WACANA BERITA PEMILU 2014 ANTARA KUBU PRABOWO-HATTA DAN JOKOWI-JK DALAM SURAT KABAR HARIAN KEDAULATAN RAKYAT (Sebuah Analisis Wacana Kritis).

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai makluk yang hidup berkelompok, manusia selalu menggunakan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan manusia lain dalam kehidupan bersosialnya. Di sini muncul fungsi komunikatif dari bahasa,yang pada kenyataannya fungsi tersebut dapat digunakan, dimanipulasi, dan dikemas sehingga mempunyai tujuan tertentu.

Wacana menurut Roger Fowler via Eriyanto (2009:2) adalah komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang masuk di dalamnya; kepercayaan di sini mewakili pandangan dunia; sebuah organisasi atau representasi dari pengalaman. Sementara itu, menurut Yuwono, dkk (2009:92) wacana adalah kesatuan makna (semantis) antar bagian di dalam suatu bangun bahasa. Berdasarkan kesatuan makna, wacana dapat dilihat sebagai sesuatu yang utuh, karena setiap bagiannya saling berhubungan satu sama lain secara padu.

Dalam penyajian suatu wacana, dapat dilakukan oleh individu, media massa, ataupun penguasa. Salah satu bentuk penyajian wacana oleh media massa adalah berita,baik berita tulis yang bisa di temui dalam majalah, surat kabar, tabloid, maupun berita yang disampaikan lisan melalui siaran radio dan televisi.


(2)

Salah satu media massa di Jogja yang terbit setiap hari dan paling banyak dibaca oleh masyarakat Jogja dan sekitarnya adalah koran

Kedaulatan Rakyat. Surat kabar Kedaulatan Rakyat merupakan surat kabar

yang terbit sejak 27 september 1945. Surat kabar ini memiliki slogan “Suara Hati Nurani Rakyat”.

Surat kabar Kedaulatan Rakyat terdapat beberapa topik pembahasan, di antaranya adalah sosial, politik, ekonomi, pendidikan, kebudayaan, dan olahraga. Surat kabar ini selalu mengupas tentang berita politik yang sedang hangat dibicarakan oleh masyarakat. Salah satu yang sangat menjadi perhatian koran Kedaulatan Rakyat adalah sebulan sebelum pemilihan umum presiden dan wakil presiden pada 9 Juli kemarin. Kedaulatan Rakyat selalu mengupas segala tindakan, tingkah laku para calon presiden maupun calon wakil presiden beserta para pendukungnya.

Beberapa alasan di atas menyebabkan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap surat kabar Kedaulatan Rakyat, khususnya berita yang mengupas tentang calon presiden Joko Widodo yang berpasangan dengan calon wakil presiden Jusuf Kalla dan calon presiden Prabowo yang berpasangan dengan Hatta Rajasa beserta para pendukungnya masing-masing.

Setiap upaya mendeskripsikan konseptualitas sebuah peristiwa, keadaan, atau benda merupakan suatu usaha mengkontruksi realitas. Oleh karena sifat dan kenyataan bahwa pekerjaan media massa dalam hal ini


(3)

surat kabar adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka kesibukan utamanya adalah mengkontruksikan berbagai realitas yang akan diberitakan. Surat kabar/ media menyusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga menjadi cerita atau wacana yang bermakna. Dengan demikian, seluruh isi media merupakan realitas yang telah dikontruksikan dalam bentuk yang bermakna (Badara, 2012: 8).

Bahasa merupakan unsur utama di dalam proses realitas. Proses konstruksi realitas dimulai ketika seorang konstruktor melakukan objektivikasi terhadap suatu kenyataan, yakni melakukan persepsi terhadap suatu objek. Selanjutnya, hasil dari pemaknaan melalui persepsi itu diinternalisasikan ke dalam diri seorang konstruktor. Dalam tahap itulah dilakukan konseptualisasi terhadap suatu objek yang dipersepsi. Langkah terakhir adalah melakukan eksternalisasi atas hasil dari proses perenungan secara internal tadi melalui pernyataan-pernyataan. Alat untuk membuat pernyataan tersebut tiada lain adalah kata-kata suatu konsep atau bahasa. Proses produksi wacana menurut Sunarsih (2010:2) dipengaruhi oleh kondisi politik, ekonomi, sosial, budaya, agama, sejarah, dan ideologi dengan tujuan dan maksut tertentu. Hasilnya, wacana akan mengandung hal-hal yang mewakili kepercayaan, nilai-nilai, dan pandangan dunia produsennya. Hal senada disampaikan oleh Suprapto (2010: 2). Ia mengatakan bahwa pengemasan berita oleh suatu media massa dipengaruhi oleh kondisi politik tertentu. Hal ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang menyangkut kebijaksanaan redaksional


(4)

dan organisasi media, serta yang kedua adalah faktor eksternal yang meliputi sitem politik, tekanan pasar serta kekuatan-kekuatan lain di luar media.

Dengan demikian, upaya mengetahui tendensi tertentu dari sebuah tulisan dapat dilihat melalui ekspresi-ekspresi bahasa yang muncul dalam wacana tersebut. Ekspresi bahasa inilah yang pada akhirnya menuntun perspektif pembuat berita ini mengarah pada suatu objek tertentu. Sudut pandang pembuat berita atau pers dapat diartikan juga perspektif.

Untuk mengungkap perspektif pemberitaan dan bentuk ekpresi bahasa dari sebuah wacana berita, khususnya berita politik seputar pemilu 2014 dalam surat kabar Kedaulatan Rakyat dengan menggunakan analisis wacana kritis (AWK) karena di dalam AWK, wacana tidak hanya dipahami sebagai aspek kebahasaan saja, melainkan dapat juga dihubungkan dengan konteks yang ada, termasuk di dalamnya tujuan tertentu dari praktik kekuasaan. AWK digunakan untuk kekuasaan-kekuasaan dalam setiap proses bahasa, antara lain batasan-batasan yang diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang mesti dipakai, dan berbagai topik lain yang disampaikan.

Peneliti mengambil data satu bulan sebelum politik pemilu 2014 antara kudu Jokowi dan kubu Prabowo yaitu tanggal 1 Juni- 8 Juli 2014. Semua hal yang bersangkutan dengan pemilihan umum yang ada pada kepala surat seperti kampanye, pemilihan nomer urut, debat, dll. Hal itu dikarenakan surat kabar Kedaulatan Rakyat selalu mengambil topik utama


(5)

tentang pemilu. Dalam jangka waktu tersebut telah terjadi kampanye yang satu sama lain saling menarik simpati masyarakat dengan berbagai cara.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, berbagai permasalahan yang ditemukan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut.

1. Ragam bahasa wacana berita pemilu 2014 dalam surat kabar

Kedaulatan Rakyat

2. Ciri kebahasaan wacana berita pemilu 2014 dalam surat kabar

Kedaulatan Rakyat

3. Struktur pendahuluan, isi, dan penutup wacana berita pemilu 2014 dalam surat kabar Kedaulatan Rakyat

4. Perspektif wacana berita pemilu 2014 dalam surat kabar

Kedaulatan Rakyat

5. Ekspresi-ekspresi bahasa wacana berita pemilu 2014 dalam surat kabar Kedaultan Rakyat

C. Batasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, dapat dilihat bahwa ada beberapa masalah yang menyangkut analisis wacana berita pemilu 2014 dalam surat kabar Kedaulatan Rakyat. Tidak semua masalah tersebut dapat dikaji


(6)

dalam penelitian ini. Oleh karena itu, penelitian hanya difokuskan kepada hal-hal sebagai berikut.

1. Perspektif wacana berita pemilu 2014 dalam surat kabar Kedaulatan

Rakyat.

2. Ekspresi-ekspresi bahasa wacana berita pemilu 2014 dalam surat kabar

Kedaulatan Rakyat.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimana perspektif wacana berita pemilu 2014 dalam surat kabar

Kedaulatan rakyat(1 Juni – 8 Juli 2014)?

2. Bagaiman ekspresi-ekspresi bahasa wacana berita pemilu dalam surat kabar Kedaulatan Rakyat( 1 Juni – 8 Juli)?

E.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini, sesuai dengan rumusan masalah yang diungkapkan di atas adalah sebagai berikut.

1. Mendiskripsikan perspektif wacana berita pemilu 2014 surat kabar

Kedaulatan Rakyat ( 1 Juni – 8 Juli 2014).

2. Mendiskripsikan ekspersi-ekspresi bahasa wacana berita pemilu 2014 surat kabar Kedaulatan Rakyat (1 Juni – 8 Juli 2014).


(7)

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis diharapkan dapat menambah wawasan penelitian di bidang wacana, khususnya analisisa wacana kritis, yang tidak hanya melibatkan linguistik, melainkan juga melibatkan ilmu lain, seperti ilmu politik maupun ilmu sosial. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran khalayak dalam menyikapi wacana-wacana yang disajikan oleh media. Tidak menutup kemungkinan bahwa dalam tubuh media terjadi praktik penyalahgunaan kekuasaan. Khalayak yang memiliki kesadaran kritis, diharapkan dapat memilah mana yang bisa dipercaya menurut realitas yang ada, serta dapat memperkaya diri dengan pengetahuan agar terbentuk khalayak yang bijaksana, cerdas, serta berpikiran terbuka. Bagi pendidikan diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan bagi pendidik dalam mengananalisa wacana dalam bentuk apapun.

G. Batasan Istilah

Berikut ini dikemukakan batasan pengertian istilah berkaitan dengan permasalahan yang dibahas untuk menghindari kesalahan tafsir dalam memahami penelitian ini.

1. Analisis wacana kritis adalah sebuah studi tentang analisis wacana yang dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam suatu proses bahasa: batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang


(8)

meski dipakai, topik apa yang dibicarakan.analisis wacana ini menekankan pada konstelasi kekuasaan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna (Eriyanto dan M. A. S. Hikam via Eriyanto, 2011:6) 2. Bentuk ekspresi bahasa adalah sebuah bentuk yang mengacu pada struktur

bahasa, unsur-unsur bahasa atau pembentuk bahasa, misalnya diksi(kosakata), gaya bahasa, struktur dalam tatanan sintaksis, seperti ketransitifan(Fowler via Suroso,2002:18).

3. Perspektif merupakan sudut pandang penulis terkait dengan nilai-nilai keyakinan, pengetahuan, dan pandangan penulis dalam melihat, memproses, membuat dan melaporkan suatu peristiwa dalam interaksi sosial(Suroso, 2002).

4. Wacana adalah komunikasi lisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang masuk di dalamnya; kepercayaan di sini mewakili pandangan dunia; sebuah organisasi atau representasi dari pengalaman (Fowler via Eriyanto,2011:2).

5. Berita adalah laporan tentang suatu peristiwa atau sebuah opini yang memiliki nilai penting dan menarik bagi sebagian besar khalaya, masih baru dan dipublikasikan secara luas melalui media massa periodik.

6. Berita pemilu 2014 adalah sebuah informasi yang memuat tentang pemilihan presiden dan wakil presiden pada tahun 2014 pada 1 Juni – 8 Juli 2014.


