Membangun Perdamaian dan Stabilitas di

Stabilitas Asia Timur: Retorika atau Nyata
Wahyu Tri Setiawan/1111113000037
Jurusan Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
Dalam beberapa dekade terakhir, Asia Timur menjadi kawasan yang strategis.
Kawasan tersebut yang terdiri atas negara – negara kuat seperti Cina, Jepang, dan Korea
Selatan. Tidak dapat dipandang sebelah mata juga kekuatan Korea Utara yang cukup
memberikan pengaruh terhadap stabilitas keamanan di kawasan Asia Timur. Konflik
berkepanjangan antara negara – negara di kawasan Asia Timur juga mempengaruhi stabilitas
keamanan di kawasan. Sengketa pulau Senkaku/Dokdo antara Jepang dengan Korea Selatan,
luka lama Cina dengan Jepang yang selalu muncul ketika PM Jepang melakukan ziarah ke
kuil Yashukuni, Korea Utara yang terus menggunakan nuklirnya sebagai alat untuk
mengancam negara lainnya, Cina dan Taiwan yang hingga kini kondisi hubungan politik
kedua negara tersebut yang belum menunjukkan kemajuan, persaingan pasar antar negara di
kawasan tersebut juga ikut memberikan kontribusi terhadap stabilitas kawasan, dan juga
kondisi domestik masing – masing negara di kawasan Asia Timur yang mempengaruhi
tingkah laku negara di dalam kawasan tersebut. maka dapat dilihat bahwa kawasan ini
mempunyai permasalahan yang kompleks, dimana antar negara di kawasan tersebut merasa
bahwa negaranya adalah kekuatan terbesar dan terkuat di Asia Timur baik dalam sektor

ekonomi dan militer dan mempunyai harga diri yang tinggi dengan negaranya sehingga
membuat negara tersebut melihat bahwa kekuatan negara lain berada dibawah kekuatan
negaranya. Namun dibalik hal tersebut, negara – negara di kawasan tersebut menginginkan
terjadinya stabilitas keamanan seperti Korea Selatan yang meminta dukungan kepada Jepang,
Cina, dan Amerika Serikat agar pengembangan nuklir di Korea Utara dapat dihentikan. 1
Maka dalam esai ini penulis akan memaparkan apa saja potensi dan tantangan dalam
terjadinya perdamaian di kawasan Asia Timur dan bagaimana studi Hubungan Internasional
melihat kondisi tersebut yang dianalisis melalui konsep – konsep yang ada di dalam studi
Hubungan Internasional.
1 http://www.antaranews.com/berita/405585/korsel-ingin-jaga-stabilitas-asia-timur diakses pada 9 Juni 2014
pukul 09.19.

Pendekatan Hubungan Internasional dalam Melihat Kondisi Stabilitas di
Asia Timur
Dalam melihat kondisi yang terjadi di kawasan Asia Tmur, dalam pendekatan
Hubungan Internasional terdapat dua konsep seperti confidence Building Measures dan
National Interest. Dari kedua konsep tersebut kita akan dapat melihat bagaimana usaha
negara – negara di kawasan Asia Timur dalam menciptakan stabilitas dan perdamaian di
kawasan dan hambatan yang membuat stabilitas dan perdamaian sulit untuk dicapai.
Dalam pendekatan Hubungan Internasional terdapat konsep confidence Building

Measures. Konsep ini diartikan sebagai tindakan yang bertujuan untuk mencegah atau
mengatasi ketidakpastian di antara negara – negara. 2 konsep ini di bentuk untuk mencegah
terjadinya eskalasi konflik antar negara dan membangun rasa saling percaya antar negara
yang sedang berkonflik.3 Dalam membangun confidence antar negara yang sedang berkonflik
dapat dilakukan melalui cara yang formal maupun informal, unilateral, bilateral, multilateral,
militer atau politik, dan bisa State-to-state atau non-governmental.4
Confidence Building Measures ini adalah sebuah prosedur yang ditujukan untuk
mereduksi tensi konflik militer diantara sekelompok negara baik sebelum, selama, maupun
sesudah konflik yang sebenarnya.5 Dalam prakteknya, mereka berfungsi untuk membuat
tingkah laku dari negara – negara yang sedang berkonflik menjadi bisa di prediksi dan bisa di
kalkulasi, jadi negara tersebut bisa mempunyai beberapa ekspektasi dengan melihat tingkah
laku dari negara lain.6
Dalam menjalankan CBM tersebut, terdapat empat elemen yang digunakan untuk
CBM yaitu: komunikasi, batasan, transparansi, dan verifikasi.7 Pertama adalah Komunikasi,
Komunikasi yang dilakukan intensif dan membuat jalur khusus untuk berkomunikasi antara
negara yang berkonflik dapat mereduksi tensi antar kedua negara, kedua adalah
Batasan/constraint, batasan yang dimaksud adalah batasan yang digunakan untuk menjaga
jarak antara militer negara yang berkonflik terutama pada daerah perbatasan, ketiga adalah
Trasnparansi, Transparansi antar negara yang berkonflik di dalam kapabilitas dan aktivitas
2 http://csis.org/programs/international-security-program/asia-division/cross-strait-securityinitiative-/confidence-b diakses pada tanggal 11 Juni 2014, pukul 11.24.

