Pencemaran Lingkungan adalah masuknya atau (3)
PENCEMARAN LINGKUNGAN
Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada di luar individu yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme (Irwan, 1996). Setiap
organisme hidup dalam lingkungannya masing-masing. Faktor-faktor yang ada di
dalam lingkungan, selain berinteraksi dengan organisme, juga berinteraksi antar
sesama faktor tersebut, sehingga sulit untuk memisahkan dan mengubahnya tanpa
mempengaruhi bagian lain dari lingkungan itu. Faktor-faktor lingkungan terdiri dari:
1) Lingkungan abiotik seperti suhu, udara, cahaya atmosfer, hara, mineral, air,
tanah, dan api.
2) Lingkungan biotik yaitu makhluk-makhluk hidup di luar lingkungan biotik.
(Irwan, 1996)
Antara organisme dan lingkungan terjalin hubungan yang erat dan bersifat timbal
balik. Tanpa lingkungan organisme tidak mungkin ada, sebaliknya lingkungan tanpa
organisme tidak berarti apa-apa.
Manusia merupakan salah satu contoh organisme makhluk hidup yang
berinteraksi dengan lingkungannya. Manusia menggunakan sumber daya lingkungan,
baik biotik dan biotik, untuk mendukung kelangsungan hidupnya. Keperluan akan
sumber daya lingkungan cenderung meningkat, Jasin (2011) menyebutkan dua faktor
utama yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan manusia akan sumber daya
lingkungan, yaitu: pertumbuhan penduduk yang pesat dan perkembangan peradaban
manusia yang memerlukan sumber daya alam yang lebih banyak lagi. Akibat dari
penggunaan sumber daya alam yang tidak bijaksana, maka timbullah masalah besar
bagi manusia itu sendiri, yaitu terjadinya pencemaran lingkungan yang berakibat
pada bencana-bencana alam, seperti erosi, banjir, polusi, punahnya spesies hewan
atau tumbuhan tertentu di bumi, dll. Menurut UU Pokok Pengelolaan Lingkungan
Hidup No. 4 Tahun 1982, pencemaran lingkungan didefinisikan sebagai masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam
lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh
proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang
1
Bahan Kajian Pustaka: Pencemaran Lingkungan
menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya.
Pada saat ini, pencemaran lingkungan berlangsung di mana-mana dengan laju
yang begitu cepat, yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Achmad (2004)
mengungkapkan bahwa kecenderungan pencemaran lingkungan, terutama sejak
Perang Dunia II, mengarah kepada dua hal, yaitu pembuangan senyawa kimia
tertentu yang makin meningkat terutama akibat kegiatan industri dan transportasi,
serta akibat penggunaan berbagai produk bioksida dan bahan-bahan berbahaya akibat
aktivitas manusia.
Kemajuan teknologi dan industri yang begitu pesat telah berhasil menunjang
kehidupan manusia, namun di sisi lain manusia juga harus menanggung akibatnya.
Pencemaran lingkungan jelas tampak berpengaruh pada kesehatan manusia.
Penyebab polusi (pollutant) masuk ke tubuh manusia melalui udara yang dihirup,
makanan yang dimakan sehari-hari, dan dari suara yang didengar. Jasin (2011)
menggolongkan pollutant menjadi dua jenis, yaitu polutan yang bersifat kuantitatif
(quantitative pollutant) dan polutan yang bersifat kualitatif (qualitative pollutant).
Substansi yang secara alamiah terdapat di alam lingkungan, tetapi jumlahnya
menjadi meningkat karena adanya kegiatan manusia dinamakan polutan yang bersifat
kuantitatif. Contohnya adalah unsur karbon, nitrogen, dan fosfor yang berlangsung
terus menerus, namun karena kegiatan manusia, unsur tersebut menjadi bertambah
sehingga kemungkinan besar siklusnya akan terganggu. Sedangkan polutan yang
bersifat kualitatif berasal dari sintesis yang dihasilkan oleh adanya kegiatan hidup
manusia. Contohnya adalah adanya substansi sintesis buatan manusia seperti
pestisida, detergen, dan lain-lain yang masuk ke lingkungan hidup manusia.
Tjasyono (2004) menjelaskan jika waktu tinggal di atmosfer (artinya waktu
yang diperlukan pencemar/polutan untuk berada di atmosfer sebelum berpindah oleh
transport, transformasi atau pengendapan cukup lama), maka polutan ini akan
bercampur dengan seluruh atmosfer akibat proses meteorologis global. Dampak
skala global yang sangat berbahaya adalah perubahan sifat-sifat fisis atmosfer bumi,
seperti perubahan klimatologi dan penyimpangan keseimbangan radiasi bumi. Salah
satu dampak global yang sangat terasa bagi bumi adalah terjadinya efek rumah kaca.
2
Bahan Kajian Pustaka: Pencemaran Lingkungan
a. Pencemaran Udara
Definisi pencemaran udara menurut Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 1986
(dalam Achmad; 2004) adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan atau komponen lain ke udara dan atau berubahnya tatanan udara oleh
kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas udara turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi
lagi sesuai dengan peruntukannya. Tjasyono (2004) menjelaskan bahwa atmosfer
merupakan tempat penyimpanan dari semua jenis pencemar, baik berupa gas, cair,
maupun padat, karena itu pencemaran udara dapat merugikan kehidupan. Emisi
sejumlah pencemar ke dalam atmosfer dan air akan mempunyai dampak pada
ekosistem. Taraf hidup yang tinggi turut memberikan menyebabkan pencemaran
udara, terutama aktivitas industri dan asap kendaraan bermotor. Kebanyakan
senyawa kimia yang ditinjau sebagai pencemar mempunyai konsentrasi yang sangat
kecil di dalam udara bersih. Akan tetapi dalam keadaan udara tercemar maka
senyawa tersebut mempunyai konsentrasi yang besar.
1) Sumber Pencemaran Udara
Tjasyono (2004) menyebutkan beberapa sumber pencemaran udara,
diantaranya: partikulat, karbon monoksida, sulfur oksida, nitrogen oksida, dan
hidrokarbon.
a) Partikulat
Partikulat adalah pencemar padat atau cair yang berukuran antara
0,001 – 500 µm dan mempunyai waktu tinggal di udara antara beberapa
detik sampai beberapa bulan. Berdasarkan ukurannya, partikulat dapat
digolongkan menjadi:
-
Asap (fumes)
: 0,001 – 1 µm
-
Kabut (mist)
: 1 – 10 µm
-
Debu halus
: ≤ 100 µm
-
Debu kasar
: > 100 µm
Partikulat dapat terbentuk dari campuran heterogen zat cair dengan
sulfur dioksida yang bersifat korosi terhadap barang-barang logam.