(9)

BAB II KAJIAN TEORI

Untuk melandasi penelitian ini digunakan beberapa teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini. Teori-teori tersebut antara lain mengenai (A) bahasa, Teks, dan Konteks; (B) Bahasa dan Ideologi; (C) Berita dan Media; (D) Analisis Wacana Kritis; (E) Perspektif Pemberitaan; (F) Ekspresi Bahasa; (G) Surat Kabar Kedaulatan Rakyat.

A. Bahasa, Teks, dan Konteks

Bahasa yang berfungsi disebut dengan teks (Halliday dan Hasan, 1992:13), yang dimaksut dengan berfungsi adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu dalam konteks situasi. Teks menurut Halliday dan Hasan adalah semua bahasa hidup yang mengambil bagian tertentu dalam konteks situasi. Teks adalah suatu pilihan semantis data konteks sosial, yaitu suatu cara mengungkapkan makna melalui bahasa lisan maupun tulis. Teks dapat berbentuk sederhana dan dapat pula berbentuk urutan kalimat yang panjang yang tentu saja isinya memilki tujuan tertentu. Teks memiliki sifat-sifat, antara lain sebagai berikut, pertama teks terdiri atas makna-makna yang membentuk kesatuan makna yang dikodekan dalam bentuk makna dan struktur. Kedua, teks merupakan salah satu bentuk pertukaran makna yang bersifat sosial. Ketiga, teks memiliki hubungan yang dekat dengan konteks. Konteks di sini berperan sebagai penghubung antara teks itu sendiri dengan situasi tempat teks terjadi. Konteks juga dijelaskan sebagai teks lain yang menyertai teks. Konteks tidak hanya sebagai suatu yang lisan, tetapi


(10)

juga kejadian nonverbal yang lain. Malinowski dalam Halliday dan Hasan (1992:8) mengenalkan dua gagasan terkait dengan konteks yaitu konteks situasi dan konteks budaya. Kedua konteks tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. 1. Konteks situasi

Konteks situasi adalah lingkungan langsung tempat teks itu benar-benar terjadi, yang lebuh mengacu kepada lingkungan secara keseluruhan. Tiga unsur dalam konteks situasi, yaitu sebagai berikut.

a) Medan wacana (permainan): jenis kegiatan, sebagaimana dikenal dalam kebudayaan, yang sebagian diperankan oleh bahasa (memprakirakan makna pengalaman),

b) Pelibat wacana (pemain): pepelaku atau persn interaksi antara yang terlibat dalam penciptaan teks (memprakirakan makna antar pelibat),

c) Sarana wacana (bagian): fungsi khas yang diberikan kepada bahasa, dan saluran retorisnya (memprakirakan makna tekstual).

2. konteks Budaya

Konteks situasi yang telah membentuk teks seperti susunan medan tertentu, pelibat, dan sarana bukanlah suatu kumpulan ciri yang acak, melainkan suatu kesatuan yang secara khas bergandengan langsung dengan suatu budaya. Khalayak melakukan hal tertentu pada kesempatan tertentui kemudian memberiakn makna dan nilai, inilah yang dimaksut dengan kebudayaan (Halliday dan Hasan, 1992:63).

Suroso dalam Udayani (2011:12) memberikan teks surat kabar sebagai contoh pertemuan antara konteks situasi dan konteks budaya. Surat kabar selalu


(11)

memiliki medan wacana berupa „berita apa‟, pelibat wacana berupa „pemberitaan‟ yang semua itu merupakan konteks situasi. Sementara itu, konsep visi dan misi pers sebagai pemegang kendali surat kabar, peran dan kedudukan pemerintah dalam pers, struktur peran jurnalistik, penerbit, pembaca, dan lain-lain merupakan faktor pembentuk konteks budaya dan bersama menentukan penafsiran teks dalam konteks situasinya.

B. Bahasa dan Ideologi

Pembahasan ideologi erat kaitannya dengan konteks hubungan antara bahasa dan kekuasaan, karena perilaku ideologi hanya dapat diamati dalam praktik kekuasaan Suroso via Udayani (2012:12).

1. Bahasa dan ideologi: Pandangan Fowler

Pada tahun 1979, Roger Fowler dan kawan-kawan menerbitkan bukunya yang berjudul Language and Control. Sejak saat itu muncullah pendekatan yang disebut critical linguistics memandang melalui mana suatu kelompok memantapkan dan menyebarkan ideologinya. Roger Flower dan kawan-kawan, yaitu Robert Hodge, Gunther Kress, dan Toni Trew melihat bagaimana tata bahasa tertentu dan pilihan kosakata tertentu membawa implikasi dan ideologi tertentu. Praktik ideologi tersebut diketahui dari tata bahasa dan pemakaiannya.

Fowler memandang bahasa sebagai sistem klasifikasi, namun sistem klasifikasi setiap kelompok pengguna bahasa satu dengan kelompok pengguna bahasa yang lain berbeda. Hal ini dikarenakan kondisi sosial, budaya, dan politik kelompok yang satu dengan yang lain tidaklah sama. Pengalaman dan politik yang


(12)

berbeda dapat dilihat dari bahasa yang dipakai, yang menggambarkan bagaimana pertarungan sosial terjadi. Menurutnya, bahasa menggambarkan bagaimana realitas dunia melihat, bahasa juga memberi kemungkinan seseorang untuk mengontrol dan mengatur pengalaman pada realitas sosial. Bahas di sini menyediakan alat, bagaimana realitas itu harus dipahami oleh khalayak.

Fowler juga mengatakan bahwa bahasa yang dipakai media bukanlah suatu yang netral, tetapi mempunyai aspek ideologi tertentu. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana media mempresentasikan peristiwa berdasarkan realitas yang ada.

2. Bahasa dan Kekuasaan

Dalam operasi kekuasaan tidak terbatas pada pengendalian sarana teknis dan sistem produksi material, tetapi tak kalah pentingnya upaya-upaya manipulasi sistem-sistem reproduksi ideasional. Bahasa dipandang sebagai penghubung subjek dengan tiga wilayah, yaitu wilayah eksternal, wilayah sosial, dan wilayah pribadi (Yudi latif dan Idi Subandi Ibrahim via Udayani, 2011:13).

Praktik kekuasaan dari segi apapun selalu berhubungan erat dengan kekuatan. Kekuatan yang selalu dimiliki oleh penguasa digunakan untuk mempertahankan kekuasaannya, dan dari sini muncul tujuan politik, yaitu mengamankan kekuasaan. Proses pengamanan kekuasaan ini diwujudkan dalam bentuk pemertahanan, pemapanan, dan pengukuhan kekuasaan (Suroso, 2001: 9).

Pada masa orde baru, praktik kekuasaan membelenggu kebebasan pers dalam berbahasa. Pers yang seharusnya menjadi jembatan demokrasi untuk menghubungkan antara masyarakat dengan penguasa, pada kenyataannya


(13)

bungkam dan hanya mementingkan salah satu pihak saja. Pers diletakkan sebagai alat kekuasaan sehingga komunikasi politik lewat pers yang seharusnya mencakup dua arah, yaitu antara masyarakat umum dengan pemerintah tidak dapat tercapai. Pada masa orde baru ini, konsolidasi kekuasaan dilakukan dengan beberapa cara.

Pertama,penghalusan konsep-konsep dan pengertian yang bersentuhan dengan

kekuasaan dengan tujuan untuk menghilangkan konsep yang membahayakan orde baru. Kedua,memperkasar dengan tujuan menangkal dan menyudutkan kekuasaan lain yang bisa saja mengancam kekuasaan. Ketiga, pemproduksian konsep-konsep yang bisa menurunkan emosi masyarakat sewaktu berhadapan dengan realitas tertentu yang tidak sesuai dengan kekuasaan. Keempat, cara penyeragaman bahasa dan istilah yang dipakai oleh pejabat. Penyeragaman bertujuan untuk menghindari perbedaan kosep yang dapat mengganggu kemapanan (Suroso, 2001: 10-11).

Dalam bukunya, suroso mengatakan bahwa posisi dan peran penguasa begitu dominan dalam sistem simbol. Supremasi simbol kekuasaan akan mudah dilakukan oleh penguasa melalui surat kabar karena selalu berkaitan dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat. Oleh sebab itu, surat kabar dan pers pada masa itu digunakan sebagai alat kekuasaan. Bahasa yang digunakan oleh media masa tidak pernah bersih dari campur tangan penguasa, hal ini menjadi penyebab hilangnya fungsi bahasa sebagai alat komunikasi.

Pada masa setelah tumbangnya rezim Suharto yaitu masa pemerintahan Habibie,muncullah kebebasan pers dalam berkarya. Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) dibebaskan, tetapi hal ini tidak menjadikan pers lebih berkualitas dan maju. Kurangnya kualitas pers dalam media tampak pada jumlah media cetak


(14)

yang mengalami perkembangan luar biasa. Jika dibandingkan dengan pada masa orde baru yang hanya memiliki 289 media cetak, pada masa setahun setelah reformasi jumlah media cetak di Indonesia menjadi 1687 buah (Yakup via Chaer,2010:v). Pergolakan jumlah media ini dikarenakan banyak wartawan yang belum memiliki kemampuan yang cukup, namun telah dituntut untuk menyajikan berita secara besar-besaran oleh industri pers yang menaunginya. Suroso (2001:viii) mengatakan bahwa sesungguhnya industri pers belum terlalu siap menerima kebebasan yang diberikan, sehingga dalam perekrutan wartawan tidak mempedulikan kualitas pribadi calon wartawan sebagai pengemas berita. Akibatnya pemberitaan dalam media masa dipenuhi nuansa berita sepihak, berita memojokkan, berita tidak lengkap, berita tidak jelas, berita tanpa latar belakang, berita yang smakin membingungkan, berita yang merugikan narasumber, berita yang merugikan konsumen pers, berita yang mengadu domba, bahkan berita yang memprovokasi dan menghasut. Ketidakseimbangan berita tersebut pasti dipengaruhi oleh para penguasa pada waktunya.

C. Berita dalam Media

Media masa menurut Effendi (via Suprapto, 2010: 21) merupakan kependekan dari media komunikasi massa yang dapat diartikan sebagai saluran yang dihasilkan dari teknologi modern. Dalam prosesnya, media massa menyajikan berbagai ragam isi yang meliputi pemberitaan, pandangan dan atau pendapat, serta periklanan. Isi dari media massa meliputi tiga komponen, antara lain,


(15)

1. Pemberitaan

Berita merupakan sebuah informasi yang serat dengan kejadian yang dialami masyarakat dalm melaksanakan hajat hidup bersama berupa kehidupan berbangsa dan bernegara. Penyajian suatu berita adalah produk utama yang disajikan kepada pembaca.

2. Pandangan atau pendapat

Pendapat atau opini digunakan oleh masyarakat untuk menyampaikan ide, gagasan, kritik, dan saran kepada pelaksana pemerintahan.

3. Periklanan

Isi dari periklanan adalah sebagai tempat bagi media massa untuk menggali uang. Dalam suatu media massa fungsi utamanya ialah untuk menyampaikan sebuah informasi.

