Meningkatkan Fisik Motorik Kasar Anak Melalui Metode Pemberian Tugas di Kelompok B TK Pembina Palu | Amrin | Bungamputi 2991 9163 1 PB

(1)

MENINGKATKAN FISIK MOTORIK KASAR ANAK MELALUI

METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B

TK PEMBINA PALU

Gemala Amrin1

ABSTRAK

Masalah pokok dalam penelitian ini adalah adapakah melalui penggunaan metode pemberian tugas dapat meningkatkan fisik motorik kasar anak di kelompok A TK Pembina Palu?. Tujuan penelitian untuk meningkatkan fisik motprik kasar anak melalui metode pemberian tugas di kelompok B TK Pembina Palu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan september 2013 di TK Pembina Palu dengan melibatkan seluruh anak kelompok B yang berjumlah 25 orang yang terdiri dari 15 orang anak laki-laki dan 10 orang anak perempuan. Penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu pra tindakan, siklus I, dan siklus II untuk melihat sejauh mana perubahan yang ditunjukkan oleh anak tentang peningkatan fisik motorik kasar anak sebelum dan setelah dilaksanakan penelitian tindakan kelas. Untuk mengukur peningkatan fisik motorik kasar anak melalui penggunaan metode pemberian tugas, dilakukan dengan cara penilaian terhadap kegiatan berjalan mengelilingi garis, melompat maju mundur, berlari sambil melewati rintangan, dan menendang bola.

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa terdapat peningkatan terhadap fisik motorik kasar anak setelah dpergunakan metode pemberian tugas di dalam kelas sebagai metode pembelajaran oleh guru pada anak didik di TK Pembina Palu. Hal ini dapat dilihat pada perolehan hasil penilaian berjalan berjalan mengelilingi garis ada 13 orang (52%), melompat maju mundur terdapat 14 orang (56%), berlari sambil melewati rintangan terdapat 15 orang (60,00%), dan menendang bola terdapat 14 orang (56,00%). Melihat perolehan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa melalui penggunaan metode pemberian tugas di dalam proses pembelajaran di kelompok B TK Pembina Palu dapat membantu meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak.

Kata Kunci: Fisik Motorik Kasar, Pemberian Tugas. PENDAHULUAN

Masa sekarang ini pendidikan sangat penting dalam kehidupan sehari hari. Masyarakat semakin mengerti peran pendidikan dalam menjalani kegiatannya sehari-hari. Dengan pendidikan mereka yakin bahwa kualitas kehidupannya akan berubah menjadi lebih baik, sehingga pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa ditawar-tawar. Pendidikan secara umum dapat diartikan sebagai suatu usaha sadar dan terencana untuk

1

Mahasiswa Program Studi PG PAUD, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako, No. Stambuk:A 451 09 084.


(2)

mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak dan budi mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pada intinya, pendidikan adalah suatu proses yang disadari untuk mengembangkan potensi individu sehingga memiliki kecerdasan pikir, emosional, berwatak dan berketerampilan untuk siap hidup di tengah-tengah masyarakat (Riyanto & Handoko, 2004: 40). Isu-isu pendidikan di Indonesia telah berkembang luas di masyarakat, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Orangtua pun sadar bahwa pendidikan itu penting didapatkan oleh anak-anaknya untuk kehidupan di masa datangnya. Pemerintahpun menaruh perhatian besar, pada perkembangan pendidikan agar tercipta masyarakat yang cerdas yang diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke 4 “… mencerdaskan kehidupan bangsa…”. Dari pendidikan diharapkan muncul generasi-generasi yang cerdas yang dapat meningkatkan kualitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Kini semakin banyak disadari bahwa untuk menciptakan generasi yang baik adalah dengan pendidikan yang melalui proses panjang, masyarakat semakin mengerti bahwa pendidikan di usia dini itu sangatlah mempengaruhi perkembangan pendidikan dasar dan seterusnya. Pendidikan anak usia dini sering disebut prasekolah. Salah satu bentuk pendidikan prasekolah adalah TK (Taman Kanak-kanak) yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun untuk persiapan memasuki pendidikan dasar (Padmonodewo, 2002: 67). Salah satu tujuan pembelajaran bagi anak di Taman Kanak-Kanak adalah untuk meningkatkan kemampuan motorik anak. Keterampilan motorik seorang anak sangat penting bahkan mutlak untuk dapat ditingkatkan secara optimal dengan berbagai macam media pembelajaran. Beberapa jenis media pembelajaran yang dapat digunakan untuk dapat merangsang atau meningkatkan kemampuan motorik seorang anak khususnya motorik kasar adalah dengan menggunakan metode belajar yakni metode pemberian tugas. Metode pemberian tugas sangat berguna bagi peningkatan kemampuan fisik motorik kasar anak. Hal ini dikarenakan melalui kegiatan pemberian tugas, akan membuat anak didik secara otomatis akan melaksanakan apa yang diperintahkan oleh guru untuk segera dikerjakan. Kondisi saat ini di Taman Kanak-Kanak pada umumnya belum memaksimalkan penggunaan metode pemberian tugas. Padahal, penggunaan metode pemberian tugas dalam proses pembelajaran sangat membantu dalam hal upaya untuk meningkatkan keterampilan motorik anak, khususnya motorik kasar anak.


