Peran Perguruan Tinggi TIK Menuju Kemand

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Peran Perguruan Tinggi TIK
Menuju Kemandirian
oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - indrajit@post.harvard.edu

EKOJI999 Nomor

288, 23 Juni 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

Artikel ini merupakan satu dari 999 bunga rampai pemikiran Prof. Richardus Eko Indrajit di bidang sistem dan
teknologi informasi. Untuk berlangganan, silahkan kirimkan permohonan anda melalui alamat email indrajit@rad.net.id.

HALAMAN 1 DARI 18






(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Menjadi sebuah bangsa yang mandiri – dalam arti kata dapat secara bebas memenuhi dan
mengatur kehidupan dalam negerinya sendiri, tanpa harus tergantung dengan bangsa lain –
adalah merupakan sebuah cita-cita luhur dari sebuah bangsa yang telah merdeka. Salah satu
prasyarat untuk menjadi sebuah bangsa yang mandiri adalah kemampuannya dalam mengelola
sumber daya atau resources yang dimilikinya. Berbeda dengan waktu lampau dimana yang
dimaksud dengan sumber daya utama sebagai faktor produksi penting adalah 4M (Money, Men,
Materials,dan Machine/Method), dalam era ekonomi baru dewasa ini perlu diperhatikan pula
sumber daya kelima yaitu ”Informasi” (Tapscott, 2000). Oleh sebab itulah maka penguasaan
terhadap teknologi informasi merupakan suatu hal yang mutlak harus dilakukan oleh sebuah
bangsa, karena dengan adanya teknologi ini dapat dilakukan proses penciptaan, pengolahan, dan
pendistribusian informasi secara efisien dan efektif bagi segenap masyarakat yang
membutuhkannya untuk meningkatkan kinerja aktivitas dan kualitas kehidupannya sehari -hari.
Abad ekonomi baru ini juga telah menempatkan knowledge atau pengetahuan s ebagai pilar utama
dari pembangunan sebuah bangsa karena dengan memiliki pengetahuan inilah maka sebuah

bangsa dapat menghasilkan beragam inovasi produk dan jasa sebagai sumber penghasilan sebuah
bangsa (Tapscott, 2000). Pengetahuan ini baru dapat diperoleh jika bangsa tersebut berhasil
mengkonvergensikan kelima sumber daya tersebut secara baik dan efektif. Institusi yang paling
bertanggung jawab dalam menghasilkan pengetahuan yang berkualitas di tanah air a dalah
lembaga pendidikan, baik yang formal maupun informal.
Dalam bidang teknologi informasi, konsep kemandirian yang dimaksud mengandung sejumlah
arti sebagai berikut (Rao et.al., 2001):
F Pendidikan harus mampu menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki pengeta huan,

kompetensi, dan keahlian sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia (industri
domestik) di bidang teknologi informasi;
F Pendidikan harus mampu menghasilkan ilmu pengetahuan yang dapat dipergunakan untuk
menciptakan produk-produk dan jasa-jasa teknologi informasi guna pemenuhan kebu tuhan
masyarakat dalam negeri;
F Pendidikan harus mampu menjadi pusat pembelajaran dan peningkatan kualitas pengetahuan
sumber daya manusia nasional terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi untuk
meningkatkan kualitas hidup; dan
F Pendidikan harus mampu bersinergi dengan pemerintah maupun sektor industri (swasta)
untuk bersama-sama menyusun strategi peningkatan keunggulan kompetitif bangsa di
dalam er a globalisasi melalui penguasaan terhadap teknologi informasi.

Untuk dapat memposisikan arah pendidikan teknologi informasi menuju kepada konsep
kemandirian tersebut, paling tidak terdapat 4 (empat) domain utama yang harus dipahami dan
dipelajari secara sungguh-sungguh yaitu:
1. Struktur kebutuhan terkait dengan teknologi informasi dalam kerangka arsitektur industri
nasional;
2. Strategi dunia pendidikan di tanah air dalam menjawab tantangan kebutuhan industri nasional
tersebut, terutama terkait dengan ketersediaan sumber daya manusia berkualitas di bidang
teknologi informasi;
3. Peluang untuk dapat bersaing di pasar regional dan global dalam hal penerapan sejumlah
aktivitas terkait dengan teknologi informasi; dan
4. Trend dan ancaman persaingan global di bidang teknologi informasi yang akan mempengaruhi
struktur industri nasional.

HALAMAN 2 DARI 18





(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013


SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Struktur Industri Teknologi Informasi Nasional
Products and Services
International Data Centers (IDC) membagi industri teknologi informasi Indonesia menj adi 3
(tiga) segmen besar, yaitu industri perangkat keras, industri perangkat lunak, dan jasa (Koch
et.al., 2002). Industri perangkat keras sendiri dibagi menjadi 4 (empat) sub-industri, masingmasing terkait dengan:
F Servers – menyangkut perencanaan, desain, manufaktur, distribusi, dan penjualan perangkat

keras komputer berbasis arsitektur server seperti super komputer, komputer paralel,
komputer berprosesor ganda atau multi-processor computers , komputer berkecapatan tinggi,
dan lain sebagainya;
F Personal Computers - menyangkut perencanaan, desain, manufaktur, distribusi, dan
penjualan perangkat keras komputer untuk kebutuhan personal (PC atau Personal Computer),
termasuk di dalamnya notebook, palmtop, dan perangkat keras berbasis digital lainnya;
F Data Communication - menyangkut perencanaan, desain, manufaktur, distribusi, dan
penjualan perangkat keras untuk ke butuhan komunikasi data dan jaringan, seperti: modem,

hub, router, switch, medium transmisi (kabel dan nirkabel), dan lain-lain; serta
F Peripherals - menyangkut perencanaan, desain, manufaktur, distribusi, dan penjualan
perangkat keras penunjang berbasis digital yang kerap dipergunakan oleh pengguna
komputer, seperti: printer, scanner, mouse, joystick, kamera digital, dan lain sebagainya.
Sementara itu, industri perangkat lunak sendiri dibagi menjadi 3 (tiga) sub-industri te rkait,
masing-masing adalah:
F Application Solutions – menyangkut aktivitas perencanaan, analisa, desain, konstruksi, dan

penjualan perangkat lunak untuk berbagai kebutuhan bisnis dan industri, antara lain aplikasi
HALAMAN 3 DARI 18





