Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Isi Unsur Kekerasan dalam Film 9 Naga T1 362004014 BAB IV

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambar Adegan Kekerasan Pada Film 9 Naga

Pada bab ini peneliti akan menjabarkan tampilan adegan kekerasan dalam film 9 Naga. Peneliti akan menganalisa kekerasan yang terkandung dalam isi film agar mempermudah peneliti setiap adegan yang tampak dalam film. Bagaimana kekerasan yang ditampilkan seperti, memukul, menampar, mencekik, menendang, menganiaya, memaki, membentak dan sebagainya. Dalam hal ini peneliti menggunakan sampling terhadap setiap bentuk kekerasan yang terjadi. Peneliti juga mendeskripsikan adegan-adegan setiap bentuk kekerasan yang terjadi. Tujuan dari mendeskripsikan setiap adegan-adegan adalah untuk memberikan gambaran secara umum tentang isi yang mengandung kekerasan. Babak yang terdapat kekerasan dalam isi film 9 Naga yaitu, babak 4, 6, 14,17, 23, 29, 34, 37. Babak-babak ini lah yang mengandung unsur kekerasan dalam isi film 9 Naga. Dalam hal ini peneliti akan memulai mendeskripsikan setiap babak yang mengandung unsur kekerasan.


(2)

Babak 4

Sumber : Film 9 Naga, CD 1 Adegan : Penembakan

Dalam adegan ini, Marwan yang selalu memimpin terjadinya pembunuhan. Sedangkan Doni dan Leni hanya membantu Marwan melakukan tugasnya untuk membuang korban ketepi sungai. Korban yang sudah dimasukkan ke dalam karung dan diikat. Korban berdiri dengan menggunakan dengkul menghadap Marwan. Doni berdiri di samping korban untuk bersiap apabila korban sudah mati, Doni langsung membawanya ke sungai. Sedangkan Leni berdiri di belakang Marwan, sambil melihat situasi sekitarnya. Saat keadaan


(3)

tiga kali, pada tembakan pertama, Marwan langsung menembakkan pelurunya ke korban. Takut korban masih hidup, Marwan berpindah didepan Doni dan menembakkan lagi sebanyak dua kali. Dalam adegan ini, pengambilan gambar yang digunakan adalah longshoot atau pengambilan dengan jarak jauh. Dimana gambar yang ditampilkan terlihat secara keseluruhan dan luas.

Babak 6

Sumber : Film 9 Naga, CD 1 Adegan : Pemukulan

Adegan ini masuk ke dalam babak enam yang masuk dalam kategori pemukulan / penganiayaan. Dalam adegan ini flash back waktu Doni baru pindah rumah dan kenal dengan Marwan dan Leni. Sedangkan Marwan dan Leni sudah lebih dulu tinggal di daerah ini. Di siang hari, Doni yang sedang


(4)

diminta tolongi oleh ibunya untuk membelikan sesuatu diwarung. Saat Doni diberi uang, seorang preman melihat dan mencegat pada waktu Doni berjalan menuju warung. Dari kejauhan Marwan dan Leni sudah melihat Doni yang sedang dibuntuti oleh preman lalu menghampirinya. Doni yang dicekik dan didorong ke tembok oleh preman. Raut wajah Doni sangat ketakutan ketika peristiwa itu terjadi.

Doni yang pada saat itu ketakutan dan tidak ingin memberi uangnya, lalu preman tidak segan-segan untuk memukul bagian kepala Doni hingga dua kali. Doni terjatuh dan dipukuli lagi, sampai-sampai kepala Doni ditendang. Preman terus memukul dan menendang Doni hingga babak belur. Terkadang Doni menepis pukulan preman tersebut dan terkadang Doni hanya pasrah dengan pukulan yang menghantamnya. Preman itu meminta paksa uang Doni tetapi Doni tidak juga memberikannya. Doni terus dipukul hingga akhirnya Marwan datang membantu Doni.

Pengambilan gambar dalam adegan ini secara moving atau bergerak mengikuti aktor. Dalam pengambilan gambar orang berkelahi, biasanya sering digunakan dengan teknik ini. Karena teknik ini bisa membawa emosi penonton seolah-olah melihat secara langsung keadaan yang terjadi. Gambar yang terlihat


(5)

Sumber : Film 9 Naga, CD 1 Adegan : Penusukan

Masih dalam babak yang sama, ketika Doni dipukuli hingga babak belur, Marwan tiba-tiba datang menolong Doni. Saat Marwan datang, Marwan langsung menarik preman itu hingga jatuh. Preman ini memang tidak disenangi oleh warga sekitar karena sering menggangggu lingkungan. Preman itu langsung mendorong Marwan hingga jatuh ke tanah. Marwan yang tidak berdaya lalu ditusuk oleh preman tersebut. Marwan hanya bisa menjerit kesakitan dan memegang pisau yang menancap di dadanya.

Ketika Marwan ditusuk, Leni lalu menarik preman tersebut dan mencekik dari belakang. Marwan yang masih kesakitan, mencoba menarik pisau yang menancap di dadanya. Marwan lalu menusukan ke perut preman


(6)

tersebut hingga berkali-kali. Doni yang masih terkapar, hanya bisa melihat Marwan membunuh preman tersebut. Adegan ini pertama kali Marwan membunuh orang.

Dalam adegan ini pengambilan gambar masih menggunakan teknik

moving, medium close up, extreme close up.Teknikmovingdi dalam adegan ini agar penonton juga bisa merasakan emosi yang di alami. Hampir semua film yang didalamnya ada perkelahian, rata-rata menggunakan teknik ini. Gambar yang terlihat bergerak mengikuti aktor. Teknik medium close up, biasanya digunakan saat korban terkapar jatuh dan perpindahan scene. Gambar yang terlihat setengah badan atau lebih dekat lagi. Sedangkan teknik extreme close up, digunakan untuk melihat saat-saat tragis seperti penusukan, jadi gambar yang terlihat lebih dekat dibandingmedium close up.