Partikulat yang mengandung fluor atau magnesium oksida dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman. Partikulat yang mengandung timbal
3
Bahan Kajian Pustaka: Pencemaran Lingkungan
(Pb) dengan ukuran 2 – 3 mikron dapat masuk ke dalam tubuh manusia
melalui paru-paru dan tidak dapat dikeluarkan lagi sehingga bersifat racun.
Sumber utama partikulat adalah pembakaran batu bara, proses industri
(industri logam, industri kimia, industri semen, pabrik kertas, dll), kebakaran
hutan, dan limbah pertanian.
b) Karbon Monoksida (CO)
Karbon monoksida adalah pencemar primer berbentuk gas yang
sangat stabil di udara, mempunyai Walt tinggal 2 – 4 bulan. Sumber utama
CO berasal dari kendaraan bermotor dan proses industri menduduki tempat
kedua, sedangkan pembakaran sampah pertanian dan kebakaran hutan
menduduki tempat ketiga.
Karbon monoksida mempunyai daya gabung (afinitas) dengan
hemoglobin sebesar 210 kali lebih besar dibandingkan dengan oksigen.
Achmad (2004) menjelaskan bahwa karbon monoksida dapat mengikat
oksigen dari hemoglobin dan menghasilkan karboksil hemoglobin:
O2Hb + CO COHb + O2
Pengaruh dari reduksi ini mengakibatkan kapasitas darah mengangkut
oksigen menurun. Tingkat kandungan COHb dalam darah naik dengan
kenaikan CO atmosfer dan aktivitas fisik individu. Adanya gas CO dalam
dara memberikan berbagai pengaruh atau gangguan yang sesuai dengan
tingkat konsentrasinya, seperti tampak pada tabel 1.
Tabel 1. Pengaruh Kenaikan Konsentrasi CO dalam Darah
Konsentrasi
CO
(ppm)
10
100
250
750
1000
Persen
Konversi
O2Hb COHb
2
15
32
60
66
Pengaruh terhadap Manusia
Gangguan perasa & penglihatan
Sakit kepala, pusing, lelah
Kehilangan kesadaran
Setelah beberapa jam mati
Cepat mati
(Achmad, 2004)
c) Oksida Sulfur (SO)
Sulfur dioksida (SO2) dan sulfur dioksida (SO3) merupakan bentuk
oksida sulfur yang baya dijumpai. SO2 merupakan pencemar primer yang di
atmosfer bereaksi dengan pencemar lain membentuk senyawa sulfur yang
4
Bahan Kajian Pustaka: Pencemaran Lingkungan
menyebabkan hujan asam. Hujan asam dapat merusak pertanian dan
peternakan. Konsentrasi oksida sulfur terbesar berasal dari emisi pembakaran
batu bara, kedua berasal dari emisi proses industri. Oksida sulfur
menyebabkan pembentukan asam yang mengganggu paru-paru, saraf, dan
menimbulkan asma. Pada konsentrasi di atas 3 ppm, oksida sulfur memberi
bau yang tajam dan menimbulkan mati lemas jika berlangsung lama. Oksida
sulfur juga dapat menimbulkan korosi.
d) Oksida Nitrogen (NOx)
Oksida nitrogen (NOx) merupakan pencemar primer yang paling banyak
dijumpai di udara. Jenis oksida nitrogen yang menyebabkan pencemaran
udara adalah N2O, NO, dan NO2. Nitrogen dioksida bersama dengan
hidrokarbon dapat menimbulkan ‘kabas fotokimia’ dan jika bereaksi dengan
uap air di udara akan membentuk asam nitrat yang juga menyebabkan hujan
asam. Oksida nitrogen merupakan penyebab kabas dan dalam kadar yang
tinggi dapat mengganggu kesehatan manusia, seperti iritasi yang akut pada
pernapasan (ISPA) dan penyakit paru-paru yang kronis. Pada konsentrasi
0,01 ppm, oksida nitrogen menyebabkan bronkitis pada anak-anak usia 2 – 3
tahun.
e) Hidrokarbon
Hidrokarbon merupakan komponen yang sangat penting dalam’kabas
fotokimia’, menyebabkan iritasi (rasa pedih) pada mata dan gangguan
pernapasan. Diperkirakan hidrokarbon sebagai penyebab kanker terutama
dari jenis aromatik dan aldehida yang banyak dijumpai dalam bahan solar.
Sumber utama hidrokarbon diemisikan oleh kendaraan bermotor, selain itu
juga dari emisi proses industri.
Berdasarkan pengertian pencemaran udara yang dikeluarkan oleh pemerintah,
maka pada pelaksanaannya dibuat ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan
pencemaran udara tersebut, seperti ketentuan umum untuk baku mutu udara ambien
dan baku mutu udara emisi. Baku mutu udara ambien adalah batas yang
diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di udara namun tidak
menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan, dan atau harta
5
Bahan Kajian Pustaka: Pencemaran Lingkungan
benda. Sedangkan baku mutu udara emisi adalah batas kadar yang diperbolehkan
bagi zat atau bahan pencemar untuk dikeluarkan dari sumber pencemar ke udara,
sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien. Selain itu
pemerintah juga mengeluarkan ketentuan parameter apa saja yang harus diuji dan
berapa nilainya untuk menentukan kedua baku mutu udara tersebut.
Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) (English: Air Pollution Index / API)
adalah laporan kualitas udara kepada masyarakat untuk menerangkan seberapa bersih
atau tercemarnya kualitas udara kita dan bagaimana dampaknya terhadap kesehatan
kita setelah menghirup udara tersebut selama beberapa jam atau hari. Penetapan
ISPU ini mempertimbangkan tingkat mutu udara terhadap kesehatan manusia,
hewan, tumbuhan, bangunan, dan nilai estetika.
ISPU ditetapkan berdasarkan 5 pencemar utama, yaitu: karbon monoksida
(CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), Ozon permukaan (O3), dan
partikel debu (PM10). Di Indonesia ISPU diatur berdasarkan Keputusan Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Nomor KEP-107/Kabapedal/11/1997.
Tabel 2. Kadar ISPU dan Dampaknya Bagi Kesehatan
Level
Pencemaran
Dampak Kesehatan
Udara
Tidak memberikan dampak bagi kesehatan manusia atau
Baik
hewan.
tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan
Sedang
tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang peka.
bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan
Tidak Sehat
yang peka atau dapat menimbulkan kerusakan pada
tumbuhan ataupun nilai estetika.