(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT


berbasis konsep manajemen semaca m: Enterprise Resource Planning (ERP), Supply Chain
Management (SCM), Customer Relationship Management (SCM), dan lain sebagainya;
F Application Tools – menyangkut aktivitas perencanaan, analisa, desain, konstruksi, dan
penjualan perangkat lunak untuk berbagai kebutuhan spesifik atau khusus yang biasanya
dipergunakan untuk membantu pengguna komputer dalam mempercepat proses kerja tertentu,
seperti: perangkat lunak simulasi, aplikasi CAD/CAM, tool analisa statistik, sof tware
optimalisasi proses, dan lain sebagainya; serta
F System Infrastructure Software – menyangkut aktivitas perencanaan, analisa, desain,
konstruksi, dan penjualan perangkat lunak yang berfungsi sebagai alat kontrol perangkat
keras, seperti: sistem operasi, sistem pemantau jaringan, sistem pengamanan kompute r dan
jaringan, dan lain sebagainya.
Pada industri pelayanan atau jasa, pa ling tidak terdapat 5 (lima) sub-industri yang terkait
dengannya dan membutuhkan perhatian khusus, yaitu:
F Consulting – menyangkut aktivitas penyediaan jasa pemberian nasehat atau penyediaan

F

F


F

F

pengetahuan bagi perusahaan-perusahaan yang membutuhkannya, terutama terkait dengan
seputar permasalahan di bidang informatika, seperti: pembuatan RFP (Request-For-Proposal)
atau TOR (Term-Of-Reference) untuk kebutuhan tender, penyusunan masterplan
pengembangan teknologi informasi korporat, audit sistem informasi perusahaan, perancangan
skenario D isaster Recovery Planning (DCP), dan lain sebagainya;
Implementation – menyangkut aktivitas penyediaan jasa untuk mengimplementasikan
sejumlah konsep atau aplikasi sistem/teknologi informasi di sebuah perusahaan, semacam
konsep e-business, e-commerce, e-procurement,office automation, intranet and extranet, call
center, dan lain sebagainya;
Supports and Services – menyangkut aktivitas penyediaan jasa untuk memelihara sistem
pasca implementasi yang telah dibangun oleh perusahaan, dimana kebanyakan mereka
melakukan proses pengalihdayaan (outsourcing);
Operations Management – menyangkut aktivitas penyediaan jasa untuk menjalankan satu
atau lebih komponen infrastruktur teknologi informasi di dalam perusahaan, se perti:
manajemen jaringan, help desk, call center, dan lain sebagainya; serta
Training – menyangkut aktivitas penyediaan jasa pelatihan untuk mengembangkan

kompetensi dan keahlian sumber daya manusia korporat.

Dengan memperhatikan pertumbuhan terhadap masing-masing segmen pasar tersebut, dapat
diperoleh sejumlah highlight sebagai berikut:
F Pada segmen pasar perangkat keras masih nampak bahwa untuk PC tetap menjadi primadona

karena masih kecilnya penetrasi komputer secara nasional; dimana Gartner memperkuat
kesimpulan ini dengan mengataka n bahwa dibandingkan dengan perangkat teknologi lain,
PC masih akan menjadi perangkat pilihan utama bagi individu yang ingin mengakses
internet. Oleh karena itu dibutuhkan institusi pendidikan dan orang-orang yang paham
betul akan seluk beluk teknologi PC dan bagaimana perangkat ini dapat menjadi enabler
bagi individu maupun organisasi yang menggunakannya.
F Pada segmen pasar perangkat lunak terlihat bahwa jenis aplikasi untuk kebutuhan bisnis
yang paling tinggi nilai potensi pasar dan pertumbuhannya. Dengan kata lain akan
dibutuhkan para ahli yang menguasai benar metodologi untuk mengembangkan perangkat
HALAMAN 4 DARI 18






(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

lunak untuk kebutuhan beragam bisnis, baik yang bersifat core maupun unsur- unsur
penunjang lainnya.
F Pada segmen pasar pelayanan ada dua jenis jasa yang akan mendominasi pasar domestik,
yaitu terkait dengan aktivitas implementation dan support and services. Artinya, akan
dibutuhkan para pakar teknologi informasi yang mampu menjalankan proses penerapan
atau implementasi secara efektif dimana di dalamya sangat sarat dengan isu manajemen
perubahan (change management) dan aktivitas terkait dengan strategi pengalihdayaan
(outsourcing) untuk kebutuhan proses pemeliharaan dan jaminan support teknologi
informasi yang telah diterapkan.

User Types
Teknologi informasi telah dipergunakan oleh berbagai jenis pengguna (user) di beragam ta tanan
kehidupan bermasyarakat. Dipandang dari karakteristik dan tipenya, pengguna teknologi

informasi dapat dibagi menjadi 6 (enam) kelompok besar, masing-masing adalah (Koch et.al.,
2002):
F Big Enterprise – perusahaan dengan jumlah karyawan lebih dari 500 orang;
F Medium Enterprise – perusahaan dengan jumlah karyawan antara 100-499 orang;
F Small Enterprise – perusahaan dengan jumlah karyawan di bawah 100 orang;
F Government – beragam lembaga dan institusi terkait dengan pemerintahan;

F Education – beragam lembaga dan institusi pendidikan formal maupun informal; dan
F Retail and Consumers – para individu atau keluarga.

Hasil riset memperlihatkan bahwa untuk paling tidak 3 (tiga) tahun ke depan, pengguna
teknologi terbesar masih berasal dari kalangan perusahaan besar dengan nilai perdangan kurang
lebih sama dengan total nilai penerapan teknologi informasi di perusahaan berskala kecil dan
menengah. Kemudian dilanjutkan dengan pengguna individu, pemerintah, dan pendidikan yang
tidak seperti negara-negara besar pada umumnya, masih memiliki nilai pasar yang sangat
rendah. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, jelas terlihat perlunya institusi pendidikan
memfokuskan diri tidak saja pada pasar perusahaan besar yang tinggi value transaksinya, namun
perlu pula memperhatikan sub-segmen pengguna lain seperti di sektor pendidikan dan
pemerintahan agar dapat menjadi katalisator pembangunan nasional seperti yang terjadi di
negara-negara berkembang lainnya.

