STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH DI PROVINSI BALI.

(1)

LAPORAN PENELITIAN MANDIRI

STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH DI

PROVINSI BALI

TIM PENELITI

Drs I Nengah Kartika,M.Si Drs I Wayan Wenagama,MP

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNUD


(2)

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN i

IDENTITAS PENELITIAN ii

DAFTAR ISI iii

Bab I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1 1.2 Pokok Permasalahan 3 1.3 Tujuan Penelitian 3 1.4 Manfaat Penelitian 3 Bab II LANDASAN TEORI 4 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi 4 2.2 Tahap-tahap Pembangunan Menurut Rostow 5 2.3 Pembangunan Daerah 5 Bab III METODELOGI PENELITIAN 10

3.1 Lokasi Penelitian 10 3.2 Metode Pengumpulan Data 10 3.3 Metode Pengolahan Data 10

3.4 Analisis Data 11

Bab IV ANALISIS DATA 12

4.1 Kondisi Umum 12

4.1.1 Rencana Penanaman Modal di Prov. Bali 12 4.1.2 Penduduk Dan Ketenagakerjaan di Prov. Bali 12 4.1.3 Industri Pariwisata 14 4.1.4 Luas Panen dan Produksi Padi Sawah dan Padi Ladang 14

4.2 Analisis Data 15

Bab V SIMPULAN DAN SARAN 18


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

4.1 Rencana Penanaman Modal Berdasarkan Surat Persetujuan Investasi

(2007-2011) 12

4.2 Jumlah Penduduk dan Ketenagakerjaan Prov. Bali (2007-2011) 13 4.3 Jumlah Kunjungan Wisata ke Bali (2007-2011) 14 4.4 Luas Panen dan Produksi Padi sawah dan Ladang (2007-2011) 15 4.5 Indeks Location Quotion Prov. Bali Berdasarkan data PDRB

Dan PDB nasional atas dasar harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha

(2007-2011) 16

4.6 Indeks Location Quotion Prov. Bali Berdasarkan data PDRB

Dan PDB nasional atas dasar harga Konstan Menurut Lapangan Usaha


(5)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 .Latar Belakang

Pembangunan yang dilaksanankan oleh setiap negara pada prinsipnya adalah merupakan suatu proses perubahan dari keterbelakangan menuju kepada kondisi yang lebih baik atau lebih maju. Pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Bali tetap memprioritaskan pada pembangunan ekonomi dengan menitikberatkan pada pembangunan pertanian secara simulatan dengan pembangunan pariwisata.Tujuan dari pada pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Bali adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi,serta memperluas kesempatan kerja dalam rangka menurunkan tingkat pengangguran dan angka kemiskinan

Tujuan daripada Otonomi Daerah adalah memberi kekuasaan yang lebih besar kepada pemerintah daerah melalui UU No 22/1999 yang disempurnakan dengan UU No.32/2004 mengenai pemerintahan daerah dan UU nNo 25/1999 yang disempurnakan dengan No 33/2004 mengatur tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah. Salah satu sasaran penting yang diamanatkan oleh UU No 32/2004 melalui pemberian kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Daerah diharapkan daerah akan lebih optimal pelayanannya kepada masyarakat,dengan dasar pertimbangan bahwa Pemerintah Daerah akan mengetahui lebih mendetail persolanan maupun permasalahan yang dihadapi oleh setiap daerah serta lebih memahami tentang potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap daerah untuk dikembangkan, serta potensi mana yang perlu dikembangkan dan strategi yang perlu dilakukan.oleh Pemerintah Daerah.

Peranan Pemerintah Daerah dalam mengambil strategi menurut Kuncoro (2004) Pemerintah dalam konteks Indonesia bahwa peranan pemerintah setidaknya mencakup peranan minimal yang meliputi penyediaan barang-barang public dan perlindungan tehadap penduduk miskin, namun pemerintah juga bisa saja mengambil peran aktif seperti mendorong kegiatan swasta dan retribusi.


(6)

Menurut Suparmoko (2001) bahwa strategi pengembangan potensi ekonomi daerah akan sangat tergantung pada strategi pembangunan ekonomi yang dianut oleh daerah yang bersangkutan yang meliputi :

1. Pembangunan pertanian versus industri

2.Inward looking versus outward looking (melihat barang/jasa masuk maupun keluar)

3. Titik pertumbuhan ( groing point)

4.Keterkaian kebelakng( backward linkages) dan keterkaitan kedepan ( forward linkages

5.Sektoer Peminpin ( leading sectors)

Dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi pemerintah daerah diperlukan pertimbangan yang matang untuk menghasilkan pembanganun yang efisien. Selanjutnya Suparmoko (2001) berpendapat bahwa berbagai cara yang dapat ditempuh untuk mencapai efisiensi disegala bidang kehidupan dengan cara :

1.Tingkatkan Produktivitas

2.Hapuskan sebab-sebab ekonomi biaya tinggi 3. Tentukan batas konsumsi maksimal yang layak 4. Peningkatan pendapatan asli daerah (PAD)

5.Perbaiki kualitas SDM (produktif,efisien, dan bermoral) 6. Pertahankan fungsi lingkungan

7. Kerjasama anatar daerah

Pembelajaran dalam pembahasan strategi pengembangan ekonomi daerah sebagai mata kuliah ekonomi public lanjutan diperlukan berbagai contoh serta berbagai teori yang diambil dari berbagai litratur dalam rangka memaksimumkan proses pembelajaran


(7)

1.2. Pokok Permasalahan .

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menajadi pokok permasalahan adalah

1.Bagaimam caranya untuk menanamkan Mahasiswa lebih memahami strategi pengembangan ekonomi daerah

2.Bagaimana caranya memberikan contoh kongrit dalam pembahasan strategi pengembangan ekonomi daerah.

