Riset Khusus Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin dan Tumbuhan Obat Berbasis Komunitas di Indonesia.
RISET KHUSUS
EKSPLORASI PENGETAHUAN LOKAL ETNOMEDISIN
DAN TUMBUHAN OBAT BERBASIS KOMUNITAS
DI INDONESIA
ETNIS OSING
PROVINSI JAWA TIMUR
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
TANAMAN OBAT DAN OBAT TRADISIONAL
2015
(2)
SUSUNAN
TIM
PENELITI
ETNIS : OSING PROVINSI : JAWA TIMUR
TIM PENELITI
1 Dr. Purwadi, M.Hum. Antropologi
2 Dr. Dra. Eniek Kriswiyanti, M.Si Botanis/Taksonom
3 Aliffiati, S.S., M.Si Antropologi
4 Dra. I Gusti Ayu Sugi Wahyuni, M.Si Botanis/Taksonom
(3)
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb.
Puji syukur kepada Allah SWT selalu kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karuniaNya Laporan Riset Khusus Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin dan Tumbuhan Obat Berbasis Komunitas di Indonesia, yang selanjutnya disebut Riset Tumbuhan Obat dan Jamu (RISTOJA) 2015 telah dapat diselesaikan. Pelaksanaan pengumpulan data RISTOJA 2015 dilakukan pada bulan Agustus s.d September 2015 di Kabupaten Banyuwangi.
Pengumpulan data dilakukan di Wilayah Etnis Osing Ndeles di 5 titik yaitu Kecamatan Glgah, Giri, Licin, Kalipuro dan Sempu, berhasil dihimpun informasi tentang penggunaan tumbuhan untuk penanganan masalah kesehatan yang terdiri dari 5 pengobat tradisional dengan jumlah ramuan 165 dan tumbuhan obat 254.
Kami telah berupaya maksimal, namun pasti masih banyak kekurangan, kelemahan dan kesalahan. Untuk itu kami mohon kritik, masukan dan saran, demi penyempurnaan Riskesdas dimasa yang akan datang.
Billahit taufiq walhidayah, wassalamu’alaikum wr. wb.
(4)
KATA
SAMBUTAN
Assalamu’alaikum wr. wb.
Puji syukur kepada Allah SWT selalu kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karuniaNya Laporan Riset Khusus Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin dan Tumbuhan Obat Berbasis Komunitas di Indonesia, yang selanjutnya disebut Riset Tumbuhan Obat dan Jamu (RISTOJA) 2015 telah dapat diselesaikan. Pelaksanaan pengumpulan data RISTOJA 2015 dilakukan pada bulan Agustus-September 2015 di 2 provinsi yang meliputi 15 titik pengamatan.
Pengumpulan data dilakukan oleh 15 orang peneliti yang berasal dari Universitas Udayana. Berhasil dihimpun informasi tentang penggunaan tumbuhan untuk penanganan masalah kesehatan dari 15 pengobat tradisional atau Battra.
Kami menyampaikan penghargaan yang tinggi serta terima kasih yang tulus atas semua kerja cerdas dan penuh dedikasi dari seluruh peneliti, pakar dari Perguruan Tinggi, Penanggung Jawab Operasional dan seluruh tim pengumpul data serta semua pihak yang telah berpartisipasi mensukseskan RISTOJA 2015.
Secara khusus, perkenankan ucapan terima kasih kami dan para peneliti kepada Ibu Menteri Kesehatan yang telah memberi kepercayaan kepada kita semua, anak bangsa, dalam menunjukkan karya baktinya.
Kami telah berupaya maksimal, namun pasti masih banyak kekurangan, kelemahan dan kesalahan. Untuk itu kami mohon kritik, masukan dan saran, demi penyempurnaan RISTOJA dimasa yang akan datang.
Billahit taufiq walhidayah, wassalamu’alaikum wr. wb.
Denpasar, 14 September 2015 Ketua Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udayana
Prof. Dr. I.. I Nyoman Gde Antara, M. Eng NIP. 19640807 199203 1 002
(5)
RINGKASAN
EKSEKUTIF
Riset Khusus Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin dan Tumbuhan Obat Berbasis Komunitas di Indonesia, yang selanjutnya disebut Riset Tumbuhan Obat dan Jamu (RISTOJA), merupakan riset pemetaan pengetahuan tradisional dalam pemanfaatan tumbuhan obat berbasis komunitas yang dilaksanakan oleh Badan Litbang Kesehatan pada tahun 2015. Riset ini dilaksanakan untuk menjawab kebutuhan informasi terkait data tumbuhan obat dan ramuan tradisional yang digunakan oleh setiap etnis di Indonesia. RISTOJA bertujuan mendapatan data dasarpengetahuan etnofarmakologi, ramuan obat tradisional (OT) dan tumbuhan obat (TO) di Indonesia. Data yang dikumpulkan meliputi : karakteristik Informan, gejala dan jenis penyakit, jenis-jenis tumbuhan, kegunaan tumbuhan dalam pengobatan, bagian tumbuhan yang digunakan, ramuan, cara penyiapan dan cara pakai untuk pengobatan, kearifan lokal dalam pengelolaan dan pemanfaatan TO dan data lingkungan
RISTOJA 2015 dilaksanakan di 24 provinsi bekerja sama dengan Perguruan Tinggi terkemuka di masing-masing wilayah. Provinsi Bali yang pada pelaksanaan Titik pengamatan meliputi 3 etnis yaitu : Bali Aga, Bali Dataran, dan Osing
Jumlah pengobat tradisional yang tinggal di Etnis Osing relative banyak dan data resmi dari instansi terkait belum ada, selanjutnya dipilih 5 informan yang diwawancara, dimana 80% ditinggal di pedesaan; 60% berumur lebih dari 61 tahun; 20% tidak tamat SD, 40% lulus SLTA, dari tingkat pendidikan formal battra maka pengetahuan battra relative sudah maju.
Terdapat 165 ramuan di etnis Osing untuk 208 gejala/penyakit penyakit yang bervariasi, bahkan urutan tertinggi yaitu 23,08 % atau 18 penyakit/gejala tidak masuk ke dalam kelompok 70 penyakit/gejala penyakit sehingga masuk kelompok lain-lain. Kelompok ini yaitu ginjal, tumor/kanker, gangguan vitalitas perempuan, sakit kulit, bisul, melancarkan peredaran darah, saraf, meningitis. Tumbuhan yang digunakan dalam pengobatan mnurut informasi battra berjumlah 254, termasuk dalam 146 jenis spesies 62 familia dan 2 belum teridentifikasi. Dari 146 jenis, 109 spicies yang dapat dibuat menjadi 526 herbarium dan 397 DNA.
TO yang sulit diperoleh berjumlah 20 TO , 15% diupayakan menanam sendiri, dan 85% diperoleh dengan membeli ataupun mencari di tempat lain. Usaha konservasi TO yang sulit telah dilakukan baik oleh masyarakat secara mandiri dan swakelola juga dilakukan oleh pemerintah daerah dan instansi terkait dengan melalui program TOGA (Tanaman Obat Keluarga), baik di tingkat keluarga maupun masyarakat. Pembinaan dan arahan pembuatan jamu secara higienis dan sesuai standar, serta gerakan minum jamu menjadi program resmi daerah.
(6)
DAFTAR ISI
SUSUNAN TIM PENELITI ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
KATA SAMBUTAN ... iv
RINGKASAN EKSEKUTIF ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan ... 3
1. Tujuan Umum ... 3
2. Tujuan Khusus ... 3
C. Manfaat ... 3
BAB II METODE PENELITIAN ... 4
A. Kerangka Teori ... 4
B. Tinjauan Konseptual ... 5
C. Tempat dan Waktu ... 5
D. Populasi dan Sampel ... 6
E. Definisi Operasional ... 6
F. Pengumpulan Data ... 8
1. Penentuan Etnis dan Titik Pengamatan ... 8
2. Pemilihan Informan ... 9
3. Pengumpulan data etnomidisin dan kearifan lokal ... 9
4. Koleksi spesimen dan pembuatan herbarium ... 11
G. Manajemen Data ... 11
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 12
A. Karakteristik Etnis ... 12
B. Demografi Battra ... 15
1. Tempat tinggal ... 15
2. Umur ... 17
(7)
4. Jumlah pasien ... 19
5. Murid ... 20
C. Ramuan Pengobatan ... 20
1. Jumlah Ramuan ... 20
2. Kelompok Penyakit ... 21
3. Kelompok Penyakit Spesifik ... 22
D. Tumbuhan Obat ... 22
1. Jumlah informasi TO ... 22
2. Bagian TO yang digunakan ... 23
3. Habitat TO ... 23
4. Tumbuhan yang teridentifikasi ... 24
5. Koleksi Spesimen ... 26
E. Kearifan Pengelolaan Tumbuhan Obat ... 26
1. Jumlah TO Sulit ... 26
2. Pengelolaan TO Sulit ... 26
F. Kendala/Catatan/Hal Khusus ... 27
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 28
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Titik pengamatan/pengambilan data, Etnis Osing, Provinsi Jawa Timur RISTOJA 2015 ... 15 Tabel 3. Jumlah murid informan yang telah mandiri di Etnis Osing Provinsi Jawa
Timur , RISTOJA 2015 ... 20 Tabel 4. Jumlah ramuan yang digunakan dalam pengobatan oleh informan di Etnis Osing, Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015 ... 20 Tabel 5. Gejala/penyakit terbanyak yang dapat ditangani oleh informan, di Etnis
Osing Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015 ... 21 Tabel 6. Jenis/gejala penyakit spesifik di Etnis Osing Provinsi Jawa Timur,
RISTOJA 2015 ... 22 Tabel 7. Jumlah informasi TO yang digunakan dalam pengobatan tradisional oleh
informan di etnis Osing, Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015 ... 22 Tabel 8. Jumlah TO yang sulit diperoleh informan di Etnis Osing Provinsi Jawa
Timur RISTOJA 2015 ... 26
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan alir tinjauan konseptual ... 5 Gambar 2. Peta Titik Pengamatan/Pengambilan Data Etnis Osing Provinsi Jawa
Timur, RISTOJA 2015 ... 16 Gambar 3. Proporsi informan berdasar tempat tinggal di Etnis Osing Provinsi Jawa
Timur,RISTOJA 2015 ... 17 Gambar 4. Proporsi informan berdasar umur, Etnis Osing Provinsi Jawa Timur
RISTOJA 2015 ... 18 Gambar 5. Proporsi informan berdasar tingkat pendidikan di Etnis Osing Provinsi
Jawa Timur RISTOJA 2015 ... 19 Gambar 6. Jumlah pasien yang dilayani informan di Etnis Osing Provinsi Jawa Timur
RISTOJA 2015 ... 19 Gambar 7. Proporsi bagian TO yang digunakan dalam pengobatan di Etnis Osing
Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015 ... 23 Gambar 8. Proporsi TO teridentifikasi berdasar familia, di Etnis Osing Provinsi Jawa
Timur, RISTOJA 2015 ... 25
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jumlah Ramuan yang digunakan pengobat tradisional di Etnis Osing Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015 ……… ... 26 Lampiran 2. Tumbuhan yang berhasil diidentifikasi hingga tingkat jenis (spesies) Etnis
Osing Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015 ………. ... 27 Lampiran 3. Tumbuhan yang tidak terdiidentifikasi hingga tingkat jenis (spesies) Etnis
Osing Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015 ……….. ... 28 Lampiran 4. Tumbuhan yang sulit diperoleh menurut persepsi battra etnis Osing
(9)
Lampiran 5. TO yang sulit diperoleh menurut persepsi informan di etnis Osing,
Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015 ... 30 Lampiran 6. Photo kegiatan pengumpulan data etnis Osing., Provinsi Jawa Timur,
RISTOJA 2015 ... 31 Lampiran 7. Photo koleksi TO etnis Osing, Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015 ... 32 Lampiran 8. Photo peracikan ramuan etnis Osing, Provinsi Jawa Timur, RISTOJA
2015 ... 33 Lampiran 9. Photo pengobatan etnis Osing, Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015 ... 34 Lampiran 10 Photo hal menarik lainnya etnis Osing, Provinsi Jawa Timur, RISTOJA
2015 ... 35
(10)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara dengan hutan tropika terbesar kedua di dunia, dan memiliki keanekaragaman tumbuhan yang tinggi sehingga dikenal sebagai salah satu dari 7 (tujuh) negara “megabio-diversity”. Distribusi tumbuhan berbunga yang terdapat di hutan tropis Indonesia lebih dari 30.000 jenis dan hampir 12% dari total tumbuhan berbunga di dunia sebesar 250.000 jenis (Ersam, 2004). Bio-diversitas yang besar tersebut tersimpan potensi tumbuhan berkhasiat yang dapat digali dan dimanfaatkan lebih lanjut.
