Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Isi Unsur Kekerasan dalam Film 9 Naga T1 362004014 BAB V

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil analisa menunjukkan bahwa frekuensi dan tampilan dari
adegan kekerasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dalam film 9 Naga bentuk adegan yang paling menonjol adalah bentuk
adegan fisik dan diikuti dengan adegan psikis dengan presentase yang
sangat kecil. Kekerasan fisik diperlihatkan dengan adanya kontak fisik
antara pelaku dan korban seperti memukul, menembak, membuang,
dan menendang, sedangkan kekerasan psikis terlihat pada kekerasan
yang diperlihatkan melalui kata-kata kasar, membentak, memaki, dan
merendahkan.
2. Ekspresi kekerasan non verbal pada film 9 Naga ini mendominasi.
Ekspresi kekerasan ini ditunjukkan dengan ekspresi wajah dan volume
suara yang meninggi, sedangkan ekspresi kekerasan verbal muncul
dari kata-kata lisan dalam adegan kekerasan seperti memaki,
membentak, dan mengeluarkan kata-kata kotor.
3. Untuk aspek motif kekerasan yang muncul adalah motif kekerasan
dengan disengaja. Motif disengaja dilakukan karena adanya kesadaran
dari pihak pelaku untuk melakukan kekerasan kepada korban dengan
suatu latar belakang yang mendorong pelaku melakukan kekerasan.

4. Dalam aspek pelaku dan korban, keduanya menunjukkan bahwa
pelaku utama laki-laki dan pemeran utama laki-laki lebih mendominasi
87

dalam adegan kekerasan. Sebagian besar kekerasan dialami oleh
pelaku utama laki-laki, sedangkan pemeran pembantu laki-laki juga
mengalami dan melakukan kekerasan akan tetapi dalam frekuensi yang
lebih sedikit dari pemeran utama laki-laki.
5. Film 9 Naga telah memenuhi kriteria sebagai film yang layak untuk
ditayangkan, karena memenuhi tri fungsi film diantaranya sebagai
informasi, menghibur, mendidik, kontruktif, dan persuasif.
5.2 Saran
Berdasarkan pada kesimpulan yang telah dibuat oleh peneliti dalam
Film 9 Naga, maka saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah sebagai
berikut:
1.

Film 9 Naga adalah film yang bergenre film laga, yang sering
menunjukkan kekerasan yang dilakukan oleh pelaku kepada korban.
Dalam hal ini sebaiknya adegan kekerasan yang ditunjukkan tidak

terlalu ditonjolkan secara berlebihan karena konsumen dari film ini
berasal dari berbagai kalangan termasuk anak-anak, yang sangat
mudah menirukan adegan yang mereka tonton, salah satunya adegan
mengenai kekerasan.

2.

Bagi pembuat film hendaknya memperhitungkan faktor eksternal yang
menyangkut masyarakat dalam membuat filmnya. Film yang dibuat
dan ditawarkan kepada penonton sebaiknya dibuat berdasarkan
pemikiran dan kreativitas serta intuisi moral yang dimiliki oleh para
pembuat film, sehingga selain dapat memuaskan pada penontonnya

88

juga memberikan pelajaran yang baik bagi penonton dari apa yang
mereka lihat.
3.

Bagi masyarakat atau publik sebagai penonton diharapkan mampu

menarik pelajaran yang baik dari film yang ditonton dan membuang
hal yang tidak baik dari film tersebut. Publik harus peka, selektif, dan
cerdas dalam memilih film yang ingin mereka tonton. Dalam film yang
menunjukkan kekerasan, orang tua sebaiknya mengawasi putra
putrinya yang masih kanak-kanak dan remaja agar tidak terpengaruh
dengan tayangan yang mereka tonton.

4.

Bagi pemerintah perlu mengevaluasi kelayakan film tersebut layak
ditayangkan atau tidak dengan memberikan rambu-rambu kepada
pembuat film sehingga film yang dihasilkan memang layak untuk
menjadi konsumsi masyarakat luas.

5.

Bagi peneliti yang hendak melanjutkan penelitian tentang film yang
sama, dapat meneliti aspek lain dari film ini, misalnya efek dari sisi
film terhadap penonton, atau efek visualitas dan audio film, atau aspek
lainnya yang dapat memberikan masukan terhadap film tersebut.


89