3 Ibid.
4 Ibid.
5 Higgins, Holly., Applying Confidence Building Measures in A Regional Context, Institute of Science and
International Security. Hlm. 109.
6 Ibid.
7 Ibid.

militer menjadi penting dalam melakukan CBM, dan yang keempat adalah Verifikasi,
Verifikasi didesain untuk menegaskan atau memverifikasi permohonan negara dengan sebuah
nota persetujuan atau traktat yang khusus. 8 Keempat elemen tersebut menjadi cara – cara
untuk membangun rasa saling percaya antar negara yang sedang berkonflik. Dengan
terbangunnya rasa saling percaya antar kedua negara yang berkonflik diharapkan dapat
mereduksi tensi dan menyelesaikan konflik yang terjadi diantara kedua pihak yang
berkonflik.
Namun, penggunaan CBM sebagai problem resolver mempunyai kelemahan. Tanpa
adanya kemauan dari negara – negara yang terlibat konflik atau sengketa, maka rasa sang
percaya tersebut tidak akan muncul karena tidak adanya kemauan untuk menyelesaikan
masalah tersebut memalui pembangunan rasa saling percaya. Maka penyelesaian konflik ini
juga harus didasari atas kemauan negara – negara yang berkonflik untuk menyelesaikan
konflik tersebut.

Konsep kedua dalam melihat pembangunan stabilitas ekonomi, politik dan keamanan
di kawasan Asia Timur adalah National Interest.ini adalah konsep yang sudah umum ada di
dalam studi Hubungan Internasional. Konsep ini umumnya berasal dari realist School of
Thought yang melihat bahwa National Interest merupakan asumsi dasar dari Hubungan
Internasional dan motivasi dari negara – negara.9 dalam macapai National Interest, negara
menggunakan elemen kebijakan – kebijakan untuk mencapainya.10
National Interest dalam regional yang sering kali berseberangan menjadi pemicu
terjadinya clash of National Interest. Maka dalam pandangan realis, institusi regional menjadi
tidak efektif ketika kita membicarakan National Interest. Realis yang melihat struktur sistem
internasional yang anarki membuat institusi regional menjadi tidak penting untuk
diperhitungkan. Maka dalam pandangan realis, National Interest dalam satu regional tidak
dapat di integrasikan satu dengan yang lainnya.
Dalam kaitannya dengan Asia Timur, kedua konsep tersebut dapat digunakan untuk
melihat fenomena yang terjadi dan untuk melihat sejauh mana perdamaian dan stabilitas di
kawasan Asia Timur dapat terwujud. Kedua konsep tersebut dalam melihat yang terjadi di
kawasan Asia Timur bisa saja mempunyai hasil yang berbeda.
8 Ibid. hlm. 110.
9 Griffiths, Martin, Terry O Callagan, International Relations: The Key Concept, Roudledge, London-New
York, 2002. Hlm. 204.
10 Ibid. hlm. 204.