(3)

Corbin dan Charles (1980 : 10), menyatakan bahwa “perkembangan motorik adalah perubahan kemampuan gerak dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan gerak yang saling mempengaruhi, yang pada prinsipnya terjadi akibat sebuah perubahan baik perubahan fisik maupun psikis sesuai dengan masa pertumbuhannya”. Sementara itu, Husen dkk (2002 : 10) menyatakan bahwa “anak usia dini berada pada masa lima tahun pertama yang disebut The Golden Years, masa ini merupakan masa emas perkembangan anak”. Anak pada usia tersebut mempunyai potensi demikian besar untuk mengoptimalkan segala aspek perkembangannya, termasuk perkembangan keterampilan motoriknya. Artinya perkembangan keterampilan motorik sebagai perkembangan unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara kebugaran tubuh, keterampilan motorik dan kontrol motorik. Keterampilan motorik anak usia dini tidak akan berkembang tanpa adanya kematangan kontrol motorik, kontrol motorik tidak akan optimal tanpa kebugaran tubuh, kebugaran tubuh tidak akan tercapai tanpa latihan fisik.

Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmani melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot terkoordinasi. Tanpa adanya perkembangan motorik, maka anak akan tetap tidak berdaya bagaikan bayi yang baru lahir. Perkembangan motorik dapat berjalan dengan baik, jikalau anak diberikan kesempatan untuk melatih keterampilannya menggunakan tubuhnya sendiri. Perkembangan motorik anak merupakan bagian dari tumbuh kembang anak yang dipengaruhi oleh 2 faktor utama. yakni genetik dan lingkungan. Faktor genetik adalah faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin dan suku bangsa. Ganguan pertumbuhan di negara maju sering diakibatkan oleh faktor genetik, sedangkan di negara berkembang (termasuk Indonesia) selain faktor genetik juga faktor lingkungan yang Belum Berkembang memadai untuk tumbuh kembang yang optimal (Soetjiningsih, 2007:17).

Salah satu metode pembelajaran di TK yang dianggap dapat meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak adalah melalui penggunaan metode pemberian tugas. Metode pemberian tugas adalah metode yang memberikan kesempatan kepada anak untuk melaksanakan tugas yang disiapkan oleh guru baik secara individu maupun kelompok. Pemberian tugas yang dilakukan dengan cara memberikan tugas kepada anak baik secara individu, berpasangan, maupun kelompok yang berkaitan dengan kemampuan yang ingin dicapai. tugas berdasarkan petunjuk langsung dari guru, apa yang harus dikerjakan sehingga anak dapat memahami tugasnya secara nyata agar dapat dilaksanakan tuntas. Metode pemberian tugas atau penugasan diartikan sebagai suatu interaksi belajar mengajar ditandai


(4)

dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan peserta didik secara perorangan atau kelompok. Melalui metode ini anak dituntut untuk lebih giat lagi mengerjakan perintah guru, dengan harapan tugas yang mereka kerjakan akan mendapat pengakuan positif dari guru.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dengan penggunan metode pemberian tugas akan dapat membantu anak untuk lebih meningkatkan kemampuan fisik motorik kasarnya, sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa motorik kemampuan motorik kasar seorang anak merupakan bawaan lahir dan dapat ditingkatkan lagi melalui latihan. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah melalui metode pemberian tugas dapat meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak di kelompok B TK Pembina Palu. Adapun hipotesis yang diajukan pada penelitian ini yaitu kemampuan fisik motorik kasar anak dapat ditingkatkan melalui metode pemberian tugas di TK Pembina Palu.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada kelompok B TK Pembina Palu dengan jumlah anak didik sebanyak 25 orang yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Desain penelitian ini mengacu pada model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc. Taggart (Depdiknas, 2003:18-19) yang terdiri dari 4 komponen yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan/aksi (action), observasi/penilaian (observing) dan refleksi (reflecting).

Keterangan

0 : Pratindakan 1 : Rencana

2 : Pelaksanaan 3 : Observasi 4 : Refleksi 5 : Rencana

6 : Pelaksanaan 7 : Observasi 8 : Refleksi A : Siklus I B : Siklus II

Gambar 1 Alur Siklus PTK model Kemmis & Mc Taggart (Depdiknas: 2003:18-19)

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif terkait peningkatan interaksi sosial anak yang diperoleh dari hasil pengamatan berdasarkan lembar observasi siswa serta aktivitas guru (peneliti). Dan data kuantitatif yaitu terkait skor penilaian hasil


(5)

pengamatan. Untuk mempermudah dalam pelaksanakan penelitian ini, maka dilakukan pengumpulan data. Adapun cara pengumpulan data 2 cara yaitu observasi dan pemberian tugas.

Adapun teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif dilakukan selama dan sesudah penelitian dilakukan dikelas dan dilakukan melalui tiga tahap, yatu reduksi data, paparan data dan penyimpulan atau verifikasi data. Data kuantitatif yang merupakan hasil kegiatan belajar anak yang dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan pengelompokan berdasarkan teknik kategori standar (Depdiknas, 2003: 78)

= Berkembang Berkembang Sangat Baik = Berkembag Sesuai Harapan

= Mulai Berkembang = Belum Berkembang

Setelah semua data terkumpul maka akan di lakukan proses identifikasi dan klasifikasi kembali berdasarkan tolak ukur parameter yang diteliti untuk kemudian diolah dan dianalisis kembali dengan menggunakan tabel frekuensi dan persentase dengan rumus sebagai berikut (Sudjiono, 2010:40) :

Keterangan :

P = Hasil yang dicapai

f = Jumlah jawaban dari setiap alternatif jawaban n = Jumlah sampel

100= Angka tetap/pembulatan HASIL PENELITIAN 1. Pra Tindakan

Data yang dikumpulkan sebelum tindakan dilakukan, digambarkan bahwa tingkat kemampuan fisik motorik kasar anak masih belum memuaskan. Hal ini salah satu penyebabnya adalah kegiatan pembelajaran yang sering dilaksanakan, Belum Berkembang menyentuh aspek fisik motorik kasar anak.