(7)

Babak 14

Sumber : Film 9 Naga, CD 1

Adegan : Pencekikan dan Penusukan

Adegan ini tidak jauh beda dengan adegan sebelumnya. Tetapi kali ini, Marwan bertugas sebagai pembunuh bayaran yang diperintahkan oleh Dipo. Kali ini Marwan mendapat kerjaan yang kedua. Kali ini Marwan kerja dengan Doni, sedangkan Leni menunggu di mobil. Marwan yang sudah berhasil lebih dulu masuk ke dalam rumah korban. Sedangkan Doni, sedang mengurus satu

body guard korban untuk dibunuh juga. Body guard yang sedang berjaga di balkon rumah, dan melihat situasi. Ketika body guard lengah, Doni masuk dan mencekiknya dari belakang dan tanpa suara,body guardtewas.

Marwan yang sudah menunggu di kegelapan sebuah ruangan dan melihat situasi rumah. Sebelum Marwan masuk, pembantu korban masuk untuk


(8)

memberikan secangkir teh panas kepada majikannya. Setelah pembantu itu keluar, Marwan masuk dan mengambil pisau dari saku, langsung menusukkan ke korban. Marwan menusuk beberapa kali tusukan dipinggang korban. Setelah beberapa tusukan, korban lalu tewas dan korban di bawa ke tepi sungai untuk dilarung.

Dalam adegan ini, teknik pengambilan gambar yang digunakan adalah teknik panning, medium close up, long shoot. Teknik panning disini, dimana pengambilan gambar bergerak pindah dari gambar A ke B. Panning ini tergantung obyek yang akan dituju, teknik panning dibagi menjadi dua, yaitu

Panning kanan dan panning kiri. Kalau didalam adegan ini, teknik panning

yang digunakan yaitu panning kanan. Dimana teknik ini berpindah ke objek sebelah kanan.

Sedangkan teknik medium close up digunakan saat pelaku mencekik korban, gambar yang terlihat setengah badan atau lebih. Teknik long shoot

digunakan untuk melihat keseluruhan suasana, gambar terlihat sangat luas. Teknik ini biasanya digunakan untuk melihatkan suasana yang ada didalam adegan.


(9)

Babak 17

Sumber : Film 9 Naga, CD 1 Adegan : Pembunuhan

Adegan pembunuhan ini masuk didalam babak tujuh belas. Disini Marwan bertugas untuk membunuh dua korban yang disuruh oleh Dipo. Disalah satu restoran mewah, korban sedang menikmati hidangan yang disediakan oleh restoran. Korban dijaga oleh satu body guard yang duduk didekat dengan korban. Ketika salah satu korban sedang ke toilet, Marwan dan Doni masuk ke dalam restoran. Marwan dan Doni langsung menuju ke korban, sebelumnya Doni menembakbody guard dengan beberapa tembakan. Marwan langsung menembak ke korban dengan beberapa tembakan. Marwan yang sudah menembak korban dan mencari korban yang satunya. Marwan menyusuri


(10)

dapur dan keluar dari pintu belakang. Marwan melihat keadaan sekitar dan berjalan ke arah depan restoran, sebelum sampai didepan, polisi yang mendengar suara tembakan langsung mencari dari mana asalnya.

Saat Marwan melihat polisi, Marwan langsung lari kebelakang, saat pelarian berlangsung, polisi sempat melepaskan tembakan peringatan tetapi Marwan tetap berlari. Setelah itu, Marwan menembakkan pistol ke arah polisi. Saat itu Marwan langsung sembunyi diselah-selah tembok restoran dan Marwan juga mengisi peluru kembali. Saat Marwan sembunyi, Marwan mendengar suara orang berjalan, dan pada saat itu juga Marwan keluar dan menembak ke arah berlawanan. Ternyata yang tertembak adalah Doni, temannya sendiri. Marwan yang menembakkan beberapa peluru, langsung terdiam dan menurunkan senjatanya. Saat penembakkan tersebut, Doni masih bisa berjalan dan terjatuh didepan Marwan.

Pada babak ini adegan yang ditampilkan dapat dikategorikan sebagai pembunuhan menggunakan senjata (pistol). Pengambilan gambar di adegan ini menggunakan teknik medium close up dan extreme close up. Dimana medium close up melihatkan aktifitas pelaku yang sedang beraksi sedangkan extreme close up, melihatkan ekspresi pelaku. Pelaku disini adalah pemain utama yaitu Marwan, Doni, dan Leni.


(11)

Babak 23

Sumber : Film 9 Naga, CD 2 Adegan : Pemukulan dan ekspresi

Dalam babak ini, Marwan datang untuk menemui Adi, adik Doni. Marwan merasa bersalah sudah membunuh Doni dan akhirnya Marwan memberanikan diri untuk bertemu dengan Adi. Di sore hari, saat Doni sedang bermain bola sendiri, Marwan tiba-tiba datang menemuinya. Doni sempat kaget melihat Marwan datang tanpa kakaknya Doni. Marwan mendekatkan diri ke Adi, untuk memberikan komik kesayangan mereka berdua (Doni dan Adi). Adi sempat menanyakan kakaknya, dan Marwan langsung memberikan komik tersebut. Adi mengerti apabila komik ini selalu dibawa oleh Doni. Adi langsung


(12)

menangis menerima komik kesayangannya. Tidak kuat menahan tangisnya, Adi langsung memukul dengan tangan kosong. Adi memukul hingga Marwan jatuh terkapar ditanah, lalu Adi mencekik leher Marwan dengan tangan. Sambil meneteskan air mata, Adi terus memukuli Marwan hingga babak belur. Adi yang tidak pernah setuju apabila kakaknya ikut kerja dengan Marwan. Adi sudah ngerti dari dulu kalau kakaknya menjadi pembunuh bayaran. Tetapi Adi hanya terdiam saat dia mengetahuinya. Dengan kondisi perekonomiannya, Adi menerima keadaan ini karena Adi juga sadar akan dirinya ingin memasuki jenjang kuliah.

Pada babak ini adegan kekerasan yang terjadi adalah kekerasan melukai dengan tangan kosong dan pencekikan. Ekspresi kekerasan disini juga terlihat ketika Adi ingin memukul Marwan. Raut wajah Adi dengan raut wajah dendam. Ekspresi non verbal ini dilakukan dengan cara sengaja, karena Adi yang kesal dengan kelakuan Marwan.