Asia Timur yang terdiri atas negara – negara yang mempunyai masalah satu dengan
yang lainnya menimbulkan rasa sentimen satu dengan yang lainnya. Dalam mewujudkan
terjadinya stabilitas dan perdamaian di kawasan tersebut dibutuhkan rasa saling percaya satu
dengan yang lainnya. Maka diperlukan adanya confidence Building Measures di dalam
regional tersebut. ketika negara – negara di kawasan tersebut telah memiliki rasa saling
percaya satu dengan yang lainnya akan mendorong stabilitas dan perdamaian di kawasan Asia
Timur. proses CBM ini sudah mulai dijalankan oleh Korea Selatan dan Korea Utara dalam
konflik semenanjung Korea yang hingga kini belum usai. Dengan dimulainya pembangunan
rasa saling percaya yang dimulai oleh Korea Selatan dan Korea Utara seharusnya dapat
diikuti oleh negara – negara lain di kawasan Asia Timur untuk menyelesaikan permasalahan
yang terjadi di kawasan tersebut. Seperti Cina dan Taiwan yang juga melakukan CBM dan
mengadopsi CBM di dalam White Paper dari Cina. Pembicaraan mengenai CBM pertama
kali di bicarakan oleh kedua pihak melalui Semi-Official Straits Exchange Foundation yang
mewakili Taiwan dan Assosiation for Relations Across the Taiwan Strait yang mewakili Cina
yang terselenggara pada tahun 1998.11 Dengan upaya – upaya yang tengah dilakukan oleh
negara - negara yang telah berkonflik sejak lama seperti Korea Selatan, Korea Utara, Cina
dan Taiwan dapat menjadi cerminan untuk menyelesaikan konflik – konflik lainnya di
kawasan Asia Timur. Konsep CBM ini menjadi problem resolver yang dianggap tepat untuk
menyelesaikan konflik – konflik yang terjadi di kawasan Asia Timur. Hal Tersebut

dikarenakan kekuatan masing – masing negara di kawasan Asia Timur tidak Jauh berbeda di
bidang pertahanan maupun ekonomi. Dengan kekuatan yang hampir seimbang di antara
negara – negara di kawasan tersebut akan sulit untuk menempuh jalur atau cara lain tanpa
adanya rasa saling percaya satu dengan lainnya.
Ketika rasa saling percaya sudah terbangun di antara negara – negara di kawasan
tersebut ala jauh lebih mudah untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di kawasan.
Penyelesaian konflik tanpa berburuk sangka dengan pihak lain akan memperlancar proses
penyelesaian konflik hingga konflik atau sengketa di kawasan tidak bertambah panjang dan
meluas.
National Interest suatu negara dianggap penting karena National Interest adalah
elemen yang menentukan negara untuk bertindak dan bertingkah laku di dalam sistem
internasional. Di dalam kawasan Asia Timur, negara – negara tentu mempunyai National
11 http://csis.org/programs/international-security-program/asia-division/cross-strait-securityinitiative-/confidence-b diakses pada tanggal 11 Juni 2014 pukul 19.37.

Interest yang berbeda – beda. Maka akan sangat sulit untuk mempersatukan negara – negara
tersebut dengan interest mereka yang berbeda – beda. Terbentuknya konflik juga bisa didasari
atas interest dari negara – negara yang berkonflik untuk mencapai apa yang mereka inginkan.
Maka terkadang asal terjadinya konflik berasal dari National Interest dari negara tersebut.
Dengan kondisi kawasan yang masing – masing negara mempunyai kekuatan
ekonomi dan militer yang kuat, maka negara – negara akan bertindak semu mereka sendiri

untuk mencapai National Interest yang ingin mereka capai melalui kekuatan yang menurut
mereka potensial untuk digunakan untuk mencapai keinginan mereka. Proses perdamaian di
kawasan juga menjadi terhambat karena adanya benturan dengan National Interest dari
negara – negara. sebagai contoh, Cina tetap menginginkan Laut Cina Selatan sebagai
teritorial negaranya yang tentu berlainan dengan konsep hukum laut. Selain itu dengan klaim
tersebut tentu akan bersinggungan dengan perbatasan negara – negara lain di wilayah Laut
Cina Selatan. Sengketa pulau Dokdo/Senkaku yang kedua negara Jepang dan Korea Selatan
masing – masing mengklaim pulau tersebut. masalah proliferasi nuklir di Korea Utara yang
terus berlanjut meski ditentang oleh banyak pihak terutama di kawasan.
Dengan kenyataan yang ada, walaupun negara – negara menginginkan perdamaian
terjadi di kawasan Asia Timur akan tetap menemui jalan buntu ketika proses perdamaian
tersebut berbenturan dengan National Interest dari negara – negara tersebut. Namun, ini bisa
diselesaikan ketika negara – negara mau untuk mengorbankan National Interest-nya untuk
mencapai perdamaian satu dengan yang lainnya.
Ketika negara siap untuk mengorbankan National Interest-nya guna mencapai
perdamaian tentu akan jauh lebih mudah dalam proses perdamaian. Ego negara yang masih
tinggi terhadap National Interest-nya terkadang mempersulit penyelesaian sengketa atau
konflik antar negara.
Maka diperlukan adanya kesadaran bahwa stabilitas kawasan Asia Timur merupakan
kunci utama dalam memajukan sektor – sektor kehidupan bangsa. Dengan adanya stabilitas

