Studi Deskriptif Mengenai Status Identitas Bidang Pendidikan Pada Siswa Kelas XI di SMA "X" Bandung.

(1)

iii

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Studi Deskriptif mengenai Status Identitas Bidang Pendidikan pada Siswa Kelas XI di SMA ‘X’ Bandung”, yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai status identitas bidang pendidikan pada siswa

kelas XI di SMA “X” Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik pengambilan data survey pada 191 siswa kelas XI di SMA “X”

Bandung.

Alat ukur yang digunakan dibuat oleh peneliti, berdasarkan teori Status Identitas dari Marcia (1993). Alat ukur ini terdiri dari 41 nomor, setiap nomor memiliki 4 pilihan jawaban yang harus dipilih salah satunya oleh responden. Perhitungan validitas menggunakan Construct Validity, dengan validitas item antara 0,408 – 0,708. Perhitungan reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach menunjukkan hasil 0,866 (item dimensi eksplorasi) dan 0,865 (item dimensi komitmen), yang berarti item-item tersebut memiliki reliabilitas yang tinggi. Data hasil penelitian diolah dan dianalisis dengan menggunakan distribusi frekuensi dan tabulasi silang dengan program SPSS 19.

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa sebanyak 38,22% siswa

kelas XI di SMA “X” Bandung berada pada Status Identitas Achievement dan sebanyak 35,08% siswa berada pada Status Identitas Diffusion. Sementara sisanya berada pada Status Identitas Moratorium dan Foreclosure.

Bagi penelitian selanjutnya, disarankan untuk meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Status Identitas di bidang pendidikan.


(2)

iv

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

The titled of this research is “A Descriptive Study about Identity Status of

Education Field on the Grade XI Students in ‘X’ High School in Bandung”, which purposes to get an image of the Education Field Identity Status on the Grade XI in

‘X’ High School, Bandung. This research used a descriptive method using the

data collecting technique of surveying on 191 grade XI students in ‘X’ high school Bandung.

The measuring tool used was made by the researcher, arranged based on the Identity Status Theory from Marcia (1993). The measuring tool consists of 41 numbers where each number has 4 options to be chosen one by the respondent. The validity counting was using the Construct Validity, with the validity item between 0,408 – 0,708. The reliability counting was using the Alpha Cronbach showed a result of 0,866 (exploration item) and 0,865 (commitmen item), meaning that the items have a high reliability. The data of the research result were processed and analyzed using the frequency distribution and cross tabulation in a program SPSS 19.

Based on the research result, it was concluded that as much as 38,22% of

grade XI students in ‘X’ high school Bandung are on Achievement Identity Status and as much as 35,08% of the students are on Diffusion Identity Status. The rest are in the Moratorium and Foreclosure Identity Status.

For the next researches, it is suggested to research further about the factors influencing the forming of the Identity Status in the field of Education.


(3)

viii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan Pembimbing ... ii

Halaman Abstrak ... iii

Halaman Abstract ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xii

Daftar Skema ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10

1.3.1 Maksud Penelitian ... 10

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 10

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 11

1.5 Kerangka Pikir ... 11


(4)

ix

Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Identitas ... 20

2.1.1 Pengertian Identitas ... 20

2.1.2 Pembentukan Identitas ... 21

2.1.3 Eksplorasi (Krisis) ... 22

2.1.4 Komitmen ... 26

2.1.5 Makna Eksplorasi pada Masa Remaja Madya ... 30

2.1.6 Makna Komitmen pada Masa Remaja Madya ... 32

2.1.7 Status Identitas ... 35

2.1.8 Arah dan Saat Perkembangan Identitas ... 36

2.1.9 Kondisi Antecedent yang Berkaitan dengan Perkembangan Identitas ... 38

2.2 Teori Perkembangan Remaja ... 43

2.2.1 Pengertian dan Batasan Remaja ... 43

2.2.2 Ciri-ciri Umum Masa Remaja ... 43

2.2.3 Perubahan yang terjadi pada Masa Remaja ... 45

2.2.4 Tugas-tugas Perkembangan Remaja ... 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 49

3.2 Prosedur Penelitian ... 49

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 50


(5)

x

Universitas Kristen Maranatha

3.3.2 Definisi Konseptual ... 50

3.3.3 Definisi Operasional ... 50

3.4 Alat Ukur ... 53

3.4.1 Alat Ukur Status Identitas ... 53

3.4.2 Sistem Penilaian ... 56

3.4.3 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 57

3.4.4 Validitas Alat Ukur ... 58

3.4.5 Reliabilitas Alat Ukur ... 58

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 59

3.5.1 Populasi Sasaran ... 59

3.5.2 Karakteristik Populasi ... 59

3.6 Teknik Analisis Data ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Subyek Penelitian ... 61

4.1.1 Jenis Kelamin ... 61

4.1.2 Jurusan Di SMA ... 62

4.2 Hasil Penelitian ... 62

4.3 Pembahasan ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 73


(6)

xi

Universitas Kristen Maranatha

5.2.1 Saran Untuk Pengembangan Penelitian ... 74

5.2.2 Saran Praktis ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76

DAFTAR RUJUKAN ... 77 LAMPIRAN


(7)

xii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Status-status Identitas ... 35

Tabel 3.2 Kisi-kisi Alat Ukur ... 53

Tabel 3.2 Bobot Penilaian ... 56

Tabel 3.3 Status Identitas ... 57

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Subyek Penelitian ... 61

Tabel 4.2 Jurusan Di SMA ... 62


(8)

xiii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR SKEMA

Skema 1.1 Kerangka Pikir ……….. 18


(9)

xiv

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Kuesioner Pengambilan Data

Lampiran II : Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Lampiran III : Tabulasi Silang Status Identitas dengan Data Penunjang Lampiran IV : Kisi-kisi Alat Ukur Status Identitas


(10)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dari tahun ke tahun setiap siswa SMA yang berencana melanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi harus memutuskan pilihan ke jurusan apa mereka akan melanjutkan pendidikannya kelak. Hal ini adalah sesuatu yang cukup sulit untuk diputuskan oleh kebanyakan siswa SMA, terutama yang tidak banyak memiliki referensi dan mencari informasi terkait dengan pendidikan di Perguruan Tinggi (Mustaqim dan Wahib, 2003).