Sangat Tidak
kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan pada
Sehat
sejumlah segmen populasi yang terpapar.
kualitas udara berbahaya yang secara umum dapat
Berbahaya
merugikan kesehatan yang serius pada populasi (misalnya
iritasi mata, batuk dahak, dan sakit tenggorokan).
(Wikipedia, 2013)
ISPU
0 - 50
51 - 100
101 - 199
200 - 299
300 - 500
2) Akibat Pencemaran Udara
Berdasarkan penjelasan tentang sumber pencemaran udara, maka dapat
diidentifikasi akibat yang ditimbulkan dari pencemaran udara, yaitu:
a) Terganggunya kesehatan manusia, seperti batuk dan penyakit pernapasan.
6
Bahan Kajian Pustaka: Pencemaran Lingkungan
b) Rusaknya bangunan karena pelapukan, korosi/karat pada logam, dan
memudarnya warna cat.
c) Terganggunya pertumbuhan tumbuhan, seperti menguningnya daun atau
kerdilnya tanaman akibat konsentrasi SO2 yang tinggi atau gas yang bersifat
asam (efek hujan asam).
d) Adanya peristiwa efek rumah kaca (green house effect) yang dapat
menaikkan
e) suhu udara secara global serta dapat mengubah pola iklim bumi dan
mencairkan es di kutub. Hal ini sering disebut pemanasan global (global
warming).
b. Pencemaran Air
Definisi pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor: KEP-02/MENKLH/I/1998 (dalam
Achmad, 2004) adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan
atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan
manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya. Setelah Perang Dunia ke II, telah terjadi pertumbuhan yang
mengejutkan dalam dunia industri yang menggunakan bahan-bahan kimia sintetik.
Banyak dari bahan-bahan kimia ini telah menyebabkan pencemaran terhadap
lingkungan air. Seperti limpasan (run off) dari pestisida dan herbisida yang berasal
dari daerah pertanian atau perkebunan dan buangan limbah industri ke permukaan
air, yang lebih serius lagi adalah terjadinya rembesan ke dalam air tanah dari bahanbahan pencemar yang berasal dari penampungan limbah kimia dan “landfills”, kolam
penampungan atau kolam pengolahan limbah dan fasilitas-fasilitas lainnya.
1) Sumber Pencemaran Air
Sunu (2001) menjelaskan polutan air yang menyebabkan terjadinya
pencemaran air, yaitu:
a) Padatan tersuspensi (Suspended Solid / SS)
Padatan tersuspensi (SS) diartikan sebagai zat padat yang memiliki diameter
1 ìm, yang dapat menyebabkan kekeruhan pada air. Contoh air limbah yang
7
Bahan Kajian Pustaka: Pencemaran Lingkungan
mengandung SS non-organik terdapat pada limbah industri semen,
sedangkan contoh air limbah yang mengandung SS organik terdapat pada air
limbah perkotaan, air limbah industri pulp dan kertas.
b) Bahan organik dan non-organik
Bahan organik menyerap oksigen dalam air dan akhirnya merusak ekosistem
dari hidrosphere. Kandungan zat ini terdapat pada air limbah perkotaan, air
limbah industri pemrosesan makanan, kimia, pulp, dan kulit. Sedangkan
yang termasuk bahan pencemar non-organik adalah zat asam, alkali,
berbagai garam, logam, dsb. Air limbah yang mengandung zat tersebut
biasanya berasal dari limbah industri pertambangan, kimia, pulp,
elektroplating, dan keramik.
c) Zat-zat racun organik dan non-organik
Zat racun didefinisikan sebagai zat kimia yang memberi pengaruh buruk
pada kesehatan tubuh manusia. Zat racun organik biasanya terdapat pada zatzat sintetis yang dimanfaatkan untuk mengembangkan zat kimia pertanian
dan obat-obatan. Zat sintetis ini terdiri dari campuran organik yang
mengandung fosfor, klorin, merkuri, dan zat lainnya yang memberi pengaruh
buruk terhadap lingkungan. Sedangkan zat racun non-organik mengandung
zat-zat logam, seperti kadmium, timah, merkuri, dan zat non-logam seperti
sianida dan arsenik yang terkandung di air limbah berbagai industri dan
pertambangan.
d) Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak sayur dan binatang dapat dijumpai di air limbah
perkotaan yang berasal dari makanan, serta dari industri proses minyak dan
lemak. Sedangkan minyak mineral dapat ditemui di air limbah seperti
pengeboran minyak, penyulingan minyak, petrokimia, industri besi, dan baja.
e) Bahan Nutrisi dan Senyawa Belerang
Bahan nutrisi berupa garam seperti senyawa nitrogen dan fosfat ada dalam
jumlah kecil di air bersih di alam dan zat ini dicerna oleh organisme sebagai
garam bernutrisi. Zat-zat ini dibuang dalam kandungan air limbah perkotaan,
pupuk berlebihan, beberapa air limbah industri, dan deterjen sintetis.
Sedangkan senyawa belerang berupa hidrogen sulfida (H2S) adalah sulfida
8
Bahan Kajian Pustaka: Pencemaran Lingkungan
yang menyebabkan pencemaran air dan terbentuk dalam air limbah
perkotaan, kotoran manusia, air limbah pengolahan pulp, dan air limbah dari
pembangkit tenaga gas H2S mempunyai daya reduksi yang kuat sehingga
dapat merusak fasilitas yang dilaluinya, dan menimbulkan bau yang
menyengat.
f) Zat Pewarna dan Zat Berbau Busuk
Zat pewarna dan zat berbau busuk dapat ditimbulkan dalam air limbah
industri pencelupan, kimia, pemrosesan produk pertanian dan laut, dan
industri lainnya.
Zat-zat ini dapat
mengganggu
kenyamanan dan
mempengaruhi lingkungan sekitarnya.
g) Bakteri Coli
Bakteri Coli tidak mempunyai kondisi alam yang patogen, namun dipakai
sebagai indeks penting untuk mengukur pencemaran kotoran manusia.
Beberapa saluran perkotaan banyak dijumpai kotoran manusia yang
memungkinkan mengandung organisme patogen yang dapat menimbulkan
penyakit.
2) Indikator Pencemaran Air
Sunu (2001) menjelaskan bahwa indikator pencemaran air dapat diketahui
dan diamati baik secara visual maupun pengujian, seperti:
a) Perubahan pH atau konsentrasi ion hidrogen,
b) Kesadahan air,
c) Perubahan warna, bau, dan rasa,
d) Adanya endapan, koloid, dan bahan terlarut,
e) Mikroorganisme dan kenaikan suhu air, dan
f) Oksigen terlarut.
