ANALISIS YURIDIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN KABUPATEN MALANG NO. 6091/Pdt.G/2013/PA.Kab.Mlg. TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA.

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN
KABUPATEN MALANG NO. 6091/Pdt.G/2013/PA.Kab.Mlg. TENTANG
PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

SKRIPSI
Oleh :
Abdul Mufid Rosidi
NIM. C01212003

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ahwal al-Syakhsiyah
Surabaya
2016

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN
KABUPATEN MALANG NO. 6091/Pdt.G/2013/PA.Kab.Mlg. TENTANG
PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

SKRIPSI

Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Ilmu Syariah dan Ahwal al-Syakhsiyah

Oleh
Abdul Mufid Rosidi
NIM. C01212003

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ahwal al-Syakhsiyah
Surabaya
2016

ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian pustaka dengan judul “Analisis Yuridis
Terhadap Putusan Pengadilan Agama Kabupaten Malang No. 6091/Pdt.G/2013/PA.

Kab. Mlg. Tentang Pembagian Harta Bersama”.untuk menjawab: 1. Apa
Pertimbangan Hakim dalam Memutus perkara harta bersama (Gono Gini) pada
Kasus 6091/Pdt.G/2013/PA.Kab.Mlg? 2. Bagaimana analisis yuridis terhadap
putusan
Pengadilan
Kabupaten
Malang
putusan
Nomor
6091/Pdt.G/2013/PA.Kab.Mlg?
Guna menjawab permasalahan di atas, metode penelitian yang digunakan
dalam skripsi ini adalah mengunakan metode deskriptif analisis dengan pola
deduktif, yaitu metode yang diawali dengan mengemukakan teori-teori yang
bersifat umum tentang tentang harta bersama, Undang-undang dan kompilasi
Hukum Islam untuk selanjutnya diterapkan pada yang khusus. Data yang diperoleh
dari putusan Hakim terhadap permohonan harta bersama di Pengadilan Agama
Kabupaten Malang Nomor : 6091/Pdt.G/2013/PA.Kab.Mlg, yang mana
menetapkan bagian suami lebih besar dalam pembagian harta bersama.
Isi dalam putusan No. 6091/Pdt.G/2013/PA.Kab.Mlg. adalah suami
menggugat cerai terhadap istri. Pembahasan dalam skripi ini, menitik beratkan

pada pembagian harta bersama yang mana harta bersama tersebut hasil dari suami
istri selama dalam ikatan perkawinan namun ketika terjadi perceraian harta
bersama yang berupa sebuah tanah seluas 114 M2 dan diatasnya berdiri sebuah
bangunan, yang terletak di Jalan Raya Sengkaling Desa Mulyoagung Kecamatan
Dau Kabupaten Malang, melihat perkara ini majlis hakim mempunyai
pertimbangan bahwasannya walaupun kaduanya (suami istri) ikut andil dan
berpartisipasi dalam perolehan harta bersama namun suami yang lebih berhak
mendapatkan bagian yang lebih besar dari istri karena istri telah menguasai harta
bersama tersebut selama 2 tahun serta harta bersama tersebut di jadikan lahan
usaha oleh istri akan tetapi hasil dari usaha tersebut tidak dibagi kepada suami.
Pembagian harta bersama yang tidak seusai dengan ketentuan KHI Pasal 97
“janda atau duda cerai masing-masing berhar seperdua dari harta bersama
sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan, dengan dasar
keadilan dan mengesampingkan KHI. Maka hakim memberikan putusan suami
mendapat bagian lebih besar dari istrinya yaitu 2/3 untuk suami dan 1/3 untuk istri.

vii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM………………………………………………………………i
PERNYATAAN KEASLIAN………………………………………………… .. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………………………. iii
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………iv
MOTTO…………………………………………………………………………..v
PERSEMBAHAN………………………………………………………………...vi
ABSTRAK……………………………………………………………………… .vii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………... viii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………. x
DAFTAR TRANSLITERASI…………………………………………………. . xii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………

1

A. Latar Belakang Masalah. ................................................................... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah...................................................... 5
C. Rumusan Masalah. ............................................................................. 6
D. Kajian pustaka. .................................................................................. 6

E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 8
F. Kegunaan Hasil Penelitian................................................................. 9
G. Definisi Operasional .......................................................................... 9
H. Metode Penelitian .............................................................................. 10
I.

Sistematika Pembahasan ................................................................... 13

BAB II HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN .................................... 15
A. Pengertian Harta Bersama ................................................................. 15
1. Harta Bersama Menurut Hukum Islam ......................................... 19
2. Harta Bersama Menurut Undang-undang No. 1 tahun 1974 ........ 22
3. Harta Bersama Menurut KHI (Kompilasi Hukum Islam) ............ 23
B. Tata cara Pembagian Harta Bersama ................................................ 27
x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

C. Penyelesaian Harta Bersama akibat Putusnya Perkawinan .............. 30
BAB III PUTUSAN NO. 6091/Pdt.G/2013/PA.Kab.Mlg. TENTANG PEMBAGIAN

HARTA BERAMA DI PENGADILAN KABUPATEN MALANG. ...... 33
A. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Kabupaten Malang ........... 33
B. Wilayah Kekuasaan Pengadilan Kabupaten Malang......................... 34
C. Duduk Perkara dan Putusan Pengadilan Agama Kabupaten Malang 35
D. Landasan Hukum Yang Dipakai Hakim Pengadilan Agama Kabupaten
Malang dalam Putusan nomor. 6091/Pdt.G/2013/PA.Kab.Mlg ....... 58
BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN KABUPATEN
MALANG NO. 6091/Pdt.G/2013/PA.Kab.Mlg Dalam Perkara Pembagian
Harta Bersama ......................................................................................... 64
A. Analisis Terhadap Pertimbangan Hakim Pengadilan Kabupaten Malang
Dalam Putusan No. 6091/Pdt.G/2013/PA.Kab.Mlg Dalam Perkara
Pembagian Harta Bersama ................................................................. 64
B. Analisis Yuridis Terhadap Putusan No. 6091/Pdt.G/2013/PA.Kab.Mlg
Suami Mendapat Bagian Lebih Banyak Dalam Pembagian Harta bersama
....................................................................................................... 67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 73
B. Saran .................................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 75
LAMPIRAN……………………………………………………………………. . 77


xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sesuai dengan fitrahnya manusia tidak dapat hidup sendiri. Dalam arti
luas, manusia memiliki sifat ketergantungan yang saling membutuhkan,
demikian halnya dengan laki-laki dan perempuan. Allah SWT menentukan
hukum yang sesuai dengan martabatnya antara lain tentang hubungan antara
laki-laki dan perempuan, yaitu melalui ikatan perkawinan.1 Hal ini sesuai
dengan firman Allah dalam surat Al-Ruum ayat 21:

ِ
ِ
ِِ ِ
‫إِ َن ِى‬،ً‫اجا لَِ ْس ُ لُ ا إِلَْيَ َها َو َج َع َل بََْيَلَ ُ ْ َم َ َدةً َوَر َْْة‬

ً ‫َوم ْن ءَايَ ه َ ْن َخلَ َق لَ ُ ْ م ْن َنَْ ُفس ُ ْ َْزَو‬
ِ
ِ ٰ‫ك َ َٰي‬
‫ت لَِق ْ ٍم يََََ َف َ ُرو َن‬
َ ‫ٰل‬
Artinya: Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tentram kepadanya, dan dijadikanaya diantara mu rasa kasih sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terjadi tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir2
Islam mengatur hubungan antara suami istri dalam mengarungi
kehidupan berumah tangga, sehingga dapat mencapai tujuan dalam
pernikahan yaitu mawaddah warah}mah, akan tetapi jika mawaddah

warah}mah tidak bisa diapai, maka yang akan terjadi adalah perceraian. Pada
dasarnya suami istri dalam melaksanakan kehidupan tentu saja tidak
selamanya berada dalam situasi yang damai dan tentram. Terkadang juga
terjadi kesalah fahaman antara suami dan istri atau salah satu pihak

1

2

Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, Terjemah Muzakkir, (Damaskus: Dar Al Fikr, 890), 327.
Depag RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Widya Cahaya 2011), 150.

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

melalaikan kewajibannya, tidak mempercayai satu sama lain dan sebagainya.
Sehingga terjadilah apa yang sebenarnya tidak dikehendaki serta hal yang
dibenci oleh Allah yaitu putusnya hubungnan perkawinan antara suami dan
Istri tersebut.3 Putusnya hubungan perkawinan suami istri tersebut,
menimbulkan juga akibat hukum diantaranya adalah tentang harta bersama
(Gono Gini) antara suami dan istri tersebut.4
Dalam Kompilasi Hukum Islam sebagai salah satu hukum terapan
dalam lingkungan Peradilan Agama, harta bersama tersebut dengan istilah
harta kekayaan dalam perkawinan. Hal ini disebutkan dalam perkawinan

adalah harta yang diperoleh baik sendiri-sendiri atau bersama selama dalam
ikatan perkawinan berlangsung dan selanjutnya disebut harta bersama tanpa
mempersoalkan terdaftar atas nama siapapun dan dari jerih payah atau
penghasilan siapapun.5
Dalam KHI Pasal 85 sampai dengan pasal 97 disebutkan bahwa harta
perkawinan dapat dibagi atas:
1. Harta bawaan suami;
2. Harta bawaan istri;
3. Harta bersama suami istri;
4. Harta hasil hadiah, hibah, waris, dan shodaqoh suami;
5. Harta hasil hadiah, hibah, waris, dan shodaqoh istri.6

3

Soemiyarti, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan, (Yogyakarta: Liberty,
1997),104.
4
Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Bumi Baskara, 1996), 227-228.
5
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akademika Presindo, 2004),113.

6
Saekan, Erniati Efendi, Kompilasi Hukum Islam Indonesia, (Surabaya: Arloka, 1997), 99.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 mengatur harta
kekayaan dalam perkawinan di dalam BAB VII pasal 35, pasal 36, dan pasal
37 yaitu:7
Pasal 35
1.

Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama.

2.

Harta bawaan dari masing-masing suami dan istri dan harta benda yang
diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan adalah dibawah
penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.
Pasal 36

1. Mengenai harta bersama, suami atau istri dapat bertindak atas
persetujuan kedua belah pihak.
2. Mengenai harta bawaan masing-masing, suami dan istri mempunyai hak
sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta
bendanya.
Pasal 37
1. Bila perkawinan putus karena pereraian, harta bersama diatur menurut
hukumnya masing-masing.
Ketentuan harta bersama diatas tidak menyebabkan dari mana harta
atau dari siapa harta tersebut berasal, disimpulkan bahwa yang termasuk
harta bersama adalah:
1. Hasil dari pendapatan suami
2. Hasil dari pendapatan istri
7

Undang-undang RI Nomor 1 tahun 1974. Tentang Perkawinan, (Jakarta: Armas Duta Jaya,
1490), 276.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

3. Hasil pendapatan dari harta pribadi suami dan istri, sekalipun harta
pokoknya termasuk harta bersama, asal semuanya itu diperoleh
sepanjang perkawinan.
Jadi ketentuan harta bersama dalam perkawinan ialah sejak saat
dimulainya perkawinan sampai ikatan perkawinan bubar, dan seluruh harta
tersebut dengan sendirinya menurut hukum menjadi harta bersama.8
Mengenai pembagian harta bersama ketika terjadi pereraian
sebagaimana telah diatur dalam KHI bahwasannya karena merupakan harta
bersama maka jika terjadi pereraian istri mendapat bagian yang seimbang
dengan suami terhadap harta bersama tersebut. Hal ini dirumuskan dalam
pasal 97 KHI: Janda atau duda erai hidup masing-masing berhak seperdua
dari harta bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian
perkawinan.9
Namun dalam kenyataan yang ada di tahun 2013 putusan Pengadilan
Agama Kabupaten Malang nomor 6091/Pdt.G/2013/PA.Kab,Mlg dengan
objek sengketa sebidang tanah seluas 114 M2 yang berdiri diatasnya sebuah
rumah terletak di Jalan Raya sengkaling No. 187 RT.04 RW.07 Desa Mulyo
Agung Kecamatan Dau Kabupaten Malang dan Majlis Hakim memutus untuk
suami mendapat 2/3 (Pemohon) dan untuk istri mendapat 1/3, ini tidak sesuai
dengan pasal 97 KHI. apa pertimbangan Hakim pada perkara ini sehingga