Industry Segmentation
Setiap negara memiliki portofolio industri unggulannya yang berbeda dengan negara lain.
Ragam segmen industri ini akan sangat mempengaruhi jenis kebutuhan dan sepsifikasi teknologi
HALAMAN 5 DARI 18





(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

informasi yang diperlukan. Statistik hasil riset dari IDC memperlihatkan perbedaan nilai
tr ansaksi produk dan jasa teknologi informasi pada masing-masing segmen industri (Koch et.al.,
2002). Secara umum, ada 3 (tiga) jenis inudstri yang mendominasi untuk setiap ragam produk
dan jasa teknologi informasi di tanah air, yaitu industri manufaktur, perbankan, dan
telekomunikasi. Sementara itu untuk masing-masing produk perangkat keras, perangkat l unak,
dan jasa diperoleh nilai potensi perdagangan yang berbeda antara satu segmen industri dengan
yang lainnya. Kenyataan ini memperlihatkan bahwa kemampuan sumber daya manusia dalam
memahami kebutuhan unik dan spesifik dalam sebuah segmen industri tertentu mutlak
diperlukan jika yang bersangkutan ingin dapat terlibat dalam proses penyediaan produk atau jasa
teknologi informasi

Ketiga dimensi dalam industri domestik yaitu products and services, user types, dan industry
segmentation secara langsung maupun tidak langsung mendeskripsikan karakteristik kebutuhan
sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan yang relevan dengan tuntutan jaman. Institusi
pendidikan nasional harus mampu memahami isu-isu terkait dengan kebutuhan ini dan s egera
menyusun strategi penyelenggaraan pendidikan sebagai pusat unggulan yang mensuplai sumber
daya manusia dan ilmu pengetahuan yang diperlukan. Harap diperhatikan bahwa aspek atau
prinsip bisnis telah membawa perusahaan pada sebuah nuansa persaingan yang ketat, dimana
yang bersangkutan akan selalu mencari sumber daya yang lebih murah, lebih baik, dan lebih
cepat (cheaper, better, faster) walaupun pada kenyataannya harus mempekerjakan pekerja asing
sekalipun (se perti dari negara Filipina, India, Malaysia, Vietnam, Thailand, dan lain
sebagainya).

HALAMAN 6 DARI 18





(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Institusi Pendidikan Teknologi Informasi
Education Institution
Hal utama yang perlu diperhatikan terlebih dahulu adalah mendefinsikan melalui apa sajakah
kemampuan, pengetahuan, kompetensi, dan keahlian seseorang dapat diperoleh. Dewasa ini,
seseorang dapat belajar melalui berbagai macam cara, seperti: mengikuti pendidikan formal
(dari tingkat sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi), mengikuti kursus-kursus atau
pelatihan yang banyak diselenggarakan oleh lembaga training , melalui pengalaman dalam
bekerja atau beraktivitas sehari-hari (ingat akan pepatah ”pengalaman adalah guru yang baik”),
belajar sendiri dengan memanfaatkan berbagai media (internet, televisi, perpustakaan, dan lain
sebagainya), berguru dengan beragam individu atau kelompok dalam kehidupan, dan lain
sebagainya. Terkait dengan kebutuhan industri di tanah air, sepintas terlihat bahwa yang paling
tinggi tanggung jawabnya dalam menyediakan tenaga kerja atau sumber daya manusia serta ilmu
pengetahuan terkait dengan teknologi informasi yang siap diterapkan di masyarakat a dalah
sektor pendidikan tinggi (Sulistyaningsih, 2001). Pada saat ini terdapat sekitar 200 perguruan
tinggi di Indonesia yang memiliki program studi terkait dengan teknologi informasi untuk
jenjang pendidikan sarjana, magister, dan doktoral serta sekitar 300 perguruan tinggi untuk
jenjang pendidikan diploma-III dan diploma-IV, yang keseluruhannya menghasilkan kurang lebih
25,000 lulusan setiap tahunnya. Banyak pengamat industri menilai bahwa jumlah tersebut s angat
jauh dari kebutuhan industri yang sebenarnya, yang dapat mencapai sekitar 500,000 per t ahun.
Berdasarkan estimasi perencanaan, keberadaan ini baru akan dicapai pada tahun 2020 yaitu pada
saat jumlah lulusan perguruan tinggi di Indonesia sekitar 6 juta orang per tahun (United
Nations, 2002) – dengan asumsi bahwa sekitar 7% mahasiswa mengambil disiplin ilmu teknologi
informasi.
Pr o y e k s i J u m l a h M a h a si sw a P erg u r u an Ti n g g i d i I n d o n esi a 1 9 9 5 - 2 0 2 0
Tipe Perg urua n Ting g i

1 9 95

2000

2005

2010

2015

2020

Ne g e r i

500

590

715

850

1010

2020

Swa s t a

1 4 00

2200

2900

3600

4200

4700

La i n - La i n

400

350

305

250

220

200

To t a l

2 3 00

3140

3920

4700

5430

6100

Perlu diperhatikan bahwa keseluruhan program studi informatika tersebut merupakan komunitas
pendidikan yang bertujuan untuk melahirkan kelompok yang oleh United Nations diistilahkan
sebagai IT Workers atau orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan formal (akademis) terkait
dengan bidang teknologi informasi (UNESCO, 1999). Sementara itu, program studi lain – seperti
ekonomi, manajemen, kedokteran, akuntansi, sastra, hukum, dan lain sebagainya – yang dalam
kurikulumnya memperkenalkan pula penggunaan teknologi informasi sebagai penunjang
pelaksanaan aktivitas sehari-hari digolongkan sebagai institusi pendidikan yang menghasilkan
IT-Enabled Workers.

HALAMAN 7 DARI 18





(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Dewasa ini, lembaga-lembaga pendidikan yang mengajarkan ilmu teknologi informasi telah
merambah pula di tingkat pendidikan dasar dan menengah, mulai dari Taman Kanak-Kanak
hingga Sekolah Menengah Umum. Keseluruhan komunitas pendidikan ini secara tidak langsung
telah berperan sebagai lembaga pendidikan yang memiliki kontribusi signifikan terhadap
pertumbuhan I T Workers maupun IT-Enabled Workers di masa mendatang.