World Conservation Monitoring Center telah melaporkan bahwa wilayah Indonesia merupakan kawasan yang banyak dijumpai beragam jenis tumbuhan obat dengan jumlah tumbuhan yang telah dimanfaatkan mencapai 2.518 jenis (EISAI,1995).
Selain keanekaragaman tumbuhan tersebut, Indonesia juga kaya dengan keanekaragaman etnis dan budaya. Hidayah (1997) telah mengkaji 554 kelompok suku di Indonesia berdasarkan keaslian bahasa dan asal etnis. Sensus Penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2000 menyebutkan bahwa jumlah etnis/suku bangsa yang tinggal di wilayah Indonesia berjumlah 1.086 dengan total populasi lebih dari 200 juta orang. Dari 1.068 etnis tersebut terdapat 20 etnis besar yang memiliki populasi lebih dari 1 juta orang yaitu : Jawa (84 juta); Sunda (31 juta); Madura (6,8 juta); Minagkabau (5,5 juta); Betawi (5 juta); Bugis (5 juta); Banten (4 juta), Banjar (3,5 juta); Bali (3,3 juta); Batak (3,2 juta); Sasak (2,7 juta); Cina (2,4 juta); Makasar (2,2 juta); Cirebon (2 juta); Melayu Riau (1,5 juta); Toba (1,1 juta); Mandailing (1,1 juta); Aceh (1 juta); dan Hulandalo (1 juta). Selain itu juga terdapat 4 etnis dengan populasi kurang dari 100 orang yaitu : Oloh Kantu’ di Papua (97 orang); Yahray di Papua (71 orang); Waipam di Maluku Utara (59 orang) dan Wandub Wambon di Papua (40 orang) (BPS, 2000). Masing-masing etnis memiliki khasanah budaya yang berbeda. Pada setiap etnis, terdapat beraneka ragaman kearifan lokal masyarakat, termasuk di dalamnya adalah pemanfaatan tumbuhan untuk pengobatan tradisional. Pengetahuan tentang penggunaan tumbuhan obat (TO) oleh etnis asli setempat sangat penting untuk pengembangan pengobatan secara tradisional dan pengembangan obat modern karena banyak ekstrak tumbuhan untuk obat modern ditemukan melalui pendekatan pengetahuan lokal (Cox, 1994; Plotkin, 1988)
Modernisasi dapat menyebabkan hilangnya pengetahuan tradisional yang dimiliki oleh masyarakat (Bodeker, 2000). Hal lain yang juga dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah kasus pembajakan plasma nutfah dan budaya yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ancaman kelestarian TO diakibatkan oleh kerusakan habitat dan minimnya
(11)
upaya budidaya TO terutama untuk jenis-jenis yang digunakan dalam jumlah kecil dan kemampuan regenerasi yang lambat (Widiyastuti, 2013).
Pada tahun 2000-2009 Indonesia telah kehilangan 15,16 Juta Ha, Kalimantan menjadi penyumbang kehilangan hutan terbesar yaitu 36,32% atau setara 5,5 juta Ha. Laju penyusutan rata-rata pada periode tahun 2000-2009 sebesar 1,51 juta Ha/tahun. Kawasan hutan lindung dan konservasi juga mengalami penyusutan berturut-turut sebesar 2,01 juta Ha dan 1,27 Ha. Jika tidak ada upaya lebih lanjut, diperkirakan pada tahun 2020 tutupan hutan di Jawa akan habis, sedangkan hutan di Bali-Nusa Tenggara akan habis pada tahun 2030 (Sumargo, 2011).
Penggunaan data tentang TO yang berasal dari hasil penelitian etnobotani merupakan salah satu cara yang efektif dalam menemukan bahan-bahan kimia baru dan berguna bagi pengobatan. Data dasar TO di Indonesia masih sangat minim, terutama informasi tentang jenis-jenis TO terkait dengan kearifan lokal, penggunaan dalam ramuan, bagian yang digunakan dan cara penggunaannya. Penelitian untuk mendapatkan data fitogeografi, pemanfaatan berbasis kearifan lokal, fitokimia dan sosial ekonomi dari TO akan sangat penting dalam membangun sebuah data dasar. Data dasar tersebut dapat digunakan sebagai informasi penting dalam proses budidaya TO untuk peningkatan produktivitas, serta rintisan untuk kemandirian obat berbasis tumbuhan. Data dasar yang dihasilkan sangat mendukung program Saintifikasi Jamu (SJ) karena program tersebut berbasis kepada kearifan lokal yang tercermin dari budaya masing-masing etnis sehingga program SJ ini dapat terus dikembangkan ke seluruh fasilitas pelayanan kesehatan.
Penelitian mengenai Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin dan Tumbuhan Obat Berbasis Komunitas di Indonesia perlu dilakukan untuk menggali pengetahuan lokal etnomedisin sebagai bagian kearifan lokal masing-masing etnis dan keanekaragaman TO yang menjadi dasar bagi pengembangan riset berkelanjutan dalam bidang etnomedisin dan tumbuhan obat. Penelitian Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin dan Tumbuhan Obat Berbasis Komunitas di Indonesia ini juga dikenal dengan istilah Riset Tumbuhan Obat dan Jamu (RISTOJA).
RISTOJA 2012 telah dilaksanakan di 26 provinsi seluruh wilayah Indonesia kecuali provinsi di pulau Jawa dan Bali, bekerja sama dengan 25 Perguruan Tinggi terkemuka di masing-masing wilayah. Etnis yang diteliti meliputi 209 etnis dengan jumlah titik pengamatan 254. Terdapat 15.773 informasi ramuan, sebagian besar berkaitan dengan perilaku hidup sehat, seperti demam, sakit kepala, sakit kulit serta sakit perut, terdapat juga gejala/penyakit yang berkaitan dengan metabolisme atau penyakit degenerative seperti kanker/tumor dan darah tinggi. Selain itu terdapat ramuan untuk malaria sebanyak 486 ramuan, TBC 75 ramuan dan HIV/AIDS 13 ramuan. Tumbuhan yang
(12)
digunakan dalam pengobatan berjumlah 19.738 informasi, 13.576 berhasil diidentifikasi hingga tingkat spesies yang terdiri 1.740 spesies/jenis dari 211 familia.
Ristoja tahun 2015 direncanakan dilaksanakan pada 95 etnis sebanyak 100 titik pengamatan di 24 provinsi. Pelaksanaan Ristoja 2015 tetap bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Perguruan Tinggi termasuk wilayah Jawa-Bali yang pada tahun 2012 belum dilaksanakan pengumpulan datanya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tersedianya data dasar pengetahuan Etnofarmakologi, ramuan obat tradisional (OT) dan tumbuhan obat(TO) di Indonesia.
2. Tujuan Khusus
a. Menginventarisasi pemanfaatan TO berdasarkan gejala/penyakit di setiap etnis di Indonesia.
b. Menginventarisasi tumbuhan dan bagian tumbuhan yang digunakan untuk ramuan OT
c. Mengoleksi spesimen TO untuk pembuatan herbarium d. Mengelola dan mengidentifikasi spesimen herbarium
e. Mengungkap kearifan local dalam pengelolaan dan pemanfaatan TO
C. Manfaat
Terwujudnya perlindungan, pelestarian, pemanfatan dan pengembangan kearifan lokal etnomidisin di setiap etnis di Indonesia.
(13)
BAB II METODE PENELITIAN
A. Kerangka Teori
Biodiversitas adalah kekayaan bangsa dengan nilai yang tidak terhitung besarnya, karena ancaman terhadap kepunahan biodiversitas akan mengancam kelestarian dan eksistensi suatu bangsa. Indonesia tidak saja dikenal memiliki kekayaan biodiversitas tumbuhan dan hewan yang tinggi, namun juga memiliki kekayaan atas keragaman budaya yang terekspresi dari beragamnya suku bangsa. Kekayaan keaneka ragaman hayati dan budaya tersebut menjadi aset nasional yang harus dimanfaatkan dan dikembangkan untuk meningkatkan ketahanan dan kedaulatan bangsa. Demikian juga terhadap kekayaan tumbuhan obat dan pengetahuan tradisional terkait pemanfaatan tumbuhan obat untuk pengobatan. Kekayaan sumberdaya tumbuhan obat memiliki potensi untuk dikembangkan sekaligus potensi ancaman di masa mendatang. Pengelolaan yang tepat akan berdampak pada kesejahteraan bangsa dan di sisi lain juga mengancam kedaulatan akibat praktek biopirasi dan kepunahan spesies karena
Indonesia
Megabiodiversitas
Sumberdaya Manusia Sumberdaya
Non Hayati Sumberdaya
Hayati
Fauna
Flora Aset
Nasiona Potensi Pengembangan Potensi Ancaman
Database ?
Etnik dan Budaya
Konservasi
Kebijakan terkait Indonesian Bioresources
Kedaulatan dan Ketahanan Nasional Populasi Keragaman Sebaran Status konservasi Biopiracy Erosi genetik Punah Kearifan lokal Etnomedisin Pangan Fungsional Obat Kosmetik Jalur pengembangan Jamu Zat aktif
(14)
rusaknya ekologi. Dengan demikian sangat pentingnya tersusun suatu data basis terkait kekayaan biodiversitas tumbuhan obat dan pengetahuan tradisional masyarakat dalam penggunaan tumbuhan sebagai obat. Data basis ini merupakan upaya perlindungan aset nasional dari berbagai ancaman baik yang datang secara internal maupun eksternal. Data basis tumbuhan obat, ramuan obat tradisional, dan kearifan lokal dalam pengelolaan pemanfaatan tumbuhan obat, akan dikembangkan berdasarkan kegiatan penelitian terstruktur dan berkelanjutan yang disebut Riset Tumbuhan Obat dan Jamu (Ristoja). Riset ini akan memetakan dan menginventarisasi pengetahuan tradisional setiap etnis dalam memanfaatkan tumbuhan untuk pengobatan dan kesehatan dari sumber informasi pengobat tradisional, melakukan koleksi langsung tumbuhan obatnya, dan mendata kearifan lokal dalam pengelolaan serta pemanfaatan tumbuhan obat. Data basis ini menjadi aset Nasional dalam upaya perlindungan sekaligus upaya pengembangan kekayaan nasional demi sebesar besarnya kesejahteraan bangsa, sekaligus untuk ketahanan dan kedaulatan Indonesia.
B. Tinjauan Konseptual
3. Inventarisasi ramuan OT, cara penggunaan dan pemanfaatannya berdasarkan gejala penyakit/ penyakit di setiap komunitas lokal di Indonesia (Etnomedisin) 4. Inventarisasi TO dan bagian TO
yang potensial digunakan sebagai obat.
5. Pengumpulan/Koleksi spesimen TO (herbarium)
6. Identifikasi kearifan lokal dalam pengelolaan dan pemanfaatan TO Informan (Pengobat Tradisional, ahli TO setempat, beserta data karakteristik) Data dasar pengetahuan etnomedisin yang meliputi : ramuan dan TO di Indonesia
Gambar 1. Bagan alir tinjauan konseptual
Riset Tumbuhan Obat dan Jamu (RISTOJA) adalah riset kontinum dalam rangka menghasilkan data dasar terkait pengetahuan etnomedisin yang dimiliki oleh setiap etnis di Indonesia, TO yang digunakan dalam ramuan, serta kearifan lokal dalam pengelolaan pemanfaatan TO. Riset ini dilaksanakan dengan metode survei eksploratif dengan variabel bebas pengobat tradisional (battra) yang ada di setiap etnis. Data (variabel tergantung) yang ditetapkan dari survei ini adalah data demografi battra, ramuan obat tradisional, TO yang digunakan dalam ramuan, serta kearifan lokal dalam pengelolaan pemanfaatan TO.
C. Tempat dan Waktu
Lokasi penelitian meliputi seluruh wilayah Indonesia. Kriteria Etnis yang menjadi subyek penelitian adalah:
(15)
1. Semua etnis yang tercatat pada Sensus Penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2000
2. Etnis dengan jumlah populasi lebih besar atau sama dengan 1.000 orang yang tinggal pada lokasi (pulau) asal komunitas lokal (etnis) tersebut.