(13)

Babak 29

Sumber : Film 9 Naga, CD 2

Adegan : Ekspresi kekerasan, pelecehan

Adegan ini dimana adegan Marwan sedang mengambil uang dari laci Dipo. Marwan menunggu di ruang Dipo untuk beberapa saat. Tidak lama, Dipo datang dan menyapa Marwan menanyakan ada keperluan apa datang kesini. Marwan meminta separuh uang hasil membunuh satu orang. Menurut Dipo, Marwan sembrono dalam mengerjakan perkerjaannya. Dipo mengatakan makanya nyari anak buah tuh yang becus! Bencong taman lawang lu kasih kerja beginian!!! . Tetapi Marwan melawan perkataan Dipo gue udah bunuh satu orang! Paling ga lu utang separuh dari uang gue!! . Dalam adegan ini terus adu mulut antara Dipo dan Marwan. Akhirnya Dipo mengusir Marwan dengan alasan banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Dengan kelakuan Dipo


(14)

seperti itu, Marwan tidak terima, karena Dipo masih hutang separuh jatah uang yang diberinya. Kesabaran Marwan habis, Marwan lalu menarik Dipo, mencekik Dipo dari belakang dan menusukkan pisau ke bagian pinggang Dipo. Dipo tidak bisa melawan serangan dari Marwan, Dipo hanya bisa teriak kesakitan. Dengan beberapa tusukan akhirnya Dipo tewas dan Marwan mengambil kunci dari kantong baju Dipo. Setelah mengambil kunci, Marwan langsung mengambil semua uang yang ada dalam laci Dipo dan keluar dari ruangan. Marwan keluar dari ruangan, anak buah Dipo yang mengisi harinya dengan bermain billiard curiga dengan Marwan yang keluar dari ruangan dengan bercucuran keringat. Anak buahnya masuk ke ruangan untuk mengecek keadaan didalam, saat keluar ruangan anak buah tersebut member isyarat kepada teman-teman yang lain. Saat Marwan jalan menuju keluar, Marwan langsung ditodong pistol didepan wajahnya. Marwan langsung bisa mengatasi keadaan di arena billiard dan menembakkan beberapa peluru ke arah kawanan Dipo. Akhirnya Marwan meninggalkan arena dengan membawa tas berisi uang.

Pada babak ini adegan kekerasan yang terjadi adalah pelecehan saat Dipo berkata bencong lu ajak kerja kaya ginian . Perkataan yang dimaksudkan adalah bahwa kerjanya anak buah Marwan yang tidak becus yang diibaratkan seperti kelakuan bencong yang hanya bisa mangkal dipinggir jalan untuk


(15)

sisa uang kerjanya. Adegan kekerasan yang lain adalah pemukulan dengan tangan kosong dan penembakkan yang dilakukan oleh peran utama yaitu Marwan. Dalam adegan ini pengambilan gambar yang dilakukan dengan teknik

longshoot, medium close up.

Babak 34

Sumber : Film 9 Naga, CD 2

Adegan : Pemukulan, menjambak, menganiaya

Adegan ini terjadi saat Leni sedang berjalan diperkampungannya, tiba-tiba dua orang muncul dari lorong sebelah kiri. Saat itu Leni kaget dan leni langsung didorong dari depan dengan kencang hingga Leni ingin jatuh. Saat itu juga, Leni wajahnya dipukuli hingga babak belur. Leni dijaga oleh satu orang dan satu lagi memukuli Leni. Setelah Leni babak belur tidak berdaya, Leni


(16)

dibawa masuk kedalam lorong tersebut, dan ditaruh disebuah rumah yang sudah tidak didiami lagi. Leni merengek kesakitan akibat dipukuli oleh kawanan Dipo. Kawanan ini menculik Leni sebagai tawanan agar uang yang Marwan ambil dikembalikan. Pada saat itu juga salah satu dari kawanan menghubungi Marwan melalui ponsel. Mereka meminta Marwan untuk datang dan membawa uang yang telah ia ambil. Marwan berkata juga bahwa Leni tidak ada kaitannya dengan pencurian uang dan tewasnya Dipo karena dibunuh.

Adegan kekerasan yang muncul pada babak ini ada pemukulan dengan tangan kosong hingga babak belur. Anak buah Dipo yang kesal dengan kelakuan Marwan dan kawan-kawan lalu memukuli Leni. Adegan kekerasan yang lain yaitu menjambak dan menganiaya Leni. Disini Leni dijambak dan dianiaya karena Leni dijadikan tawanan agar Marwan datang untuk memberikan uang yang telah diambilnya. Karena kesal dan ingin balas dendam, kawanan ini menculik Leni yang mereka tahunya Leni adalah anak buah Marwan. Backsound disini irama musik yang mencekam pada waktu Leni menggerang-gerang kesakitan.


(17)

Babak 37

Sumber : Film 9 Naga, CD 2 Adegan : Penodongan

Pada adegan ini, penculik meminta Marwan datang untuk mengembalikan uang Dipo yag telah ia ambil. Marwan pun meminta pada sekawanan penculik untuk membebaskan Leni yang sudah disanderanya. Leni keluar dengan tidak menggunakan pakaian serta di ikuti oleh salah satu penyandera dengan menodongkan pistol dilehernya. Marwan menunggu didepan pintu pagar rumah penyandera, dengan menggunakan jaket yang dibuatkan oleh istrinya, Marwan pun masuk menemui Leni didepan pintu dalam. Marwan meminta Leni untuk tetap menjaga istri dan anaknya. Leni bungkam seribu bahasa, karena Leni menganggap Marwan sudah menjadi kakaknya. Karena Marwan sudah menjadi panutan bagi Leni. Sebelum Marwan masuk, Marwan mengambil kunci di saku celananya dan menyelipkannya ditangan Leni. Leni hanya bisa menangis saat Marwan mulai di tarik oleh penyandera. Marwan masuk ke dalam sambil membawa sebuah tas.


(18)

Di dalam adegan ini, memang tidak terlihat adegan kekerasan yang di tayangkan, namun ekspresi kekerasan non verbal yang diperlihatkan dalam tayangan ini. Saat Leni keluar dari dalam rumah, Leni sudah ditodong pistol oleh salah satu kawanan penculik. Sampai Marwan diperintah oleh kawanan penculik untuk masuk dan memberikan uangnya. Sesampai di dalam, Marwan langsung di tembak oleh kawanan, karena Marwan telah membohongi penculik dengan isi tas yang berisi guntingan koran. Tanpa banyak kata, kawanan penculik pun langsung menembak Marwan.

