada putusan pengadilan, disinilah peran advokat yang dalam hal ini memberikan
bantuan hukumnya.
I.2 Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan jurnal ini yaitu untuk mengetahui peran
advokat dalam memberikan jasa hukum kepada kliennya dalam perkara tindak pidana korupsi,
dan untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi advokat dalam memberikan jasa
hukum kepada kliennya dalam perkara tindak pidana korupsi.

II. ISI
II.1Metode Penelitian
1

Ropuan Rambe, 2001, Tehnik Praktek Advokat, Grasindo, Jakarta, h. 5

2

Adapun metode penelitian yang dipergunakan dalam penulisan ini yaitu metode

penelitian hukum normatif.Adapun penelitian hukum normatif mencakup penelitian terhadap
sistematika hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum, penelitian sejarah hukum dan
penelitian perbandingan hukum.2
II.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan
II.2.1 Peran Advokat Dalam Memberikan Jasa Hukum Kepada Kliennya Dalam
Perkara Tindak Pidana Korupsi
Pada dasarnya Advokat dalam menjalankan profesinya adalah menjaga tegaknya keadilan
berdasarkan hukum untuk kepentingan masyarakat yang mencari keadilan. Peran advokat dalam
memberikan jasa hukum ini diharapkan dapat mencegah perlakuan yang tidak adil dan tidak
manusiawi terhadap tersangka/terdakwa. Menurut Hartono Marjono menyatakan bahwa terdapat
dua pandangan yang menunjukkan peran advokat dalam beracara di pengadilan, yaitu pandangan
subyektif dan obyektif. Dari sudut pandang subyektif karena pekerjaan memberikan bantuan
hukum bertolak dari kepentingan seseorang yang akan atau sedang beracara di pengadilan, sebab
orang itu merasa atau dianggap memerlukannya. Dari sudut pandang obyektif, karena pekerjaan
itu berangkat dari tujuan atau maksud yang hendak dicapai dari terselenggaranya peradilan itu
sendiri. Advokat yang berpandangan seperti ini akan mengabdi pada kebenaran dan ekadilan,
bukan pada keberadaan kliennya.3 Berdasarkan teori peran bahwa advokat sebagai penegak
hukum secara sosiologis mempunyai kedudukan (status) dan peranan (role) sebagai penegak
hukum yang memiliki hak-hak dan kewajiban-kewajiban tertentu. Hak-hak dan kewajiban tadi
merupakan peranan atau “role”. Berdasarkan pengertian tersebut, maka peranan advokat dapat

dilihat dari pelaksanaan kewajibannya sebagai pemberi jasa hukum dalam perkara tindak pidana
korupsi. Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh aturan hukum dan barang siapa yang
melanggar aturan hukum tersebut dikenakan sanksi hukum pidana.4Salah satu bentuk peran
dalam prakteknya Advokat dalam memberikan jasa hukum kepada kliennya khususnya klien
dengan kasus tindak pidana korupsi yaitu berperan dalam tingkat penyidikan, penuntutan dan
pemeriksaan di muka sidang pengadilan.

2
3

Soerjono Soekanto, 2000, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta,h. 51
Hartono Mardjono, 1997, Menegakkan Syariat Islman dalam Konsteks Keindonesiaan, Mizan, Bandung, h.

70-71
4

Suharto, 1993, Hukum Pidana Materiil Unsur-Unsur Sebagai Dasar Perwakilan Dakwaan, Sinar Grafika,
Jakarta, h. 22

3


II.2.2 Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi Advokat Dalam Memberikan Jasa
Hukum Kepada Kliennya Dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi
Adapun hambatan-hambatan yang dihadapi oleh advokat dalam memberikan jasa hukum
dalam perkara tindak pidana korupsi antara lain yaitu:
1. Hambatan internal
Berdasarkan teori atribusi internal, hambatan internal adalah hambatan yang berasal dari
dalam advokat itu sendiri. Hambatan internal ini seperti masalah SDM, kesehatan,
kultural dan organisasi advokat itu sendiri yang terpecah sehingga mempengaruhi
pembelaannya nanti.
2. Hambatan eksternal
Berdasarkan teori atribusi eksternal, hambatan eksternal kerap ditemukan dalam praktek
Advokat dalam memberikan jasa hukum dalam perkara tindak pidana korupsi. Hambatan
dari eksternal ini dilihat dari situasi/keadaan yang ditimbulkan oleh orang lain atau tidak
sesuai dengan peraturan Perundang-undangan. Seperti misalnya: adanya stigma, terdakwa
atau tersangka sudah divonis oleh masyarakat bahwa tersangka/terdakwa telah
melakukan tindak pidana korupsi padahal belum ada keputusan yang berkekuatan hukum
tetap terhadap tersangka/terdakwa; penetapan tersangka yang tebang pilih, maksudnya
seharusnya ada tersangka lain yang ikut melakukan tindak pidana korupsi tetapi tidak
dikaitkan sehingga klien merasa dirugikan untuk pembuktian juga; adanya suatu

paradigma bahwa seseorang yang telah diajukan sebagai terdakwa di muka persidangan
dalam perkara tindak pidana korupsi harus dinyatakan bersalah dan diberikan hukuman
dalam putusan Pengadilan pada fakta-fakta yang ada; apabila advokat meminta seseorang
menjadi saksi di persidangan banyak sekali terjadi kekhawatiran/ketakutan malah
dijadikan atau diikutkan menjadi tersangka/terdakwa sehingga apabila ini terjadi maka
advokat sulit sekali untuk menemukan.membuat bukti-bukti untuk pembelaannya.5
III.PENUTUP
Kesimpulan
1. Peranan advokat dapat dilihat dari pelaksanaan kewajibannya sebagai pemberi jasa
hukum dalam perkara tindak pidana korupsi.Salah satu bentuk peran dalam prakteknya
advokat dalam memberikan jasa hukum kepada kliennya khususnya klien dengan kasus
5

Wijono, 1996, Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, Alumni, Bandung, h. 50

4

tindak pidana korupsi yaitu berperan dalam tingkat penyidikan, penuntutan dan
pemeriksaan di muka sidang pengadilan.
2. Hambatan-hambatan yang dihadapi advokat dalam memberikan jasa hukum kepada

kliennya dalam perkara tindak pidana korupsi antara lain hambatan internal dan
hambatan eksternal. Hambatan internal berasal dari dalam advokat itu sendiri. Hambatan
eksternal dilihat dari situasi atau keadaan yang ditimbulkan oleh orang lain atau tidak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
IV. DAFTAR PUSTAKA
Hartono Mardjono, 1997, Menegakkan Syariat Islman dalam Konsteks Keindonesiaan, Mizan,
Bandung
Ropuan Rambe, 2001, Tehnik Praktek Advokat, Grasindo, Jakarta
Soerjono Soekanto, 2000, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta
Suharto, 1993, Hukum Pidana Materiil Unsur-Unsur Sebagai Dasar Perwakilan Dakwaan,
Sinar Grafika, Jakarta
Wijono, 1996, Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, Alumni, Bandung

5