Waktu pengumpulan data + 21 hari, yaitu pada bulan Juli- Desember 2012.
D. Populasi dan Sampel
Populasi RISTOJA 2015 adalah semua penduduk dari komunitas lokal yang ada di wilayah Indonesia dan semua tumbuhannya. Sampel RISTOJA 2015 adalah pengobat tradisional yang memiliki sekaligus mempraktekan penggunaan tumbuhan sebagai obat serta TO yang digunakan oleh informan.
E. Definisi Operasional
1. Informan atau narasumber ataubattra atau pengobat tradisional adalah orang yang mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam penyembuhan dan mengobati penyakit dengan menggunakan tumbuhan obat dalam ramuannya yang diakui oleh komunitasnya.
2. Biopirasi adalah pencurian sumber daya hayati atau pengetahuan tradisional untuk kepentingan komersial oleh pihak tertentu dan merugikan pihak lainnya. Komunitas masyarakat adat adalah kelompok yang paling rentan dengan biopirasi ini, karena memiliki banyak pengetahuan yang bisa diambil begitu saja tanpa mendapatkan kompensasi yang layak dari pengetahuan mereka tersebut.
3. Bioprospeksi adalah upaya untuk mencari kandungan kimiawi baru pada makhluk hidup (baik mikroorganisme, hewan, dan tumbuhan) yang mempunyai potensi sebagai obat-obatan atau untuk tujuan komersil lainnya.
4. Demografi adalah data identitas narasumber yang terdiri dari data umur, pendidikan, pekerjaan utama, jenis kelamin, agama/religi, dan status kawin.
5. Eksplorasi adalah penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak (tentang keadaan), terutama sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu.
6. Etnis atau suku adalah kelompok masyarakat yang dibedakan atas dasar bahasa, budaya dan lokasi asal.
7. Etnobotani adalah ilmu botani mengenai pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dl keperluan kehidupan sehari-hari dan adat suku bangsa.
8. Etnofarmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kegunaan tumbuhan yang memiliki efek farmakologi dalam hubungannya dengan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan oleh suatu suku bangsa.
(16)
9. Etnomedisin adalah cabang antropologi medis yang membahas tentang asal mula penyakit, sebab-sebab dan cara pengobatan menurut kelompok masyarakat tertentu.
10. Fitogeografi adalah ilmu tentang masalah penyebaran tumbuhan.
11. Fitokimia adalah ilmu tentang seluk-beluk senyawa kimia pada tumbuh-tumbuhan, khususnya gatra taksonominya.
12. Inventarisasi etnomedisin adalah pendataan pengetahuan narasumber mengenai tumbuhan obat, keterampilan membuat ramuan dan pemanfaatannya dalam pengobatan berdasarkan gejala atau penyakit.
13. Kearifan lokal merupakan pengetahuan lokal yang sudah demikian menyatu dengan sistem kepercayaan, norma dan budaya dan diekspresikan di dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam jangka waktu yang cukup lama. Kearifan lokal atau kearifan tradisional yaitu semua bentuk keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. Kearifan lokal/tradisional merupakan bagian dari etika dan moralitas yang membantu manusia untuk menjawab pertanyaan moral apa yang harus dilakukan, bagaimana harus bertindak khususnya dibidang pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam.
14. Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah.
15. Koleksi spesimen TO adalah seluruh bagian tumbuhan obat yang memungkinkan untuk diambil dan dikeringkan sebagai herbarium.
16. Komunitas lokal adalah suatu kelompok orang (masyarakat) yang hidup dan saling berinteraksi di dalam daerah tertentu
17. Konservasi adalah pemeliharaan dan perlindungan sumber daya alam secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan melalui pemanfaatan secara bijaksana dan menjamin kesinambungan ketersediaan dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keragamannya.
18. Pendekatan etik dan emik merupakan kajian kebudayaan melalui makna bahasa yang digunakan oleh suatu masyarakat budaya. Etik merupakan kajian makna yang diperoleh dari pandangan orang di luar komunitas budaya tersebut. Sebaliknya,
emik merupakan nilai-nilai makna yang diperoleh melalui pandangan orang yang berada dalam komunitas budaya tersebut
19. Profiling DNA adalah suatu metode untuk mengidentifikasi gambaran genetika atau biomolekul yang menyimpan dan menjadi konstruksi genetik suatu organisme.
(17)
20. Ramuan adalah beberapa bahan/tumbuhan yang digabung menjadi satu kesatuan digunakan dalam pengobatan tradisional.
21. Saintifikasi Jamu adalah pembuktian ilmiah jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan.
22. Spesimen tumbuhan obat adalah bagian tumbuhan obat yang dikoleksi untuk tujuan pembuatan herbarium.
F. Pengumpulan Data
1. Penentuan Etnis dan Titik Pengamatan
Pelaksanaan RISTOJA diharapkan dapat mencakup seluruh etnis yang ada di Indonesia, akan tetapi dengan terbatasnya dana penelitian dan sumber daya manusia (peneliti) maka dilakukan pemilihan etnis-etnis yang menjadi prioritas. Etnis yang dipilih untuk dilakukan pengamatan terlebih dahulu adalah:
a. Etnis dengan khasanah dan budaya pengobatan tradisional yang kuat
b. Etnis yang tinggal di wilayah dengan keanekaragaman tumbuhan yang besar c. Etnis dengan jumlah populasi besar
d. Etnis yang tinggal di wilayah dengan akses pelayanan kesehatan kurang
Penentuan etnis dan titik pengamatan melibatkan pakar yang lebih mengetahui wilayah dan kondisi terkini dari masing-masing etnis yaitu lembaga penelitian universitas.
Maka etnis yang dipilih sebagai subjek RISTOJA 2015 adalah 95 etnis dengan 100 titik pengamatan meliputi 24 provinsi dengan rincian sebagai berikut:
No Provinsi Jumlah Titik
Pengamatan
1 Nangro Aceh Darusalam 5
2 Sumatera Utara 5
3 Riau dan Kepulauan Riau 4
4 Sumatera Selatan 5
5 Lampung 5
6 Kalimantan Barat 10
7 Kalimantan Tengah 5
8 Kalimantan Selatan 5
9 Kalimantan Timur dan Utara 9
10 Sulawesi Utara 5
11 Sulawesi Tengah 5
12 Sulawesi Tenggara 5
13 Sulawesi Selatan 5
14 Maluku 5
15 Maluku Utara 5
16 Bali 2
17 Jawa Timur 5
18 Jawa Tengah dan DIY 5
(18)
No Provinsi Jumlah Titik Pengamatan
Jumlah 100
2. Pemilihan Informan
Informan dalam penelitian ini adalah orang yang mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam penyembuhan dan mengobati penyakit dengan menggunakan TO dalam ramuannya yang diakui oleh komunitasnya. Informan ditentukan dengan metode purposive sampling berdasarkan informasi dari penghubung (tokoh masyarakat, kepala suku, kepala desa, kepala kampung, tokoh informal, dinas kesehatan, puskesmas dan sumber terpercaya lainnya). Tim melakukan pemetaan terhadap semua battra yang tinggal di wilayahnya. Battra yang dipilih sebagi informan adalah battra yang memenuhi kriteria, jika dalam satu wilayah terdapat lebih dari 1 orang battra maka battra yang dipilih sebagi informan adalah battra yang paling terkenal, paling ampuh (pasien banyak yang sembuh), jumlah pasien paling banyak. Pemilihan pengobat spesialis (hanya mengobati satu atau beberapa jenis penyakit saja) seperti patah tulang dan pengobat yang bukan merupakan warga asli namun telah terenkulturasi dapat dipilih sebagai informan sebagai alternatif terakhir. Yang dimaksud dengan battra terenkulturasi adalah battra yang bukan keturunan asli, namum telah lama tinggal, menguasai bahasa, adat istiadat dan khasanah pengobatan etnis tersebut.
Tim peneliti melakukan pengumpulan data pada informan, setelah selesai maka tim diharuskan pindah ke lokasi berikutnya (kecamatan/kabupaten lain) untuk melakukan pemetaan battra, pemilihan informan dan pengumpulan data.
3. Pengumpulan data etnomidisin dan kearifan lokal
Pengumpulan data dengan wawancara melalui dua pendekatan yaitu emik dan etik. Emik dimaksudkan untuk mengumpulkan seluruh informasi yang berasal dari masyarakat. Sedangkan etik dimaksudkan untuk melakukan analisis berdasarkan disiplin keilmuan, baik antropologi, biologi dan kesehatan.
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan teknik terstruktur dan bebas. Wawancara terstruktur menggunakan instrumen berupa kuesioner dengan pertanyaan semi terbuka, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data demografi serta untuk menggali keterangan mengenai jenis dan bagian tumbuhan obat yang digunakan, ramuan dan cara meracik ramuan, serta kearifan lokal dalam pengelolaan tumbuhan obat.
Instrumen kuesioner RISTOJA digunakan sebagai alat bantu dalam tabulasi, analisis dan pembuatan laporan. Instrumen kuesioner diisi berdasar catatan lapangan.
(19)
Data-data yang dikumpulkan dalam instrumen penelitian adalah Data-data demografi batra, tumbuhan obat, ramuan serta kegunaan dan cara penyiapannya. Instrumen kuesioner terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
a). BLOK A. Pengenalan Tempat
Blok ini memuat informasi demografi/domisili atau tempat tinggal informan. Pertanyan secara lengkap alamat informan yang mudah dikenal dan ditelusuri jika dibutuhkan pada saat yang akan datang. Pengenalan tempat yang ditanyakan alamat informan mulai dari jalan sampai nama dan kode desa, kecamatan, kabupaten dan propinsi serta titik koordinat dan elevasi.
b. BLOK B. Keterangan Pengumpul Data
Blok ini memuat keterangan pengumpul data. Selain nama ketua tim dan anggota tim, blok ini juga memuat nama koordinator teknis yang bertanggungjawab mengawasi pelaksanaan pengumpulan data, tanggal dimulai pengumpulan data, tanggal selesai pengumpulan data dan tanggal pengecekan data. Kuesioner yang telah diisi harus ditanda tangani oleh ketua dan anggota tim. Data di verifikasi oleh Koordinator Teknis.
c. BLOK C. Karakteristik Informan
Informasi mengenai karakteristik informan merupakan data yang penting diketahui. Karakteristik yang perlu dicantumkan adalah nama, umur, pendidikan, pekerjaan dan status informan.
d. BLOK D. Pengobatan
Sesuai dengan tujuan khusus RISTOJA adalah untuk mendapatkan pengetahuan tentang etnomedisin. Sehubungan dengan tujuan tersebut maka informasi yang perlu diketahui adalah pengetahuan dan kemampuan serta cara informan mendapatkan pengetahuan dan kemampuan melakukan pengobatan mengunakan TO, jumlah pasien yang diobati selama sebulan, serta metode pengobatan lain yang digunakan informan dalam pengobatan tradisional selain menggunakan TO, serta keberadaan murid yang diharapkan dapat menjaga keberlangsungan pengetahuan dan kemampuan pengobatannya.
e. BLOK E. Informasi Ramuan Pengobatan
Informasi yang terkait dengan komposisi ramuan yang diperlukan adalah nama penyakit serta gejala penyakit yang diketahui oleh informan, jenis ramuan, komposisi ramuan, asal tumbuhan, dosis, cara pengolahan, cara pemakaian, frekuensi serta lama pengobatan.
(20)
f. BLOK F.Kearifan Lokal Terhadap Pengelolaan TO
Dalam Blok F ini yang ditanyakan kepada informan antara lain apakah ada TO yang digunakan dalam pengobatan “sulit” diperoleh. Yang dimaksud dengan “TO sulit diperoleh” adalah TO yang sudah jarang ditemukan menurut persepsi informan. Jika ada TO yang sulit diperoleh maka bagaimana penanganan dan upaya upaya pelestariannya serta ada/tidaknya penanganan khusus untuk pengambilan TO sejak persiapaan sampai siap digunakan dalam pengobatan. Yang dimaksud dengan penangan khusus adalah :
- adanya ritual-ritual (upacara) tertentu yang harus dilakukan informan untuk mengambil tumbuhan tersebut.