(6)

Adapun rekapitulasi hasil pra tindakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Penilaian Pra Tindakan

Kategori

Aspek Yang Diamati

%

Berjalan Mengelilingi Garis

Melompat Maju Mundur

Berlari Sambil Melewati Rintangan

Menendang Bola

F % F % F % F %

Berkembang Sangat Baik

4 16,00 5 20,00 5 20,00 5 20,00

19,00

Berkembang Sesuai Harapan

5 20,00 4 16,00 5 20,00 6 24,00

20,00

Mulai Berkembang

3 12,00 4 16,00 5 20,00 5 20,00

17,00

Belum Berkembang

13 52,00 12 48,00 10 40,00 9 36,00

44,00

Jumlah 25 100 25 100 25 100 25 100 100

Berdasarkan tabeldi atas, diketahui bahwa dari 25 orang anak yang menjadi subyek penelitian tindakan kelas, terdapat 19,00% yang masuk ke dalam kategori Berkembang Sangat Baik dalam semua aspek yang di amati, selanjutnya 20,00% yang masuk ke dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan dalam semua aspek yang diamati, 17,00% yang masuk dalam kategori Mulai Berkembang terhadap semua aspek yang diamati dan 55,00% yang masuk ke dalam kategori Belum Berkembang terhadap semua aspek yang diamati. Dengan demikian, persentase yang diperoleh pada penilaian Pra Tindakan sangat rendah pada kategori Berkembang Sesuai Harapan terhadap semua aspek yang diamati. Oleh karena itu peneliti merasa perlu dengan segera untuk melaksanakan tindakan kelas dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak di TK Pembina Palu melalui metode pemberian tugas.


(7)

2. Hasil Penilaian Siklus I

Adapun rekapitulasi hasil tindakan siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Penilaian Siklus I

Kategori

Aspek Yang Diamati

%

Berjalan Mengelilingi Garis

Melompat Maju Mundur

Berlari Sambil Melewati Rintangan

Menendang Bola

F % F % F % F %

Berkembang Sangat Baik

7 28,00 8 32,00 9 36,00 8 32,00

32,00

Berkembang Sesuai Harapan

7 28,00 6 24,00 6 24,00 7 28,00

26,00

Mulai Berkembang

5 20,00 5 20,00 4 16,00 5 20,00 19,00

Belum Berkembang

6 24,00 6 24,00 6 24,00 5 20,00 23,00

Jumlah 25 100 25 100 25 100 25 100 100

Berdasarkan tabel 10 di atas, diketahui bahwa dari 25 orang anak yang menjadi subyek penelitian tindakan kelas, terdapat 32,00% yang masuk ke dalam kategori Berkembang Sangat Baik dalam semua aspek yang di amati, selanjutnya 26,00% yang masuk ke dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan dalam semua aspek yang diamati, 19,00% yang masuk ke dalam kategori Mulai Berkembang terhadap semua aspek yang diamati dan 23,00% yang masuk ke dalam kategori Belum Berkembang terhadap semua aspek yang diamati. Dengan demikian, persentase yang diperoleh pada penilaian Siklus I lebih baik bila di bandingkan dengan perolehan pada hasil sebelumnya (pra tindakan) terhadap semua aspek yang diamati. Tetapi hasil perolehan tersebut belum sesuai dengan target peneliti, oleh karena itu peneliti kembali melaksanakan tindakan kelas dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak di kelompok B TK Pembina Palu melalui metode pemberian tugas.


(8)

3. Hasil Penilaian Siklus II

Adapun rekapitulasi hasil tindakan siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Penilaian Siklus II

Kategori

Aspek Yang Diamati

%

Berjalan Mengelilingi Garis

Melompat Maju Mundur

Berlari Sambil Melewati Rintangan

Menendang Bola

F % F % F % F %

Berkembang Sangat Baik

13 52,00 14 56,00 15 60,00 14 56,00

56,00

Berkembang Sesuai Harapan

5 20,00 5 20,00 4 16,00 3 12,00

17,00

Mulai Berkembang

4 16,00 4 16,00 4 16,00 5 20,00 17,00

Belum Berkembang

3 12,00 2 08,00 2 08,00 3 12,00 10,00

Jumlah 25 100 25 100 25 100 25 100 100

Berdasarkan tabel 15 di atas, diketahui bahwa dari 25 anak yang menjadi subyek penelitian tindakan kelas, terdapat 56,00% yang masuk ke dalam kategori Berkembang Sangat Baik dalam semua aspek yang di amati, selanjutnya 17,00% yang masuk ke dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan dalam semua aspek yang diamati, 17,00% yang masuk dalam kategori Mulai Berkembang terhadap semua aspek yang diamati dan 10,00% yang masuk ke dalam kategori Belum Berkembang terhadap semua aspek yang diamati. Dengan demikian, persentase yang diperoleh pada penilaian Siklus II lebih baik bila di bandingkan dengan perolehan pada hasil sebelumnya (Siklus I) terhadap semua aspek yang diamati. Dengan demikian, peneliti menganggap bahwa target yang telah ditetapkan oleh peneliti telah tercapai, sehingga peneliti tidak lagi melanjutkan tindakan kelas pada siklus berikutnya. PEMBAHASAN

1. Berjalan Mengelilingi Garis

Kegiatan berjalan mengelilingi garis dimaksudkan agar anak didik memiliki keseimbangan yang baik atau koordinasi yang baik antara penglihatan dengan langkah anak. Dengan kegiatan ini, diharapkan anak didik dapat berjalan secara sempurna mengikuti garis yang ada dengan tujuan melatih kemampuan motorik kasarnya sehingga lebih optimal. Dari hasil penilaian selama penelitian berlangsung, yang dibagi atas tiga tahap, yakni pra tindakan, siklus I, dan siklus II, menunjukkan semakin meningkatnya kemampuan fisik motorik kasar anak dalam hal kegiatan berjalan mengelilingi garis. Sebagai perbandingan, pada saat pra tindakan, dari 25 orang anak yang masuk ke dalam


(9)

kategori Berkembang Sangat Baik hanya 4 orang (16,00%) anak saja, sementara untuk kategori Berkembang Sesuai Harapan, terdapat 5 orang anak (20,00%), kategori Mulai Berkembang terdapat 3 orang anak (12,00%) dan untuk kategori Belum Berkembang terdapat 13 orang anak (52,00%). Melihat hasil tersebut, peneliti merasa sangat perlu untuk segera melaksanakan tindakan kelas dengan target meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak pada TK Pembina Palu melalui metode pemberian tugas.