kawasan akan memicu kegiatan ekonomi yang semakin pesat. Selain negara diuntungkan
dengan kegiatan ekonomi yang meningkat pesat akibat dari stabilitas regional tersebut,
dengan adanya stabilitas kawasan, negara tidak perlu dipusingkan dengan ancaman –
ancaman negara tetangga akibat dari ego masing – masing negara dengan National Interestnya.

Lebih jauh lagi, seharusnya stabilitas ekonomi, politik, dan keamanan di kawasan
menjadi National Interest utama dari masing – masing negara di kawasan Asia Timur. Karena
dengan adanya keinginan untuk membangun stabilitas kawasan tentu akan memberikan
insentif yang lebih banyak dibanding dengan setiap negara masing – masing mengutamakan
National Interest-nya sendiri yang tentu memberikan insentif, namun tidak sesignifikan
kesamaan interest untuk menciptakan kawasan yang stabil secara ekonomi, politik, dan
keamanan.

Faktor – Faktor dalam membangun perdamaian di Asia Timur
Dalam mewujudkan stabilitas dan perdamaian di kawasan Asia Timur, ada beberapa
faktor yang mendukung atau berpotensi untuk mendorong negara – negara di Asia Timur
menciptakan perdamaian dan stabilitas di kawasannya sendiri. potensi – potensi yang dimiliki
oleh Asia Timur untuk bersama satu dengan lainnya seperti faktor ekonomi, keamanan, dan
faktor eksternal yang berusaha untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi dan
membantu menciptakan perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut.

1. Ekonomi
Ekonomi negara – negara di Asia Timur yang sudah Well Established membuat ekonomi
di kawasan tersebut dapat dikatakan mempunyai kondisi ekonomi yang cukup mapan. Asia
Timur dikatakan sebagai motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi dunia sejak
terjadinya krisis keuangan global.12 Dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 7,1% pada tahun
2014 menjadikan Asia Timur sebagai kawasan dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di
dunia.13
Disamping itu, pertumbuhan ekonomi yang melaju pesat di kawasan tersebut akibat dari
seimbangnya distribusi pendapatan negara di kawasan tersebut. 14 Selain itu adanya raksasa
ekonomi yang sudah ada sejak pasca Perang Dunia ke-2 seperti Jepang dan Cina juga
memicu negara – negara tetangga dari kedua negara tersebut untuk membangun ekonominya
agar dapat bersaing dengan kedua raksasa ekonomi tersebut.15 Tindakan ini dilakukan oleh
Taiwan dan Korea Selatan pasca Perang Saudara yang mengakibatkan hancurnya baik

12 http://www.worldbank.org/in/news/press-release/2014/04/07/east-asian-economies-expected-to-grow-at-astable-pace-in-2014 diakses pada tanggal 9 Juni 2014 pukul 10.39.
13 Ibid.
14 Mascarenhas, R. C., Comparative Political Economy of East and South Asia, A Critique of Development
Policy and Management, MacMillan Publishing Company, 1999. Hlm. 68.
15 Ibid. hlm. 70.