1.3.Tujuan Penelitian

Ttujuan penelitian dalam penelitian ini adalah :

1 Mampu menjelaskan kepada Mahasiswa dalam memahami strategi pengembangan ekonomi daerah

2.Mampu memberiksn contoh kongrit dalam pembahasan strategi pengembangan ekonomi daerah.

1.4.Manfaat Penelitian

Melalui kegiatan penelitian ini akan bermanfaat baik dosen maupun mahasiswa untuk lebih memahami strategi pengembangan ekonomi daerah serta sebagai dasar mengambil kebijakan bagi pemerintah dalam pengembangan ekonomi daerah.


(8)

BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Teori Pembangunan Ekonomi

Dalam meningkatkan kehidupan masyarakat diperlukan pelaksanaan pembangunan ekonomi yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan perkapita dan mampu menekan angka kemiskinan.Pembangunan ekonomi

diperlukan peningkatan investasi untuk perbaikan sarana dan prasarana seperti perbaikan jembatan,jalan bendungan pasilitas pendidikandan pasilitas kesehatan. Melalui pembangunan di segala aspek kehidupan nantinya akan mampu

memperluas kesempatan kerja dan mendorong daya beli masyarakat sehingga akan menciptakan permintaan.Menurut Program REPELITA I yang dilaksanakan oleh Pemerintah Orda Baru tetap memprioritaskan pembangunan ekonomi dengan menitik beratkan pada sektor pertanian.

Dalam garis besar teori pembangunan ekonomi dapat digolongkan menjadi lima golongan besar (Aliran) yaitu

1. Klasik 2. Karl Marx 3. Neo Klasik 4. Scumpeter 5. Post Keynesian

Teori Karl Marx (Pertumbuhan dan kehancuran)

Karl Marx Mengemukakan teorinya berdasarkan atas sejarah perkembangan masyarakat dimana perkembangan itu melalui lima tahap.

1. Masyarakat Primitif 2. Masyarakat Perbudakan 3. Masyarakat Feodal 4. Masyarakat Kapitalis 5. Masyarakat Sosial


(9)

2.2. .Tahap – Tahap pembangunan Menurut Rostow

Secara umum dapat dijelaskan bahwa tujuan dari pada pembangunan ekonomi adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang mampu

meningkatkan kesejahtraan masyarakatnya. Menurut Rostow 1990 (Ernan Rustiadi dkk 2011) bahwa proses pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan menjadi lima tahap yaitu :

1.Masyarakat Tradisional ( the traditional society) 2.Prasyarat Lepas landas ( the precontion for take – off) 3 Lepas landas ( the take-off)

4. Gerakan kearah dewasaan ( the drive to maturity)

5.Masa Konsumsi Tinggi ( the age of high mass consumtion)

2.3. Pembangunan Daerah

Pembangunan Daerah terus diuapayakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi secara merata dalam rangka mengurangi ketimpangan yang semakin besar sehingga terwudnya kesejahtraan masyarakat semakin meningkat. Menurut Kartasasmita (1996) pembanguan daerah dapat dilihat dari beberapa segi; (1) dari pembangunan sektoral, (2) dari segi pembangunan wilayah dan (3) pembangunan daerah dapat dilihat dari pemerintahannya.

Paradigma baru pembangunan ekonomi daerah menurut Kuncoro (2004) adalah pendekatan alternative terhadap teori pembamngunan untuk

kepentingan perencanaan pembangunan daerah. Pendekatan ini memberikan dasar bagi kerangka pikir dan rencana tindakan yang akan diambil dalam konteks pembangunan ekonomi daerah,dimana konsep baru tersebut meliputi; (a) Perusahaan harus mengembangkan pekerjaan yang sesuai dengan penduduk daerah, (b) ,pengembangan lembaga ekonomi baru, (c) keunggulan kompotetif didasarkan pada kualitas lingkungan dan (d) pengetahuan dan inovasi sebagai penggerak ekonomi.

Untuk meningkatkan kehidupan masyarakat yang ada didaerah, maka melalui strategi pengembangan potensi ekonomi di daerah, sehingga akan mampu mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan perkapita serta menurunnya angka kemiskinan di daerah yang bersangkutan. Menurut Suparmoko (2001) strategi pengembangan potensi yang ada didaerah dapat ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :

1.Mengidentifikasi sektor-sektor kegiatan mana yang mempunyai potensi untuk dikembangkandengan memperhatikan kekuatan dan kelemahan masing-masing sektor


(10)

2. Mengidentifikasi sektor-sektor yang potensinya rendah untuk dikembangkan dan mencari faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya potensi sektor tersebut untuk dikembangkan

3.Selanjutnya mengidentifikasi sumber daya yang ada termasuk sumberdaya manusianya dan yang siap digunakan untuk mendukung perkembangan setiap sektor yang bersangkutan.

4.Dengan menggunakan model pembobotan terhadap variabel – variabel kekuatan dan kelemahan untuk setiap sektor dan sub sektor maka akan ditemukan sektor-sektor andalan yang selanjutnya dianggap sebagai potensi ekonomi yang patut dikembangkan di daerah yang bersangkutan

5.Akhirnya menentukan strategi yang akan ditempuh untuk pengembangan sektor-sektor andalan yang akan dapat menarik sektor-sektor-sektor-sektor lain untuk tumbuh sehingga perekonomian akan dapat berkembang dengan sendirinya secara berkelanjutan.