3) Akibat Pencemaran Air
Efek pencemaran air dapat mempengaruhi kualitas lingkungan serta daya
dukungnya serta berdampak terhadap berbagai segi kehidupan. Sunu (2001)
menjelaskan akibat atau efek dari pencemaran air, yaitu:
a) Pelepasan/pembuangan material yang sudah tercemar ke lingkungan atau
perairan umum akan mengubah ekosistem.
9
Bahan Kajian Pustaka: Pencemaran Lingkungan
b) Air yang tercemar oleh organisme patogen seperti bakteri atau virus dapat
secara langsung mempengaruhi kesehatan tubuh manusia.
c) Pencemaran dari sungai atau air tanah yang digunakan untuk tujuan irigasi
dapat merusak produksi pertanian, mempengaruhi aktivitas mikroorganisme
dalam tanah, dan mengganggu pertumbuhan tumbuhan.
d) Pencemaran air dapat mempengaruhi industri perikanan. Air yang tercemar
dapat mengakibatkan rusaknya lingkungan aerob, meningkatnya eutrofikasi
yang dapat mengancam kehidupan ikan, kondisi air keruh akan mengurangi
kemampuan penetrasi sinar, dan air buangan yang bersuhu tinggi dapat
mematikan berbagai spesies organisme air.
c. Efek Rumah Kaca
Gambar 1. Proses Terjadinya Efek Rumah Kaca
Peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca yang lama terurai, yaitu:
karbondioksida (CO2), nitrogen oksida (N2O), metana (CH4), klorofluorokarbon
(CFC) dan ozon (O3), mengubah anggaran panas yang ada di bumi. Sebagian besar
radiasi matahari yang mencapai planet ini dipantulkan kembali ke antariksa.
Walaupun CO2, uap udara, dan gas-gas rumah kaca yang lain di atmosfer dapat
ditembus oleh cahaya tampak, gas-gas tersebut memotong dan mengabsorpsi banyak
radiasi inframerah yang dipancarkan bumi, beberapa diantaranya dipantulkan
kembali ke bumi. Proses ini mempertahankan sebagian panas matahari, yang juga
disebut sebagai peristiwa efek rumah kaca/greenhouse effect (Campbell, et al.:
2010). Lebih lanjut Tjasyono (2004) menjelaskan persentase kontribusi gas-gas
10
Bahan Kajian Pustaka: Pencemaran Lingkungan
rumah kaca terhadap terjadinya efek rumah kaca di bumi yang diperlihatkan pada
tabel 2.8. berikut ini.
Tabel 3. Kontribusi Gas-Gas Rumah Kaca
terhadap Terjadinya Efek Rumah Kaca
Pencemaran Atmosfer
Efek Rumah Kaca
Sumber Pencemar Utama
oleh
(%)
Energi dari bahan bakar
Karbondioksida (CO2)
55
fosil, transportasi, industri
Ozon (O3)
5
rumah tangga.
Pertanian
Metan (CH4)
20
Mikroorganisme
Nitrogen Oksida (N2O)
5
Lemari Es
Klorofluorokarbon
Pengatur Suhu
15
(CFC)
Semprotan Aerosol
(Tjasyono, 2004)
Berdasarkan tabel 2.8. diketahui bahwa karbondioksida (CO 2) memberikan
kontribusi paling besar terhadap terjadinya efek rumah kaca, yaitu sebesar 55%.
Sejak revolusi industri, konsentrasi CO2 di atmosfer telah meningkat sebagai akibat
dari pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi. Peningkatan konsentrasi CO 2 di
atmosfer selama 150 tahun terakhir membuat para ilmuwan khawatir karena
keterkaitan hal itu dengan peningkatan suhu global. Model-model global
memprediksi bahwa di akhir abad ke-21, konsentrasi CO2 akan meningkat lebih dari
dua kali lipat sehingga meningkatkan suhu bumi sekitar 30C (Campbell, et al.: 2010).
Efek rumah kaca berdampak luas bagi kehidupan makhluk hidup di bumi.
Campbell, et al. (2010) menjelaskan bahwa efek rumah kaca mengakibatkan
ekosistem di bagian bumi utara akan terganggu, para ilmuwan memperkirakan akibat
paling fatalnya adalah tidak adanya es musim panas di sana pada akhir abad ini,
sehingga mengurangi habitat untuk beruang kutub, anjing laut, dan burung laut. Suhu
yang lebih tinggi juga meningkatkan kemungkinan untuk terjadinya kebakaran.
Selain CO2, konsentrasi klorofluorokarbon (CFC) yang tinggi di atmosfer
juga memiliki dampak global bagi bumi. Kehidupan di bumi dilindungi dari efekefek yang merusak dari radiasi sinar ultraviolet (UV) oleh lapisan molekul ozon (O 3)
11
Bahan Kajian Pustaka: Pencemaran Lingkungan
yang terletak di dalam stratosfer. Akan tetapi, penelitian menunjukkan bahwa lapisan
ozon telah menipis secara perlahan sejak pertengahan tahun 1970-an. Kehancuran
ozon atmosfer terutama disebabkan oleh akumulasi CFC yang merupakan zat kimia
yang digunakan di lemari es, pabrik, dan benda-benda yang mengandung aerosol.
Penurunan kadar ozon di dalam stratosfer meningkatkan intensitas UV yang
mencapai permukaan bumi. Konsekuensi dari deplesi ozon terhadap kehidupan di
bumi bisa parah untuk tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme. Beberapa ilmuwan
menduga adanya peningkatan jumlah penderita kanker kulit, baik bentuk letal
maupun nonletal, dan katarak pada manusia, serta efek-efek yang tidak bisa
diprediksi pada tanaman pangan dan komunitas alamiah, terutama fitolankton yang
bertanggung jawab terhadap sebagian besar produksi primer di bumi.
Sumber Rujukan:
Achmad, R. (2004). Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi
Campbell, et al. (2010). Biologi: Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Irwan, Z.D. (1996). Prinsip-prinsip Ekologi; Ekosistem, Lingkungan, dan
Pelestariannya. Bumi Aksara: Jakarta
Jasin, M. (2011). Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Grafindo
Sunu. (2001). Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001. Jakarta:
Grasindo
Tjasyono, B. (2004). Klimatologi. Bandung: Penerbit ITB
Wikipedia. (2013). Indeks Standar Pencemar Udara. [Online]. Tersedia di:
http://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_Standar_Pencemar_Udara
12
Bahan Kajian Pustaka: Pencemaran Lingkungan
Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada di luar individu yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme (Irwan, 1996). Setiap
organisme hidup dalam lingkungannya masing-masing. Faktor-faktor yang ada di
dalam lingkungan, selain berinteraksi dengan organisme, juga berinteraksi antar
sesama faktor tersebut, sehingga sulit untuk memisahkan dan mengubahnya tanpa
mempengaruhi bagian lain dari lingkungan itu. Faktor-faktor lingkungan terdiri dari:
1) Lingkungan abiotik seperti suhu, udara, cahaya atmosfer, hara, mineral, air,
tanah, dan api.
