Pengaruh Ekspor Neto, Kurs Dollar Amerika, Penanaman Modal Asing Terhadap Cadangan Devisa Periode 2005-2014 (Studi Kasus Sebelum Sesudah Krisis Global).

(1)

MODAL ASING TERHADAP CADANGAN DEVISA DI INDONESIA PERIODE 2005-2014

(STUDI SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS GLOBAL)

SKRIPSI

Oleh:

LUH MADE TRISNA MEITA MURNI LESTARI 1206105054

FAKULTAS KONOMI DAN BISNIS UNIVESITAS UDAYANA

DENPASAR 2016


(2)

i

PENGARUH EKSPOR NETO, KURS, PENANAMAN MODAL ASING TERHADAP CADANGAN DEVISA DI INDONESIA PERIODE 2005-2014

(STUDI SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS GLOBAL)

SKRIPSI

Oleh:

LUH MADE TRISNA MEITA MURNI LESTARI 1206105054

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Udayana Denpasar


(3)

ii

Skripsi ini telah diuji tim penguji dan disetujui oleh pembimbing, serta diuji pada tanggal: 3 Maret 2016

Tim Penguji Tanda tangan

1. Ketua :Dr. Ida Bagus Putu Purbadharmaja, SE., ME. …………...

2. Sekretaris :Drs. I Wayan Yogi Swara, MS. ..………..

3. Anggota :Ni Luh Karmini, SE., M.Si. ………

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Pembimbing

Prof.Dr. Made Suyana Utama, SE., MS Drs. I Wayan Yogi Swara, MS NIP. 19540429 198303 1 002 NIP. 19531228 198003 1 001


(4)

iii

PERNYATAAN ORISINALTAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam dafta pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 3 Maret 2016 Mahasiswa,

Luh Made Trisna Meita Murni Lestari NIM. 1206105054


(5)

iv

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Pengaruh Ekspor Neto, Kurs Dollar Amerika, Penanaman Modal Asing Terhadap Cadangan Devisa Di Indonesia Periode 2005-2014 (Studi Sebelum Dan Sesudah Krisis Global)” dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S selaku Pembantu Dekan I, Prof. Dr. Ni Luh Putu Wiagustini, SE., M.Si. selaku Pembantu Dekan II dan Dr. I Dewa Gde Dharma Suputra, SE., M.Si., Ak. selaku Pembantu Dekan III di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univesitas Udayana.

3. Prof. Dr. Made Suyana Utama, SE., MS. dan Dr. Ida Bagus Putu Purbadharmaja, SE, ME. masing-masing sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan dan Bisnis Universitas Udayana.

4. I Wayan Wita Kesumajaya, SE., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik. 5. Drs. I Wayan Yogi Swara, MS. selaku Dosen Pembimbing yang telah

mencurahkan sebagian waktunya dalam membantu serta memotivasi penulis untuk dapat menuntaskan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya.


(6)

v

6. Keluarga tercinta Bapak, Ibu, kakak, atas dukungan dan doanya yang tulus dan tiada hentinya selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana.

7. Teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi dukungan dan motivasi.

8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab terhadap semua isi skripsi, Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Denpasar, 3 Maret 2016


(7)

vi

Judul : Pengaruh Ekspor Neto, Kurs, Penanaman Modal Asing Terhadap Cadangan Devisa Di Indonesia Periode 2005-2014 (Studi Sebelum Dan Sesudah Krisis Global)

Nama : Luh Made Trisna Meita Murni Lestari NIM : 1206105054

Abstrak

Keadaan perekonomian Indonesia, yang dipengaruhi oleh perdagangan internasional berubah-ubah di setiap waktunya. Keadaan perekonomian saat ini dan waktu lampau walaupun memiliki kondisi yang sama, namun cara penyelesaian masalah berbeda. Hal ini dikarenakan kedewasaan atau pengalaman yang telah dialaminya. Seperti halnya cadangan devisa yang diperoleh Indonesia melalui perdagangan. Cadangan devisa ibarat tabungan bagi suatu negara. Sebagai tabungan, adapun fungsi cadangan devisa adalah untuk bertransaksi dan berjaga-jaga. Melihat fungsinya sebagai tabungan, jumlah cadangan devisa dapat bertambah dan berkurang, berfluktuasi sepanjang waktu sesuai dengan kebutuhan. Penelitian ini ingin melihat apakah ekspor neto, kurs dollar amerika, pma mempengaruhi penerimaan cadangan devisa pada periode 2005-2014. Terjadinya krisis global tahun 2008, apakah variabel independen mengalami perbedaan keadaan sebelum dan sesudah terjadinya krisis.

Data yang digunakan merupakan data sekuder. Penelitian ini menggunakan dua teknik analisis. Teknik analisis pertama yang menunjukkan hubungan antar variabel Cadangan Devisa dengan variabel independen ekspor neto, kurs dollar amerika, pma dijelaskan dengan regresi berganda. Sedangkan teknik analisis kedua untuk menjelaskan variabel binary atau variabel dummy dengan variabel independen cadangan devisa, ekspor neto, kurs dollar amerika, dan pma dijelaskan dengan regresi binary logistik. Berdasarkan hasil analisis, ketiga variabel tersebut pada tahun penelitian mempengaruhi cadangan devisa 79,8% pada regresi model. Secara parsial, variabel ekspor neto mempengaruhi cadangan devisa secara positif namun tidak signifikan yang dipengaruhi oleh menurunmnya ekspor dan bertambahnya impor. Variabel kurs dollar amerika berpengaruh positif dan signifikan hal ini dikarenakan spekulasi dalam pembayaran dapat mempengaruhi devisa. Variabel PMA memiliki pengaruh positif dan signifikan, artinya pma tidak hanya sebagai tabungan tapi juga sebagai gap devisa. Melihat terjadinya perbedaan keadaan variabel independen sebelum dan sesudah terjadinya krisis. Seluruh variabel hampir memiliki perbedaan nilai namun yang paling terlihat perbedaanya adalah variabel ekspor neto dan pma.


(8)

vii DAFTAR ISI

Halaman COVER

HALAMAN JUDUL………... HALAMAN PENGESAHAN………...……….………

PERNYATAAN ORISINALITAS……….

KATA PENGANTAR ………...……….

ABSTRAK ..………

DAFTAR ISI ………..

DAFTAR TABEL ……….……….

DAFTAR GAMBAR ……….

LEMPIRAN ………..

i ii iii iv v vi ix x xi

BAB I PENDAHULUAN………..

1.1Latar Belakang………..

1.2Rumusan Masalah……….

1.3Tujuan Penelitian………..

1.4Kegunaan Penelitian……….

1.5Sistematika Penulisan………

1 1 15 16 16 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA………..

2.1 Landasan Teori Dan Konsep ... 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional...….. 2.1.2 Konsep Cadangan Devisa ... 2.1.3 Konsep Ekspor Neto ... 2.1.4 Konsep Kurs... 2.1.5 Konsep Penanaman Modal Asing...…………... 2.1.6 Konsep Krisis Ekonomi ... 2.2 Rumusan Hipotesis Penelitian ...

19 19 19 23 25 29 36 41 45 BAB III METODEPENELITIAN…...

3.1 Desain Penelitian…...………...

3.2 Lokasi Dan Ruang Lingkup Penelitian ………….………….

3.3 Obyek Penelitian………..………

47 47 47 48 3.4 Identifikasi Penelitian...………... 48

3.5 Definisi Operasional Variabel ……….………….………….. 48


(9)

viii

3.7 Metode Pengumpulan Data ……… 51

3.8 Teknik Analisis Data ………. 51

3.8.1 Regresi Berganda ...…... 52

3.8.2 Uji Asumsi Klasik ... 52

3.9 Pengujian Hipotesis ………..……….. 54

3.9.1 Uji Signifikansi Parsial ... 54

3.9.2 Uji Signifikansi Simultan ... 55

3.9.3 Uji Regresi Binary Logistik ... 55

BAB IV METODE PENELITIAN... 59

4.1 Gambaran Umum... 59

4.2 Hasil Analisis Regresi Berganda ... 61

4.3 Asumsi Klasik ... 62

4.3.1 Hasil Uji Normalitas ... 62

4.3.2 Hasil Uji Autokorelasi ... 62

4.3.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 63

4.3.4 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 63

4.4 Pengujian Hipotesis ... 64

4.4.1 Pengujian Signifikansi Secara Parsial ... 64

4.4.2 Pengujian Signifikansi Secara Simultan ... 67

4.4.3 Uji Regresi Binary Logistik ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

5.1 Kesimpulan ... 74

5.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76


(10)

ix

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

4.1 Hasil Analisis Regresi Berganda ………. 61

4.2 Uji Normalitas Dengan One-Sample Kolmogoov-Smirnov Test…... 62

4.3 Uji Autokorelasi Dengan Runs Test ……… 62

4.4 Uji Multikolinearitas Dengan Tes Koefisien ... 63

4.5 Uji Heteroskedastiditas Dengan Metode Park ………... 63

4.6 Uji T Statistik ………. 64

4.7 Uji F Statistik ……….. 65

4.8 Model Summary ……….. 65

4.9 Case Processing Summary ………... 66

4.10 Correlation Matrix ……… 67

4.11 Variables in the Equation ………. 67

4.12 Variables not in the Equation ………... 67

4.13 Omnibus Test ……… 68


(11)

x

No. Gambar Halaman

1.1 Perkembangan Nilai Ekspor Impor Indonesia 2005-2014 ………. 3

1.2 Perkembangan Nilai Kurs Indonesia 2005-2014 ……… 6

1.3 Perkembangan Penanaman Modal Asing Indonesia 2005-2014 ……….. 9

1.4 Perkembangan Cadangan Devisa Indonesia 2005-2014 ………. 11

1.5 Perkembangan Cadangan Devisa Dan Ekspor Neto ……… 12

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ………... 45


(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1 Data Penelitian ……… 80

2 Posisi Cadangan Devisa ………. 82

3 Ekspor Impor Perdagangan Indonesia Periode 2005-2014 ………… 83 4 Data Kurs Dollar Amerika Periode 2005-2014 ………. 86 5 Data Penanaman Modal Asing Indonesia Periode 2005-2014 …….. 88 6 Data Cadangan Devisa Indonesia Periode 2005-2014 ……….. 90

7 Hasil Regresi Berganda ……….. 92


(13)

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Setiap negara berusaha memenuhi kebutuhannya baik barang dan jasa, atinya akan ada kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain. Jika kebutuhan dalam negeri telah terpenuhi dengan baik, maka terjadilah kegiatan pertukaran. Pertukaran dilakukan jika negara memiliki kelebihan produksi terhadap barang maupun jasa. Hal ini terjadi karena setiap negara memiliki kemampuan produksi yang berbeda. Produktivitas yang berbeda antar negara ditentukan oleh sumber daya yang dimiliki negara tersebut. Teknologi yang digunakan oleh negara tersebut sangat berperan atas output yang dihasilkan. Sumber daya yang berbeda dan kemampuan produksi berbeda memungkinkan negara untuk melakukan pertukaran. Pertukaran dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang tidak mampu di produksi sendiri (Case&Fair, 2004).

Pertukaran merupakan aktivitas tukar-menukar yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dari kedua pihak yang dilakukan secara sukarela. Perekonomian yang semakin terbuka dengan hubungan internasional, membuat negara tidak mampu melepas diri dari pertukaran dengan negara lain. Seiring dengan terbukanya perekonomian diperlukan hubungan yang harmonis dengan mitra luar untuk meningkatkan hasil pertukaran. Upaya meningkatkan manfaat pertukaran tersebut, diperlukannya pengembangan produk berpotensi ekspor dan penentuan kebijakan strategi perdagangan yang tepat agar Indonesia mampu bersaing. Hal ini bertujuan agar peningkatan intensitas perdagangan tidak hanya meningkatkan nilai barang, tetapi juga output yang dihasilkan. Sehingga dengan diadakannya kegiatan pertukaran dengan mitra luar,


(14)

diharapkan tidak hanya nilai barang yang meningkat namun juga memacu produktivitas negara (Mega Febriyenti, 2013).

Menurut Mankiw (2003), ekspor adalah barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan di jual di luar negeri. Kegiatan ekspor merupakan suatu proses jual beli antar negara. Para eksportir menjual barang keluar negeri dan menerima imbalan berupa valuta asing berbagai negara yang telah menjadi kesepakatan sebelumnya. Valuta asing yang didapatkan dan dilaporkan, dapat ditukarkan para eksportir ke dalam mata uang rupiah sehingga dapat digunakan di dalam negeri. Valuta asing yang ditukarkan dan dilaporkan tersebut, masuk menjadi cadangan devisa nasional. Nilai ekspor yang meningkat memberikan dampak pada peningkatan devisa. Menurut Kusuma Juniantara (2012) dalam penelitiannya diketahui bahwa ekspor memiliki pengaruh positif terhadap cadangan devisa.

Negara berkembang seharusnya lebih cermat di dalam menggunakan cadangan devisa. Kelebihan cadangan devisa dapat digunakan sebagai pemacu pertumbuhan dan produktivitas negara. Cadangan devisa yang dimiliki negara, untuk mengimpor teknologi dan barang modal yang dapat meningkatkan produktivitas dalam negeri. Impor merupakan bentuk kebocoran dalam variabel perekonomian yang akan mengurangi penerimaan atau pendapatan negara. Impor dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang tidak mampu di produksi sendiri. Pertambahan impor, akan meningkat beriringan dengan pertambahan pendapatan nasional yang meningkat. Semakin besar kegiatan perekonomian, yang dilakukan tentunya pemenuhan kebutuhan terhadap aktivitas perekonomian turut semakin besar pula (Nursiah Chalid, 2011). Selisih antara ekspor dan impor dalam pertukaran merupakan ekspor neto bagi negara tersebut.

Gambar Grafik 1.1


(15)

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015

Grafik 1.1 menunjukkan perkembangan kinerja ekspor, impor dan ekspor neto di Indonesia yang mengalami fluktuasi di setiap tahunnya. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, nilai ekspor neto diperoleh dari selisih ekspor dan impor. Pada tahun 2005 total nilai ekspor neto Indonesia berjumlah US$ 27.959 juta. Kemudian pada tahun 2006 total nilai ekspor neto mengalami peningkatan sebesar US$ 39.733 juta dengan tingkat perkembangan 42,11 persen dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2007 total nilai ekspor neto sedikit menurun dari tahun sebelumnya dengan nilai US$ 39.627 juta. Krisis global sangat mempengaruhi nilai ekspor neto yang di dapatkan Indonesia. Terjadi penurunan pada tahun 2008 terhadap ekspor neto sebesar 61,3 persen dari tahun sebelumnya. Setelah krisis usai, nilai ekspor impor Indonesia mengalami peningkatan nilai yang beriringan di setiap tahunnya. Hingga akhirnya mulai tahun 2012 nilai ekspor neto memiliki nilai negatif sebesar US$ -1.659 juta. Artinya nilai impor yang dilakukan lebih besar dari pada ekspor yang diperoleh. Tahun 2013 nilai defisit terhadap ekspor neto semakin terasa dengan selisih neto US$ -4.076 juta. Namun pada tahun 2014 nilai impor sedikit menurun sehingga ekspor neto berjumlah US$ -2.197 juta (Lampiran 3).

-10000 0 10000 20000 30000 40000 50000

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Ekspor Impor Ekspor Neto


(16)

Tujuan setiap negara membuka perekonomiannya dengan negara lain adalah meningkatkan persaingan kompetitif dan mendorong produktivitas industri dalam negeri. Dalam meningkatkan kapasitas nasional serta meningkatkan daya saing produk dilakukan perdagangan terbuka dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan khususnya pendapatan devisa. Demi mewujudkan harapan terhadap pertumbuhan ekonomi, Indonesia melakukan ekspor minyak dan gas yang merupakan produk utama dalam ekspor. Sehingga nilai ekspor dari komoditas tersebut sangat mempengaruhi pendapatan devisa. Menurut Gita Wirjawan dalam Ade Marboen (2013), bahwa kinerja ekspor yang melambat pada tahun 2012 disebabkan oleh permintaan ekspor terhadap komoditas utama menurun, serta harga dari beberapa komoditas utama ekspor yang ikut turun. Belum pulihnya harga komoditas ekspor utama, perdagangan internasional Indonesia mendapatkan tekanan krisis global pada tahun 2013. Hal ini semakin melemahkan pendapatan ekspor Indonesia dan berdampak terhadap pendapatan ekspor neto. Indonesia yang tidak mampu melepas diri dari kepentingan impor membuat ekspor neto semakin menurun. Sebagian besar impor yang dilakukan untuk memenuhi barang industri, barang modal, permesinan, bahkan kebutuhan gas demi keberlangsungan industri dalam negeri. Hal ini diperparah dengan menurunnya daya saing dalam negeri sehingga industri dalam negeri kurang kompetitif. Sehingga nilai impor semakin meningkat demi memenuhi kebutuhan dalam negeri yang tidak mampu dipenuhi sendiri (Kemenperin, 2015).

Terlepas dari itu, dalam perdagangan yang mempengaruhi pendapatan ekspor dan kobocoran pendapatan melalui impor. Adapun yang berperan dalam perdagangan dengan negara lain adalah penentuan nilai kurs. Kurs akan menentukan nilai barang dan mempengaruhi peningkatan daya saing. Semua aktivitas perdagangan yang berhubungan dengan mitra luar, memastikan bahwa nilai tukar stabil. Stabilitas dari nilai tukar akan mempengaruhi kepercayaan


(17)

dalam bermitra. Valuta asing yang berlaku, akan berdampak terhadap hubungan transaksi berjalan dan keputusan investasi dalam negeri. Nilai tukar yang mampu menarik perhatian akan menimbulkan rasa kepercayaan. Menurut Juniartha R Pinem (2009) menambahkan bahwa menjaga nilai tukar tetap stabil mencerminkan perekonomian yang stabil sehingga menunjang terhadap perluasan ekspor. Tidak hanya itu, nilai tukar akan membantu dalam penguatan cadangan devisa dengan semakin terbukanya perdagangan dengan mitra luar.

Gambar Grafik 1.2

Perkembangan Nilai Kurs Indonesia 2005-2014

Sumber: Bank Indonesia, 2015

Grafik 1.2 merupakan perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dollar tahun 2005-2014. Tahun 2005 nilai tukar mencapai Rp 7.898 per dollarnya namun tahun 2006 nilai tukar menguat dengan nilai tukar Rp 6.410 per dollar. Selanjutnya di tahun 2007 secara perlahan nilai tukar terus melemah. Pelemahan yang terjadi pada nilai tukar disebabkan oleh krisis global yang turut berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah. Sehingga tahun 2007 nilai tukar mencapai Rp 8.271 per dollar. Pasca krisis pada tahun 2008, nilai kurs menguat dengan nilai Rp 7.595 per dollar. Di tengah pelemahan nilai kurs tahun 2009 hingga 2010, nilai tukar beberapa kali terjadi penguatan

0 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

R

u

p

ia

h

Kurs


(18)

nilai seperti pada tahun 2010 triwulan kedua sebesar Rp 7.769 per dollarnya. Namun pada akhirnya tahun 2013 nilai tukar mencapai Rp 10.934 (Lampiran 4).

Nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lain. Kurs menjadi perhatian penting dalam perekonomian suatu negara. Melemah dan menguatnya kurs berdampak pada variabel makro ekonomi lainnya seperti ekspor dan impor. Menurut Ogunsakin Sanya (2013) bahwa nilai kurs merupakan cerminan dari kinerja sektor domestik dan ekonomi eksternal. Lebih lanjut Ragil Wijaya (2011) dalam penelitiannya menambahkan bahwa variabel kurs memiliki pengaruh positif terhadap cadangan devisa.

Dalam neraca pembayaran yang berperan dalam menyeimbangkan neraca tidak hanya transaksi berjalan khususnya kegiatan ekspor dan impor yang digambarkan dalam ekspor neto. Penanaman modal asing berperan dalam memberikan keseimbangan neraca pembayaran. Modal asing tersebut tidak hanya membantu mengisi kekosongan modal dalam negeri yang tidak terpenuhi dari tabungan domestik. Modal asing yang masuk mampu menambah kekosongan gap devisa melalui penjualan aset yang dilakukan. Dalam neraca pembayaran transaksi modal yang dilakukan menyebabkan keseimbangan dari sisi kredit dalam sistem double entry book-keeping

(Dominick Salvatore, 2007).

Modal asing dapat memberikan sumbangan positif terhadap pembangunan nasional. Pertama, dapat mengisi kekosongan atau kesenjangan sumber daya antara tingkat investasi yang ditargetkan (diinginkan) dengan jumlah aktual tabungan domestik yang dapat di mobilisasikan. Kedua, dapat mengisi kesenjangan antara target devisa yang dibutuhkan dan jumlah aktual devisa dari pendapatan ekspor ditambah dengan bantuan luar negeri neto. Ketiga, dapat mengisi kesenjangan antara target penerimaan pajak pemerintah dan jumlah pajak aktual yang dapat


(19)

dikumpulkan. Keempat, dengan adanya perusahaan-perusahaan asing yang beroperasi di negara berkembang dapat mengisi kesenjangan di bidang manajemen, semangat kewiraswastaan, teknologi produksi dan keterampilan (Todaro, 2006).

Jika suatu negara ingin dimasuki investor maka negara tersebut harus menjaga keadaan ekonomi dan politik agar terlihat menarik. Beberapa kriteria yang digunakan untuk menarik investasi asing langsung. Adalah: stabilitas politik, stabilitas perekonomian nasional, lingkungan bisnis yang menguntungkan, pembangunan infrastruktur, dan kredibilitas kebijakan pemerintah. Politik daerah yang tidak stabil dapat menarik hanya peluang investasi spekulatif untuk keuntungan cepat (Zoran Ivanovic, 2015).

Menurut Suci Safitriani (2014) penanaman modal asing tidak hanya merangsang pembangunan dalam negeri, investasi memberikan pengaruh terhadap terapresiasinya mata uang dalam negeri sehingga melemahkan mata uang dollar. Hal ini dikarenakan semakin besarnya valuta asing yang tersedia di pasar. Artinya penawaran valuta asing di pasar menyebabkan pasokan berlebih sehingga menurunkan harga valuta asing. Melemahnya mata uang asing menyebabkan nilai perdagangan ekspor menurun karena nilai kurs yang rendah.

Gambar Grafik 1.3


(20)

Sumber: Bank Indonesia, 2015

Berdasarkan grafik 1.3 penerimaan modal asing yang terjadi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Arus investasi yang terus membaik diakibatkan pertumbuhan perekonomian yang sudah mulai tertata kembali. Walau pada akhir tahun 2005 penerimaan investasi hanya sebesar US$ 94 juta, namun penerimaan terhadap investasi asing meningkat pada tahun 2006 hingga US$ 2.251 juta. Krisis global yang terjadi pada tahun 2008 tidak mengurangi penerimaan investasi asing langsung Indonesia, bahkan nilai investasi sedikit meningkat dari tahun sebelumnya. Dampak krisis global terhadap investasi asing langsung dirasakan pada awal tahun 2008 yang menurun menjadi US$ 1.633 juta. Penurunan penerimaan investasi asing semakin dirasakan pada akhir tahun 2009 yang memiliki nilai US$ 540 juta. Semakin meningkatnya perekonomian di Asia Timur rupanya, sangat berdampak terhadap penerimaan investasi asingdi Indonesia. Hal ini dikarenakan terjadinya perbaikan keunggulan biaya dan efisiensi produksi. Sehingga penerimaan devisa meningkat hingga 20 persen pada tahun 2014 yang mencapai US$ 8.143 juta pada kuartal ke tiga (Lampiran 5).

Menurut Ahamad Mazbahul, et.al (2010) penanaman modal asing langsung yang masuk memiliki dampak positif terhadap pembangunan ekonomi. Dampak investasi asing dapat sebagai

0 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 9.000

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Ju

ta

U

S

D


(21)

penambah gap atau selisih devisa melalui penambahan valuta asing. Valuta asing yang ditukarkan akan menambah jumlah devisa. Tersedianya valuta asing sangat membantu dalam pertukaran dengan mitra luar, terutama dalam pengadaan kebutuhan dalam negeri yang menunjang pembangunan. Bertambahnya valuta asing berarti jumlah devisa yang dimiliki semakin meningkat.

Cadangan devisa ibarat tabungan bagi suatu negara. Sebagai tabungan, adapun fungsi cadangan devisa adalah untuk bertransaksi dan berjaga-jaga. Melihat fungsinya sebagai tabungan, jumlah cadangan devisa dapat bertambah dan berkurang, berfluktuasi sepanjang waktu sesuai dengan kebutuhan. Jika sumber-sumber devisa terus mengalirkan dana segar, maka jumlah cadangan devisa akan terus meningkat. Namun cadangan devisa dapat menyusut jika digunakan untuk pembayaran utang dan biaya operasi moneter untuk menstabilkan nilai tukar rupiah bergejolak. Cadangan devisa akan semakin terjaga jika kondisi likuiditas valuta asing di dalam negeri tercukupi. Jika valuta asing yang tersedia dalam jumlah besar maka nilai tukar rupiah akan stabil dan bank sentral tidak perlu melakukan intervensi. Sehingga potensi menyusutnya devisa akan semakin berkurang (Peter Jacobs, 2014).

Cadangan devisa merupakan salah satu indikator kuat lemahnya ekonomi negara. Setidaknya negara harus memiliki cadangan devisa senilai tiga bulan impor untuk mempertahankan ekonominya dari guncangan krisis atau akibat dari aktifitas perekonomian luar negeri. Alasan utama suatu negara memegang cadangan devisa adalah untuk membiayai kewajiban internasionalnya dan mengurangi ketidakseimbangan dalam pembayaran internasional yang tidak dapat diperkirakan, misalnya akibat dari tindakan para spekulan internasional (Kansius, 2008).


(22)

Gambar Grafik 1.4

Perkembangan Cadangan Devisa Indonesia 2005-2014

Sumber: Bank Indonesia, 2015

Dilihat dari grafik 1.4, terlihat bahwa saat terjadinya krisis global, nilai cadangan devisa Indonesia terus mengalami penguatan nilai. Bahkan nilai devisa yang dimiliki Indonesia meningkat 29,3 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 2006. Berdasarkan Laporan Neraca Pembayaran Indonesia 2008, nilai cadangan devisa Indonesia menurun pada triwulan ke tiga sebesar 4 persen. Penurunan tersebut menyebabkan cadangan devisa hanya mampu membiayai impor dan pembayaran utang luar negeri selama 4,4 bulan yang sebelumnya mampu membiayai impor 6,79 bulan. Jika dilihat dari grafik, perkembangan cadangan devisa Indonesia di setiap tahunnya terus mengalami peningkatan beriiringan dengan meningkatnya peran Indonesia dalam perdagangan internasional yang mencapai 1 persen dari seluruh transaksi dunia (Lampiran 6).

Gambar Grafik 1.5

Perkembangan Cadangan Devisa Dan Ekspor Neto Indonesia 2005-2014

0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Ju

ta

U

S

D

Cadangan Devisa

Cadangan Devisa


(23)

Sumber: Badan Pusat Statistik (2014)

Berdasarkan grafik 1.5 dapat di lihat walaupun hasil penerimaan transaksi berjalan mulai tahun 2012 mengalami nilai negatif. Namun cadangan devisa tetap memiliki nilai yang cukup stabil dan tidak terlalu banyak mengalami penurunan. Selain di pengaruhi oleh simpanan cadangan devisa sebelumnya, nilai cadangan devisa Indonesia ternyata di dukung dari surat obligasi negara. Berdasarkan laporan keuangan Badan Pusat Statistik (2015) penerimaan cadangan devisa berupa surat obligasi memiliki nilai yang hampir sama dengan jumlah valuta asing di mulai pada tahun 2008. Sehingga penerimaan cadangan devisa Indonesia tidak hanya tergantung dari transaksi berjalan namun surat obligasi juga memiliki peranan penting dalam meningkatkan cadangan devisa. Terdapat kerawanan dalam menyimpan cadangan devisa berupa surat utang jika tidak terdapat pengelolaan dan penghitungan yang cermat.

Besaran cadangan devisa di suatu negara merupakan indikator yang dapat digunakan untuk melihat ketahanan perekonomian dalam negeri dalam menghadapi krisis. Cadangan devisa yang semakin tinggi maka negara tersebut akan semakin tahan dalam menghadapi krisis. Namun cadangan devisa yang rendah bukan berarti negara tersebut sedang mengalami krisis. Ketika negara mengalami krisis ekonomi, cadangan devisa dapat digunakan sebagai sentimen positif ketika terjadi krisis guna menahan dana keluar (capital outflow). Jika cadangan devisa memadai,

-20000 0 20000 40000 60000 80000 100000 120000

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014


(24)

maka investor tidak akan terburu-buru dalam mengalihkan dananya sehingga krisis tidak akan semakin parah (Peter Jacobs, 2014).

Ketersediaan cadangan devisa yang cukup dapat mengurangi goncangan krisis yang dihadapi. Pengalaman menunjukkan bahwa persepsi terhadap suatu negara berkembang yang mengalami penurunan devisa secara drastis cenderung memburuk. Sehingga memberikan dampak tekanan pada kestabilan pasar finansial keuangan domestik. Bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa negara berkembang yang memiliki cadangan devisa cukup maka penurunan terhadap Produk Domestik Bruto dan Konsumsi pada saat krisis akan lebih kecil jika dibandingkan dengan negara yang tidak memiliki cadangan devisa yang cukup (Sahminan, 2014).

Setiap negara tentunya akan mengalami konjungtur ekonomi. Menurut Sadono Sukirno (2012) konjungtur ekonomi merupakan perputaran ekonomi yang dirasakan dalam jangka panjang dimana perekonomian mengalami peningkatan, sepanjang tren semakin menaik dengan perkembangan yang tidak teratur, ada kalanya mengalami perlambatan dan sekali-kali mengalami penurunan. Indonesia beberapa kali dihadapi dengan kenyataan menghadapi krisis. Krisis yang pertama terjadi, pada 1997-1998 yang merupakan krisis moneter yang berimbas pada krisis sosial dan politik. Kedua, dihadapi pada 2008 yakni krisis keuangan global yang dipengaruhi dari pergerakan perekonomian Amerika Serikat (Eko Supriyanto, 2007).

Krisis ekonomi adalah keadaan perputaran ekonomi menjadi resesi ekonomi yang diakibatkan dari ketidaksiapan ekonomi dalam menghadapi persaingan sehingga dilakukannya proteksi berlebihan yang dapat merusak keseimbangan ekonomi. Negara dikatakan mengalami kerawan krisis di lihat dari kemampuan cadangan devisa untuk memenuhi kewajiban jangka pendek, defisit neraca berjalan, melindungi nilai tukar dan tentunya pembayaran terhadap utang


(25)

luar negeri. Para ahli berpendapat bahwa cadangan devisa merupakan alat pertahan pertama ketika negara memutuskan untuk membuka perekonomiannya dengan negara lain.

Keadaan perekonomian Indonesia, yang dipengaruhi oleh perdagangan internasional berubah-ubah di setiap waktunya. Keadaan perekonomian saat ini dan waktu lampau walaupun memiliki kondisi yang sama, namun cara penyelesaian masalah berbeda. Hal ini dikarenakan kedewasaan atau pengalaman yang telah dialaminya. Seperti halnya cadangan devisa yang diperoleh Indonesia melalui perdagangan. Penelitian ini ingin melihat apakah ekspor neto pada periode 2005-2014 masih berpengaruh positif dan signifikan terhadap cadangan devisa. Sedangkan kurs yang merupakan jembatan alat tukar dalam perdagangan internasional. Kurs yang ditetapkan apakah mempengaruhi perolehan cadangan devisa. Sedangkan investasi yang merupakan modal dalam pembangunan. Penanaman modal asing tersebut apakah mempengaruhi penerimaan cadangan devisa pada periode 2005-2014.

Pada tahun 2008 Indonesia mendapatkan tekanan imbas dari krisis global. Dimana penurunan nilai properti Amerika Serikat secara tidak langsung mempengaruhi perekonomian dalam negeri melalui pergolakan kurs terhadap dollar Amerika. Seperti yang diketahui, dollar Amerika merupakan mata uang asing yang memiliki pengaruh dominan dalam transaksi berjalan maupun transakasi modal. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Dominick Salvatore (2007), bahwa mata uang dollar merupakan mata uang penggerak yang memiliki nilai stabil serta pasokan mata uang tersebut tersebar diseluruh dunia. Apakah krisis global tersebut berdampak terhadap perbedaan nilai cadangan devisa, ekspor neto, kurs, dan PMA sebelum dan sesudah terjadinya krisis global 2008. Berdasarkan hasil pembahasan tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang cadangan devisa.


(26)

Namun dalam penelitian ini peneliti juga mencoba meneliti pengaruh ekspor neto, kurs dolar Amerika, penanaman modal asing terhadap cadangan devisa di Indonesia periode 2005-2014 lebih lanjut peneliti akan meneliti keadaan ini baik sebelum dan sesudah krisis global yang terjadi Indonesia periode 2005-2014 mengingat krisis global yang melanda dunia terjadi pada tahun 2008. Oleh karena itu dalam skripsi ini penulis mengambil judul “Pengaruh Ekspor Neto, Kurs Dollar Amerika, Dan Penanaman Modal Asing Terhadap Cadangan Devisa di Indonesia Periode 2005-2014 (Studi Sebelum Dan Sesudah Krisis Global)”.

1.2Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pemaparan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

1) Bagaimana pengaruh ekspor neto, kurs dollar Amerika, dan PMA terhadap cadangan fevisa Indonesia secara parsial?

2) Bagaimana pengaruh ekspor neto, kurs dollar Amerika, dan PMA terhadap cadangan devisa Indonesia secara simultan?

3) Apakah terdapat perbedaan keadaan ekspor neto, kurs dollar Amerika, PMA dan cadangan devisa Indonesia sebelum dan sesudah krisis global 2008?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

1) Untuk menganalisis apakah ekspor neto, kurs dollar Amerika, dan PMA berpengaruh secara parsial terhadap cadangan devisa.

2) Untuk menganalisis apakah ekspor neto, kurs dollar Amerika, dan PMAberpengaruh secara simultan terhadap cadangan devisa di Indonesia.


(27)

3) Untuk menganalisis perbedaan keadaan ekspor neto, kurs dollar Amerika, PMA dan, cadangan devisa Indonesia sebelum dan sesudah krisis global 2008?

1.4Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian menekankan pada manfaat teoritis dan praktis. Manfaat teoritis berkenaan dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan manfaat praktis berkenaan dengan perumusan kebijakan dalam institusi di mana penelitian ini dilakukan.

1.5 Sistematika Penelitian

Penelitian ini terdiri dari lima bab yang saling berhubungan antara bab yang satu dengan yang lainnya dan disusun secara sistematis dengan tujuan memberi gambaran dan mempermudah pembahasan tentang penelitian yang dilakukan. Sistematika dari penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, pokok permasalahn, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penyajian.

BAB II: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Bab ini memuat teori-teori yang berasal dari berbagai literatur penelitian yang mampu berkontribusi terhadap argumentasi yang akurat sesuai dengan pokok permasalahan serta mampu menyusun hipotesis yang digunakan dengan teori-teori yang diperoleh.


(28)

Bab ini memuat metode penelitian yang meliputi desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, defisnisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV: DATA PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Bab ini menyajikan hasil-hasil penelitian yang diperoleh setelah dianalisis dengan menggunakan metode analisis yang sesuai dengan menggunakan metode analisis yang sesuai dengan tujuan penelitian. Pada bab ini juga disajikan hasil pengujian hipotesis yang dibahas berdasarkan hasil penelitian beserta pengujian hipotesis yang telah ada yaitu membandingkan hasil yang diperoleh dengan teori yang dipakai acuan dan hasil-hasil penelitian sebelumnya.

BAB V: SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bagian akhir dari skripsi ini yang menjelaskan simpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan dan saran-saran bagi berbagai pihak yang memiliki kepentingan terkait dengan topik penelitian yang dilakukan.


(29)

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori Dan Konsep 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional

Terdapat dua alasan pokok mengapa aktivitas ekonomi secara keseluruhan dipengaruhi oleh perdagangan internasional. Pertama, walaupun liberalisasi perdagangan setiap negara berbeda-beda liberalisasi dan investasi membuat penurunan hambatan terhadap masuknya modal, arus barang, tarif, kuota, dan pengendalian terhadap mata uang. Kedua, makin rendahnya biaya teknologi dan komunikasi berpengaruh sangat pesat terhadap pengurangan biaya dan penyempitan dalam ruang ekonomi. Sehingga hal ini menyebabkan terjadinya globalisasi pasar.

Setiap negara yang melakukan pertukaran atau perdagangan dengan negara lain akan memperoleh manfaat dalam pertukaran. Pertama, pertukaran terhadap barang yang tidak mampu diproduksi secara efisien. Kedua, efisiensi terhadap faktor produksi yang dimiliki. Ketiga, produsen tidak harus mengandalkan pasar domestik untuk menjual barangnya. Keempat, Dengan melakukan pertukaran pasar akan semakin luas sehingga meningkatkan keuntungan. Kelima, pembaharuan teknologi membuat produsen mampu meningkatkan output.

Teori perdagangan internasional dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yakni teori klasik dan teori modern. Teori klasik yang banyak dikenal adalah teori keunggulan absolut dari Adam Smith dan teori keunggulan relatif atau keunggulan komparatif dari David Ricardo. Teori modern diwakili oleh teori proporsi faktor dari Hecksher dan Ohlin, dan teori International


(30)

1) Teori Klasik

Peran pemerintah dalam paham ini sangat dibatasi untuk meningkatkan persaingan sehingga akan tercapai peningkatan produksi dan konsumsi secara efektif. Sehingga teori ini mendasari kebijsaksanaan bisnis internasional berdasarkan perdagangan yang liberal. Adam Smith pada tahun 1917 dalam The Wealth of Nations mencetuskan kebijakan perdagangan bebas. Kedua negara melakukan pertukaran jika masing-masing negara melakukan pembagian kerja berdasarkan keahlian terhadap barang yang diproduksi sehingga menimbulkan efisiensi. Sehingga teori nilai tenaga kerja dalam teori Absolute Advantage yang menjadi pusat perhatian Adam Smith.

Teori Comparative Advantage yang dikembangkan oleh David Ricardo merupakan pemekaran dari teori yang dijelaskan oleh Adam Smith. David Ricardo menjelaskan produk yang dihasilkan tidak harus secara penuh memiliki keadaan lebih unggul dari negara lain akan tetapi memiliki nilai perbandingan, sehingga dapat melakukan pemusatan produksi dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya produksi. Perdagangan internasional terjadi melalui hukum perbandingan biaya produksi antar negara. Sedangkan teori nilai tenaga kerja tidak dapat terpakai. Teori yang dijelaskan oleh David Ricardo menjeslakan bahwa negara mendapatkan keuntungan dari penggunaan secara efisien terhadap tenaga kerjanya, berbeda dari Adam Smith yang menyatakan keuntungan perdagangan didapatkan secara mutlak.

David Ricardo menjelaskan bahwa negara dapat menciptakan keunggulan komparatifnya sendiri. Penguasaan teknologi dan kerja keras menjadi faktor keberhasilan suatu negara. Bagi negara yang menguasai teknologi akan semakin diuntungkan dengan adanya perdagangan bebas ini, sedangkan negara yang hanya mengandalkan kepada kekayaan alam akan kalah dalam


(31)

persaingan internasional. Sehingga keunggulan komparatif dapat diciptakan walaupun negara memiliki keterbatasan dalam ketersediaan sumber daya alam.

2) Era Merkantilisme

Perkembangan pemikiran ekonomi tidak terlepas dari perkembangan yang terjadi dalam masyarakat. Sebelum abad ke-17 kegiatan ekonomi pada umumnya masih bersifat kecil-kecilan, yang hanya ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan sendiri (subsisten). Tetapi pada abad ke-17 terjadi perkembangan yang sangat pesat dalam organisasi kegiatan ekonomi dan masyarakat. Kalau dahulu kegiatan ekonomi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sendiri, sekarang karena adanya surplus hasil pertanian maka mulai dikenal perdagangan, baik dalam maupun luar negeri.

Istilah merkantilisme berasal dari kata merchant, yang berarti pedagang. Menurut paham merkantilisme, tiap negara yang berkeinginan untuk maju harus melakukan perdagangan dengan negara lain. Sumber kekayaan negara akan diperoleh melalui surplus perdagangan luar negeri yang akan diterima dalam bentuk emas atau perak. Bagi penganut merkantilisme sumber kekayaan negara adalah dari perdagangan luar negeri, dan uang sebagai hasil surplus perdagangan adalah sumber kekuasaan. Tidak heran kalau kebijaksanaan perdagangan waktu itu sangat mendorong ekspor, dan sedapat mungkin berusaha agar impor dibatasi.

Tokoh-tokoh merkantilisme sangat banyak, beberapa di antaranya adalah Jean Babtis Colbert (1619-1683) merupakan bukan ahli ekonomi, melainkan pejabat negara Perancis dengan kedudukan sebagai Menteri Utama di bidang ekonomi dan keuangan dalam pemerintahan Raja Louis XIV. Pada masa itu perdagangan luar negeri dianggap sebagai sumber utama kemakmuran, maka sebagai konsekuensinya kedudukan kaum saudagar semakin penting. Aliansi antara para saudagar dengan penguasa banyak terjadi dalam praktek ekonomi. Kaum saudagar


(32)

memperkuat dan mendukung kedudukan penguasa, dan penguasa memberi bantuan dan perlindungan berupa monopoli, proteksi dan keistimewaan-keistimewaan lainnya. Abad ke-17 dan 18 di Eropa dianggap sebagai zaman kapitalisme komersil (commercial capitalism), sebab kaum saudagarlah yang memegang kendali utama perekonomian.

David Hume (1711-1776) adalah kawan dekat Adam Smith yang sebenarnya lebih dikenal sebagai filsuf daripada pakar ekonomi. Bagaimanapun kontribusinya terhadap pemikiran-pemikiran ekonomi cukup besar, sebab ia dan Smith sering mendiskusikan pandangan-pandangan mereka bersama-sama, dan dari hasil diskusi ini jelas akan mempengaruhi jalan pikiran masing-masing. Salah satu buku yang ditulis oleh Hume adalah Of the Balance of Trade, yang membicarakan tentang harga-harga yang sebagiannya dipengaruhi oleh jumlah barang dan sebgaian lagi dientukan oleh jumlah uang.

2.1.2 Konsep Cadangan Devisa

Cadangan devisa merupakan aset eksternal yang berada di bawah kontrol Bank Indonesia selaku otoritas moneter. Cadangan devisa digunakan untuk membiayai ketidakseimbangan neraca pembayaran, melakukan intervensi di pasar dalam rangka memelihara nilai tukar, dan tujuan lainnya sebagai bantalan terhadap kewajiban Indonesia. Kuat lemahnya perekonomian suatu negara dilihat dari cadangan devisa negara tersebut. Kegiatan ekspor maupun impor mempengaruhi perubahan pada cadangan devisa. Beban utang luar negeri, baik pemerintah maupun swasta dapat menekan cadangan devisa (Bellia Novianti, et.al 2012). Cadangan devisa digunakan sebagai pengatur permintaan dan penawaran valuta asing dalam transaksi perdagangan. Semakin banyak suatu negara memiliki likuiditas asset luar negeri maka negara semakin siap terhadap krisis yang akan terjadi.


(33)

Cadangan devisa adalah penjumlahan transaksi modal dan ekspor neto atau dapat dikatakan cadangan devisa merupakan transaksi modal ditambah dengan ekspor neto, dalam rumus cadangan devisa dapat dilihat sebagai berikut:

CDVt = CDVt-1 + TBt + TMt

dimana:

CDVt` = Cadangan devisa saat ini CDVt-1 = Cadangan devisa sebelumnya TBt = Transaksi berjalan

TMt = Transaksi modal

Neraca pembayaran dibagi ke dalam dua laporan utama yaitu transaksi berjalan dan transaksi modal. Cakupan dari transaksi berjalan diantaranya barang dan jasa, pendapatan investasi (deviden, bunga, sewa, dan laba yang dibayarkan merupakan sumber devisa), dan pembayaran transfer neto. Sedangkan cakupan dari transaksi modal adalah apa yang tidak di catat di dalam transaksi berjalan, misalnya perdagangan sekuritas, perubahan aktiva dari negara tersebut (Case & Fair, 2004).

2.1.3 Konsep Ekspor Neto

Ekspor neto (net export) adalah nilai barang dan jasa yang diekspor ke negara lain dikurang nilai barang dan jasa yang di impor dari negara lain Mankiw (2006). Ekspor neto bernilai positif ketika nilai ekspor lebih besar dari nilai impor dan negatif ketika nilai impor lebih besar dari pada nilai ekspor. Ekspor neto menunjukkan pengeluaran neto dari luar negeri atas barang dan jasa, yang memberikan pendapatan bagi produsen domestik. Sebagian output dijual untuk domestik dan sebagian di ekspor ke luar negeri. Pada perekonomian terbuka pengeluaran atas output dibagi menjadi empat komponen, yaitu:


(34)

Cd, konsumsi barang dan jasa domestik, Id, Investasi dalam barang dan jasa domestik,

Gd, pembelian pemerintah atas barang dan jasa domestik, EX, ekspor barang dan jasa domestik.

Persamaan dari keempat komponen tersebut akan menjadi:

Y = Cd + Id + Gd + EX

Jumlah dari tiga komponen pertama (Cd + Id + Gd) adalah pengeluaran domestik atas barang dan jasa domestik. Komponen keempat EX adalah pengeluaran luar negeri atas barang dan jasa domestik.

Pengeluaran domestik atas seluruh barang dan jasa adalah jumlah pengeluaran domestik untuk barang dan jasa domestik serta barang dan jasa mancanegara. Konsumsi total C sama dengan konsumsi barang dan jasa domestik Cd ditambah konsumsi barang dan jasa mancanegara Cf; investasi total I sama dengan investasi dalam barang dan jasa domestik Id ditambah investasi dalam barang dan jasa mancanegara If; dan belanja pemerintah total G sama dengan belanja pemerintah atas barang dan jasa domestik Gd ditambah belanja pemerintah atas barang dan jasa mancanegara Gf, jadi

C = Cd + Cf,

I = Id + If, G = Gd + Gf

Jika disubstitusikan tiga persamaan tersebut kedalam persamaan diatas, maka Y = (C – Cf) + (I - If) + (G – Gf) + EX

Y = C + I + G + EX – (Cf + If + Gf)

Jumlah pengeluaran domestik atas barang dan jasa mancanegara (Cf + If + Gf) adalah pengeluaran untuk impor (IM). Identitas perhitungan pendapatan nasional di atas menjadi


(35)

Pengeluaran untuk impor dimasukkan dalam pengeluaran domestic (C + I + G), dan karena barang dan jasa yang diimpor dari luar negeri bukanlah bagian dari output suatu negara, maka persamaan ini harus dikurangi dengan pengeluaran untuk impor. Ekspor neto (net exports) didefinisikan sebagai ekspor dikurangi impor (NX = EX – IM), identitas tersebut menjadi

Y = C + I + G + NX

Persamaan itu menyatakan bahwa pengeluaran atas output domestik adalah jumlah dari konsumsi, investasi, belanja pemerintah, dan ekspor neto. Identitas perhitungan pendapatan nasional menujukkan hubungan antara output domestik, pengeluaran domestik, dan ekspor neto. Persamaan tersebut menjadi

NX = Y – (C + I + G)

Ekspor Neto = Output – Pengeluaran Domestik

Persamaan ini menunjukkan bahwa dalam perekonomian terbuka, pengeluaran domestik tidak perlu sama dengan output barang dan jasa. Jika output melebihi pengeluaran domestik, kita mengekspor perbedaan itu: ekspor neto adalah positif. Jika output lebih kecil dari pengeluaran domestik, kita mengimpor perbedaan itu: ekspor neto adalah negatif.

Selisih antara ekspor dan impor yang dilakukan merupakan ekspor neto bagi negara tersebut. Positifnya nilai ekspor neto berarti nilai ekspor lebih besar dari nilai impor dan negatif ketika nilai impor lebih besar daripada nilai ekspor. Ekspor neto menunjukkan hasil pertukaran dengan mitra luar terhadap barang dan jasa, yang memberikan pendapatan bagi produsen domestik. Negara yang mengalami kekurangan hasil output barang dan jasa, hal ini bukanlah masalah besar. Pengeluaran domestik dalam perekonomian terbuka tidak perlu sama dengan output barang dan jasa. Output yang akan ditukarkan melebihi pengeluaran domestik maka


(36)

ekspor neto mencapai nilai positif. Output yang akan ditukarkan lebih kecil dari pengeluaran domestik, artinya dilakukan impor untuk memenuhi kebutuhan tersebut sehingga nilai ekspor neto menjadi negatif (Mankiw, 2006).

Keberhasilan ekspor digunakan sebagai ukuran daya saing industri suatu negara dalam menghasilkan pertumbuhan perekonomian yang lebih baik. Ekspor mendorong ekonomi negara dengan cara peningkatan produktivitas akibat perluasan pasar. Hubungan pasar global baru dan besar membantu dalam melatih tenaga kerja guna meningkatkan kemampuan baik teknis dan manajemen. Peningkatan dalam penerimaan ekspor tentunya hal ini akan berimbas terhadap semakin meningkatnya penerimaan negara berupa devisa yang diperoleh dalam perdagangan.

2.1.4 Konsep Kurs

Nilai tukar di definisikan sebagai harga mata uang dalam negeri dari mata uang asing. Keseimbangan nilai tukar ditentukan oleh permintaan dan penawaran negara terhadap mata uang asing. Permintaan valuta asing berasal dari keinginan untuk mengimpor atau membeli barang dan jasa dari negara lain dan melakukan investasi di luar negeri. Penawaran valuta asing berasal dari ekspor atau penjualan barang dan jasa ke negara lain dan melalui arus masuk investasi asing (Dominick Salvatore, 2007).

Jika harga mata uang dalam negeri dari mata uang asing meningkat maka mata uang dalam negeri mengalami depresiasi, maka harga impornya naik dan harga ekspornya turun (dalam mata uang asing) turun. Sebaliknya penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing disebut dengan apresiasi.


(37)

Penentuan kurs valuta asing dapat dibedakan berdasarkan dua sistem yaitu kurs tetap dan kurs fleksibel Sadono Sukino (2012).

a) Kurs tetap merupakan sistem penentuan nilai mata uang asing dimana bank sentral menetapkan harga berbagai mata uang asing tersebut dan harga tersebut tidak diubah dalam jangka masa yang lama. Transaksi mata uang akan menggunakan kurs yang ditetapkan oleh bank sentral. Jual beli mata uang asing yang dilakukan lembaga-lembaga keuangan terutama bank perdagangan akan menggunakan kurs yang ditetapkan ini. Bank sentral memiliki peran dalam mengatur kestabilan kurs valuta asing secara aktif dengan menjalankan kegiatan jual beli mata uang asing di pasaran.

b) Kurs valuta asing fleksibel, harga valuta asing ditetapkan oleh permintaan dan penawaran valuta asing di pasaran. Penentuan kurs pertukaran dalam sistem ini bank sentral tidak perlu secara aktif menyertai jual beli valuta asing di pasaran. Fleksibilitas harga valuta asing akan menjamin tercapainya keadaan dimana permintaan valuta asing adalah sama dengan penawaran valuta asing.

(2)Nilai Tukar

Nilai tukar efektif (effective exchange rate) adalah bobot rata-rata nilai tukar antara mata uang dalam negeri dengan rekan dagang negara yang paling penting, dengan bobot diberikan melalui pengaruh relatif perdagangan negara dengan salah satu dari rekan dagangnya (Dominick Salvatore, 2014).

a) Nilai tukar mata uang nominal adalah perbandingan harga relatif dari mata uang antara dua negara. Istilah nilai tukar mata uang antara dua negara yang diberlakukan di pasar valuta asing adalah nilai tukar mata uang nominal ini.


(38)

b) Nilai tukar mata uang riil merupakan perbandingan harga relatif dari barang yang terdapat di dua negara. Nilai tukar mata uang riil menyatakan tingkat harga dimana kita bisa memperdagangkan barang dari satu negara dengan negara lain.

(3) Istilah-Istilah Dalam Nilai Tukar

a) Nilai tukar Spot. Jenis paling umum transaksi valuta asing melibatkan pembayaran dan penerimaan valuta asing selama dua hari bisnis setelah hari transaksinya disepakati. Periode dua hari memberikan waktu yang cukup bagi pihak tersebut untuk mengirim perintah debit dan kredit ke rekening bank yang sesusi di dalam dan di luar negeri. Jenis transaksi ini disebut transakasi spot, dan nilai tukar saat transaksi berlangsung disebut spot. Selain transaksi spot, terdapat transaksi forward. Transaksi forward melibatkan kesepakatan saat ini untuk membeli atau menjual sejumlah valuta asing tertentu pada tanggal yang ditentukan di masa datang dengan tingkat yang disetujui saat ini (forward). b) Nilai Tukar Forward, jika kurs forward di bawah kurs spot saat ini, valuta asing

dikatakan berada pada diskonto forward terhadap mata uang dalam negeri. Di lain pihak, jika kurs forward di atas kurs spot saat ini, mata uang asing dikatakan berada pada premi

forward.

c) Swap Mata Uang, mengacu pada penjualan kurs spot mata uang yang digabungkan dengan pembelian forward mata uang yang sama, sebagai bagian dari transaksi tunggal.

d) Future Valuta Asing, merupakan kontrak forward untuk sejumlah mata uang baku dan

waktu kalender terpilih yang diperdagangkan di pasar yang dikelola (valuta). Pasar future

berbeda dari pasar forward saat pasar future hanya sedikit mata uang yang diperdagangkan. Perdagangan terjadi pada kontrak baku saja, untuk beberapa waktu


(39)

pengiriman tertentu dan tunduk pada batasan harian fluktuasi nilai tukar. Perdagangan

future hanya terjadi di beberapa lokasi geografis.

e) Option valuta asing, merupakan kontrak yang memberikan pembeli hak, namun bukan

obligasi untuk membeli (call option) atau menjual (put option) sejumlah baku mata uang yang diperdagangkan pada waktu yang disebutkan atau pada waktu sebelum waktu disebutkan dan pada harga yang disebutkan.

(4) Lindung Nilai Dan Spekulasi Nilai Tukar

Lindung nilai mengacu pada penghindaran risiko valuta asing atau penutupan posisi terbuka. Di dunia ketidakpastian valuta asing, kemampuan pedagang dan investor untuk melakukan lindung nilai memudahkan arus perdagangan dan investasi intenasional. Tanpa lindung nilai akan terdapat arus modal internasional yang lebih kecil, lebih sedikitnya perdagangan dan spesialisasi produksi, dan semakin sedikitnya manfaat dari perdagangan. Penutupan risiko valuta asing di pasar spot memiliki kerugian yang sangat serius. Untuk menghindari kerugian kurs spot dalam waktu yang ditentukan lebih tinggi dari kurs spot saat ini, lindung nilai biasanya berlangsung di pasar forward (Dominick Salvatore, 2014).

Spekulasi merupakan kebalikan dari lindung nilai. Sementara pelaku lindung nilai mencoba untuk menutup risiko valuta asing, spekulan menerima dan bahkan mencari-cari risiko valuta asing, atau posisi terbuka demi harapan untuk menghasilkan keuntungan. Jika spekulan meramalkan dengan tepat perubahan kurs spot di masa datang, ia menghasilkan keuntungan. Jika sebaliknya ia menanggung kerugian. Spekulasi dapat menstabilkan atau tidak dapat menstabilkan. Spekulasi stabil mengacu pada pembelian mata uang asing ketika harga dalam negeri mata uang asing (yakni nilai tukar) menurun atau rendah, dengan harapan bahwa akan segera meningkat sehingga menghasilkan keuntungan. Spekulasi tidak stabil mengacu pada


(40)

penjualan mata uang asing ketika nilai tukarnya menurun atau rendah dengan harapan bahwa akan menurun bahkan lebih rendah di masa datang (Dominick Salvatore, 2014).

Spekulan biasanya merupakan seseorang atau perusahaan yang kaya, bukan bank. Akan tetapi seseorang yang harus melakukan pembayaran dalam mata uang asing di masa datang dapat berspekulasi dengan mempercepat pembayaran jika ia memperkirakan nilai tukarnya meningkat dan membatalkannya jika ia memperkirakan nilai tukarnya turun, ketika seseorang yang harus menerima pembayaran di masa datang dalam mata uang asing dapat berspekulasi dengan menggunakan taktik terbalik.

(5) Stabilisasi Nilai Tukar

Bank sentral dalam suatu negara tertentu berperan melakukan stabilisasi nilai kurs. Tujuan stabilisasi pada umumnya untuk mempengaruhi harga dari mata uangnya dibandingkan dengan perdagangan valuta utama (mayor) atau sebuah negara yang melakukan kurs tetap (fixed) terhadap mata uang negara lain. Intervensi dilakukan jika terjadi gejolak di pasar kurs valuta asing. Intervensi di pasar valuta asing bertujuan menjaga agar nilai tukar tetap stabil. Campur tangan atau intervensi adalah proses menggunakan cadangan valuta asing untuk membeli mata uang milikinya sendiri dalam rangka mengurangi persediannya di dalam pasar sehingga dapat meningkatkan nilai mata uang tersebut di dalam pasar atau, hal sebaliknya, menjual mata uangnya untuk mendapatkan mata uang negara lain dalam rangka meningkatkan persediaan dan menurunkan harga mata uangnya di dalam pasar.

Kegiatan mengontrol nilai tukar mata uang di Indonesia merupakan tugas dan wewenang dari Bank Indonesia. Tingkat pengawasan yang dilakukan pemerintah terhadap mata uangnya


(41)

berbeda-beda untuk setiap negara. Menurut Domonick Salvatore (2014) alasan bank sentral dalam mengatur nilai tukar secara umum disebabkan oleh alasan berikut

(a) Menghindari fluktuasi nilai tukar untuk menjaga siklus ekonomi dalam negeri tetap stabil. Jika pergerakan mata uang menurut bank sentral akan mempengaruhi perekonomian dalam negeri. Untuk mengurangi dampak fluktuasi tesebut, bank sentral melakukan tindakan atau usaha untuk mengurangi resiko fluktuasi yang dapat menyebabkan nilai mata uang jatuh. (b) Menjaga nilai tukar tetap pada rentang kendali. Bank sentral menetapkan rentang kendali

nilai tukarnya dilakukan untuk mempertahankan pergerakan nilai tukar. Jika nilai tukar menyimpang dari rentang kendali yang ditetapkan baik formal maupun tidak formal maka bank sentral akan melakukan intervensi terhadap nilai tukar.

(c) Mengatasi tekanan atau guncangan sementara sehingga dapat bertahan di dalam tekanan yang tidak pasti.

(6) Intervensi Nilai Tukar

Intervensi dalam nilai tukar dibedakan menjadi dua, yaitu intervensi langsung dan intervensi tidak langsung.

(a) Intervensi langsung, Jika bank sentral ingin melakukan penurunan nilai tukar terhadap mata uang (depresiasi) negara lain dengan campur tangan maka bank sentral melakukan intervensi dengan cara menukar cadangan rupiah yang dimilikinya dengan valuta asing. Nilai tukar rupiah yang meningkat maka nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain akan mengalami penurunan. Jika bank sentral ingin melakukan peningkatan nilai tukar rupiah terhadap mata uang (apresiasi), maka untuk menarik rupiah dari pasar bank sentral akan menjual atau menukarkan valuta asing yang dimilikinya. Nilai tukar dapat


(42)

digunakan pemerintah untuk mencapai tujuan ekonomi yang diinginkannya. Ketika pemerintah ingin meningkatkan kondisi perekonomiannya maka pemerintah dapat menggunakan pasar valuta asing untuk memperkuat atau memperlemah nilai tukar mata uangnya. Nilai tukar yang lemah dapat meningkatkan ekspor tetapi dapat menurunkan impor. Jika nilai tukar menguat maka nilai ekspor akan menurun dan impor meningkat. Jika kebutuhan dalam negeri di dominasi dari impor, maka nilai tukar yang melemah dapat menyebabkan inflasi bagi negara tersebut. Inflasi akan menurun jika mata uang negara tersebut menguat.

(b) Intervensi Tidak Langsung, Bank Sentral juga bisa memepengaruhi nilai tukar secara tidak langsung dengan cara mengelola faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap nilai tukar. Perubahan kurs suatu valuta asing dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti presentase perubahan kurs spot, perubahan diferensial inflasi Rupiah Indonesia dengan inflasi negara asing, perubahan diferensial antara tingkat suku bunga Indonesia dengan suku bunga negara asing, perubahan diferensial antara tingkat pendapatan Indonesia dengan tingkat pendapatan negara asing, perubahan pada pengendalian pemerintah, dan perubahan prediksi kurs nilai tukar masa depan.

2.1.5 Penanaman Modal Asing

Investasi asing langsung merupakan faktor utama siklus investasi suatu negara tertentu dan mereka memiliki banyak efek langsung dan tidak langsung terhadap pertumbuhan dan stabilitas seluruh perekonomian. Penanaman modal asing merupakan stimulus utama dalam pertumbuhan modal domestik bruto, cadangan devisa dan infrastruktur. Selain itu modal asing yang masuk memberikan dampak positif melalui transfer teknologi. Investasi asing juga dapat sebagai alat


(43)

keseimbangan dalam neraca pembayaran. Modal asing yang masuk memberikan dampak positif dari waktu ke waktu terhadap pertumbuhan ekonomi secara dinamis (Sun Wankei et al, 2009).

Menurut Mankiw (2007) investasi adalah barang dibeli individu dan perusahaan untuk menambah persediaan modal. Investasi di Indonesia dibagi menjadi dua jenis, yaitu Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah penggunaan kekayaan alam masyarakat Indonesia oleh negara maupun swasta nasional atau swasta asing berdomisili di Indonesia dan Penanaman Modal Asing merupakan aliran arus modal luar negeri mengalir ke sektor swasta baik melalui investasi langsung (direct investment) maupun investasi tidak langsung (portofolio investment).

Modal adalah aset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang yang dimiliki oleh penanam modal yang mempunyai nilai ekonomis. Sedangkan modal asing merupakan modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing. Menurut Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal juga dijelaskan bahwa penanaman modal asing merupakan kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanaman modal dalam negeri.

Investasi asing yang masuk digunakan sebagai modal dalam pembangungan ekonomi. Selain itu investasi asing yang masuk dapat mempengaruhi penerimaan devisa negara melalui nilai valuta asing yang bertambah untuk pembelian barang produksi (Rifai Afin, 2008).


(44)

Indonesia sebagai negara berkembang tentunya sangat memerlukan investasi demi tercapainya pertumbuhan ekonomi. Jika dapat dikelola dengan baik, maka investasi asing tidak akan menimbulkan masalah tetapi sebaliknya memberikan keuntungan.

(a) Teori Neo Klasik, dalam teori yang dikembangkan oleh Sollow menjelaskan bahwa investasi merupakan penggerak utama dalam pertumbuhan jika tabungan domestik tidak mencukupi kebutuhan dalam negeri dalam mengembangkan perekonomiannya. Investasi asing diharapkan dapat mancukupi dan mengisi kekosongan persediaan tabungan dalam negeri, cadangan devisa, penerimaan pemerintah dan transfer

teknologi untuk mencapai target-target pertumbuhan dan pembangunan.

(b) Teori Harrod-Domar, dalam teori dijelaskan bahwa modal yang dikeluarkan memberikan peran dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Teori ini memandang bahwa pembentukan modal merupakan pengeluaran yang akan membantu meningkatkan kemampuan perekonomian dalam menghasilkan output baik barang maupun jasa, dan investasi juga dapat berperan dalam menambah permintaan efektif seluruh masyarakat.

(2) Tujuan Penanaman Modal

Investasi merupakan faktor pendukung dalam perekonomian terutama untuk negara berkembang. Adapun tujuan penyelenggaraan penanaman modal

(a) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional (b) Menciptakan lapangan kerja

(c) Meningkatkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan (d) Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional (e) Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional


(45)

(f) Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan

(g) Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri

(h) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (3) Pro dan Kontra Penanaman Modal Asing

Ada pihak yang setuju dan tidak setuju dengan datangnya investasi asing. Hal ini dikarenakan, investasi asing yang memiliki sifat hot money yang dapat datang dan pergi sesuai dengan keadaan ekonomi pada saat itu. Terutama dengan meningkatnya pertambahan valuta asing yang didapatkan dari penjualan maupun pembelian aset. Sehingga bertambahnya valuta asing menyebabkan cadangan devisa berupa valuta asing bertambah.

Memperbaiki efisiensi perekonomian diperlukan keterbukaan perekonomian. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pemanfaatan terhadap tenaga kerja dan modal yang tersedia sehingga mampu meningkatkan efisiensi produksi nasional. Menurut Rifai Afin (2008) Investasi asing, perdagangan internasional, dan perkembangan pasar keungan dapat memperbaiki perekonomian suatu negara sehingga inefisiensi dapat diminimalisir dan memperbaiki efisien perekonomian. Investasi asing memberikan peran dalam perekonomian mengingat tabungan domestik tidak mencukupi kebutuhan investasi. Namun pemerintah perlu memperhatikan pajak investasinya, infrastruktur, kemudahan dalam prosedur perijinan, dan peraturan yang mendukung demi terciptanya iklim investasi dan mendapatkan keuntungan dari multiplier efek investasi yang masuk.

Berbeda halnya yang dinyatakan oleh Iwan Nataliputra (2015) bahwa negara yang memiliki modal asing terlalu besar dan bergantung pada modal asing, maka negara tersebut


(46)

rentan terjadi gangguan perekonomian lewat penarikan saham asing besar-besaran yang dapat mengganggu stabilitas mata uang. Walaupun investasi merupakan hal penting dalam perekonomian, namun pembatasan terhadap masuknya investasi asing dilakukan pembatasan dalam kepemilikan saham asing (Iwan Nataliputra, 2015).

Modal asing yang masuk ke dalam negeri dapat sebagai pendukung dalam memasuki pasar dunia. Namun jika tidak diawasi dengan tepat menimbulkan ketergantungan pemerintah dalam negeri yang jika dibiarkan dapat membahayakan. Hal ini tidak akan buruk jika penanaman modal asing sejalan dengan kepentingan untuk membangun perekonomian dan kesejahteraan sosial ekonomi. Diperlukan pengawasan terhadap maksud dan tujuan masuknya modal asing ke dalam negeri. Sehingga akan meredakan rasa khawatir terhadap masuknya modal asing, karena modal asing masih sangat diperlukan terutama untuk negara berkembang (Hertiana Ikasari, 2012).

(4) Hal-hal yang dipertimbangkan investor dalam berinvestasi

Perusahaan akan mempertimbangkan keadaan pasar negara tersebut dan melihat resiko yang akan terjadi. Selain itu menurut Resmini Laura (2012) ketersedian tenaga kerja murah akan mendorong masuknya investasi asing ke dalam negeri. Investasi asing merupakan modal pembangungan bagi negara yang kekurangan modal. Positifnya investasi yang masuk ke daerah adalah terbukanya lapangan pekerjaan, peningkatan terhadap produk domestik bruto, efek menguntungkan pada neraca pembayaran dan banyak dampak positif lainnya bagi perekonomian negara.Analisis akan dilakukan investor sebelum memasuki negara tertentu.

2.1.6 Krisis Global

Menurut Faisal Basri (2007) krisis merupakan konsekuensi dari strategi pembangunan yang diterapkan pemerintah dengan melawan logika pasar. Negara yang tidak memiliki


(47)

kemampuan daya saing dalam menghadapi perekonomian terbuka akan menyebabkan inefisiensi pasar. Perlindungan berlebihan terhadap sektor industri dari persaingan luar akan menyebabkan industri tersebut tidak mampu melakukan efisiensi produksi. Selanjutnya yang terjadi adalah pasar tidak berputar sebagaimana mestinya saat terjadi perekonomian terbuka.

Menurut Adiwarman Karim (2007) krisis merupakan bubble ekonomi yang diakibatkan dari pertumbuhan sektor finansial yang terlalu cepat tetapi tidak diikuti dengan perkembangan sektor riil. Dampak dari penggelembungan atau bubble ekonomi ini tergantung dari daya tahan perekonomian sebuah negara. Jika ketidakseimbangan antara sektor finansial dan sektor riil besar maka daya tahan negara tersebut di dalam menghadapi krisis akan semakin besar.

Setelah Indonesia diguncang dua kali krisis moneter pada tahun 1997-1998 yang berujung pada tidak hanya krisis moneter tetapi juga krisis sosisal dan politik, dan terulang kembali pada tahun 2008 yang diakibatkan dari jatuhnya nilai properti Amerika. Eko Supriyanto (2007) mengungkapkan ada lima hal perlu diwaspadai sebagai kerawanan krisis:

1) Kemampuan cadangan devisa untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dan defisit neraca berjalan serta melindungi nilai tukar dan tentu utang luar negeri.

2) Ketidakseimbangan antara sektor fiskal dan moneter.

3) Penururnan sektor perbankan dalam memberikan kredit sehingga berdampak terhadap pergerakan sektor riil dan pertumbuhan ekonomi.

4) Peminjaman valuta asing dalam jumlah besar yang tidak di imbangi dengan kemampuan menciptakan profit sehingga mengakibatkan kegagalan dalam pembayaran.

5) Ketidakseimbangan sosial politik. Ketidakseimbangan sosial politik menjadi kunci penting dari jendela krisis. Bila pertikaian politik dan kerusuhan terjadi serta tidak bisa dikendalikan, tekanan sosial ini akan merembet ke masalah ekonomi. Krisis bisa saja


(48)

muncul kapan saja dan faktor kestabilan sosial dan politik ini menempati posisi yang sangat penting.

Krisis yang baru saja di hadapi Indonesia adalah krisis keuangan global. Krisis ini berawal dari kesalahan perhitungan dalam pemberian kredit properti di Amerika Serikat yang berakhir kegagalan pembayaran dalam jumlah besar. Kegagalan dalam kredit properti berujung pada harga saham global yang merosot. Hal ini terdampak pada melemahnya nilai tukar dollar Amerika Serikat hingga US$ 1,4967 terhadap Euro. Kegagalan properti juga berdampak terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi Amerika. Di khawatirkan bahwa krisis keuangan global memberikan pengaruh terhadap perekonomian dalam negeri. Hal ini dikarenakan negara Amerika merupakan tujuan ekspor. Walaupun fondasi perekonomian Indonesia sudah mulai menguat dan di tambah dengan pengalaman Indonesia dalam menghadapi krisis moneter pada 1997-1998.

Terjadi perbedaan gejolak ekonomi di tahun 1998 dengan 2008. Walaupun krisis pada tahun tersebut sama-sama dipengaruhi oleh gejolak ekonomi eksternal. Menurut Eko Supriyanto (2007) krisis 1998 yang menyebabkan Bank Indonesia melakukan intervensi besar-besaran terhadap nilai tukar rupiah, disebabkan oleh tidak adanya statistik yang lengkap dari jumlah utang luar negeri membuat keadaan semakin panik. Selain itu, kondisi perbankan pada saat itu tidak kuat. Sedangkan saat krisis ekonomi kembali menghantam di 2008, ini dikenal sebagai krisis subprime mortgage di Amerika Serikat. Di mana kredit perumahan di AS diberikan kepada debitur-debitur yang memiliki portofolio kredit yang buruk. Walaupun krisis ini terjadi di negara lain, namun krisis ini berimbas terhadap perekonomian dalam negeri. Efek dari krisis ini terhadap perekonomian internal adalah adanya outflow terhadap investasi asing. Setelah berpengalaman terhadap krisis yang dialami tahun 1998, tahun 2008 sudah terjadi peningkatan


(49)

kinerja perbankan Indonesia. Karena pada tahun 1998, fundamental perbankan dalam negeri tidak terlalu kokoh seperti saat ini.

Krisis dapat menyebabkan perekonomian menurun. Menurut Lepi Tarmidi (1999) jika negara mengalami krisis maupun imbas krisis hal ini akan berpengaruh terhadap rasa kepercayaan investor terhadap negara tersebut dalam menanamkan modalnya. Pada akhirnya penerimaan investasi akan berkurang dan menyebabkan negara kekurangan modal dalam melakukan pembangunan ekonomi. Selain itu krisis dapat menyebabkan kegiatan ekspor menurun dan menyebabkan pemasukan devisa berkurang.

Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian sebelumnya maka model penelitian dapat digambakan sebagai berikut ini:

Gambar 3.1

Kerangka Konsep Penelitian

Sebelum Krisis Global 2008 Sesudah Krisis Global 2008 Sumber: Ragil Wijaya, 2011

Ekspor neto (X1)

Kurs (X2)

PMA (X3)

Cadangan Devisa (Y,X4)

Ekspor Neto (X1)

Kurs (X2)

PMA (X3) Dummy Krisis (Y1)


(50)

Keterangan: Hipotesis 1

Hipotesis 2 Hipotesis 3

2.2 Rumusan Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka dan penelitian sebelumnya dapat dirumuskan rumusan hipotesis sebagai berikut:

1) Diduga bahwa ekspor neto, kurs dollar Amerika, dan PMA secara parsial berpengaruh signifikan dan positif terhadap cadangan devisa

2) Diduga bahwa ekspor neto, kurs dollar Amerika, dan PMA secara simultan berpengaruh signifikan dan positif terhadap cadangan devisa.

3) Diduga bahwa terdapat perbedaan keadaan ekspor neto, kurs dollar Amerika, PMA, dan cadangan devisa Indonesia sebelum dan sesudah krisis global 2008.


(1)

(f) Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan

(g) Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri

(h) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (3) Pro dan Kontra Penanaman Modal Asing

Ada pihak yang setuju dan tidak setuju dengan datangnya investasi asing. Hal ini dikarenakan, investasi asing yang memiliki sifat hot money yang dapat datang dan pergi sesuai dengan keadaan ekonomi pada saat itu. Terutama dengan meningkatnya pertambahan valuta asing yang didapatkan dari penjualan maupun pembelian aset. Sehingga bertambahnya valuta asing menyebabkan cadangan devisa berupa valuta asing bertambah.

Memperbaiki efisiensi perekonomian diperlukan keterbukaan perekonomian. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pemanfaatan terhadap tenaga kerja dan modal yang tersedia sehingga mampu meningkatkan efisiensi produksi nasional. Menurut Rifai Afin (2008) Investasi asing, perdagangan internasional, dan perkembangan pasar keungan dapat memperbaiki perekonomian suatu negara sehingga inefisiensi dapat diminimalisir dan memperbaiki efisien perekonomian. Investasi asing memberikan peran dalam perekonomian mengingat tabungan domestik tidak mencukupi kebutuhan investasi. Namun pemerintah perlu memperhatikan pajak investasinya, infrastruktur, kemudahan dalam prosedur perijinan, dan peraturan yang mendukung demi terciptanya iklim investasi dan mendapatkan keuntungan dari multiplier efek investasi yang masuk.

Berbeda halnya yang dinyatakan oleh Iwan Nataliputra (2015) bahwa negara yang memiliki modal asing terlalu besar dan bergantung pada modal asing, maka negara tersebut


(2)

rentan terjadi gangguan perekonomian lewat penarikan saham asing besar-besaran yang dapat mengganggu stabilitas mata uang. Walaupun investasi merupakan hal penting dalam perekonomian, namun pembatasan terhadap masuknya investasi asing dilakukan pembatasan dalam kepemilikan saham asing (Iwan Nataliputra, 2015).

Modal asing yang masuk ke dalam negeri dapat sebagai pendukung dalam memasuki pasar dunia. Namun jika tidak diawasi dengan tepat menimbulkan ketergantungan pemerintah dalam negeri yang jika dibiarkan dapat membahayakan. Hal ini tidak akan buruk jika penanaman modal asing sejalan dengan kepentingan untuk membangun perekonomian dan kesejahteraan sosial ekonomi. Diperlukan pengawasan terhadap maksud dan tujuan masuknya modal asing ke dalam negeri. Sehingga akan meredakan rasa khawatir terhadap masuknya modal asing, karena modal asing masih sangat diperlukan terutama untuk negara berkembang (Hertiana Ikasari, 2012).

(4) Hal-hal yang dipertimbangkan investor dalam berinvestasi

Perusahaan akan mempertimbangkan keadaan pasar negara tersebut dan melihat resiko yang akan terjadi. Selain itu menurut Resmini Laura (2012) ketersedian tenaga kerja murah akan mendorong masuknya investasi asing ke dalam negeri. Investasi asing merupakan modal pembangungan bagi negara yang kekurangan modal. Positifnya investasi yang masuk ke daerah adalah terbukanya lapangan pekerjaan, peningkatan terhadap produk domestik bruto, efek menguntungkan pada neraca pembayaran dan banyak dampak positif lainnya bagi perekonomian negara. Analisis akan dilakukan investor sebelum memasuki negara tertentu.

2.1.6 Krisis Global

Menurut Faisal Basri (2007) krisis merupakan konsekuensi dari strategi pembangunan yang diterapkan pemerintah dengan melawan logika pasar. Negara yang tidak memiliki


(3)

kemampuan daya saing dalam menghadapi perekonomian terbuka akan menyebabkan inefisiensi pasar. Perlindungan berlebihan terhadap sektor industri dari persaingan luar akan menyebabkan industri tersebut tidak mampu melakukan efisiensi produksi. Selanjutnya yang terjadi adalah pasar tidak berputar sebagaimana mestinya saat terjadi perekonomian terbuka.

Menurut Adiwarman Karim (2007) krisis merupakan bubble ekonomi yang diakibatkan dari pertumbuhan sektor finansial yang terlalu cepat tetapi tidak diikuti dengan perkembangan sektor riil. Dampak dari penggelembungan atau bubble ekonomi ini tergantung dari daya tahan perekonomian sebuah negara. Jika ketidakseimbangan antara sektor finansial dan sektor riil besar maka daya tahan negara tersebut di dalam menghadapi krisis akan semakin besar.

Setelah Indonesia diguncang dua kali krisis moneter pada tahun 1997-1998 yang berujung pada tidak hanya krisis moneter tetapi juga krisis sosisal dan politik, dan terulang kembali pada tahun 2008 yang diakibatkan dari jatuhnya nilai properti Amerika. Eko Supriyanto (2007) mengungkapkan ada lima hal perlu diwaspadai sebagai kerawanan krisis:

1) Kemampuan cadangan devisa untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dan defisit neraca berjalan serta melindungi nilai tukar dan tentu utang luar negeri.

2) Ketidakseimbangan antara sektor fiskal dan moneter.

3) Penururnan sektor perbankan dalam memberikan kredit sehingga berdampak terhadap pergerakan sektor riil dan pertumbuhan ekonomi.

4) Peminjaman valuta asing dalam jumlah besar yang tidak di imbangi dengan kemampuan menciptakan profit sehingga mengakibatkan kegagalan dalam pembayaran.

5) Ketidakseimbangan sosial politik. Ketidakseimbangan sosial politik menjadi kunci penting dari jendela krisis. Bila pertikaian politik dan kerusuhan terjadi serta tidak bisa dikendalikan, tekanan sosial ini akan merembet ke masalah ekonomi. Krisis bisa saja


(4)

muncul kapan saja dan faktor kestabilan sosial dan politik ini menempati posisi yang sangat penting.

Krisis yang baru saja di hadapi Indonesia adalah krisis keuangan global. Krisis ini berawal dari kesalahan perhitungan dalam pemberian kredit properti di Amerika Serikat yang berakhir kegagalan pembayaran dalam jumlah besar. Kegagalan dalam kredit properti berujung pada harga saham global yang merosot. Hal ini terdampak pada melemahnya nilai tukar dollar Amerika Serikat hingga US$ 1,4967 terhadap Euro. Kegagalan properti juga berdampak terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi Amerika. Di khawatirkan bahwa krisis keuangan global memberikan pengaruh terhadap perekonomian dalam negeri. Hal ini dikarenakan negara Amerika merupakan tujuan ekspor. Walaupun fondasi perekonomian Indonesia sudah mulai menguat dan di tambah dengan pengalaman Indonesia dalam menghadapi krisis moneter pada 1997-1998.

Terjadi perbedaan gejolak ekonomi di tahun 1998 dengan 2008. Walaupun krisis pada tahun tersebut sama-sama dipengaruhi oleh gejolak ekonomi eksternal. Menurut Eko Supriyanto (2007) krisis 1998 yang menyebabkan Bank Indonesia melakukan intervensi besar-besaran terhadap nilai tukar rupiah, disebabkan oleh tidak adanya statistik yang lengkap dari jumlah utang luar negeri membuat keadaan semakin panik. Selain itu, kondisi perbankan pada saat itu tidak kuat. Sedangkan saat krisis ekonomi kembali menghantam di 2008, ini dikenal sebagai krisis subprime mortgage di Amerika Serikat. Di mana kredit perumahan di AS diberikan kepada debitur-debitur yang memiliki portofolio kredit yang buruk. Walaupun krisis ini terjadi di negara lain, namun krisis ini berimbas terhadap perekonomian dalam negeri. Efek dari krisis ini terhadap perekonomian internal adalah adanya outflow terhadap investasi asing. Setelah berpengalaman terhadap krisis yang dialami tahun 1998, tahun 2008 sudah terjadi peningkatan


(5)

kinerja perbankan Indonesia. Karena pada tahun 1998, fundamental perbankan dalam negeri tidak terlalu kokoh seperti saat ini.

Krisis dapat menyebabkan perekonomian menurun. Menurut Lepi Tarmidi (1999) jika negara mengalami krisis maupun imbas krisis hal ini akan berpengaruh terhadap rasa kepercayaan investor terhadap negara tersebut dalam menanamkan modalnya. Pada akhirnya penerimaan investasi akan berkurang dan menyebabkan negara kekurangan modal dalam melakukan pembangunan ekonomi. Selain itu krisis dapat menyebabkan kegiatan ekspor menurun dan menyebabkan pemasukan devisa berkurang.

Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian sebelumnya maka model penelitian dapat digambakan sebagai berikut ini:

Gambar 3.1

Kerangka Konsep Penelitian

Sebelum Krisis Global 2008 Sesudah Krisis Global 2008 Sumber: Ragil Wijaya, 2011

Ekspor neto (X1)

Kurs (X2)

PMA (X3)

Cadangan Devisa (Y,X4)

Ekspor Neto (X1)

Kurs (X2)

PMA (X3) Dummy Krisis (Y1)


(6)

Keterangan: Hipotesis 1

Hipotesis 2 Hipotesis 3

2.2 Rumusan Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka dan penelitian sebelumnya dapat dirumuskan rumusan hipotesis sebagai berikut:

1) Diduga bahwa ekspor neto, kurs dollar Amerika, dan PMA secara parsial berpengaruh signifikan dan positif terhadap cadangan devisa

2) Diduga bahwa ekspor neto, kurs dollar Amerika, dan PMA secara simultan berpengaruh signifikan dan positif terhadap cadangan devisa.

3) Diduga bahwa terdapat perbedaan keadaan ekspor neto, kurs dollar Amerika, PMA, dan cadangan devisa Indonesia sebelum dan sesudah krisis global 2008.


Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA SBI, NILAI KURS RUPIAH DAN CADANGAN DEVISA TERHADAP Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai Kurs Rrupiah, Dan Cadangan Devisa Terhadap Pelarian Modal Di Indonesia Sebelum Dan Sesudah Krisis P

0 1 7

PENDAHULUAN Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai Kurs Rrupiah, Dan Cadangan Devisa Terhadap Pelarian Modal Di Indonesia Sebelum Dan Sesudah Krisis Periode 1992.1-2004.4.

0 1 11

ANALISIS PENGARUH CADANGAN DEVISA, INVESTASI, KURS, EKSPOR, DAN INFLASI TERHADAP IMPOR BARANG MODAL DI INDONESIA Analisis pengaruh Cadangan devisa, Investasi, Kurs, Ekspor dan Inflasi terhadap Impor barang modal di Indonesia tahun 1979-2004.

2 10 16

Pengaruh Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kurs Dollar Amerika dan Ekspor Indonesia.

0 5 11

PENGARUH CADANGAN DEVISA, PDB DAN KURS DOLLAR AMERIKA SERIKAT TERHADAP IMPOR BAHAN BAKU INDUSTRI DI INDONESIA.

0 1 17

Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri, Inflasi dan Kurs Dollar Amerika Terhadap Nilai Ekspor Non Migas Jawa Tengah Tahun 1985-2009.

0 0 2

ANALISIS PENGARUH KURS DOLLAR AMERIKA SERIKAT, INFLASI DAN PENANAMAN MODAL ASING TERHADAP NILAI EKSPOR MAKANAN DAN MINUMAN DI INDONESIA.

2 6 24

ANALISIS PENGARUH EKSPOR DAN PENANAMAN MODAL ASING TERHADAP TINGKAT INFLASI DI INDONESIA MELALUI TINGKAT KURS PERIODE 1997 - 2016

0 0 12

Analisis Fluktuasi Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Periode Januari 2005 – Juni 2010.

0 1 99

Pengaruh UMP, Ekspor, dan Kurs Dollar Terhadap Investasi Asing Langsung di Indonesia Periode 2007-2012

0 0 8