Target Skills and Competencies
Adalah merupakan suat u rahasia umum bahwa kebanyakan lulusan perguruan tinggi di Indonesia
tidak dapat langsung menerapkan ilmunya di dunia kerja. Ketidaksiapan para sarjana tersebut
tidak saja menjadi keluhan klasik dari berbagai perusahaan yang membutuhkannya, tetapi telah
menjadi kegundahan para sarjana itu sendiri, terutama dalam menghadapi persaingan global
yang sedemikian ketat. Hal serupa dialami pula oleh sejumlah perguruan tinggi yang
menyelenggarakan bidang studi terkait dengan rumpun ilmu informatika, seperti program studi
sistem komputer, Informatika/ilmu komputer, dan sistem informasi. Salah satu penyebab utama
terjadinya permasalahan tersebut berdasarkan berbagai kajian adalah karena masih
diterapkannya paradigma penyusunan kurikulum yang berbasis pengetahuan saja (knowledgebased curriculum), tanpa mempertimbangkan aspek kompetensi sebagai faktor krusial di
dalamnya. Disamping itu, penyusunan kurikulum tersebut masih berorientasi pada pandangan
tunggal dari institusi (supply-based approach) , belum didas arkan pada kebutuhan indus tri
terkait dengan program studi yang ada (demand-based approach) . U ntuk dapat s uks es
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan siap terap, setiap program studi harus
memiliki kemampuan untuk dapat melihat kebutuhan ke depan (outward and forward looking) ,
baik yang bersifat jangka pendek, menengah, maupun panjang.
Kata ”kompetensi” oleh McAshan didefinisikan sebagai ”a knowledge, skills, and abilities or
capabilities that a person achieves, which become part of his or her being to the exent he or she
can
satisfactorily
perform
particular
cognitive,
afective,
and
psychomotor
behaviors” (McAshan, 1979), dimana oleh E.Mulyasa disederhanakan dan diterjemahkan sebagai
“perpaduan dari pengetahuan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak”. Gordon menekankan lebih lanjut bahwa
sejumlah aspek yang menyertai konsep kompetensi adalah: pengetahuan, pemahaman, keahlian,
nilai, perilaku, dan ketertarikan. Terkait dengan pemahaman konsep pengembangan kompetensi
dalam pendidikan, UNESCO menekankan pentingnya 4 (empat) buah pilar dalam
penyelenggarakan proses pendidikan, yaitu: “learning to know”, “learning to do”, “learning to
be” dan “learning to live together” yang oleh beberapa praktisi dan pakar pendidikan
mengkonvergensikannya ke dalam sebuah konsep “learning how to learn” .
HALAMAN 8 DARI 18





(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Dalam bidang teknologi informasi, kompetensi minimum yang diharapkan dari program studi
terkait dengan ilmu informatika telah secara jelas didefinisikan oleh APTIKOM (Asosiasi
Perguruan Tinggi Komputer Indonesia) seperti yang diperlihatkan pada tabel berikut, dimana
masing-masing perguruan tinggi dapat menambah kompetensi sesuai dengan visi dan misi yang
diembannya.
P ro g r a m S tu d i S is tem
K o m put e r (Tek n ik K o m p u ter)

P rogr am Studi I lmu
Ko m pute r (I nfor matika)

Progr am Studi Sis te m
I nfor mas i (M anaje me n
I nfor matika)
De f i n i si
D efin isi
D e finis i
Program studi Sistem Komputer Program studi
Informatika/ Ilmu Program studi Sistem Informasi adalah
adalah kesatuan rencana belajar yang Komputer adalah kesatuan rencana k e s a t u a n r e n c a n a b e l a j a r y a n g
m e n g k a j i , m e n e r a p k a n , d a n belajar yang mengkaji, menerapkan, m e n g k a j i , m e n e r a p k a n , d a n
mengembangkan ilmu yang melandasi dan mengembangkan ilmu yang mengembangkan ilmu yang melandasi
rekayasa sistem komputer. Arah kajian melandasi sistem berbasis komputer. rekayasa sistem informasi. Arah kajian
keilmuan dari program studi ini Arah kajian dari program studi ini keilmuan dari program studi ini
mencakup disiplin, proses, teknik, dan mencakup disiplin, proses, teknik, dan mencakup disiplin, proses, teknik, dan
alat bantu yang dibutuhkan dalam alat bantu yang dibutuhkan dalam alat bantu yang dibutuhkan dalam
rekayasa sistem komputer yang membangun sistem berbasis komputer. rekayasa sistem informasi yang
meliputi tahap perencanaan,
meliputi tahap perencanaan,
pembangunan, implementasi dan
pembangunan, implementasi dan
pemeliharaan.
pemeliharaan.
Ko m p e t e n s i
K o mp ete ns i
K ompe te ns i
§ Mampu menguasai dan merancang § Mampu menjelaskan mekanisme § Mempunyai sikap profesional dan
etika profesi yang tinggi
kerja komputer.
sistem komputer.
§ Mampu membuat model solusi berdasarkan ketaqwaan terhadap
§ Mampu melakukan rancang bangun system berbasis Komputer.
Tuhan YME dan kecintaan terhadap
sistem komputer dan sistem § Mampu melakukan rancang bangun tanah air.
terdistribusi.
p e r a n g k a t l u n a k d e n g a n § M e m p u n y a i w a w a s a n d a n
§ Mempunyai sikap dan etika yang menggunakan metode, teknik , dan menguasai pengetahuan teknologi
tinggi berdasarkan ketakwaan a l a t B a n t u t e r t e n t u b e r i k u t informasi dan penggunaannya untuk
terhadap Tuhan YME dan kecintaan pendokumentasiannya
membantu pelaksanaan manajemen
terhadap tanah air.
§ Mempunyai etika profesi dan sikap dan proses bisnis.
professional yang tinggi berdasarkan §
ketaqwaan terhadap Tuhan YME dan
kecintaan terhadap tanah air
§ Mampu melakukan penelitian/ karya
ilmiah

Mampu melakukan rancang bangun
sistem informasi berbasis komputer
dan mengimplementasikannya
dengan menggunakan metode,
teknik, dan alat bantu tertentu
berikut dokumentasinya.
§ Mempunyai kemampuan untuk
mengembangkan bidang ilmu/
teknologi atau melanjutkan
studinya.

Sementara itu, untuk tipe dan jenis keahlian yang dibutuhkan oleh industri di tanah air, dapat
dipergunakan kategori yang diadopsi oleh negara-negara besar seperti Amerika, Jepang, Inggris,
Jerman, dan lain sebagainya, yang secara umum dibagi menjadi 3 (tiga) level, yaitu (Klee,
2000):
F High Skill – memiliki pengetahua n, kompetensi, dan keahlian tingkat mahir di b idang

teknologi informasi;

F Medium Skill – memiliki kemampuan dasar di bidang teknologi informasi, paling tidak untuk

dapat menginstalasi dan menggunakan perangkat teknologi yang diperlukannya; dan

F Low Skill – memiliki keterampilan untuk menggunakan perangkat teknologi informasi untuk

menunjang kegiatan sehari-hari.