2) Lingkungan biotik yaitu makhluk-makhluk hidup di luar lingkungan biotik.
(Irwan, 1996)
Antara organisme dan lingkungan terjalin hubungan yang erat dan bersifat timbal
balik. Tanpa lingkungan organisme tidak mungkin ada, sebaliknya lingkungan tanpa
organisme tidak berarti apa-apa.
Manusia merupakan salah satu contoh organisme makhluk hidup yang
berinteraksi dengan lingkungannya. Manusia menggunakan sumber daya lingkungan,
baik biotik dan biotik, untuk mendukung kelangsungan hidupnya. Keperluan akan
sumber daya lingkungan cenderung meningkat, Jasin (2011) menyebutkan dua faktor
utama yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan manusia akan sumber daya
lingkungan, yaitu: pertumbuhan penduduk yang pesat dan perkembangan peradaban
manusia yang memerlukan sumber daya alam yang lebih banyak lagi. Akibat dari
penggunaan sumber daya alam yang tidak bijaksana, maka timbullah masalah besar
bagi manusia itu sendiri, yaitu terjadinya pencemaran lingkungan yang berakibat
pada bencana-bencana alam, seperti erosi, banjir, polusi, punahnya spesies hewan
atau tumbuhan tertentu di bumi, dll. Menurut UU Pokok Pengelolaan Lingkungan
Hidup No. 4 Tahun 1982, pencemaran lingkungan didefinisikan sebagai masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam
lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh
proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang
1
Bahan Kajian Pustaka: Pencemaran Lingkungan
menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya.
Pada saat ini, pencemaran lingkungan berlangsung di mana-mana dengan laju
yang begitu cepat, yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Achmad (2004)
mengungkapkan bahwa kecenderungan pencemaran lingkungan, terutama sejak
Perang Dunia II, mengarah kepada dua hal, yaitu pembuangan senyawa kimia
tertentu yang makin meningkat terutama akibat kegiatan industri dan transportasi,
serta akibat penggunaan berbagai produk bioksida dan bahan-bahan berbahaya akibat
aktivitas manusia.
Kemajuan teknologi dan industri yang begitu pesat telah berhasil menunjang
kehidupan manusia, namun di sisi lain manusia juga harus menanggung akibatnya.
Pencemaran lingkungan jelas tampak berpengaruh pada kesehatan manusia.
Penyebab polusi (pollutant) masuk ke tubuh manusia melalui udara yang dihirup,
makanan yang dimakan sehari-hari, dan dari suara yang didengar. Jasin (2011)
menggolongkan pollutant menjadi dua jenis, yaitu polutan yang bersifat kuantitatif
(quantitative pollutant) dan polutan yang bersifat kualitatif (qualitative pollutant).
Substansi yang secara alamiah terdapat di alam lingkungan, tetapi jumlahnya
menjadi meningkat karena adanya kegiatan manusia dinamakan polutan yang bersifat
kuantitatif. Contohnya adalah unsur karbon, nitrogen, dan fosfor yang berlangsung
terus menerus, namun karena kegiatan manusia, unsur tersebut menjadi bertambah
sehingga kemungkinan besar siklusnya akan terganggu. Sedangkan polutan yang
bersifat kualitatif berasal dari sintesis yang dihasilkan oleh adanya kegiatan hidup
manusia. Contohnya adalah adanya substansi sintesis buatan manusia seperti
pestisida, detergen, dan lain-lain yang masuk ke lingkungan hidup manusia.
Tjasyono (2004) menjelaskan jika waktu tinggal di atmosfer (artinya waktu
yang diperlukan pencemar/polutan untuk berada di atmosfer sebelum berpindah oleh
transport, transformasi atau pengendapan cukup lama), maka polutan ini akan
bercampur dengan seluruh atmosfer akibat proses meteorologis global. Dampak
skala global yang sangat berbahaya adalah perubahan sifat-sifat fisis atmosfer bumi,
seperti perubahan klimatologi dan penyimpangan keseimbangan radiasi bumi. Salah
satu dampak global yang sangat terasa bagi bumi adalah terjadinya efek rumah kaca.
2
Bahan Kajian Pustaka: Pencemaran Lingkungan
a. Pencemaran Udara
Definisi pencemaran udara menurut Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 1986
(dalam Achmad; 2004) adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan atau komponen lain ke udara dan atau berubahnya tatanan udara oleh
kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas udara turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi
lagi sesuai dengan peruntukannya. Tjasyono (2004) menjelaskan bahwa atmosfer
merupakan tempat penyimpanan dari semua jenis pencemar, baik berupa gas, cair,
maupun padat, karena itu pencemaran udara dapat merugikan kehidupan. Emisi
sejumlah pencemar ke dalam atmosfer dan air akan mempunyai dampak pada
ekosistem. Taraf hidup yang tinggi turut memberikan menyebabkan pencemaran
udara, terutama aktivitas industri dan asap kendaraan bermotor. Kebanyakan
senyawa kimia yang ditinjau sebagai pencemar mempunyai konsentrasi yang sangat
kecil di dalam udara bersih. Akan tetapi dalam keadaan udara tercemar maka
senyawa tersebut mempunyai konsentrasi yang besar.
1) Sumber Pencemaran Udara
Tjasyono (2004) menyebutkan beberapa sumber pencemaran udara,
diantaranya: partikulat, karbon monoksida, sulfur oksida, nitrogen oksida, dan
hidrokarbon.
a) Partikulat
Partikulat adalah pencemar padat atau cair yang berukuran antara
0,001 – 500 µm dan mempunyai waktu tinggal di udara antara beberapa
detik sampai beberapa bulan. Berdasarkan ukurannya, partikulat dapat
digolongkan menjadi:
-
Asap (fumes)
: 0,001 – 1 µm
-
Kabut (mist)
: 1 – 10 µm
-
Debu halus
: ≤ 100 µm
-
Debu kasar
: > 100 µm
Partikulat dapat terbentuk dari campuran heterogen zat cair dengan
sulfur dioksida yang bersifat korosi terhadap barang-barang logam.