Dalam adegan ini memang tidak terlihat adegan kekerasannya. Namun adegan kekerasan yang diperlihatkan dalam babak ini adalah penodongan terhadap Leni, dan pembunuhan terhadap Marwan. Di dalam babak ini peneliti melihat beberapa kekerasan yang dilakukan oleh kawanan penculik terhadap Marwan dan Leni. Marwan yang diminta untuk mengembalikan uang Dipo, ternyata tas yang ia bawa hanya potongan-potongan kertas. Dan pada akhirnya Marwan ditembak oleh kawanan Dipo. Backsound dalam babak ini mencekam, ketika Marwan masuk ke dalam rumah dan ditembak oleh kawanan Dipo dan Leni perlahan berjalan pulang. Ketika Leni berjalan pulang, Leni mendengar suara tembakan di dalam rumah. Leni menangis, karena Leni sudah menganggap Marwan saudara sendiri.


(19)

4.2 Hasil Penelitian

Kekerasan adalah ancaman atau paksaan secara fisik dan non fisik yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang terhadap orang/kelompok orang lain dengan akibat tidak menyenangkan atau penderitaan secara fisik dan non fisik. Kekerasan dapat dilakukan secara fisik oleh pelaku kekerasan dengan cara memukul, menampar, mendorong, mencekik, menendang, melempar barang ke tubuh, menginjak, melukai dengan tangan kosong atau dengan alat/senjata, menganiaya, membunuh serta perbuatan lain yang relevan. Kekerasan juga dapat dilakukan secara non fisik, yakni pelaku melakukan kekerasan kepada korban dengan cara membentak, menyumpah, mengancam, memaki, mengatai, merendahkan, memerintah, melecehkan, menguntit atau tindakan lain yang menimbulkan rasa takut. Motif dalam melakukan kekerasan pun juga beragam, ada yang disengaja dan ada yang tidak disengaja. Motif kekerasan disengaja merupakan kekerasan yang disertai maksud dalam diri pelaku yang dinyatakan secara verbal atau visual. Sedangkan kekerasan yang tidak disengaja merupakan kekerasan yang tidak disertai maksud dari pelaku.

Pada bagian tulisan ini akan dijabarkan secara rinci gambaran frekuensi bentuk adegan kekerasan, ekspresi kekerasan, motif kekerasan, pelaku dan ekspresi kekerasan, motif dan pelaku kekerasan, pelaku dan korban kekerasan.


(20)

4.2.1 Bentuk Adegan Kekerasan Tabel 4.1

Bentuk Kekerasan dalam Film 9 Naga

No Dimensi F %

1 Fisik 7 87,50

2 Psikologis 1 12,50

3 Lain-lain 0

Jumlah 8 100,00

Rata-rata 2,67

Standar Deviasi 1,67

Varians 2,79

Sumber: Data Primer diolah, 2012

Pada tabel 4.1 di atas terlihat bahwa bentuk adegan kekerasan fisik tampak menonjol dalam film 9 Naga dengan frekuensi sebesar 7 dengan presentase 87%. Hal ini dapat digambarkan bahwa film 9 Naga dimensi fisik sering digunakan dalam bentuk kekerasan. Sedangkan kekerasan dalam dimensi psikis dilakukan dalam frekuensi yang sangat sedikit yakni sebanyak 1 kali dengan prosentase 13%. Adegan fisik dalam film 9 Naga ini ditunjukkan dengan memukul, menampar, mendorong, mencekik, menusuk dan menendang. Sedangkan kekerasan psikis yang ditunjukkan dalam film 9 Naga ini adalah kekerasan melalui makian, bentakan, ancaman dan mengeluarkan kata-kata kasar. Bentuk adegan kekerasan dalam film 9 Naga memiliki varians sebesar


(21)

yakni 7 frekuensi kekerasan fisik dan 1 frekuensi kekerasan psikis. Dari data pada tabel 4.1 terlihat bahwa derajat varian dari tiap variabel bersifat homogenitas artinya data tersebut mudah dikontrol.

4.2.2 Ekspresi Kekerasan

Tabel 4.2

Ekspresi Kekerasan Dalam Film 9 Naga

No Dimensi F %

1 Verbal 1 12,50

2 Non Verbal 7 87,50

Jumlah 8 100,00

Rata-rata 4,00

Standar Deviasi 1,73

Varians 3

Sumber:Data Primer diolah, 2012

Pada tabel 4.2 di atas terlihat bahwa ekspresi adegan kekerasan nonverbal tampak menonjol dalam film 9 Naga dengan frekuensi sebesar 7 dengan presentase 87,5%. Hal ini dapat digambarkan bahwa film 9 Naga dimensi nonverbal sering digunakan dalam bentuk kekerasan. Sedangkan kekerasan dalam dimensi verbal dilakukan dalam frekuensi yang sangat sedikit yakni sebanyak 1 kali dengan prosentase 12,5%. Adegan kekerasan nonverbal dalam film 9 Naga ini ditunjukkan dengan menunjukkan tindakan langsung atau secara fisik, yakni melalui memukul, menampar, mendorong, mencekik, menusuk dan menendang. Sedangkan ekspresi kekerasan verbal yang ditunjukkan dalam film 9 Naga ini adalah kekerasan melalui gesture (tingkah


(22)

laku), ekspresi wajah, dan paralingustik (ucapan yang terputus karena marah, suara meninggi). Dalam film 9 Naga ini kekerasan verbal ditunjukkan dengan makian, bentakan, ancaman dan mengeluarkan kata-kata kasar. Ekspresi kekerasan dalam film 9 Naga memiliki varians sebesar 3 dengan standar deviasi sebesar 1,72 dari masing-masing adegan kekerasan dengan nilai rata-rata sebesar 4 untuk total kekerasan sebanyak 8 frekuensi yakni 7 frekuensi ekspresi kekerasan nonverbal dan 1 frekuensi ekspresi kekerasan verbal. Dari data pada tabel 4.2 terlihat bahwa derajat varian dari tiap variabel bersifat homogenitas artinya data tersebut mudah dikontrol.