Penjurusan diperkenalkan sebagai upaya untuk dapat lebih mengarahkan siswa berdasarkan minat dan kemampuan akademik. Siswa-siswa yang mempunyai kemampuan sains dan ilmu eksakta yang baik, biasanya akan memilih jurusan IPA, dan yang memiliki minat pada ilmu sosial dan ekonomi biasanya akan memilih jurusan IPS. Pengarahan yang dilakukan sejak dini tersebut dimaksudkan untuk memudahkan para siswa memilih bidang ilmu yang diminati di kemudian hari. Namun pada kenyataannya terdapat beberapa siswa SMA yang masih mengalami kebimbangan dalam menentukan bidang akademiknya.

Dalam UU Sisdiknas 2003 tentang tujuan pendidikan menengah, terdapat dua arahan yaitu mempersiapkan siswa ke jenjang yang lebih lanjut (Perguruan Tinggi),


(11)

2

Universitas Kristen Maranatha dan untuk terjun ke masyarakat (bekerja). Namun dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Murni Ramli pada tahun 2005 (seorang tenaga pendidik di Bogor) terhadap beberapa SMA di Madiun, jumlah lulusan SMA yang melanjutkan ke perguruan tinggi adalah 56%, yang bekerja 9%, dan 35% tergolong pengangguran. Adapun data yang didapat tahun 2011/2012 dari SMA ”X” sendiri yaitu 97,97% melanjutkan ke perguruan tinggi, 0,51% bekerja dan 1,52% tergolong pengangguran. Tidak semua siswa yang lulus tersebut melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh masalah ekonomi, ketidakmampuan akademik, gagal dalam Ujian Nasional, gagal dalam Ujian Saringan Masuk Perguruan Tinggi, dan lain-lain. (Penjurusan di SMA, www.indosdm.com/penjurusan-di-sma).

Permasalahan yang sering terjadi di dalam proses penjurusan adalah pemaksaan kehendak untuk masuk ke jurusan tertentu dengan mengesampingkan potensi siswa dan tidak berpihak pada kelancaran studi siswa. Hal tersebut banyak disebabkan oleh pemahaman yang kurang terhadap potensi yang dimiliki oleh siswa, baik potensi secara akademik maupun psikologis. Di sisi lain, perkembangan karakter remaja juga memberikan pengaruh pada kemunculan permasalahan. Ketidakstabilan emosi pada remaja ditambah dengan pengaruh yang kuat dari kelompok teman-teman sebaya sehingga mendorong remaja untuk mengambil keputusan secara tidak realistik dan tidak rasional, termasuk dalam memilih jurusan di perguruan tinggi. Beberapa siswa berasumsi bahwa memilih teman dalam kelompok adalah pilihan terbaik bagi mereka. Belajar di jurusan yang tidak tepat juga menyebabkan potensi yang ada di


(12)

3

Universitas Kristen Maranatha dalam diri tidak berkembang sehingga prestasi pun menjadi tidak optimal. Oleh karena itu agar program penjurusan sesuai dengan tujuan, para siswa dan orang tua perlu lebih bijaksana, objektif, realistis, dan rasional dalam memilih dan menentukan jurusan di perguruan tinggi.

Orang tua juga turut berperan dalam menentukan arah pemilihan jurusan pada anak, walaupun pada akhirnya keberhasilan dalam menjalankan studi selanjutnya sangat tergantung pada kemampuan anak yang menjalaninya. Peran orang tua tersebut berkaitan dengan masalah pembiayaan pendidikan, dan masa depan anak-anak mereka agar terarah dengan baik, orang tua turut campur agar anak-anak-anak-anak mereka dapat memilih jurusan yang mampu menjamin kehidupannya di masa depan. Orang tua yang berkecukupan secara ekonomi menghendaki anaknya untuk memilih jurusan yang cepat menghasilkan nilai materi, misalnya fakultas ekonomi, teknik, farmasi, kedokteran. Menurut anggapan orang tua, anak yang mampu memasuki jurusan-jurusan tersebut tentu akan terjamin masa depannya (Remaja, Pekerjaan dan Pemilihan Karir, http://www.psikologizone.com/remaja-pekerjaan-dan-pemilihan-karir).

Tidak sedikit orang tua yang memberikan tuntutan besar pada anak-anak mereka. Kebanyakan dari mereka menginginkan anak-anak mereka mendapatkan pendidikan yang baik dan mereka akan memasukkan anak-anak mereka ke sekolah unggulan yang dipandang dapat menunjang anak-anak mereka dalam pendidikan. Sekolah unggulan yang dicari oleh para orang tua adalah sekolah-sekolah yang


(13)

4

Universitas Kristen Maranatha menyediakan berbagai fasilitas yang dapat menunjang proses belajar anak-anak mereka. Mereka menginginkan yang terbaik untuk anak-anak mereka agar dapat bersaing dalam dunia pendidikan yang semakin maju ini, dan tidak jarang para orang tua memaksakan kehendak kepada anak-anak mereka.