Selanjutnya, setelah peneliti mengadakan kegiatan tindakan kelas dengan target untuk meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak, ternyata diperoleh hasil yang meningkat dibandingkan dengan sebelum dilakukan tindakan (pra tindakan). Data yang diperoleh dari hasil penilaian pada siklus I yaitu terdapat 7 orang anak (28,00%) yang masuk dalam kategori Berkembang Sangat Baik, selanjutnya 7 orang anak (28,00%) yang masuk dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, 5 orang anak (20,00%) yang masuk dalam kategori Mulai Berkembang, sedangkan sisanya yaitu 6 orang anak (24,00%) yang masuk dalam kategori Belum Berkembang. Hasil ini, bila dibandingkan dengan perolehan nilai pada pra tindakan, tentunya meningkat. Tetapi, target peneliti adalah ingin mencapai 50% anak yang masuk dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, sehingga peneliti kembali melanjutkan pemberian tindakan kelas selanjutnya (siklus II) untuk lebih meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak melalui metode pemberian tugas khususnya pada kegiatan berjalan mengelilingi garis.

Pada Siklus II, diperoleh hasil yang sangat menggembirakan dari penilaian kegiatan berjalan mengelilingi garis. Data yang berhasil diperoleh dari 25 orang anak, terdapat 13 orang anak (52,00%) yang masuk dalam kategori Berkembang Sangat Baik, 5 orang anak (20,00%) yang masuk ke dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, 4 orang anak (16,00%) yang masuk dalam kategori Mulai Berkembang serta 3 orang anak (12,00%) yang masuk ke dalam kategori Belum Berkembang. Hal ini menunjukkan peningkatan yang Mulai Berkembang signifikan terhadap tingkat kemampuan fisik motorik kasar anak dalam kegiatan berjalan mengelilingi garis.

2. Melompat Maju Mundur

Kegiatan melompat maju mundur juga ditujukan untuk meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak didik. Hal ini dianggap sangat penting untuk meningkatkan keseimbangan gerak anak. Sebagai contoh, anak dengan tingkat keseimbangan gerak yang rendah akan mudah terjatuh dibandingkan dengan anak yang memiliki tingkat


(10)

keseimbangan badan yang baik. Olehnya melalui kegiatan melompat maju mundur, diharapkan anak didik dapat melakukannya tanpa terjatuh atau sempurna.

Dari hasil penilaian selama penelitian berlangsung, yang dibagi atas tiga tahap, yakni pra tindakan, siklus I, dan siklus II, menunjukkan semakin meningkatnya kemampuan fisik motorik kasar anak dalam hal kegiatan melompat maju mundur. Sebagai perbandingan, pada saat pra tindakan, dari 25 orang anak yang masuk ke dalam kategori Berkembang Sangat Baik hanya 5 orang (20,00%) anak saja, sementara untuk kategori Berkembang Sesuai Harapan terdapat 4 orang anak (16,00%), 4 orang anak (16,00%) yang masuk dalam kategori Mulai Berkembang. Sedangkan untuk kategori Belum Berkembang, jumlah anak adalah 12 orang (48,00%). Melihat hasil tersebut, peneliti merasa sangat perlu untuk segera melaksanakan tindakan kelas dengan target meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak pada TK Pembina Palu melalui metode pemberian tugas.

Selanjutnya, setelah peneliti mengadakan kegiatan tindakan kelas dengan target untuk meningkatkan kemampuan fisik motori kasar anak, ternyata diperoleh hasil yang meningkat dibandingkan dengan sebelum dilakukan tindakan (pra tindakan). Data yang diperoleh dari hasil penilaian pada siklus I yaitu terdapat 8 orang anak (32,00%) yang masuk dalam kategori Berkembang Sangat Baik, selanjutnya 6 orang anak (24,00%) yang masuk dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, selanjutnya 5 orang anak (20,00%) yang masuk dalam kategori Mulai Berkembang, sedangkan sisanya yaitu 6 orang anak (24,00%) yang masuk dalam kategori Belum Berkembang. Hasil ini, bila dibandingkan dengan perolehan nilai pada pra tindakan, tentunya meningkat. Tetapi, target peneliti adalah ingin mencapai 50% anak yang masuk dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, sehingga peneliti kembali melanjutkan pemberian tindakan kelas selanjutnya (siklus II) untuk lebih meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak melalui metode pemberian tugas khususnya pada kegiatan melompat maju mundur.

Pada Siklus II, diperoleh hasil yang sangat menggembirakan dari penilaian kegiatan melompat maju mundur. Data yang berhasil diperoleh dari 25 orang anak, terdapat 14 orang anak (56,00%) yang masuk dalam kategori Berkembang Sangat Baik, 5 orang anak (20,00%) yang masuk ke dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, 4 orang anak (16,00%) yang masuk ke dalam kategori Mulai Berkembang serta 2 orang anak (08,00%) yang masuk ke dalam kategori Belum Berkembang. Hal ini menunjukkan peningkatan yang Mulai Berkembang signifikan terhadap tingkat kemampuan fisik motorik kasar anak dalam kegiatan melompat maju mundur.


(11)

3. Berlari Sambil Melewati Rintangan

Kegiatan berlari sambil melewati rintangan merupakan salah satu kegiatan ini untuk melatih anak didik meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak. Melalui kegiatan ini anak didik diharapkan dapat semakin melatih keseimbangannya baik berjalan maupun berlari yang akan menunjang aktifitasnya di kemudian hari.