Berita adalah laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memiliki nilai penting bagi sebagian besar khalayak, masih baru dan dipublikasikan secara luas melalui media massa periodik ( Wahyu via Suprapto, 2010:27). Sementara itu menurut Charnley via Romli (2003:5), berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual, penting, dan menarik bagi sebagian besar pembaca, serta menyangkut kepentingan mereka. Jadi berita pada intinya merupakan hasil kontruksi dan realitas sosial berdasrakan pengalaman dan pengetahuan wartawan. Adapun unsur-unsur berita adalah (1) ada peristiwa atau pendapat, (2) informasi yang baru, (3) mengandung makna yang penting,(4) menarik perhatian bagi sebagian besar khalayak.


(16)

D. Analisis Wacana Kritis

Istilah analisis wacana adalah istilah umum yang dipakai dalam banyak disiplin ilmu dan dengan berbagai pengertian. Meskipun ada perbedaan yang besar dari berbagai definisi, titik singgungnya adalah analisis wacana berhubungan dengan studi mengenai bahasa atau pemakaian bahasa.

Menurur Eriyanto (2011:4-6), ada tiga pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana. Pandangan pertama diwakili oleh kaum positivisme-empiris. Bahasa dilihat sebagai jembatan antara manusia dengan objek di luar dirinya. Pengalaman-pengalaman manusia dianggap secara langsung dapat diekspresikan melalui penggunaan bahasa tanpa ada kendala atau distorsi, sejauh ini dipakai dengan pernyataan-pernyataan yang logis, sintaksis, dan memiliki hubungan dengan pengalaman empiris. Salah satu ciri dari pemikiran ini adalah pemisahan antara pemikiran dan realitas. Oleh karena itu, tata bahasa, kebenaran sintaksis adalah bidang utama dari aliran ini. Analisis wacana dimaksutkan untuk menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa, dan pengertian bersama.

Pandangan kedua, yaitu pandangan konstruktivisme. Pandangan ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran fenomelogi. Aliran ini menolak pandangan empirisme yang memisahkan subjek dan objek bahasa. Dalam pandangan ini bahasa tidak lagi dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan yang dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pernyataan. Dalam hal ini, seperti dikatakan A.S. Hakam, subjek memiliki kemampuan melakukan kontrol terhadap maksut-maksut tertentu dalam setiap wacana. Bahasa diatur dan dipahami dan dihidupkan oleh pernyataan-pernyataan yang bertujuan. Setiap pernyataan pada


(17)

dasarnya adalah tindakan penciptaan makna , yakni tindakan pembentukan diri serta pengungkapan jadi diri dari sang pembicara.

Pandangan yang ketiga disebut pandangan kritis. Analisis wacana dalam pandangan kritis menekankan pada proses produksi dan reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral, yang bisa menafsirkan wacana secara bebas, karena individu berhubungan dan tentunya dipengaruhi oleh keadaan sosial masyarakat sekitarnya. Bahasa disini berperan membentuk subjek tertentu, tema wacana tertentu, dan strategi di dalamnya. Oleh karena itu, analisis wacana dipakai untuk membongkar kekuasaan dalam proses bahasa, antara lain batasan-batasan yang diperkenalkan menjadi wacana, perspektif yang meski dipakai, dan topik apa yang dibicarakan. Karena menggunakan perspektif kritis, maka analisis wacana kategori ini disebut juga analisis wacana kritis.

Analisis wacana kritis menurut Darma (2011: 49) adalah sebuah upaya atau proses (penguraian) untuk memberi penjelasan dari sebuah teks (realitas sosial) yang mau atau sedang dikaji oleh seorang atau kelompok dominan yang kecenderungannya mempunyai tujuan tertentu untuk memproleh apa yang diinginkan. Analisis wacana kritis menyediakan metode yang dapat digunakan untuk melakukan kajian empiris tentang hubungan-hubunngan antara wacana dan perkembangan sosial dan kultural dalam domain-domain sosial yang berbeda (Jorgensen dan Philips,2007: 114). Dengan kata lain ,AWK adalah sebuah upaya pengungkapan maksut tersembunyi dari subjek yang mengemukakan suatu pernyataan. Wacana kritis juga digunakan untuk mengkritik dan mengungkap hubungan antara ilmu pengetahuan dan kekuasaan. Selain itu, AWK juga


(18)

digunakan untuk mendiskripsikan sesuatu, menerjemahkan, dan menganalisis kehidupan sosial dan kehidupan politik melalui teks yang disajikan. Wacana tidak hanya dilihat dari aspek kebahasaan saja, tetapi juga bagaimana hubungan antara bahasa dengan konteks tertentu, termasuk di dalamnya tujuan tertentu dari praktik kekuasaan. Hal ini disampaikan oleh Darma (2009: 50) yang mengatakan bahwa “AWK mengkaji tentang upaya kekuatan sosial, pelecehan, dominasi, dan ketimpangan yang direproduksi dan dipertahankan melalui teks yang pembahasannya dihubungkan dengan konteks sosial dan politik”.

Nilai penting dalam analisis wacana kritis, mengutip dari tulisan Teun A. Van Dijk, Fairclough, dan Wodak via Eriyanto (2009:8), antara lain sebagai berikut.

1. Tindakan

Wacana dipahami sebagai tindakan dalam bentuk interaksi. Seseorang berbicara, menulis, dan menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Pemahaman ini, memunculkan beberapa konsekuensi, yang pertama adalah wacana dipandangb sebagai sesuatu yang bertujuan . kedua, wacana dipahami sebagai sesuatu yang diekpresikan secara sadar dan terkontrol.

2. Konteks

Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks wacana, seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi. Wacana di sini dipandang, diproduksi,


(19)

dimengerti, dan dianalisi pada konteks tertentu. Titik perhatian dari analisis wacana adalah menggambarkan teks dan konteks secara bersama-sama dalam proses komunikasi.

3. Historis

Aspek penting untuk memahami sebuah teks adalah dengan menempatkan wacana itu didalam konteks historis tertentu. Wacana diproduksi dalam konteks tertentu, dan tidak dapat serta merta dimengerti tanpa melihat konteks lain yang menyertainya.

4.Kekuasaan

Analisis wacana kritis juga mempertimbangkan elemen kekuasaan. Setiap wacana yang muncul merupakan bentuk pertarungan kekuasaan, tidak hanya dipandang sebagai sesuatu yang netral tanpa maksut tertentu. Konsep kekuasaan adalah salah satu kunci hubungan antara wacana dangan masyarakat. Analisis wacana kritis tidak hanya membatasi diri pada detil teks atau wacana struktur saja tetapi juga menghubungkan dengan kekuatan dan kondisi sosial, politik, ekonomi, dan budaya tertentu.

Kekuasaan itu dalam hubungannya dalam wacana, penting melihat apa yang disebut dengan kontrol. Suatu individu atau kelompok mengontrol orang aatau kelompok lain melalui wacana.


(20)

5. Ideologi

Dalam teori klasik mengatakan bahwa ideologi dibangun oleh kelompok dominan tertentu dengan tujuan untuk memproduksi dan melegatimasi dominasi mereka. Wacana dalam pendekatan semacam ini dipandang sebagai medium melalui mana suatu kelompok yang dominan mengkomunikasikan kepada khalayak tentang produksi kekuasaan dan dominasi yang mereka miliki. Peranan wacana dalam kerangka ideologi dimaksutkan untuk mengatur masalah tindakan dan praktik individu atau anggota suatu kelompok.

E. Perspektif Pemberitaan

Suroso (2002: 29) mengatakan bahwa perspektif pemberitaan dalam surat kabar antara lain adalah perspektif pro masyarakat, perspektif netral, dan perspektif pro yang lain. Perspektif pro masyarakat adalah sudut pandangan dalam melihat dan melaporkan suatu peristiwa didasari oleh nilai keyakinan, ide-ide, dan pandangan dari masyarakat. Perspektif pro pemerintah adalah sudut pandangan dalam melihat dan melaporkan suatu peristiwa yang didasari oleh nilai-nilai, keyakinan, dan pandangan pemerintah. Perspektif netral adalah sudut pandang dalam melihat dan melaporkan suatu peristiwa yang didasari oleh sikap wartawan yang akomodatif dan netral terhadap semua pihak yang terlibat dalam wacana berita, yakni masyarakat di satu sisi dan masyarakat di pihak lain. Perspektif pro yang lain adalah sudut pandang dalam melihat dan melaporkan


(21)

suatu peristiwa yang didasari sikap wartawan yang pro dengan golongan dan institusi atau partai politik tertentu.

Dalam penelitian terhadap wacana berita politik pemilu pada 2014 antara juku Jokowi dengan kubu Prabowo ini perspektif pemberitaan juga diinterpretasikan menggunakan tiga indikator yang ada yaitu topik, partisipan, dan nada pemberitaan. Topik merupakan langkah awal untuk menuju pada topik awal dalam pemberitaan keseluruhan. Ketika telah masuk dalam pemberitaan secara keseluruhan, selalu akan dijumpai partisipan yaitu orang yang terlibat dalam peristiwa. Partisipan ini digunakan sebagi alat pelacak untuk menangkap perspektif pemberitaan. Indikator ketiga yaitu nada pemberitaan.dalam melaporkan suatu peristiwa, wartawan secara sadar maupun tidak sadar memberikan penilaian sebagai ekspresi dari apa yang diyakininya.

Penilain dalam surat kabar dapat berupa mendukung atau memihak (seperti pujian, simpati, suka, setuju, menerima), sikap tidak mendukung atau tdak memihak (seperti sinis, antipati, tidak suka, tdak stuju, menolak), dan sikap netral yang tidak memihak atau mendukung. Nada pemberitaan merupakan representasi wartawan yang didasari ideologi, pengetahuan, gagasan, dan keyakinan yang dimiliki pribadi wartawan maupun intuisinya.

F. Ekspresi Bahasa

Menurut Suroso (via udayani 2011:23), perspektif dalam produksi bahasa tidak hanya terpaku pada struktur wacana tetapi dapat pula diamati dalam struktur yang lebih rendah dari wacana. Perspektif suatu ideologi dipengaruhi


(22)

secara sistematis pada pemilihan bentuk-bentuk ekspresi linguistik, seperti pemakaian kosakata, sistem ketransitifan, struktur nominalisasi, modalitas, tindak tutur, metafora, dan struktur informasi. Untuk mempersempit konsentrasi, maka dalam penelitian ini hanya membahas beberapa bentuk ekspresi, anatara lain kosakata, modalitas, dan metafora.

1. Kosakata

Kata menurut Keraf (2009:21) adalah suatu unit dalam bahasa yang memiliki stabilitas intern dan mobilitas posisional, yang berarti ia memiliki komposisi tertentu (entah fonologis atau morfologis) dan secara relatif memiliki distribusi yang bebas. Dalam proses komunikasi kata-kata tersebut dirangakai sehingga memiliki pengertian tertentu, yang berart bahwa kata-kata tersebut mengungkapkan ide atau gagasan. Sementara itu, diksi atau pilihan kata adalah kata-kata yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide yang meliputi persoalan fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan. Gorif Keraf mengungkapkan tiga kesimpulan utama mengenai diksi, yang pertama, diksi mencakup pengertian kata-kata yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau mengungkapakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang baik digunakan dalam suatu situasi. Kedua, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makn dari gagasan yang ingin disampaikan,dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nulai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Ketiga,pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan


(23)

oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud dengan perbendaharaan kata atau kosa kata suatau bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa (2009: 24). Fowler dan kawan-kawan (via Eriyanto, 2009: 134) mengatakan bahwa bahasa menggambarkan bagaiman realitas dunia dilihat. Pengalaman dan politik yang berbeda dapat dilihat dari bahasa, yaitu kosakata yang dipakai, yang neggambarkan bagaimana pertentangan sosial terjadi. Bahasa melalui kosakata menyediakan alat bagaimana realitas itu harus dipahami oleh khalayak.