Untuk menjawab tantangan di zaman penuh persaingan ini, setiap orang khususnya para remaja (dalam hal ini siswa) harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Salah satu usaha yang dapat ditempuh untuk bisa memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai adalah melalui pendidikan, baik yang formal, informal, maupun non-formal. Bagi siswa, pendidikan formal di Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan jalur yang penting untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi persaingan di dunia kerja kelak. SMA adalah salah satu institusi pendidikan formal yang memainkan peran besar dalam pendidikan bagi generasi muda yang bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan untuk dapat menjawab tantangan zaman globalisasi saat memasuki masa dewasa kelak.

SMA “X” merupakan salah satu sekolah swasta unggulan yang berada di kota

Bandung. SMA “X” dikenal sebagai sekolah berkualitas dan seringkali menempati

peringkat tiga besar di kota Bandung dalam perolehan nilai rata-rata siswa lulusannya. SMA ini diharapkan dapat menghasilkan anak-anak yang unggul dalam

pendidikan. Semboyan yang dimiliki SMA “X” adalah iman, ilmu dan pelayanan


(14)

5

Universitas Kristen Maranatha iman yang kuat pada Tuhan, serta bisa melayani orang-orang yang ada di sekelilingnya. Sedangkan misi SMA “X” adalah mengembangkan potensi peserta didik secara optimal melalui pendidikan dan pengajaran yang bermutu berdasarkan nilai-nilai Kristiani. SMA “X” menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, akal budi, dan keterampilan para peserta didik agar lebih mandiri.

Umumnya para siswa kelas XI di SMA “X” berada pada tahap perkembangan

remaja madya, yang merupakan masa mencari identitas diri. Para remaja madya ini akan berusaha untuk mengetahui siapa dirinya, bagaimana dirinya dan ke mana ia akan menuju dalam kehidupannya (Erikson dalam Santrock, 1995). Keberhasilan dalam mencari identitas diri akan membentuk identitas baru yang jelas dan menetap pada diri seorang remaja. Pembentukan identitas diri tersebut sangat penting karena akan berfungsi sebagai pemberi arah bagi kehidupannya di masa depan (Marcia, 1993). Salah satu pembentukan status identitas yang dilakukan oleh remaja madya adalah pembentukan identitas di bidang pendidikan. Pembentukan status identitas ini terdiri dari dua dimensi yaitu eksplorasi dan komitmen.

Menurut Marcia (1993), eksplorasi merupakan upaya-upaya yang dilakukan oleh remaja, dalam hal ini para siswa kelas XI untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai jurusan di perguruan tinggi yang diminati melalui

berbagai aktivitas. Bagi siswa kelas XI SMA “X”, bentuk eksplorasi yang dilakukan


(15)

6

Universitas Kristen Maranatha mencari informasi di internet mengenai hal-hal yang akan dipelajari, cara belajar, dan kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi. Sedangkan kemantapan akan keyakinan-keyakinan jurusan yang dipilih dan dianut seorang remaja dalam hal ini siswa kelas XI disebut sebagai komitmen.

Kedua dimensi yang membentuk identitas tersebut merupakan proses penting yang akan menghasilkan empat macam status identitas (Marcia, 1993) yaitu diffusion,

foreclosure, moratorium dan achievement. Kemungkinan yang pertama, status

identitas diffusion yaitu individu yang sangat sedikit melakukan eksplorasi sehingga ia belum membuat komitmen. Kemungkinan yang kedua, status identitas foreclosure yaitu individu yang sedikit sekali melakukan eksplorasi, tetapi telah memiliki komitmen. Komitmen tersebut tidak diperoleh melalui proses pencarian atau eksplorasi akan tetapi diperoleh melalui identifikasi terhadap orang tua atau orang lain. Kemungkinan yang ketiga, status identitas moratorium yaitu individu yang tengah menjalani eksplorasi ditandai oleh aktif dalam bereksplorasi terhadap sekian banyak alternatif yang ada dan ia berjuang untuk menemukan identitas, namun belum sampai pada komitmen atau jika tampak telah memiliki komitmen, akan tetapi komitmen yang dikembangkannya itu masih bersifat samar-samar (vague). Kemungkinan yang terakhir, status identitas achievement yaitu individu yang melakukan proses eksplorasi dan telah berhasil mengatasinya, sehingga ia telah sampai pada suatu komitmen pribadi.


(16)

7

Universitas Kristen Maranatha Melakukan banyak eksplorasi terhadap berbagai program studi di perguruan tinggi terlebih dahulu sampai akhirnya membuat sebuah komitmen merupakan hal yang penting dilakukan sebelum memasuki program studi di perguruan tinggi. Waterman dan Waterman (Marcia, 1993) menemukan bahwa siswa yang melalui proses eksplorasi dan pembentukan komitmen, yang disebut oleh Marcia sebagai orang yang berstatus achievement, memiliki kebiasaan belajar yang lebih baik bila dibandingkan dengan siswa lainnya yang tidak melalui kedua proses tersebut atau yang hanya melalui salah satu saja dari kedua proses yang ada. Cross dan Allen (1970) menemukan bahwa siswa-siswa tersebut memiliki indeks prestasi yang tinggi. Selain itu, siswa yang memiliki status achievement, terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru karena fase eksplorasi yang dijalaninya, sehingga siswa tersebut akan lebih kreatif. Berzonsky (dalam Berzonsky & Kulk, 2000) menyatakan bahwa siswa yang memiliki derajat eksplorasi dan komitmen yang kuat juga memiliki kemampuan yang baik dalam mengatasi dan memecahkan masalah.