Dari hasil penilaian selama penelitian berlangsung, yang dibagi atas tiga tahap, yakni pra tindakan, siklus I, dan siklus II, menunjukkan semakin meningkatnya kemampuan fisik motorik kasar anak dalam hal kegiatan berlari sambil melewati rintangan. Sebagai perbandingan, pada saat pra tindakan, dari 25 orang anak yang masuk ke dalam kategori Berkembang Sangat Baik hanya 5 orang (20,00%) anak saja, sementara untuk kategori Berkembang Sesuai Harapan, terdapat 5 orang anak (20,00%). Sedangkan untuk kategori Mulai Berkembang, jumlah anak adalah 5 orang (20,00%), serta 10 orang anak (40,00%) yang masuk ke dalam kategori Belum Berkembang. Melihat hasil tersebut, peneliti merasa sangat perlu untuk segera melaksanakan tindakan kelas dengan target meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak pada TK Pembina Palu melalui metode pemberian tugas.

Selanjutnya, setelah peneliti mengadakan kegiatan tindakan kelas dengan target untuk meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak, ternyata diperoleh hasil yang meningkat dibandingkan dengan sebelum dilakukan tindakan (pra tindakan). Data yang diperoleh dari hasil penilaian pada siklus I yaitu terdapat 9 orang anak (36,00%) yang masuk dalam kategori Berkembang Sangat Baik, selanjutnya 6 orang anak (24,00%) yang masuk dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, 4 orang anak (16,00%) yang masuk dalam kategori Mulai Berkembang, sedangkan sisanya yaitu 6 orang anak (24,00%) yang masuk dalam kategori Belum Berkembang. Hasil ini, bila dibandingkan dengan perolehan nilai pada pra tindakan, tentunya meningkat. Tetapi, target peneliti adalah ingin mencapai 50% anak yang masuk dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, sehingga peneliti kembali melanjutkan pemberian tindakan kelas selanjutnya (siklus II) untuk lebih meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak melalui metode pemberian tugas khususnya pada kegiatan berlari sambil melewati rintangan.

Pada Siklus II, diperoleh hasil yang sangat menggembirakan dari penilaian kegiatan berlari sambil melewati rintangan. Data yang berhasil diperoleh dari 25 orang anak, terdapat 15 orang anak (60,00%) yang masuk dalam kategori Berkembang Sangat Baik, 4 orang anak (16,00%) yang masuk ke dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, 4 orang anak (16,00%) yang masuk kategori Mulai Berkembang serta 2 orang anak (08,00%) yang


(12)

masuk ke dalam kategori Belum Berkembang. Hal ini menunjukkan peningkatan yang Mulai Berkembang signifikan terhadap tingkat kemampuan fisik motorik kasar anak dalam kegiatan berlari sambil melewati rintangan.

4. Menendang Bola

Kegiatan menendang bola dasarnya merupakan kegiatan yang sudah umum dilihat bahkan di lakukan oleh anak didik utamanya anak laki-laki bahkan oleh anak perempuan. Di dalam aspek penilaian ini, peneliti hanya ini melihat apakah anak didik sebagai bagian dari penelitian, mampu melakukannya secara sempurna tanpa adanya kehilangan keseimbangan atau tidak. Dari hasil penilaian selama penelitian berlangsung, yang dibagi atas tiga tahap, yakni pra tindakan, siklus I, dan siklus II, menunjukkan semakin meningkatnya kemampuan fisik motorik kasar anak dalam hal kegiatan menendang bola. Sebagai perbandingan, pada saat pra tindakan, dari 25 orang anak yang masuk ke dalam kategori Berkembang Sangat Baik hanya 5 orang (20,00%) anak saja, sementara untuk kategori Berkembang Sesuai Harapan terdapat 6 orang anak (24,00%), untuk kategori Mulai Berkembang terdapat 5 orang anak (20,00%). Sedangkan untuk kategori Belum Berkembang, jumlah anak adalah 9 orang (36,00%). Melihat hasil tersebut, peneliti merasa sangat perlu untuk segera melaksanakan tindakan kelas dengan target meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak pada TK Pembina Palu melalui metode pemberian tugas.

Selanjutnya, setelah peneliti mengadakan kegiatan tindakan kelas dengan target untuk meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak, ternyata diperoleh hasil yang meningkat dibandingkan dengan sebelum dilakukan tindakan (pra tindakan). Data yang diperoleh dari hasil penilaian pada siklus I yaitu terdapat 8 orang anak (32,00%) yang masuk dalam kategori Berkembang Sangat Baik, selanjutnya 7 orang anak (28,00%) yang masuk dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, kemudian 5 orang anak (20,00%) yang masuk ke dalam kategori Mulai Berkembang, sedangkan sisanya yaitu 5 orang anak (20,00%) yang masuk dalam kategori Belum Berkembang. Hasil ini, bila dibandingkan dengan perolehan nilai pada pra tindakan, tentunya meningkat. Tetapi, target peneliti adalah ingin mencapai 50% anak yang masuk dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, sehingga peneliti kembali melanjutkan pemberian tindakan kelas selanjutnya (siklus II) untuk lebih meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak melalui metode pemberian tugas khususnya pada kegiatan menendang bola.