Selanjutnya Suparmoko menyebutkan berbagai cara dapat ditempuh untuk mencapai efisiensi di segala bidang kehidupan diantaranya dengan cara : 1. Tingkatkan produktivitas

2. Hapuskan sebab-sebab ekonomi biaya tinggi 3. Tentukan batas konsumsi maksimal yang layak 4. Peningkatan pendapatan asli daerah

5. Perbaiki kualitas SDM

6. Pertahankan fungsi lingkungan 7. Kerjasama antar daerah.

Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentalisasi yang didukung dengan terbitnya UU 22 tahun 1999 yang telah direfisi menjadi UU 32 tahun 2004 memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk mengatur daerahnya sendiri sehingga akan lebih memahami persoalan-persoalan yang dihadapi serta memecahakan persoalan yang ada serta lebih mengetahui potensi yang dimiliki serta mengembangkan potensi yang ada dalam membangun wilayahnya sendiri dalam rangka memerikan pelayanan yang lebih optimal kepada masyarakatnya. Melalui otonomi daerah diharapkan pertumbuhan ekonomi akan lebih baik, yang mampu mendorong perluasan kesempatan kerja,yang sekaligus akan dapat menurunkan tingkat pengangguran. Dalam mewujudkan pertumbuhan ekonmi ini diperlukan pelaksanaan upembanguna dalam bidang ekonomi yang lebih baik dari sebelum dilakukan otonomi daerah. Pemerintah daerah dalam meninkatkan pertumbuhan ekonnomi harus memberikan berbagai kemudahan para invistor untuk melakukan investasi malalui berbagai kebijakan serta penyederhanaan adiministrasi. Pemerintah Daerah juga tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi,tetapi harus


(11)

mampu menciptakan pemerataan yang lebih adil kepada seluruh masyrakat, sehingga tingkat kemiskinan segera dapat di tuntaskan.

Teori pembangunan yang ada sekarang tidak mampu untuk

menjelaskankegiatan-kegiatan pembangunan ekonomi daerah secara menyeluruh sehingga diperlukan paradigma baru pembangunan ekonomi daerah. Konsep baru mengenai pembangunan ekonomi daerah menurut Muderajat Kuncoro ( 2004) meliputi :

a) Perusahan harus mengembangkan pekerjaan yang sesuai dengan penduduk daerah

b) Pengembangan lembaga-lembaga ekonomi baru

c) Keunggulan kompetitif didasarkan pada kualitas lingkungan d) Pengetahuan dan inovasi sebagai penggerak Ekonomi.

Menurut Blakely (Muderajat Kuncoro,2004 ) dalam pembangunan ekonomi daerah dimana pemerintah daerah mempunyai berbagai peran sebagai:

1. Inovator (Wira Usaha) dimana pemerintah daerah bertanggung jawab untuk menjalankan suatu usaha bisnis dimana pemerintah daerah dapat memanfaatkan potensi tanah dan bangunan untuk tujuan bisnis dan penemuan inovasi.

2. Koordinator dimana pemerintah daerah bertindak sebagai koordinator untuk menetapkan kebijakan atau mengusulkan strategi – trategi bagi pembangunan di daerahnya.

3. Fasilitator dimana pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan melalui perbaikan lingkungan perilaku di daerahnya.

4. Stimulator yaitu pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan dan pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khusus yang akan mempengaruhi perusahan-perusahan untuk masuk ke daerah tersebutdan mempertahankan perusahan-perusahan yang ada.

Dalam pelaksanaan pembangunan daerah dimana semua daerah sudah mencapai kemajuan namun dari kemajuan yang dicapai adanya perbedaan yang cukup tajam antara kemajuan suatu daerah dengan daerah yang lainya sehingga adanya

kesenjangan antara daerah yang satu dengan daerah yang lainya.Menurut Ginanjar Kartasasmita menyatakan adanya berbagai kendala dalam pembangunan daerah yang meliputi :

a. Keterbatasan kemampuan pemerintah untuk mencurahkan dana yang lebih besar untuk membangun prasarana dan sarana yang akan lebih membuka dan


(12)

menyeimbangkan kesempatan berkembangnya secara lebih cepat kondisi ekonomi dan sosial masyarakat di wilayah-wilayah terbelakang

b. Keterbatasan SDM di wilayah terbelakang yang menjadi penyebab dan sekaligus akibat keterbelakangan tersebut

c. Dalam ekonomi yang terbuka akan menghadapi tantangan globalisasi persaingan menjadi amat penting, serta yang mampu bersaing adalah yang mempunyai latar belakang yang lebih mampu

d. Sulitnya menarik investasi swasta sebagai sumber .dan pemacu pertumbuhan ke wilayah terbelakang terutama investasi yang berkwalitas.

Faktor-faktor yang menentukan daya saing suatu daerah menurutMari Pangestu dan Ira setiati (1997) meliputi :

a. Upah b. Prasarana

c. Keanekaragaman lingkungan usaha d. Permintaan Pasar

e. Iklim Usaha f. Akses.


(13)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Provinsi Bali dalam rangka penunjang proses pembelajaran jurusan ekonomi pembangunan dalam anggaran 2013. Dipilihnya Provinsi Bali sebagai wilayah Penelitian karena ingin mengetahui Strategi Pengembangan Ekonomi Daerah Di Provinsi Bali, mengingat pertumbuhan ekonomi Bali selama lima tahun yaitu 2007 sampai dengan tahun 2011,tingkat pertumbuhan cukup baik dimana pertumbuhan pada tahun 2007 sebesar5,92%, dan tahun 2008 meningkat menjdi 5,97 % dan pada tahun 2008 turun sedikit menurun menjadi 5,33%, dan tahun 2010 kembali meningkat menjadi 5,83% bahkan pada tahun 2011meningkat dengan cukup menggembirakan menjadi 6,49%.