8

M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2005), 272.
9
Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: V Nuansa Aulia, 2008), 31.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

memberatkan sebelah pihak, dan apa yang hendak dicapai oleh majlis Hakim
dalam putusannya.
Oleh karena itu penulis akan men ganalisis pertimbangan hakim pada
sengeketa pembagian harta gono gini yang diputus oleh Majlis Hakim PA
Kabupaten Malang Nomor Perkara 6091/Pdt.G/2013/PA.Kab.Mlg. Tentang
Pembagian Harta Gono Gini.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari latar belakang tersebut, dapatlah di identifikasikan beberapa
masalah, yaitu:
1. Ketentuan harta bersama dalam perkawinan menurut hukum islam.
2. Cara pembagian harta bersama berdasarkan perundang-undangan yang
berlaku.
3. Pertimbangan Hakim dalam menyelesaikan pembagian harta bersama di
Pengadilan Agama putusan Nomor: 6091/Pdt.G/2013/PA.Kab.Mlg
4. Analisis Yurisdis terhadap pembagian harta bersama di Pengadilan
Agama putusan Nomor: 6091/Pdt.G/2013/PA.Kab.Mlg.
Berangkat dari identifikasi masalah tersebut, agar penelitian ini
terfokus maka diperlukan adanya pembatasan masalah agar pembahasan lebih
terfokus yaitu:
1. Pertimbangan Hakim dalam menetapkan pembagian harta bersama di
Pengadilan

Agama

Kabupaten

Malang

dalam

putusan

Nomor:

6091/Pdt.G/2013/PA.Kab.Mlg.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

2. Analisis yuridis terhadap pembagian harta bersama di Pengadilan
Kabupaten Malang putusan Nomor: 6091/Pdt.G/2013/PA.Kab.Mlg.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah-masalah
dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa Pertimbangan Hakim dalam Memutus perkara harta bersama (Gono
Gini) pada Kasus 6091/Pdt.G/2013/PA.Kab.Mlg?
2. Bagaimana analisis yuridis terhadap putusan Pengadilan Kabupaten
Malang putusan Nomor 6091/Pdt.G/2013/PA.Kab.Mlg?

D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka ini bertujuan untuk mengetahui originalitas karya
dalam penelitian. Penelitian-penelitian terdahulu menjadi satu pijakan awal
untuk selalu bersikap berbeda dengan peneliti yang lain.
Diantara karya ilmiah yang mengkaji tentang pembagian harta
bersama (Gono Gini) adalah bentuk skripsi dari:
1. Hijriyah Rahmawati pada tahun 2006 dengan judul “Analisis hukum
Islam

Terhadap

Putusan

Hakim

Pengadilan

Agama

Sidoarjo

No.890/Pdt.G/2005/PA.Sda (Studi Tentang Penyelesaian Sengketa Harta
Bersama Yang Tidak Dibagi Seluruhnya).” Penelitian ini merumuskan 3
(tiga) masalah pokok yaitu: Bagaimana penyelesaian sengketa harta
bersama atas kasus perceraian No. 890/Pdt.G/2005/PA.Sda di Pengadilan
Agama Sidoarjo? Apa dasar pertimbangan hukum Pengadilan Agama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

Sidoarjo menyelesaikan sengketa harta bersama dengan cara tidak
membagi seluruhnya kepada para pihak? Dan bagaimana analisis hukum
Islam (fiqh) terhadap putusan hakim Pengadilan Agama Sidoarjo No.
890/Pdt.G/2005/PA.Sda tentang penyelesaian sengketa harta bersama
yang tidak dibagi seluruhnya?. Dan hasil penelitian ini adalah bahwa
hakim dalam putusannya membagi sama besar harta yang diperoleh
penggugat dan tergugat sebelum keduanya pisah tempat tinggal, dan
mengeluarkan sejumlah harta yang diangsur istri selama 10 bulan untuk
mengangsur KPR BTN ketika keduanya pisah tempat tinggal sebagai
harta pribadi. Padahal dimata hukum keduanya masih dalam ikatan
perkawinan.
2. Yuni Rahmawati pada tahun 2011 dengan judul skripsi “Analisis Hukum
Islam Terhadap Harta Yang Diklam Sebagai Harta Bersama/Gono Gini
(Studi

Tentang

Putusan

Pengadilan

Agama

Tuban

No.

930/Pdt.G/2008/PA.Tbn). penelitian ini merumuskan 2 (dua) masalah
pokok yaitu : Bagaimana keputusan dan pertimbangan hukum hakim
Pengadilan

Agama

Tuban

dalam

memutus

perkara

No.

0930/Pdt.G/2008/PA.Tbn? Bagaimana analisis hukum Islam terhadap
putusan

Pengadilan

Agama

Tuban

pada

perkara

No.

0930/Pdt.G/2008/PA.Tbn?dan hasil penelitian menyimpulkan bahwa
dalam konteks hukum acara, hakim Pengadilan Agama Tuban telah
menggunakan ketentuan hukum acara yang telah berlaku pada Pengadilan
dalam lingkungan Peeradilan Agama yaitu Hukum Acara Perdata yang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

berlaku pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan umum, sesuai
dengan pasal 54 UU No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Dan
hakim

mengabulkan

permohonan

Tergugat

untuk

mengabulkan

mengembalikan tanah persawahan/perkarangan yang selama ini telah
dikuasai kepada ibu tergugat yaitu Sarmiyatun.
Jadi sejauh ini pengamatan penulis belum ada karya tulis yang
membahas tentang menganalisis yuridis terhadap putusan hakim yang
membagi harta bersama 2/3 untuk suami dan 1/3 untuk istri. Dari kajiankajian yang ada pelaksaan pembagian harta bersama adalah masing-masing
suami istri setengah. Maka menurut penulis, putusan tersebut patut untuk di
kaji kembali.

E. Tujuan Penelitian
Berangkat dari rumusan masalah di atas, maka penelitian ini
mempunyai tujuan sebagai berikut;
1. Untuk mengetahui pertimbangan Hakim mengapa suami mendapatkan
2/3

dalam

harta

bersama

dalam

putusan

No.