Berdasarkan survei awal terhadap 60 orang responden yang merupakan siswa

kelas XI di lingkungan SMA “X” Bandung didapat hasil sebagian besar yaitu 70% (42 orang) siswa relatif mantap akan keputusannya namun belum mencari tahu mengenai jurusan yang diinginkannya di perguruan tinggi. Para siswa tersebut yakin akan keputusannya untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi, namun mereka kurang berusaha untuk mencari informasi mengenai berbagai jurusan yang mereka inginkan. Hal ini menunjukkan kecilnya usaha untuk berjuang dan bertanya


(17)

8

Universitas Kristen Maranatha secara aktif untuk mencari informasi dan pemahaman yang mendalam tentang jurusan yang diinginkan di perguruan tinggi, sehingga menandakan bahwa para siswa kelas

XI SMA “X” tersebut berada pada tahap status identitas foreclosure.

Selain itu, 26,67% (16 orang) siswa telah banyak mencari tahu mengenai jurusan yang diinginkannya di perguruan tinggi secara mendalam dan yakin akan keputusan yang akan diambilnya tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Para siswa tersebut membaca buku-buku yang berhubungan dengan jurusan yang diminatinya, membaca brosur tentang berbagai jurusan yang tersedia di perguruan tinggi untuk membanding-bandingkannya, mencari informasi di internet serta bertanya kepada orang-orang yang telah menjalani kuliah di berbagai jurusan yang semula diminatinya dalam usaha untuk mencari informasi dan pemahaman yang mendalam tentang jurusan yang diminatinya. Upaya tersebut merupakan indikator dari proses eksplorasi

dan hal ini menandakan para siswa kelas XI SMA “X” tersebut berada pada tahap

status identitas achievement.

Kemudian terdapat 3,33% (2 orang) siswa tidak yakin akan keputusannya dan belum mencari tahu jurusan apa yang diinginkannya di perguruan tinggi. Para siswa tersebut tidak mengetahui jurusan yang mereka inginkan serta tidak melakukan usaha untuk mencari informasi yang lengkap dan akurat tentang berbagai jurusan akademik yang tersedia. Hal ini menunjukkan bahwa para siswa tersebut tidak melakukan proses eksplorasi. Siswa tersebut juga tidak memiliki kemantapan dalam memilih salah satu jurusan akademik sehingga tidak tercipta sebuah komitmen dan memberi


(18)

9

Universitas Kristen Maranatha

kesan “gimana nanti”. Hal tersebut menandakan para siswa kelas XI SMA “X”

berada pada tahap status diffusion.

Dengan hasil yang demikian dari 60 orang siswa, sebanyak 44 orang siswa kelas XI SMA “X” (yang memiliki status identitas Foreclosure dan Diffusion) tidak melakukan banyak eksplorasi untuk mencari tahu dan tidak mencoba untuk memahami program studi yang akan mereka ambil kelak di perguruan tinggi, sehingga siswa-siswa tersebut hanya menerima masukan dari orang tua mereka untuk menentukan program studi yang akan mereka ambil kelak tanpa mengetahui program studi tersebut seperti apa dan tanpa mengetahui apakah mereka menyukai program studi tersebut atau tidak. Hal ini mungkin akan memberikan dampak pada siswa seperti kurangnya motivasi untuk menjalani pendidikan, rendahnya daya juang dalam menghadapi berbagai rintangan, tidak adanya inisiatif untuk menentukan dan mengambil keputusan (Marcia, 1993). Pentingnya penelitian ini adalah untuk membantu para siswa memahami status identitas yang dimiliki untuk menentukan program studi yang akan diambil di perguruan tinggi.

Mengingat pentingnya eksplorasi yang mendalam dan keyakinan terhadap komitmen yang diambil dalam bidang pendidikan sebagai dimensi yang akan

membentuk status identitas siswa kelas XI SMA “X” dan juga dari berbagai

fenomena di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai status


(19)

10

Universitas Kristen Maranatha

1.2 Identifikasi Masalah

Bagaimanakah status identitas bidang pendidikan pada siswa kelas XI di SMA

“X” Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk mendapat gambaran tentang status identitas bidang pendidikan pada

siswa kelas XI di SMA ”X” Bandung. 1.3.2 Tujuan Penelitian

Mendapat gambaran yang lebih spesifik dari status identitas bidang

pendidikan pada siswa kelas XI di SMA “X” Bandung, dilihat dari tinggi rendahnya dimensi eksplorasi dan dimensi komitmen.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis

 Sebagai tambahan informasi bagi bidang ilmu Psikologi khususnya Psikologi Pendidikan mengenai status identitas bidang pendidikan pada siswa SMA kelas XI.

 Memberikan informasi bagi peneliti selanjutnya mengenai status identitas bidang pendidikan pada siswa SMA kelas XI.


(20)

11

Universitas Kristen Maranatha

1.4.2 Kegunaan Praktis

 Memberikan informasi tentang status identitas bidang pendidikan siswa kelas XI kepada siswa kelas XI dan guru BK di SMA “X” Bandung sebagai bahan pertimbangan untuk membimbing para siswanya dalam menentukan pemilihan jurusan di perguruan tinggi.

 Memberikan informasi tentang status identitas bidang pendidikan siswa

kelas XI kepada para orang tua siswa SMA “X” sebagai bahan

pertimbangan untuk mendukung anaknya dalam menentukan pemilihan jurusan di perguruan tinggi.

1.5 Kerangka Pikir

Menurut Marcia (1993) jika seorang remaja madya dapat menemukan identitasnya maka identitas tersebut dapat memberi arah bagi kehidupannya di masa depan. Cara-cara seorang remaja menetapkan identitasnya, disebut sebagai Status Identitas yaitu bagaimana seseorang mendefinisikan dirinya (Marcia, 1993). Status identitas tersebut dapat mencakup banyak bidang kehidupan, salah satunya adalah bidang pendidikan.