3.2. Metoda Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan adalah data skunder terutama data yang berkaitan dengan strategi pengembangan ekonomi daerah Provinsi Bali. Jenis datanya adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Sumber data adalah dari lembaga terkait yang meliputi Bappeda Provinsi Bali yang terdiri dari data Profil Daerah Bali berbasis data SIPD 2008-2011, sedangkan yang berasal dari BPS Provinsi Bali adalah data PDRB Provinsi Bali 2007-2011.

3.3.Metoda Pengolahan Data

Pengolahan data dengan menggunakan metoda Location Quatient (LQ) sesuai dengan teori ekonomi basis mengklasifikasikan seluruh kegiatan ekonomi ke dalam dua sektor yakni sektor basis dan sektor non basis. Dari perhitungan yang dilakukan nantinya akan menghasilkan tiga kreteria yaitu

1. Jika LQ > 1 bermakna bahwa sektor I tersebut menjadi basis. Komoditas di sektor I tersebut memilikikeunggulan komparatif,hasilnya tidak dapat memenuhi kebutuhan di wilayah bersangkutan, tetapi dapat dieksport ke luar negari. Dengan kata lain sektor tersebut merupakan sektor yang kuat hingga daerah yang bersangkutan secara potensial merupakan pengeksport produk dari sektor tersebut ke daerah lain.


(14)

2. Jika LQ = 1 bermakna bahwa sektor I tergolong non basis. Komoditas pada sektor I tersebut tidak memiliki ke unggulan komparatif yang hanya memenuhi kebuhan daerah itu sendiri.

3. Jika LQ < 1 bermakna bahwa sektor I juga termasuk non basis. Komodidas tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri.

3.4.Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis diskritif komporatif yaitu menguraikan data yang ada serta membandingkan dari teori yang ada.


(15)

BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Kondisi Umum

Bali dengan mayoritas penduduk yang beragama Hindu yang kaya dengan potensi budaya dan adat istiadat yang mempunyai ciri tersendiri sebagai salah satu daya tarik para wisatawan ke Bali. Luas wilayah Bali mencapai 5.636,66 Km2 atau 0,29 persen dari luas wilayah Indonesia. Secara administrasi Provinsi Bali terbagi menjadi 8 kabupaten dan 1 kota, 57 kecamatan, 716 desa/kelurahan, 1.480 Desa pekraman dan 3.625 Banjar Pekeraman.

4.1.1.Rencana Penanaman Modal di Provinsi Bali

Pembangunan di Provinsi dilihat dari rencana penanaman modal selama lima tahun menunjukan kondisi yang berpluktuasi baik dilihat dari penamaman modal dalam negeri maupun penamaman modal asing. Rencana penaman modal berdasarkan surat persetujuan investasi dapat disajikan di Tabel 4.1

Tabel 4.1

Rencana penaman Modal berdasarkan surat persetuan Investasi (2007 – 2011) Tahun PMDN PMA Jumlah

Proyek ( buah)

Investasi ( Rp.000)

Proyek ( buah)

Investasi (Rp.000)

Proyek ( buah)

Investasi (Rp.000) 211 4900 7.294.115.867 40 6.966.171.521 4.940 14.260.287.388

210 2315 1.821.045.428 57 2.135.614.900 2.372 3.956.660.328

2009 9 10.647.765.649 259 4.301.724.700 268 14.949.490.349

2008 10 1.185.133.000 233 9.081.567.439 243 10.266.700.439

2007 6 665.876.749 211 1.676.299.209 217 2.342.176.158


(16)

4.1.2.Penduduk dan Ketenagakerjaan di Provinsi Bali.

Penduduk suatu daerah adalah sebagi subyek pembangunan dan sebagai obyek pembangunan, bilaman jumlah penduk yang besar yang disertai dengan kualitas yang memadai akan mampu menciptakan permintaan serta dapat mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi. Kondisi bilamana jumlah penduduk yang besar yang kualitasnya rendah pada umumnya akan menyebabkan timbulnya pengangguran. Keadaan ini justru menjadi beban bagi pembangunan itu sendiri. Pertumbuhan penduduk sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi faktor kelahiran, faktor kematian dan faktor migrasi. Kondisi yang diharapkan adalah semakin luasnya kesempatan kerja sehingga angka pengangangguran semakin rendah. Kondisi penduduk dan ketenagaakerjaan di Provinsi Bali dapat disajikan di Tabel 4.2.