ekonomi maupun pembangunan di negara tersebut.16 Dengan adanya pemicu dari kekuatan
ekonomi yang sudah ada sejak lama membuat kawasan ini kian kompetitif. Namun di tengah
persaingan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang kian pesat di kawasan tersebut, negara –
negara di kawasan tersebut justru membuat mereka sadar bahwa perlunya integrasi ekonomi
di kawasan tersebut agar tercipta stabilitas ekonomi di kawasan tersebut. stabilitas merupakan
faktor penting dalam membangun dan menjalankan kehidupan ekonomi.
Dengan adanya stabilitas diharapkan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi akan
berjalan lancar tanpa adanya obstacle yang menghambat kehidupan ekonomi tersebut. Negara
– negara di kawasan tersebut percaya bahwa dengan rendahnya hambatan ekonomi akan
mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan yang semakin baik. Dengan pertumbuhan
ekonomi yang semakin baik dan terintegrasi antar negara di kawasan akan mendorong negara
– negara di kawasan Asia Timur akan mengurangi gesekan – gesekan antar negara di kawasan
tersebut dan membentuk kawasan yang aman dan stabil.
2. Politik
Kesadaran atas keinginan untuk terwujudnya integrasi ekonomi di kawasan oleh negara –
negara untuk stabilitas ekonomi juga harus diimbangi dengan stabilitas politik kawasan
tersebut. Jika kita melihat kondisi politik di kawasan Asia Timur, kawasan ini masih terdapat
banyak sengketa yang terjadi. Seperti yang terjadi antara RRC dengan Taiwan, Korea Utara
dan Selatan, Jepang dengan Korea Selatan terkait pulau Dokdo/Senkaku, Cina dengan banyak
negara terkait Laut Cina Selatan, Cina dengan Jepang terkait ziarah PM di kuil Shukuni.

Dengan kondisi politik di kawasan tersebut yang sangat rumit, kawasan tersebut terkesan
akan mengalami kesulitan dalam melakukan integrasi politik karena adanya perbedaan
ideologi, kepentingan, dan pandangan di kawasan tersebut. Maka, dengan adanya perbedaan
– perbedaan tersebut menjadi sangat tipis kemungkinan untuk membangun stabilitas politik
di kawasan Asia Timur.
Namun, dibalik kondisi politik yang rumit tersebut, negara – negara di kawasan tersebut
tetap menginginkan terjadinya stabilitas politik di kawasan. Seperti Korea Selatan yang pada
masa pemerintahan baru Park Gyun Hye mendorong terjadinya stabilitas kawasan melalui
strategi yang dibentuk oleh Presiden baru tersebut. Park mengeluarkan strategi pembangunan
kepercayaan/Trust Building Strategies untuk meningkatkan hubungan dan stabilitas diantara

16 Ibid. hlm. 70.

Korea Selatan, Cina, dan Jepang.17 Walaupun masih di dalam proses untuk membangun
kepercayaan antar negara, Korea Selatan yakin bahwa strategi tersebut akan berhasil untuk
menciptakan stabilitas politik di kawasan tersebut.
3. Eksternal
Faktor eksternal kini sangat berpengaruh dalam menentukan stabilitas dan perdamaian di
kawasan Asia Timur. Asia timur memang memerlukan pihak luar untuk menciptakan
stabilitas karena adanya permasalahan – permasalahan internal di kawasan yang tidak dapat
diselesaikan sendiri oleh negara – negara di kawasan Asia Timur tersebut. dengan adanya
campur tangan pihak luar regional diharapkan dapat terpengaruh signifikan dalam
menyelesaikan konflik – konflik horizontal antar negara di kawasan.
Amerika Serikat telah lama turut serta membantu menyelesaikan konflik yang terjadi di
Asia Timur. melakukan mediasi Korea Utara dan Korea Selatan melalui aliansi dengan Korea
Selatan dan menempuh jalur diplomasi ke Korea Utara walaupun hingga kini belum
membuahkan hasil yang signifikan, Amerika Serikat tetap berusaha untuk membujuk Korea
Utara untuk menghentikan proliferasi nuklirnya yang dianggap mengganggu stabilitas
keamanan di kawasan tersebut.
Pihak – pihak eksternal tentu menginginkan kawasan tersebut menjadi stabil baik secara
politik maupun keamanan. Ini disebabkan karena kawasan ini merupakan kawasan yang
sangat potensial untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti investasi, produksi dan lain –
lain. Dengan adanya potensi tersebut, pihak eksternal tentu akan membantu kawasan ini
untuk mencapai stabilitas regional.
Selain itu adanya masalah bersama yaitu proliferasi nuklir Korea Utara yang cukup
mengganggu negara – negara baik di kawasan regional maupun dalam sistem internasional
ini juga menjadi pemicu utama pihak eksternal untuk ikut membantu membangun stabilitas
keamanan di kawasan tersebut. nuklir Korea Utara tidak diragukan lagi membuat negara –
negara baik di kawasan maupun sistem internasional menjadi insecure dan Korea Utara yang
memiliki pemimpin yang dianggap tidak rasional dan diktator menimbulkan ketidakpastian
akan tindakan dan tingkah laku Korea Utara di regional dan sistem internasional.
Dengan ancaman baik secara regional maupun sistem memicu pihak eksternal untuk turut
serta membantu menciptakan stabilitas keamanan di kawasan tersebut. karena dengan
17 http://www.e-ir.info/2014/02/06/south-koreas-foreign-policy-in-2013-building-trust-in-east-asia/ diakses
pada tanggal 11 Juni 2014 pukul 21.02.