- adanya syarat–syarat tertentu yang berkaitan dengan tumbuhan (misal: jumlah tumbuhan,umur, bagian, ukuran)
- adanya cara-cara tertentu (misal: berkaitan dengan waktu, contohnya tumbuhan harus diambil pada malam hari)
g. BLOK G.Catatan
4. Koleksi spesimen dan pembuatan herbarium
Koleksi spesimen dan dokumentasi dilakukan dengan melibatkan informan untuk mengantar dan menunjukkan lokasi dimana TO tersebut tumbuh. Koleksi spesimen, dokumentasi, pembuatan herbarium dan deskripsi morfologi dilakukan oleh masing masing tim dengan mengikuti petunjuk dalam buku pedoman. Pembuatan herbarium dilakukan saat dan atau sesudah pengumpulan data oleh masing-masing tim. Label/etiket herbarium harus memuat kode yang sama dengan buku catatan lapangan maupun foto.
G. Manajemen Data
Hasil pengumpulan data dituangkan dalam bentuk verbatim, fieldnote dan transkip dipindahkan ke dalam instrumen kuesioner, data TO dari tiap tim diperiksa oleh ketua tim masing-masing, selanjutnya diverifikasi oleh Korteks. Data entry dari tiap tim dikirim ke tim manajemen data pusat di Balai Besar Litbang TO-OT oleh korteks e-mail. Tim manajemen data pusat bertugas menyatukan data, verifikasi akhir, cleaning, pembobotan dan analisis data. Lembar kuesioner dikumpulkan provinsi untuk dikirim ke tim manajemen data pusat di Balai Besar Litbang TO-OT untuk disimpan selama 5 tahun.
Analisis data dilakukan secara deskriptif terhadap data TO yang didapatkan, ramuan OT, pengetahuan etnomedisin dan kearifan lokal dalam pengelolaan TO. Analisis data dilaksanakan pada bulan November - Desember 2015.
(21)
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Etnis Osing merupakan warga mayoritas di Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur. Masyarakat Osing dikenal sebagai salah satu masyarakat dengan latar belakang budaya yang unik, khususnya dalam system pengobatan yang hingga saat ini masih bertahan. Sehingga hampir di seluruh wilayah Kabupaten Banyuwangi dapat dijumpai pengobat tradisional dengan berbagai karakteristik yang berbeda. Namun demikian data resmi mengenai keberadaan mereka belum terdata secara lengkap. Jasa pengobatan dari pengobat tradisional ini bagi masyarakat sebagai alternative terakhir dalam upaya mencari kesembuhan. Pengobat tradisional Etnis Osing yang ada di wilayah Banyuwangi dalam RISTOJA 2015 dipilih berdasar kepemilikan sejarah pengobatan yang kuat, memiliki sumber daya alam (TO) yang melimpah, serta adanya potensi ancaman erosi genetik yang dibuktikan dengan berkurangnya keanekaragaman jenis tumbuhan yang diakibatkan oleh penggunaan yang tanpa diikuti dengan usaha pelestarian.
Sedangkan pemilihan lokasi pengobat tradisional (titik pengamatan) berdasar motherland yang merupakan daerah yang dikenal oleh masyarakat sebagai Osing Ndeles, lokasi relatif terjangkau dan ketersediaan pelayanan kesehatan formal namun masyarakat masih menggunakan pelayanan dari pengobat tradisional, sehingga diharapkan data yang diperoleh representative.
A. Karakteristik Etnis
Etnis Osing atau Using adalah sub-suku Jawa yang dianggap “penduduk asli” Banyuwangi atau disebut juga sebagai "Wong Blambangan" atau “Wong Osing”. Komunitas ini menyebar di desa-desa pertanian subur di bagian tengah dan timur
Banyuwangi yang secara administratif merupakan kecamatan-kecamatan Giri, Kabat, Glagah, Rogojampi, Sempu, Singojuruh, Songgon, Cluring, Banyuwangi Kota, Genteng, dan Srono.
Komunitas Osing terbentuk melalui proses sosial-politik yang cukup panjang. Secara historis, Banyuwangi merupakan pusat kekuasaan politik kerajaan Blambangan yang pada masa silam merupakan bagian dari kerajaan Majapahit. Runtuhnya Majapahit di akhir abad ke-15 memberi kesempatan bagi Blambangan untuk melepaskan diri dari kekuasaan manapun. Tetapi kerajaan-kerajaan Islam yang muncul kemudian seperti Demak, Pasuruan, Mataram, dan juga Bali menempatkan Blambangan sebagai daerah yang harus dikuasai. Mataram bekerja sama dengan VOC, berusaha menaklukkan Blambangan. Belanda berhasil memenangkan peperangan itu, kemudian memboyong sejumlah tenaga kerja untuk diperkerjakan di perkebunan milik Belanda. Kehadiran tenaga
(22)
kerja ini kemudian disusul oleh gelombang migrasi dari Jawa Kulon untuk berbagai pekerjaan, khususnya di bidang perkebunan dan pertanian. Migrasi serupa berdatangan pula dari Madura, Bali, Bugis, dan Mandar, sehingga sejak awal abad ke-19 Banyuwangi tidak lagi dihuni oleh komunitas Osing saja, namun bercampur dengan berbagai pendatang.
Latar belakang kesejarahan itu menegaskan identitas diri ke-Osing-an mereka yang enggan bahkan tidak mau untuk mengidentifikasikan diri sebagai orang Jawa. Hal tersebut terwujud dalam penggunaan bahasa Osing dan menutup diri dari pengaruh Jawa serta membentuk sikap antipati terhadap segala yang identik dengan Jawa. Ada keinginan dari diri mereka untuk mengembangkan bahasa dan budaya sendiri yang berbeda dari tetangga mereka di sebelah barat walaupun sama-sama berakar dari bahasa Jawa Kuno. Kata "Osing" dalam bahasa Osing sendiri bisa diartikan "tidak", sehingga ada anekdot yang mengkisahkan tentang keberadaan orang Osing itu sendiri, ketika orang luar bertanya kepada orang Banyuwangi apakah kalian orang Bali atau orang Jawa? Mereka menjawab dengan kata "sing" yang artinya tidak.
Pada akhir masa kekuasaan Majapahit, banyak orang-orang Majapahit mengungsi ke beberapa tempat, yaitu ke lereng Gunung Bromo (Tengger), Blambangan dan Bali. Kedekatan sejarah ini terlihat dari corak kehidupan etnis Osing yang masih menyiratkan budaya Majapahit yang bercorak Hindu-Budha dan mempunyai kedekatan yang cukup besar dengan masyarakat Bali. Walaupun demikian, masyarakat Osing tidak mengenal sistem kasta seperti halnya orang Bali.
Pada awal terbentuknya masyarakat Osing, agama utama etnis Osing adalah Hindu-Budha seperti halnya di Majapahit. Namun dengan berkembangnya kerajaan Islam di wilayah pantai utara pulau Jawa menyebabkan agama Islam menyebar dengan cepat di kalangan etnis Osing. Selanjutnya tradisi etnis Osing merupakan akulturasi budaya Majapahit-Hindu-Budha dan Islam. Misalnya tradisi Tumpeng Sewu (tumpeng seribu). Pada tradisi ini setiap keluarga mengeluarkan satu buah tumpeng yang dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas semua rezeki yang telah mereka terima selama satu tahun. Selain itu Tumpeng Sewu diyakini sebagai selamatan tolak bala yang akan menghindarkan warga masyarakat dari segala bencana dan penyakit serta mengajak orang untuk berhemat bersyukur.
Sistem kemasyarakatan dan kekerabatan orang Osing didasarkan pada hubungan satu ke-buyut-an, yaitu hubungan kekerabatan yang berasal dari satu buyut (nenek moyang) tertentu. Setiap warga masyarakat Osing tahu dari buyut mana mereka berasal. Misalnya warga desa Kemiren yang menganggap Buyut Cili sebagai cikal bakal mereka yang dihormati.
(23)
Para tetua adat Osing biasa disebut dukun, dan pada saat-saat tertentu mereka mengadakan musyawarah adat untuk bermusyawarah. Kini istilah dukun ini mulai ditinggalkan karena sering dianggap berkonotasi negatif sebagai dukun santet. Padahal masalah santet ini bagi masyarakat Osing tidak selalu bersifat negatif. Orang selalu salah kaprah dalam memahami santet ini dengan hanya mengaitkan dengan ilmu hitam. Namun, menurut salah seorang tokoh masyarakat Osing mengakui bahwa santet di Banyuwangi memang ada yang menyerupai ilmu hitam (sihir) seperti yang juga ditemukan di daerah-daerah lainnya. Akan tetapi, yang lebih banyak berkembang adalah santet yang berkaitan dengan pengasihan, yaitu cara bagaimana menimbulkan rasa cinta atau simpati orang lain kepada yang menggunakan jasa ilmu tersebut, misalnya ilmu jaran goyang atau sabuk mangir.
Kehidupan sosial orang Osing, dalam berinteraksi dengan warga non-Osing, mereka walau agak tertutup namun cukup ramah dan bisa menerima adanya perbedaan di sekitar mereka. Justru pada pendatang itulah yang sering memandang mereka seperti “orang malas” dan merasa lebih tinggi dibanding orang asli Banyuwangi. Para pendatang mengusai sektor-sektor formal, misalnya menjadi pegawai negeri di tingkat Kabupaten hingga Kecamatan. Mereka kadang memandang orang asli Banyuwangi sebelah mata. Padangan orang terbelakang dan tidak mau diajak maju.
Akibat pada masa silam tidak mau bekerja sama dengan Belanda, praktis orang Osing mengkonsentrasikan hidupnya di sektor pertanian. Sementara sentra-sentra perekonomian lain di Banyuwangi, justru banyak ditempati oleh orang dari luar Banyuwangi. Sektor perkebunan banyak dikerjakan orang Madura. Demikian pula pada sektor kelautan yang dilakukan orang-orang dari Madura. Di sektor pemerintahan nyaris tidak ada orang Osing yang mau bekerja di sektor ini. Walau diantara mereka banyak yang sekolah hingga perguruan tinggi, namun tidak begitu saja orang Osing mengijinkan anaknya untuk menjadi pegawai negeri.
Kebudayaan Osing bersifat dinamis, berkat upaya keras dari para budayawan Osing yang tergabung dalam Dewan Kesenian Blambangan (DKB) dan budayawan Hasan Ali yang menyusun Kamus Bahasa Osing, berangasur-angsur orang Osing mulai menunjukkan eksistensi dalam berbagai aspek kehidupan. Festival budaya dan acara kesenian tahunan lainnya sering diadakan di desa-desa Osing. Misalnya di desa Kemiren, Barong Ider Bumi merupakan salah satu upacara adat tahunan yang dilakukan masyarakat Osing yang biasanya dilaksanakan dua hari setelah Hari Raya Idul Fitri. Asal muasal ritual
Barong Ider Bumi berawal dari adanya wabah dan bencana yang melanda Kemiren. Untuk menghindari bencana itu harus dilaksanakan Barong Ider Bumi. Dalam iring-iringan Barong Ider Bumi diharuskan ada ”barong” sebagai lambang persatuan. Bentuk kesenian khas Banyuwangi adalah gandrung yang merupakan bentuk manifestasi masyarakat suku Osing
(24)
dalam melawan penjajah Belanda, sehingga sebagian besar gending-gending gandrung
mempunyai makna perjuangan melawan para penjajah.