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk dan ketenagakerjaan Provinsi Bali 2007-2011

Uraian Tahun

2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah Penduduk 3.479.785 3.515.990 3.551.009 3.522.375 3.572.831 Penduduk Usia Kerja 2.661.913 2.696.136 2.728.747 2.902.573 2.952.545 Aangkatam kerja -Bekerja -Pencari Kerja 2.059.711 1.982.134 77.577 2.099.278 2.029.730 69.548 2.123.588 2.057.118 66.470 2.246.149 2.177.358 68.791 2.257.258 2.204.874 52.384 Bukan Angkatan Kerja 602.202 596.858 605.200 656.424 695.287 Persentase Angkatan

KerjaTerhadap Penduduk Usia Kerja

77.38 77.85 77.82 77.38 77.47

Persentase Bekerja Terhadap Penduduk Usia Kerja

74.46 75.28 75.39 75.01 75.68

Persentase Pencari Kerja Terhadap Penduduk Usia Kerja

2.91 2.58 2.44 2.37 1.77

Persentase Bekerja Terhadap[ Angkatan Kerja

96.23 96.69 96.87 96.94 97.68

Persentase Pencari Kerja Terhadap Angkatan Kerja

3.77 3.31 3.13 3.06 2.32


(17)

Jumlah penduduk di Provinsi Bali selama lima tahun dari tahun 2007 sampai 2011 kecendrungan mengalami peningakaatn, demikian juga angkatan kerja dan penduduk yang bekerja mengalami peningkatan namun persentase angkatan kerja terhadap pencari kerja dari tahun 2007 sebesar 3,77% terus mengalami penurun selama lima tahun dimana pada tahun 2011 sebesar 2,32 %.

4.1.3. Industri Pariwisata

Membaiknya perekonomian Daerah Bali sangat ditentukan oleh majunya perkembangan industri pariwisata, serta mampu menggeser sektor pertanian. Perkembangan industri pariwisata dilihat dari banyaknya kunjungan wisatawan yang datang ke Bali. Untuk melihat perkembangan kunjungan wisatawan selama lima tahun dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 disajikan di Tabel 4.3

Tabel 4.3

Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Bali Ttahun 2007- 2011

No Tahun Jumlah Kunjungan ( dalam jutaan) 1 2007 1,67

2 2008 2,09 3 2009 2,39 4 2010 2,58 5 2011 2,83 Sumber : Profil Bali 2008-2011

Kunjungan wisatawan yang langsung datang ke Bali , baik melalui pelabuhan laut maupun udara menunjukkan penambahan yang cukup pesat setelah terjadinya musibah tragedy bom sebanyak dua kali. Pada tahun 2007 jumalah wisatawan yang berkunjung ke Bali sebanyak 1,67 juta orang,tahun 2008 meningkat menjadi 2,09 juta orang, tahun 2009 meningkat menjadi 2,39 juta orang dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 2,58 juta orang dan pada tahun 2011 mencapai 2,83 juta orang dan pada priode 2007 sampai 2011.

4.1.4.Luas Panen dan Produksi Padi sawah dan Padi Ladang

Pada dasarnya Bali sangat perlu mengembangkan sektor pertanian terutama pengembangan padi yang meliputi padi ladang dan padi sawah. Pemerintah terus


(18)

memberikan dorongan kepada masyarakat untuk meningkatkan produksi padi, dalam rangka memenuhi kebutuhan sendiri. Produksi padi sawah dan ladang disajikan di Tabel 4.4

Tabel 4.4

Luas Panen dan Produksi Padi sawah dan Ladang Tahun 2007-2011

Tahun Luas Panen(Ha) Produksi (Ton)

Angka Daerah Angka Pusat Angka Daerah Angka Pusat 2011 152.584 152.585 858.315 858.317 2010 152.190 152.190 869.150 869.165 2009 152.584 150.283 878.764 878.764 2008 145.369 143.349 840.464 840.465 2007 145.030 145.030 839.765 839.775 Sumber : Bali Membangun 2011

Pembangunan pertanian di Provinsi Bali dilakukan secara simultan dengan sektor pariwisata,mengingat kemajuan sektor pariwisata akan menyebabkan migran akan lebih banyak datang ke Bali sehingga permintaan beras juga meningkat.Tabel 4.4 dapat digambarkan bahwa luas panen baik angka daerah maupun angka pusat, ternyata menunjukan kencendrungan yang semakin meningkat, demikian juga dari sudut produksi atas dasar angka pusat atau daerah juga meningkat.

4.2 Analisis Data

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk melihat potensi ekonomi daerah adalah melalui segala kelebihan dan keterbatasannya. Teknik LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dan didasarkan pada teori model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan. LQ mengukur dan menghitung perbandingan relatif sumbangan nilai tambah sebuah sektor di suatu region ( Kabupaten/kota) terhadap sumbangan nilai tambah sektor yang bersangkutan secara provinsi/nasional.Untuk lebih memahami kondisi Daerah Bali disajikan di Tabel 4.5 Indeks Location Quotient Prov. Bali


(19)

Berdasarkan data PDRB Provinsi Bali dan PDB Nasional Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007 - 2011

Tadel 4.5

Indeks Location Quotient Prov. Bali Berdasarkan data PDRB Provinsi Bali dan PDB Nasional Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007 – 2011

No

Lapangan Usaha

2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata

1 Pertanian 1.44 1.31 1.04 1.18 1.18 1.23 2 Pertambangan &

Penggalian

0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 3 Industri

pengolahan

0.34 0.34 0.30 0.37 0.37 0.34 4 Listrik Gas dan

Air bersih

2.26 2.47 1.96 2.48 2.59 2.35 5 Bangunan 0.58 0.58 0.39 0.44 0.46 0.49 6 Perdagangan