6091/Pdt.G/2013/PA.Kab.Mlg
2. Untuk

mengetahui

analisis

6091/Pdt.G/2013/PA.Kab.Mlg.

yuridis
Tentang

terhadap
perkara

putusan

pembagian

No.
harta

bersama.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

F. Kegunaan Hasil Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini meliputi aspek teoritis dan aspek
praktis.
1. Aspek teoritis, diharapkan berguna sebagai sumbangsih pemikiran
penulis dalam rangka menambah wawasan ilmu tentang pembagian
harta bersama, terutama yang mempunyai relevansi dengan skripsi ini.
2. Aspek Praktis, diharapkan dapat menambah wawasan pengalaman
dengan menerapkan dan membandingkan antara teori dan praktek
dalam lingkungan Pengadilan Agama dan sebagai sumbangan
penelitian atau informasi bagi pihak yang memerlukan, khususnya
bagi penulis sendiri dan para mahasiswa syariah pada umumnya.

G. Definisi Operasional
Untuk mempermudah dalam memahami dan mengetahui konsep yang
dimaksud oleh penulis, maka penulis memberikan definisi dalam penulisan
skripsi ini:
Analisis yuridis

: Menurut kamus bahasa adalah suatu analisa untuk
mengetahui sebab-sebab dan duduk perkaranya menurut
hukum positif meliputi Undang-Undang dan peraturan
Pemerintah yang masih berlaku sampai saat ini.10

Harta Bersama

: Harta yang dihasilkan selama berumah tangga baik oleh
salah satu atau keduanya diantara suami istri tanpa

Meaty Taqdir Qadratillah, Kamu Bahasa Indonesia Untuk Pelajar, (Jakarta: Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, 2011),20.
10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

mempersoalkan atas nama siapapun keuali hadiah atau
warisan.11

H. Metode Penelitian
Metode

adalah

cara

yang

tepat

untuk

melakukan

sesuatu

menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan,
sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari sesuatu secara
sistematik,12 mencatat, merumuskan suatu yang diteliti sampai menyusun
laporan. Jadi, metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk
mencari, menatat, merumuskan dan menganalisa suatu yang diteliti sampai
menyusun laporan.
Dalam metode penelitian ini penulis mencantumkan antara lain,
1. Data yang dikumpulkan
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang
putusan

pembagian

harta

bersama

PA

Kab

Malang

Nomor:

6091/Pdt.G/2013/PA.Kab.Mlg. pertimbangan hakim dan panitera seta
Undang-Undang yang berlaku dalam hal ini Kompilsai Hukum Islam.
2. Sumber Data
Sumber data yang diambil dala penelitian ini terdiri atas sumber
primer dan sekunder, yaitu:
a. Sumber primer

11
12

Penjelasan Pasal 1(f), Kompilasi Hukum Islam, 1.
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, cet, VI, 2005),84.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

Sumber data primer dalah sumber yang bersifat utama dan penting
yang memungkinkan untuk mendapatkan sejumlah informasi yang
diperlukan dan berkaitan dengan penelitian.13 Yaitu putusan Nomor:
6091/Pdt.G/2013/PA.Kab.Mlg, dan Hakim yang memutus Putusan.
b. Sumber sekunder
Meliputi rujukan yang berasal dari bahan-bahan pustaka, baik kitabkitab maupun buku-buku yang terkait dengan masalah tersebut, antara
lain:
1) Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan.
2) Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia.
3) Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah.
4) Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang
Perkawinan.
5) Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam.
6) Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata.
7) Moh. Nazir, Metode Penelitian.
c. Teknik pengumpulan data
Dalam teknik pengumpulan data ini, penulis memakai
beberapa teknik, antara lain:
1) Studi dokumenter, yaitu dengan cara mempelajari berkas perkara
dan mengambil data yang diperoleh melalui dokumen atau data
tertulis tersebut. Dalam hal ini dokumen terkait putusan

13

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1997),116.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

Pengadilan

Agama

Kabupaten

Malang

Nomor:

6091/Pdt.G/2013/PA.Kab.Mlg.
2) Interview atau wawancara yaitu termasuk bentuk komunikasi
langsung antara peneliti dengan Hakim Pengadilan Agama
Kabupaten

Malang

yang

memeriksa

perkara,

untuk

mengkonfirmasi terkait dengan pertimbangan hakim dalam
putusan No. 6091/Pdt.G/2013/PA.kab.Mlg.
d. Teknik pengelohan data
Data yang telah terkumpul baik dari lapangan maupun dari
pustaka, diolah dengan menggunakan teknik:
1) Editing, yakni memilih dan menyeleksi data tersebut dari berbagai
segi yaitu kesesuaian, kelengkapan, kejelasan relevansi, dan
keseragaman dengan permasalahan.
2) Organizing, yakni mengatur dan menyususn data tersebut
sedemikian rupa sehingga menghasilkan bahan untuk menyusun
laporan skripsi dengan baik.
e. Teknik analisa data
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan
pola deduktif, yaitu metode yang diawali dengan mengemukakan
teori-teori yang bersifat umum tentang harta bersama dan Kompilasi
Hukum Islam untuk selanjutnya diterapkan pada yang khusus. Data
yang diperoleh dari penetapan putusan Hakim terhadap perkara
pembagian harta bersama di Pengadilan Agama Kabupaten Malang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

Nomor: 0691/Pdt.G/2013/PA.Kab.Mlg yang menetapkan bagian
suami 2/3 dan istri 1/3 dalam pembagian harta bersama.

I. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan skripsi ini,
maka penulis akan menguraikan pembahasan ini kedalam beberapa bab yang
sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut:
BAB I: bab ini merupakan penahuluan yang berisikan antara lain:
latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah,
kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi
operasional, metode penelitian, sistematika pembahasan.
BAB II: bab kedua mengemukakan landasan teori yang membahas
tentang harta bersama yang meliputi pengertian harta bersama, ruang lingkup
harta bersama, asal usul harta bersama, harta bersama menurut hukum Islam,
harta bersama menurut Undang-Undang No 1 tahun 1974, tata cara
pembagian harta bersama dan penyelesaian harta bersama akibat putusnya
perceraian.
BAB III: bab ini menjelaskan data hasil penelitian. Didalamnya
menguraikan tentang struktur organisasi Pengadilan Agama Kabupaten
Malang, wilayah kekuasaan Pengadilan Agama Kabupaten Malang, duduk
perkara dan landasan hukum yang dipakai Hakim Pengadilan Agama
Kabupaten Malang dalam Putusan No. 6091/Pdt.G/2013/PA.Kab.Mlg.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

BAB IV: bab ini merupakan bahasan terhadap hasil penelitian yang
meliputi analisa terhadap pertimbangan hakim Pengadilan Agama Kabupaten
Malang dalam putusan Nomor : 6091/Pdt.G/2013/PA.Kab.Mlg, dan analisis
yuridis terhadap putusan putusan Nomor : 6091/Pdt.G/2013/PA.Kab.Mlg.
yang mana suami mendapat 2/3 dan istri mendap 1/3 dalam perkara
pembagian harta bersama.
BAB V: Penutup Bab ini merupakan penutup yang memuat
kesimpulan dan saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN
A. Pengertian Harta Bersama Dalam Perkawinan
Sebagaimana telah dijelaskan, harta bersama dalam perkawinan
adalah “harta benda yang diperoleh selama perkawinan”. Suami istri
mempunyai hak dan kewajiban yang sama atas harta bersama tersebut14,
sebelum lebih jauh memahami pengertian harta bersama secara sosiologis,
penulis akan menguraikan secara etimologi atau bahasa mengenal arti dari
harta bersama sesuai dengan apa yang terdapat dalam kamus besar Bahasa
Indonesia.
Harta : barang-barang (uang) dan sebagainya yang menjadi kekayaan.15
Harta bersama : harta yang diperoleh secara bersama didalam perkawinan.16
Jadi harta bersama adalah barang-barang yang menjadi kekayaan yang
diperoleh suami istri dalam perkawinan.
Sayuti Thalib dalam bukunya Hukum kekeluargaan di Indonesia
mengatakan bahwa : “harta bersama adalah harta kekayaan yang diperoleh
selama perkawinan diluar hadiah atau warisan”. Maksudnya adalah harta
yang didapat atas usaha mereka atau atas usaha sendiri-sendiri selama masa
perkawinan. Dalam yurisprudensi Peradilan Agama juga dijelaskan bahwa
harta bersama yaitu harta yang diperoleh dalam masa perkawinan dalam
kaitan dengan hukum perkawinan, baik penerimaan itu lewat perantara istri
14

www.lindungikami.Org/.../UU_Nomor_39_tentang_Hak_Asasi_Manusia.pdf
WJS, Poerwadarminta,”Kamus Umum Bahasa Indonesia”, 347.
16
Sudarsono,”Kamus Hukum”, 160.
15

15
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

maupun lewat perantara suami. Harta ini diperoleh sebagai hasil karyakarya dari suami istri dalam kaitannya dengan perkawinan.17
Di atas telah di kemukakan bahwa harta bersama adalah harta hasil
usaha bersama (suami istri) di dalam perkawinan mereka. Hak atas harta
bersama antara seorang suami istri di dalam perkawinan mereka. Hak atas
harta bersama seorang suami lebih besar istrinya. Allah berfirman:
Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (QS. An-Nisa’[4]:32)
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena
Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas yang lain (wanita),
dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta
mereka. QS. An-Nisa’[4]:34.
Merujuk kepada sejumlah ayat dan surat di dalam Al-Quran, maka
hak suami atas harta bersama adalah dua bagian hak istri.18
Suami atau istri tanpa persetujuan dari salah satu pihak tidak
diperbolehkan menjual atau memindahkan harta bersama tersebut. Dalam
hal ini, baik suami maupun istri mempunyai pertanggung jwaban untuk
menjaga harta bersama. Dalam hal pertanggung jawaban hutang, baik
hutang suami maupun istri, bisa dibebankan pada hartanya masing-masing.
Sedangkan terhadap hutang yang dilakukan untuk kepentingan keluarga,
maka dibebankan pada harta bersama. Akan tetapi, bila harta bersama tidak

17

Abdul Manan, “Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia” , (Jakarta: Kencana, 2006),
108.
18
Otje Salman, Mustofa Haffas, Hukum Waris Islam, (Bandung: Refika Aditama, 2001), 13.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

mencukupi, maka dibebankan pada harta suami, bila harta suami tidak
mencukupi, maka dibebankan pada harta istri.19
Harta bersama merupakan salah satu macam dari sekian banyak
jenis harta yang dimiliki seseorang. Ada dua pendapat tentang harta
bersama menurut hukum Islam, menurut pendapat pertama, jika harta
bersamatersebut merupakan syirkah sepanjang ada kerjasama antara
keduanya maka harta tersebut dinamakan harta bersama, dab jika terjadi
perceraian baik cerai mati maupun cerai hidup, harta bersama itu harus
dibagi secara berimbang. Berimbang disini dimaksudkan ialah sejauh mana
masing-masing pihak mamasukkan jasa dan usahanya dalam menghasilkan
harta bersama itu dahulunya.
Pendapat yang kedua, harta yang diperoleh selama perkawinan
disebut harta bersama, tanpa mempersoalkan suami atau istri yang
membeli, terdaftar atas nama suami atau istri, dan dimana letak harta
bersama tersebut, maka apabila terjadi perceraian harta dibagi dus
sebagaimana tertera dalam pasal 97 Kompilasi Hukum Islam.
Dalam kehidupan sehari-hari harta mempunyai arti penting bagi
seseorang

karena

dengan

memiliki

harta

kita

dapat

memenuhi

kebutuhanhidup dan memperoleh status sosial yang baik dalam masyarakat.
Dalam berbagai istilah yang berasal dari setiap lingkungan adat yang
bersangkutan berbeda-beda dalam memaknai harta bersama tersebut, sesuai
dengan keaneka ragaman lingkungan masyarakat adat seperti dalam