Partikulat yang mengandung fluor atau magnesium oksida dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman. Partikulat yang mengandung timbal
3
Bahan Kajian Pustaka: Pencemaran Lingkungan
(Pb) dengan ukuran 2 – 3 mikron dapat masuk ke dalam tubuh manusia
melalui paru-paru dan tidak dapat dikeluarkan lagi sehingga bersifat racun.
Sumber utama partikulat adalah pembakaran batu bara, proses industri
(industri logam, industri kimia, industri semen, pabrik kertas, dll), kebakaran
hutan, dan limbah pertanian.
b) Karbon Monoksida (CO)
Karbon monoksida adalah pencemar primer berbentuk gas yang
sangat stabil di udara, mempunyai Walt tinggal 2 – 4 bulan. Sumber utama
CO berasal dari kendaraan bermotor dan proses industri menduduki tempat
kedua, sedangkan pembakaran sampah pertanian dan kebakaran hutan
menduduki tempat ketiga.
Karbon monoksida mempunyai daya gabung (afinitas) dengan
hemoglobin sebesar 210 kali lebih besar dibandingkan dengan oksigen.
Achmad (2004) menjelaskan bahwa karbon monoksida dapat mengikat
oksigen dari hemoglobin dan menghasilkan karboksil hemoglobin:
O2Hb + CO COHb + O2
Pengaruh dari reduksi ini mengakibatkan kapasitas darah mengangkut
oksigen menurun. Tingkat kandungan COHb dalam darah naik dengan
kenaikan CO atmosfer dan aktivitas fisik individu. Adanya gas CO dalam
dara memberikan berbagai pengaruh atau gangguan yang sesuai dengan
tingkat konsentrasinya, seperti tampak pada tabel 1.
Tabel 1. Pengaruh Kenaikan Konsentrasi CO dalam Darah
Konsentrasi
CO
(ppm)
10
100
250
750
1000
Persen
Konversi
O2Hb COHb
2
15
32
60
66
Pengaruh terhadap Manusia
Gangguan perasa & penglihatan
Sakit kepala, pusing, lelah
Kehilangan kesadaran
Setelah beberapa jam mati
Cepat mati
(Achmad, 2004)
c) Oksida Sulfur (SO)
Sulfur dioksida (SO2) dan sulfur dioksida (SO3) merupakan bentuk
oksida sulfur yang baya dijumpai. SO2 merupakan pencemar primer yang di
atmosfer bereaksi dengan pencemar lain membentuk senyawa sulfur yang
4
Bahan Kajian Pustaka: Pencemaran Lingkungan
menyebabkan hujan asam. Hujan asam dapat merusak pertanian dan
peternakan. Konsentrasi oksida sulfur terbesar berasal dari emisi pembakaran
batu bara, kedua berasal dari emisi proses industri. Oksida sulfur
menyebabkan pembentukan asam yang mengganggu paru-paru, saraf, dan
menimbulkan asma. Pada konsentrasi di atas 3 ppm, oksida sulfur memberi
bau yang tajam dan menimbulkan mati lemas jika berlangsung lama. Oksida
sulfur juga dapat menimbulkan korosi.
d) Oksida Nitrogen (NOx)
Oksida nitrogen (NOx) merupakan pencemar primer yang paling banyak
dijumpai di udara. Jenis oksida nitrogen yang menyebabkan pencemaran
udara adalah N2O, NO, dan NO2. Nitrogen dioksida bersama dengan
hidrokarbon dapat menimbulkan ‘kabas fotokimia’ dan jika bereaksi dengan
uap air di udara akan membentuk asam nitrat yang juga menyebabkan hujan
asam. Oksida nitrogen merupakan penyebab kabas dan dalam kadar yang
tinggi dapat mengganggu kesehatan manusia, seperti iritasi yang akut pada
pernapasan (ISPA) dan penyakit paru-paru yang kronis. Pada konsentrasi
0,01 ppm, oksida nitrogen menyebabkan bronkitis pada anak-anak usia 2 – 3
tahun.
e) Hidrokarbon
Hidrokarbon merupakan komponen yang sangat penting dalam’kabas
fotokimia’, menyebabkan iritasi (rasa pedih) pada mata dan gangguan
pernapasan. Diperkirakan hidrokarbon sebagai penyebab kanker terutama
dari jenis aromatik dan aldehida yang banyak dijumpai dalam bahan solar.
Sumber utama hidrokarbon diemisikan oleh kendaraan bermotor, selain itu
juga dari emisi proses industri.
Berdasarkan pengertian pencemaran udara yang dikeluarkan oleh pemerintah,
maka pada pelaksanaannya dibuat ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan
pencemaran udara tersebut, seperti ketentuan umum untuk baku mutu udara ambien
dan baku mutu udara emisi. Baku mutu udara ambien adalah batas yang
diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di udara namun tidak
menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan, dan atau harta
5
Bahan Kajian Pustaka: Pencemaran Lingkungan
benda. Sedangkan baku mutu udara emisi adalah batas kadar yang diperbolehkan
bagi zat atau bahan pencemar untuk dikeluarkan dari sumber pencemar ke udara,
sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien. Selain itu
pemerintah juga mengeluarkan ketentuan parameter apa saja yang harus diuji dan
berapa nilainya untuk menentukan kedua baku mutu udara tersebut.
Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) (English: Air Pollution Index / API)
adalah laporan kualitas udara kepada masyarakat untuk menerangkan seberapa bersih
atau tercemarnya kualitas udara kita dan bagaimana dampaknya terhadap kesehatan
kita setelah menghirup udara tersebut selama beberapa jam atau hari. Penetapan
ISPU ini mempertimbangkan tingkat mutu udara terhadap kesehatan manusia,
hewan, tumbuhan, bangunan, dan nilai estetika.
ISPU ditetapkan berdasarkan 5 pencemar utama, yaitu: karbon monoksida
(CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), Ozon permukaan (O3), dan
partikel debu (PM10). Di Indonesia ISPU diatur berdasarkan Keputusan Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Nomor KEP-107/Kabapedal/11/1997.
Tabel 2. Kadar ISPU dan Dampaknya Bagi Kesehatan
Level
Pencemaran
Dampak Kesehatan
Udara
Tidak memberikan dampak bagi kesehatan manusia atau
Baik
hewan.
tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan
Sedang
tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang peka.
bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan
Tidak Sehat
yang peka atau dapat menimbulkan kerusakan pada
tumbuhan ataupun nilai estetika.