Dalam desertasinnya, Surosao (via Udayani 2011:25) mengatakan bahwa pemakaian kosakata bukan hanya persoalan teknis, melainkan menyangkut praktik ideologi. Pilihan kata dalam suatu teks menandai secara sosial dan ideologis bidang pengalaman yang berbeda dari penulisnya baik yang berupa nilai eksperiental (berhubungan dengan pengetahuan dan keyakinan yang dibawakan oleh kata-kata tersebut), nilai relasional (berkaitan dengan hubungan sosial yang tercipta oleh kata-kata tersebut), dan nilai ekspresif (berkaitan dengan pemilihan atau evaluasi tentang sesuatu yang dicerminkan oleh kata tersebut).

Fowler dan kawan-kawan menjelaskan lebih lanjut mengenai kosakata dan perannya, yaitu sebagai berikut:

a. Kosakata: membuat klasifikasi

Bahasa pada dasarnya selalu menyediakan klasifikasi. Realitas tertentu dikategorisasikan sebagai ini, dan akhirnya dibedakan dengan


(24)

realitas, khalayak kemudian memberikan penyederhanaan dan abstraksi mengenai realitas itu, dan di sinilah klasifikasi terjadi. Klasifikasi menyediakan tempat untuk mengontrol informasi dan pengalaman. Berikut ini diberikan contoh mengenai bagaimana kata-kata menyediakan klasifikasi untuk selanjutnya melihat bagaimana realitas tersebut dipahami.klasifikasi itu bermakna peristiwa seharusnya dilihat dalam sisi yang satu bukan yang lain.

Matrik 1: Klasifikasi Kata Tindakan Pasukan Interfet Klasifikasi (Anti-interfet) Klasifikasi (pro-Interfet) Masalah dalam negeri Masalah internasional Intervensi, konspirasi internasional Bantuan kemanusiaan Menambah kekerasan Menghentikan kekerasan

Nasionalisme Hak asasi manusia, hukum

internasional, nilai kemanusiaan

Dalam matrik di atas, seperti yang tercantum dalam buku Eriyanto menyebutkan bahwa dalam pemberitaan media, kosakata yang banyak dipakai adalah intervensi atau konspirasi internasional. Pemakaian kata intervensi memberikan pandangan kepada khalayak masalah Timuor-Timur adalah masalah internasional, bukan masalah indonesia saja. Dengan pemakaian kata itu, realitas masalah Timor-Timur semata-mata didefinisikan sebagai masalah Indonesia saja. Dengan demikian pemakaian kata ini, realitas masalah Timor-Timur dibatasi dan


(25)

didefinisikan semata sebagai masalah Indonesia (2009: 136). Sebenarnya kehadiran masalah Interfet ke Timor-Timur dapat dipahami sebagai sebuah tindakan untuk menghentikan kekerasan di sana, tetapi munculnya istilah “intervensi” menimbulkan kemungkinan itu menjadi terbatas.

b. Kosakata: membatasi pandangan

Bahasa pada dasarnya bersifat membatasi. Seperti yang diutarakan Fowler dan kawan-kawan via Eriyanto (2011:137), bahwa kita diajak untuk memahami seperti itu, bukan yang lain. Pilihan kata yang dipakai menunjukkan siakap media tertentu ketika melihat dan memaknai sebuah peristiwa. Tidak menutup kemungkinan bahwa antara media yang satu dan media yang lain memiliki pilihan kata yang berbeda untuk menyajikan suatu peristiwa dengan topik yang sama. Pemakaian kata yang berbeda ini, hendaknya dipahami bukan hanya sebagai soal istilah semata, melainkan dilihat pula kemungkinan bahwa kata-kata tersebut menimbulkan arti dan pemaknaan tertentu bagi pembaca.

c. Kosakata: pertarungan wacana

Kosakata haruslah dipahami dalam kontek pertarungan wacana. Dalam pemberitaan, setiap pihak mempunayai pendapat sendiri-sendiri atas suatu masalah (Fowler via Eriyanto, 2011:140). Masing-masing pihak yang memiliki pendapat tersebut berusaha memenangkan perhatian khalayak dengan cara memaksakan kosakata mereka sendiri,


(26)

yang dianggap paling benar untuk dapat pembaca. Efeknya kosakata yang mereka ciptakan, membatasi cara pandang pembaca melalui cara pandang.

d. Kosakata: marjinalisasi

Fowler mengatakan bahwa pemakaian kata, kalimat, susunan, dan bentuk kalimat tertentu, proposisi tidak dipandang sebagai persoalan teknis tata bahasa atau linguistik, tetapi ekspresi dari ideologi: upaya untuk membentuk pendapat umum, meneguhkan dan membenarkan pihak sendiri dan mengucilkan pihak lain (Eriyanto,2011: 149).

Pemilihan kosakata tidak hanya terbatas pada aspek tata ejaan, melainkan ada aspek tertentu berupa aspek ideologis. Perhatian dipusatkan pada tokoh dan peristiwa, bagaimana seoraang tokoh dibahaskan, dan bagaimana penulis menggambarkan suatu peristiwa. 2. Modalitas

Modalitas menurut Charles Billy (via Udayani, 2011: 28) adalah bentuk bahasa yang menggambarkan penilaian berdasarkan nalar, rasa, atau keinginan pembicara sehubungan dengan persepsi atau pengungkapan jiwanya. Sementara itu, menurut Suroso (2002:48) modalitas diartikan sebagai komentar atau sikap yang berasal dari teks, baik secara eksplisit atau implisit diberikan oleh penulis terhadap apa yang dilaporkan, yakni keadaan, peristiwwa, dan tindakan. Dari pemakaian modalitas tersebut dapat dilihat sikap penulis dalam memperlihatkan perspektif. Modalitas sebagai


(27)

sikap penulis yang tertuang dalam teks dibagi dalam empat bagian, yaitu kebenaran, keharusan, izin, keinginan.

3. Metafora

Matafora merupakan ungkapan kebahasaan yang menyatakan hal-hal yang bersifat umum umum untuk hal-hal-hal-hal yang bersifat khusus dan atau sebaliknya. Metafora digunakan sebagai ungkapan kebahasaan yang maknanya tidak bisa dijangkau secara langsung dari lambang karena makna yang dimaksud terdapat pada redikasi ungkapan kebahasaan itu.

G. Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat

Kedaulatan rakyat adalah salah satu surat kabar yang terbit 27 September 1945. Dalam surat kabar kedaulatan rakyat selalu menghadirkan informasi dari berbagai daerah bahkan informasi dari luar negeri. Dalam surat kabar kedaulatan rakyat menghadirkan informasi dalam hal politik, pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, dan olahraga. Koran kedaulatan ini terbit setiap hari. Situs kedaulatan rakyat yang dapat diakses yaitu

www,krjogja,com. Surat kabar ini memuat informasi yang sangat lengkap.

Kedaulatan rakyat ini dapat dibeli oleh berbagai macam masyarakat dan sangat mudah didapat.


(28)

H. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang membahasa mengenai analisis wacana kritis sebelumnya pernah dilakukan oleh Ajeng Udayani dengan judul Analisis Wacana Kritis Berita Hukum dan Kriminal Situs Metrotvnews.Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan perspektif wacana berita Hukum dan Kriminal pada situs Metrotvnews, dan mendeskripsikan ekspresi-ekspresi bahasa wacana berita dan Kriminal pada situs Metrotvnews.

Subjek penelitian ini adalah berita hukum dan kriminal yang ada dalam situs metrotvnews pada bulan Agustus 2010. Objek penelitian ini adalah perspektif pemberitaan wacana berita Hukum dan Kriminal serta bentuk-bentuk ekspresi bahasa wacana berita Hukum dan Kriminal. Data diperoleh dengan metode dokumentasi dan metode simak. Metode simak dil;akukan dengan teknik baca dan teknik catat. Metode analisis data yang digunakan dalam analisis ini adalah metode padan, yaitu padan referensial. Teknik analisis data yang digunakan adalah diskriptif kualitatif. Keabsahan data secara intrarater diperoleh melalui ketekunan pengamatan dan penggunaan hasil referensi terkait dengan media, sedangkan keabsahan data secara interrater diperoleh melalui diskusi dengan rekan sejawat.

I. Kerangka Pikir

Penelitian ini meneliti mengenai wacana berita politik pemilu antara kubu Jokowi dengan kubu Prabowo dengan analisis wacana kritis, yang meliputi perspektif pemberitaan dan bentuk ekspresi bahasa. Penelitian


(29)

ini bertujuan untuk mendeskripsikan perspektif pemberitaan wacana berita politik pemilu 2014 dan mendeskripsikan bentuk-bentuk ekspresi bahasa yang mendukung perspektif pembicaraan wacana berita pemilu 2014 dalam surat kabar kedaulatan rakyat.


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian mengenai perspektif pemberitaan serta bentuk ekspresi bahasa berita politik pemilu 2014 dari 1 juni – 8 juli dari surat kabar Kedaulatan Rakyat ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu penelitian untuk memahami fenomena tentang fenomena yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik. Penelitian ini dilakukan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata dan bahasa (Moleong, 2009:6).

Dalam penelitian ini, peneliti berinteraksi dan bekerja dengan hal yang diteliti menggunakan pertimbangan gejala yang diamati pada data. Memusatkan perhatian pada ciri atau sifat data secara apa adanya (alamiah).

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah berita politik pemilu 2014 anatar kubu Jokowi dan kubu Prabowo pada 1 Juni – 8 Juli dalam surat kabar

Kedaulatan Rakyat. Subjek data ini diambil melalui surat kabar cetak Kedaulatan Rakyat. Objek penelitian ini adalah perspektif pemberitaan


(31)

ekspresi bahasa wacana berita politik pemilu 2014 dari 1 Juni – 8 Juli surat kabar Kedaulatan Rakyat.

C. Wujud dan Sumber Data

Wujud data penelitian ini ada dua, yaitu teks berita politik pemilu 2014 yang menjadi topik utama dalam surat kabar Kedaulatan Rakyat dan kalimat-kalimat yang terdapat dalam teks. Wujud data yang pertama berupa teks berita pemilu 2014 (topik utama) digunakan untuk mengungkap objek penelitian berupa perspektif pemberitaan. Wujud data kedua yang berupa kalimat-kalimat digunakan untuk mengungkap objek penelitian berupa bentuk-bentuk ekspresi bahasa.