19

Slamet Abidin Aminuddin, Fiqh Munakahat 1, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), 183.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

masyarakat Aceh, dipergunakan istilah “harta seharkat”, dalam masyarakat
suku melayu dikenal dengan sebutan “harta sayarekat”, dalam masyarakat
jawa dikenal dengan “harta gono-gini”. Banyak lagi istilah yang dipakai,
seperti “harta raja kaya” dan sebagainya. Semua sebutan dan istilah itu
mengandung makna yang sama yaitu mengenai “harta bersama” dalam
perkawinan antara suami istri.20
Ada beberapa macam harta yang lazim dikenal di Indonesia antara lain :
1. Harta yang diperoleh sebelum perkawinan oleh para pihak karena
usaha mereka masing-masing.
2. Harta yang pada saat mereka menikah diberikan kepada mempelai,
mungkin berupa modal usaha, perabotan rumah tangga atau rumah
tempat tinggal mereka. Apabila terjadi perceraian maka harta ini
kembali kepada orang tua yang memberikan semula.
3. Harta yang diperoleh selama perkawinan tetapi karena hibah atau
warisan dari orang tua atau keluarga.
4. Harta yang diperoleh sesudah suami istri berda dalam hubungan
perkawinan berlangsung dan atas usaha mereka berdua atau usaha
seorang dari mereka disebut harta pencaharian.
Dalam pasal 35 UU No. 1 Tahun 1974, hukum mengenal dua jenis harta
dalam perkawinan :
1. Harta yang diperoleh selama perkawinan menjadi “harta bersama”

20

M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, (Jakrta: Sinar Grafika,
2005), 272.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

2. Harta bawaan masing-masing suami istri dan harta yang diperoleh
masing-masing sebagai hadiah atau warisan yang disebut dengan
“harta pribadi” yang sepenuhnya berada dibawah penguasaan
masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.21
Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 85 sampai denganpasal 97
disebut bahwa harta perkawinan dapat di bagi atas :
1. Harta bawaan suami, yaitu harta yang dibawa suami sejak sebelum
perkawinan.
2. Harta bawaan istri, yaitu harta yang dibawanya sejak sebelum
perkawinan.
3. Harta bersama suami istri, yaitu harta benda yang diperoleh selama
perkawinan menjadi harta bersama suami istri.
4. Harta hasil dari hadiah, hibah, waris, dan shadaqah suami, yaitu
harta yangdiperolehnya sebagai hadiah atau warisan.
5. Harta hasil hadiah, hibah, waris, dan shadaqah istri, yaitu harta yang
diperolehnya sebagai hadiah atau warisan.
1. Harta Bersama Menurut Hukum Islam
Dalam hukum Islam tidak mengenal istilah harta berama yang ada
adalah harta kekayaan berama disampingada kekayaan pribadi, maka
dengan demikian dapat dikatakan harta bersama adalah harta yang
diperoleh selama perkawinan, atau dapat dikatakan harta yang didapat atas
usaha mereka atau sendiri-sendiri selama masa perkawinan. Para ulama’

21

Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

mempersamakan definisi ini dan memasukan kedalam definisi “Syirkah”.
Makna Syirkah menurut bahasa adalah al-Ikhtilath yaitu penggabungan,
percampuran atau serikat. Sedangkan menurut istilah adalah akad antara
dua orang yang berserikad dalam hal modal dan keuntungan.22
Namun menurut hukum Islam dengnanperkawinan menjadilah sang
istri Syirkatur rojuli filhayati (kongsi sekutu seorang suami dalam melayani
bahtera hidup), maka antara suami istri dapat terjadi syarikah Abdan
(perkongsian tidak terbatas).23 Dalam hal ini harta kekayaan bersatu karena
Syirkah seakan akan merupakan harta kekayaan tambahan karena usaha
berama suami istri selama perkawinan menjadi milik bersama.24
Manusia mempunyai kepentingan, kepentingan itu adakalanya
dapat dipenuhi secara individual, dan terkadang harus dikerjakan secara
bersama-sama, terutama dalam hal-hal untuk mencapai tujuan tertentu.
Kerjasama ini dilakukan tentunya dengan orang lain yan mempunyai
kepentingan atau tujuan yang sama pula.
Manusia yang mempunyai kepentingan bersama ini secara bersamasama memperjuangkan suatu tujuan tertentu secara bersama-sama pula,
dalam hubungan inilah mereka mendirikan serikat usaha, yaitu dengan cara
berserikat dalam modal melalui pemilikan sero atausaham dari serikat
usaha itu, kemudian keuntungan yang diperoleh dari serikat usaha itu juga
di miliki pula secara bersama-sama, kemudian dibagi sesuai denngan
besarnya penyertaan modal masing-masing, sebaliknyajika terjadi kerugian,
22

Sayid Sabiq. Terjemah fiqh Sunnah Juz 13, (al-maarif, Bandung, 1987), 193.
T,M. Hasbi ash Shiddiqie, Pedoman Rumah Tangga, (Pustakamaju, Medan, 1971), 9.
24
Moch Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Kewarisan Hukum Acara Peradilan Agama, (Sinar
Grafika, Jakarta 1995), 31.
23

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

kerugian itu juga ditanggung secara bersama-sama dengan perhitungan
sesuai dengan modal yang disertakannya dalam serikat itu.
Dari apa yang dipaparkan di atas terlihat bahwa serikat pada
dasarnya merupakan suatu perjanjian antara dua orang atau lebih untuk
mendirikan suatu usaha, yang mana modal usaha itu adalah merupakan
modal bersama melalui penyertaan modal oleh masing-masing pihak,
dengan kata lain serikat usaha ini mempunyai tujuan yang bersifat
ekonomis (mencari keuntungan).25
Terjadinya Syirkahdalam perkawinan yang menimbulkan harta
bersama dengan 3 (tiga) cara yaitu :
a. Dengan mengadakan perjanjian syirkah secaratertulis atau
diucapkan sebelumatau sesudahberlakunya atau berlangsungnya
akad nikah dalam suatu perkawinan.
b. Dengan penetapan Undang-Undang , dalam hal ini UndangUndan No. 1 tahun 1974 dan kompilasi Hukum Islam. Bahwa
harta yangdiperoleh atas usaha salah seorang suami istri atau
oleh kedu-duanya dalam masa adanya hubungan perkawinan
yaitu harta macam ketiga (harta pencaharian), adalah harta
bersama atau harta syirkah suami istri tersebut.
c. Dengan kenyataan dalam kehidupan suami istri dalam
masyarakat. Cara ketiga ini memang hanya khusus untuk harta
bersama pada harta kekayaan yang diperoleh atas usaha selama
masa perkawinan. Diam-diam telah terjadi syirkah itu, apabila
25