Sangat Tidak
kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan pada
Sehat
sejumlah segmen populasi yang terpapar.
kualitas udara berbahaya yang secara umum dapat
Berbahaya
merugikan kesehatan yang serius pada populasi (misalnya
iritasi mata, batuk dahak, dan sakit tenggorokan).
(Wikipedia, 2013)
ISPU
0 - 50
51 - 100
101 - 199
200 - 299
300 - 500
2) Akibat Pencemaran Udara
Berdasarkan penjelasan tentang sumber pencemaran udara, maka dapat
diidentifikasi akibat yang ditimbulkan dari pencemaran udara, yaitu:
a) Terganggunya kesehatan manusia, seperti batuk dan penyakit pernapasan.
6
Bahan Kajian Pustaka: Pencemaran Lingkungan
b) Rusaknya bangunan karena pelapukan, korosi/karat pada logam, dan
memudarnya warna cat.
c) Terganggunya pertumbuhan tumbuhan, seperti menguningnya daun atau
kerdilnya tanaman akibat konsentrasi SO2 yang tinggi atau gas yang bersifat
asam (efek hujan asam).
d) Adanya peristiwa efek rumah kaca (green house effect) yang dapat
menaikkan
e) suhu udara secara global serta dapat mengubah pola iklim bumi dan
mencairkan es di kutub. Hal ini sering disebut pemanasan global (global
warming).
b. Pencemaran Air
Definisi pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor: KEP-02/MENKLH/I/1998 (dalam
Achmad, 2004) adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan
atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan
manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya. Setelah Perang Dunia ke II, telah terjadi pertumbuhan yang
mengejutkan dalam dunia industri yang menggunakan bahan-bahan kimia sintetik.
Banyak dari bahan-bahan kimia ini telah menyebabkan pencemaran terhadap
lingkungan air. Seperti limpasan (run off) dari pestisida dan herbisida yang berasal
dari daerah pertanian atau perkebunan dan buangan limbah industri ke permukaan
air, yang lebih serius lagi adalah terjadinya rembesan ke dalam air tanah dari bahanbahan pencemar yang berasal dari penampungan limbah kimia dan “landfills”, kolam
penampungan atau kolam pengolahan limbah dan fasilitas-fasilitas lainnya.
1) Sumber Pencemaran Air
Sunu (2001) menjelaskan polutan air yang menyebabkan terjadinya
pencemaran air, yaitu:
a) Padatan tersuspensi (Suspended Solid / SS)
Padatan tersuspensi (SS) diartikan sebagai zat padat yang memiliki diameter
1 ìm, yang dapat menyebabkan kekeruhan pada air. Contoh air limbah yang
7
Bahan Kajian Pustaka: Pencemaran Lingkungan
mengandung SS non-organik terdapat pada limbah industri semen,
sedangkan contoh air limbah yang mengandung SS organik terdapat pada air
limbah perkotaan, air limbah industri pulp dan kertas.
b) Bahan organik dan non-organik
Bahan organik menyerap oksigen dalam air dan akhirnya merusak ekosistem
dari hidrosphere. Kandungan zat ini terdapat pada air limbah perkotaan, air
limbah industri pemrosesan makanan, kimia, pulp, dan kulit. Sedangkan
yang termasuk bahan pencemar non-organik adalah zat asam, alkali,
berbagai garam, logam, dsb. Air limbah yang mengandung zat tersebut
biasanya berasal dari limbah industri pertambangan, kimia, pulp,
elektroplating, dan keramik.
c) Zat-zat racun organik dan non-organik
Zat racun didefinisikan sebagai zat kimia yang memberi pengaruh buruk
pada kesehatan tubuh manusia. Zat racun organik biasanya terdapat pada zatzat sintetis yang dimanfaatkan untuk mengembangkan zat kimia pertanian
dan obat-obatan. Zat sintetis ini terdiri dari campuran organik yang
mengandung fosfor, klorin, merkuri, dan zat lainnya yang memberi pengaruh
buruk terhadap lingkungan. Sedangkan zat racun non-organik mengandung
zat-zat logam, seperti kadmium, timah, merkuri, dan zat non-logam seperti
sianida dan arsenik yang terkandung di air limbah berbagai industri dan
pertambangan.
d) Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak sayur dan binatang dapat dijumpai di air limbah
perkotaan yang berasal dari makanan, serta dari industri proses minyak dan
lemak. Sedangkan minyak mineral dapat ditemui di air limbah seperti
pengeboran minyak, penyulingan minyak, petrokimia, industri besi, dan baja.
e) Bahan Nutrisi dan Senyawa Belerang
Bahan nutrisi berupa garam seperti senyawa nitrogen dan fosfat ada dalam
jumlah kecil di air bersih di alam dan zat ini dicerna oleh organisme sebagai
garam bernutrisi. Zat-zat ini dibuang dalam kandungan air limbah perkotaan,
pupuk berlebihan, beberapa air limbah industri, dan deterjen sintetis.
Sedangkan senyawa belerang berupa hidrogen sulfida (H2S) adalah sulfida
8
Bahan Kajian Pustaka: Pencemaran Lingkungan
yang menyebabkan pencemaran air dan terbentuk dalam air limbah
perkotaan, kotoran manusia, air limbah pengolahan pulp, dan air limbah dari
pembangkit tenaga gas H2S mempunyai daya reduksi yang kuat sehingga
dapat merusak fasilitas yang dilaluinya, dan menimbulkan bau yang
menyengat.
f) Zat Pewarna dan Zat Berbau Busuk
Zat pewarna dan zat berbau busuk dapat ditimbulkan dalam air limbah
industri pencelupan, kimia, pemrosesan produk pertanian dan laut, dan
industri lainnya.
Zat-zat ini dapat
mengganggu
kenyamanan dan
mempengaruhi lingkungan sekitarnya.
g) Bakteri Coli
Bakteri Coli tidak mempunyai kondisi alam yang patogen, namun dipakai
sebagai indeks penting untuk mengukur pencemaran kotoran manusia.
Beberapa saluran perkotaan banyak dijumpai kotoran manusia yang
memungkinkan mengandung organisme patogen yang dapat menimbulkan
penyakit.
2) Indikator Pencemaran Air
Sunu (2001) menjelaskan bahwa indikator pencemaran air dapat diketahui
dan diamati baik secara visual maupun pengujian, seperti:
a) Perubahan pH atau konsentrasi ion hidrogen,
b) Kesadahan air,
c) Perubahan warna, bau, dan rasa,
d) Adanya endapan, koloid, dan bahan terlarut,
e) Mikroorganisme dan kenaikan suhu air, dan
f) Oksigen terlarut.