(13)

Pada Siklus II, diperoleh hasil yang sangat menggembirakan dari penilaian kegiatan menendang bola. Data yang berhasil diperoleh dari 25 orang anak, terdapat 14 orang anak (56,00%) yang masuk dalam kategori Berkembang Sangat Baik, 3 orang anak (12,00%) yang masuk ke dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, 5 orang anak (20,00%) yang masuk ke dalam kategori Mulai Berkembang, serta 3 orang anak (12,00%) yang masuk ke dalam kategori Belum Berkembang. Hal ini menunjukkan peningkatan yang Mulai Berkembang signifikan terhadap tingkat kemampuan fisik motorik kasar anak dalam kegiatan menendang bola.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan penelitian di atas, maka ada beberapa hal yang dapat di simpulkan yaitu sebagai berikut :

1) Melalui kegiatan-kegiatan seperti berjalan mengelilingi garis, melompat maju mundur, berlari sambil melewati rintangan, dan menendang bola, dapat meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak.

2) Pembiasaan menggunakan metode pemberian tugas dalam proses pembelajaran di kelas, dapat meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak yang berujung pada peningkatan hasil belajar anak.

Dari hasil penelitian di atas, ada beberapa saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti sebagai bahan masukan terutama bagi guru sebagai tenaga pengajar dan anak-anak TK Pembina Palu untuk memperbaiki proses pembelajaran serta peningkatan mutu dan kualitas pendidikan khususnya dalam meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak melalui metode pemberian tugas sebagai berikut :

1) Dalam proses kegiatan pembelajaran di kelas maupun di luar kelas, hendaknya guru TK dapat memberikan metode pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak, salah satunya adalah penggunaan metode pemberian tugas. 2) Hendaknya diharapkan kepada orang tua agar dapat mendidik anak lebih giat lagi dalam

meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak di rumah dengan banyak menggunakan metode pemberian tugas kepada anak selama mereka berada di lingkungan rumah.


(14)

DAFTAR PUSTAKA

Corbin, Charles B. (1980). A Textboot of Motor Development, Iowa : Wmc Brown Company Publishers.

Depdiknas. (2003). P enelitian Tindakan Kelas. Jakarta.

Husen, Ali, dkk. (2002). Model P engembangan Motorik Anak Balita. Jakarta: Direktorat Olahraga Masyarakat.

Padmonodewo, Soemiarti. (2003). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Soetjiningsih. (2002). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Cetakan II, EGC.


(1)

kategori Berkembang Sangat Baik hanya 4 orang (16,00%) anak saja, sementara untuk kategori Berkembang Sesuai Harapan, terdapat 5 orang anak (20,00%), kategori Mulai Berkembang terdapat 3 orang anak (12,00%) dan untuk kategori Belum Berkembang terdapat 13 orang anak (52,00%). Melihat hasil tersebut, peneliti merasa sangat perlu untuk segera melaksanakan tindakan kelas dengan target meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak pada TK Pembina Palu melalui metode pemberian tugas.

Selanjutnya, setelah peneliti mengadakan kegiatan tindakan kelas dengan target untuk meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak, ternyata diperoleh hasil yang meningkat dibandingkan dengan sebelum dilakukan tindakan (pra tindakan). Data yang diperoleh dari hasil penilaian pada siklus I yaitu terdapat 7 orang anak (28,00%) yang masuk dalam kategori Berkembang Sangat Baik, selanjutnya 7 orang anak (28,00%) yang masuk dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, 5 orang anak (20,00%) yang masuk dalam kategori Mulai Berkembang, sedangkan sisanya yaitu 6 orang anak (24,00%) yang masuk dalam kategori Belum Berkembang. Hasil ini, bila dibandingkan dengan perolehan nilai pada pra tindakan, tentunya meningkat. Tetapi, target peneliti adalah ingin mencapai 50% anak yang masuk dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, sehingga peneliti kembali melanjutkan pemberian tindakan kelas selanjutnya (siklus II) untuk lebih meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak melalui metode pemberian tugas khususnya pada kegiatan berjalan mengelilingi garis.

Pada Siklus II, diperoleh hasil yang sangat menggembirakan dari penilaian kegiatan berjalan mengelilingi garis. Data yang berhasil diperoleh dari 25 orang anak, terdapat 13 orang anak (52,00%) yang masuk dalam kategori Berkembang Sangat Baik, 5 orang anak (20,00%) yang masuk ke dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, 4 orang anak (16,00%) yang masuk dalam kategori Mulai Berkembang serta 3 orang anak (12,00%) yang masuk ke dalam kategori Belum Berkembang. Hal ini menunjukkan peningkatan yang Mulai Berkembang signifikan terhadap tingkat kemampuan fisik motorik kasar anak dalam kegiatan berjalan mengelilingi garis.

2. Melompat Maju Mundur

Kegiatan melompat maju mundur juga ditujukan untuk meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak didik. Hal ini dianggap sangat penting untuk meningkatkan keseimbangan gerak anak. Sebagai contoh, anak dengan tingkat keseimbangan gerak yang rendah akan mudah terjatuh dibandingkan dengan anak yang memiliki tingkat


(2)

keseimbangan badan yang baik. Olehnya melalui kegiatan melompat maju mundur, diharapkan anak didik dapat melakukannya tanpa terjatuh atau sempurna.

Dari hasil penilaian selama penelitian berlangsung, yang dibagi atas tiga tahap, yakni pra tindakan, siklus I, dan siklus II, menunjukkan semakin meningkatnya kemampuan fisik motorik kasar anak dalam hal kegiatan melompat maju mundur. Sebagai perbandingan, pada saat pra tindakan, dari 25 orang anak yang masuk ke dalam kategori Berkembang Sangat Baik hanya 5 orang (20,00%) anak saja, sementara untuk kategori Berkembang Sesuai Harapan terdapat 4 orang anak (16,00%), 4 orang anak (16,00%) yang masuk dalam kategori Mulai Berkembang. Sedangkan untuk kategori Belum Berkembang, jumlah anak adalah 12 orang (48,00%). Melihat hasil tersebut, peneliti merasa sangat perlu untuk segera melaksanakan tindakan kelas dengan target meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak pada TK Pembina Palu melalui metode pemberian tugas.