hilangnya ancaman bersama seperti proliferasi nuklir Korea Utara akan membantu
meningkatkan ketentraman kawasan Asia Timur. selain itu pihak Eksternal juga mempunyai
kepentingan di kawasan tersebut. Ketika Asia Timur menjadi stabil keadaan politiknya, maka
Asia Timur akan menjadi ladang baru bagi pihak asing untuk melakukan kegiatan ekonomi
dari pihak eksternal seperti negara – negara Eropa dan Amerika Serikat.

Tantangan Dalam menciptakan Asia Timur yang Damai
Dalam menciptakan perdamaian di kawasan Asia Timur tentu akan menghadapi hambatan
– hambatan atau tantangan – tantangan. Instabilitas Asia Timur yang hingga kini terus
berlanjut mempunyai akar permasalahan yang selama ini belum terselesaikan oleh negara –
negara di kawasan tersebut. setidaknya terdapat tiga hambatan dan tantangan yang harus
dihadapi dan diselesaikan untuk menciptakan Asia Timur yang damai.
1. Sosial Budaya
Walaupun berada di dalam satu regional, nyatanya Asia Timur mempunyai kehidupan
sosial budaya yang berbeda – beda. Perbedaannya pun signifikan antara satu negara dengan
negara lainnya. Selain itu sejarah diduga menjadi alasan utama mengapa negara – negara ini
masih berseteru hingga kini. Luka lama mengenai penjajahan Jepang di Cina dan Korea
memberikan pandangan negatif terhadap Jepang. Penjajahan era perang dunia yang membuat
rakyat negara yang dijajah oleh Jepang menderita dan kesulitan. Rakyat kelaparan, akses
terhadap kehidupan yang baik kala itu menjadi sulit untuk didapatkan. Dari hal tersebut yang
membuat negara – negara Asia Timur yang dijajah oleh Jepang kini seakan – akan memiliki
sentimen negatif dengan Jepang atau semacam sikap anti Jepang. Sejarah yang kelam masih
tersimpan di negara – negara bekas jajahan Jepang. Sikap anti Jepang masih terdapat di
negara – negara seperti Cina dan Korea.
Sikap atau sentimen negatif ditunjukkan oleh pemerintah Cina ketika setiap PM Jepang
yang baru selalu mengunjungi kuil Yashukuni. Setiap epemrintah Jepang melakukan ziarah
ke kuil tersebut, pemerintah Cina mengecam karena dianggap pemerintah Jepang telah
melukai rakyat Cina dengan mengunjungi makam para penjahat perang. Namun, walaupun
dibalik adanya kecaman dari pihak luar, Jepang tetap melakukan ziarah tersebut karena
Jepang justru menganggap makam tersebut adalah makam para pahlawan perang. Sikap yang
saling bertolak belakang ini tak pelak menimbulkan gesekan – gesekan secara sosial baik