Sumber data dalam penelitian adalah sumber tertulis berupa bahasa tulis yang terdapat dalam surat kabar Kedaulatan Rakyat. Data diperoleh dari bahasa tulis yang terdapat pada berita pemilu 2014 pada 1 Juni – 8 Juli 2014.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri (human instrument). Peneliti menggunakan instrumen utama berupa penguasaan tentang hal-hal mengenai perspektif pemberitaan dan bentuk-bentuk ekspresi bahasa dalam teori analisis wacana kritis oleh peneliti sendiri. Pengetahuan peneliti mengenai kajian analisis wacana kritis dan penerapannya menjadi alat terpenting dalam penelitian, dari pengumpulan data sampai dengan


(32)

selesainya penganalisisan data. Peneliti juga menggunakan instrumen pembantu berupa surat kabar cetak Kedaulatan Rakyat dan laptop untuk mencari informasi dari internet, menyimpan data, dan memproses data, selain itu peneliti menggunakan kartu data sebagai alat bantu dalam pencatatan data pada tahap pengelompokan data.

E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap pertama, yang dilakukan peneliti adalah mencari data dengan mengumpulkan surat kabar Kedaulatan Rakyat edisi 1 juni – 8 Juli 2014. Kemudian peneliti mengumpulkan data yang menjadi topik utama dari berita pemilu 2014 antara kubu Jokowi dengan Kubu Prabowo.

Pengumpulan data dalam penelitian ini juga menggunakan metode simak dengan teknik baca dan teknik catat. Digunakan metode simak karena merupakan penyimakan dari wacana. Teknik baca digunakan karena dalam memperoleh data digunakan tahap membaca, yaitu membaca disertai pengamatan. Teknik selanjutnya adalah teknik catat yaitu menjaring dat dengan mencatat hasil penyimakan data pada kartu data. Hasil penyimakan dalam penelitian ini selain menggunakan kartu data, juga menggunakan lembar analisis data. Lembar analisis data digunakan secara langsung untuk menganalisis perspektif pemberitaan. Setelah data tercatat dengan baik dalam lembar analisis data, selanjutnya dilakukan teknik pemberian kode. Sementara itu, kartu data digunakan untuk menganalisis bentuk-bentuk


(33)

ekspresi bahasa. Di bawah ini ditampilkan gambar lembar analisis data dan gambar kartu data.

No data

Topik Partisipan Nada

pemberitaan

Keterangan

Gambar: Lembar analisis data

Gambar: Kartu Data Keterangan:

JB : Judul Berita BK : Bentuk Kalimat BP : Bentuk Penanda

01 :Tanggal Publikasi Berita 08 : Bulan Publikasi berita KK : Kosakata

MD : Modalitas MT :Metafora 01 : Nomor Data

F. Metode dan Teknik Analisis Data

Metode analisis data adalah cara-cara khas tertentu yang ditempuh peneliti untuk memahami problematik satuan kebahasaan yang diangkat sebagai objek penelitian (Sudaryanto via Udayani, 2011: 40). Untuk

JB : BK : BP :


(34)

menganalisis data, peneliti menggunakan metode padan. Metode padan berarti alat penentunya di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Dalam metode ini, teknik yang digunakan yaitu padan referensial. Padan referensial digunakan untuk mendeskripsikan bentuk perspektif serta bentuk ekspresi berita politik pemilu 2014 dalam surat kabar

Kedaulatan Rakyat (topik utama).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Langkahnya adalah (1) mendeskripsikan perspektif pemberitaan wacana berita politik pemilu 2014 dalam surat kabar Kedaulatan

Rakyat, (2) menganalisis perspektif pemberitaan wacana berita politik pemilu

2014 dalam surat kabar Kedaulatan Rakyat, (3) mendeskripsikan bentuk-bentuk ekspresi bahasa wacana berita tersebut, (4) mengelompokkan data-data berdasarkan bentuk ekspresi bahasa, (5) menganalisis bagaimana bentuk ekspresi bahasa mempunyai tujuan tertentu, (6) mengadakan penyimpulan atas data-data yang telah dianalisis dan dibahas.

G. Keabsahan Data

Untuk mendapatkan keabsahan data penelitian, peneliti melakukan pengecekan terhadap data yang ditemukan. Pengecekan dilakukan dengan dua cara, yaitu intrarater dan interater.

1. Intrarater

Yang dimaksud disini adalah dengan ketekunan pengamatan untuk menemukan data dan aspek-aspek yang relevan dengan permasalahan


(35)

penelitian sebanyak-banyaknya, sehingga mendapatkan data yang benar-benar akurat dan normal. Pengamatan dilakukan berulang-ulang dan mendalam dalam waktu yang lama untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid. Selain ketekunan pengamatan, peneliti menggunakan bahan referensi untuk meningkatkan kebenaran dan kepercayaan data. Bahan referensi tersebut berupa kamus dan buku-buku terkait dengan media. Kamus yang digunakan adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia untuk menemukan arti dari kata-kata dalam berita yang kurang dimengerti oleh peneliti.

2. Interrater

Interrater yang dimaksud di sini yaitu berdiskusi dan bertanya jawab dengan rekan-rekan sejawat yang mengerti permasalahan yang dianalisis dalam penelitian ini. Konsultasi dan tanya jawab dilakukan untuk mengecek dari interpretasi yang telah dilakukan oleh peneliti.


(36)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis wacana kritis berita antara kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat. Secara sistematik, laporan disajikan dalam dua susunan, yaitu (A) Hasil Penelitian, dan (B) Pembahasan. Dalam hasil penelitian akan dipaparkan (1) perspektif pemberitaan wacana berita antara kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat; (2) manifestasi perspektif pemberitaan wacara berita antara kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat dalam bentuk-bentuk ekspresi bahasa. Sementara itu, pada bagian pembahasan akan dipaparkan (1) pembahasan temuan tentang manifestasi perspektif pemberitaan wacana berita antara kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat; (2) pembahasan temuan manifestasi perspektif pemberitaan wacana berita antara kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat dalam bentuk-bentuk ekspresi bahasa.


(37)

A. Hasil Penelitian

1. Perspektif Pemberitaan Wacana Berita antara Kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat

Analisis perspektif pemberitaan dilakukan terhadap teks-teks “ wacana berita antara kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat” (untuk selanjutnya disebut WBKPJ-SKHKR) pada 1 Juni – 8 Juli 2014. Keseluruhan teks berjumlah 123 pemberitaan (dapat dilihat pada lampiran 1). Kemudian dipilih berita berdasarkan halaman penulisan pada halaman 1 (head

line). Berikut ini disajikan tabel yang memuat ke-42 judul

WBKPJ-SKHKR dalam topik dan perspektif pemberitaan yang sudah dipilih berdasarkan letak penulisan di halaman 1 (head line).

Tabel 1: Perspektif Pemberitaan Pro Prabowo-Hatta dalam Wacana Berita antara Kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat pada

No Tanggal Judul Teks Berita Topik Peristiwa Perspektif Pemberitaan 1 02/06/2014 Deklarasi Koalisi Merah Putih

DIY. Prabowo-Hatta, Dinilai Tegas dan Cerdas.

Deklarasi Tim Pemenangan Prabowo-Hatta

Pro Prabowo-Hatta

2 03/06/2014 Dideklaraikan Djoko Santoso Center 328. Mantan Panglima TNI Dukung Prabowo.

Deklarasi Dukungan Capres Prabowo-Hatta Pro Prabowo-Hatta

3 09/06/2014 Didampingi Titiek dan Anaknya Prabowo Nyekar ke Makam Pak Harto Capres Prabowo Ziarah ke Makam Pak Harto Pro Prabowo-Hatta

4 09/06/2014 Prabowo-Hatta ingin Wujudkan Kedaupatan Pangan. Menolak Didikte Kekuatan Asing.

Tim Sukses Prabowo-Hatta Kunjungan Ke KR Pro Prabowo-Hatta


(38)

5 11/06/2014 Beredar Surat Pemberhentian Prajurit. Prabowo Tak Ambil Pusing Perihal Surat Pemberhentian Prabowo Pro Prabowo-Hatta

6 15/06/2014 Nurul Minta Moderator Debat Netral, Akbar Hadiri Deklarasi Temanggung

Deklarasi Tim Pemenangan

Pro Prabowo-Hatta

7 27/06/2014 Seniman Yogya “Nyeni Sak Poolee‟. Prabowo Ajak Rapatkan Barisan. Kampanye Capres Prabowo-Hatta Pro Prabowo-Hatta

8 29/06/2014 Prabowo Utamakan Kesejahteraan Deklarasi Dukungan Capres Prabowo-Hatta Pro Prabowo-Hatta

9 02/07/2014 Capres H Prabowo Subianto. Pemberitaan Pilpres di „KR‟ Berimbang. Sosialisai Program Prabowo-Hatta Pro Prabowo-Hatta

10 06/07/2014 Ingin Akhiri Kampanye Sejuk. Prabowo-Hatta Gelar Pesta Rakyat. Kampanye Capres Parbowo-Hatta Pro Prabowo-Hatta

Tabel 2: Perspektif Pemberitaan Netral dalam Wacana Berita antara Kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat

No Tanggal Judul Teks Berita Topik Peristiwa Perspektif Pemberitaan 1 01/06/2014 Hari ini Pengundian Nomor

Urut. Capres-Cawapres Mulai Dikawal.

Pengundian Nomor Urut Capres-Cawapres

Netral

2 02/06/2014 Prabowo Nomor Urut 1, Jokowi Nomor Urut 2. Capres Jangan Saling Fitnah.

Pengundian Noor Urut Capres-Cawapres

Netral

3 04/06/2014 Siap Terima Keputusan Rakyat. Hari ini, Kampanye Dimulai.

Deklarasi Kampanyae Damai oleh KPU

Netral

4 13/06/2014 Deklarasi Kampanye Pemilu Damai Berintegritas. Sultan: Pemilu Bukan Perang Bharatayuda.

Deklarasi Pemilu Damai

Netral

5 16/06/2014 Debat Capres Putaran Kedua Lebih Hangat, Prabowo Dukung Program Jokowi

Debat Calon Presiden

Netral

6 18/06/2014 Meski Pilpres Hanya Diikuti Dua Pasang Calon. KPU Buka Peluang Putaran II.

Mekanisme Pilpres 2014

Netral

7 20/06/2014 KPU Tetap Ikuti UU Pilpres. Jika Satu Putaran Hemat RP. 3,9 T.

Pemungutan Suara

Netral

8 21/06/2014 Dialog Capres dengan Kadin. Tanpa Debat Tampil Lepas.


(39)

9 23/06/2014 Debat Capres Putaran Ketiga. Soal TKW Prabowo-Jokowi Sependapat

Debat Capres Netral

10 24/06/2014 Cegah Kekosongan Kekuasaan. Pemerintah Setuju 1 Putaran.

Pemungutan Suara

Netral

11 26/06/2014 Jadwal Kampanye akan Diatur Ulang. Sultan: Bentrokan Jangan Terulang.

Kampanye Capres

Netral

12 27/06/2014 Semua Pihak Sepakat Atur Ulang Jadwal Kampanye. Tak Ada Rapat Terbuka Bersamaan.

Kampanye Capres

Netral

13 28/06/2014 Tindak Kesepakatan Tim Sukses Capres. Kampanye Tak Terjadwal, Dibubarkan.

Kampanye Capres

Netral

14 30/06/2014 Debat Cawapres Dinamis dan Hangat

Debat Cawapres Netral

15 04/07/2014 Uji Materi UU Pilpres

Dikabulkan. MK Putuskan Satu Putaran.