Selanjutnya, setelah peneliti mengadakan kegiatan tindakan kelas dengan target untuk meningkatkan kemampuan fisik motori kasar anak, ternyata diperoleh hasil yang meningkat dibandingkan dengan sebelum dilakukan tindakan (pra tindakan). Data yang diperoleh dari hasil penilaian pada siklus I yaitu terdapat 8 orang anak (32,00%) yang masuk dalam kategori Berkembang Sangat Baik, selanjutnya 6 orang anak (24,00%) yang masuk dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, selanjutnya 5 orang anak (20,00%) yang masuk dalam kategori Mulai Berkembang, sedangkan sisanya yaitu 6 orang anak (24,00%) yang masuk dalam kategori Belum Berkembang. Hasil ini, bila dibandingkan dengan perolehan nilai pada pra tindakan, tentunya meningkat. Tetapi, target peneliti adalah ingin mencapai 50% anak yang masuk dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, sehingga peneliti kembali melanjutkan pemberian tindakan kelas selanjutnya (siklus II) untuk lebih meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak melalui metode pemberian tugas khususnya pada kegiatan melompat maju mundur.

Pada Siklus II, diperoleh hasil yang sangat menggembirakan dari penilaian kegiatan melompat maju mundur. Data yang berhasil diperoleh dari 25 orang anak, terdapat 14 orang anak (56,00%) yang masuk dalam kategori Berkembang Sangat Baik, 5 orang anak (20,00%) yang masuk ke dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, 4 orang anak (16,00%) yang masuk ke dalam kategori Mulai Berkembang serta 2 orang anak (08,00%) yang masuk ke dalam kategori Belum Berkembang. Hal ini menunjukkan peningkatan yang Mulai Berkembang signifikan terhadap tingkat kemampuan fisik motorik kasar anak dalam kegiatan melompat maju mundur.


(3)

3. Berlari Sambil Melewati Rintangan

Kegiatan berlari sambil melewati rintangan merupakan salah satu kegiatan ini untuk melatih anak didik meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak. Melalui kegiatan ini anak didik diharapkan dapat semakin melatih keseimbangannya baik berjalan maupun berlari yang akan menunjang aktifitasnya di kemudian hari.

Dari hasil penilaian selama penelitian berlangsung, yang dibagi atas tiga tahap, yakni pra tindakan, siklus I, dan siklus II, menunjukkan semakin meningkatnya kemampuan fisik motorik kasar anak dalam hal kegiatan berlari sambil melewati rintangan. Sebagai perbandingan, pada saat pra tindakan, dari 25 orang anak yang masuk ke dalam kategori Berkembang Sangat Baik hanya 5 orang (20,00%) anak saja, sementara untuk kategori Berkembang Sesuai Harapan, terdapat 5 orang anak (20,00%). Sedangkan untuk kategori Mulai Berkembang, jumlah anak adalah 5 orang (20,00%), serta 10 orang anak (40,00%) yang masuk ke dalam kategori Belum Berkembang. Melihat hasil tersebut, peneliti merasa sangat perlu untuk segera melaksanakan tindakan kelas dengan target meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak pada TK Pembina Palu melalui metode pemberian tugas.

Selanjutnya, setelah peneliti mengadakan kegiatan tindakan kelas dengan target untuk meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak, ternyata diperoleh hasil yang meningkat dibandingkan dengan sebelum dilakukan tindakan (pra tindakan). Data yang diperoleh dari hasil penilaian pada siklus I yaitu terdapat 9 orang anak (36,00%) yang masuk dalam kategori Berkembang Sangat Baik, selanjutnya 6 orang anak (24,00%) yang masuk dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, 4 orang anak (16,00%) yang masuk dalam kategori Mulai Berkembang, sedangkan sisanya yaitu 6 orang anak (24,00%) yang masuk dalam kategori Belum Berkembang. Hasil ini, bila dibandingkan dengan perolehan nilai pada pra tindakan, tentunya meningkat. Tetapi, target peneliti adalah ingin mencapai 50% anak yang masuk dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, sehingga peneliti kembali melanjutkan pemberian tindakan kelas selanjutnya (siklus II) untuk lebih meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak melalui metode pemberian tugas khususnya pada kegiatan berlari sambil melewati rintangan.

Pada Siklus II, diperoleh hasil yang sangat menggembirakan dari penilaian kegiatan berlari sambil melewati rintangan. Data yang berhasil diperoleh dari 25 orang anak, terdapat 15 orang anak (60,00%) yang masuk dalam kategori Berkembang Sangat Baik, 4 orang anak (16,00%) yang masuk ke dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, 4 orang


(4)

masuk ke dalam kategori Belum Berkembang. Hal ini menunjukkan peningkatan yang Mulai Berkembang signifikan terhadap tingkat kemampuan fisik motorik kasar anak dalam kegiatan berlari sambil melewati rintangan.

4. Menendang Bola

Kegiatan menendang bola dasarnya merupakan kegiatan yang sudah umum dilihat bahkan di lakukan oleh anak didik utamanya anak laki-laki bahkan oleh anak perempuan. Di dalam aspek penilaian ini, peneliti hanya ini melihat apakah anak didik sebagai bagian dari penelitian, mampu melakukannya secara sempurna tanpa adanya kehilangan keseimbangan atau tidak. Dari hasil penilaian selama penelitian berlangsung, yang dibagi atas tiga tahap, yakni pra tindakan, siklus I, dan siklus II, menunjukkan semakin meningkatnya kemampuan fisik motorik kasar anak dalam hal kegiatan menendang bola. Sebagai perbandingan, pada saat pra tindakan, dari 25 orang anak yang masuk ke dalam kategori Berkembang Sangat Baik hanya 5 orang (20,00%) anak saja, sementara untuk kategori Berkembang Sesuai Harapan terdapat 6 orang anak (24,00%), untuk kategori Mulai Berkembang terdapat 5 orang anak (20,00%). Sedangkan untuk kategori Belum Berkembang, jumlah anak adalah 9 orang (36,00%). Melihat hasil tersebut, peneliti merasa sangat perlu untuk segera melaksanakan tindakan kelas dengan target meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak pada TK Pembina Palu melalui metode pemberian tugas.