kepada Cina maupun kepada Jepang. Ini bisa saja dapat menimbulkan sentimen – sentimen
antar negara yang dapat berakibat retaknya hubungan bilateral antar kedua negara tersebut.
Dengan permasalahan sejarah yang menimbulkan sentimen – sentimen tentunya menjadi
hambatan dalam menciptakan stabilitas dan perdamaian di kawasan Asia Timur. Mungkin
saja masalah sosial budaya yang sulit untuk diubah akan menjadi hambatan. Stabilitas dan
perdamaian di kawasan Asia Timur akan sulit terjadi tanpa adanya rasa saling menghormati
satu dengan yang lainnya. Dengan kondisi tersebut Asia Timur hanya akan mempertahankan
status quo-nya yaitu tetap berada di posisi yang kini terjadi, tanpa adanya perdamaian dan
masih terdapat instabilitas di kawasan tersebut.
2. Kesadaran dan Keinginan
Dalam menyelesaikan suatu sengketa, konflik maupun permasalahan yang terjadi tentu
diperlukan adanya kesadaran untuk menyelesaikannya. Ketika negara – negara sudah
memiliki kesadaran maka proses menyelesaikan konflik akan jauh lebih mudah untuk
diselesaikan. Tentu dengan adanya kesadaran beriringan juga adanya keinginan untuk
menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Kedua variabel tersebut tidak dapat dipisahkan
satu dengan yang lainnya.
Di kawasan Asia Timur sudah ada beberapa negara yang menginginkan untuk terciptanya
stabilitas seperti Korea Selatan yang kini dipimpin oleh Park Gyun Hye yang mengeluarkan
Trust Building Strategies-nya untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di kawasan
tersebut dengan pembangunan rasa saling percaya. Ini menunjukkan adanya keinginan dan
kesadaran untuk menghentikan konflik – konflik yang terjadi di kawasan tersebut.
Namun, kiranya baru satu negara yang benar – benar nyata untuk menyelesaikan dan
berkeinginan untuk menghilangkan tensi yang tinggi di kawasan tersebut dengan strategi –
strategi yang dikeluarkannya. Negara – negara lain seakan – akan hanya ikut saja tanpa
menunjukkan kesungguhan untuk menyelesaikan konflik yang terjadi di kawasan tersebut.
Negara – negara di kawasan tersebut bila ingin menyelesaikan permasalahan tersebut
harus memiliki keinginan untuk menyelesaikannya. Negara – negara di Asia Timur seperti
lebih ingin mempertahankan status quo-nya tanpa ingin menyelesaikan permasalahannya. Hal
ini dilakukan oleh Korea Utara yang masih terus mempertahankan proliferasi nuklirnya yang
sangat

mengganggu

menyelesaikan

dan

stabilitas

kawasan dan belum mempunyai

menurunkan

tensi

di

semenanjung

Korea.

keinginan untuk
Karena

dengan

mempertahankan status quo-nya Korea Utara merasa lebih diuntungkan, karena dengan
kondisi itu Korea Utara dapat lebih mudah untuk mendapatkan “bantuan” dari negara –
negara sekitar dengan nuklirnya sebagai alat untuk meminta “bantuan”.
Dengan kurangnya kesadaran dan keinginan dari negara – negara di kawasan Asia timur
akan menjadi tantangan bagi negara – negara yang menginginkan terjadinya stabilitas dan
perdamaian di kawasan tersebut. Negara seperti Korea Selatan yang sudah menginginkan
terjadinya stabilitas dan perdamaian harus berusaha keras agar negara – negara lain di
kawasan Asia Timur ini dapat sadar bahwa stabilitas dan perdamaian kawasan akan
memberikan dampak yang baik terhadap kehidupan negara di kawasan tersebut.
3.

Trust

Rasa saling percaya merupakan elemen penting yang lain yang dapat membantu
selesainya konflik yang terjadi. Dengan adanya rasa saling percaya akan mengikis rasa saling
curiga antar satu negara dengan negara lainnya. Rasa saling percaya dapat menumbuhkan
hubungan yang sebelumnya buruk menjadi semakin baik. Selain itu rasa saling percaya dapat
mereduksi tensi yang terjadi diantara kedua belah pihak yang bertikai.
Proses pembangunan rasa saling percaya di kawasan Asia Timur telah terjadi sejak tahun
1998 oleh Cina dan Taiwan secara informal. Walaupun dilakukan secara informal
pembangunan Trust terus berjalan hingga kini. Kemudian proses pembangunan Trust juga
dilakukan oleh Korea Selatan melalui Trust Building Strategies yang dikeluarkan oleh Park
Gyun Hye. Park mengajak Jepang, Cina, Korea Utara untuk meningkatkan hubungan diantara
negara – negara tersebut.
Proses yang masih terus berjalan hingga kini mulai berjalan dengan baik dengan
dibukanya kembali kompleks industri kaesong oleh kedua pihak untuk meningkatkan
hubungan Korea Selatan dengan Korea Utara.18 Walaupun Korea Utara tetap meningkatkan
kapabilitas nuklirnya dan masih berpotensi mengancam Korea Selatan, Korea Selatan tetap
perlahan lahan mendekatkan diri ke Korea Utara untuk melanjutkan strateginya.19
Perbaikan kerja sama antara Korea Selatan dan Cina pun dibangun dengan memulai kerja
sama di bidang – bidang yang disebut sebagai “Softer Issues”.20 Kerja sama awal yang
dibangun oleh kedua negara tersebut adalah kerja sama lingkungan, keamanan nuklir, dan
18 http://www.e-ir.info/2014/02/06/south-koreas-foreign-policy-in-2013-building-trust-in-east-asia/ diakses
pada tanggal 12 Juni 2014 pukul 11.35.
19 Ibid.
20 Ibid.