Status identitas terdiri atas dimensi eksplorasi dan dimensi komitmen. Eksplorasi adalah suatu periode berjuang atau aktif bertanya sampai pada membuat keputusan-keputusan mengenai tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan kepercayaan-kepercayaan (Waterman, dalam Marcia, 1993). Eksplorasi pada siswa kelas XI SMA


(21)

12

Universitas Kristen Maranatha

“X” dapat dilihat melalui beberapa kriteria. Pertama, pengetahuan yang dimiliki oleh siswa secara luas dan mendalam mengenai informasi-informasi berbagai jurusan yang ada di perguruan tinggi (Knowledgeability). Kedua, aktivitas beragam yang dilakukan oleh siswa yang ditujukan untuk mendapatkan informasi mengenai jurusan yang ada di perguruan tinggi seperti membaca brosur, koran, internet, bertanya kepada guru dan sebagainya (Activity directed toward the gathering of information). Ketiga, pertimbangan yang dilakukan oleh siswa mengenai konsekuensi dari berbagai alternatif jurusan yang ada di perguruan tinggi (Considering Alternative Potential

Identity Elements). Keempat, penghayatan yang dirasakan oleh siswa dalam mencari

informasi seperti perasaan cemas, senang dan sebagainya (Emotional Tone). Kelima, keinginan siswa untuk membuat keputusan sedini mungkin dalam memilih jurusan di perguruan tinggi (Desire to make early decision).

Sedangkan komitmen bidang pendidikan merupakan penentuan pilihan yang relatif mantap dan keterlibatan dalam aktivitas signifikan yang diarahkan menuju pelaksanaan pilihan tersebut (Waterman dalam Marcia 1993). Bagi para siswa kelas

XI SMA “X”, komitmen pada bidang pendidikan khususnya dalam pemilihan jurusan terlihat dari pemilihan jurusan yang sesuai dengan dirinya dan keterlibatan dalam aktivitas untuk melaksanakan pilihannya. Komitmen bidang pendidikan khususnya tentang pemilihan jurusan di perguruan tinggi pada siswa kelas XI SMA “X” ditandai oleh beberapa kriteria. Pertama, pengetahuan yang dimiliki oleh siswa mengenai jurusan yang telah dipilihnya dan mampu menjelaskan jurusan tersebut


(22)

13

Universitas Kristen Maranatha (Knowledgeability). Kedua, aktivitas yang dilakukan oleh siswa untuk melaksanakan pilihannya (Activity directed toward implementing the chosen identity element). Ketiga, penghayatan siswa mengenai jurusan yang telah dipilihnya (Emotional tone). Keempat, identifikasi yang dilakukan siswa terhadap figur-figur yang dianggap penting (Identification with significant others). Kelima, gambaran masa depan siswa berkaitan dengan jurusan yang telah dipilihnya (Projection one’s personal future). Keenam, keyakinan yang dimiliki siswa terhadap pilihannya (Resistance to being

swayed).

Berdasarkan kedua dimensi di atas, status identitas dibagi menjadi empat yaitu Status Identitas Diffusion, Status Identitas Foreclosure, Status Identitas

Moratorium dan Status Identitas Achievement. Pertama, siswa kelas XI SMA “X”

yang sedikit mengetahui jurusan yang akan dipilihnya dan belum memiliki komitmen untuk mengambil jurusan di perguruan tinggi serta memiliki pandangan bagaimana nanti, berada pada status identitas diffusion. Kedua, siswa kelas XI SMA “X” yang memiliki komitmen kuat untuk mengambil jurusan di perguruan tinggi dengan melihat keberhasilan dari orang yang dikaguminya namun sedikit mencari informasi mengenai jurusan yang akan dipilihnya, berada pada status identitas foreclosure.

Ketiga, siswa kelas XI SMA “X” yang banyak mencari informasi mengenai jurusan yang akan dipilihnya di perguruan tinggi, melakukan pertimbangan atas konsekuensi dari jurusan yang akan dipilihnya namun belum yakin akan jurusan yang dipilihnya, berada pada status identitas moratorium. Keempat, siswa kelas XI SMA “X” yang


(23)

14

Universitas Kristen Maranatha banyak mencari informasi mengenai jurusan yang akan dipilihnya di perguruan tinggi, mengetahui berbagai konsekuensi dari jurusan yang akan dipilihnya dan yakin akan jurusan yang dipilihnya, berada pada status identitas achievement.

Menurut Marcia (1993), keempat status identitas tersebut selain dipengaruhi oleh dimensi eksplorasi dan dimensi komitmen dalam proses pembentukannya juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan status identitas ada lima yaitu identifikasi terhadap orang tua, pola pengasuhan yang diterapkan orang tua, figur model yang dipandang berhasil, harapan sosial terhadap dirinya, dan kesempatan mendapatkan informasi (Marcia, 1993).

Identifikasi yang dilakukan seorang siswa terhadap orang tuanya yang berhasil berpengaruh pada pembentukan status identitas siswa tersebut. Anak yang mengikuti tradisi keluarga baik dalam hal pendidikan seperti kuliah di jurusan tertentu, dapat membuat siswa yang bersangkutan berkomitmen terhadap jurusan tersebut karena ia melihat bahwa orang tuanya berhasil ketika kuliah di jurusan tersebut. Jika siswa mengidentifikasikan diri dengan orang tuanya dan melihat bahwa orang tuanya berhasil dengan baik, maka ia akan cenderung berkomitmen terhadap jurusan perkuliahan orang tuanya dahulu. Berdasarkan teori Marcia (1993), siswa ini dikategorikan pada status identitas foreclosure, siswa tanpa melakukan eksplorasi menjadikan komitmen orang tua sebagai komitmennya. Apabila siswa melihat orang tuanya tidak puas dengan pendidikannya, dan mengidentifikasikan diri dengan orang tuanya, ia akan berada pada status identitas diffusion.