Pilpres 2014 Netral

16 04/07/2014 Masyarakat Bisa Terbelah. Sultan Minta Pers Tetap Netral.

Pilpres 2014 Netral

17 06/07/2014 Debat Final, Capres Saling Serang Visi-Misi.

Debat Capres Netral

18 07/07/2014 Masa Tenang, Turunkan Tensi Politik. Boleh Sosialisasi Hak Pilih.

Masa Tenang Netral

19 08/07/2014 Waspadai Gerilya Politik Uang. Praktik Kecurangan Jelang Pipres

Netral

20 08/07/2014 Presiden Ajak Dua Kubu Berangkulan. Ukir Sejarah Pilpres Damai.

Mengajak Insan Pers Menjaga Netralitas

Netral

Tabel 3: Perspektif Pemberitaan Pro Jokowi-JK dalam Wacana Berita antara Kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat

No Tanggal Judul Teks Berita Topik Peristiwa Perspektif Pemberitaan 1 01/06/2014 Kebersamaan dan Sinergi.

Kunci Kemenangan Jokowi dan JK. Deklarasi Dukungan Capres Jokowi-JK Pro Jokowi-JK

2 02/06/2014 Tim Kampanye Pemenangan Jokowi-JK. Targetkan Raih 70% Suara DIY Jokowi-JK.

Bentuk Tim Kampanye Pemenangan

Pro Jokowi-JK

3 03/06/2014 Bersama JK Temui Sultan HB X. Jokowi Ingin‟Hamemayu Hayuning Bawana.

Kunjungan Jokowi-JK ke Yogyakarta

Pro Jokowi-JK

4 09/06/2014 ARB Hadiri Haul Taufiq Kiemas. Sayap Golkar Dukung Jokowi.

Aksi Relawan Jokowi-JK

Pro Jokowi-JK

5 15/06/2014 Pulang Kampung Melapas Rindu, Jokowi “Ngetes” Cara Merayu


(40)

6 16/06/2014 Perupa Jogja Dukung Jokowi-JK, Revolusi Mental untuk Indonesia Hebat

Deklarasi Dukungan

Pro Jokowi-JK

7 20/06/2014 Disambut Nelayan Tegal. Jokowi Mudahkan Regulasi Perikanan.

Kampanye Capres

Pro Jokowi-JK

8 24/06/2014 Ruhut Sitompul Deklarasi Dukung Jokowi-JK. Golkar Mulai Main Pecat.

Deklarasi Dukungan Capres Jokowi-JK

Pro Jokowi-JK

9 29/06/2014 Jokowi Tak Akan Khianati UU Desa

Sosialisasi Program Jokowi-JK

Pro Jokowi-JK

10 02/07/2014 Kunjungan Ponpes di Banten. Jokowi Tepis Kampanye Hitam.

Kampanye Capres Jokowi

Pro Jokowi-JK

11 05/07/2014 Lima Jenderal Silaturahmi Ke KR. Jangan Sampai ada Perampokan Suara Jokowi.

Silaturahmi Tim Jokowi-JK

Pro Jokowi-JK

12 06/07/2014 Indonesia Raya Awali Konser Salam 2 Jari. Jokowi Ajak Demokrasi Secara Bermartabat.

Kampanye Capres Jokowi-JK

Pro Jokowi-JK

Tabel 4: Persentase Kecenderungan Perspektif Pemberitaan dalam Wacana Berita antara Kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat

Perspektif Pemberitaan

Jumlah Berita Persentase

Pro Prabowo-Hatta 10 23,8%

Netral 20 47,6%

Pro Jokowi-JK 12 28,6%

Total 42 100%

Berdasarkan matrik, dapat dilihat bahwa kecenderungan pemberitaan Surat Kabar Harian (SKH) Kedaulatan Rakyat lebih banyak mengarah kepada netral sebesar 47,6%, kemudian pro Jokowi-JK sebesar 28,6%, dan yang terkecil kepada pro Prabowo-Hatta sebesar 23,8%. Temuan ini menunjukkan bahwa pemberitaan yang pada saat sekarang ini (dilakukan oleh SKH Kedaulatan Rakyat), sudah sesuai dengan permintaan pemerintah untuk bersikap netral terhadap semua


(41)

berita yang disajikan. Berdasarkan persentase memang perspektif netral netral terlihat lebih besar dari yang perspektif Jokowi-JK, sehingga daam hal ini pers sudah sesuai dengan tugasnya mampu memberikan suatu peristiwa dengan netral (dengan persentase lebih besar), tanpa mendukung satu satu pihak termasuk pro Jokowi-JK maupun pro Prabowo-Hatta.

2. Manifestasi Perspektif Pemberitaan Wacana Berita antara Kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat dalam Bentuk-Bentuk Ekspresi Bahasa

Di dalam penelitian ini dikaji tiga ekspresi bahasa, yaitu kosa kata, modalitas, dan metafora. Deskripsi hasil penelitian ketiga pilihan bentuk ekspresi tampat dalam uraian berikut.

a. Kosakata

Perspektif pemberitaan sebuah media massa dapat dilihat melalui pilihan kata berdasarkan nilai eksperiental, nilai relasional, ataupun nilai ekspresif yang muncul di dalam teks tersebut. Menurut Suroso (2002: 138) nilai eksperiental menandakan pandangan, pengetahuan, dan keyakinan yang diperlihatkan oleh media massa. Nilai relasional menandakan hubungan-hubungan sosial antarpartisipan yang digambarkan dalam media massa. Nilai ekspresif menandakan penilaian


(42)

dan evaluasi media atas identitas atau ciri sosial partisipan atau subyek yang dilaporkan.

1) Pilihan Kata Berfitur Nilai Eksperiental

Kata-kata tertentu memiliki nilai eksperiental karena menandakan suatu jejak dan isyarat mengenai pengalaman penghasil teks tentang dunia alam atau dunia sosial dipresentasikan. Dalam penelitian ini ditemukan pengalaman wartawan dalam merepresentasikan berbagai peristiwa yang terjadi dengan pilihan-pilihan kata yang beragam. Pilihan kata yang dipergunakan wartawan dapat berupa kosakata berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh wartawan maupun penggunaan sinonim atas kata-kata tersebut.

Contoh:

0106/KK/01 KPU resmi menetapkan dua pasangan calon presiden dan wakil presiden yang akan bertarung pada pilpres 2014.

0106/KK/03 Kebersamaan dan sinergi bakal membuat pasangan Jokowi dan JK menang dalam pilpres pada 9 Juli mendatang.

0206/KK/07 Mantan Walikota Yogyakarta dua periode (2001-2012), Herry Zudianto didaulat

sebagai ketua tim pemenangan Prabowo-Hatta di DIY.

2) Pilihan Kata Berfitur Nilai Relasional

Kata-kata yang memiliki nilai relasional menandakan suatu jejak dan isyarat dari penghasil teks dengan hubungan sosial antarpartisipan dipesentasikan. Dalam penelitian ini,


(43)

pemakaian kat-kata tertentu yang bernilai relasional dapat menandakan hubungan antarpartisipan, seperti hubungan antara penguasa dan rakyatnya, serta hubungan pimpinan dan bawahan.

Contoh:

0106/KK/02 Setelah ditetapkan, capres dan cawapres mulai mendapatkan pengawalan masing-masing 93 personel polisi.

0206/KK/05 Dengan telah ditetapkannya nomor urut 1 kepada pasangan Prabowo-Hatta, maka pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla memperoleh nomor urut 2.

2306/KK/35 Kalau kita lemah, kita tak punya nilai tawar dengan bangsa-bangsa lain.

3) Pilihan Kata Berfitur Nilai Ekspresif

Kata-kata yang mempunyai nilai ekspresif menandakan suatu jejak dan isyarat dari penghasil teks untuk memberikan evaluasi berupa nilai rasa simpati, suka, menyenangi, membensi, antipati, dan sebagainya. Dalam penelitian ini ditemukan pemakaian kata-kata tertentu yang bernilai ekspresif di dalam wawancara berita karena menunjukkan penilaian tertentu dari wartawan terhadap subyek yang diberitakan. Contoh:

1106/KK/20 Prabowo sendiri tak ambil pusing dengan surat tersebut.

2406/KK/36 Mahyudin menjelaskan, ketiganya terbukti


(44)

mendukung pasangan capres dan cawapres Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa.

2606/KK/37 Sultan mengatakan, supaya kasus serupa tidak terulang, pihaknya meminta agar kedua tim pemenangan pilpres bisa mengontrol massa simpatisannya yang menjadi peserta kampanye, sehingga mereka tidak mudah

terprovokasi.

b. Modalitas

Modalitas adalah komentar atau sikap yang diberikan oleh penulis terhadap hal yang dilaporkan, yaitu keadaan, peristiwa, dan tindakan. Dengan modalitas, seorang wartawan dapat mengemukakan pandangan-pandangannya melalui apa yang ditulis dan disajikan kepada masyarakat melalui media massa. Penggunaan modalitas ini, dimaksudkan untuk mempengaruhi opini masyarakat pembaca.

Berdasarkan hasil analisis manifestasi perspektif dalam modalitas yang terdapat pada lampiran (6) ditemukan bahwa modalitas sebagai manifestasi seorang wartawan untuk menunjukkan perspektif pemberitaan yang netral, diikuti dengan perspektif pro Jokowi-JK dan Pro Prabowo-Hatta. Apabila dipresentasikan menurut data modalitas yang ada, 47,37% untuk data digunakan wartawan untuk menunjukkan perspektif netral, 31,58% data digunakan wartawan untuk menunjukkan perspektif pro Jokowi-JK, dan 21,05% data digunakan wartawan untuk menunjukkan perspektif pro Prabowo-Hatta.


(45)

Modalitas yang dipergunakan wartawan dalam SKH Kedaulatan Rakyat seperti dalam lampiran 4 dibagi menjadi tiga jenis, (1) kebenaran, (2) keharusan, dan (3) keinginan.

1) Modalitas kebenaran

Dalam penelitian ini, modalitas kebenaran dipergunakan oleh wartawan untuk mengidentifikasikan suatu kebenaran dari proposisi yang dituliskannya. Sikap wartawan yang demikian ini menunjukkan perspektif pemberitaan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Contoh:

0206/MD/04 Setelah dilakukan pengundian di KPU,

Minggu (1/6), pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa mendapatkan nomor urut 1 dalam pemilu presiden 2014.

0306/MD/07 Antusiasme tinggi ditunjukkan warga Yogyakarta saat menyambut kedatangan calon presiden Joko Widodo (Jokowi) di Yogyakarta, Senin (2/6).

0406/MD/09 Husni menegaskan kalau ada anggota KPU yang ke kanan atau ke kiri maka dipastikan

akan di tindak.

2) Modalitas keharusan

Dalam penelitian ini, ditemukan modalitas keharusan dipergunakan wartawan untuk menyampaikan bahwa partisipan dalam suatu peristiwa seharusnya dan tidak seharusnya melakukan tindakan tertentu dalam proposisi itu. Sikap dan penilaian seorang wartawan secara langsung


(46)

maupun tidak langsung mencerminkan perspektif pemberitaan yang ingin dibawakan.