3) Akibat Pencemaran Air
Efek pencemaran air dapat mempengaruhi kualitas lingkungan serta daya
dukungnya serta berdampak terhadap berbagai segi kehidupan. Sunu (2001)
menjelaskan akibat atau efek dari pencemaran air, yaitu:
a) Pelepasan/pembuangan material yang sudah tercemar ke lingkungan atau
perairan umum akan mengubah ekosistem.
9
Bahan Kajian Pustaka: Pencemaran Lingkungan
b) Air yang tercemar oleh organisme patogen seperti bakteri atau virus dapat
secara langsung mempengaruhi kesehatan tubuh manusia.
c) Pencemaran dari sungai atau air tanah yang digunakan untuk tujuan irigasi
dapat merusak produksi pertanian, mempengaruhi aktivitas mikroorganisme
dalam tanah, dan mengganggu pertumbuhan tumbuhan.
d) Pencemaran air dapat mempengaruhi industri perikanan. Air yang tercemar
dapat mengakibatkan rusaknya lingkungan aerob, meningkatnya eutrofikasi
yang dapat mengancam kehidupan ikan, kondisi air keruh akan mengurangi
kemampuan penetrasi sinar, dan air buangan yang bersuhu tinggi dapat
mematikan berbagai spesies organisme air.
c. Efek Rumah Kaca
Gambar 1. Proses Terjadinya Efek Rumah Kaca
Peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca yang lama terurai, yaitu:
karbondioksida (CO2), nitrogen oksida (N2O), metana (CH4), klorofluorokarbon
(CFC) dan ozon (O3), mengubah anggaran panas yang ada di bumi. Sebagian besar
radiasi matahari yang mencapai planet ini dipantulkan kembali ke antariksa.
Walaupun CO2, uap udara, dan gas-gas rumah kaca yang lain di atmosfer dapat
ditembus oleh cahaya tampak, gas-gas tersebut memotong dan mengabsorpsi banyak
radiasi inframerah yang dipancarkan bumi, beberapa diantaranya dipantulkan
kembali ke bumi. Proses ini mempertahankan sebagian panas matahari, yang juga
disebut sebagai peristiwa efek rumah kaca/greenhouse effect (Campbell, et al.:
2010). Lebih lanjut Tjasyono (2004) menjelaskan persentase kontribusi gas-gas
10
Bahan Kajian Pustaka: Pencemaran Lingkungan
rumah kaca terhadap terjadinya efek rumah kaca di bumi yang diperlihatkan pada
tabel 2.8. berikut ini.
Tabel 3. Kontribusi Gas-Gas Rumah Kaca
terhadap Terjadinya Efek Rumah Kaca
Pencemaran Atmosfer
Efek Rumah Kaca
Sumber Pencemar Utama
oleh
(%)
Energi dari bahan bakar
Karbondioksida (CO2)
55
fosil, transportasi, industri
Ozon (O3)
5
rumah tangga.
Pertanian
Metan (CH4)
20
Mikroorganisme
Nitrogen Oksida (N2O)
5
Lemari Es
Klorofluorokarbon
Pengatur Suhu
15
(CFC)
Semprotan Aerosol
(Tjasyono, 2004)
Berdasarkan tabel 2.8. diketahui bahwa karbondioksida (CO 2) memberikan
kontribusi paling besar terhadap terjadinya efek rumah kaca, yaitu sebesar 55%.
Sejak revolusi industri, konsentrasi CO2 di atmosfer telah meningkat sebagai akibat
dari pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi. Peningkatan konsentrasi CO 2 di
atmosfer selama 150 tahun terakhir membuat para ilmuwan khawatir karena
keterkaitan hal itu dengan peningkatan suhu global. Model-model global
memprediksi bahwa di akhir abad ke-21, konsentrasi CO2 akan meningkat lebih dari
dua kali lipat sehingga meningkatkan suhu bumi sekitar 30C (Campbell, et al.: 2010).
Efek rumah kaca berdampak luas bagi kehidupan makhluk hidup di bumi.
Campbell, et al. (2010) menjelaskan bahwa efek rumah kaca mengakibatkan
ekosistem di bagian bumi utara akan terganggu, para ilmuwan memperkirakan akibat
paling fatalnya adalah tidak adanya es musim panas di sana pada akhir abad ini,
sehingga mengurangi habitat untuk beruang kutub, anjing laut, dan burung laut. Suhu
yang lebih tinggi juga meningkatkan kemungkinan untuk terjadinya kebakaran.
Selain CO2, konsentrasi klorofluorokarbon (CFC) yang tinggi di atmosfer
juga memiliki dampak global bagi bumi. Kehidupan di bumi dilindungi dari efekefek yang merusak dari radiasi sinar ultraviolet (UV) oleh lapisan molekul ozon (O 3)
11
Bahan Kajian Pustaka: Pencemaran Lingkungan
yang terletak di dalam stratosfer. Akan tetapi, penelitian menunjukkan bahwa lapisan
ozon telah menipis secara perlahan sejak pertengahan tahun 1970-an. Kehancuran
ozon atmosfer terutama disebabkan oleh akumulasi CFC yang merupakan zat kimia
yang digunakan di lemari es, pabrik, dan benda-benda yang mengandung aerosol.
Penurunan kadar ozon di dalam stratosfer meningkatkan intensitas UV yang
mencapai permukaan bumi. Konsekuensi dari deplesi ozon terhadap kehidupan di
bumi bisa parah untuk tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme. Beberapa ilmuwan
menduga adanya peningkatan jumlah penderita kanker kulit, baik bentuk letal
maupun nonletal, dan katarak pada manusia, serta efek-efek yang tidak bisa
diprediksi pada tanaman pangan dan komunitas alamiah, terutama fitolankton yang
bertanggung jawab terhadap sebagian besar produksi primer di bumi.
Sumber Rujukan:
Achmad, R. (2004). Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi
Campbell, et al. (2010). Biologi: Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Irwan, Z.D. (1996). Prinsip-prinsip Ekologi; Ekosistem, Lingkungan, dan
Pelestariannya. Bumi Aksara: Jakarta
Jasin, M. (2011). Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Grafindo
Sunu. (2001). Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001. Jakarta:
Grasindo
Tjasyono, B. (2004). Klimatologi. Bandung: Penerbit ITB
Wikipedia. (2013). Indeks Standar Pencemar Udara. [Online]. Tersedia di:
http://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_Standar_Pencemar_Udara
12
Bahan Kajian Pustaka: Pencemaran Lingkungan