Selanjutnya, setelah peneliti mengadakan kegiatan tindakan kelas dengan target untuk meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak, ternyata diperoleh hasil yang meningkat dibandingkan dengan sebelum dilakukan tindakan (pra tindakan). Data yang diperoleh dari hasil penilaian pada siklus I yaitu terdapat 8 orang anak (32,00%) yang masuk dalam kategori Berkembang Sangat Baik, selanjutnya 7 orang anak (28,00%) yang masuk dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, kemudian 5 orang anak (20,00%) yang masuk ke dalam kategori Mulai Berkembang, sedangkan sisanya yaitu 5 orang anak (20,00%) yang masuk dalam kategori Belum Berkembang. Hasil ini, bila dibandingkan dengan perolehan nilai pada pra tindakan, tentunya meningkat. Tetapi, target peneliti adalah ingin mencapai 50% anak yang masuk dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, sehingga peneliti kembali melanjutkan pemberian tindakan kelas selanjutnya (siklus II) untuk lebih meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak melalui metode pemberian tugas khususnya pada kegiatan menendang bola.


(5)

Pada Siklus II, diperoleh hasil yang sangat menggembirakan dari penilaian kegiatan menendang bola. Data yang berhasil diperoleh dari 25 orang anak, terdapat 14 orang anak (56,00%) yang masuk dalam kategori Berkembang Sangat Baik, 3 orang anak (12,00%) yang masuk ke dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, 5 orang anak (20,00%) yang masuk ke dalam kategori Mulai Berkembang, serta 3 orang anak (12,00%) yang masuk ke dalam kategori Belum Berkembang. Hal ini menunjukkan peningkatan yang Mulai Berkembang signifikan terhadap tingkat kemampuan fisik motorik kasar anak dalam kegiatan menendang bola.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan penelitian di atas, maka ada beberapa hal yang dapat di simpulkan yaitu sebagai berikut :

1) Melalui kegiatan-kegiatan seperti berjalan mengelilingi garis, melompat maju mundur, berlari sambil melewati rintangan, dan menendang bola, dapat meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak.

2) Pembiasaan menggunakan metode pemberian tugas dalam proses pembelajaran di kelas, dapat meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak yang berujung pada peningkatan hasil belajar anak.

Dari hasil penelitian di atas, ada beberapa saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti sebagai bahan masukan terutama bagi guru sebagai tenaga pengajar dan anak-anak TK Pembina Palu untuk memperbaiki proses pembelajaran serta peningkatan mutu dan kualitas pendidikan khususnya dalam meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak melalui metode pemberian tugas sebagai berikut :

1) Dalam proses kegiatan pembelajaran di kelas maupun di luar kelas, hendaknya guru TK dapat memberikan metode pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak, salah satunya adalah penggunaan metode pemberian tugas. 2) Hendaknya diharapkan kepada orang tua agar dapat mendidik anak lebih giat lagi dalam

meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak di rumah dengan banyak menggunakan metode pemberian tugas kepada anak selama mereka berada di lingkungan rumah.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Corbin, Charles B. (1980). A Textboot of Motor Development, Iowa : Wmc Brown Company Publishers.

Depdiknas. (2003). P enelitian Tindakan Kelas. Jakarta.

Husen, Ali, dkk. (2002). Model P engembangan Motorik Anak Balita. Jakarta: Direktorat Olahraga Masyarakat.

Padmonodewo, Soemiarti. (2003). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Soetjiningsih. (2002). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Cetakan II, EGC.


Dokumen yang terkait

Meningkatkan Hasil Belajar Anak Melalui Metode Pemberian Tugas Di Kelompok B Tk Negeri Pembina Donggala | Rondonuwu | Bungamputi 1830 5320 1 PB

0 1 9

Pengaruh Metode Demonstrasi Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Di Kelompok B TK Pembina Palu | H. Lolo | Bungamputi 2362 7065 1 PB

0 0 10

Meningkatkan Kemampuan Fisik Motorik Kasar Anak Melalui Alat Permainan Edukatif Pada Kelompok B TK Al-Hidayah Talise Palu Utara | Rukni | Bungamputi 2360 7057 1 PB

0 0 8

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Metode Pemberian Tugas pada Kelompok B di TK Al-Khairaat Lolu | Labonati | Bungamputi 1940 5657 1 PB

0 1 14

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Metode Pemberian Tugas Di Kelompok B TK Aisyiyah Parigi | Ulfa | Bungamputi 2779 8413 1 PB

0 1 12

Meningkatkan Kedisiplinan Anak Melalui Metode Pemberian Tugas Pada Kelompok B Di TK Bungamputi | Tum | Bungamputi 2778 8409 1 PB

0 0 12

Meningkatkan Kemampuan Fisik Motorik Kasar Anak Melalui Metode Demonstrasi di Kelompok B TK Negeri Pembina Dolo | ngkona | Bungamputi 7244 24123 1 PB

0 0 20

Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Metode Pemberian Tugas di Kelompok B TK PKK Langaleso | Nisma | Bungamputi 7291 24308 1 PB

0 0 12

Meningkatkan Motorik Halus Anak Melalui Metode Pemberian Tugas di Kelompok B TK Alkhairaat Maku Kec. Dolo | Yondi | Bungamputi 7260 24184 1 PB

0 0 11

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Metode Demonstrasi di Kelompok B TK Al Khairat Perumnas Tinggede | Erni | Bungamputi 8836 29033 1 PB

0 18 11