B. Demografi Battra
1. Tempat tinggal
Kabupaten Banyuwangi yang secara administrative terdiri dari 24 kecamatan dan 217 desa atau kelurahan, hampir di setiap wilayahnya terdapat battra, terlebih di wilayah pedesaan. Penelitian difokuskan pada battra yang berada di wilayah Osing Ndeles, dari 12 wilayah kecamatan yang tergolong wilayah Osing Ndeles, berhasil diwawancari 5 battra sebagai informan yang berada di 5 desa di 5 kecamatan. Lima orang battra sebagai informan merupakan battra yang tinggal di Osing Ndeles dan asli Orang Osing, banyak pasien, menggunakan ramuan herbal/jamu dalam pengobatan, pengetahuan tentang tanaman obat, sebaran wilayah “kerja” dari masing masing informan adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Titik pengamatan/pengambilan data, Etnis Osing Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015
No Nama Battra Cakupan Wilayah Kecamatan/Dusun
1 H. Djohadi Timbul Desa Kemiren, Kecamatan Glagah 2 H. Slamet Utomo Desa Penataban, Kecamatan Giri 3 H. Hanik Jaelani Desa Licin, Kecamatan Licin
4 Abdul Hadi Desa Pesucen, Kecamatan Kalipuro
(25)
Sumber : Pemerintah Daerah Kab. Banyuwangi
Gambar 2. Peta titik pengamatan/pengambilan data Etnis Osing Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015
(26)
Gambar 3. Proporsi informan berdasar tempat tinggal di Etnis Osing Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015
2. Umur
Umur para battra pada umumnya tergolong usia mapan artinya usia dimana seseorang oleh masyarakat dianggap sudah dewasa, demikian juga dengan informan 5 battra. Usia mereka rata-rata ˃ 40 tahun, hal ini sangat beralasan karena bagi masyarakat semakin tua usia battra maka pengalaman dalam mengobati semakin banyak sehingga semakin manjur, selain itu dari sisi battra pada usia tersebut mereka lebih percaya diri dalam mengobati. Umur para battra sebagai berikut.
Tabel 2. Proporsi Informan berdasarkan Umur, Etnis Osing Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015
No Nama Battra Umur
1 H. Djohadi Timbul 68 tahun
2 H. Slamet Utomo 67 tahun
3 H. Hanik Jaelani 63 tahun
4 Abdul Hadi 54 tahun
5 Anang Mahmud 39 tahun
Desa 80% Kota
(27)
Gambar 4. Proporsi informan berdasar umur, Etnis Osing Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015
3. Pendidikan
Pendidikan dalam hal ini adalah latar belakang pendidikan formal yang dimiliki oleh 5 battra. Secara umum tingkat pendidikan formal para battra tergolong cukup memadai artinya sampai tingkat sekolah lanjutan pertama dan atas (SLTP dan SLTA). Tingkat pendidikan para battra sebagai berikut.
Tabel 3. Proporsi Informan berdasarkan Pendidikan , Etnis Osing Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015
No Nama Battra Tingkat Pendidikan
1 H. Djohadi Timbul Lulus SLTP
2 H. Slamet Utomo Lulus SMEA
3 H. Hanik Jaelani Lulus D2
4 Abdul Hadi Tidak Tamat SD
5 Anang Mahmud Lulus SMA
< 40 tahun 20%
41 s.d 60 tahun 20% > 61 tahun
(28)
Gambar 5. Proporsi informan berdasar tingkat pendidikan di Etnis Osing Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015
4. Jumlah pasien
Jumlah pasien battra memberikan gambaran secara umum rata-rata pasien yang datang berobat dalam kurun waktu satu bulan. Secara khusus jumlah pasien dari 5 battra setiap harinya tidak dapat ditentukan secara pasti, terlebih mereka tidak memiliki data tertulis dari pasien yang datang berobat. Jumlah pasien dihitung secara rata-rata dari informasi dari battra berdasarkan perkiraannya dan pengamatan langsung selama penelitian, sehingga didapat data sebagai berikut.
Gambar 6. Jumlah pasien yang dilayani informan di Etnis Osing Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015
0%
20%
0%
20%
40%
20%
0% 50%
Tidak Sekolah
Tidak Tamat SD
SD SMP SMA PT
30-60 pasien 40%
61-120 pasien 20% 121 - 200
pasien 20% > 200 pasien
(29)
5. Murid
Rata-rata informan ditanya tentang murid yang dimiliki, mereka menjawab tidak memiliki murid. Namun demikian, diantara mereka anak mereka mulai berprofesi seperti ayahnya, artinya ada yang mewarisi keterampilan dan ilmu mengobati bahkan ada yang sudah praktek seperti ayahnya. Data mengenai murid informan sebagai berikut.
Tabel 4. Jumlah murid informan yang telah mandiri di Etnis Osing Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 201
C. Ramuan Pengobatan
Dalam riset ini dikumpulkan semua informasi yang berkaitan penggunaan tumbuhan dalam pengobatan, yang meliputi ramuan/komposisi, informasi tumbuhan dan kegunaannya, dan dilanjutkan dengan identifikasi dan pembuatan herbarium.
1. Jumlah Ramuan
Informan memiliki kemampuan untuk mengobati berbagai macam penyakit dengan jumlah ramuan sebagai berikut:
Tabel 2. Jumlah ramuan yang digunakan dalam pengobatan oleh informan di Etnis Osing Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015
No Nama Informan Jumlah Ramuan
1 H. Djohadi Timbul 32
2 H. Slamet Utomo 28
3 H. Hanik Jaelani 42
4 Abdul Hadi 27
5 Anang Mahmud 36
Jumlah 165
Jumlah rata-rata ramuan yang dimiliki adalah 30 ramuan/informan, dimana pada informan nomer 3 yaitu Bapak H. Hanik Jaelani memiliki jumlah ramuan yang sangat banyak (42), beliau merupakan battra yang dalam mengobati memadukan teknik pijat refleksi dengan minum ramuan/jamu, ramuan yang dimiliki sangat bervariasi Sedangkan Bapak Abdul Hadi memiliki 27 ramuan, meskipun demikian jumlah pasiennya jauh lebih banyak dari informan yang lain (600 pasien/bulan). Bapak Abdul Hadi oleh masyarakat sekitar dikenal sebagai dukun pijat dan suwuk yaitu metode pengobatan dengan supranatural, teknik pengobatan Pak Abdul Hadi memadukan teknik pijat, minum ramuan/jamu, dan suwuk, penggunaan 3 teknik
No Nama Battra Jumlah Murid yang mandiri
1 H. Djohadi Timbul 1
2 H. Slamet Utomo 6
3 H. Hanik Jaelani 0
4 Abdul Hadi 0
(30)
tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan permintaan pasien. Pasien dari bayi hingga orang dewasa.
2. Kelompok Penyakit
Terdapat puluhan jenis dan istilah gejala/penyakit yang dapat ditangani oleh informan, beberapa diantaranya merupakan penyakit modern yang sebenarnya membutuhkan penegakan diagnosa melalui pemeriksaan laboratorium, seperti malaria, TBC, HIV/AIDS dll. Gejala/penyakit tersebut dikelompokkan menjadi 70 jenis menurut gejala dan kegunaannya, dengan 10 jenis terbanyak adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Gejala/penyakit terbanyak yang dapat ditangani oleh informan, di etnis Osing Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015
No Penyakit/Gejala Jumlah
1 Lain-lain 18
2 Batuk 10
3 Tumor/Kanker 9
4 Demam/panas 7
5 Gangguan Vitalitas 7
6 Darah tinggi 6
7 Sakit Kulit 6
8 Sakit Mata 5
9 Kencing Manis 5
10 Penyakit Kelamin 5
Gejala/penyakit lain-lain ini merupakan gejala/penyakit yang tidak masuk dalam 70 kelompok penyakit. Gejala/penyakit lain-lain yang dapat ditangani oleh battra adalah ginjal, vitalitas wanita, tekanan darah rendah, melancarkan peredaran darah, bisul, meningitis, saraf, muntah darah. Hampir semua battra memiliki ramuaun untuk gejala/penyakit ginjal bahkan mereka mengklasifikasikan penyakit ginjal menjadi dua yaitu radang ginjal dan batu ginjal. Ramuan untuk gejala/penyakit batuk menempati urutan kedua dan disusul dengan penyakit tumor/kanker yang semua battra memiliki ramuannya bahkan ada yang lebih dari satu ramuan untuk jenis penyakit tersebut. Pada umumnya ramuan untuk gejala/penyakit gangguan vitalitas merupakan paduan antara TO dengan hewan seperti kalajengking, belut, telur ayam.
(31)
3. Kelompok Penyakit Spesifik
Selain ke 10 jenis/gejala penyakit tersebut terdapat juga jenis/gejala penyakit spesifik yang dapat ditangani oleh battra di etnis Osing provinsi Jawa Timur. yaitu :
Tabel 4. Jenis/gejala penyakit spesifik di etnis Osing Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015
No Jenis Penyakit/Gejala Jumlah
1 Kanker/tumor 9
2 Ginjal 8
3 Kencing manis 5
4 TBC 4
5 Jantung 3
6 Malaria 1
7 HIV/AIDS 1
8 Meningitis 1
Penyakit spesifik ini merupakan jenis/gejala penyakit yang menurut battra merupakan penyakit yang “parah” atau serius sehingga memerlukan penanganan khusus. Battra berhasil menangani penyakit spesifik ini dengan cara merefleksi dan memberi ramuan kepada pasien, seperti yang dialami oleh salah satu pasien battra 1 (Pak Timbul) yang menderita kanker rahim dan kencing manis yang sembuh dari penyakitnya setelah direfleksi dan minum ramuan secara rutin lebih kurang selama 1 bulan. Sedangkan untuk pasien jantung seperti yang dialami oleh pasien battra 3 (Pak Hanik) refleksi dan ramuan menurut battra merupakan alternatif penanganan awal terhadap penyakit.
D. Tumbuhan Obat
1. Jumlah informasi TO
Jumlah informasi TO yang digunakan dalam ramuan adalah 254 dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 5. Jumlah informasi TO yang digunakan dalam pengobatan tradisional oleh informan di etnis Osing Provinsi Jawa Timur RISTOJA 2015
No Nama Informan Jumlah Informasi TO
1 H. Djohadi Timbul 48
2 H. Slamet Utomo 44
3 H. Hanik Jaelani 49
4 Abdul Hadi 38
5 Anang Mahmud 75
(32)
Dari 254 informasi TO tersebut terdapat banyak TO yang digunakan dalam beberapa ramuan oleh beberapa informan, sehingga sebenarnya hanya terdapat 148 nama lokal TO. Selain TO para informan juga menggunakan bahan lainnya yaitu mineral (garam dan kapur); binatang (kalajengking, belut, telur ayam).
2. Bagian TO yang digunakan
Dari 254 informasi TO yang digunakan dalam pengobatan, bagian tumbuhan yang banyak digunakan adalah : daun (29,6%); rimpang (19,4%); dan buah (13,1%), sebagaimana disajikan dalam gambar 7.
Gambar 7. Proporsi bagian TO yang digunakan dalam pengobatan di etnis Osing Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015
Cukup banyak ramuan yang mengunakan daun dan rimpang TO, karena daun merupakan organ untuk menghasilkan metabolic sekunder yang umumnya mengandung bahan aktif yang digunakan sebagai bahan obat. Rimpang merupakan bagian tumbuhan yang berasal dari metamorphosis akar atau batang atau daun yang berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan termasuk hasil metabolic sekunder. Daun dan rimpang banyak digunakan oleh battra karena bagian ini menuurt mereka bagian dari tumbuhan yang berkasiat serta mereka menggunakannya karena kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun.
3. Habitat TO
Ladang/kebun merupakan tempat pengambilan bagi 50,83% TO, disusul pekarangan 33,61%% dan 14,52% yang dibeli, pembelian bahan ini disebabkan bahan yang dimaksud tidak tumbuh dengan baik di wilayah ini.
29.6
1.6 2.4 1.4 2.0 0.8
13.1
0.6
3.3 2.7
19.4
8.4
0.8 4.3
9.6
0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0
(33)
4. Tumbuhan yang teridentifikasi
Terdapat 146 jenis tumbuhan yang berhasil diidentifikasi hingga tingkat jenis/spesies yang terdiri dari 62 familia (lampiran 1). Urutan tiga prosentase tertinggi dari familia tumbuhan yang berhasil diidentifikasi adalah :
a. Zingiberaceae (11,49%);
b. Asteraceae (4,73%) dan Fabaceae (4,73%) c. Piperaceae (4,05%)
Tumbuhan yang belum teridentifikasi ada 2 jenis tumbuhan yaitu pakis sarab dan ketadah yang disebabkan karakter bagian tumbuhan yang diperlukan untuk identifikasi tidak tersedia.