HALAMAN 9 DARI 18





(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

H ig h S k ill
§C o m p u t er s u p p o rt s p ecialis ts §
§C o m p u t er s o ftw are
§
e n g e n e ers , ap p licatio n s
§C o m p u t er s y s tem s an aly s is ts §
§C o m p u t er p ro g ram mers
§C o m p u t er s o ftw are
§
e n g i n e ers , s y s tem s s o ftw are
§C o m p u ter an d in fo rm atio n
§
sy st e m s man ag ers
§Ne t wo r k an d co mp u ter
§
sy st e m s ad min is trato rs
§E n g i n e erin g m an ag ers
§
§E l e c t r i cal an d electro n ic
e n g i n e e rin g tech n ician s
§Ne t wo r k s y s tems an d d ata
c o m m un icatio n s an aly s ts
§
§
§Da t a b a s e ad m in is trato rs
§E l e c t r i cal en g in eers
§E l e c t r o n ics en g in eers , ex cep t
c o m p u t er
§C o m p u t er h ard w are en g in eers
§C o m p u t er an d in fo rmatio n
sc i e n t i s ts , res earch

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

M e dium Skill
D ata e ntry ke ye rs
§
E lec tric a l a nd e le c tronic
eq u ipme nt a s s e mble rs
Tele c ommunic a tions line
§
in s ta lle rs a nd re pa ire rs
Co m pute r, ATM , a nd offic e
m achine re pa ire rs
§
E lec tric a l pow e r-line
in s ta lle rs a nd re pa ire rs
Tele c ommunic a tions
§
eq u ipme nt ins ta lle rs a nd
§
rep aire rs , e xc . line ins ta lle rs
E lec trinc a l a nd e le c tronic
rep aire rs , c omme rc ia l a nd
§
in d u s tria l e quipme nt
S emic onduc tor proc e s s ors
E lec trome c ha nic a l e quipme nt
as s em ble rs

L ow Skill
B illing a nd pos ting
c le rks a nd ma c hine
ope ra tors
Sw itc hboa rd
ope ra tors , inc luding
a ns w e ring s e rvic e
M a il c le rks a nd ma il
ma c hine ope ra tors
e xc e pt pos ta l s e rvic e
C ompute r ope ra tors
O ffic e ma c hine
ope ra tors , e xc e pt
c ompute rs
Te le phone ope ra tors

Kompetensi dan keahlian yang diharapkan dimiliki oleh sumber daya manusia Indonesia tersebut
diharapkan kelak akan menciptakan individu-individu unggulan yang tidak saja mampu menjadi
seorang developer, implementor, atau user belaka, namun lebih jauh lagi akan menjadi insan
pembangunan yang mampu melahirkan sejumlah inovasi produk dan jasa unggulan untuk
memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri maupun diekspor ke negara-negara lain di dunia. Oleh
karena itulah diperlukan suatu strategi pengembangan sumber daya manusia yang bermuara pada
target tersebut. Di negara sedang berkembang seperti Indonesia, kombinasi kompetensi dan
keahlian tersebut akan melahirkan sejumlah lapangan pekerjaan baru dengan beragam nama dan
tipe pekerjaan yang dibutuhkan di hampir seluruh segmen industri, baik yang terkait dengan
teknologi informasi maupun tidak (ITAA, 2000).

Program and Curriculum
E.Mulyasa mendefinisikan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai ”suatu konsep
kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan tugas-tugas dengan
standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa
penguasaan terhadap kompetensi tertentu (Mulyasa, 2002). Sementara itu Departemen
Pendidikan Nasional secara jelas memberikan 5 (lima) karakteristik utama dari sebuah KBK,
yaitu:
F Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal;
F Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman;

F Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi;
F Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif; dan

F Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya peguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

HALAMAN 10 DARI 18





(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
Database Administration and Development
§ Data administrator
§ Data analyst
§ Data architect
§ Data management associate
§ Data modeler
§ Data modelling specialist
§ Database administration associate
§ Database administrator
§ Database analyst
§ Database developer
§ Database manager
§ Database modeler
§ Database security expert
§ Decision Support Services (DSS)
§ Knowledge architect
§ Senior database administrator
§ System analyst
§ Tester
Digital Media
§ 2D/3D artist
§ Animator
§ Audio/video engineer
§ Electronic transactions implementor
§ Information systems architect
§ Information systems planner
§ System analyst
§ Systems integrator
Network Design and Administration
§ Communication analyst
§ Data communications analyst
§ Information systems operator
§ Information technology engineer
§ Network administrator
§ Network analyst
§ Network architect
§ Netowork engineeri
§ Network manager
§ Netowrk operations analyst
§ Network security analyst
§ Network specialist
§ Network technician
§ Network transport administrator
§ PC support specialist
§ PC network engineer
§ Systems administrator
§ Systems engineer
§ Technical support specialist
§ User support specialist
Programming/Software Engineering
§ Applications analyst
§ Application engineer
§ Business analyst
§ Computer engineer
§ Data modeler
§ Operating system designer/engineer
§ Operating system programmer/analyst
§ Programme manager
§ Programmer/analyst
§ Project lead
§ Software applications specialist
§ Software architect
§ Software design engineer and tester
§ Software development engineer

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

§ Designer
§ Media specialist
§ Media/instructional designer
§ Multimedia author
§ Multimedia authoring specialist
§ Multimedia developer
§ Multimedia specialist
§ Producer
§ Production assistant
§ Programmer
§ Streaming media specialist
§ Virtual reality specialist
§ Web designer
§ Web producer
§ Web specialist
Enterprise Systems Analysis and Integration
§ Application intergrator
§ Business continuity analyst
§ Cross-enterprise integrator
§ Data systems designer
§ Data systems manager
§ Data warehouse designer
§ E-business specialist
§ Software QA specialist
§ Software tester
§ Systems analyst
§ Systems administrator
§ Test engineer
§ Tester
Technical Support
§ Analyst
§ Call centre support representative
§ Content manager
§ Customer liaison
§ Customer service representative
§ Customer support professional
§ Help desk specialist
§ Help desk technician
§ Senior systems analyst
§ System analyst
§ Technical account manager
§ Technical support engineer
§ Technical support representative
§ Testing engineer
Technical Writing
§ Desktop publisher
§ Document specialist
§ Editor
§ Electronic publications specialist
§ Electronic publisher
§ Instructional designer
§ Online publisher
§ Technical communicator
§ Technical editor
§ Technical publications manager
§ Technical writer
Web Development and Administration
§ Web administrator
§ Web architect
§ Web designer
§ Web page developer
§ Web site developer
§ Web specialist
§ Web master

Ringkasnya, alasan utama dikembangkannya KBK adalah karena dalam era globalisasi ini, tugas
pendidikan tinggi tidak sekedar dapat mempersiapkan calon lulusannya untuk dapat bekerja,
tetapi lebih ja uh pendidikan harus dapat membekali peserta didik dengan kecakapan kehidupan
(life competency), karena pendidikan itu sendiri merupakan sebuah kehidupan. Khusus di bidang
HALAMAN 11 DARI 18





(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

ilmu informatika – yang di Indonesia dibagi menjadi 3 (tiga) buah program studi besar yaitu
Ilmu Komputer/Informatika, Sistem Komputer (dulu Teknik Komputer), dan Sistem Info rmasi
(dulu Manajemen Informatika) – paling tidak ada 7 (tujuh) tahap yang harus dijalankan oleh
mereka yang ingin menyusun KBK pada program studinya masing-masing. Ketujuh tahapan
tersebut adalah sebagai berikut (Indrajit, 2003):
1. Mengkaji profil, karakteristik, dan kebutuhan industri telematika (bidang studi informatika)
berbasis kompetensi sumber daya manusia;
2. Menentukan fokus, strategi, sasaran, dan target program studi;
3. Mendesain konsep arsitektur penyusunan dan pengembangan kurikulum program studi;
4. Mendefinisikan target kompetensi dan substansi kajian pada kurikulum program studi;
5. Menetapkan daftar mata kuliah dan kelengkapannya;
6. Mempersiapkan perangkat pendukung penerapan sistem kurikulum baru; dan
7. Memilih strategi perubahan dan menjalankan kurikulum baru.


Tahap-tahap tersebut disusun berdasarkan best practice dari sejumlah perguruan tinggi besar di
dunia yang telah mampu menghasilkan lulusan seperti yang diharapkan dan dapat berkompetisi
di dalam era global. Untuk itu perlu diperlihatkan bagaimana proses tersebut harus dilaksanakan
dalam koridor atau ruang lingkup kebutuhan masyarakat Indonesia di dalam tatanan kehidupan
bangsa dan k eterkaitannya dengan kondisi regional dan global. Berikut adalah penjelasan
ringkas beserta contoh-contoh terkait dengan penerapan metodologi tersebut.

Untuk membantu perguruan tinggi dalam menyelenggarakan program studi terkait dengan b idang
ilmu informatika, Asosiasi Perguruan Tinggi Komputer (APTIKOM) menggunakan referensi
sistem kurikulum yang diperkenalkan oleh Amerika Serikat, dimana acuan terakhir dalam
menyusun KBK diambil adalah Computing Curricula 2001 yang terdiri dari 4 (empat) bagian
(TJTFCC, 2001):
F Computer Science yang dipakai sebagai acuan Program Studi Informatika atau Ilmu Komputer;
F Computer Engineering yang dipakai sebagai acuan Program Studi Sistem Komputer atau Teknik Komputer;

F Information System yang dipakai sebagai acuan Program Studi Sistem Informasi atau Manajemen Informatika

(Davis, 1997); dan

F Software Engineering yang di Indonesia belum dianggap sebagai sebuah program studi karena masih merupakan

bagian dari Program Studi Informatika atau Ilmu Komputer.
Dalam kurikulum tersebut jelas terlihat target lulusan yang ingin dicapai, yaitu:
F Computer Science bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi untuk membuat dan

mengembangkan perangkat teori komputasi;

F Computer Engineering bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi untuk membuat dan

mengembangkan perangkat keras atau hardware;

F Information System bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi untuk menghasilkan

”perangkat” manusia yang siap merencanakan dan mengembangkan teknologi informasi di organisasi; dan

F Software Engineering bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi untuk membuat dan

mengembangkan perangkat lunak atau sofware.

HALAMAN 12 DARI 18





(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Melalui pembagian ini, dapat segera disusun profil dari program studi beserta kompetensi utama
yang diharapkan dimili oleh para lulusannya. Gambar berikut memperlihatkan contoh definisi
dan target kompetensi utama dari sebuah program studi sistem komputer. Dalam kenyataa nnya,
kompetensi utama saja tidaklah cukup untuk membekali lulusan agar dapat bersaing di dalam era
global ini. Oleh karena itu, program stu di perlu pula mendefinisikan sejumlah komptensi khusus
lainnya agar lulusannya memiliki spesialisasi yang memadai. Kombinasi antara profil industri,
kebutuhan per usahaan, kategori bidang studi informatika, dan target kompetensi utama/khusus
tersebut akan men-drive vis i dan mis i s erta s as aran dan target dari didirikannya s ebuah program
studi. Katakanlah sebuah program studi sistem informasi memutuskan untuk memfokuskan diri
pada proses:
”... penyelenggaraan aktivitas belajar mengajar untuk menghasilkan lulusan perguruan
tinggi yang handal sebagai seorang konsultan implementasi paket aplikasi teknologi
informasi – khususnya yang berbasis Enterprise Resource Planning - di perusahaan pada
industri manufaktur, retail, dan distribusi...”
Dengan memiliki fokus tersebut, sebuah program studi tidak saja akan secara jelas dapat
menyusun strategi penyelenggaraan pendidikannya, namun lebih jauh lagi program studi tersebut
akan memiliki ciri khas yang diharapkan menjadi faktor pembeda yang dapat memberikan
keunggulun kompetitif lulusan dibandingkan dengan alumni dari program studi sejenis lainnya.
Salah satu karakteristik yang membeda kan bidang studi informatika dengan disiplin ilmu lain
adalah perkembangannya yang sedemikian cepat karena dipicu kemajuan teknologi informasi
yang sangat pesat. Tentu saja kenyataan ini menimbulkan permasalahan tersendiri bagi
perguruan tinggi yang memiliki program studi terkait karena sulitnya proses peranca ngan,
penyusunan, dan penerapan KBK. Oleh karena itu, diperlukan sebuah konsep yang dapat
menjembatani kebutuhan industri yang dinamis dengan strategi penyusunan kurikulum di
perguruan tinggi. Jembatan yang dimaksud adalah sebuah arsitektur atau anatomi atau organisasi
dari KBK di bidang ilmu informatika. Untuk dapat merancang sebuah arsitektur yang efektif,
diperlukan sejumlah pemahaman terlebih dahulu mengenai beberapa hal sebagai berikut.
Industri memandang lulusan perguruan tinggi dari sisi yang berbeda. Mereka tidak begitu
perduli bagaimana perguruan tinggi membagi atau mengkategorisasikannya, yang penting bagi
mereka adalah bahwa lulusan yang bersangkutan dapat membuat produk atau jasa yang diminta –
atau mengerjakan apa yang ditugaskan.

HALAMAN 13 DARI 18





(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Secara sepintas, mereka membagi produk dan/atau jasa terkait dengan informatika berdas arkan
layer atau lapisan sebagai berikut:
F Lapisan Produk Perangkat Keras (Hardware) yang dalam kategorinya dapat dibagi menjadi 5

(lima) kategori utama, yaitu: PH 1 (Telecommunication and Media), P H 2 (Network
Infrastructure), PH 3 (Computer) , PH 4 (Embedded Device), dan PH 5 (Hardware Peripherals).
F Lapisan Produk Perangkat Lunak (Software) yang dalam kategorinya dapat dibagi menjadi 3
(tiga) kategori utama, yaitu: PS 1 (Operating System), PS 2 (Application), dan PS 3 (Computer) .
F Lapisan Produk Jasa atau Pelayanan yang secara prinsip berkaitan dengan siklus 4 (empat)
proses semacam: S 1 (Planning, Analysis, and Design), S 2 (Acquisition and Construction), S 3
(Delivery and Implementation), dan S 4 (Maintenance and Services).
Terkait dengan kategori ini, Lapisan Produk Jasa (S 1 -S 4 ) sifatnya adalah untuk mengintegrasikan
dan men-deliver berbagai jenis komponen yang berada pada Lapisan Produk Perangkat Keras
( P H 1- P H 5) d a n P e r a n g k a t L u n a k ( P S 1- P S 3) t e r s e b u t k e p e r u s a h a a n a t a u i n d u s t r i y a n g
membutuhkannya. Yang perlu diperhatikan dan menjadi fokus strategi pengembangan kurikulum
adalah lapisan yang berada di luar ”pengemasan” produk/jasa, yaitu yang pada hakekatnya
merupakan entiti yang dikenal secara luas oleh masyarakat maupun industri karena telah
dibahasakan dalam sejumlah jargon. Katakanlah istilah-istilah dalam bidang ilmu sistem
informasi yang kerap dipergunakan oleh para manajer dalam menggambarkan proses bisnisnya
misalnya: Enterprise Resource Planning (ERP), Supply Chain Management (SCM), Customer
Relationship Management (CRM), e-Business, e-Government, Virtual Office, Corporate Portal,
Electronic Database Management System (EDMS), Electronic Data Interchange (EDI), dan lain
sebagainya. Dalam kerangka ini terlihat adanya perbedaan ”bahasa” antara yang diharapka n dan
dimengerti oleh industri dengan yang disediakan dan digunakan oleh para akademisi. Paling
tidak kenyataan saat ini memperlihatkan adanya gap yang bermuara pada sejumlah persoalan
seperti:
F Istilah atau jargon yang dipergunakan industri tersebut hampir jarang ditemukan dibahas

secara mendalam pada berbagai materi yang diberikan di perguruan tinggi, sehingga
mahasiswa harus mencari sumber alternatif guna memahaminya;
F Berbagai konsep baru tersebut pada dasarnya merupakan perpaduan atau integrasi dari
berbagai mata kuliah yang diberikan sehingga sangat sulit menyusun strategi pengajarannya;

HALAMAN 14 DARI 18





(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

F Pada kenyataannya kebanyakan yang mengerti hal-hal tersebut adalah para praktisi bisnis

yang sehari-hari bekerja di industri sehingga sangat sulit untuk mentransformasikan
pengetahuan yang dimilikinya ke kampus;
F Sebagian besar dari konsep yang diterapkan dalam dunia bisnis memiliki spektrum yang
sangat beragam (misalnya berdasarkan kekhususan karakteristik tipe industri) seh ingga
sangat dalam menetapkan fokus pembahasan; dan lain sebagainya.

Peluang Bersaing di Pasar Global
Struktur industri, tipe pengguna, dan produk/jasa dalam domain pasar global tidak jauh berbeda
dengan pasar domestik. Yang secara signifikan membedakannya adalah tuntutan st andar
pengetahuan, kompetensi, maupun keahlian sumber daya manusia serta kualitas produk atau jasa
yang harus dihasilkan oleh industri teknologi informasi nasional. Adalah merupakan suatu
kenyataan, bahwa untuk jenis perangkat lunak yang dibutuhkan perusahaan besar di tanah air
misalnya, keseluruhannya masih diproduksi oleh perusahaan asing – baik yang bersifat paket
aplikasi siap pakai (OECD,2002), maupun yang tailor-made (dilakukan oleh perusahaan
konsultan asin g).

Walaupun demikian kesempatan untuk mengembangkan perangkat lunak yang dapat bersaing di
pasar global masih terbuka lebar, karena 100 produk perangkat lunak terbaik hanya mengisi
tidak lebih dari 45% total pasar dunia. Kenyataan inilah yang memacu negara seperti India,
Malaysia, Filipina, dan Thailand meny ediakan jasanya baik dalam bentuk pembuatan aplikasi
siap pakai, ma upun yang bersifat jasa customization (OECD, 2002).
Tantangan terbesar yang dihadapi oleh para profesional software engineering di Indonesia
adalah kemampuannya membuat perangkat lunak aplikasi yang memenuhi standar kualitas
perangkat lunak dan international best practices. Bisnis yang menjadi primadona dalam industri
perangkat lunak saat ini adalah outsourcing pembuatan modul software tertentu yang banyak
dilakukan negara-negara barat terhadap dunia timur. Dalam kerangka ini, mereka mengirimkan
technical requirements dan technical design-nya, sementara sejumlah perusahaan di Asia
membuatkan modul programnya (Bruell, 2003). Hal ini dilakukan tidak saja melihat karena
tenaga kerja di Asia masih cenderung murah dibandingkan dengan sumber daya manusia di
negara barat, namun mereka juga dipandang jauh lebih produktif.
HALAMAN 15 DARI 18





(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Terkait dengan dunia pendidikan dan kompetensi serta keahlian sumber daya manusia lokal
dalam melihat peluang ini, makna me menuhi standar kualitas internasional sering diartikan
sebagai dimilikinya sertifikasi bertaraf internasional oleh individu yang berniat untuk
mengembangkan perangkat lunak (yang terkadang tidak berkaitan secara langsung dengan
kualitas pendidikan formal yang telah diikutinya di perguruan tinggi). Lihatlah bagaimana pada
tahun 2000 saja sudah terdapat lebih dari 1,8 juta profesional di dunia yang telah memperoleh
sertifikat semacam: MCP, MCSD, CNE, CNA, CCDA, CISSP, A+, dan lain sebagainya (Ade lman,
2000).

Satu-satunya hambatan bagi bangsa Indonesia di dalam memacu profesionalnya untuk memenuhi
kriteria tersebut adalah karena cukup tingginya biaya yang diperlukan guna mendapatkan
sertifikasi tersebut. Oleh karena itu, perlu banyak upaya yang harus dikerjakan seperti
kerjasama antara perguruan tinggi atau lembaga pendidikan lain dengan para provider sertifikasi
tersebut, dukungan industri terhadap perguruan tinggi untuk kepentingan jangka panjang, sinergi
antara perguruan tinggi dan industri dengan pihak pemerintah terkait – seperti misalnya
HALAMAN 16 DARI 18





(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Departemen Pendidikan Nasional – di dalam upaya mencari pemecahan terhadap isu tersebut,
dileburnya ma teri sertifikasi di dalam kurikulum, dan lain sebagainya. Sertifikasi internasional
ini merupakan suatu modal tambahan yang cukup signifikan disamping gelar kesarjanaan dari
perguruan tinggi, karena sering kali proses bidding atau tender internasional memprasyaratkan
tersedianya individu atau profesional dengan sertifikat tertentu. Statistik memperlihatkan masih
sedikitnya profesional di tanah air yang memanfaatkan kesempatan ini seperti yang
diperlihatkan pada statistik presentasi p embagian H1-B visa oleh pemerintah Amerika untuk non
imigran untuk mengerjakan sejumlah proyek terkait dengan teknologi informasi (OECD, 2002).

Trend Teknologi Informasi di Masa Mendatang
Setelah melihat kekuatan, kelemahan, dan peluang yang perlu dicermati oleh institusi
pendidikan Indonesia di dalam bidang teknologi informasi, ada baiknya melihat trend
teknologi ini ke depan. Perkembangan teknologi informasi dipacu oleh 3 (tiga) kenyataan
utama, yaitu:
1. Cepatnya perkembangan teknologi informasi terkait dengan peningkatan kinerja prosesor dan
memori (berdasarkan hukum Moore);
2. Turunnya biaya produksi pembuatan memori yang sangat signifikan; dan
3. Meningkatnya kemampuan atau kapabilitas untuk melakukan komunkasi dengan menggunakan
berbagai produk dan jasa teknologi telekomunikasi.
Berdasarkan hal tersebut, terdapat sejumlah trend yang patut dipertimbangkan oleh lembaga
pendidikan di Indonesia jika yang bersangkutan berniat untuk menjadi pemain globa l dan
mampu bersaing dengan pemain asing lain yang telah membanjiri industri teknologi informasi
di tanah air, antara lain adalah:
F Akan semakin banyak dikembangkan produk digital yang di dalamnya terdapat prosesor

untuk melakukan komputasi (consumer electronics with computer inside for communication)
atau yang kerap disebut sebagai embedded computing device yang mudah dibawa kemanamana (mobile computing) sehingga diperlukan pengetahuan mengenai perangkat keras
maupun perangkat lunak terkait dengan karakteristik produk tersebut;
F Fenomena penggunaan open source sebagai back bone perangkat lunak di perusahaan akan
semakin menggejala tidak saja di perusahaan berskala kecil dan menengah, namun akan
diadaptasi pula oleh berbagai perusahaan raksasa kelas dunia;
F Kebutuhan teknologi informasi yang tadinya banyak dipergunakan oleh kalangan bisnis
untuk meningkatkan profitabilitasnya akan bergeser pada para individu (consumer) guna
keperluan peningkatakan kualitas kehidupan maupun sebagai bagian dari gaya hidup (life
style) ;
HALAMAN 17 DARI 18





(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

F Di bidang jasa, perusahaan akan lebih fokus pada core business-nya, sehingga ketika

F

F

F

F

F

teknologi informasi dipandang sebagai sebuah fungsi bisnis penunjang, yang bersangkutan
akan segera mencari mitra kerja untuk melakukan outsourcing di berbagai belahan dunia
(dengan mempertimbangkan faktor kualitas, biaya, dan kecepatan);
Security dan reliability infrastruktur serta jaringan komunikasi akan menjadi concern utama
dari siapapun yang ingin berinteraksi melalui internet, sehingga produk maupun jasa yang
dapat menjawab isu atau tantangan ini akan menjadi hal yang laku untuk diperdagangkan;
Infrastruktur dengan bandwidth yang lebar untuk keperluan multimedia akan teramat s angat
dibutuhkan oleh berbagai pihak sehingga penyedianya pasti akan memperoleh pelanggan
yang sangat laris baik dari kalangan korporasi maupun individual;
Internet akan bermetamorfosa ke dalam bentuk barunya sebagai hasil konvergensi antara
beragam teknologi sehingga konsep teknologi baru seperti Ipv6, jaringan nir kabel
(wireless), “internet part two”, akan menjadi primadona di masanya;
Perjanjian perdagangan terbuka secara bilateral maupun multilateral secara perlahan- lahan
akan mulai diimplementasikan yang berakibat semakin meningkatknya penggunaan teknologi
informasi untuk keperluan penerapan konsep electronic business maupun electronic
commerce; dan
Remote business atau melakukan kerjasama bisnis dari jarak jauh akan menjadi suatu
fenomena yang terjadi dimana-mana sebagai konsekuensi logis dari berkembangnya
teknologi informasi.

Melihat seluruh uraian di atas, jelas terlihat bahwa institusi pendidikan teknologi info rmasi
tidak dapat berdiam diri. Arahnya jelas, yaitu pertama-tama untuk dapat memenuhi kebutuhan
teknologi informasi domestik di tengah ramainya pihak asing menawarkan produk dan jasa
serupa dengan harga yang lebih murah, kualitas lebih baik, dan kecepatan pengerjaan yang
tinggi. Di samping itu, secara simultan arah pendidikan teknologi informasi harus pula
diarahkan pada terciptanya keunggulan kompetitif baru dengan cara menciptakan produk dan
jasa inovasi yang dapat menembus pasar global. Walaupun nampaknya usaha ini sulit, namun
belajar dari pengalaman negara-negara tetangga yang telah berhasil dengan caranya masingmasing menjadi kompetitor dari negara-negara maju, strategi yang tepat akan berbuahkan
hasil. Orang bijaksana mengatakan bahwa ”cita-cita besar selalu dimulai dengan pekerjaan
kecil”. Dengan mencoba memposisika n dunia pendidikan di bidang teknologi informasi secara
tepat, akan merupakan kontribusi yang sangat signifikan bagi pencapaian cita-cita negara
Indonesia untuk menjadi sebagai salah satu negara besar yang disegani oleh dunia global.

--- akhir dokumen ---

HALAMAN 18 DARI 18