(24)

15

Universitas Kristen Maranatha Pola pengasuhan yang diterima oleh seorang siswa dari orang tua juga berpengaruh terhadap pembentukan status identitas siswa tersebut. Tiga pola pengasuhan yang disebutkan oleh Waterman (dalam Marcia, 1993) yang berpengaruh terhadap pembentukan status identitas adalah authoritarian, permissive, dan

democratic. Orang tua dengan pola pengasuhan authoritarian sering kali memiliki

aspirasi yang relatif spesifik bagi anak-anak mereka dan kekuasaan yang mereka tunjukkan di rumah akan membatasi peluang anak-anak mereka dalam melakukan eksplorasi. Remaja yang dibesarkan dengan pola pengasuhan demikian mungkin akan memiliki status identitas foreclosure. Orang tua dengan pola pengasuhan permissive akan memberikan kebebasan kepada anaknya tanpa adanya pengarahan. Orang tua seperti ini tidak mengharapkan anak mereka mengembangkan tujuan-tujuan, nilai-nilai, atau keyakinan-keyakinan tertentu sehingga orang tua tersebut tidak menjadi model komitmen yang efektif bagi anaknya. Remaja yang dibesarkan dengan pola pengasuhan permissive mungkin akan memiliki status identitas diffusion. Orang tua dengan pola pengasuhan democratic akan memberikan dukungan psikologis kepada anak dan tidak memaksa anak mereka untuk mengikuti gaya hidup mereka. Pola pengasuhan democratic dapat memberikan sebuah dasar yang baik bagi perkembangan identitas anak. Remaja yang diasuh dengan pola pengasuhan demikian akan dapat mengembangkan preferensi dan ketertarikan awal terhadap tujuan-tujuan, nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan tertentu tanpa merasa perlu terburu-buru dalam mengambil komitmen sehingga berkemungkinan memiliki status identitas


(25)

16

Universitas Kristen Maranatha

moratorium. Gaya pengasuhan democratic juga dapat memberikan dasar bagi remaja

untuk memiliki status identitas achievement karena remaja tersebut tidak merasa dipaksa untuk mengikuti tujuan-tujuan, nilai-nilai atau keyakinan yang bahkan dimiliki oleh orang tua mereka sendiri.

Selain identifikasi dan pola asuh orang tua, figur model yang dipandang berhasil juga memengaruhi pembentukan identitas seorang siswa. Siswa yang melihat orang dewasa (orang tua, tante, om, kakak) yang dihormatinya berhasil dalam menjalani perkuliahan (selesai kuliah tepat waktu, memiliki IPK yang tinggi) dan pekerjaannya (memperoleh kerja yang bagus), akan membuat dirinya terdorong untuk melakukan eksplorasi dan menjadikan panutan tersebut sebagai contoh dalam mengatasi berbagai masalah yang berkaitan dengan identitasnya dalam hal ini pemilihan jurusan di perguruan tinggi. Seorang siswa yang awalnya berada pada status identitas moratorium dapat berubah menjadi achievement karena melihat keberhasilan figur panutannya tersebut. Sebaliknya, jika orang dewasa yang dianggap sebagai panutan terlihat kurang memiliki komitmen dan frustrasi dengan kehidupannya, siswa tersebut merasa memiliki sedikit harapan untuk dapat mengatasi masalahnya.

Ketersediaan atau kurangnya dukungan psikososial bisa menjadi pengaruh penting lainnya pada perjalanan dan hasil dari sebuah krisis identitas. Komitmen akan lebih mudah berkembang jika orang lain yang signifikan dalam kehidupan misalnya orang tua, kerabat atau teman mendukung eksplorasi berbagai alternatif (Marcia,


(26)

17

Universitas Kristen Maranatha 1993). Misalnya, seorang ayah yang membantu anaknya mencari tahu dan mempertimbangkan berbagai pilihan jurusan di perguruan tinggi serta berdiskusi dengan anaknya, sehingga anaknya akan lebih mudah dalam mengambil keputusan.

Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap pembentukan identitas seorang siswa dalam bidang pendidikan khususnya tentang pemilihan jurusan atau program studi di perguruan tinggi adalah kesempatan untuk mendapatkan informasi. Semakin besar kesempatan memperoleh informasi, semakin besar kemungkinan seorang siswa mengevaluasi kembali komitmen awalnya, sehingga seorang siswa yang awalnya berada pada status identitas foreclosure dapat berubah menjadi moratorium.

Guna memperjelas uraian di atas, kerangka pemikiran dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:


(27)

18

Universitas Kristen Maranatha Skema 1.1 Kerangka Pikir

Siswa kelas XI SMA “X” Bandung Eksplorasi Komitmen Status Identitas Bidang Pendidikan Achievement Moratorium Foreclosure Diffusion

1. Identifikasi dengan orang tua 2. Pola pengasuhan

3. Figur model yang dipandang berhasil

4. Ketersediaan dukungan psikososial

5. Kesempatan mendapatkan informasi

a. Knowledgeability

b. Activity directed toward gathering information

c. Considering alternative potential identity elements

d. Emotional tone

e. Desire to make an early decision

a. Knowledgeability

b. Activity directed toward implementing the chosen identity element

c. Emotional tone

d. Identification with signification others

e. Projecting one’s personal future f. Resistance to being swayed


(28)

19

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi

Dalam penelitian status identitas bidang pendidikan pada siswa kelas XI SMA

“X” ini diturunkan beberapa asumsi, yaitu:

1. Siswa kelas XI di SMA “X” berada pada masa mencari identitas diri di bidang pendidikan.

2. Status identitas bidang pendidikan pada siswa kelas XI SMA “X” terdiri atas dimensi eksplorasi dan dimensi komitmen.

3. Dimensi eksplorasi ditandai oleh banyak atau sedikitnya upaya yang dilakukan oleh siswa kelas XI SMA “X” dalam hal knowledgeability, activity directed toward gathering information, considering alternative potential identity elements, emotional tone, dan desire to make an early.