(34)
2 5 Gambar 8. Proporsi TO
teridentifikasi berdasar familia,
di etnis Osing P
rovinsi Ja w a Timu r RISTOJ A 2015 3 .3 8 1 .3 5 1 .3 5 1 .3 5 4 .0 0 0 .6 8 0 .6 8 3 .3 8 4 .7 3 1 .3 5 0 .6 8 1 .3 5 0 .6 8 0 .6 8 0 .6 8 1 .3 5 1 .3 5 0 .6 8 0 .6 8 1 .3 5 0 .6 8 3 .3 8 4 .7 3 0 .6 8 2 .7 0 1 .3 5 2 .7 0 1 .3 5 0 .6 8 0 .6 8 0 .6 8 2 .0 3 0 .6 8 1 .3 5 0 .6 8 0 .6 8 2 .7 0 0 .6 8 0 .6 8 2 .7 0 0 .6 8 0 .6 8 4 .0 5 0 .6 8 3 .3 8 0 .6 8 0 .6 8 0 .6 8 0 .6 8 0 .6 8 2 .7 0 1 .3 5 0 .6 8 0 .6 8 1 .3 5 0 .6 8 0 .6 8 0 .6 8 0 .6 8 Acanthaceae Amaranthaceae Anacardiaceae Annonaceae Apiaceae Apocynaceae Araceae Arecaceae Asteraceae Bambusaceae Basellaceae Brassicaceae Bromeliaceae Caesalpinaceae Campanulaceae Caricaceae Clusiaceae Convolvulaceae Crassulaceae Cucurbitaceae Elaeocarpaceae Euphorbiaceae Fabaceae Fagaceae Lamiaceae Lauraceae Liliaceae Loranthaceae Magnoliaceae Malvaceae Manispermac… Mimosaceae Moringaceae Musaceae Myristicaceae Myrtacae Myrtaceae Oleaceae Orchidaceae Oxallidaceae Pandanaceae Passifloraceae Piperaceae Plantaginaceae Poaceae Polypodiaceae Polytrichaceae Punicaceae Purtulacaceae Ranunculaceae Rubiaceae Rutaceae Sapotaceae Simarabaceae Solanaceae Sterculiacaea Stryraccaceae Theaceae Thymelaceae
(35)
5. Koleksi Spesimen
Spesimen TO yang berhasil dikoleksi berjumlah 923 (109 spesies), yang akan dipergunakan dalam pembuatan herbarium ( 526) dan DNA (397).
E. Kearifan Pengelolaan Tumbuhan Obat
1. Jumlah TO Sulit
TO yang digunakan oleh informan dalam ramuan pada umumnya tersedia di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka. Namun demikian menurut informasi Battra ada sejumlah jenis TO yang sulit mereka peroleh, seperti lampiran 5. Jumlah TO yang sulit diperoleh informan sebagai berikut.
Tabel 6. Jumlah TO yang sulit diperoleh informan di etnis Osing Provinsi Jawa Timur RISTOJA 2015
No Informan Jumlah Tumbuhan yang sulit diperoleh
1 H. Djohadi Timbul 3
2 H. Slamet Utomo 5
3 H. Hanik Jaelani 3
4 Abdul Hadi 4
5 Anang Mahmud 5
Jumlah 20
TO yang sulit diperoleh ini disebabkan oleh:
a. semakin langkanya TO yang dimaksud seperti Pohon Pule yang secara nasional merupakan salah satu tanaman langka
b. pengaruh musim atau iklim seperti TO familia Zingiberaceae
c. terserang hama/penyakit seperti tanaman Dadap di wilayah Kemiren, dan tidak sesuai dengan kondisi geografis, misalnya tanaman Masoyi yang harus tumbuh di daerah pegunungan.
2. Pengelolaan TO Sulit
Dari 20 TO yang sulit diperoleh, hanya 15% saja yang diupayakan menanam sendiri, sedangkan 85% nya diperoleh dengan membeli ataupun mencari di tempat lain. Jika hal ini di biarkan maka dalam waktu dekat tumbuhan sulit tersebut akan menjadi semakin langka dan punah. Upaya pemerintah daerah dan instansi terkait sangat menentukan untuk memberikan arahan dan pembinaan akan arti penting dan bahaya jika tumbuahn tersebut punah. Sedangkan upaya pemerintah daerah dan instansi terkait yang telah dilakukan yaitu melalui program TOGA (Tanaman Obat Keluarga), baik di tingkat keluarga maupun masyarakat.
(36)
F. Kendala/Catatan/Hal Khusus
Pemetaan pengobat tradisional Etnis Osing sampai saat ini belum ada. Data yang terkait dengan sistem pengobatan tradisional/alternative khususnya herbal yang ada dimiliki oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyuwangi terkait dengan perusahaan jamu di wilayah Kabupaten Banyuwangi. Sedangkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi berupa data pengobat tradisional yang telah dibina, mendapatkaan pendidikan informal serta ijin praktek. Karakteristik sistem pengobatan dari para pengobat tradisional di Kabupaten Banyuwangi dapat diklasifikasikan menjadi 6 yaitu:
1. Supranatural atau biasa disebut dengan suwuk yaitu dengan menggunakan mantra-mantra
2. Spiritual yaitu dengan menggunakan doa-doa, pada umumnya dengan doa dari agama Islam yang merupakan agama mayoritas masyarakat Osing
3. Pijat atau refleksi yaitu dengan cara memijat atau merefleksi pasien 4. Ramuan yaitu dengan memberikan sejumlah ramuan yang harus
diminum/dikonsumsi atau dibalurkan ke tubuh pasian dalam proses pengobatan 5. Tenaga dalam atau prana yaitu menyalurkan energi battra ke pasien
6. Paduan/memadukan beberapa teknik pengobatan.
Karakteristik system atau cara pengobatan dari para battra menjadi indikator pengklasifikasian battra yaitu Dukun Pijat, Dukun Suwuk, Dukun Santet.
(37)
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Riset Khusus Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin Dan Tumbuhan Obat Berbasis Komunitas Di Indonesia yang dilaksanakan di Etnis Osing Provinsi Jawa Timur diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Pengamatan ristoja di Etnis Osing Provinsi Jawa Timur dilakukan di wilayah Osing Ndeles yaitu Desa Kemiren Kecamatan Glagah, Desa Penataban Kecamatan Giri, Desa Licin Kecamatan Licin, Desa Pesucen Kecamatan Kalipuro dan Desa Temu Asri Kecamatan Sempu dengan 5 pengobat tradisional H. Djohadi Timbul, H. Slamet Utomo, H. Hanik Jaelani, Abdul Hadi, Anang Mahmud.
2. Ramuan yang berhasil didata dari 5 orang battra berjumlah 165 ramuan yang digunakan untuk pengobatan 211 penyakit, dengan gejala/penyakit dari penyakit yang diderita oleh bayi, anak-anak dan orang dewasa. Teknik yang digunakan oleh battra dalam mengobati pasien, memadukan beberapa teknik yaitu pijat, ramuan jamu, spiritual dan supranatural.
3. Dari battra diperoleh 254 informasi TO yang digunakan dalam beberapa ramuan, sehingga sebenarnya hanya terdapat 148 nama lokal TO teridentifikasi 146 spesies dari 62 familia. Dari 148 TO tersebut yang berhasil dikoleksi 109 specis yang digunakan untuk 526 herbarium dan 397 DNA. Bagian tanaman yang banyak digunakan Antara lain : daun (29,7%), rimpang (19,5%) dan buah (13,2%). 4. TO yang sulit diperoleh berjumlah 20 TO , 15% diupayakan menanam sendiri,
dan 85% diperoleh dengan membeli ataupun mencari di tempat lain. Dari 148 spisies yang teridentifikasi terdapat 6 jenis tanaman langka di Indonesia yaitu Pasak Bumi, Purwaceng, Keningar, Pule, Masoyi, Kemenyan. Usaha
konservasi TO yang sulit telah dilakukan baik oleh masyarakat secara mandiri dan swakelola juga dilakukan oleh pemerintah daerah dan instansi terkait melalui program TOGA (Tanaman Obat Keluarga), baik di tingkat keluarga maupun masyarakat. Pembinaan dan arahan pembuatan jamu secara higienis dan sesuai standar, serta gerakan minum jamu menjadi program resmi daerah.
B. Saran:
1 Survei awal atau pendahuluan ke lokasi penelitian perlu dilakukan terlebih dahulu 2 Perijinan penelitian agar diselesaikan sebelum Tim Puldat turun ke lapangan
(38)
Daftar Pustaka
Backer, CA and RCB Van Den Brink, 1963, For a of Java (Spermatophyta Only) Vol I, NVP Noorfdhoff Groningen The Netherlands
Haris, R. 1987. Tanaman Minyak Atsiri. Cetakan I, PT Penebar Swadaya, Jakarta Hasnan, dkk. 2014. Enam Mata tentang Banyuwangi. Pustaka Larasan, Denpasar. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid IV. Diterjemahankan oleh
Badan Litbang Kehutanan Jakarta, Cetakan Pertama. Penerbit Yayasan Sarana Wana Jaya Jakarta.
Hidayah, Zulyani. 2015. Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia. Edisi II. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta.
Mogea, J.P., D. Gandawidjaja, H. Widiadinata, R.E Nasution dan Irawati. 2001. Tumbuhan Langka Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi – LIPI Balai Penelitian Botani, Herbarium Bogoriensis, Bogor Indonesia
Ochse, J.J. 1931. Indische Groenten. Uitgave: Departement Landbouw, Nijverheid en Handel, Buitenzorg, Volkslectuur, Batavia Centrum.
Pitojo, S. 1996. Benalu Hortikultura, Pngendalian dan Pemanfaatan. Cetakan Pertama. PT Trubus Agriwidya, Anggota Muda IKAPI, Ungaran 50517.
Putra,W.S. Kitab Herbal Nusantara. 2015. Kitab Herbal Nusaantara. Cetakan Pertama Penerbit Kata Hati Depok Sleman Yogyakarta
Sastrapradja, D. S, S Nagai dan Y Naito. Index Tumbuh Tumbuhan Obat Indonesia. PT Eisai Indonesia
Soeryani, M, A.J.G.H., Kostermans and G. Tjitrosoepomo. Weeds of Rice Indonesia First Publishet Balai Pustaka Jakarta.