Chairuman Pasaribu Suhrawardi, Hukum Perjajian dalam Islam, (Sinar Grafika, Jakarta,1994),7475.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

kenyataan suami istri itu bersatu dalam mencari hidup dan
membiayai hidup. Mencari hidup jangalah selalu diartikan
mereka yangbergerak keluar rumah berusaha dengan nyata.
Memang hal itu adalah yang pertama dan yang terutama. Tetapi
disamping itu pembagian pekerjaan yang menyebabkan
seseorang dapat bergerak maju, dalam hal ini dalam soal
kebendaan dan harta kekayaan, banyak pula tergantung kepada
pembagian pekerjaan yang baik antara suami istri.26
2. Harta Bersama Menurut Undang-Undang No.1 tahun1974
Di dalam undang-undang No.1 tahun 1974 di sebutkan bahwa harta
benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersam. Jadi harta
bersama menurut UU No.1 tahun 1974 paal 35-37 adalah harta benda yang
diperoleh selam perkawinan. Sedangkan harta bawaan dari masing-masing
suami istri dan harta benda yang diperoleh masing-masing sebagaihadiah
atau warisan, adalah dibawah penguasaan masing-masingsepanjang para
pihak tidak menentukan lain.27
Mengenai harta bersama, suami istri dapat bertindak atas
persetujuan kedua belah pihak, sedangkan mengenai harta bawaan masingmasing suami istri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan
hukum mengenai harta bendanya, jadi apabilaterjadi perceraian antara
suami tersebut, maka mengenai harta bersama diselesaikan menurut hukum
Islam bagi suami istri atau pasangan yang beragama Islam dan menurut

26

Imron Rosyidin, Tinjaua Hukum Islam Terhadap Pasal 1467 BW mengenai jual beli antara suami
istri, skripsi th.1996.
27
Undang-undang PerkawinanNo.1 tahun1974, (Jakarta: Armas Duta Jaya, 1990), 276.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

kitab Undang-Undang HukumPerdata bagi pasangan suami istri yang
beragama non Islam.28
Sebenarnya apa yang disebutkan dalam pasal 35-37 Undang-Undang
Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan sebagaimana tersebut di atas itu
adalah sejalan dengan ketentuan tentang hukum adat yang berlaku di
Indonesia. Dalam konsepsi hukum adat tentan harta berama yang ada di
Nuantara ini banyak ditemukan prinsip bahwa masing-masing suami istri
berhak menguasai harta bendanya sendiri dan ini berlaku sebagaimana
sebelum mereka menjadi suami istri.
Apabila ditinjau dan pendekatan filosofis, di mana perkawinan tidak
lain dari ikatan lahir batin di antara suami istri guna mewujudkan rumah
tangga yang kekal dan penuh dalam suasana kerukunan, maka hukum adat
yang mengharapkan adanya komunikasi yang terbuka dalam pengelolaan
dan penguasaan harta pribadi tersebut, sangat perlu dikembangkan sikap
saling menghormati, saling membantu, saling kerja sama, dan aling
bergantung. Dengan demikian, keabsahan menguasai harta pribadi masingmasing pihak itu jangan sampai merusak tatanan kedudukan suami sebagai
kepala keluarga dan istri sebagai ibu rumah tangga.29
3. Harta Bersama Menurut KHI (Kompilasi Hukum Islam)
Masalah harta berama telah diatur secarasingkat oleh UndangUndang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan dimana istri maupun suami
mempunyai hak yang sama bila terjadi perceraian.30 Kemudian harta

28

Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), 65.
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata islam di Indinesia, 106.
30
Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, 91.
29

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

bersama tersebut diperluas oleh Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang juga
merupakan salah satu hukum materil bagi Peradilan Agama. Adapun
pengaturan harta berama diatur di dalam KHI dalam Bab XIII pasal 85
sampai dengan pasal 97.
Pengaturan yang pasal baru berkenaan harta bersama ada dalam
Kompilasi Hukum Islam secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Harta bersama terbentuk secara otomatis dengan dimulainya
ikatan perkawinan, tanpa memandang pihak mana yang bakal
memperoleh harta bersama. Hal ini diatur dalam Kompilasi
Hukum Islam Pasal 1 huruf F dan Pasal 85 sebagai berikut:
Pasal 1 huruf F:
Harta Kekayaan dalam perkawinan atau Syirkah adalah harta
yang diperoleh baik sendiri-sendiri atau bersama-sama suami
istri dalam perkawinan berlangsung dan selanjutnya disebut
harta bersama, tanpa mempersoalkan terdaftar atas nama siapa.
Pasal 85 Kompilasi Hukum Islam
Adanya harta bersama dalam perkawinan itu tidak menutup
kemungkinan adanya harta milik masing-masing suami istri.
b. Harta bersama dipisah dari harta pribadi masing-masing suami
istri, harta pribadi tetap menjadi milik pribadi dan dikuasi penuh
oleh pemilik ketentuan ini berdasar Kompilasi Hukum Islam
pasal 86 danj pasal 87 sebagai berikut:
Pasal 86

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

1) Pada dasarnya tidak ada percampuran antara harta suami dan
istri karena perkawinan.
2) Harta tetap menjadi hak istri dan dikuasai penuh olehnya,
demikian juga harta suami tetap menjadi hak suami dan
dikuasai penuh olehnya.
Pasal 87
1) Harta bawaan dari masin-masing suami istri dan harta yang
diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan adalah
di bawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak
tidak menentukan lain dalam perjanjian perkawinan.
2) Suami dan istri berhak sepenuhnya untuk melakukan
perbuatan hukum atas hukum masing-masing berupa hibah,
warisan, hadiah, dan lain-lain.
c. Apabila terjadi perselisihan tentang harta bersama antara suami
istri, maka perselisihannya harus diajukan ke pengadilan agama.
Hal ini diatur dalam Kompilasi HukumIslam Pasal 88 sebagai
berikut “apabila terjadi perselisihan antara suami istri tentang
harta bersama, maka penyelesaian perselisihan itu diajukan ke
Pengadilan Agama”.
d. Suami atau istri mempunyai tanggung jawab yang sama untuk
menjaga keberadaan harta bersama berdasarkan Kompilasi
Hukum Islam Pasal 89 dan 90 sebagai berikut:
Pasal 89 Kompilasi Hkum Islam