4. Dimensi komitmen ditandai oleh kuat atau lemahnya keinginan siswa

kelas XI SMA “X” dalam hal knowledgeability, activity directed toward

implementing the chosen identity element, emotional tone, identification

with signification others, projecting one’s personal future, dan resistence

to being swayed.

5. Berdasarkan banyak atau sedikitnya dimensi eksplorasi dan kuat atau lemahnya dimensi komitmen, status identitas siswa kelas XI SMA “X” dikelompokkan menjadi empat, yaitu achievement, foreclosure, moratorium, dan diffusion.


(29)

73 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan dan pembahasan mengenai status identitas bidang pendidikan pada siswa kelas XI SMA “X”, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Sebanyak 73 orang siswa dari 191 orang siswa kelas XI di SMA “X” berada pada status identitas Achievement. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa-siswa tersebut memiliki derajat eksplorasi dan komitmen yang tinggi dalam bidang pendidikan.

2. Sebanyak 67 orang siswa dari 191 orang siswa kelas XI di SMA X”

berada pada status identitas Diffusion. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa-siswa tersebut memiliki derajat eksplorasi dan komitmen yang rendah dalam bidang pendidikan.

3. Hanya sebagian kecil siswa kelas XI di SMA “X” berada pada status identitas Moratorium (26 dari 191 orang siswa) dan Foreclosure (25 dari 191 orang siswa).

4. Sebagian besar siswa yang menghayati orang tuanya mendidik dengan pola asuh demokratis, memiliki status identitas Achievement.


(30)

74

Universitas Kristen Maranatha

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diajukan saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

5.2.1 Saran untuk pengembangan penelitian

 Disarankan untuk meneliti lebih lanjut mengenai kontribusi faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan status identitas bidang pendidikan pada siswa/i kelas XI SMA “X” Bandung.

 Disarankan untuk peneliti selanjutnya, selain faktor pola asuh, faktor-faktor lain seperti identifikasi dengan orang tua, figur model yang dipandang berhasil dalam bidang yang bersangkutan, ketersediaan dukungan psikososial dan kesempatan mendapatkan informasi juga harus dijaring dalam data penunjang.

5.2.2 Saran praktis

 Bagi para siswa kelas XI di SMA “X” yang memiliki status identitas

Achievement, agar mereka terus mengembangkan dan meningkatkan lagi

upaya pencarian informasi atau melakukan eksplorasi agar dapat membuat keputusan dalam hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan.

 Bagi pihak SMA “X”, khususnya Guru BK agar membimbing para

siswanya untuk membantu mereka dalam menentukan pemilihan jurusan yang mereka inginkan di perguruan tinggi kelak, misalnya mendorong


(31)

75

Universitas Kristen Maranatha mereka untuk berusaha lebih aktif dalam mencari informasi selengkap-lengkapnya sehingga mereka dapat lebih yakin dalam membuat keputusan untuk memilih jurusan yang diinginkan.

 Bagi para siswa kelas XI di SMA “X” yang memiliki status identitas

Moratorium, Foreclosure dan Diffusion, agar mereka berusaha lebih aktif

dalam mencari berbagai informasi yang dibutuhkan sehingga mereka dapat lebih yakin dalam membuat keputusan untuk memilih jurusan yang diinginkan.

 Bagi orang tua siswa SMA “X” agar mendukung anaknya dalam setiap

pengambilan keputusan yang diambil khususnya dalam menentukan pilihan jurusan yang mereka inginkan di perguruan tinggi kelak.


(32)

76

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Anastasi, Anne. 1990. Psychological Testing. 6th ed. New York: Macmillan Publishing Company.

Erickson, E.H. 1968. Identity: Youth and Crisis. New York: Horton.

Guilford, J. P. 1956. Fundamental Statistics in Psychology and Education. 3th ed. Tokyo: Mc. Graw-Hill Kogakusha Company. Ltd.

Gunarsa dan Gunarsa. 1990. Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hurlock, Elizabeth B. 1973. Adolescent Development. 2nd ed. Tokyo: McGraw-Hill Book Co.

Marcia, J.E. 1993. Ego Identity: A Handbook for Psychosocial Research. New York: Springer-Verlag Inc.

Mustaqim, dan A. Wahib. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Melton Putra. Nazir, Moh. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Santrock, John. W. 1995. Life-Span Development. Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Siegel, Sidney. 1994. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. Steinberg, L. 2002. Adolescence (6th ed). New York: McGraw-Hill. Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito.


(33)

77

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Alim, Muhammad Baitul. 2009. Remaja, Pekerjaan dan Pemilihan Karir. (Online). (http://www.psikologizone.com/remaja-pekerjaan-dan-pemilihan-karir,

diakses 01 September 2010).

Damping, David Dwi Krisna. 2009. Studi Deskriptif mengenai Status Identitas

Bidang Agama pada Mahasiswa Anggota Kelompok Kecil Pmk di Lingkungan Universitas “X” Bandung. Skripsi. Bandung : Fakultas

Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Ramli, Murni. 2008. Penjurusan di SMA. (Online).