4.2.3 Motif Kekerasan

Tabel 4.3

Motif Kekerasan Dalam Film 9 Naga

No Dimensi F %

1 Sengaja 8 100,00

2 Tidak Disengaja 0 0,00

Jumlah 8 100,00

Rata-rata 4

Standar Deviasi 2,00

Varians 4

Sumber: Analisis Data Primer, 2012

Adegan kekerasan dapat dibagi sesuai dengan motifnya, yakni sengaja atau tidak disengaja. Motif kekerasan sengaja merupakan kekerasan yang


(23)

disertai maksud dari diri pelaku, tetapi tetap memberikan efek penderitaan bagi korban. Pada tabel 4.3 di atas terlihat bahwa motif adegan kekerasan yang disengaja tampak sangat menonjol dalam film 9 Naga dengan frekuensi sebesar 8 dengan presentase 100%. Hal ini dapat digambarkan bahwa film 9 Naga dimensi kesengajaan sering digunakan dalam bentuk kekerasan. Kekerasan yang dilakukan dalam film ini dilakukan dengan sengaja, yakni pelaku sengaja melakukan kekerasan pada korban karena ada suatu alasan atau latar belakang. Motif kekerasan ini ditunjukkan dengan adanya kesadaran melakukan kekerasan, misalnya menyekap lalu menembak, kemudian membuang mayat yang telah tertembak. Hal itu dilakukan dengan sengaja oleh pelaku kekerasan. Motif kekerasan dalam film 9 Naga memiliki varians sebesar 4 dengan standar deviasi sebesar 2 dari masing-masing adegan kekerasan dengan nilai rata-rata sebesar 4 untuk total kekerasan sebanyak 8.


(24)

4.2.4 Pelaku dan Ekspresi Kekerasan Tabel 4.4

Pelaku dan Ekspresi Kekerasan Film 9 Naga

Dimensi laki-laki Perempuan

Utama Pembantu Utama Pembantu

F % F % F % F %

Verbal 1 12,50 0 0,00 0 0 0 0

Non-Verbal 5 62,50 2 25,00 0 0 0 0

Gabungan 0 0 0,00 0 0 0 0

Jumlah 6 75,00 2 25,00 0 0 0 0

Rata-rata 2,00 0,67 0 0 0 0

Standar

Deviasi 1,82 0,94 0 0 0 0

Varians 3,3 0,89 0 0 0 0

Sumber: Data primer Diolah, 2012

Pada tabel 4.4 di atas terlihat bahwa aspek pelaku dan ekspresi adegan kekerasan baik nonverbal maupun verbal tampak bahwa pemeran utama laki-laki yang paling dominan dalam melakukan ekspresi kekerasan baik nonverbal maupun verbal dengan total frekuensi 5 atau 62.5% untuk kekerasan nonverbal yang dilakukan oleh pemeran utama laki-laki dan frekuensi 1 kali atau 12,5% untuk kekerasan verbal yang dilakukan oleh pemeran utama laki-laki. Untuk kekerasan verbal yang dilakukan oleh pemeran pembantu laki-laki tidak ada,


(25)

tokoh utama laki-laki, ekspresi kekerasan dalam film 9 Naga memiliki varian sebesar 3,3 dengan standar deviasi sebesar 1,82 dari masing-masing adegan kekerasan dengan nilai rata-rata sebesar 2 untuk total kekerasan sebanyak 6 frekuensi yakni 5 frekuensi ekspresi kekerasan nonverbal dan 1 frekuensi ekspresi kekerasan verbal. Sedangkan pada tokoh pembantu laki-laki ekspresi kekerasan dalam film 9 Naga memiliki varian sebesar 0.89 dengan standar deviasi sebesar 0.94 dari masing-masing adegan kekerasan dengan nilai rata-rata sebesar 0.67 untuk total kekerasan sebanyak 2 frekuensi, yakni frekuensi ekspresi kekerasan non verbal. Dari data pada tabel 4.4 terlihat bahwa derajat varian dari tiap variabel bersifat heterogenitas artinya data tersebut sulit dikontrol.

4.2.5 Motif dan Pelaku Kekerasan Tabel 4.5

Motif dan Pelaku Kekerasan

No Dimensi laki-laki Perempuan

Utama Pembantu Utama Pembantu

F % F % F % F %

1 Sengaja 5 62,50 3 37,50 0 0 0 0

2

Tidak

Disengaja 0 0,00 0 0,00 0 0 0 0

Jumlah 5 62,50 3 37,50 0 0 0 0

Rata-rata 2,50 1,50 0 0 0 0

Standar Deviasi 1,73 1,22 0 0 0 0

Varians 3 1,5 0 0 0 0


(26)

Pada tabel 4.5 di atas terlihat bahwa aspek pelaku dan motivasi adegan kekerasan baik sengaja maupun tidak sengaja tampak bahwa pemeran utama laki-laki yang paling dominan dalam melakukan ekspresi kekerasan yang disengaja dengan total frekuensi 5 atau 62.5% dan frekuensi 3 kali atau 37,5% untuk kekerasan yang disengaja yang dilakukan oleh pemeran pembantu laki-laki. Pemeran utama wanita dan pemeran pembantu wanita tidak melakukan motif kekerasan dalam film 9 Naga. Pada tokoh utama laki-laki, ekspresi kekerasan dalam film 9 Naga memiliki varian sebesar 3 dengan standar deviasi sebesar 1,73 dari masing-masing adegan kekerasan dengan nilai rata-rata sebesar 2,5 untuk total kekerasan sebanyak 5 frekuensi. Sedangkan pada tokoh pembantu laki-laki motif kekerasan dalam film 9 Naga memiliki varian sebesar 1,5 dengan standar deviasi sebesar 1,22 dari masing-masing adegan kekerasan dengan nilai rata-rata sebesar 2,5 untuk total kekerasan sebanyak 3 frekuensi. Dari data pada tabel 4.5 terlihat bahwa derajat varian dari tiap variabel bersifat heterogenitas artinya data tersebut sulit dikontrol. Dalam film 9 Naga tersebut adegan kekerasan yang disengaja Nampak dari adegan yang ditampilkan pelaku kekerasan berupa adegan verbal atau visual atau kekerasan fisik. Sedangkan adegan tidak disengaja, dilakukan saat pelaku tidak sengaja melakukan kekerasan pada korban secara psikis dengan mengatai, membentak,