Tim Penulia Penebar Swadaya. 1990. Mengenal Tanaman Langka Indonesia. Cetakan Ketiga PT Penebar Swadaya Anggota IKAPI, Tromol Pos 1456, Jakarta 1001
Tjitrosoepomo, G. 2005. Morfologi Tumbuhan. Cetakan Kelimabelas Gadjah mada University Press, Yogyakarta
Tjitrosoepomo, G. 2010. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan. Edisi Ketiga, Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Van Steenis, C.G.G.J, S. Bloembergen and P.J Eyma. Flora. Diterjemahkan oleh Moeso Suryowinoto, dkk. Cetakan Kesepuluh. PT Pradnya Paramita Jakarta WijayaKusuma, H.2002 Rempah-Rempah dan Umbi. Cetakan Pertaama Penerbit
PT Dyatama Milenia Jakarta
(39)
(40)
Lampiran 1. Karakteristik informan Etnis Osing , Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015
No Informasi Informan
I II III IV V
1 Nama H. Djohadi H. Slamet H. Hanik Abdul Hadi Anang Mahmud
2 Jenis Kelamin
Timbul Laki Laki
Utomo Laki Laki
Jaelani
Laki Laki Laki Laki Laki Laki
3 Umur 68 tahun 67 tahun 63 tahun 54 tahun 39 tahun
4 Pendidikan SMP SMA D1 Tidak Tamat SD SMA
5 Tempat Tinggal Desa Desa Desa Desa Desa
6 Jumlah Pasien/bulan 120 orang 150 orang 120 orang 600 orang 60 orang
7 Jumlah Murid yang praktek mandiri
1 orang 6 orang 0 orang 0 orang 0 orang
(41)
Lampiran 2. Jumlah ramuan yang digunakan informan di etnis Osing Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015
No Kelompok Penyakit /Gejala/Kegunaan
Informan
Jumlah I II III IV V
1 Amandel 1 1 2
2 Anti Nyamuk 1 1
3 ASI Tidak lancar 1 1 2 1 5
4 Batuk 2 1 3 2 2 10
5 Bengkak 1 2 3
6 Berak Darah 1 1
7 Berat Badan Berlebihan 0
8 Cacar Air 1 1
9 Campak 1 1 2
10 Cedera Tulang 0
11 Darah tinggi 1 1 3 1 6
12 Demam/panas 1 1 2 1 2 7
13 Dompo/Herpes 0
14 Epilepsi/Ayan 1 1
15 Flu/Masuk angin 1 1
16 Gangguan Buang Air Kecil 1 1 2 4
17 Gangguan HAID 0
18 Gangguan Kebugaran 1 1 2 4
19 Gangguan Kesuburan/Infertilitas 1 1 1 3
20 Gangguan Vitalitas 1 1 2 1 2 7
21 Gondok 1 1 1 3
22 Gondongan/Parotitis 1 1 2
23 Hernia 1 1
24 HIV/AIDS 1 1
25 Kecacingan 1 1 1 1 4
26 Kejang Otot/Kram 0
27 Kencing Manis 1 1 1 1 1 5
28 Keracunan 1 1 2
29 Kolesterol Tinggi 2 1 1 4
30 Kontrasepsi 1 1 2
31 Kurang Darah 0
32 Kurang Nafsu Makan/Anoreksia 1 1 1 1 4
33 Luka Terbuka 1 1 2
34 Maag 1 1 2
35 Magis/Spiritual 1 1 2
36 Malaria 1 1
37 Mencret 1 1 1 1 1 5
38 Mimisan 1 1 1 1 4
39 Panas Dalam 1 2 3
40 Pegal, capek 0
41 Pembengkakan Getah Bening 1 1
42 Penyakit Kelamin 1 1 1 2 5
(42)
No Kelompok Penyakit /Gejala/Kegunaan
Informan
Jumlah I II III IV V
44 Perawatan Bayi (0 s.d <12 bulan) 1 1
45 Perawatan Ibu Hamil 0
46 Perawatan Kecantikan/Kosmetik 1 1 1 3
47 Perawatan Organ Wanita 1 1
48 Perawatan Pra dan Pasca
Persalinan 1 1 1 3
49 Rematik, Asam Urat 1 1 1 1 4
50 Sakit Gigi-Mulut 1 2 3
51 Sakit Jantung 1 1 1 3
52 Sakit Kepala 1 1 1 3
53 Sakit Kulit 1 2 2 1 6
54 Sakit Kuning 1 1 1 3
55 Sakit Mata 1 3 2 6
56 Sakit Perut 1 1 1 3
57 Sakit Pinggang 0
58 Sakit Telinga 2 2
59 Sembelit/Konstipasi 1 1
60 Sesak Nafas 1 1 1 1 4
61 Stres, gangguan jiwa 0
62 Stroke, Lumpuh 1 1
63 Susah Tidur 1 1 1 3
64 TBC 1 1 1 3
65 Thypus 1 1 1 1 4
66 Tumor/Kanker 1 1 3 1 3 9
67 Usus Buntu 1 1 2
68 Wasir/Ambien 1 1 1 1 4
69 Segala penyakit 1 1 1 3
70 Lain-lain 3 2 4 1 8 18
(43)
1
7. Lampiran 3. TO yang berhasil diidentifikasi hingga tingkat jenis (spesies) di etnis Osing, Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang
digunakan Habitus Kegunaan
1 Adas Foenoculum vulgare Apiaceae Biji Pekarangan,
ladang/kebun
TBC, jantung, sembelit, gangguan BAK, batuk, vitalitas pria
2 Alang-alang Imperata cylindrical Poaceae Akar, daun Ladang/kebun Gangguan BAK, meningkatkan
vitalitas, liver, ginjal, sariawan
3 Alpukat Persea Americana Lauraceae Daun, buah ladang/kebun Pekarangan,
Asam urat, darah tinggi, migrein, kanker, susu keras, perlancar ASI
4 Andong Cordyline fructicosa Liliaceae Daun Pekarangan Ambeian
5 Aren Arenga pinnata Arecaceae Buah, eksudat Pekarangan,
ladang/kebun
Asam urat, kencing manis, panu
6 Asem Tamarindus indica Fabaceae Daun, buah Ladang/kebun
Jantung koroner, batuk, gondok, kanker, alergi, panu kadas, meningkatkan stamina, susu keras, perlancar ASI, gangguan kesuburan, sariawan
7 Bambu Gigantochloa apus Bambusaceae Kulit batang Ladang/kebun Kanker payudara, sakit kuning,
santet
8 Bangle Zingiber cassumunar Roxb Zingiberaceae Rimpang Ladang/kebun Penghalus kulit, perawatan
pasca melahirkan
9 Bawang merah Allium cepa Liliaceae Umbi Pekarangan,
ladang/kebun Borok, liver, sakit mata
10 Bawang putih Allium sativum Liliaceae Umbi Pekarangan,
beli
Darah tinggi, sesak nafas, asam urat, kolesterol, gomblongen (gondongen), wudun, kanker, batuk anak, demam anak, tipes anak
(44)
2
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang
digunakan Habitus Kegunaan
11 Bayam duri Amaranthus spinosus Amaranthaceae Daun, batang Pekarangan Pembengkakan getah bening,
GO
12 Bayam merah Amaranthus hybridus Amaranthaceae Daun Ladang/kebun Kanker, keputihan
13 Beluntas Pluchea indica Asteraceae Daun Ladang/kebun Gondok, keputihan
14 Benalu kelor Dendrophthoe pentandra Loranthaceae Daun, batang Ladang/kebun Pembengkakan getah bening,
GO
15 Benalu cemara Dendrophthoe pentandra Loranthaceae Daun, batang Ladang/kebun Memperbesar alat vital
16 Bentul Colocosia esculenta Araceae Umbi Ladang/kebun Asam urat
17 Binahong Anredera cordifolia Basellaceae Daun Ladang/kebun Luka, perawatan setelah
melahirkan, batuk, TBC
18 Blencong Commersonia bartramia Sterculiaceae Daun Ladang/kebun Gondok
19 Blimbing buah Averrhoa carambola Oxallidaceae Buah Pekarangan Kolesterol, darah tinggi
20 Blimbing wuluh Averrhoa bilimbi Oxallidaceae Daun, buah Pekarangan,
ladang/kebun
Jantung koroner, kanker, keputihan, kolesterol, darah tinggi, keracunan, sariawan 21 Brotowali Tinospora tuberculata (Beumee) Manispermaceae Daun, batang Pekarangan,
ladang/kebun
Sakit kulit, lambung, liver, TBC, kolesterol, DM, asam urat, hepatitis, tipes
22 Bunga Matahari Helianthus annuus Asteraceae Akar Ladang/kebun Hernia
23 Cabe
jawa/kemukus Piper cubeba Piperaceae Buah
Pekarangan, ladang/kebun
Jantung, rematik, tekanan darah rendah, melancarkan peredaran darah
24 Ceplokan
Rambat Passiflora foetida Passifloraceae Herba Ladang/kebun TBC
25 Cerme Phyllanthus acidus Oxallidaceae Daun Pekarangan Kanker, keputihan
26 Ciplukan Physalis maxima Solanaceae Daun, herba Ladang/kebun Darah tinggi, pembengkakan
getah bening, GO
(45)
3
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang
digunakan Habitus Kegunaan
28 Dadap Erythrina subumbrans (Hassk.)
Merr. Fabaceae Daun Ladang/kebun Lancar ASI
29 Dadap wadon Erythrina lithosperma Miq. Fabaceae Daun Ladang/kebun Perlancar ASI
30 Daun dewa Gynura pseudochina Asteraceae Daun, umbi, biji,
herba
Pekarangan, ladang/kebun
Meningitis, hernia, ambeian, kanker serviks, miom, kista
31 Daun mint Plectranthus amboinicus Lamiaceae Daun Pekarangan,
ladang/kebun Sariawan, vitalitas pria
32 Daun sendok Plantago mayor Plantaginaceae Daun, herba ladang/kebun Pekarangan,
Kolesterol, kencing manis, asam urat, hepatitis, anyang-anyang, tipes, batuk, TBC, fertilitas, vitalitas pria
33 Daun temen Graptophyllum pictum (L.) Griff Acanthaceae Daun Pekarangan Ambeian
34 Delima Punica granatum Punicaceae Kulit buah, buah Pekarangan Magic banyuwangi, vitalitas
wanita, keputihan
35 Dewandaru Eugenia uniflora Myrtaceae Daun Pekarangan Kencing manis
36 Dringo Acorus calmus Arecaceae Daun, rimpang Pekarangan,
beli
Batuk anak, demam anak, tipes anak, step, panas, sarab
37 Duwet Eugenia cumini Myrtaceae Akar, kulit
batang Ladang/kebun Kencing manis, bengkak
38 Gagan-gagan Plantago mayor Euphorbiaceae Herba Ladang/kebun Bisul
39 Gandarusa Justicia gandarusa Acanthaceae Daun Pekarangan,
ladang/kebun Ginjal, penguat otot anak
40 Gempur batu Borreria hispida Scum. Rubiaceae Herba Pekarangan Ginjal, trakoma
41 Ginseng Talinum paniculatum Purtulacaceae Daun, umbi,
rimpang
Pekarangan, ladang/kebun
Kebugaran, sakit perut, vitalitas pria
42 Jagung Zea mays L. Poaceae Buah, bulu
(46)
4
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang
digunakan Habitus Kegunaan
43 Jahe Zingiber officinale Zingiberaceae Rimpang Pekarangan,
ladang/kebun
Kencing manis, masuk angin, vitalitas pria
44 Jahe emprit Zingiber officinale var Zingiberaceae Rimpang Ladang/kebun Migrein
45 Jahe merah Zingiber officinale var rubrum Zingiberaceae Rimpang Pekarangan,
ladang/kebun
Nanahan, ambeian, KB tradisional, migrein, batuk, TBC, vitalitas pria
46 Jajang kuning Bambusa variegate Bambusaceae Kulit batang Ladang/kebun Sakit kuning
47 Jambu biji Psidium guajava Myrtaceae Daun, buah Ladang/kebun Mencret, ambeian
48 Jambu biji merah Psidium guajava var rubra Myrtaceae Buah Pekarangan,
ladang/kebun DBD
49 Jarak pagar Jatropha curcas Euphorbiaceae Daun, eksudat Ladang/kebun Batuk, demam anak, berak
darah, muntah darah, mencret
50 Jati belanda Guazuma ulmifolia Sterculiacaea Daun Ladang/kebun Pelangsing
51 Jeruk nipis Citrus aurantifolia Rutaceae Buah, Pekarangan,
ladang/kebun
Amandel, panas, sariawan, pembengkakan getah bening, GO
52 Jinten Nigella sativa L Ranunculaceae Buah Beli Vitalitas pria
53 Jipan Sechium eduleSw. Cucurbitaceae Buah Pekarangan Batuk anak, demam anak,
tipes anak, asam urat
54 Kacang hijau Phaseolus radiates Fabaceae Umbi, herba Beli Gangguan kesuburan, fertilitas
55 Kacang tanah Arachis hypogaea Fabaceae Umbi Ladang/kebun Jantung
56 Kapulaga Amomum cardamomum Zingiberaceae Buah Ladang/kebun
Jantung, sariawan, kolesterol, kencing manis, asam urat, hepatitis, sembelit, gangguan BAK, tipes
57 Kates Carica papaya Caricaceae Daun Pekarangan Sakit kulit
58 Kates gantung Carica papaya (Jantan) Caricaceae Daun Ladang/kebun Kanker, keputihan,
(47)
5
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang
digunakan Habitus Kegunaan
59 Katuk Sauropus androgynous Euphorbiaceae Daun Ladang/kebun Susu keras, perlancar ASI
60 Kayu santen Lannea coramandelica Anacardiaceae Daun Ladang/kebun Borok
61 Kejibling Strobilanthes crispus Acanthaceae Daun Pekarangan,
ladang/kebun Batu ginjal, ambien
62 Kedelai Glycine maxx Fabaceae Biji Ladang/kebun Ginjal