hoteldan Restoran

1.90 2.03 1.89 2.19 2.23 2.05 7 Penganggkutan

dan Komunikasi

1.86 2.04 1.82 2.20 2.19 2.02 8 Keuangan ,

Persewaan dan Jasa Perusahaan

0.96 1.01 0.82 0.94 0.93 0.93

9 Jasa-jasa 1.56 1.55 1.20 1.40 1.38 1.42 Sumber PDRB Provinsi Bali 2007-2011

Data Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai LQ yang lebih besar dari 1 yang artinya sektor pertanian mempunyai potensi untuk di kembangkan kendatipun pada tahun 2007 LQ sebesar 1.44 dan mengalami penurun hingga 1.18 pada tahun 2011, tetapi masih tetap kondisinya lebih besar dari 1.Sektor listrik Gas dan air bersih pada tahun 2007 LQ mencapai 2,26, tahun 2008 mencapai 2,47,tahun 2009 turun sedit mencapai sebesar 1,96, dan tahun 2010 mencapai 2,48, dan 2011 mencapai 2,59 dan rata-ratanya 2,35 yang paling tertinggi dari sektor-sektor yang lainya.Sektor perdagangan hotel dan restoran pada tahun 2007 LQ sebesar 1,90 , tahun 2008 mencapai 2,03 sedangkan pada tahun 2009 turun sedikit mencapai 1,89 dan tahun 2010 dan tahun 211 naik masing=-masing 2,19 dan 2,23 dengan rata-rata sebesar 2,05.Sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2007 mencapai


(20)

1,86,naik pada tahun 2008 mencapai 2,04 tahun2009 mencapai 1,82 dan tahun 210 naik mencapai 2,20 dantahun 2011 2,19 dengan rata –rata mencapai 2,02. Sektor keuangan persewaan dan jasa perusahan LQ diatas satu tercapai pada tahun 2008 sebesar 1,01.Sektor jasa-jasa pada tahun 2007 LQ sebesar, 1,56, tahun 2011 mencapai sebesar 1,38 dengan rata 1,42. Dari sembilan sektortersebut LQ rata-ratanya yang paling besar adalah sektor Listrik Gas dan Air bersih, disusul oleh Perdagangan hotel dan Restoran, dan peringkat ketiga adalah Pengangkutan dan Komunikasi, peringkat ke empat Jasa-jasa dan peringkat kelima adalah sektor pertanian.

LQ yang dihitung berdasarkan harga konstan tahun 2000 ternya peringkatnya mengalami perubahan, dimana sektor yang paling tinggi adalah Perdagangan hote ldan Restoran sebesar 3.70 dan peringkat kedua adalah sektor Listrik Gas dan Air bersih dengan rata-rata sebesar 2,03 disusul oleh sektor pertanian mencapai 1,52 serta peringkat ke empat adalah sektor Penganggkutan dan Komunikasi dengan rata-rata sebesar 1,16 yang datanya disajikan di Tabel 4.6.

Tadel 4.6

Indeks Location Quotient Prov. Bali Berdasarkan data PDRB Provinsi Bali dan PDB Nasional Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007 – 2011

No

Lapangan Usaha

2007 2008 2009 2010 2011

Rata-rata

1 Pertanian 1.54 1.51 1.52 1.51 1.50 1.52 2 Pertambangan &

Penggalian

0.07 0.07 0.07 0.08 0.09 0.09 3 Industri

pengolahan

0.37 0.38 0.39 0.39 0.38 0.38 4 Listrik Gas dan

Air bersih

2.19 2.10 1.91 1.95 1.93 2.03 5 Bangunan 0.22 0.23 0.23 0.23 0.23 0.23 6 Perdagangan

hoteldan Restoran

4.25 3.95 3.60 3.38 3.32 3.70 7 Penganggkutan

dan Komunikasi

1.16 1.16 1.15 1.16 1.15 1.16 8 Keuangan ,

Persewaan dan Jasa Perusahaan

0.79 0.77 0.74 0.75 0.75 0.76

9 Jasa-jasa 0.14 0.13 0.13 0.14 0.14 0.14 Sumber PDRB Provinsi Bali 2007-2011


(21)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1.Simpulan.

Dari hasil pembahasan yang dilakukan pada Bab IV maka dapat disimpulakan sbb : 1. Dalam menentukan potensi yang dimiliki oleh Daerah Bali yang dilakukan

dengan menggunakan LQ atas dasar harga berlaku maka yang mempunyai rata-rata LQ selama lima tahun dimana LQ yang tertinggi adalah sektor Listrik Gas dan Air bersih sebesar 2,35, peringkat kedua adalah sektor Perdagangan hotel dan Restoran sebesar 2,05 ,peringkat ketiga adalah sektor Penganggkutan dan Komunikasi sebesar 2,02, peringkat ke empat adalah sektor jasa-jasa sebesar 1,42 dan peringkat kelima adalah sektor pertanian LQ sebesar 1,23

2. LQ yang dihitung dengan menggunakan harga konstan terjadi perubahan peringkat dan penurunan pencapai LQ dari lima sektor menjadi empat sektor.Sktor sektor yang memiliki LQ yang lebih besar dari 1 adalah sektor perdagangan hotel dan restoran dengan rata-rata LQ selama lima tahun sebesar 3,70, peringkat kedua dicapai oleh sektor listrik gas dan air bersih dengan rata-rata sebesar 2,03, dan peringkat ketiga adalah sektor pertanian dengan angka rata rata sebesar 1,52 dan peringkat ke empat adalah sektor pengangkutan dan komunikasi dengan rata- rata sebesar 1,16.

5.2. Saran

Dari simpulan yang didapatkan setelah dilakukan pengkajian maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Pemerintah Daerah Bali dalam mengambil kebijakan pembangunan sebaiknya selalu menggunakan hasil kajian sehingga akan dapat mengurangi kegagalan dari pemerintah untuk meningkatkan kinerja, karena sejalan dengan teori ekonomi publik salah satu penyebab kegagalan karena kurangnya impormasi yang digunakan sebagai dasar merumuskan kebijakan. 2. Prioritas Pembangunan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah

Provinsi ariwisataan Bali adalah prioritas yang paling besar di sektor perdagangan hotel dan restoran,serta membangun sarana dan prasarana di


(22)

bidang kepariwisataan serta membantu kabupaten kota yang dianggap PAD-nya masih rendah.


(23)

DAPTAR PUSTAKA

Bappeda Prov.Bali 2011, Data Bali Membangun Denpasar

...2012,Profil Daerah Bali Berbasis Data SIPD,Denpasar. BPS Prov Bali2012, Produk Domistik Regional Bruto Provinsi Bali,Denpasar

Ernan,Rustiadi dkk,2011, Peremcanaan dan Pengembangan Wilayah, Crestpent Press dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta

Kuncoro Mudrajat, 2004, Otonomi dan Pembangunan Daerah, Reformasi Perencanaan, Strategi dan Peluang, Erlangga,Jakarta.

Kartasasmita, Ginajar,1996, Pembangunan Untuk Rakyat,Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan, PT Pustaka,Cideindo,Jakarata

Suparmoko, M,2001, Ekonomi Publik, untuk keuangan dan Pembangunan Daerah, BPFE,UGM Yoyakarta

Mari Pangestu dan Ira Setiati,1997, Mencari Paradigma Baru, Pembangunan Indonesia, CSIS, Jakarta


(1)

memberikan dorongan kepada masyarakat untuk meningkatkan produksi padi, dalam rangka memenuhi kebutuhan sendiri. Produksi padi sawah dan ladang disajikan di Tabel 4.4

Tabel 4.4

Luas Panen dan Produksi Padi sawah dan Ladang Tahun 2007-2011

Tahun Luas Panen(Ha) Produksi (Ton)

Angka Daerah Angka Pusat Angka Daerah Angka Pusat

2011 152.584 152.585 858.315 858.317

2010 152.190 152.190 869.150 869.165

2009 152.584 150.283 878.764 878.764

2008 145.369 143.349 840.464 840.465

2007 145.030 145.030 839.765 839.775

Sumber : Bali Membangun 2011

Pembangunan pertanian di Provinsi Bali dilakukan secara simultan dengan sektor pariwisata,mengingat kemajuan sektor pariwisata akan menyebabkan migran akan lebih banyak datang ke Bali sehingga permintaan beras juga meningkat.Tabel 4.4 dapat digambarkan bahwa luas panen baik angka daerah maupun angka pusat, ternyata menunjukan kencendrungan yang semakin meningkat, demikian juga dari sudut produksi atas dasar angka pusat atau daerah juga meningkat.

4.2 Analisis Data

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk melihat potensi ekonomi daerah adalah melalui segala kelebihan dan keterbatasannya. Teknik LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dan didasarkan pada teori model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan. LQ mengukur dan menghitung perbandingan relatif sumbangan nilai tambah sebuah sektor di suatu region ( Kabupaten/kota) terhadap sumbangan nilai tambah sektor yang bersangkutan secara provinsi/nasional.Untuk lebih memahami kondisi Daerah Bali disajikan di Tabel 4.5 Indeks Location Quotient Prov. Bali


(2)

Berdasarkan data PDRB Provinsi Bali dan PDB Nasional Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007 - 2011

Tadel 4.5

Indeks Location Quotient Prov. Bali Berdasarkan data PDRB Provinsi Bali dan PDB Nasional Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007 – 2011

No

Lapangan Usaha

2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata 1 Pertanian 1.44 1.31 1.04 1.18 1.18 1.23 2 Pertambangan &

Penggalian

0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 3 Industri

pengolahan

0.34 0.34 0.30 0.37 0.37 0.34 4 Listrik Gas dan

Air bersih

2.26 2.47 1.96 2.48 2.59 2.35 5 Bangunan 0.58 0.58 0.39 0.44 0.46 0.49 6 Perdagangan

hoteldan Restoran

1.90 2.03 1.89 2.19 2.23 2.05 7 Penganggkutan

dan Komunikasi

1.86 2.04 1.82 2.20 2.19 2.02 8 Keuangan ,

Persewaan dan Jasa Perusahaan

0.96 1.01 0.82 0.94 0.93 0.93

9 Jasa-jasa 1.56 1.55 1.20 1.40 1.38 1.42 Sumber PDRB Provinsi Bali 2007-2011

Data Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai LQ yang lebih besar dari 1 yang artinya sektor pertanian mempunyai potensi untuk di kembangkan kendatipun pada tahun 2007 LQ sebesar 1.44 dan mengalami penurun hingga 1.18 pada tahun 2011, tetapi masih tetap kondisinya lebih besar dari 1.Sektor listrik Gas dan air bersih pada tahun 2007 LQ mencapai 2,26, tahun 2008 mencapai 2,47,tahun 2009 turun sedit mencapai sebesar 1,96, dan tahun 2010 mencapai 2,48, dan 2011 mencapai 2,59 dan rata-ratanya 2,35 yang paling tertinggi dari sektor-sektor yang lainya.Sektor perdagangan hotel dan restoran pada tahun 2007 LQ sebesar 1,90 , tahun 2008 mencapai 2,03 sedangkan pada tahun 2009 turun sedikit mencapai 1,89 dan tahun 2010 dan tahun 211 naik masing=-masing 2,19 dan 2,23 dengan rata-rata sebesar 2,05.Sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2007 mencapai


(3)

1,86,naik pada tahun 2008 mencapai 2,04 tahun2009 mencapai 1,82 dan tahun 210 naik mencapai 2,20 dantahun 2011 2,19 dengan rata –rata mencapai 2,02. Sektor keuangan persewaan dan jasa perusahan LQ diatas satu tercapai pada tahun 2008 sebesar 1,01.Sektor jasa-jasa pada tahun 2007 LQ sebesar, 1,56, tahun 2011 mencapai sebesar 1,38 dengan rata 1,42. Dari sembilan sektortersebut LQ rata-ratanya yang paling besar adalah sektor Listrik Gas dan Air bersih, disusul oleh Perdagangan hotel dan Restoran, dan peringkat ketiga adalah Pengangkutan dan Komunikasi, peringkat ke empat Jasa-jasa dan peringkat kelima adalah sektor pertanian.

LQ yang dihitung berdasarkan harga konstan tahun 2000 ternya peringkatnya mengalami perubahan, dimana sektor yang paling tinggi adalah Perdagangan hote ldan Restoran sebesar 3.70 dan peringkat kedua adalah sektor Listrik Gas dan Air bersih dengan rata-rata sebesar 2,03 disusul oleh sektor pertanian mencapai 1,52 serta peringkat ke empat adalah sektor Penganggkutan dan Komunikasi dengan rata-rata sebesar 1,16 yang datanya disajikan di Tabel 4.6.

Tadel 4.6

Indeks Location Quotient Prov. Bali Berdasarkan data PDRB Provinsi Bali dan PDB Nasional Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007 – 2011

No

Lapangan Usaha

2007 2008 2009 2010 2011

Rata-rata

1 Pertanian 1.54 1.51 1.52 1.51 1.50 1.52

2 Pertambangan & Penggalian

0.07 0.07 0.07 0.08 0.09 0.09

3 Industri pengolahan

0.37 0.38 0.39 0.39 0.38 0.38

4 Listrik Gas dan Air bersih

2.19 2.10 1.91 1.95 1.93 2.03

5 Bangunan 0.22 0.23 0.23 0.23 0.23 0.23

6 Perdagangan hoteldan Restoran

4.25 3.95 3.60 3.38 3.32 3.70

7 Penganggkutan dan Komunikasi

1.16 1.16 1.15 1.16 1.15 1.16

8 Keuangan , Persewaan dan Jasa Perusahaan

0.79 0.77 0.74 0.75 0.75 0.76

9 Jasa-jasa 0.14 0.13 0.13 0.14 0.14 0.14


(4)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1.Simpulan.

Dari hasil pembahasan yang dilakukan pada Bab IV maka dapat disimpulakan sbb : 1. Dalam menentukan potensi yang dimiliki oleh Daerah Bali yang dilakukan

dengan menggunakan LQ atas dasar harga berlaku maka yang mempunyai rata-rata LQ selama lima tahun dimana LQ yang tertinggi adalah sektor Listrik Gas dan Air bersih sebesar 2,35, peringkat kedua adalah sektor Perdagangan hotel dan Restoran sebesar 2,05 ,peringkat ketiga adalah sektor Penganggkutan dan Komunikasi sebesar 2,02, peringkat ke empat adalah sektor jasa-jasa sebesar 1,42 dan peringkat kelima adalah sektor pertanian LQ sebesar 1,23

2. LQ yang dihitung dengan menggunakan harga konstan terjadi perubahan peringkat dan penurunan pencapai LQ dari lima sektor menjadi empat sektor.Sktor sektor yang memiliki LQ yang lebih besar dari 1 adalah sektor perdagangan hotel dan restoran dengan rata-rata LQ selama lima tahun sebesar 3,70, peringkat kedua dicapai oleh sektor listrik gas dan air bersih dengan rata-rata sebesar 2,03, dan peringkat ketiga adalah sektor pertanian dengan angka rata rata sebesar 1,52 dan peringkat ke empat adalah sektor pengangkutan dan komunikasi dengan rata- rata sebesar 1,16.

5.2. Saran

Dari simpulan yang didapatkan setelah dilakukan pengkajian maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Pemerintah Daerah Bali dalam mengambil kebijakan pembangunan sebaiknya selalu menggunakan hasil kajian sehingga akan dapat mengurangi kegagalan dari pemerintah untuk meningkatkan kinerja, karena sejalan dengan teori ekonomi publik salah satu penyebab kegagalan karena kurangnya impormasi yang digunakan sebagai dasar merumuskan kebijakan. 2. Prioritas Pembangunan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah

Provinsi ariwisataan Bali adalah prioritas yang paling besar di sektor perdagangan hotel dan restoran,serta membangun sarana dan prasarana di


(5)

bidang kepariwisataan serta membantu kabupaten kota yang dianggap PAD-nya masih rendah.


(6)

DAPTAR PUSTAKA

Bappeda Prov.Bali 2011, Data Bali Membangun Denpasar

...2012,Profil Daerah Bali Berbasis Data SIPD,Denpasar. BPS Prov Bali2012, Produk Domistik Regional Bruto Provinsi Bali,Denpasar

Ernan,Rustiadi dkk,2011, Peremcanaan dan Pengembangan Wilayah, Crestpent Press dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta

Kuncoro Mudrajat, 2004, Otonomi dan Pembangunan Daerah, Reformasi Perencanaan, Strategi dan Peluang, Erlangga,Jakarta.

Kartasasmita, Ginajar,1996, Pembangunan Untuk Rakyat,Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan, PT Pustaka,Cideindo,Jakarata

Suparmoko, M,2001, Ekonomi Publik, untuk keuangan dan Pembangunan Daerah, BPFE,UGM Yoyakarta

Mari Pangestu dan Ira Setiati,1997, Mencari Paradigma Baru, Pembangunan Indonesia, CSIS, Jakarta