(27)

4.2.6 Bentuk Kekerasan dan Pelaku Kekerasan Tabel 4.6

Bentuk Kekerasan dan Pelaku Kekerasan

No Dimensi laki-laki Perempuan

Utama Pembantu Utama Pembantu

F % F % F % F %

1 Fisik 5 62,50 2 25,00 0 0 0 0

2 Psikologis 1 12,50 0 0,00 0 0 0 0

3 Lain-lain 0 0 0,00 0 0 0 0

Jumlah 6 75,00 2 25,00 0 0 0 0

Rata-rata 2,00 0,67 0 0 0 0

Standar

Deviasi 1,41 1,14 0 0 0 0

Varians 2 1,3 0 0 0 0

Sumber: data diolah, 2012

Dari data di atas dapat dilihat bahwa pada film 9 Naga kekerasan yang dilakukan oleh pemeran utama pria memiliki frekuensi sebanyak 5 atau 62,5% untuk kekerasan fisik dan 1 atau 12,5% untuk kekerasan psikis. Untuk pemeran pembantu laki-laki melakukan kekerasan fisik sebanyak 2 frekuensi atau 25%, sedangkan untuk kekerasan psikis tidak dilakukan oleh pemeran pembantu laki-laki. Untuk kedua tokoh pemeran utama dan pemeran pembantu wanita tidak melakukan adegan kekerasan baik fisik ataupun psikologis. Dalam film 9 Naga ini, pemeran laki-laki lebih mendominasi cerita baik itu peran utama dan pembantu, sedangkan peran utama dan pembantu wanita kurang mendominasi sehingga topik utama mengenai kekerasan tidak terlihat pada tokoh wanita.


(28)

Kekerasan fisik yang dilakukan baik oleh pemeran utama dan pembantu laki-laki berupa tamparan, pukulan, penembakan, pembuangan mayat, tendangan, dan lain-lain. Sedangkan kekerasan psikis yang dilakukan adalah makian, cacian, kata-kata kasar, dan kata-kata merendahkan. Pada film 9 Naga menunjukkan varian sebesar 2, standar deviasi sebesar 1.41 dan rata-rata sebesar 2 untuk kekerasan yang dilakukan oleh pemeran utama laki-laki, sedangkan kekerasan yang dilakukan pemeran pembantu laki-laki menunjukkan varian sebesar 1.3 dengan standar deviasi sebesar 1.14 untuk rata-rata sebesar 0.67.

4.2.7 Korban Kekerasan

Tabel 4.7

Korban Kekerasan dalam Film 9 Naga

No Dimensi laki-laki Perempuan

Utama Pembantu Utama Pembantu

F % F % F % F %

1 Fisik 7 70,00 2 20,00 0 0 0 0

2 Psikologis 1 10,00 0 0,00 0 0 0 0

3 Lain-lain 0 0 0,00 0 0 0 0

Jumlah 8 80,00 2 20,00 0 0 0 0

Rata-rata 2,67 0,67 0 0 0 0

Standar


(29)

Dari data di atas dapat dilihat bahwa pada film 9 Naga kekerasan yang dialami oleh pemeran utama pria memiliki frekuensi sebanyak 7 atau 70% untuk kekerasan fisik dan 1 atau 10% untuk kekerasan psikis. Untuk pemeran pembantu laki-laki mengalami kekerasan fisik sebanyak 2 frekuensi atau 20%, sedangkan untuk kekerasan psikis tidak dialami oleh pemeran pembantu laki-laki. Untuk kedua tokoh pemeran utama dan pemeran pembantu wanita tidak mengalami adegan kekerasan baik fisik ataupun psikis. Kekerasan fisik yang dialami baik oleh pemeran utama dan pembantu laki-laki berupa tamparan, pukulan, penembakan, pembuangan mayat, tendangan, dan lain-lain. Sedangkan kekerasan psikis yang dilakukan adalah makian, cacian, kata-kata kasar, dan kata-kata merendahkan. Pada film 9 Naga menunjukkan varian sebesar 2,89 dengan standar deviasi sebesar 1.70 dan rata-rata sebesar 2,67 untuk kekerasan yang dialami oleh pemeran utama laki-laki, sedangkan kekerasan yang dialami pemeran pembantu laki-laki menunjukkan varian sebesar 1dengan standar deviasi sebesar 1 untuk rata-rata sebesar 0,67.

4.3 Pembahasan

Dari hasil penelitian di atas dapat dijelaskan beberapa tujuan yang terkait dengan analisis isi film 9 Naga. Menurut Mc Quail (2000:305) analisis terhadap isi pesan komunikasi bertujuan untuk pertama, mendeskripsikan dan membuat perbandingan terhadap isi media. Secara umum tayangan adegan kekerasan di film 9 Naga sama dengan film Tali Pocong Perawan (Hamatara, 2009). Dimana sebagian besar kekerasan ditampilkan dengan kekerasan fisik, yakni kekerasan


(30)

yang menyebabkan tubuh manusia tersakiti secara jasmani bahkan bisa sampai pembunuhan (Windhu 1992 : 68). Kekerasan ini dapat berupa memukul, menampar, mencekik, menendang, melempar barang ke tubuh, menginjak, melukai dengan senjata tajam dan membunuh. Kekerasan fisik pada suatu film biasanya merupakan suatu kewajaran untuk ditampilkan dengan tujuan untuk mengekspresikan isi dari film tersebut. Berbeda dengan (Mardikowati, 2009) yang meneliti tentang Motif Gratifikasi Dalam Menonton Film Ayat-Ayat Cinta yang di Sutradarai oleh Hanung Bramantyo. Film Ayat-Ayat Cinta yang menceritakan dua mahasiswa yang sedang studi di Mesir. Dalam film ini tidak mengandung unsur kekerasan. Sedangkan Rengganis, (2009) yang meneliti tentang Analisis Isi Adegan Seks Dalam Film Basahhh . Film yang menceritakan empat remaja cowok yang sedang dalam proses pencarian jati diri seiring dengan pubertas yang mereka alami. Dalam film ini kebanyak menampilkan eksploitasi keindahan tubuh wanita yang dianggap dapat meningkatkan birahi. Jadi dalam film ini tidak mengandung unsur kekerasan.