63 Kelapa Cocos nucifera Arecaceae Buah, Hutan,
laang/kebun
Kanker payudara, gabagen, panas dalam, gangguan kesuburan, diare, panas, alergi, panu kadas, kopoken, telinga ndeler
64 Kelor Moringa oleifera Moringaceae Daun, akar Ladang/kebun
Sakit mata, trakoma, mata minus/plus, gabagen, alergi, panu kadas, santet,
epilepsi/ayan
65 Kemangi Ocimum xcitriodorum Lamiaceae Daun Ladang/kebun Keputihan
66 Kembang
bugang/kecibling Clerodendrum calamitosum Verbenaceae Daun,
Pekarangan, ladang/kebun
Ginjal, pembengkakan getah bening, GO
67 Kemendilan Emilia sonchifolia Asteraceae Herba Ladang/kebun Perawatan kecantikan,
kopoken, telinga ndeler
68 Kenanga Cananga odorata Magnoliaceae Bunga Pekarangan
Cangkrang, penghalus kulit, perawatan pasca melahirkan, vitalitas wanita, keputihan
69 Kencur Kaemferia galangal Zingiberaceae Rimpang Pekarangan,
ladang/kebun
Kencing manis, amandel, batuk, lambung, liver, meningkatkan stamina, susu keras, perlancar ASI, berak darah, muntah darah, nanahan, ambeian, KB tradisional, gombongen, sifilis
(48)
6
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang
digunakan Habitus Kegunaan
70 Keningar Cinamomum aromaticum Lauraceae Kulit batang Ladang/kebun Pembengkakan getah bening,
GO
71 Kersen Muntingia calabura Elaeocarpaceae Daun Pekarangan Kencing manis
72 Ketadah UNI Daun Ladang/kebun Mencret
73 Ketan putih Oryza sativa var glutinosa Poaceae Biji Sawah Vitalitas pria
74 Ketapang Kebo Cassia alata Caesalpinaceae Daun Pekarangan Sakit kulit
75 Ki Tolod Isotoma longiflora Campanulaceae Eksudat Pekarangan Sakit mata
76 Kopi Coffea Arabica Rubiaceae Daun, biji Ladang/kebun Gangguan vitalitas, susah
tidur, batuk, TBC
77 Kukon-kukon Euphorbia hirta Euphorbiaceae Batang Ladang/kebun Sakit mata
78 Kumis kucing Orthosiphon stamineus Lamiaceae Daun, Pekarangan,
ladang/kebun
Ginjal, berak darah, muntah darah, gondok, kolesterol, sesak nafas, lambung, kanker, sifilis, kencing manis, migrein, asam urat, hepatitis, hernia, anyang-anyang, tipes,
pembengkakan getah bening, GO
79 Kunci pepet Kaemferia angustifolia Zingiberaceae Rimpang Pekarangan Vitalitas wanita, keputihan
80 Kunyit Curcuma domestica Zingiberaceae Umbi, rimpang Pekarangan,
ladang/kebun
Bengkak, ambeian, kencing manis, sakit perut, amandel, batuk, lambung, liver, sakit mata, trakoma, TBC, jantung, ginjal, diare, gondok, prostat, vitalitas pria, kanker, ambeian, usus buntu, keputihan,
gabagen, alergi, panu kadas, kopoken, telinga ndeler, demam anak, batuk anak, tipes anak, berak darah,
(49)
7
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang
digunakan Habitus Kegunaan
muntah darah, mencret, gangguan kesuburan, gombongen, sariawan, sifilis, meningitis, asam urat, hepatitis, hernia, tipes, insomnia, pembengkakan getah bening, GO, fertilitas
81 Labu putih Lagenaria siceraria Cucurbitaceae Buah Pekarangan,
ladang/kebun Tipes
82 Lada Piper nigrum Piperaceae Buah, biji Ladang/kebun,
beli Vitalitas pria, KB tradisional
83 Lamtoro Leucaena glauca Mimosaceae Batang, biji Ladang/kebun Vitalitas pria
84 Langsat Lansium domesticum Euphorbiaceae Kulit batang Ladang/kebun Cacingan
85 Laos Alpinia galangal Zingiberaceae Rimpang Pekarangan,
ladang/kebun
KB tradisional, kencing manis, alergi, panu kadas
86 Laos emprit Alpinia galangal Zingiberaceae Rimpang Ladang/kebun Panu
87 Lempuyang Zingiber aromaticum Zingiberaceae Rimpang Ladang/kebun
Penambah nafsu makan, kencing manis, nanahan, ambeian, vitalitas pria
88 Lidah buaya Aloe vera Liliaceae Daun Pekarangan Liver, pembengkakan getah
bening, GO
89 Lombok Capsicum annuum Solanaceae Buah Pekarangan Gigit ular
90 Lumut tanah Polytrichum Communae Polytrichaceae Herba Pekarangan Pembengkakan getah bening,
GO
91 Mahkotadewa Phaleria Thymelaceae Kulit buah Ladang/kebun Kolesterol, kencing manis, asam urat, hepatitis, tipes
(50)
8
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang
digunakan Habitus Kegunaan
93 Mangga Mangifera indica Anacardiaceae
Daun, kulit batang, kulit
buah
Pekarangan,
ladang/kebun Cacingan, keputihan, kanker
94 Manggis Garcinia mangosta Clusiaceae Buah Kencing manis
95 Manting, salam Eugenia polyantha Myrtacae Daun Pekarangan,
ladang/kebun
Darah tinggi, kencing manis, asam urat, hepatitis,
kolesterol, tipes
96 Masoi Massoia Lamiaceae Kulit batang Beli Kanker payudara
97 Mengkudu Morinda citrifolia Rubiaceae Buah Ladang/kebun
Jaga stamina, kolesterol, capek, darah tinggi, lambung, liver, batuk, kanker
98 Meniran Phyllanthus niruri Oxallidaceae Daun, herba,
Pekarangan, ladang/kebun,
beli
Memperlancar aliran darah, ginjal, pembengkakan getah bening, GO
99 Menyan madu Styrax benzoin Eksudat Beli Santet
100 Nam-nam Cytometra namnam Fabaceae Daun, buah Pekarangan Diare, kolesterol tinggi
101 Nanas Ananas comusus Bromeliaceae Buah Ladang/kebun Amandel, ambeian
102 Pacing Costus speciosus Zingiberaceae Rimpang Pekarangan Alergi kulit
103 Pakis sarab UNI UNI Daun, herba Pekarangan,
ladang/kebun
Perawatan bayi, demam anak, batuk anak, tipes anak, mencret, batuk, gombongen, gondok, ambeian
104 Pala Myristica fragrant Myristicaceae Buah, daging
buah Ladang/kebun
Susah tidur, penghangat tubuh, vitalitas pria
105 Panili Vanillaplanifolia Andr. Orchidaceae Buah Ladang/kebun Sifilis
106 Pasak bumi Eurycoma longifolia Simarabaceae Akar Beli Vitalitas laki-laki
(51)
9
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang
digunakan Habitus Kegunaan
108 Pecut kuda putih Stachytarpheta indica (L.) Vahl. Verbenaceae Daun, bunga Pekarangan Sesak nafas
109 Pegagan Centella asiatica Apiaceae Herba, eksudat Pekarangan,
ladang/kebun
Bisul, penambah nafsu makan, batuk, migrein, sembelit, gangguan BAK, usus buntu, fertiitas, ginjal
110 Pinang Areca catechu Arecaceae Daun, buah, biji Pekarangan,
ladang/kebun
Cacingan, tipes, malaria, vitalitas wanita, keputihan
111 Pisang Musa paradisiaca Musaceae Bunga, buah, Pekarangan,
ladang/kebun
Lancar ASI, sakit kuning, ambeian
112 Pisang klutuk Musa balbisiana Musaceae Buah Ladang/kebun Ambeian
113 Pletesan Ruellia tuberosa Acanthaceae Daun, herba Ladang/kebun Darah tinggi, prostat
114 Pudak Pandanus Pandanaceae Akar Pekarangan Kanker payudara
115 Pule Alstonia scolaris Apocynaceae Kulit batang Ladang/kebun Cacingan, kencing manis
116 Pulutan Urena lobata Malvaceae Daun Ladang/kebun Sakit kepala, batuk, TBC
117 Purwaceng Pimpenella pruatjan Molkenb Apiaceae Herba Beli Vitalitas laki-laki
118 Putri malu Mimosa pudica Mimosaceae Daun, batang Pekarangan Pembengkakan getah bening,
GO
119 Rotanan Piper boehmerii Piperaceae Daun Ladang/kebun Perawatan pasca melahirkan
120 Rumput mutiara Hedyotis corymbosa Asteraceae Herba Ladang/kebun Hernia
121 Sabrang Ipomoea batatas Convolvulaceae Umbi Ladang/kebun Kencing manis, asam urat
122 Saga Abrus pecatorius Mimosaceae Daun Ladang/kebun Sariawan, panas dalam, batuk,
panas
(52)
10
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang
digunakan Habitus Kegunaan
124 Sambiloto Andrographis panniculata Acanthaceae Daun, herba, Pekarangan,
ladang/kebun
Sakit kulit, kencing manis, batuk, lambung, liver, trakoma, mata minus/plus, kanker, kolesterol, asam urat, hepatitis, ambeian, tipes, malaria, kanker serviks, miom, kista, TBC, AIDS/HIV,
pembengkakam getah bening, GO
125 Sambung nyawa Gynura precumbens Asteraceae Daun Pekarangan Kanker serviks, miom, kista
126 Sawi Brassica juncea Brassicaceae Daun Pekarangan Kencing manis
127 Sawo Achras zapota Sapotaceae Buah Ladang/kebun Mencret
128 Selada UNI UNI Daun Beli Perlancar ASI
129 Sereh Androphogon nardus Poaceae Daun Pekarangan
Masuk angin, tumor/kanker, sesak nafas, stroke, kolesterol, batuk, TBC, jaga stamina, capek
130 Sereh minyak Cymbophogon citratus Poaceae Daun Ladang/kebun Kolesterol
131 Simbukan Phaederia foetida Rubiaceae Daun Ladang/kebun Liver, sakit perut
132 Sirih Piper betle Piperaceae Daun ladang/kebun Pekarangan, Mimisan, sesak nafas, jantung koroner, liver, ginjal, keputihan
133 Sirih merah Piper bele var rubrum Piperaceae Daun Pekarangan,
ladang/kebun
Masuk angin, tumor/kanker, sesak nafas, gangguan BAK, meningkatkan vitalitas, stroke, kolesterol, batuk, TBC,
kencing manis, kanker serviks, miom, kista
134 Sirsat Annona squamosal Annonaceae Daun, buah,
daging buah Ladang/kebun
Kanker, darah tinggi, keputihan, panas
(53)
11
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang
digunakan Habitus Kegunaan
135 Sisiknaga/picisan Drymoglossum piloselloides Polypodiaceae Daun Ladang/kebun Pembengkakan getah bening,
GO
136 Sledri elephantopus scaber L. Apiaceae Daun Pekarangan Darah tinggi
137 Sri Gading Nyctanthesarbor-tristis L. Oleaceae Daun Ladang/kebun Meningitis, insomnia
138 Srikaya Annona squamosal Annonaceae Eksudat Ladang/kebun Sakit gigi
139 Suruhan Piperomia pallucida Piperaceae Herba Pekarangan Batuk serak
140 Tapak Liman Elephantopus scaber L. Asteraceae Daun, akar, Pekarangan,
ladang/kebun
Sakit kepala, batuk, TBC, tipes, malaria, ginjal
141 Teh Camelia sinensis Theaceae Daun Beli Sakit gigi
142 Tempuyung Sonchus arvensis L. Zingiberaceae Daun Pekarangan Ginjal, pembengkakan getah
bening, GO 143 Temu ireng Curcuma aeroginosa Roxb. Zingiberaceae Daun, rimpang ladang/kebun Pekarangan,
Penambah nafsu makan, sakit kulit, kencing manis, asam urat, hepatitis, kolesterol, tipes, batuk, TBC
144 Temu kunci Boesenbergia pandurata (Roxb.)
Schecht Zingiberaceae Rimpang Pekarangan
Kencing manis, vitalitas wanita, keputihan
145 Temulawak Cucurma xanthorrhiza Roxb. Zingiberaceae Umbi, rimpang Pekarangan,
ladang/kebun
Gangguan kebugaran, liver, ginjal, nafsu makan, kencing manis, migrein, meningitis, kolesterol, asam urat, hepatitis, tipes, insomnia, pembengkakan getah bening, GO, fertilitas
146 Temu mangga Cucurma manga Zingiberaceae Rimpang Pekarangan,
ladang/kebun
Kencing manis, kolesterol, asam urat, hepatitis, tipes
147 Wadung Garcinia Cambodia Clusiaceae Buah Ladang/kebun Penghalus kulit, perawatan
pasca melahirkan
(54)
(1)
Lampiran 6. Photo kegiatan pengumpulan data etnis Osing, Provinsi Jawa Timur RISTOJA 2015
(2)
(3)
(4)
(5)
Lampiran 10. Photo hal menarik lainnya etnis Osing, Provinsi Jawa Timur RISTOJA 2015
(6)