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Suami bertanggung jawab menjaga harta bersama, maupun harta
istri atau harta sendiri.
Pasal 90 Kompilasi Hukum Islam
Istri turut tanggung jawab menjaga harta bersama maupun harta
suami yang ada padanya.
e. Harta bersama meliputi benda berwujud yaitu benda bergerak,
tidak bergerak, surat-surat berharga dan benda tidak terwujud
berupa hak maupun kewajiban.
Hal ini diatur dalam kompilasi Hukum Islam Pasal 90:
1) Harta bersama sebagaimana tersebut dalam pasal 85di ata
dapat berupa benda berwujud atau tidak
2) Harta bersama yang berwujud dapat meliputi benda tidak
bergerak dan surat-surat berharga
3) Harta bergerak yang tidak berwujud dapatberupa hak
maupun kewajiban
4) Harta berama dapat dijadikan sebagai barang jaminan oleh
salah satu pihak atas persetujuan pihak lain
f. Apabila perkawinan putus karena perceraian maka harta
bersama dibagikan secara berimbang antara kedua pihak suami
istri, sedangkan bila perkawinan putus karena kematian maka
setengah dari harta bersama itu diwariskan kepada pihak yang
masih hidup. Hal ini berdasarkan Kompilasi Hukum Islam pasal
96 dan 97 sebagai berikut:
Pasal 96 Kompilasi Hukum Islam

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

1) Apabila terjadi cerai mati, maka separuh harta bersama
menjadi hak pasangan yang hidup lebih lama.
2) Pembagian harta bersama bagi seorang suami atau istri yang
istri atau suaminya hilang harus ditangguhkan sampai
adanya kepastian matinya pada hakikik atau matinya secara
hukum ata dasar putusan Pengadilan Agama.
Pasal 97 Kompilasi Hukum Islam.
Janda atau duda cerai hidup masing-masing berhak eperdua dari
harta bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian
perkawinan.31

B. Tata Cara Pembagian Harta Bersama
Di lihat dari pembagian harta bersama dan sekilas tentang cara
pembagiannya, maka ketika terjadi perceraian pembagian hartanya dikembalikan
kepada hukumnya masing-masing. Apabila suami istri tersebut beragama Islam,
maka pembagiannya secara hukum Islam dalam hal ini menganut UU No.1 Tahun
1974 dan Kompilasi Hukum Islam, apabila suami istri non Islam, maka
pembagiannya menganut hukum perdata atau hukum adat.
Berdasarkan Pasal 96 Kompilasi Hukum Islam dan Pasal 37 UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dikemukakan bahwa harta
bersama suami istri apabila terjadi putusnya perkawinan baik karena kematian atau
31

Kompilasi Hukum Islam, 28-31.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

perceraian maka kepada suami istri tersebut maisng-masing mendapat setengah
bagian dari harta yang mereka peroleh selama perkawinan berlangsung.32
Dalam hukum Islam dapat disimpulakan bahwa harta bersama dalam
perkawinan apabila terjadi perceraian maka dibagi 50% untuk suami dan 50%
untuk istri. Pasal 35 ayat (1) dan (2) menyebutkan bahwa harta benda yang
diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama dan ayat (2) menyebutkan
harta bawaan dari masing-masing suami istri dan harta benda yang diperoleh
masing-masing sebagai hadiah atau warisan adalah di bawah penguasaan masingmasing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.33
Undang-undang No.1 Tahun 1974 pada pasal 37 dikatakan : “bila
perkawinan putus karena perceraian, harta bersama diatur menurut hukumnya
masing-masing ialah hukum agama, hukum adat, dan hukum lainnya. Sekiranya
penjelasan pasal 37 undang-undang No.1 tahun 1974 tersebut dihubungkan dengan
ketentuan pasal 96 dan 97 KHI, penerapan hukum Islam dalam soal pembagian
harta bersama baik dalam cerai mati maupun cerai hidup sudah mendapatkan
kepastian positif. Karena dalam cerai mati pasal 96 ayat 1 menegaskan “separuh
harta bersama menjadi milik pasangan yang hidup lebih lama”. Status kematian
salah satu pihak, baik suami maupun istri harus jelas terlebih dahulu agar
penentuan tentang pembagian harta bersama menjadi jelas. Jika salah satu dari
keduanya hilang maka harus ada ketentuan tentang kematian dirinya secara hukum
melalui Pengadilan Agama. Hal ini diatur dalam KHI pasal 96 ayat 2, “pembagian
harta bersama bagi eorang suami atau istri yang istri atau suaminya hilang harus
32
33

Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, 129.
Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), 267.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

ditangguhkan sampai adanya kepastian matinya yang hakiki atau matinya secara
hukum atas dasar putusan Pengadilan Agama”. Begitu juga dengan cerai hidup,
pasal 97 KHI menegaskan “janda atau duda cerai hidup masing-masing berhak
seperdua dari harta bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian
perkawinan”. Artinya, dalam kasus cerai hidup, jika tidak ada perjanjian
perkawinan maka pembagian harta bersamanya ditempuh berdasarkan ketentuan di
dalamnya, yaitu masing-masing berhak mendapat seperdua dari harta bersama.
Pendapat dan penerapan yang demikian juga telah merupakan yurisprudensi
tetap dalam hukum adat. Sejak masa perang dunia kedua, sudah dipertahankan
ketetapan hukum yang memberi hak dan kedudukan yang sama antara suami istri
terhadap harta bersama apabila perkawinan mereka pecah. Contoh: putusan
Mahkamah Agun tanggal 9 Desember 1959 No.424K/STP/1959, dalam putusan ini
ditegaskan : “menurut yurisprudensi Mahkamah Agung dalam hal terjadi
perceraian barang gono-gini harus dibagi antara suami dan istri dengan masingmasing mendapat separuh bagian”.34
Dalam hal cerai mati tanpa an