Kedua, membuat perbandingan antara isi media dengan realitas sosial. Saat ini kita tahu bahwa masyarakat telah banyak berubah dalam menyikapi suatu masalah, banyak kekerasan dilakukan untuk menyelesaikan masalah mereka. Suatu film biasanya diangkat dengan berdasarkan pada realitas yang


(31)

masalah ekonomi yang berdampak pada kehidupan sosial budaya masyarakat, salah satunya budaya kekerasan yang banyak terjadi di masyarakat. Di dalam film 9 Naga adegan kekerasan yang ditampilkan mendekati realitas yang ada. Dimana sebagian kekerasan dilakukan secara fisik dan dilakukan oleh pemeran laki-laki. Oleh karena itu isi dari film 9 Naga dapat dikatakan merupakan refleksi dari nilai-nilai sosial atau realitas sosial yang lebih nyata dalam kehidupan sehari-hari, misalnya kondisi sosial ekonomi, pengaruh lingkungan sekitar tempat tinggal, budaya serta sistem kepercayaan masyarakat.

Film adalah media komunikasi massa yang ampuh, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Dalam ceramah-ceramah penerangan pendidikan kini banyak digunakan film sebagai alat pembantu untuk memberikan penjelasan (Effendy 1993 : 209). Dalam fungsi dan efek film (Mc Quail,2000), Film 9 NAGA ini memberikan penjelasan dan gambaran mengenai sisi kehidupan manusia. Film dan televisi berperan dalam menjelma warna buram budaya masyarakat karena daya simbolisme dari televisi dan film yang bisa mereduksi dan memanipulasi realitas menjadi cermin retak atau fragmen-fragmen tak utuh dari kehidupan (Fahmi, 1997:173). Dimana manusia yang pernah melakukan kejahatan tidak hanya memiliki sisi kelam saja, tetapi juga sisi terang, yakni tanggung jawab terhadap keluarga, solidaritas terhadap kawan, dan hati nurani. Sehingga dapat memberikan pelajaran yang berharga dan pengetahuan kepada masyarakat mengenai sebuah kehidupan.


(32)

Pada Film 9 Naga juga menampilkan efek-efek visual yang mendekati kenyataan, sehingga dapat membawa penontonnya untuk ikut merasakan dan mengalami hal-hal yang ditampilkan dalam film tesebut. Penonton bukan saja dapat memahami atau merasakan apa yang dipikirkan atau dialami pemain itu dalam menjalankan peranannya, tetapi lebih lagi dari pada itu : antara pemain dan penonton hampir tidak ada lagi perbedaan (Effendy 1993 : 207). Dengan demikian film 9 Naga dapat lebih mudah dalam memberikan pengaruh kepada penonton.

Media performance (Mc Quail, 2000) film 9 Naga ini diperuntukkan bagi usia dewasa karena kekerasan yang ditampilkan dalam film 9 Naga juga memiliki pengaruh yang kurang baik pada moral masyarakat diantaranya dalam menyelesaikan masalah masyarakat cenderung menggunakan kekerasan, kata-kata yang diucapkan dalam film pun dapat juga ditiru oleh masyarakat menjadi kata-kata yang umum sebagai ungkapan kekecewaan mereka.

Meskipun film 9 Naga banyak menampilkan unsur kekerasan, tetapi hal ini tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan dalam perfilman karena tidak seratus persen dari film tersebut menunjukkan kekerasan. Akan tetapi dengan kekerasan yang ditampilkan dalam film tersebut perlu diwaspadai karena akan membawa dampak negative bagi para penontonnya yang sebagian besar remaja.


(33)

Secara umum menurut analisis isi, meskipun mengandung kekerasan, film 9 Naga telah memenuhi kriteria sebagai film yang bermutu dan berkualitas karena memenuhi tri fungsi film, kontruktif, dan persuasif (Effendy, 1993).


(1)

Kekerasan fisik yang dilakukan baik oleh pemeran utama dan pembantu

laki-laki berupa tamparan, pukulan, penembakan, pembuangan mayat, tendangan,

dan lain-lain. Sedangkan kekerasan psikis yang dilakukan adalah makian,

cacian, kata-kata kasar, dan kata-kata merendahkan. Pada film 9 Naga

menunjukkan varian sebesar 2, standar deviasi sebesar 1.41 dan rata-rata

sebesar 2 untuk kekerasan yang dilakukan oleh pemeran utama laki-laki,

sedangkan kekerasan yang dilakukan pemeran pembantu laki-laki menunjukkan

varian sebesar 1.3 dengan standar deviasi sebesar 1.14 untuk rata-rata sebesar

0.67.

4.2.7 Korban Kekerasan

Tabel 4.7

Korban Kekerasan dalam Film 9 Naga

No Dimensi laki-laki Perempuan

Utama Pembantu Utama Pembantu

F % F % F % F %

1 Fisik 7 70,00 2 20,00 0 0 0 0

2 Psikologis 1 10,00 0 0,00 0 0 0 0

3 Lain-lain 0 0 0,00 0 0 0 0

Jumlah 8 80,00 2 20,00 0 0 0 0

Rata-rata 2,67 0,67 0 0 0 0

Standar

Deviasi 1,70 1,00 0 0 0 0

Varians 2,89 1 0 0 0 0


(2)

Dari data di atas dapat dilihat bahwa pada film 9 Naga kekerasan yang

dialami oleh pemeran utama pria memiliki frekuensi sebanyak 7 atau 70%

untuk kekerasan fisik dan 1 atau 10% untuk kekerasan psikis. Untuk pemeran

pembantu laki-laki mengalami kekerasan fisik sebanyak 2 frekuensi atau 20%,

sedangkan untuk kekerasan psikis tidak dialami oleh pemeran pembantu

laki-laki. Untuk kedua tokoh pemeran utama dan pemeran pembantu wanita tidak

mengalami adegan kekerasan baik fisik ataupun psikis. Kekerasan fisik yang

dialami baik oleh pemeran utama dan pembantu laki-laki berupa tamparan,

pukulan, penembakan, pembuangan mayat, tendangan, dan lain-lain. Sedangkan

kekerasan psikis yang dilakukan adalah makian, cacian, kata-kata kasar, dan

kata-kata merendahkan. Pada film 9 Naga menunjukkan varian sebesar 2,89

dengan standar deviasi sebesar 1.70 dan rata-rata sebesar 2,67 untuk kekerasan

yang dialami oleh pemeran utama laki-laki, sedangkan kekerasan yang dialami

pemeran pembantu laki-laki menunjukkan varian sebesar 1dengan standar

deviasi sebesar 1 untuk rata-rata sebesar 0,67.