(1)

19

1.6 Asumsi

Dalam penelitian status identitas bidang pendidikan pada siswa kelas XI SMA

“X” ini diturunkan beberapa asumsi, yaitu:

1. Siswa kelas XI di SMA “X” berada pada masa mencari identitas diri di bidang pendidikan.

2. Status identitas bidang pendidikan pada siswa kelas XI SMA “X” terdiri atas dimensi eksplorasi dan dimensi komitmen.

3. Dimensi eksplorasi ditandai oleh banyak atau sedikitnya upaya yang dilakukan oleh siswa kelas XI SMA “X” dalam hal knowledgeability, activity directed toward gathering information, considering alternative potential identity elements, emotional tone, dan desire to make an early. 4. Dimensi komitmen ditandai oleh kuat atau lemahnya keinginan siswa

kelas XI SMA “X” dalam hal knowledgeability, activity directed toward implementing the chosen identity element, emotional tone, identification

with signification others, projecting one’s personal future, dan resistence to being swayed.

5. Berdasarkan banyak atau sedikitnya dimensi eksplorasi dan kuat atau lemahnya dimensi komitmen, status identitas siswa kelas XI SMA “X” dikelompokkan menjadi empat, yaitu achievement, foreclosure, moratorium, dan diffusion.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan dan pembahasan mengenai status identitas bidang pendidikan pada siswa kelas XI SMA “X”, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Sebanyak 73 orang siswa dari 191 orang siswa kelas XI di SMA “X” berada pada status identitas Achievement. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa-siswa tersebut memiliki derajat eksplorasi dan komitmen yang tinggi dalam bidang pendidikan.

2. Sebanyak 67 orang siswa dari 191 orang siswa kelas XI di SMA X” berada pada status identitas Diffusion. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa-siswa tersebut memiliki derajat eksplorasi dan komitmen yang rendah dalam bidang pendidikan.

3. Hanya sebagian kecil siswa kelas XI di SMA “X” berada pada status identitas Moratorium (26 dari 191 orang siswa) dan Foreclosure (25 dari 191 orang siswa).

4. Sebagian besar siswa yang menghayati orang tuanya mendidik dengan pola asuh demokratis, memiliki status identitas Achievement.


(3)

74

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diajukan saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

5.2.1 Saran untuk pengembangan penelitian

 Disarankan untuk meneliti lebih lanjut mengenai kontribusi faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan status identitas bidang pendidikan pada siswa/i kelas XI SMA “X” Bandung.

 Disarankan untuk peneliti selanjutnya, selain faktor pola asuh, faktor-faktor lain seperti identifikasi dengan orang tua, figur model yang dipandang berhasil dalam bidang yang bersangkutan, ketersediaan dukungan psikososial dan kesempatan mendapatkan informasi juga harus dijaring dalam data penunjang.

5.2.2 Saran praktis

 Bagi para siswa kelas XI di SMA “X” yang memiliki status identitas Achievement, agar mereka terus mengembangkan dan meningkatkan lagi upaya pencarian informasi atau melakukan eksplorasi agar dapat membuat keputusan dalam hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan.

 Bagi pihak SMA “X”, khususnya Guru BK agar membimbing para siswanya untuk membantu mereka dalam menentukan pemilihan jurusan


(4)

75

mereka untuk berusaha lebih aktif dalam mencari informasi selengkap-lengkapnya sehingga mereka dapat lebih yakin dalam membuat keputusan untuk memilih jurusan yang diinginkan.

 Bagi para siswa kelas XI di SMA “X” yang memiliki status identitas Moratorium, Foreclosure dan Diffusion, agar mereka berusaha lebih aktif dalam mencari berbagai informasi yang dibutuhkan sehingga mereka dapat lebih yakin dalam membuat keputusan untuk memilih jurusan yang diinginkan.

 Bagi orang tua siswa SMA “X” agar mendukung anaknya dalam setiap pengambilan keputusan yang diambil khususnya dalam menentukan pilihan jurusan yang mereka inginkan di perguruan tinggi kelak.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anastasi, Anne. 1990. Psychological Testing. 6th ed. New York: Macmillan Publishing Company.

Erickson, E.H. 1968. Identity: Youth and Crisis. New York: Horton.

Guilford, J. P. 1956. Fundamental Statistics in Psychology and Education. 3th ed. Tokyo: Mc. Graw-Hill Kogakusha Company. Ltd.

Gunarsa dan Gunarsa. 1990. Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hurlock, Elizabeth B. 1973. Adolescent Development. 2nd ed. Tokyo: McGraw-Hill Book Co.

Marcia, J.E. 1993. Ego Identity: A Handbook for Psychosocial Research. New York: Springer-Verlag Inc.

Mustaqim, dan A. Wahib. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Melton Putra. Nazir, Moh. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Santrock, John. W. 1995. Life-Span Development. Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Siegel, Sidney. 1994. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. Steinberg, L. 2002. Adolescence (6th ed). New York: McGraw-Hill. Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito.


(6)

DAFTAR RUJUKAN

Alim, Muhammad Baitul. 2009. Remaja, Pekerjaan dan Pemilihan Karir. (Online). (http://www.psikologizone.com/remaja-pekerjaan-dan-pemilihan-karir,

diakses 01 September 2010).

Damping, David Dwi Krisna. 2009. Studi Deskriptif mengenai Status Identitas Bidang Agama pada Mahasiswa Anggota Kelompok Kecil Pmk di Lingkungan Universitas “X” Bandung. Skripsi. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Ramli, Murni. 2008. Penjurusan di SMA. (Online).