Contoh:

0106/MD/02 Setelah ditetapkan, capres dan cawapres mulai mendapatkan pengawalan

masing-masing 93 personel polisi.

0207/MD/17 Seharusnya, sebagai penyebar informasi, media tetap mengedepankan keberimbangan setiap pemberitaannya.

0707/MD/29 Di masa tenang jelang pilpres, seluruh alat

peraga kampanye harus sudah dibersihkan oleh tim kampanye kedua capres.

3) Modalitas keinginan

Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa dengan modalitas ini seorang wartawan menunjukkan kesetujuan maupun ketidaksetujuan antarpartisipan yang terlibat dalam suatu peristiwa. Modalitas ini menyinggung mengenai rasa masing-masing individu atau yang diwakilinya.

Contoh:

0106/MD/03 Kebersamaan dan sinergi bakal membuat pasangan Jokowi dan JK menang dalam pilpres pada 9 Juli mendatang.

1506/MD/13 HM Iqbal menambahkan, pihaknya optimis Prabowo-Hatta akan mampu meraup suara tertinggi dalam pilpres mendatang.

2006/MD/16 Terkait itu, Jokowi berjanji akan

memudahkan regulasi perikanan agar nelayan dan pemilik kapal ikan merasa nyaman dan aman dalam mencari ikan.


(47)

c. Metafora

Dari penelitian terhadap metafora, seperti yang terdapat dalam lampiran 7 ditemukan bahwa metafora dipergunakan sebagai alat penggambaran suatu obyek dengan cara analogi, selain itu metafora juga berfungsi sebagai penanda perspektif pemberitaan.

Contoh:

0106/MT/01 Jokowi meyakini dengan adanya dukungan dari tokoh

sekelas Dahlan dapat membantu dalam upaya

memenangkan pilpres nanti.

0306/MT/04 Jokowi dan Sultan sempat melakukan pembicaraan

empat mata di ruang tamu khusus yang ada di Kraton

Kilen.

0806/MT/07 Dengan segala kekuatan, ekonomi Indonesia harus sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat Indonesia, bukan segelintir orang saja.

Apabila dipersentasikan menurut data metafora yang ada, 37,50% data digunakan wartawan untuk menunjukkan perspektif netral, 34,37% data digunakan wartawan untuk menunjukkan perspektif pro Jokowi-JK, dan 28,13% data digunakan wartawan untuk menunjukkan perspektif pro Prabowo-Hatta.

Pemakaian metafora ini tidak berbeda dengan pemakaian kata dan penunjuk modalitas. Semua ekspresi bahasa yang nampak pada berita antara kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla di SKH Kedaulatan

Rakyat menunjukkan perspektif netral.

Kata-kata tertentu penanda metafora menandakan sikap dan penilaian wartawan terhadap suatu obyek yang diberitakan. Baik atau


(48)

buruknya penilaian, sikap simpati atau antipati dan keberpihakan atau ketidakberpihakan wartawan terhadap suatu peristiwa digambarkan melalui metafora, setidaknya dapat dijadikan indikasi penilaian yang nantinya membawa perspektif pemberitaan.

B. Pembahasan

1. Perspektif Pemberitaan Wacana Berita antara Kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat

Pada tabel 1 ditemukan bahwa pemberitaan antara kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla di SKH Kedaulatan Rakyat dari 1 Juni-8 Juli 2014 memiliki perspektif pro Prabowo-Hatta, netral, dan pro Jokowi-JK. Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa dari 42 teks berita kecenderungan pemberitaan SKH Kedaulatan Rakyat lebih banyak mengarah kepada netral sebesar 47,6% (20 teks berita), kemudian pro Jokowi-JK sebesar 28,6% (12 teks berita), dan yang terkecil kepada pro Prabowo-Hatta sebesar 23,8% (10 teks berita).

Perspektif yang netral memberikan penilaian yang positif kepada wartawan. Dalam hal ini wartawan telah melakukan tugasnya sebagai bagian dari media masa yang memberitakan suatu peristiwa dengan pandangan yang netral. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa kebebasan pers tidak lagi menjadi kendala, sehingga sifat netral pers dapat diberikan pada pemberitaan.


(49)

Mengenai kecenderungan topik peristiwa pemberitaan antara kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla di SKH Kedaulatan

Rakyat edisi 1 Juni-8 Juli 2014 topik deklarasi dukungan menempati

peringkat pertama.

a. Perspektif Pro Prabowo-Hatta

Perspektif pro Prabowo-Hatta adalah sudut pandang dalam melihat suatu peristiwa yang didasari oleh nilai-nilai, ide-ide, dan pandangan dari pendukung calon presiden Prabowo-Hatta. Sehingga, apabila wartawan atau media masa memberitakan suatu peristiwa menggunakan perspektif pro Prabowo-Hatta, maka media masa atau wartawan tersebut memiliki sikap mendukung, memihak, simpati, senang terhadap aksi-aksi pendukung dalam peristiwa tersebut. Sikap media masa atau wartawan yang demikian akan memberikan dampak kepada pihak yang berada di seberang pihak pro Prabowo-Hatta. Dampak dari sikap tersebut antara lain sikap tidak mendukung, tidak memihak, tidak simpati, benci, dan lain-lain. Berikut ini diberikan kutipan data (02/06) yang memperlihatkan sikap memihak pro Prabowo-Hatta.

Mantan Walikota Yogyakarta dua periode (2001-2012), Herry Zudianto didaulat sebagai ketua tim pemenangan Prabowo-Hatta di DIY.

(02/06, paragraf 2) Koalisis merah putih dideklarasikan para ketua partai politik di DIY yang menjadi pendukung pasangan calon capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.


(50)

Kutipan data (02/06) mencerminkan sikap wartawan yang pro Prabowo-Hatta. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan tiga indikator, yaitu topik, partisipan, dan nada pemberitaan. Dari segi topik, wartawan memilih topik “Deklarasi Koalisi Merah Putih DIY’. Pemilihan topik ini bukan tanpa alasan. Dari pengembangan topik di atas terlihat bahwa wartawan mendukung pro Prabowo-Hatta dalam memenangkan pilpres 2014 dengan dideklarasikan oleh para ketua partai politik di DIY yang menjadi pendukung pasangan calon capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Hal senada juga terjadi dalam usaha memperoleh dukungan bagi Capres-Cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, berbagai pihak telah berupaya untuk memperluas dukungan dan mendeklarasikan dukungannya. Kutipan data (14/06) adalah sebagai berikut.

Untuk memperluas dukungan tersebut, Mahfud mengaku akan masuk basis suara pasangan Jokowi-Jusuf Kalla (JK).

(02/06, paragraf 2) Tim pemenangan Capres-Cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa kabupaten Temanggung dideklarasikan dalam rapat

akbar yang diikuti koalisi enam partai politik pengusung.

(02/06, paragraf 2)

b. Perspektif Netral

Perspektif netral adalah sudut pandang dalam melihat suatu peristiwa yang didasari oleh sikap wartawan yang akomodatif dan netral terhadap semua pihak yang terlibat dalam peristiwa.


(51)

Wartawan menyajikan suatu berita secara proporsional dengan tidak mendukung salah satu pihak.

Berikut dicontohkan kutipan data nomor (04/06) yang berjudul Deklarasi Kampanye Damai oleh KPU. Data tersebut memperlihatkan sikap wartawan yang netral, tidak mendukung aksi salah satu capres-cawapres yang sedang mencari simpatik.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) selaku penyelenggara pemilu mendeklarasikan pilpres damai. Deklarasi ini diarahkan untuk mewujudkan pilpres yang bermartabat dan damai.

(04/06, paragraf 2) Dari teks berita nomor 04/06 terlihat bahwa wartawan mengangkat topik “Deklarasi Kampanye Damai oleh KPU”. Topik yang diangkat wartawan masuk ke dalam perspektif netral karena tidak memihak kepada salah satu capres-cawapres. Wartawan lebih memberitakan deklarasi pilpres damai yang diarahkan untuk mewujudkan pilpres yang bermartabat dan damai.

Hal senada juga terjadi disampaikan oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwana X dalam berita nomor 13/06 dengan topik “Deklarasi Kampanye Pemilu Damai Berintegritas. Sultan: Pemilu Bukan Perang Bharatayuda”. Kutipan data (14/06) adalah sebagai berikut.

Menurutnya, pemilu bukanlah perang Bharatayuda,

melainkan jembatan emas menuju kehidupan sejahtera, berkeadilan, dan bermartabat.


(52)

Sultan juga berpesan kepada simpatisan kedua pasangan capres-cawapres agar tidak melakukan ’black compaign’ yang menyinggung isu SARA dan primordialisme.

(14/06, paragraf 2) Kenetralan dapat dilihat dalam nada pemberitaan yang tidak emosional dan tidak mempengaruhi pembaca untuk memandang ke dalam salah satu capres-cawapres. Topik mengajak kepada kedua pasangan cawapres agar tidak melakukan ’black compaign’ yang menyinggung isu SARA dan primordialisme, serta menganggap bahwa pemilu bukanlah perang Bharatayuda, melainkan jembatan emas menuju kehidupan sejahtera, berkeadilan, dan bermartabat.

c. Perspektif Pro Jokowi-JK

Perspektif pro Jokowi-JK adalah sudut pandang dalam melihat suatu peristiwa yang didasari oleh nilai-nilai, ide-ide, dan pandangan dari pendukung calon presiden Jokowi-JK. Sehingga apabila wartawan atau media masa memberitakan suatu peristiwa menggunakan perspektif pro Jokowi-JK, maka media masa atau wartawan tersebut memiliki sikap mendukung, memihak, simpati, senang terhadap aksi-aksi pendukung dalam peristiwa tersebut. Sikap media masa atau wartawan yang demikian akan memberikan dampak kepada pihak yang berada di seberang pihak pro Jokowi-JK. Dampak dari sikap tersebut antara lain sikap tidak mendukung, tidak memihak, tidak simpati, benci, dan lain-lain. Berikut ini


(53)

diberikan kutipan data (03/06) yang memperlihatkan sikap memihak pro Jokowi-JK.

Antusiasme tinggi ditunjukkan warga Yogyakarta saat

menyambut kedatangan calon presiden Joko Widodo (Jokowi) di Yogyakarta, Senin (2/6).

(03/06, paragraf 1) Selepas dari pasar, Jokowi beserta rombongan naik andong diiringi bregada menuju kraton Kilen untuk bersilaturahmi dengan Sri Sultan HB X.

(03/06, paragraf 3) Kutipan data (03/06) mencerminkan sikap wartawan yang pro Jokowi-JK. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan tiga indikator, yaitu topik, partisipan, dan nada pemberitaan. Dari segi topik, wartawan memilih topik “Kunjungan Jokowi-JK ke Yogyakarta”. Pemilihan topik ini bukan tanpa alasan. Dari pengembangan topik di atas terlihat bahwa wartawan memberitakan tentang antusiasme tinggi ditunjukkan warga Yogyakarta saat menyambut kedatangan calon presiden Joko Widodo (Jokowi) di Yogyakarta.

Hal senada juga terjadi dalam usaha memperoleh dukungan bagi Capres-Cawapres Jokowi-JK, berbagai pihak telah berupaya untuk memperluas dukungan dan mendeklarasikan dukungannya. Kutipan data (02/06) adalah sebagai berikut.