4.3 Pembahasan

Dari hasil penelitian di atas dapat dijelaskan beberapa tujuan yang terkait

dengan analisis isi film 9 Naga. Menurut Mc Quail (2000:305) analisis terhadap

isi pesan komunikasi bertujuan untuk pertama, mendeskripsikan dan membuat

perbandingan terhadap isi media. Secara umum tayangan adegan kekerasan di

film 9 Naga sama dengan film Tali Pocong Perawan (Hamatara, 2009). Dimana


(3)

yang menyebabkan tubuh manusia tersakiti secara jasmani bahkan bisa sampai

pembunuhan (Windhu 1992 : 68). Kekerasan ini dapat berupa memukul,

menampar, mencekik, menendang, melempar barang ke tubuh, menginjak,

melukai dengan senjata tajam dan membunuh. Kekerasan fisik pada suatu film

biasanya merupakan suatu kewajaran untuk ditampilkan dengan tujuan untuk

mengekspresikan isi dari film tersebut. Berbeda dengan (Mardikowati, 2009)

yang meneliti tentang Motif Gratifikasi Dalam Menonton Film Ayat-Ayat Cinta

yang di Sutradarai oleh Hanung Bramantyo. Film Ayat-Ayat Cinta yang

menceritakan dua mahasiswa yang sedang studi di Mesir. Dalam film ini tidak

mengandung unsur kekerasan. Sedangkan Rengganis, (2009) yang meneliti

tentang Analisis Isi Adegan Seks Dalam Film Basahhh . Film yang

menceritakan empat remaja cowok yang sedang dalam proses pencarian jati diri

seiring dengan pubertas yang mereka alami. Dalam film ini kebanyak

menampilkan eksploitasi keindahan tubuh wanita yang dianggap dapat

meningkatkan birahi. Jadi dalam film ini tidak mengandung unsur kekerasan.

Kedua, membuat perbandingan antara isi media dengan realitas sosial.

Saat ini kita tahu bahwa masyarakat telah banyak berubah dalam menyikapi

suatu masalah, banyak kekerasan dilakukan untuk menyelesaikan masalah

mereka. Suatu film biasanya diangkat dengan berdasarkan pada realitas yang

ada. Film 9 Naga diangkat dengan suatu tema yang berisi kekerasan yang

disebabkan karena himpitan ekonomi. Dalam realitas, keadaan masyarakat kita


(4)

masalah ekonomi yang berdampak pada kehidupan sosial budaya masyarakat,

salah satunya budaya kekerasan yang banyak terjadi di masyarakat. Di dalam

film 9 Naga adegan kekerasan yang ditampilkan mendekati realitas yang ada.

Dimana sebagian kekerasan dilakukan secara fisik dan dilakukan oleh pemeran

laki-laki. Oleh karena itu isi dari film 9 Naga dapat dikatakan merupakan

refleksi dari nilai-nilai sosial atau realitas sosial yang lebih nyata dalam

kehidupan sehari-hari, misalnya kondisi sosial ekonomi, pengaruh lingkungan

sekitar tempat tinggal, budaya serta sistem kepercayaan masyarakat.

Film adalah media komunikasi massa yang ampuh, bukan saja untuk

hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Dalam ceramah-ceramah

penerangan pendidikan kini banyak digunakan film sebagai alat pembantu

untuk memberikan penjelasan (Effendy 1993 : 209). Dalam fungsi dan efek film

(Mc Quail,2000), Film 9 NAGA ini memberikan penjelasan dan gambaran

mengenai sisi kehidupan manusia. Film dan televisi berperan dalam menjelma

warna buram budaya masyarakat karena daya simbolisme dari televisi dan film

yang bisa mereduksi dan memanipulasi realitas menjadi cermin retak atau

fragmen-fragmen tak utuh dari kehidupan (Fahmi, 1997:173). Dimana manusia

yang pernah melakukan kejahatan tidak hanya memiliki sisi kelam saja, tetapi

juga sisi terang, yakni tanggung jawab terhadap keluarga, solidaritas terhadap

kawan, dan hati nurani. Sehingga dapat memberikan pelajaran yang berharga


(5)

Pada Film 9 Naga juga menampilkan efek-efek visual yang mendekati

kenyataan, sehingga dapat membawa penontonnya untuk ikut merasakan dan

mengalami hal-hal yang ditampilkan dalam film tesebut. Penonton bukan saja

dapat memahami atau merasakan apa yang dipikirkan atau dialami pemain

itu dalam menjalankan peranannya, tetapi lebih lagi dari pada itu : antara

pemain dan penonton hampir tidak ada lagi perbedaan (Effendy 1993 : 207).

Dengan demikian film 9 Naga dapat lebih mudah dalam memberikan pengaruh

kepada penonton.

Media performance (Mc Quail, 2000) film 9 Naga ini diperuntukkan

bagi usia dewasa karena kekerasan yang ditampilkan dalam film 9 Naga juga

memiliki pengaruh yang kurang baik pada moral masyarakat diantaranya dalam

menyelesaikan masalah masyarakat cenderung menggunakan kekerasan,

kata-kata yang diucapkan dalam film pun dapat juga ditiru oleh masyarakat menjadi

kata-kata yang umum sebagai ungkapan kekecewaan mereka.

Meskipun film 9 Naga banyak menampilkan unsur kekerasan, tetapi hal

ini tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan dalam perfilman karena tidak

seratus persen dari film tersebut menunjukkan kekerasan. Akan tetapi dengan

kekerasan yang ditampilkan dalam film tersebut perlu diwaspadai karena akan

membawa dampak negative bagi para penontonnya yang sebagian besar remaja.

Dikhawatirkan para remaja akan meniru adegan yang ditampilkan dalam film 9


(6)

Secara umum menurut analisis isi, meskipun mengandung kekerasan,

film 9 Naga telah memenuhi kriteria sebagai film yang bermutu dan berkualitas