penanganan bencana.21 Ini dapat diharapkan menjadi awal yang baik untuk menuju kerja
sama yang “Higher Issues”.22
Namun hubungan antara Korea Selatan dengan Jepang masih menemui jalan buntu.
Jepang masih bersikap dingin dengan Korea Selatan. Namun Korea Selatan tetap berusaha
untuk mendekatkan diri dengan Jepang melalui kerja sama di bidang lingkungan, keamanan
nuklir dan penanganan bencana melalui hubungan trilateral antara Korea Selatan, Jepang, dan
Cina.23 selain itu melalui hubungan trilateral itu juga membangun Free Trade Agreement
diantara ketiga pihak tersebut yang sudah mulai dibicarakan oleh ketiganya.24
Namun usaha Korea Selatan masih harus lebih keras mengingat negara – negara lain
belum mempunyai rasa saling percaya satu dengan lainnya. Korea Selatan berharap agar
strateginya tersebut dapat berjalan dengan lancar dan tidak menemui kendala agar negara –
negara lain di kawasan dapat mempunyai rasa saling percaya seperti yang telah Korea Selatan
bangun di negaranya.

Kesimpulan
Kondisi yang Asia Timur miliki kini dianggap sangat rumit mengingat masing –
masing negara di kawasan Asia Timur memiliki masalah masing – masing dengan negara
lainnya di kawasan tersebut. dari perspektif hubungan internasional, hubungan internasional
melihat perlunya Confidence Building Measures untuk menyelesaikan permasalahan –
permasalahan yang terjadi di kawasan Asia Timur. dengan adanya rasa saling percaya antar
negara akan menghilangkan tensi antar negara di kawasan tersebut. perspektif Hubungan
Internasional juga melihat bahwa National Interest turut mempengaruhi konflik yang terjadi
di kawasan tersebut akibat dari clash of National Interest.
Dalam membangun stabilitas dan perdamaian di kawasan Asia Timur terdapat faktor –
faktor yang dapat mempengaruhi. Faktor – faktor yang mempengaruhi pembangunan tersebut
ada tiga, pertama adalah ekonomi yang sudah kuat di kawasan tersebut dan mendorong
terjadinya integrasi ekonomi di kawasan tersebut. Kedua adalah politik, walaupun masih
terdapat hubungan politik antar negara yang kurang harmonis, ada negara yang sudah mulai
membangun hubungan politik yang baik yang sudah didorong oleh Korea Selatan melalui

21 Ibid.
22 Ibid.
23 Ibid.
24 Ibid.

Trust Building Strategies. Ketiga adalah faktor eksternal yang mendorong negara di kawasan
untuk berdamai dan menciptakan stabilitas kawasan.
Dalam menciptakan stabilitas dan perdamaian tentu ada tantangan yang harus
dihadapi. Pertama adalah permasalahan sosial budaya dan pandangan negara yang berbeda –
beda. Kedua adalah kesadaran dan keinginan yang masih minim untuk mencapai stabilitas
dan perdamaian kawasan Asia Timur. Ketiga adalah masalah saling percaya antar negara di
kawasan yang masih minim sehingga konflik dan tensi antar negara sulit untuk direduksi.
Maka, dari apa yang telah dipaparkan stabilitas dan perdamaian di kawasan tersebut
akan sulit dicapai tanpa adanya rasa saling percaya, ego masing – masing negara tentang
National Interest mereka. National Interest yang berbeda – beda tentang kawasan
menyebabkan sulitnya menyelesaikan konflik antar negara. Dalam menyelesaikan konflik
setidaknya memerlukan pengorbanan antar negara di kawasan dan rasa saling percaya agar
tidak menimbulkan rasa saling curiga atas tindakan yang dilakukan negara lain.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24