Para relawan bertekad memenuhi target 70 persen suara di DIY pada pemilu presiden 9 Juli mendatang. Untuk itu, kelima parpol sepakat tim kampanye pemenangan Jokowi-JK.


(54)

Dari teks terlihat bahwa topik yang diangkat wartawan sebagai fokus utama adalah”Tim Kampanye Pemenangan Jokowi-JK”. Dalam hal ini wartawan memaparkan tentang pemenuhan target suara DIY 70% untuk capres-cawapres Jokowi-JK.

2. Manifestasi Perspektif Pemberitaan Wacana Berita antara Kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat dalam Bentuk-Bentuk Ekspresi Bahasa

Tema mengenai manifestasi perspektif pemberitaan dalam bentuk-bentuk ekspresi bahasa seperti telah disampaikan pada hasil penelitian di halaman muka diketahui bahwa bentuk-bentuk tersebut antara lain tertuang dalam pilihan kata, modalitas, dan metafora. Ketiga bentuk ekspresi bahasa terebut digunakan wartawan untuk menunjukkan keyakinan, gagasan, dan sikap berkaitan dengan peristiwa yang dilaporkan. Bentuk-bentuk ekspresi bahasa yang menandakan perspektif pemberitaan sebagai berikut.

a. Pilihan Kata

Pilihan kata digunakan oleh wartawan SKH Kedaulatan Rakyat untuk menyampaikan berita antara kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla. Pemilihan kata-kata tertentu yang memiliki nilai eksperiental, nilai relasional, atau nilai ekspresif digunakan untuk mengetahui perspektif pemberitaan berita tersebut.


(55)

1) Pilihan Kata Berfitur Nilai Eksperiental

Penelitian ini menemukan bahwa pengalaman seorang wartawan dipresentasikan dalam pilihan-pilihan kata yang mereka gunakan. Sebagai contoh, berikut ini diberikan data yang menunjukkan pilihan kata berfitur eksperiental.

(0106/KK/03) Kebersamaan dan sinergi bakal membuat pasangan Jokowi dan JK menang dalam pilpres pada 9 Juli mendatang.

(0206/KK/07) Mantan Walikota Yogyakarta dua periode (2001-2012), Herry Zudianto didaulat sebagai ketua tim pemenangan Prabowo-Hatta di DIY.

(0406/KK/14) Komisi Pemilihan Umum (KPU) selaku penyelenggara pemilu mendeklarasikan pilpres damai. Deklarasi ini diarahkan untuk mewujudkan pilpres yang bermartabat dan damai.

Penggunaan pilihan kata menang, didaulat, bermartabat dan

damai menunjukkan penegasan/pemantapan wartawan di dalam

memberitakan suatu kejadian. Pemilihan kata menang

menunjukkan adanya penegasan wartawan akan materi dan situasi yang diharapkan dalam deklarasi oleh kubu pro Jokowi-JK. Pemilihan kata didaulat menunjukkan penegasan wartawan dalam pemilihan kata untuk menunjukkan kepada para pembaca tentang penunjukkan secara langsung Herry Zudianto sebagai ketua tim pemenangan kubu pro Prabowo-Hatta. Pemilihan kata bermartabat

dan damai menunjukkan pemilihan kata oleh wartawan yang


(1)

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang perspektif pemberitaan dan bentuk-bentuk ekspresi bahasa wacana berita antara kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Perspektif pemberitaan wacana berita antara kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat

Perspektif pemberitaan wacana berita antara kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat dari tanggal Juni – 8 Juli 2014 adalah perspektif pro Prabowo-Hatta, netral, dan pro Jokowi-JK. Perspektif pro Prabowo-Hatta adalah sudut pandangan dalam melihat suatu peristiwa yang didasari oleh nilai-nilai keyakinan, ide, dukungan, dan pandangan dari masyarakat yang menginginkan capres Parbowo-Hatta menjadi presiden seperti deklarasi dukungan capres Prabowo-Hatta, kampanye capres Prabowo-Hatta, dan sosialisai program Prabowo-Hatta. Perspektif netral adalah sudut pandangan dalam melihat suatu peristiwa yang didasari sikap wartawan yang akomodatif dan netral terhadap semua pihak yang terlibat dalam suatu dukungan capres seperti berita pengundian nomor urut capres-cawapres, deklarasi kampanyae damai oleh KPU, debat calon presiden, dan mengajak insan pers menjaga netralitas. Perspektif pro Jokowi-JK adalah sudut pandangan dalam melihat suatu peristiwa yang didasari oleh


(2)

nilai keyakinan, ide, dukungan, dan pandangan dari masyarakat yang menginginkan capres Jokowi-JK menjadi presiden seperti berita deklarasi dukungan capres Jokowi-JK, kampanye Capres, dan sosialisasi program Jokowi-JK.

Dari ketiga perspektif yang ada perpsektif netral adalah sudut pandang yang mendominasi pemberitaan di Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat dari tanggal Juni – 8 Juli 2014, yaitu sebanyak 47,6%. Sementara perspektif pro Jokowi-JK sebanyak 28,3% disusul dengan perspektif pro Prabowo-Hatta sebanyak 23,8%. Fenomena ini dapat dijelaskan dengan melihat kedudukan pers pada masa sekarang ini. Pers di masa kini tidak lagi mendapat kungkungan dan belenggu pihak penguasa, atau secara lugas dapat dikatakan bahwa pers memiliki kewenangan dan kekebasan penuh dalam mengemas dan menyajikan suatu berita sehingga bersikap netral tanpa memihak salah satu pihak.

2. Bentuk-bentuk ekspresi bahasa wacana berita antara kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat

Hasil penelitian memperlihatkan manifestasi perspektif pemberitaan di dalam bentuk-bentuk ekspresi bahasa Hal ini dapat dibuktikan dengan analisis terhadap pilihan kata, modalitas, dan metafora. Dari hasil penelitian terhadap pilihan kata, manifestasi pemberitaan dapat diketahui dengan mengungkapkan fitur-fitur nilai yang ditandakan, seperti nilai eksperiental, nilai relasional, atau nilai ekspresif. Pada nilai eksperiental dapat ditafsirkan bahwa SKH Kedaulatan Rakyat menggunakan pandangan, pengetahuan, dan keyakinan wartawan dalam


(3)

pemberitaannya. Pada nilai relasional dapat ditafsirkan hubungan antarpartisipan yang dinyatakan dalam pemberitaan, seperti hubungan capres dengan pendukungnya, maupun hubungan antar pendukung. Pada nilai ekspresif dapat ditafsirkan penilaian atas identitas sosial dari partisipan dalam pemberitaan. Masing-masing nilai yang tersirat dalam pilihan kata menunjukkan perspektif pemberitaan yang dibuat oleh SKH Kedaulatan Rakyat dari Juni – 8 Juli 2014 baik yang kepada capres Prabowo-Hatta, pro netral, maupun pro capres Jokowi-JK.

Melalui modalitas, manifestasi perspektif pemberitaan dapat diketahui dari sikap surat kabar terhadap partisipan atau peristiwa yang dilaporkan. Sikap tersebut menunjukkan pengetahuan, gagasan, dan keyakinan yang dianut, yang tertuang dalam modalitas kebenaran, keharusan, dan keinginan. Modalitas sebagai manifestasi pemberitaan cenderung digunakan oleh wartawan untuk menunjukkan perspektif pemberitaan yang netral, diikuti dengan perspektif pro Jokowi-JK dan perspektif Prabowo-Hatta.

Berdasarkan data metafora, manifestasi perpsktif pemberitaan dapat diketahui dari analogi yang dipilih untuk partisipan tertentu atau peristiwa tertentu dalam kalimat. Analogi tersebut mencerminkan suatu penilaian terhadap unsur yang diperbandingkan. Kata-kata tertentu penanda metafora menandakan sikap dan penilaian wartawan SKH Kedaulatan Rakyat terhadap suatu obyek yang diberitakan. Baik atau buruknya penilaian, sikap simpati atau antipati dan keberpihakan atau ketidakperpihakan terhadap suatu peristiwa digambarkan


(4)

melalui metafora, setidaknya dapat dijadikan indikasi penilaian yang nantinya membawa perspektif pemberitaan.

Bentuk-bentuk ekspresi bahawa wacana berita antara kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat menunjukkan pada perspektif pemberitaan. Secara umum, perspektif berita antara kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat memiliki perspektif netral. Kecenderungan ini dapat dilihat dari hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa perspektif netral mempunyai bobot paling besar dalam presentase pemberitaan yaitu sebesar 47,6%.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, diajukan kemungkinan yang dapat diimplikasikan sebagai berikut.

1. Surat Kabar Harian (SKH) Kedaulatan Rakyat edisi 1 Juni-8 Juli 2014 memuat berbagai macam berita, salah satunya adalah berita antara kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla. Perspektif pemberitaan yang muncul dapat berupa perspektif pro Prabowo-Hatta, netral, dan pro Jokowi-JK. Nantinya perspektif pemberitaan di SKH Kedaulatan Rakyat dapat tidak lagi netral, namun dapat mendukung di salah satu pihak. Hal ini tergantung dari wartawan yang meliput dan mengemas berita.

2. Bentuk-bentuk ekspresi bahasa yang mencerminkan perspektif pemberitaan dipengaruhi oleh pengalaman wartawan. Meskipun SKH Kedaulatan Rakyat


(5)

ingin menetralkan pemberitaan, tetapi wartawan tetap memiliki ideologi tertentu dalam pemberitaan, maka kenetralan pemberitaan tidak akan tercapai.

C. Keterbatasan Penelitian

Di dalam penelitian ini, peneliti mengalami beberapa keterbatasan pada saat melakukan pengambilan data. Keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut. 1. Wacana berita antara kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla di SKH

Kedaulatan Rakyat dari 1 Juni-8 Juli 2014 memiliki jumlah yang begitu banyak. Tidak semua wacana berita antara kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dari 1 Juni-8 Juli 2014 peneliti jadikan sebagai data penelitian. Oleh sebab itu, penelitian ini dibatasi pada wacana berita yang dipilih peneliti yang hanya pada halaman 1 atau yang menjadi head line untuk mewakili edisi hari itu.

2. Adanya keterbatasan kemampuan dan waktu penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada beberapa persoalan, yaitu perspektif pemberitaan dan ekspresi bahasa. Masih banyak persoalan-persoalan tentang wacana berita antara kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla di SKH Kedaulatan Rakyat dari 1 Juni-8 Juli 2014 yang belum diteliti.

D. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi seperti tersebut di atas, dapat diberikan saran sbagai berikut.


(6)

1. Bagi pembaca, penelitian ini dapat membantu dalam memahami perpsektif pemberitaan dalam media, agar pembaca secara kritis dapat memilah berita dengan bijaksana dan berpikiran terbuka, berdasarkan realitas yang ada. 2. Bagi para peneliti, penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian yang

berkaitan dengan analisis kritis media. Untuk penelitian yang akan datang perlu dilakukan penelitian lebih lanjut misalnya berkaitan dengan ragam bahasa, ciri kebahasaan, ataupun struktur pendahuluan, isi, dan penutup wacana berita dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat.