Pengaruh Pelatihan Making Vocational Planning Untuk Meningkatkan Eksplorasi dan Komitmen Dalam Memilih Jurusan di Perguruan Tinggi:Suatu Uji Coba Modul Pelatihan Mengenai Status Identitas Bidang Vokasional Pada Siswa-siswi SMA Kelas XI di SMA 'X' Bandung.

(1)

iv

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan uji coba modul pelatihan Making Vocational Planning untuk meningkatkan eksplorasi dan komitmen siswa-siswi SMA kelas XI dalam memilih jurusan di perguruan tinggi. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi experimental, dengan rancangan pretest-posttest, control group design (Graziano & Laurin, 2000). Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini terdiri dari tujuh belas orang subyek dalam kelompok kontrol yang tidak mendapatkan pelatihan, dan tujuh belas orang subyek dalam kelompok eksperimen yang kemudian diberikan pelatihan Making Vocational Planning.

Untuk mengukur dimensi eksplorasi dan dimensi komitmen, digunakan kuesioner eksplorasi dan komitmen yang dibuat oleh peneliti berdasarkan teori dari Marcia (1993). Kuesioner terdiri dari 24 item eksplorasi dan 32 item komitmen. Validitas item berkisar antara 0.325-0.682 dan reliabilitas kuesioner eksplorasi sebesar 0.857, dan komitmen sebesar 0.900.

Hasil pengujian statistik menggunakan Wilcoxon macth pairs test, menunjukan terdapat peningkatan signifikan pada kelompok eksperimen pada dimensi ekplorasi dan dimensi komitmen antara sebelum dan sesudah mendapatkan pelatihan Making Vocational Planning. Didapatkan nilai asymptotic significance sebesar 0.000 dan Z= -3.624 untuk dimensi eksplorasi dan dimensi komitmen. Berdasarkan evaluasi level reaksi, Pelatihan Making Vocational Planning mendapatkan reaksi positif dari peserta, mayoritas peserta memberikan tanggapan bahwa materi pelatihan jelas dan mudah dipahami, bermanfaat, dapat diaplikasikan dan menarik.

Kesimpulan penelitian ini adalah modul pelatihan Making Vocational Planning dapat digunakan untuk meningkatkan dimensi eksplorasi dan dimensi komitmen siswa-siswi SMA kelas XI dalam memilih jurusan di perguruan tinggi.

Kata kunci : Eksplorasi, Komitmen, Vokasional, Pemilihan jurusan di perguruan tinggi, Pelatihan Making Vocational Planning.


(2)

v

ABSTRACT

This study is a pilot training module Making Vocational Planning to improve exploration and commitment of XI grade high school students in choosing majors in college. The study was used a quasi -experimental, pretest - posttest with control group design (Graziano & Laurin , 2000). Samples in this study consisted of seventeen subjects in the control group who did not receive training, and seventeen subjects in the experimental group were then given training Making Vocational Planning.

To measure the dimensions of exploration and commitment, used questionnaires instrument exploration and commitments made by the researcher based on the theory of Marcia (1993). The questionnaire consists of 24 exploration items and 32 commitments items. The validity of the items ranged between 0.325-0.682. The reliability of the questionnaire was obtained 0.857 for exploration and commitment questionnaire was 0.900.

Statistical tests using the Wilcoxon pairs test match with SPSS 20, revealed that there is significant improvement in the experimental group on the dimensions of exploration and dimensions of commitment between before and after training Making Vocational Planning. Obtained asymptotic significance value of 0.000 and Z = -3.624 for the dimensions of exploration and commitment dimensions.Based on the evaluation results of the reaction, Making Vocational Planning Training generally get a positive reaction from the participants, the majority of participants responded that the content of training is clear and easy to understand, useful, applicable and interesting.

The conclusion of this study is Making Vocational Planning Training module can be used to increase the dimensions of exploration and commitment dimensions of XI grade high school students in choosing majors in college.

Key words : Exploration, Commitment, Vocational, Choosing majors in college, Making Vocational Planning Training


(3)

xii

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Lembar Pengesahan i

Lembar Pernyataan Orisinalitas Laporan Penelitian ii Lembar Pernyataan Publikasi Laporan Penelitian iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi xii

Daftar Bagan xvii

Daftar Tabel xviii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 10

1.3.1 Maksud Penelitian 10

1.3.2 Tujuan Penelitian 10

1.4 Kegunaan Penelitian 11

1.4.1 Kegunaan Ilmiah 11

1.4.2 Kegunaan Praktis 11


(4)

xiii

BAB II TINJAUAN TEORETIS

2.1 Kajian Teoretis 13

2.1.1 Identitas Diri 14

2.1.2 Pengertian Identitas 16

2.1.3 Perlunya Identitas 18

2.1.4 Pembentukan Identitas 21

2.1.4.1 Eksplorasi 23

2.1.4.2 Komitmen 29

2.1.5 Status Identitas 35

2.1.5.1 Status Identity Diffusion 36 2.1.5.2 Status Identity Foreclosure 36 2.1.5.3 Status Identity Moratorium 36 2.1.5.4 Status Identity Achievement 37 2.1.6 Teori Perkembangan Remaja 37 2.1.6.1 Batasan dan Ciri-ciri Remaja 37 2.1.6.2 Tugas-tugas Perkembangan pada Masa Remaja 39 2.1.7 Pelatihan sebagai Metode Belajar 42 2.1.7.1 Pengertian Pelatihan 42

2.1.7.2 Area Pembelajaran 42

2.1.7.3 Merancang Program Pelatihan 46 2.1.7.4 Metode Pelaksanaan Pelatihan 46 2.1.7.4.1 Metode Ceramah 47


(5)

xiv

2.1.7.4.2 Metode Experiential Learning 49

2.1.7.5 Instruktur 53

2.1.8 Evaluasi Program 54

2.1.8.1 Alasan Melakukan Evaluasi Program 54 2.1.8.2 Tujuan Evaluasi Program 55 2.1.8.3 Evaluasi Program menurut Kirkpatrick 56

2.2 Kerangka Pemikiran 61

2.3 Asumsi Penelitian 75

2.4 Hipotesis Penelitian 75

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian ... 77

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 78

3.2.1 Variabel Penelitian ... 78

3.2.2 Definisi Operasional ... 79

3.2.2.1 Pelatihan Making Vocational Planning... 79

3.2.2.2 Eksplorasi ... 81

3.2.2.3 Komitmen ... 80

3.3 Alat Ukur ... 84

3.3.1 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 84 3.3.2 Prosedur Pengisian ... 85

3.3.3 Sistem Penilaian ... 85


(6)

xv

3.5 Prosedur Penelitian ... 86 3.6 Metode Analisis ... 87

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Subyek Penelitian 89

4.2 Hasil Penelitian 90

4.2.1 Hasil Pre-test Dimensi Eksplorasi dan Dimensi Komitmen pada kelompok Eksperimen dan kelompok Kontrol 90 4.2.2 Hasil Penelitian Berdasarkan Level Reaksi 92 4.2.3 Hasil Penelitian Dimensi Eksplorasi dan Komitmen

Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok

Eksperimen 99

4.2.4 Hasil Perubahan Dimensi Eksplorasi dan Dimensi Komitmen 104

4.3 Pembahasan 106

4.3.1 Pembahasan Penelitian Berdasarkan Level Reaksi 106 4.3.2 Pembahasan Penelitian Berdasarkan Level Pembelajaran 113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 123

5.2 Saran 124

5.2.1 Saran Teoritis 124


(7)

xvi Daftar Pustaka

Daftar Rujukan dan Referensi Lampiran


(8)

xvii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Bagan Kerangka Pikir 74


(9)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Proses Pengukuran & Pengumpulan Data Evaluasi

Program 62

Tabel 3.1 Tabel TIU dan TIK Pelatihan Making Vocational

Planning 79

Tabel 3.2 Tabel Penilaian Derajat Dimensi Eksplorasi dan

Komitmen 84

Tabel 3.3 Tabel Sistem Penilaian 85

Tabel 4.1 Tabel Gambaran Subyek 90

Tabel 4.2.1 Tabel Uji Wilcoxon Skor Pre Test Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol 91

Tabel 4.2.2.a Tabel Evaluasi Level Reaksi Sesi I 93 Tabel 4.2.2.b Tabel Evaluasi Level Reaksi Sesi II 95 Tabel 4.2.2.c Tabel Evaluasi Level Reaksi Sesi III 96 Tabel 4.2.2.d Tabel Evaluasi Level Reaksi Sesi IV 98 Tabel 4.2.3.a Tabel Uji Wilcoxon Pre-Post Test Eksplorasi 101 Tabel 4.2.3.b Tabel Uji Wilcoxon Pre-Post Test Komitmen 102 Tabel 4.2.3.c Tabel Uji Wilcoxon Post Test Eksplorasi Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol 103

Tabel 4.2.3.d Tabel Uji Wilcoxon Post Test Komitmen Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol 104

Tabel 4.2.4 Tabel Perubahan Skor Pada Kelompok Eksperimen dan


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan seseorang. Kualitas kehidupan seseorang dapat ditingkatkan melalui pendidikan. Demikian pentingnya sebuah pendidikan hingga dikatakan Guru Besar Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI), Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH bahwa peradaban suatu bangsa dibangun oleh pendidikan bangsanya (http://www.beritasore.com/). Sejalan dengan pendapat mengenai pentingnya pendidikan dalam kehidupan seseorang, sebagian besar masyarakat pun percaya bahwa pendidikan sekolah merupakan jaminan bagi masa depan, dan modal untuk kemajuan, hal tersebut diungkapkan oleh Prof. Dr. H. Suyatno, M.Pd. (Rektor UHAMKA dan Ketua APTISI ). Namun keberhasilan seseorang dalam menempuh pendidikannya diawali dengan keberhasilannya dalam memilih bidang studi atau jurusan pendidikan yang ditempuhnya.

Kepala Pusat Karier Universitas Surabaya, Budhi Santoso Gautama, mengungkapkan bahwa 40 persen mahasiswa drop out di tahun pertama akibat salah memilih jurusan, dan alasan lainnya adalah tidak terbiasa dengan cara belajar di perkuliahan (www.kompas.com). Ini merupakan bukti bahwa bagi sebagian siswa-siswi SMA yang masih remaja memilih jurusan studi di jenjang perguruan tinggi bukanlah hal yang sederhana. Dengan perkembangan jaman yang semakin maju, pilihan yang ditawarkan pun semakin beragam. Menurut


(11)

2

data DIKTI, setidaknya di Jawa Barat ini terdapat 8 Perguruan Tinggi Negeri, dan 383 Perguruan tinggi swasta. Sementara secara keseluruhan, terdapat lebih dari 3.000 perguruan tinggi yang tersebar di seluruh Indonesia, yang menawarkan 460an jurusan dan bidang studi (http://www.pts.co.id/). Siswa-siswi SMA yang hendak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dihadapkan pada tugas yang tidak mudah, yaitu memilih jurusan studi dari begitu banyaknya pilihan yang ada. Tentu dalam memilih diperlukan kecermatan agar tidak salah dalam mengambil keputusan.

Menentukan pilihan secara tepat memerlukan informasi yang tidak sedikit serta akurat. Pada siswa-siswi SMA, kegiatan mencari informasi mengenai jurusan-jurusan di perguruan tinggi akan dimulai dengan bertanya dan berdiskusi baik dengan teman-teman sebaya mereka, maupun pada orang tua atau orang dewasa lainnya. Ada pula yang aktif mencari informasi melalui media massa, mengunjungi study fair, hingga siswa-siswi SMA meminta bantuan dari tenaga professional, seperti konselor atau psikolog, untuk mendapatkan pengetahuan dan pengenalan yang lebih mendalam mengenai kemampuan dan potensi yang mereka miliki. Hasil survei terhadap 42 orang siswa-siswi SMA menggambarkan sebanyak 42% responden memperoleh informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan di perguruan tinggi dari teman-teman sebaya atau kenalan, sebanyak 26% mendapatkan dari orang tua atau guru, kemudian 14% memperoleh informasi dari kunjungan promosi lembaga perguruan tinggi ke sekolah mereka atau mengikuti study fair, sebanyak 12% dari media massa, sementara 5% lainnya dari tenaga professional (konselor, guru BK, psikolog, dll). Proses pencarian


(12)

3

informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dirinya, jurusan, atau program studi dan hal-hal yang berkaitan dengan masa depan di bidang vokasional (pekerjaan) disebut oleh Marcia sebagai eksplorasi, periode dimana seseorang aktif mempertanyakan untuk sampai pada memutuskan mengenai tujuan-tujuan, nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan (Marcia et al., 1993).

Setelah siswa-siswi SMA mengumpulkan sejumlah informasi yang relevan dengan pemilihan jurusan di perguruan tinggi, serta menentukan pilihan kemudian mereka akan berusaha mewujudkan pilihan mereka dengan melaksanakan langkah-langkah nyata berkaitan dengan pilihannya tersebut. Untuk mewujudkan harapannya agar dapat melanjutkan studi, Siswa-siswi SMA yang telah mengambil keputusan untuk memilih suatu jurusan bidang studi tertentu diharapkan lebih fokus mempersiapkan dirinya. Tidak jarang Siswa-siswi SMA akan mengikuti kegiatan bimbingan belajar untuk mengasah keterampilan dan pengetahuan mereka agar dapat lolos pada ujian saringan masuk pada perguruan tinggi atau jurusan yang diidamkannya. Bahkan ada yang segera mendaftar ke perguruan tinggi yang diidamkannya, mengingat dewasa ini terdapat beberapa universitas yang membuka pendaftaran sejak dini. Proses yang melibatkan kegiatan yang terarah pada penerapan pilihan disebut oleh Marcia sebagai komitmen (Marcia et al., 1993).

Kedua proses yang disebutkan di atas, eksplorasi dan komitmen, merupakan tahapan penting pada masa remaja. Apabila seseorang pada masa remaja akhir belum mampu memastikan arah pekerjaannya kelak, akan timbul perasaan terganggu pada dirinya (Erikson, 1963). Untuk itulah, pada masa remaja,


(13)

4

seseorang diharapkan mempertimbangkan kemunginan arah masa depannya, dalam hal ini karir, yang awalnya akan didahului dengan pemilihan studi di perguruan tinggi, tidak sekedar mengikuti yang telah ditentukan oleh orang tuanya (Marcia, 1989).

Pada masa remaja akhir, yang pada umumnya mereka berada di kelas XI (sebelas) atau XII (duabelas) SMA, diharapkan mereka mulai memikirkan dan merencanakan pilihan karir yang akan mereka geluti kelak, yang tentunya ini akan berpengaruh pada pemilihan jurusan di perguruan tinggi. Dengan memikirkannya sejak awal, mereka dapat memiliki kesempatan untuk mempersiapkan masa depan mereka dengan lebih baik. Sementara ketidaktepatan dalam memilih jurusan studi di perguruan tinggi dapat berdampak pada munculnya perasaan tidak puas, menurunnya motivasi belajar, mengajukan untuk pindah program studi (pindah jurusan) hingga tidak menyelesaikan studinya (Elton dan Rose, dalam Baihaqi, 2002). Artinya ketidaktepatan memilih jurusan dapat merugikan karena membuang-buang waktu dan biaya. Namun nampaknya tidak semua siswa-siswi di SMA ‘X’ Bandung memiliki gambaran dan informasi yang jelas mengenai pemilihan jurusan di perguruan tinggi, seperti terungkap dari hasil survey awal terhadap 36 responden Siswa-siswi SMA kelas XI yang berencana melanjutkan studi, sebanyak 64% menyatakan belum memiliki informasi yang jelas dan lengkap berkaitan dengan pilihan jurusan di perguruan tinggi. Mereka belum memiliki informasi yang jelas mengenai berbagai jurusan yang ada di perguruan tinggi, sejauh ini hanya jurusan-jurusan tertentu saja yang mereka ketahui. Informasi lainpun seperti biaya kuliah, gambaran materi yang dipelajari, apakah


(14)

5

materi yang dipelajari sesuai dengan minat dan kemampuan mereka, serta prospek lapangan kerja dari jurusan-jurusan yang ada. Gejala tersebut di atas menggambarkan dimensi eksplorasi yang rendah.

Sebanyak 53% responden yang tidak memiliki informasi yang cukup mengenai pilihan jurusan studi di Perguruan Tinggi (eksplorasi rendah), menyatakan bahwa mereka belum melakukan persiapan apapun untuk mewujudkan keinginan mereka melanjutkan studi di perguruan tinggi (komitmen rendah).

Sebanyak 11% responden, walaupun merasa tidak memiliki informasi yang cukup mengenai jurusan studi yang akan mereka pilih (eksplorasi rendah), telah menentukan pilihan yaitu cita-cita yang mereka miliki sejak kecil dan melakukan upaya-upaya untuk mencapai harapan mereka. Adapula responden yang menentukan pilihan berdasarkan keinginan dan pilihan dari orang tua yang menjadi alasan siswa-siswi tersebut mengarahkan diri pada salah satu pilihan jurusan. Responden merasa yakin dan tetap mempertahankan arah tujuan untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi sesuai dengan pilihan jurusan yang telah responden tetapkan (komitmen tinggi).

Sebagian lainnya, yaitu sebanyak 22% responden menyatakan bahwa responden memiliki informasi yang cukup berkaitan dengan pilihan jurusan di perguruan tinggi, bahkan responden terus mengumpulkan informasi demi memenuhi rasa ingin tahu yang tinggi, namun masih ragu-ragu untuk memutuskan jurusan mana yang akan dipilih nantinya. Ada yang ragu-ragu dalam memilih dikarenakan tidak yakin dengan kemampuan diri sendiri, namun ada pula yang


(15)

6

tidak dapat mengambil keputusan karena banyaknya alternatif yang menarik minatnya.

Sebanyak 14% responden menyatakan telah mengumpulkan berbagai informasi mengenai jurusan studi yang diminati di perguruan tinggi, keuntungan serta kesulitan yang mungkin dihadapi. Responden mengaku telah mempertimbangkan berbagai hal sebelum memutuskan pilihan jurusan tertentu (eksplorasi tinggi). Atas dasar informasi menyeluruh itulah responden telah melakukan persiapan dan langkah nyata agar dapat mewujudkan cita-citanya tersebut. Adapun dalam upaya merealisasikan pilihannya tersebut, mereka mulai melakukan langkah nyata seperti mengikuti bimbingan belajar, berlatih mengerjakan soal-soal ujian saringan masuk yang sesuai jurusan pilihan mereka, hingga membicarakan dengan orang tua ataupun kerabat mengenai rencana-rencana mereka berkaitan dengan pilihan jurusannya. Mereka pun merasa yakin dengan pilihannya dan tidak terpengaruh dengan pilihan teman-temannya yang lain (komitmen tinggi).

Melihat data dari survey awal yang dilakukan peneliti tersebut siswa-siswi kelas XI SMA yang belum melakukan eksplorasi dan membuat komitmen bidang vokasional, dalam hal ini berkaitan dengan pemilihan jurusan di perguruan tinggi, memiliki prosentase yang terbesar. Rendahnya eksplorasi dan sekaligus komitmen yang rendah memberikan resiko pilihan yang akan dibuat oleh siswa-siswi kelas XI SMA menjadi tidak realistis, atau bahkan salah dalam mengambil keputusan (Marcia, 1967 dalam Baihaqi, 2002:46), untuk itu perlu dilakukan upaya intervensi.


(16)

7

Intervensi untuk meningkatkan eksplorasi dan komitmen telah dilakukan oleh SMA ‘X’ terhadap siswa-siswinya melalui layanan Bimbingan dan Konseling. Namun berdasarkan wawancara peneliti terhadap dua orang siswa dan guru BK SMA ‘X’, layanan Bimbingan dan Konseling yang ada lebih fokus menangani permasalahan pribadi siswa-siswi yang berpengaruh pada prestasi akademik (nilai turun) atau berkaitan dengan pelanggaran tata tertib sekolah. Sementara bantuan terhadap siswa-siswi yang menghadapi kesulitan dalam mengambil keputusan mengenai pilihan studi di perguruan tinggi, kurang mendapatkan perhatian lebih. Hal ini terkait dengan tenaga guru BK yang tidak banyak sementara banyak pula murid yang perlu penanganan serius. Untuk itu peneliti merancang intervensi dengan bentuk pelatihan, dengan mempertimbangkan banyak siswa-siswi SMA yang memerlukan bantuan dalam merencanakan masa depannya.

Intervensi untuk meningkatkan dimensi eksplorasi dan komitmen yang diusulkan dalam penelitian ini akan difokuskan pada siswa-siswi SMA yang duduk di kelas XI, dengan pertimbangan agar siswa-siswi SMA di kelas XI dapat memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk melakukan persiapan sebelum mereka memasuki perguruan tinggi. Mengingat dewasa ini banyak perguruan tinggi yang telah membuka pendaftaran masuk lebih awal (pada saat siswa-siswi SMA baru memasuki semester awal di kelas XII SMA).

Bentuk intervensi Pelatihan yang ditawarkan, bila dibandingkan dengan konseling, sekiranya dapat menjangkau lebih banyak siswa-siswi SMA yang hendak melanjutkan studi ke perguruan tinggi, dengan waktu yang relatif lebih


(17)

8

singkat. Adapun kelebihan Program Pelatihan diantaranya: menggunakan metode yang beragam untuk mencapai tujuan, misal dengan permainan, diskusi, ceramah, menonton film, presentasi, dan lain sebagainya; memberi kesempatan pada pesertanya untuk terlibat aktif; serta membuka peluang peserta belajar dari pengalaman peserta lainnya, sehingga memberi pengalaman baru dan bekal keterampilan untuk memecahkan permasalahan dikehidupan nyata (Silberman, 1990). Metode yang variatif dan menuntut peserta untuk terlibat aktif ini menjadi daya tarik utama dan sesuai bagi karakteristik remaja.

Program Pelatihan Making Vocational Planning yang dirancang oleh peneliti dalam penelitian ini, menitikberatkan terjadinya proses eksplorasi dan membuat komitmen, dimana siswa-siswi dapat berinteraksi dengan sebayanya untuk mempraktekkan dan mengembangkan keterampilan untuk mengumpulkan serta menggali informasi yang mereka perlukan demi pemilihan jurusan di perguruan tinggi yang sesuai dengan diri mereka, kemudian menerapkannya sebagai suatu keputusan pilihan yang dibuat, serta melaksanakan keputusan pilihannya. Dengan demikian diharapkan dimensi eksplorasi dan dimensi komitmen siswa-siswi SMA kelas XI meningkat lebih optimal.

Penerapan program yang diberikan bertahap mulai dari pemahaman secara kognitif, diantaranya adalah pemberian informasi-informasi umum yang diperlukan dalam memilih jurusan studi maupun memilih perguruan tinggi, kemudian dilanjutkan dengan sesi-sesi yang lebih terfokus pada pelibatan perasaan, suka atau tidak suka, emosi, minat hingga attitudes (sikap). Setelah itu diharapkan siswa-siswi SMA kelas XI dapat mengembangkan dan memanfaatkan


(18)

9

informasi-informasi yang didapat serta menyelaraskan dengan kelebihan dan kekurangan diri yang mereka hayati untuk menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menempuh pendidikan di perguruan tinggi sesuai dengan pilihannya. Dengan demikian diharapkan terdapat peningkatan dimensi eksplorasi dan komitmen pada siswa-siswi SMA kelas XI dalam bidang vokasinal berkaitan dengan pemilihan jurusan di perguruan tinggi.

1. 2. Identifikasi Masalah

Masalah dalam penelitian ini adalah apakah modul Pelatihan Making Vocational Planning dapat digunakan untuk meningkatkan dimensi eksplorasi dan komitmen bidang Vokasional pada siswa-siswi kelas XI di SMA “X” Bandung.

1. 3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Modul Pelatihan Making Vocational Planning dapat digunakan untuk meningkatkan dimensi eksplorasi dan komitmen bidang vokasional pada siswa kelas XI SMA “X” Bandung.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji coba modul pelatihan Making Vocational Planning dalam meningkatkan dimensi eksplorasi dan komitmen bidang vokasional pada siswa kelas XI di SMA “X” Bandung.


(19)

10

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat:

1. Memberikan informasi empiris bagi peneliti lain yang akan melakukan pengembangan penelitian lanjutan, yaitu dalam menggunakan modul pelatihan sebagai intervensi bagi eksplorasi dan komitmen dalam bidang vokasional.

2. Memberikan informasi empiris bagi bidang psikologi pendidikan, khususnya mengenai eksplorasi dan komitmen remaja dalam bidang vokasional.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat:

1. Menjadi bahan masukan bagi siswa-siswi SMA dalam melakukan proses eksplorasi dan membuat komitmen sehubungan dengan pemilihan jurusan studi di perguruan tinggi, sehingga dapat membantu siswa-siswi SMA untuk mengambil keputusan yang realistis dengan studi mereka.

2. Menjadi bahan masukan bagi pihak sekolah, guru BK, psikolog pendidikan, dan praktisi pendidikan lainnya untuk mempertimbangkan program pelatihan Making Vocational Planning sebagai alternatif intervensi dalam membantu siswa-siswi SMA dalam mengambil


(20)

11

keputusan yang realistis dan mempersiapkan diri untuk memasuki jenjang studi yang lebih tinggi, yaitu perguruan tinggi.

1.4. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Quasi Experimental dengan desain penelitian Pretest-Posttest, Control- Group Design (Graziano & Laurin, 2000). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purpossive Sampling, yaitu sampel diambil dari unit populasi yang ada pada saat penelitian dan semua individu yang memenuhi karakteristik populasi diambil sebagai sampel. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistic non parametric Wilcoxon.


(21)

123

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh pelatihan Making Vocational Planning untuk meningkatkan eksplorasi dan komitmen siswa-siswi SMA kelas XI dalam memilih jurusan di Perguruan Tinggi diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Modul Pelatihan Making Vocational Planning dapat digunakan untuk meningkatkan dimensi eksplorasi dan dimensi komitmen pada siswa-siswi SMA kelas XI yang akan memilih jurusan di Perguruan Tinggi, dimana sebagian peserta memberikan reaksi positif terhadap pelatihan ini. Mayoritas peserta memberikan tanggapan materi pelatihan jelas dan mudah dipahami, bermanfaat dan dapat diaplikasikan, serta menarik.

2. Pelatihan Making Vocational Planning dapat meningkatkan kemampuan eksplorasi siswa-siswi SMA kelas XI, yaitu dalam mengumpulkan informasi, mengolah dan mempertimbangkan informasi hingga mengambil keputusan dalam pemilihan jurusan di perguruan tinggi.

3. Pelatihan Making Vocational Planning dapat meningkatkan derajat komitmen siswa-siswi SMA kelas XI, yaitu melakukan aktivitas dalam rangka mewujudkan keputusan yang dibuat, memiliki alternatif solusi saat menghadapi kesulitan dan setia pada pilihan yang dibuat hingga


(22)

124

melakukan tindakan nyata berkaitan dengan pemilihan jurusan di perguruan tinggi.

3.2 Saran

Dari pembahasan data penelitian yang diperoleh dan kesimpulan di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai saran sebagai berikut:

1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan atau mengkombinasikan data dari alat ukur lain, seperti observasi perilaku, ataupun wawancara, mengingat data utama yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari pengukuran dengan kuesioner self-report.

2. Berdasarkan umpan balik dari peserta pelatihan berkaitan dengan pemanfaatan waktu pada sesi tiga dan sesi empat yang sempit, maka disarankan untuk mempertimbangkan kembali alokasi waktu bila akan menggunakan modul pelatihan Making Vocational Planning.

3. Bagi siswa-siswi SMA dapat memanfaatkan materi dari pelatihan ini, baik sebagian maupun keseluruhan, dengan mengaplikasikan materi yang telah diperoleh dalam keseharian untuk membantu pengambilan keputusan hingga mewujudkan rencana tindakan berkaitan dengan pemilihan jurusan di Perguruan Tinggi.

4. Bagi Kepala Sekolah, guru BK, dapat menggunakan modul pelatihan Making Vocational Planning sebagai program yang digunakan dalam Bimbingan Karir. Pemberian modul pelatihan Making Vocational Planning dapat


(23)

125

diberikan secara berkesinambungan 1-2 jam perminggu memanfaatkan waktu tatap muka dikelas pada mata pelajaran Bimbingan dan Konseling.

5. Bagi psikolog pendidikan, dapat menggunakan modul pelatihan Making Vocational Planning sebagai alternatif intervensi untuk membantu siswa-siswi SMA yang belum memiliki kejelasan pilihan jurusan di Perguruan Tinggi dan membantu siswa-siswi SMA untuk mempersiapkan diri untuk memasuki jenjang studi di Perguruan Tinggi.


(24)

DAFTAR PUSTAKA

Adams, G.R., Bennion, L., & Huh, K. 1989. Objective Measure of Ego Identity Adolescent Psychology (pp. 159-187). New York: John Wiley & Sons. Archer, Sally L. 1994. Interventions for Adolescent Identity Development. SAGE

Publication.

Bramley, Peter. 1996. Evaluating Training Effectiveness. England: Mc. Graw-Hill Companies.

Erikson, E.H. 1968. Identity: Youth and Crisis. New York: Norton.

Erikson, E.H. 1989. Identitas dan Siklus Hidup Manusia: Bunga Rampai 1. Penerjemah: Agus Cremers. Jakarta: Gramedia.

Ghozali, Imam. 2006. Statistik Non-Parametrik – Teori dan Aplikasi dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

Gottfredson, L. S. 2002. Gottfredson’s Theory of Circumscription, Compromise, and Self Creation: In Career Choice and Development (Vol. 4, pp. 85-148). San Francisco, CA: Jossey-Bass.

Graziano, Anthony M. & Raulin, Michael L. 2000. Research Methods, a process of Inquiry, fourth edition. Nedham Heights, MA:Addison – Wesley Educational Publisher, Inc.

Gulo, W. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Grasindo.

Hirschi, A. 2011. Vocational identity trajectories: Differences in personality and development of well-being. European Journal of Personality, 26(1), 2-12. doi: 10.1002/per.812

Holland, J.L, Johnston, J.A., & Asama, N.F. 1993. The Vocational Identity Scale: a diagnostic and treatment tool. Journal of Career Assessment, 1, 1-11 Hurlock, E. 2004. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. Yogyakarta: Erlangga.

Johnson, David W. & Johnson, Frank P. 1975. Joining Together: Group Theory and Group Skills. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.


(25)

Kirkpatrick, D. L. 1998. Evaluating Training Programs: The four levels (2nd ed.). San Francisco, CA: Berrett-Koehler.

Marcia, J.E et al. 1993. Ego Identity for Psychology Research. New York: Springer Verlag.

Marcia, J.E. 1980. Identity in Adolescene. In J. Adelson (Ed.), Handbook of Status: A reference Manual (2nd ed.) Logan, Utah: Utah State University. Noe, Raymond. 2002. Employee Training and Development. New York:

McGraw-Hill.

Posavac, Emil J. & Carey, Ramond G. 1992. Program Evaluation: Methods and Case Studies. Prentice Hall.

Robins. 2001. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Edisi kedelapan versi bahasa Indonesia, Pearson Education Asia Pte. Ltd. Dan PT. Prehallindo. Jakarta.

Santrock, John W. 2002. A Topical Approach to Life Span Development. 1st edition. New York: McGraw-Hill Companies.

Santrock, John W. 2002. Life Span Development (Perkembangan Masa Hidup). Jakarta: Erlangga.

Siegel, Sidney. 1992. Statistik Non-parametrik untuk ilmu-ilmu sosial. Diterjemahkan oleh Zanzawi Suyuti dan Landung Simatupang, dalam koordinasi Peter Hagul. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka utama.

Silberman, Mel. 1990. Active Training: a Handbook of Techniques, Designs, Case Examples and Tips. New York: McGraw-Hill Companies.

Steinberg, L. 1993. Adolescence. New York: McGraw-Hill Companies.

Steinberg, L. 2002. Adolescence (6th Ed.) New York: McGraw-Hill Companies. Sugiyono. 2007. Statistik Nonparametris Untuk Penelitian. Bandung : CV Alfa

Beta.

Walter, G & Marks, S. 1981. Experiential Learning and Change. New York: John Wiley and Sons.


(26)

DAFTAR RUJUKAN

Kompas. 2010. DO Akibat Salah Jurusan. diakses pada November 2011. http://edukasi.kompas.com/read/2010/11/10/05360848/DO.akibat.Salah.Jur usan

Suyatno. http://www.infodiknas.com/peran-pendidikan-sebagai-modal-utama-membangun-karakter-bangsa/

Satyawan, Lisa I. 2006. Evaluasi Program Career Group Counseling Sehubungan Dengan Peningkatan Status Identitas dalam Area Vokasional Siswa-siswi Kelas 2 SMA ‘X’ dalam Pemilihan Jurusan di Perguruan Tinggi. Tesis Magister, Universitas Kristen Maranatha, Bandung. Tidak diterbitkan.

Baihaqi, M.I.F. 2002. Pencapaian Status Identitas Vokasional Pada Remaja Tunanetra: Studi Kasus pada Mahasiswa Tunanetra di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Tesis Magister Sains Psikologi Perkembangan, Universitas Padjadjaran, Bandung. Tidak diterbitkan.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh pelatihan Making

Vocational Planning untuk meningkatkan eksplorasi dan komitmen siswa-siswi

SMA kelas XI dalam memilih jurusan di Perguruan Tinggi diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Modul Pelatihan Making Vocational Planning dapat digunakan untuk meningkatkan dimensi eksplorasi dan dimensi komitmen pada siswa-siswi SMA kelas XI yang akan memilih jurusan di Perguruan Tinggi, dimana sebagian peserta memberikan reaksi positif terhadap pelatihan ini. Mayoritas peserta memberikan tanggapan materi pelatihan jelas dan mudah dipahami, bermanfaat dan dapat diaplikasikan, serta menarik.

2. Pelatihan Making Vocational Planning dapat meningkatkan kemampuan eksplorasi siswa-siswi SMA kelas XI, yaitu dalam mengumpulkan informasi, mengolah dan mempertimbangkan informasi hingga mengambil keputusan dalam pemilihan jurusan di perguruan tinggi.

3. Pelatihan Making Vocational Planning dapat meningkatkan derajat komitmen siswa-siswi SMA kelas XI, yaitu melakukan aktivitas dalam rangka mewujudkan keputusan yang dibuat, memiliki alternatif solusi saat menghadapi kesulitan dan setia pada pilihan yang dibuat hingga


(2)

124

melakukan tindakan nyata berkaitan dengan pemilihan jurusan di perguruan tinggi.

3.2 Saran

Dari pembahasan data penelitian yang diperoleh dan kesimpulan di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai saran sebagai berikut:

1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan atau mengkombinasikan data dari alat ukur lain, seperti observasi perilaku, ataupun wawancara, mengingat data utama yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari pengukuran dengan kuesioner self-report.

2. Berdasarkan umpan balik dari peserta pelatihan berkaitan dengan pemanfaatan waktu pada sesi tiga dan sesi empat yang sempit, maka disarankan untuk mempertimbangkan kembali alokasi waktu bila akan menggunakan modul pelatihan Making Vocational Planning.

3. Bagi siswa-siswi SMA dapat memanfaatkan materi dari pelatihan ini, baik sebagian maupun keseluruhan, dengan mengaplikasikan materi yang telah diperoleh dalam keseharian untuk membantu pengambilan keputusan hingga mewujudkan rencana tindakan berkaitan dengan pemilihan jurusan di Perguruan Tinggi.

4. Bagi Kepala Sekolah, guru BK, dapat menggunakan modul pelatihan Making

Vocational Planning sebagai program yang digunakan dalam Bimbingan


(3)

125

diberikan secara berkesinambungan 1-2 jam perminggu memanfaatkan waktu tatap muka dikelas pada mata pelajaran Bimbingan dan Konseling.

5. Bagi psikolog pendidikan, dapat menggunakan modul pelatihan Making

Vocational Planning sebagai alternatif intervensi untuk membantu

siswa-siswi SMA yang belum memiliki kejelasan pilihan jurusan di Perguruan Tinggi dan membantu siswa-siswi SMA untuk mempersiapkan diri untuk memasuki jenjang studi di Perguruan Tinggi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adams, G.R., Bennion, L., & Huh, K. 1989. Objective Measure of Ego Identity

Adolescent Psychology (pp. 159-187). New York: John Wiley & Sons.

Archer, Sally L. 1994. Interventions for Adolescent Identity Development. SAGE Publication.

Bramley, Peter. 1996. Evaluating Training Effectiveness. England: Mc. Graw-Hill Companies.

Erikson, E.H. 1968. Identity: Youth and Crisis. New York: Norton.

Erikson, E.H. 1989. Identitas dan Siklus Hidup Manusia: Bunga Rampai 1. Penerjemah: Agus Cremers. Jakarta: Gramedia.

Ghozali, Imam. 2006. Statistik Non-Parametrik – Teori dan Aplikasi dengan

Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

Gottfredson, L. S. 2002. Gottfredson’s Theory of Circumscription, Compromise,

and Self Creation: In Career Choice and Development (Vol. 4, pp. 85-148).

San Francisco, CA: Jossey-Bass.

Graziano, Anthony M. & Raulin, Michael L. 2000. Research Methods, a process

of Inquiry, fourth edition. Nedham Heights, MA:Addison – Wesley

Educational Publisher, Inc.

Gulo, W. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Grasindo.

Hirschi, A. 2011. Vocational identity trajectories: Differences in personality and

development of well-being. European Journal of Personality, 26(1), 2-12.

doi: 10.1002/per.812

Holland, J.L, Johnston, J.A., & Asama, N.F. 1993. The Vocational Identity Scale:

a diagnostic and treatment tool. Journal of Career Assessment, 1, 1-11

Hurlock, E. 2004. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. Yogyakarta: Erlangga.

Johnson, David W. & Johnson, Frank P. 1975. Joining Together: Group Theory


(5)

Kirkpatrick, D. L. 1998. Evaluating Training Programs: The four levels (2nd ed.). San Francisco, CA: Berrett-Koehler.

Marcia, J.E et al. 1993. Ego Identity for Psychology Research. New York: Springer Verlag.

Marcia, J.E. 1980. Identity in Adolescene. In J. Adelson (Ed.), Handbook of

Status: A reference Manual (2nd ed.) Logan, Utah: Utah State University. Noe, Raymond. 2002. Employee Training and Development. New York:

McGraw-Hill.

Posavac, Emil J. & Carey, Ramond G. 1992. Program Evaluation: Methods and

Case Studies. Prentice Hall.

Robins. 2001. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Edisi kedelapan versi bahasa Indonesia, Pearson Education Asia Pte. Ltd. Dan PT. Prehallindo. Jakarta.

Santrock, John W. 2002. A Topical Approach to Life Span Development. 1st

edition. New York: McGraw-Hill Companies.

Santrock, John W. 2002. Life Span Development (Perkembangan Masa Hidup). Jakarta: Erlangga.

Siegel, Sidney. 1992. Statistik Non-parametrik untuk ilmu-ilmu sosial. Diterjemahkan oleh Zanzawi Suyuti dan Landung Simatupang, dalam koordinasi Peter Hagul. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka utama.

Silberman, Mel. 1990. Active Training: a Handbook of Techniques, Designs, Case

Examples and Tips. New York: McGraw-Hill Companies.

Steinberg, L. 1993. Adolescence. New York: McGraw-Hill Companies.

Steinberg, L. 2002. Adolescence (6th Ed.) New York: McGraw-Hill Companies. Sugiyono. 2007. Statistik Nonparametris Untuk Penelitian. Bandung : CV Alfa

Beta.

Walter, G & Marks, S. 1981. Experiential Learning and Change. New York: John Wiley and Sons.


(6)

DAFTAR RUJUKAN

Kompas. 2010. DO Akibat Salah Jurusan. diakses pada November 2011. http://edukasi.kompas.com/read/2010/11/10/05360848/DO.akibat.Salah.Jur usan

Suyatno. http://www.infodiknas.com/peran-pendidikan-sebagai-modal-utama-membangun-karakter-bangsa/

Satyawan, Lisa I. 2006. Evaluasi Program Career Group Counseling Sehubungan

Dengan Peningkatan Status Identitas dalam Area Vokasional Siswa-siswi Kelas 2 SMA ‘X’ dalam Pemilihan Jurusan di Perguruan Tinggi. Tesis

Magister, Universitas Kristen Maranatha, Bandung. Tidak diterbitkan.

Baihaqi, M.I.F. 2002. Pencapaian Status Identitas Vokasional Pada Remaja

Tunanetra: Studi Kasus pada Mahasiswa Tunanetra di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Tesis Magister Sains Psikologi